Pertumbuhan, Produksi, Dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bl. Miq.) Pada Berbagai Intensitas Naungan Dan Cara Pemupukan Nitrogen

PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR SINENSETIN
TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.)
PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN DAN CARA
PEMUPUKAN NITROGEN

BURHAN EFENDI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan,
Produksi, dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
Bl. Miq.) pada Berbagai Intensitas Naungan dan Cara Pemupukan Nitrogen
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Burhan Efendi
NIM A24110064

ABSTRAK
BURHAN EFENDI. Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Sinensetin Tanaman
Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada Berbagai Intensitas
Naungan dan Cara Pemupukan Nitrogen. Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan taraf naungan dan pemupukan
nitrogen yang optimum terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar sinensetin
kumis kucing. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Biofarmaka dan
Laboratorium Biofarmaka Institut Pertanian Bogor dari Desember 2014 sampai
Agustus 2015. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan petak
tersarang (nested design) dengan dua faktor, yaitu tiga kelompok pemupukan
nitrogen (tanpa pemupukan N, 11.81 N kg ha-1 split, 11.81 N kg ha-1 non split)
tersarang dalam empat naungan (0%, 25%, 50%, 75%). Naungan 0%

menghasilkan jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang, dan hasil panen
tertinggi, namun tidak berbeda hingga naungan 50%. Kadar sinensetin paling
rendah dihasilkan pada naungan 75%, namun masih diatas standar minimal yang
ditetapkan Farmakope. Pemupukan 11.81 kg N ha-1 diberikan sekali pada awal
pertumbuhan (non split) dan dua kali aplikasi (split) selama satu kali panen (8
MST) meningkatkan produktivitas daun segar dan produktivitas daun kering
kumis kucing.
Kata kunci: kumis kucing, naungan, pemupukan nitrogen, sinensetin.

ABSTRACT
BURHAN EFENDI. Growth, Production, and Sinensetin Content of Java tea
(Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) Under Different Levels of Shading and Nitrogen
Fertilization Method. Supervised by ANI KURNIAWATI.
Research was aimed to determine the optimum level of shading and
nitrogen fertilization method on the growth, production and sinensetin content of
java tea. The experiment was conducted at the Biofarmaka research field and
Biofarmaka Laboratory of Bogor Agricultural University from December 2014
until August 2015. This research was arranged in a nested design consisting of
two factors, namely the three nitrogen fertilization (non nitrogen fertilization,
11.81 N kg ha-1 split, 11.81 N kg ha-1 non split) groups nested within four levels

of shading (0%, 25%, 50%, 75%). The level of 0% shading showed the higest
result in number of leaves, number of branches, diameter of stem, and harvest
result, but it was comparable to 50% shading. Sinensetin content lowest
generated in the level of 75% shading, but still above the minimun standard of
Farmakope. Fertilization 11.81 kg N ha-1 administered once at the begining of
growth (non split) and two time applicotions (split) during one harvest (8 MST)
increased estimated production wet and dry of leaves java tea.
Keyword: java tea, shading, nitrogen, sinensetin

PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR SINENSETIN
TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.)
PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN DAN CARA
PEMUPUKAN NITROGEN

BURHAN EFENDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Segala puji hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia–Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
untuk mengetahui pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin tanaman kumis
kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai intensitas naungan dan
cara pemupukan nitrogen.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ani Kurniawati, SP MSi
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian, kepada
kedua orang tua (Bapak Sahlan dan Ibu Sri Harsi) yang senantiasa memberikan
dukungannya baik secara materiil maupun non materiil, Bapak Taufik selaku
teknisi lapang, Bapak Amad, Bapak Adung, Mbak Laela dan petugas Biofarmaka
IPB yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di lapang.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan Bapak Sudarso,
Danang Wahid Saputro, Zaini Latif, Widyarso Hastanto, Meilani Candra, Azka
Nidya Fathiyyah, Abdurrahman Affan Dani Hastanto, Muhammad Iqbal, Andi
Sauleka, Ishmah Nur Asobah, Leni Siswati, Anggita Duhita, Galih Angga
Kusuma, Rizki Anjal, Teguh Purwanto, Suharman, Milion Muhammad, Nuri
Rukmiarti, Veronica Turnip, Nur Afifah, Nafi Utami, Rissa Rahmania,
Nurhajijah, Bonifasius, Rista Delyani, Teguh Winoto, Irma Dyah, Rezha Yuli
Hardiyanto, Ardian Hidayat, Gholib, Afad, Amila Ahsani, Karisma Ana Yasinta,
Nur Fitri Fatimah, Ismira, teman-teman FKRD, FORMAISKA, Pejuang Subuh
IPB, Ponpes Mahasiswa Al-inayah, dan Fakultas Pertanian IPB. Penulis berharap
penelitian ini bermanfaat untuk semua kalangan.

Bogor, Januari 2016

Burhan Efendi
NIM A24110064

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Syarat Tumbuh Kumis Kucing
Kandungan Senyawa Sinensetin dan Manfaat Tanaman Kumis Kucing
Naungan
Pemupukan Nitrogen
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat Penelitian
Bahan Penelitian
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Pertumbuhan vegetatif
Pertumbuhan generatif
Komponen hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

2
3
3
1
1
2
2
2
2

3
3
4
5
5
5
5
5
6
7
9
9
10
12
17
17
27
31
31
31

32
36
43

DAFTAR TABEL
1 Persentase tumbuh kumis kucing pada 1 MST
2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan
pemupukan terhadap peubah pertumbuhan panen pertama dan kedua
pada 7 MST
3 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan
pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman
contoh kumis kucing
4 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan
pemupukan nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman
per petak
5 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah
cabang 7 MST
6 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan
jumlah cabang
7 Pengaruh naungan terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan diameter

batang
8 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan
diameter batang
9 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap warna daun
panen pertama dan kedua
10 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap indeks luas
daun petak kumis kucing pada panen pertama dan kedua
11 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap umur berbunga
pada panen pertama dan kedua
12 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar
tanaman contoh pada panen pertama dan kedua
13 Pengaruh interaksi naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot
segar total, batang, dan bunga panen kedua
14 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering
tanaman contoh pada panen pertama dan kedua
15 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar air
tanaman contoh pada panen pertama dan kedua
16 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar
tanaman per petak pada panen pertama dan kedua
17 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering

tanaman per petak pada panen pertama dan kedua
18 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar air
tanaman per petak pada panen pertama dan kedua
19 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap produktivitas
daun segar, produktivitas daun kering dalam periode satu tahun
20 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada
panen pertama
21 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada
panen kedua
22 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap kadar sinensetin
pada berbagai taraf naungan dan pemupukan nitrogen

