Pertumbuhan, produksi dan kadar bioaktif sinensetin kumis kucing (Orthosipon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai dosis pemupukan N, P, dan K

PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KADAR BIOAKTIF
SINENSETIN KUMIS KUCING (Orthosipon aristatus Bl. Miq.)
PADA BERBAGAI DOSIS PEMUPUKAN N, P, dan K

BONIFASIUS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan, Produksi
dan Kadar Bioaktif Sinensetin Kumis Kucing (Orthosipon aristatus Bl. Miq.)
pada berbagai dosis pemupukanadalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September2014
Bonifasius
NIM A24090190

ABSTRAK
Peningkatan produktivitas kumis kucing membutuhkanperbaikan teknik
budidaya, salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan pemupukan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan dosis pemupukan N,P, dan K yang
tepat untuk pertumbuhan dan produksi biomassa dan kadar sinensetin tanaman
kumis kucing (Orthosipon aristatus).Percobaan ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu perlakuan pemupukan N, P
dan K. Terdapat limataraf perlakuan yaitu: kontrol, tanpa pemberian pupuk N, P,
dan K , ½ dosis rekomendasi (N : 39.37 kg/ha, P : 18 kg/ha, K: 30 kg/ha), 1 dosis
rekomendasi (N : 78.75 kg/ha, P : 36 kg/ha, K: 60 kg/ha), 1½ dosis rekomendasi
(N : 118.12 kg/ha, P : 54 kg/ha, K: 90 kg/ha), 2 dosis rekomendasi (N : 157.50
kg/ha, P : 72 kg/ha, K: 120 kg/ha) setiap perlakuan diulang empat kali sehingga
terdapat 33 tanaman setiap percobaan. Tanaman kumis kucing dipupuk pada 2

dan 4 MST (Minggu Setelah Tanam) sesuai dengan perlakuan dosis yang
ditentukan. Pemupukan N, P, dan K mampu meningkatkatkan pertumbuhan
vegetatif dan meningkatkan produksi biomasa pada tanaman kumis kucing
(Orthosipon aristatus). Dosis pemupukan terbaik untuk meningkatkan produksi
bobot basah daun tanaman kumis kucing adalah dengan dosis 1/2 rekomendasi
yaitu N: 39.37 kg/ha, P: 18 kg/ha, K: 30 kg/ha.
Kata kunci : kumis kucing, pengaruh pupuk, sinensetin,
,

ABSTRACT
The Increasing of Java Tea Plant (Orthosipon aristatus) productivity
needs the improvement of cultivation techniques. One of the improvements is
fertilization. The objective of this research was to get accurate dosage of N, P,
and K fertilizer application to increase vegetative growth, biomass production
and sinensetin compound. The research was arranged in Randomized Block
Design (RBD) with single factor namely N, P, and K fertilization. There were 5
levels in this research. Those treatments were control: without any N, P, and K
fertilizer, ½ recommended dosage (N : 39.37 kg/ha, P : 18 kg/ha, K: 30 kg/ha), 1
recommended dosage (N : 78.75 kg/ha, P : 36 kg/ha, K: 60 kg/ha); 1½
recommended dosage (N : 118.12 kg/ha, P : 54 kg/ha, K: 90 kg/ha), 2

recommended dosage (N : 157.50 kg/ha, P : 72 kg/ha, K: 120 kg/ha), and each of
treatment was replicated four times,so there were 33 plants per each plot.
Fertilizer was applicated on 2 and 4 weeks after planting in accordance with the
predetermined dosage. The results showed that N, P, and K fertilization gave
significant influence to vegetative growth and increase biomass production on
java tea plant. The best dosage of N, P, and K fertilization for wet weight of
leaves production of Java Tea Plants was 1/2 recommended dosage N: 39.37
kg/ha, P: 18 kg/ha, K: 30 kg/ha.
Keywords: java tea plant, fertilizer effect, sinensetin

PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KADAR BIOAKTIF
SINENSETIN KUMIS KUCING (Orthosipon aristatus Bl. Miq.)
PADA BERBAGAI DOSIS PEMUPUKAN N, P, dan K

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan, produksi dan kadar bioaktif sinensetin kumis kucing
(Orthosipon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai dosis pemupukan N,
P, dan K
Nama
: Bonifasius
NIM
: A24090190

Disetujui oleh

Juang Gema Kartika SP MSi
Pembimbing I

Dr Ani Kurniawati SP MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
penelitian yang berjudul pertumbuhan produksi dan kadar bioaktif sinensetin
kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai dosis
pemupukanyang dilakukan pada bulan Agustus 2013 – Januari 2014 di kebun
percobaan Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Penelitian ini
merupakan bagian dari penelitian berjudul “Pengembangan Herba Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) Sebagai Bahan Obat Herbal Anti Hyperglikemia
Melalui Standarisasi Produksi Biomassa, Kadar Bioaktif dan Pengujian
Khasiatnya”: dengan Ketua Dr Ani Kurniawati SP MSi, Sumber Dana BOPTN
Lintas Fak/Dept/Pusat.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Juang Gema Kartika, SP MSi
dan Dr Ani Kurniawati, SP MSi selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan saran dan pengarahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Suwarto, MSi
selaku pembimbing akademik, pemerintah Kabupaten Bengkayang yang selama
ini telah mendanai selama proses pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis
juga sampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orangtua yang selalu
memberikan doa serta dukungan untuk penulis. Penulis berharap penelitian yang
dilakukan ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan.