9

10

11

12
14
14
15
15
16
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
26
27

DAFTAR GAMBAR
1
2

Bagan warna daun (BWD)
Pola pertumbuhan vegetatif kumis kucing pada berbagai tingkat
naungan

7
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Data analisis tanah Kebun Biofarmaka, Cikabayan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor tahun 2015
Data BMKG Dragama, Bogor
Intensitas penyinaran pada masing-masing taraf naungan (lux)
Kondisi umum lahan penelitian
Data analisis kadar sinensetin tanaman kumis kucing
Kromatogram HPLC dari masing-masing sampel naungan
Analisis usaha tani kumis kucing luas lahan 1 ha sampai dengan
panen kedua

36
36
37
37
37
38
42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tanaman
berkhasiat obat sejak ribuan tahun yang lalu, jauh sebelum obat modern
ditemukan dan dipasarkan. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman tersebut
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan
ketrampilan yang secara turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi
(Wijayakusuma 2000). Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung
mengalami peningkatan dengan adanya back to nature serta obat dari bahan alam
juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan
(Pramono 2002).
Seiring dengan kesadaran masyarakat akan produk herbal, industri jamu
nasional mengalami kenaikan omzet sejak 2006. Pada tahun 2010 nilai industri
jamu naik dari Rp 8.5 triliun menjadi Rp 10 triliun. Pada tahun 2011 nilai omzet
jamu secara nasional meningkat mencapai Rp 11.5 triliun (Noeltrg 2012). Pada
tahun 2014 mencapai angka Rp 14 triliun (Hidayat 2014). Hal ini menjadi potensi
besar yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Tanaman kumis kucing merupakan salah satu tanaman obat yang telah lama
digunakan secara tradisional untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Kumis
kucing dapat digunakan sebagai diuretik, mengobati rematik, sakit perut, ginjal,
kandung kemih, dan asam urat (Basheer dan Majid 2011). Selain itu kumis kucing
juga dapat digunakan untuk mengobati albuminuria dan mampu menurunkan kadar
glukosa darah (Sentosa 2013). Kumis kucing tumbuh menyebar dari India,
Indonesia, Thailand dan daratan Malaysia hingga Australia tropis, tetapi jarang
ditemukan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Kumis kucing tumbuh di
padang rumput dan sepanjang tepian hutan atau tepian jalan, terkadang di tempat
yang terlindung dan tidak terlalu kering, tetapi juga dapat tumbuh di tempat yang
panas hingga ketinggian 1 200 m dpl (Syukur 2008).
Standar budidaya kumis kucing agar dapat menghasilkan produksi dan
kandungan senyawa kimia yang baik masih perlu dikembangkan, sehingga
penelitian tentang hal tersebut harus dilakukan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi dan kandungan senyawa pada tanaman obat adalah
pengaruh naungan dan pengaturan pemupukan. Kurata et al. (1991) menyebutkan
bahwa tingkat naungan yang berbeda menyebabkan perubahan karakter morfologi
dan fisiologi tanaman yang mempengaruhi metabolit sekunder seperti senyawa
fenolik pada tanaman. Menurut Fahn (1992) tanaman yang tumbuh pada
lingkungan berintensitas cahaya rendah ruas batang tanaman lebih panjang
tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang antar sel lebih besar, jaringan
pengangkut dan penguat lebih sedikit. Daun berukuran lebih besar, lebih tipis dan
ukuran stomata lebih besar, sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit,
ruang antar sel lebih banyak. Unsur nitrogen merupakan hara esensial yang
diperlukan dalam jumlah yang besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam
tanaman (Munawar 2011). Adnan (2003) melaporkan bahwa pupuk nitrogen
berpengaruh meningkatkan indeks luas daun, tinggi tanaman, jumlah daun dan

2
jumlah cabang, bobot basah dan bobot kering daun, serta bobot basah dan bobot
kering batang pada daun saga manis (Abrus precatorius L.). Bonifasius (2014)
menyebutkan bahwa dosis pemupukan terbaik untuk meningkatkan produksi
bobot daun tanaman kumis kucing adalah 39.37 N kg ha-1, 18 P kg ha-1, 30 K kg
ha-1 yang diaplikasikan pada 2 dan 4 MST (minggu setelah tanam). Jenis pupuk N
yang banyak dijumpai di pasaran di Indonesia adalah dalam bentuk urea
(CO(NH2)2), yang memiliki sifat mudah larut dalam air dan menguap ke udara
(Tisdale et al 1990) sehingga diperlukan cara dan dosis aplikasi yang tepat.
Potensi pemanfaatan pertanian dibawah tegakan cukup besar, yaitu sekitar
12.1 juta ha yang meliputi areal perkebunan negara dan swasta yang setiap
tahunnya sekitar 3-4% dari areal perkebunan tersebut merupkan areal tanam baru
yang bisa dimanfaakan untuk tanaman sela sampai tanaman perkebunan berumur
tiga tahun (Sopandie 2013). Penelitian ini dilakukan untuk menentukan tingkat
naungan dan cara pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar
sinensetin tanaman kumis kucing sehingga dapat dikembangkan budidaya
tanaman kumis kucing dibawah tegakan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh naungan dan cara
pemupukan nitrogen terhadap pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin
tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.).
Hipotesis
1. Terdapat tingkat naungan yang menghasilkan pertumbuhan, produksi, dan
kadar sinensetin terbaik pada tanaman kumis kucing.
2. Terdapat perlakuan cara pemupukan nitrogen yang menghasilkan
pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin terbaik pada tanaman kumis
kucing.
3. Terdapat tingkat naungan dan pupuk nitrogen yang menghasilkan
pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin pada tanaman kumis kucing.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Syarat Tumbuh Kumis Kucing
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) adalah tanaman obat dalam
famili Lamiaceae (Himani et al. 2013). Tumbuhan ini tumbuh tegak, tinggi 50150 cm. Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut
pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau
memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis,
panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm warnanya hijau. Bunga majemuk dalam tandan
yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat atau putih, benang sari
lebih panjang dari tabung bunga. Buah berupa buah kotak, bulat telur, masih muda

3
berwarna hijau, setelah tua berwarna cokelat. Biji kecil, masih muda berwarna
hijau, setelah tua berwarna hitam (Dalimartha 2000). Jenis kumis kucing
berdasarkan warna bunganya terdapat tiga jenis, yaitu berbunga ungu, berbunga
putih dengan tangkai berwarna agak merah, dan berbunga putih dengan tangkai
berwarna hijau (Syukur dan Hermani 2002).
Kumis kucing dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 100-1000
meter diatas permukaan laut. Tanaman ini menghendaki iklim tropis dengan curah
hujan rata-rata 3.000 mm tahun-1. Kumis kucing dapat tumbuh pada hampir semua
jenis tanah terutama pada jenis tanah yang cukup gembur, subur, banyak
mengandung humus dan ketebalan lapisan olah sedang. Pertumbuhan akan lebih
baik di tempat yang terbuka dan disinari matahari penuh dibanding di tempat yang
ternaungi (Sembiring et al. 2012).
Kandungan Senyawa Sinensetin dan Manfaat Tanaman Kumis Kucing
Senyawa kimia yang terdapat dalam daun kumis kucing antara lain adalah
garam kalium, senyawa saponin, alkaloid, minyak atsiri, glikosida orthosiponin
dan tanin. Kandungan bahan aktif utama yang paling stabil dalam daun kumis
kucing adalah komponen senyawa sinensetin yang telah dijadikan zat identitas
simplisia kumis kucing (Rosita dan Nurhayati 2004). Dalam kumis kucing
terdapat tiga macam flavonoid, yaitu sinensitin, eupatorin and γ‟-hydroxy5,6,7,4‟-tetramethoxyflavone yang memiliki sifat sitotoksik, anti jamur, dan anti
oksidan (Akowuah et al. 2004). Sinensetin merupakan senyawa hasil metabolisme
sekunder yang disintesis oleh tanaman bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
melainkan untuk kebutuhan sekunder, yaitu mempertahankan keberadaannya
dalam berinteraksi dengan ekosistem (Sumaryono 1994).
Manfaat dari tanaman kumis kucing adalah mengobati hipertensi, diabetes,
gangguan kemih, radang amandel, dan gangguan menstrulasi (Tahseen dan
Mishra 2013). Juga dapat mengobati sakit perut, ginjal, dan asam urat. Penelitian
menunjukkan bahwa kumis kucing menunjukkan berbagai sifat farmakologis
seperti anti-inflamasi, antioksidan, dan anti-bakteri. Di negara-negara Eropa dan
Asia Tenggara, kumis kucing dimanfaatkan sebagai teh, dikenal juga dengan
sebutan “java tea” (Himani et al. 2013).
Naungan
Cahaya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman karena selain berperan dominan pada proses fotosintesis, juga sebagai
pengendali, pemicu, dan modulator respon morfogenesis, khususnya pada tahap
awal pertumbuhan awal tanaman. Perubahan sebagai akibat stres naungan dapat
berupa perubahan struktur morfologi, fenomena fisiologi, dan modifikasi lintasan
biokimia (Sopandie 2013). Menurut Levitt (1980), adaptasi tanaman terhadap
naungan dilakukan melalui mekanisme penghindaran terhadap kekurangan cahaya
dan mekanisme toleran terhadap kekurangan cahaya. Pada mekanisme
penghindaran, tanaman akan meningkatkan luas area penangkapan cahaya dan
meningkatkan penangkapan cahaya per unit area fotosintetik, melalui
pengurangan cahaya yang ditransmisikan dan yang direfleksikan. Respons yang

4
lain adalah dengan meningkatkan jumlah kloroplas per luas daun dan dengan
peningkatan jumlah klorofil pada kloroplas.
Naungan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya
yang terlalu tinggi. Pemberian naungan dilakukan pada tanaman dalam fase
pembibitan. Pada fase pembibitan tanaman tidak tahan terhadap intensitas cahaya
yang terlalu tinggi, tanaman pada fase pembibitan hanya memerlukan 30-40%
cahaya. Pada tanaman kelompok C3 tidak hanya pada masa pembibitan tapi
sepanjang siklus hidupnya memerlukan naungan. Fungsi naungan selain untuk
mengurangi intensitas cahaya, naungan juga dimanfaatkan sebagai metode
pengendalian gulma pada tanaman pokok. Pemberian naungan juga dapat
mengurangi aliran udara di sekitar tajuk, manjaga kelembaban udara di daerah
tajuk lebih stabil 60-70%, dapat mengurangi evapotranspirasi, dan menjaga
keseimbangan antara kesediaan air dengan transpirasi dan fotosintesis tanaman
(Handoko 2002).
Menurut Aminudin (2004), pada kisaran naungan 40-70% tidak
mempengaruhi pertumbuhan, biomasa dan kandungan kalium tanaman kumis
kucing. Sedangkan kandungan sinensetin tertinggi terdapat pada tingkat
penutupan tajuk 61-70% yaitu sebesar 0.24%. Mariani (2009) menyebutkan
bahwa naungan mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah
daun, ukuran daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering simplisia. Perlakuan
naungan 50% menghasilkan tinggi tanaman tertinggi dan ukuran daun terbesar.
Perlakuan tanpa naungan memperoleh jumlah cabang primer, jumlah daun, bobot
basah dan bobot kering simplisia tertinggi tanaman sambiloto (Androgaphis
paniculata).
Pemupukan Nitrogen
Pemupukan merupakan penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah.
Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga ketersediaan unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman mengingat banyaknya unsur hara yang diserap dan
hilang akibat erosi dan pencucian. Di dalam tanaman, nitrogen berfungsi sebagai
komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim-enzim esensial
untuk kehidupan tanaman. Metabolisme nitrogen merupakan faktor utama
pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun (Munawar 2011). Tanaman yang tumbuh
pada nitrogen yang cukup berwarna lebih hijau. Kekurangan nitrogen dalam suatu
tanaman mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas,
daun-daun menguning dan gugur (Hardjowigeno 2007). Menurut Andalusia
(2005), pemberian pupuk urea pada tanaman jati belanda memberikan
pertumbuhan vegetatif (diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot basah dan
bobot kering tanaman) yang lebih baik. Erythrina (2005) menyebutkan bahwa
pemupukan nitrogen pada tanaman kumis kucing dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi, serta pemberian pupuk nitrogen yang berasal dari
pupuk kandang dapat memperlambat penurunan hasil terna pada panen kedua
maupun ketiga, sehingga total terna kering yang dihasilkan dari tiga kali panen
juga menjadi lebih tinggi. Rohmaliah (2003) menyebutkan bahwa perlakuan
nitrogen dalam bentuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap bobot daun tanaman
daun dewa, tetapi respon positif terhadap penambahan dosis.

5
Naungan mempengaruhi ketersediaan nitrogen dalam tanaman. Bonner
(1965) menyebutkan bahwa pada tanaman dengan kondisi naungan yang tinggi
terjadi penumpukan NO3- dan NH4+ dalam glutamin. Hal ini terjadi karena cahaya
pada naungan tersebut tidak cukup untuk mengubah sumber nitrogen utama
tersebut menjadi nitrogen organik yang akan dimanfaatkan untuk berbagai proses
metabolisme tanaman. Penelitian Pradnyawan et al. (2004) menyebutkan bahwa
kandungan nitrogen sambung nyawa terbesar terdapat pada perlakuan naungan
70% dan terendah pada perlakuan naungan 0%.
METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Biofarmaka,
Laboratorium Pasca Panen, dan Laboratorium Biofarmaka Institut Pertanian
Bogor. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Desember 2014 sampai Agustus
2015.
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat pertanian, label,
bagan warna daun (BWD), luximeter (alat pengukur intensitas cahaya), dan alat
di laboratorium untuk proses analisis sinensetin adalah sonikator, rotavapour,
High Performance Liquid Chomatrography (HPLC).
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit kumis kucing aksesi
intermediet (tangkai bunga putih dengan pucuk berwarna keunguan), pupuk
kandang 20 ton ha -1, kapur pertanian 2 ton ha -1, dan bahan di laboratorium untuk
proses analisis sinensetin adalah simplisia kumis kucing, methanol pa, kertas
saring, air (H2O), tetrahidrofuran (THF), dan kertas saringan Whatman 0.45 μm.
Metode Penelitian
Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan petak tersarang
(nested design) dengan dua faktor, yaitu tiga kelompok pemupukan nitrogen
tersarang dalam empat naungan. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali,
sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap unit percobaan berupa petak
dengan ukuran 2.1 m x 1.5 m dengan menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm,
sehingga terdapat 35 tanaman dalam satu petak. Total tanaman sebanyak 1 260
tanaman, setiap petak percobaan terdapat 6 tanaman contoh, sehingga total
terdapat 216 tanaman contoh. Perlakuan yang diuji adalah naungan 0%, naungan
25%, naungan 50%, naungan 75%; dan pemupukan nitrogen, yaitu tanpa
pemupukan nitrogen, pempukan 11.81 N kg ha-1 split; dan pemupukan 11.81 N kg
ha-1 non split.
Model linear yang digunakan adalah
Yijk
= μ + αi + j + τk(j) + ij + εijk

6
Keterangan :
Yijk
= nilai pengamatan perlakuan pemupukan nitrogen ke-i, naungan ke-j, dan
ulangan ke-k
μ
= nilai rata-rata umum
αi
= pengaruh utama faktor tetap pemupukan nitrogen lahan ke-i
j
= pengaruh utama faktor acak naungan ke-j
τk(j) = pengaruh acak kelompok ke-k tersarang dalam naungan ke-j
ij = pengaruh acak interaksi antara faktor tetap pemupukan nitrogen ke-i,
faktor acak naungan ke-j
εijk = pengaruh acak galat faktor tetap pemupukan nitrogen ke-i, faktor acak
naungan ke-j, ulangan ke-k
Data pengamatan yang diperoleh jika menyebar normal dianalisis dengan uji
F, jika tidak normal maka dilakukan transformasi. Data yang terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji
DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5% (Mattjik dan Sumertajaya
2013). Data diolah menggunakan SAS dan STAR IRRI.

Prosedur Penelitian
Persiapan lahan
Persiapan lahan dimulai dengan pembersihan gulma, pengolahan tanah
sedalam 20 cm kemudian tanah diratakan menggunakan cangkul. Pembuatan
petakan dengan ukuran 2.1 m x 1.5 m sebanyak 36 petak. Pemberian pupuk
kandang (20 ton ha-1) dan kapur pertanian (2 ton ha-1) dilakukan setelah
pembuatan petakan, kemudian didiamkan selama satu minggu.
Persemaian
Kegiatan dimulai dengan mempersiapkan bibit tanaman kumis kucing
melalui persemaian. Bahan stek diambil dari tanaman induk yang
pertumbuhannya subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit. Bibit yang
digunakan sebagai bahan tanam penelitian berumur lima minggu di persemaian.
Penanaman
Penanaman kumis kucing dilakukan dengan membuat lubang tanam jarak
tanam 30 cm x 30 cm. Setelah itu, bibit kumis kucing yang telah siap pindah
tanam ditanam pada lubang yang telah disediakan dengan melepas polybag
terlebih dahulu.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan berupa penyiraman, penyulaman, pengendalian
gulma serta hama penyakit tanaman. Pada awal penanaman penyiraman dilakukan
setiap hari. Pengendalian gulma dilakukan setiap hari selama penelitian.
Pemupukan nitrogen dilakukan sesuai perlakuan perlakuan, yaitu tanpa
pemupukan, pemupukan 11.81 N kg ha-1 split (diaplikasikan pada 2 MST dan 2
MSP) dan pemupukan 11.81 N kg ha-1 non split (diaplikasikan pada 2 MST).
Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat tanaman telah berbunga 75%. Pemanenan
dilakukan dengan cara pemangkasan batang tanaman 10-15 cm dari permukaan
tanah. Setelah itu dilakukan pemisahan daun, batang, dan bunga kumis kucing

7
kemudian dilakukan pengeringan didalam oven pada suhu 50oC - 60oC untuk
daun selama 2-3 hari dan 1050C untuk batang dan bunga (Sembiring et al. 2012).
Semakin tinggi suhu yang digunakan akan dapat menurunkan kadar sinensetin
dalam daun kumis kucing (Susiani 2010).

Pengamatan
a. Komponen pertumbuhan tanaman kumis kucing dilakukan pengamatan
terhadap 6 tanaman contoh. Peubah yang diamati meliputi:
1. Intensitas cahaya, diukur dengan menggunakan luximeter pada jam yang
sama selama tiga hari.
2. Persentase tumbuh, dihitung berdasarkan rasio jumlah tanaman yang
tumbuh terhadap tanaman secara keseluruhan. Pengamatan dilaksanakan
pada 1 MST.
3. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh
tertinggi. Pengamatan dilaksanakan mulai dari 1 MST sampai sesaat
sebelum panen.
4. Jumlah daun, daun yang diamati ialah daun yang membuka penuh atau
sempurna. Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.
5. Jumlah cabang, diamati dengan menghitung seluruh cabang yang muncul.
Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.
6. Jumlah buku, dihitung dari salah satu cabang tanaman. Pengamatan
dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.
7. Panjang ruas, diukur dari salah satu ruas dari cabang tanaman sampai buku
pertama. Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.
8. Diameter batang, dikur dari salah satu batang tanaman. Pengamatan
dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.
9. Warna daun, diamati perubahan yang terjadi akibat perlakuan naungan dan
pupuk urea yang diberikan dengan menggunakan bagan warna daun.
Pengamatan dilakukan dari 1 MST sampai sesaat sebelum panen.

Gambar 1 Bagan warna daun (BWD)
10. Indeks luas daun (ILD), dilakukan setelah panen dengan menggunakan
rumus (Syahadat 2012):
LD =
Keterangan :
LD
= Luas daun (cm2)
BD
= Bobot daun (g)
LD1 = Luas daun 1cm x 1cm
BD1 = Bobot daun 1cm x 1cm (g)

8
Indeks Luas Daun (ILD) ditentukan dengan menggunakan rumus :
ILD =
Keterangan :
ILD = Indeks luas daun
A
= Luas tanah per petak yang ditutupi tanaman (cm2)
LD
= Luas daun (cm2)
11. Waktu berbunga, diamati ketika tanaman kumis kucing sudah berbunga
75% dari populasi tanaman tiap unit percobaan.
b. Komponen panen kumis kucing dilakukan pengamatan yang meliputi:
1. Bobot segar total, didapatkan dari bobot tanaman setelah dipanen yang
mencakup daun, batang, dan bunga.
2. Bobot kering total, didapatkan dari bobot tanaman setelah dipanen dan
dikeringkan mencakup daun, batang, dan bunga.
3. Bobot daun segar, diperoleh dengan menimbang seluruh daun yang telah
dikeringkan.
4. Bobot daun kering, diperoleh dengan menimbang seluruh daun yang telah
dikeringkan.
5. Bobot batang segar, diperoleh dengan menimbang seluruh batang setelah
panen dalam keadaan segar.
6. Bobot batang kering, diperoleh dengan menimbang seluruh batang setelah
dikeringkan.
7. Estimasi produktivitas daun segar selama satu tahun
Hasil (ton ha-1) =
8. Estimasi produktivitas daun kering selama satu tahun
Hasil (ton ha-1) =
9. Kadar air, data bobot segar dan kering digunakan untuk mengetahui kadar
air dengan menggunakan rumus:
Kadar air (%) =
10. Rendemen Simplisia Daun per hektar
Rendemen (%) =
11. Kandungann senyawa sinensetin. Simplisia kumis kucing dihaluskan,
diambil sebanyak 1 gram dilarutkan menggunakan methanol 100 ml,
selanjutnya di shaker selama 4 jam kemudian disaring. Setelah itu
dilakukan evaporate hingga tersisa 5 ml. Ekstrak yang dihasilkan
dilarutkan ke 10 ml dengan pelarut campuran NaOH : air (6:4), saring 0.45
μm kemudian diinjeksikan kedalam HPLC. Penentuan kadar sinensetin
menggunakan rumus (Suryana 2010):
Kadar sinensetin (mg g-1) =
Keterangan :
vl
: volume larutan (mg)
fp
: faktor pengenceran

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Hasil analisis tanah yang dilakukan sebelum perlakuan menunjukkan bahwa
tanah pada lahan penelitian berjenis latosol dan bertekstur lempung berliat,
memiliki pH 4.9, C-organik sebesar 1.67%, N-total 0.14%, P2O5 8.6 ppm, dan
K2O 98 ppm (Lampiran 1). Pemupukan dilakukan pada umur 2 MST dan 2 MSP
dengan cara membuat alur yang mengelilingi tanaman. Rata-rata curah hujan
bulanan selama penelitian sebesar 238 mm bulan-1, rata-rata suhu harian sebesar
26oC (Lampiran 2). Hasil pengukuran intensitas cahaya pada naungan 0%, 25%,
50% dan 75% secara berturut-turut adalah 57339.70 lux, 40929.19 lux, 26369.70
lux, 4685.81 lux (lampiran 3).
Pertumbuhan tanaman pada awal penanaman kurang baik disebabkan oleh
kondisi cuaca yang panas dan kekurangan air, namun dapat diatasi dengan
melakukan penyiraman secara rutin. Kondisi umum penelitian disajikan pada
lampiran 4. Persentase tumbuh tanaman kumis kucing pada umur 1 MST cukup
tinggi yaitu sekitar 97.77-98.73%.
Tabel 1 Persentase tumbuh kumis kucing pada 1 MST
Tingkat naungan (%)
Persentase tumbuh (%)a
0%
97.77
25 %
98.73
50 %
98.41
75 %
98.73
a

-1

MST: minggu setelah tanam; 0: tanpa pupuk N; 11.81: 11.81 N kg ha split; 11.81: 11.81 N kg ha

-1

non split.

Hama yang menyerang tanaman kumis kucing adalah ulat jengkal
(Chrysodeixis chalcites). Bagian tanaman yang biasanya diserang adalah daun.
Gulma yang ditemui di lapangan adalah Imperata cylindrica, Ageratum
conyzoides, Cleome rutidosperma. Pemberantasan hama dan gulma yang
menyerang dilakukan secara manual.

10
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa naungan mempengaruhi
pertumbuhan kumis kucing pada panen pertama dan kedua. Pemupukan nitrogen
dan interaksi antara naungan dan pemupukan nitrogen pada umumnya tidak
mempengaruhi pertumbuhan kumis kucing (Tabel 2). Pada panen pertama,
naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang,
diameter batang, indeks luas daun dan berpengaruh nyata terhadap panjang ruas.
Interaksi antara naungan dan pemupukan nitrogen berpengaruh nyata terhadap
diameter batang. Pada panen kedua, naungan berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun dan indeks luas daun, serta berpengaruh nyata terhadap jumlah
cabang, panjang ruas dan diameter batang.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan
terhadap peubah pertumbuhan panen pertama dan kedua pada 7 MST
Hasil analisis sidik ragam
Panen 1 (MST)
Panen 2 (MSP)

Peubah

Persentase tumbuh

N

P

NxP

KK

N

P

NxP

KK

tn
tn
**
**
tn
*
**
**
**

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**

tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
**

2.88
20.71
15.88
21.15
6.19
21.30
10.48
22.88
0

tn
**
*
tn
*
*
**
**

tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
**

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**

-

Tinggi tanaman
18.53
Jumlah daun
20.83
Jumlah cabang
15.98
Jumlah buku
7.69
Panjang ruas
15.76
Diameter batang
11.55
ILD
25.85
Umur berbunga
0
Keterangan: ** : Berpengaruh sangat nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan
99%; * : berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 95%; + :
berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 90%; N: naungan; P:
pemupukan nitrogen; NxP: interaksi naungan dan pemupukan nitrogen; tn : tidak nyata; KK =
koefisien keragaman; tr: hasil transformasi akar (x+0.5)-1.

Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa naungan umumnya
mempengaruhi komponen hasil panen tanaman contoh kumis kucing pada panen
pertama kecuali bobot segar batang, bobot kering batang, kadar air batang dan
kadar air bunga. Pada panen kedua, naungan mempengaruhi bobot segar bunga,
bobot kering batang dan bobot kering bunga (Tabel 3). Pemupukan nitrogen dan
interaksi antara naungan dan pemupukan nitrogen pada umumnya tidak
mempengaruhi komponen hasil panen tanaman contoh kumis kucing.

11
Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan
nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman contoh kumis
kucing
Hasil analisis sidik ragam
Peubah

Panen 1
N

P

NxP

Panen 2
KK

N

P

NxP
KK
Bobot segar
Total
*
tn
tn
27.08
tn
tn
*
18.93tr
Daun
*
tn
tn
20.84
tn
tn
*
19.43tr
tr
Batang
tn
tn
tn
19.57
tn
tn
*
15.62tr
tr
Bunga
**
tn
tn
16.03
**
tn
tn
11.36tr
Bobot kering
Total
**
*
tn
21.20
tn
tn
tn
25.66
Daun
**
*
tn
17.88
tn
tn
tn
25.39
Batang
tn
tn
tn
13.30tr
*
tn
tn
25.25
tr
Bunga
**
**
**
5.74
**
tn
tn
31.44tr
Kadar air
Daun
**
tn
tn
8.82
tn
tn
tn
24.16
Batang
tn
tn
tn
20.75
tn
tn
tn
17.91
Bunga
tn
tn
tn
13.23tr
tn
tn
tn
16.00tr
RS
**
tn
tn
8.82
tn
tn
tn
24.16
Keterangan: **: Berpengaruh sangat nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan
99%; *: berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 95%; + :
berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 90%; N: naungan; P:
pemupukan nitrogen; NxP: interaksi naungan dan pemupukan nitrogen; tn: tidak nyata; KK:
koefisien keragaman; tr: hasil transformasi akar (x+0.5)-1; RS: Rendemen daun.

Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa naungan umumnya
mempengaruhi komponen hasil panen tanaman per petak kumis kucing pada
panen pertama kecuali kadar air bunga. Pada panen kedua, naungan
mempengaruhi bobot segar bunga, bobot kering bunga, estimasi produktivitas
daun segar dan kering. Pemupukan nitrogen pada umumnya mempengaruhi
komponen hasil panen pada panen pertama, namun tidak berpengaruh pada panen
kedua. Interaksi naungan dan pemupukan nitrogen tidak mempengaruhi
komponen hasil panen kumis kucing.

12
Tabel 4 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pegaruh naungan dan pemupukan
nitrogen terhadap peubah komponen hasil panen tanaman per petak
Hasil analisis sidik ragama
Peubah

Panen 1
N

P

NxP

Panen 2
KK

N

P

NxP
KK
Bobot segar
Total
*
*
tn
23.22
tn
tn
tn
6.62tr
Daun
*
*
tn
19.49
tn
tn
tn
6.83tr
tr
Batang
*
tn
tn
5.85
tn
tn
tn
7.18tr
tr
Bunga
**
tn
tn
16.18
**
tn
tn
27.79tr
Bobot kering
Total
**
tn
tn
4.90tr
tn
tn
tn
27.85
Daun
**
**
tn
14.47
tn
tn
tn
27.46
Batang
*
*
tn
25.42
tn
tn
tn
26.59
Bunga
**
**
tn
14.88tr
**
tn
tn
38.29tr
Kadar air
Daun
**
*
tn
9.51
tn
tn
tn
20.02
Batang
*
tn
tn
21.28
tn
tn
tn
17.26
Bunga
tn
tn
tn
13.27tr
tn
tn
tn
23.44tr
RS
**
*
tn
9.51
tn
tn
tn
20.02
Produktivitas
PDS
**
*
tn
19.62
*
tn
*
16.74tr
PDK
**
*
tn
13.83
**
tn
tn
28.84
Keterangan: **: Berpengaruh sangat nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan
99%; *: berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 95%; + :
berpengaruh nyata pada pengujian sidik ragam pada selang kepercayaan 90%; N: naungan; P:
pemupukan nitrogen; NxP: interaksi naungan dan pemupukan nitrogen; tn tidak nyata; KK:
koefisien keragaman; tr: hasil transformasi akar log (x+1); RS: rendemen daun; PDS: estimasi
produktivitas daun segar per tahun; PDK: estimasi produktivitas daun kering per tahun.

Pertumbuhan vegetatif
Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
Pertumbuhan kumis kucing mengalami peningkatan dari minggu ke 1
sampai minggu ke 7 panen pertama dan kedua. Berdasarkan gambar 1 dapat
diketahui bahwa tinggi tanaman pada panen pertama lebih tinggi dari pada panen
kedua, sementara jumlah daun dan jumlah cabang panen kedua lebih besar
daripada panen pertama.

13
Tinggi tanaman

Jumlah daun
500

30
TT1

20
10

TT2

0

40

400
300
JD1

200
100

Jumlah cabang

40

Jumlah daun (helai)

0%

Tinggi tanaman (cm)

50

Jumlah cabang

30
20
JC1
10
JC2

JD2
0

0

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

Minggu ke-

Minggu ke-

Minggu ke-

500

30
20

TT1

10

TT2

0

40

400
300
200

JD1

100

JD2

Jumlah cabang

40

Jumlah daun (helai)

25%

Tinggi tanaman (cm)

50

30
20
JC1
10

JC2

0
1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

Minggu ke-

Minggu ke-

0
1 2 3 4 5 6 7
Minggu ke-

20

TT1

10

TT2

300
200

JD1

100

JD2

25
20
JC1

15
10

JC2
5

0

0

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

Minggu ke-

Minggu ke-

Minggu ke-

500

40

400

30
20

TT1

10

TT2

0

40

300
200

JD1

100

JD2

0

Jumlah cabang

50
Jumlah daun (cm)

Tinggi tanaman (cm)

30

400

Jumlah cabang

30

0

75%

35

500

40

Jumlah daun (helai)

50%

Tinggi tanaman (cm)

50

30
20
JC1
10

JC2

0

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

Minggu ke-

Minggu ke-

Minggu ke-

Gambar 2 Pola pertumbuhan vegetatif kumis kucing pada berbagai tingkat
naungan
Tanaman tanpa naungan umumnya menghasilkan jumlah daun, jumlah
cabang tertinggi pada panen pertama dan kedua (Tabel 5). Perlakuan nuangan
75% menurunkan jumlah daun, jumlah cabang sebesar 62.45% dan 61.72%.

14
Tabel 5 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah
cabang 7 MST
Naungan
Peubah
0%
25 %
50 %
75 %
Panen 1
40.22
45.70
43.67
40.92
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun
306.92 a
259.45 b
244.54 b
115.24 c
Jumlah cabang
22.31 a
15.58 b
17.30 b
8.54 c
Panen 2
26.40
27.74
25.01
25.15
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun
407.02 a
383.59 a
362.02 a
176.41 b
Jumlah cabang
5.74 a
4.84 bc
5.58 ab
4.48 c
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masingmasing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
pada taraf α 5%.

Pada panen pertama, kumis kucing yang ditanam dengan pemupukan
11.81 N kg ha-1 split menghasilkan jumlah daun tertinggi. Pemupukan 11.81 N kg
ha-1 split meningkatkan jumlah daun 15.21% (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan
jumlah cabang
Pupuk nitrogen (kg ha-1)
Peubah
11.81 (split)
11.81 (non split)
0
Panen 1
42.33
44.44
41.12
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun
213.40 b
251.71 a
229.49 ab
14.94
17.19
15.67
Jumlah cabang
Panen 2
25.93
26.57
25.72
Tinggi tanaman (cm)
323.26
358.17
315.35
Jumlah daun
5.09
5.51
4.89
Jumlah cabang
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masingmasing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan
pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Jumlah buku, panjang ruas, dan diameter batang
Perlakuan naungan 75% menghasilkan diameter batang paling kecil jika
dibandingkan perlakuan naungan lainnya, namun pada panen kedua naungan 75%
tidak berbeda dengan naungan 50% (Tabel 7).

15
Tabel 7 Pengaruh naungan terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan diameter
batang
Perlakuana
Peubah
Naungan
0%
25 %
50 %
75 %
Panen 1
12.98
12.49
12.44
12.15
Jumlah buku
3.39 a
2.38 b
3.07 a
3.09 a
Panjang ruas (cm)
3.33 a
3.37 a
2.77 b
Diameter batang (mm) 3.30 a
Panen 2
9.33
9.98
9.76
9.55
Jumlah buku
3.09 a
2.50 b
3.05 a
3.18 a
Panjang ruas
3.95 a
3.70 ab
3.35 b
Diameter batang (mm) 4.06 a
a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor
perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α
5%.

Pada panen pertama, kumis kucing yang ditanam dengan pemupukan
11.81 N kg ha-1 split menghasilkan panjang ruas tertinggi namun tidak berbeda
dengan perlakuan tanpa pemupukan nitrogen.
Tabel 8 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap jumlah buku, panjang ruas, dan
diameter batang
Perlakuana
Peubah
Pupuk nitrogen (kg ha-1)
11.81 (split)
11.81 (non split)
0
Panen 1
12.27
12.85
12.42
Jumlah buku
2.98 ab
3.31 a
2.66 b
Panjang ruas (cm)
3.33
3.14
Diameter batang (mm) 3.11
Jumlah buku
Panjang ruas (cm)
Diameter batang (mm)

9.71
2.84
3.57

Panen 2
9.54
3.03
3.78

9.72
2.99
3.95

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor
perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α
5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2
MST dan 2 MSP setengah dosis.

Warna daun
Warna daun tiga taraf pemupukan nitrogen didalam empat taraf naungan
adalah hijau muda, hijau, dan hijau tua (Tabel 9). Tanaman dengan perlakuan
naungan 0% menghasilkan warna daun paling muda. Semakin tinggi taraf
naungan menyebabkan warna daun semakin tua. Hal ini diduga karena pada
intensitas cahaya rendah, kloroplas terkonsentrasi pada permukaan daun sehingga
warna daun semakin tua.

16
Tabel 9 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap warna daun panen
pertama dan kedua
P (kg ha-1)
0
11.81 (split)
11.81 (non split)
25
0
11.81 (split)
11.81 (non split)
50
0
11.81 (split)
11.81 (non split)
75
0
11.81 (split)
11.81 (non split)
X2 (Chi-Square)
Uj Friedmana
N
0

WD 1
3.71
4.05
3.86
4.00
4.12
4.29
4.62
4.38
4.76
4.74
4.57
4.86

Keterangan
Hijau muda
Hijau
Hijau muda
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
23.07
*

WD 2
3.71
3.95
3.67
3.90
4.57
4.67
4.64
4.71
4.90
4.10
5.00
4.90

Keterangan
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau tua
Hijau
23.07
*

Keterangan: N: naungan (%); P: pemupukan nitrogen; *: Berbeda nyata pada taraf 5%; **:
Berbeda nyata pada taraf 1%; 2: hijau kekuningan; 3: hijau muda; 4: hijau; 5: hijau tua; split :
pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2 MST dan 2
MSP setengah dosis; WD1: warna daun pada 7 MST; WD2: warna daun pada 7 MSP.

Indeks luas daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa naungan dan pemupukan nitrogen
mempengaruhi indeks luas daun (ILD) panen pertama dan kedua (Tabel 10).
Naungan 50% memiliki ILD terbesar yaitu dua kali lebih besar dibandingkan
naungan 0%. Pemupukan 11.81 N kg ha-1 split menghasilkan nilai ILD paling
besar yaitu 1.41 kali lebih besar dibandingkan tanpa pemupukan.
Tabel 10 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap indeks luas daun
petak kumis kucing pada panen pertama dan kedua
Perlakuan
Tingkat Naungan (%)
0
25
50
75
Pupuk Nitrogen (kg ha-1)
0
11.81 (split)
11.81 (non split)
a

Indeks luas dauna
Panen I

Panen 2

2.72 c
3.85 b
6.12 a
2.82 c

2.94 b
3.72 ab
4.64 a
3.18 b

3.67
3.79
4.18

3.08 b
4.36 a
3.45 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masingmasing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan
pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

17
Pertumbuhan generatif
Umur berbunga
Tanaman kumis kucing pada naungan 0% dan 25% paling cepat berbunga
jika dibandingkan dengan naungan lainnya (Tabel 11), terdapat kecenderungan
bahwa semakin tinggi tingkat naungan menyebabkan semakin lama tanaman
untuk berbunga. Hal inilah yang mengakibatkan frekuensi panen semakin kecil
atau rotasi panen semakin lama. Frekuensi panen naungan 0% dan 25% lebih
besar satu setengah kali jika dibandingan naungan lainnya.
Tabel 11 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap umur berbunga
pada panen pertama dan kedua
Perlakuan

Panen 1
(minggu)

Tingkat Naungan (%)
0
8.00 c
25
8.00 c
50
9.00 b
75
12.00 a
Pupuk Nitrogen (kg ha-1)
0
9.25
11.81 (split)
9.25
11.81 (non split)
9.25

Panen 2
(minggu)

Rata-rata
(minggu)

Frekuensi
panen

7.00 c
7.00 c
9.00 b
12.00 a

7.50 c
7.50 c
9.00 b
12.00 a

6.00 a
6.00 a
5.00 b
4.00 c

8.75
8.75
8.75

9.00
9.00
9.00

5.25
5.25
5.25

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masingmasing faktor perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
pada taraf α 5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan
pada 2 MST dan 2 MSP setengah dosis.

Komponen hasil
Bobot segar tanaman contoh
Naungan 75% pada umumnya menurunkan semua peubah hasil panen
pertama dan kedua (Tabel 12). Pada panen pertama, naungan 75% menurunkan
bobot segar daun, bobot segar batang, bobot segar bunga, dan bobot total sebesar
23.46%, 19.91%, 63.72%, dan 34.07% dibandingkan dengan naungan 0%.

18
Tabel 12 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot segar
tanaman contoh pada panen pertama dan kedua
Perlakuan

Daun

Tingkat Naungan (%)
0
31.79 a
25
31.95 a
50
33.17 a
75
24.33 b
Pupuk Nitrogen (kg ha-1)
0
27.23
11.81 (split)
31.50
11.81 (non split)
32.20
Tingkat Naungan (%)
0
21.76
25
20.55
50
20.14
75
17.41
Pupuk Nitrogen (kg ha-1)
0
17.28
11.81 (split)
22.34
11.81 (non split)
20.28

Bobot segar (g)a
Batang
Bunga
Panen I

Total

22.89 (4.67 a)
21.14 (4.62 a)
23.16 (4.83 a)
14.13 (3.74 b)

3.91 (2.04 a)
2.58 (1.74 b)
1.17 (1.27 c)
0.06 (0.74 d)

58.43 a
55.61 a
56.31 a
38.52 b

17.88 (4.21)
23.64 (4.80)
19.48 (4.38)
Panen 2

1.69 (1.40 ab)
2.46 (1.59 a)
1.64 (1.36 b)

46.68
56.72
53.31

9.95 (3.17)
11.91 (3.44)
12.13 (3.51)
8.75 (2.96)

2.08 (1.97 a)
2.02 (1.86 a)
1.62 (1.25 b)
1.01 (0.77 c)

35.43 (5.85)
36.03 (5.79)
33.41 (5.76)
26.28 (5.08)

9.65 (3.12)
11.47 (3.38)
10.93 (3.32)

1.71 (1.37)
2.37 (1.51)
2.33 (1.52)

28.63 (5.24)
36.19 (5.90)
33.63 (5.71)

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor
perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α
5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2
MST dan 2 MSP setengah dosis; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi (x+0.5)-1.

Interaksi antara naungan dan pemupukan nitrogen berbeda nyata terhadap
bobot segar total, batang, dan bunga panen kedua (Tabel 13). Tanaman kumis
kucing yang ditanam pada pemupukan 11.81 N kg ha-1 non split dalam naungan
25% menghasilkan bobot segar total, bobot segar daun, dan bobot segar bunga
tertinggi.

19
Tabel 13 Pengaruh interaksi naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot
segar total, batang, dan bunga panen kedua
Pupuk nitrogen (kg ha-1)a
Naungan (%)
0
11.81 (split)
11.81 (non split)
Bobot segar total
0
25
50
75

43.22 a
13.80 b
29.78 ab
27.73 ab

34.69 a
43.41 a
37.64 a
29.03 a

0
25
50
75

25.94 a
6.94 b
18.36 ab
17.88 ab

22.69 a
24.91 a
22.28 a
19.47 a

0
25
50
75

12.64 a
6.28 c
10.13 ab
9.57 ab

8.05 b
14.24 a
14.12 a
9.49 ab

28.38 b
50.89 a
32.81 ab
22.09 b

Bobot segar daun
16.65 ab
29.79 a
19.77 a
14.90 ab

Bobot segar batang
9.16 b
15.22 a
12.14 ab
7.18 b

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor
perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α
5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2
MST dan 2 MSP setengah dosis.

Bobot kering tanaman contoh
Naungan sampai taraf 50% pada umumnya meningkatkan bobot kering
tanaman kecuali pada bobot kering bunga (Tabel 14). Pada panen pertama
naungan 75% menurunkan bobot kering daun, batang, bunga dan total masingmasing sebesar 38%, 13%, 98%, dan 33% dibandingkan tanpa naungan.
Perlakuan pemupukan 11.81 N kg ha-1 split memberikan hasil tertinggi terhadap
bobot kering daun, bobot kering bunga, dan bobot kering total panen pertama.

20
Tabel 14 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap bobot kering
tanaman contoh pada panen pertama dan kedua
Perlakuan

Daun

Tingkat Naungan (%)
0
6.47 a
25
4.87 b
50
6.13 a
75
3.95 b
Pupuk Nitrogen (kg ha-1)
0
4.75 b
11.81 (split)
5.87 a
11.81 (non split)
5.45 ab
Tingkat Naungan (%)
0
3.57 ab
25
3.06 b
50
4.02 a
75
2.96 b
Pupuk Nitrogen (kg ha-1)
0
3.15
11.81 (split)
3.57
11.81 (non split)
3.48

Bobot kering (g) a
Batang
Bunga
Panen 1

Total

3.44 (1.96 ab)
3.28 (1.93 ab)
4.27 (2.17 a)
2.97 (1.82 b)

0.62 (1.06 a)
0.33 (0.91 b)
0.17 (0.81 c)
0.01 (0.71 d)

10.53 a
8.49 b
10.57 a
6.95 b

3.11 (1.88)
3.95 (2.09)
3.42 (1.95)
Panen 2

0.21 (0.84 b)
0.37 (0.92 a)
0.25 (0.85 b)

8.07 b
10.21 a
9.14 ab

1.82 b
2.17 ab
2.50 a
1.64 b

0.46 (0.97 a)
0.33 (0.90 ab)
0.21 (0.83 b)
0.01 (0.71 c)

5.87 a
5.57 ab
6.74 a
4.62 c

1.98
2.13
1.99

0.22 (0.84)
0.30 (0.88)
0.25 (0.85)

5.36
6.01
5.73

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing faktor
perlakuan naungan dan pemupukan nitrogen tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α
5%; split : pemupukan dilakukan sekali pada 2 MST; non split : pemupukan dilakukan pada 2
MST dan 2 MSP setengah dosis; angka dalam kurung merupakan hasil transformasi (x+0.5)-1.

Kadar air tanaman contoh
Data bobot segar dan kering dapat digunakan untuk mengetahui kadar air
tanaman. Pada panen pertama, kadar air daun tertinggi terdapat pada naungan 0%,
sementara kadar air batang dan bunga tertinggi terdapat pada naungan 75% namun
tidak berbeda dengan naungan 0% dan 50%. Perlakuan pemupukan 11.81 N kg
ha-1 split menghasilkan kadar air paling tinggi namun tidak berbeda dengan
perlakuan tanpa pemupukan nitrogen. Kadar air daun berkisar 16.22-21.00%,
kadar air batang berkisar 15.76-21.35%, kadar air bunga berkisar 10.08-19.26%
dan rendemen simplisia daun 15.27-21.00%.

21
Tabel 15 Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen terhadap ka