Bogor, September 2014

Bonifasius

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR


ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis


2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kumis Kucing

2

Budidaya Kumis Kucing

3

Sinensetin

3

Pemupukan N, P, dan K


3

METODE

5

Tempat dan Waktu Percobaan

5

Bahan

5

Alat

6

Prosedur Analisis Data


6

Pelaksanaan Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum

9
9

Rekapitulasi Sidik Ragam

10

Hasil

12


Pembahasan

28

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap
peubah vegetatif tanaman kumis kucing periode pertam
Tinggi tanaman kumis kucing pada umur 1-6 MST
Jumlah daun tanaman kumis kucing pada umur 1-6 MST
Jumlah cabang kumis kucing pada umur 1-6 MST
Jumlah buku kumis kucing pada umur 1-6 MST
Panjang ruas kumis kucing pada umur 1-6 MST
Lebar kanopi kumis kucing pada umur 1-6 MST
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap
tanaman kumis kucing
Bobot tanaman Kumis kucing per petak
Bobot tanaman contoh Kumis kucing pada perlakuan pemupukan
Kadar air tanaman contoh Kumis kucing
Kadar air per petak tanaman Kumis kucing
Kandungan sinensetin periode panen pertama tanaman Kumis kucing

10
11
13
15
17
18
19
20
21
22
26
27
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kondisi tanaman setiap minggu
Pengaruh pemupukuan N, P, dan K terhadap peubah tinggi tanaman
umur 6 MST periode 2
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah daun umur
6 MST periode 1
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah daun umur
6 MSP periode 2
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah cabang
umur 6 MSP (periode 2)
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah buku
periode 1
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah buku
periode 1
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah panjang ruas 6
MSP (periode 2)
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah bobot kering daun
per petak periode 1
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah bobot basah daun
tanaman contoh periode 1
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah bobot kering daun
tanaman contoh periode 1
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah bobot basah daun
tanaman contoh periode 2
Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah bobot kering daun
tanaman contoh periode 2

9
12
14
14
16
17
18
19
22
23
24
24
25

14

Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah bobot kering
batang tanaman contoh periode 2

25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Data analisis tanah Kebun Biofarmaka, Cikabayan, Insititut Pertanian
Bogor, Bogor tahun 2013
High Performance Liquid Chomatography (HPLC)

34
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat sebagai
obat tradisional. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan manfaat tanaman obat. Produksi tanaman obat secara umum
mengalami peningkatan 11.25% dari tahun 2011 hingga 2012. Berdasarkan data
statistik, nilai ekspor tanaman obat tahun 2012 mencapai US$ 7.469.935
(Direktorat Jenderal Hortikultura 2013). Ragam jenis tanaman obat telah lama
digunakan baik sebagai bahan baku obat modern maupun obat tradisional.
Umumnya mutu atau zat berkhasiat obat terbentuk selama dalam proses
pertumbuhan tanaman, pengumpulan bahan, pengeringan, dan penyimpanan
(Sutrisno 1996).
Menurut Anggraeni dan Triantoro (1992) salah satu jenis tanaman obat
potensial yang sejak lama telah diekspor adalah kumis kucing (Orthosipon
aristatus). Bagian tanaman kumis kucing yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku obat-obatan adalah daunnya. Kumis kucing merupakan salah satu jenis
tanaman obat yang kaya akan berbagai kandungan kimia. Kandungan kimia
tersebut antara lain, orthosiphon glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak
lemak, saponin, sapofonin, garam kalium 0.6-3.5% dan myoinositol. Kandungan
utama tanaman kumis kucing adalah kalium dan saponin, namun diketahui pula
bahwa terdapat zat kimia anti bakteri yaitu sinensetin.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah
ketersediaan air dan unsur hara. Kekurangan atau pun kelebihan air dan unsur hara
tertentu dapat menyebabkan terganggunya biosintesis protein dan klorofil,
metabolisme sel, penurunan fotosintesis dan akhirnya menghambat pertumbuhan
tanaman (Ernawati 1996). Menurut Kastono et al. (2005) Pemupukan tanaman
bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam
tanah, sehingga produksi dapat ditingkatkan. Hal ini berarti penggunaan pupuk
dan input lainya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi
pemupukan haruslah diketahui, karena kelebihan atau ketidaktepatan pemberian
pupuk merupakan pemborosan yang bearti memperbesar input. Pemupukan
mempunyai dua tujuan utama, yaitu: mengisi perbekalan zat makanan tanaman
yang cukup, dan memperbaiki atau memelihara keutuhan kondisi tanah, dalam hal
struktur, kondisi pH, potensi pengikat terhadap zat makanan tanaman dan
sebagainya.
Peningkatan produktivitas tanaman kumis kucing memerlukan perbaikan
teknik budidaya. Salah satu usaha perbaikan tersebut adalah dengan melakukan
penambahan unsur hara (pemupukan) agar pertumbuhan dan produksi biomasa
tanaman kumis kucing dapat meningkat. Afrianti (2011) merekomendasikan
pemupukan tanaman kumis kucing yaitu N :78.75 kg/ha, P-36 : 36 kg/ha, K: 60
kg/ha. Percobaan ini adalah untuk mendapatkan dosis pemupukan N, P, dan K
terbaik untuk meningkatkan produktivitas tanaman kuis kucing. Soepartini et al.
(1994) mengatakan agar dapat mencapai produksi yang optimal, perlu
memperhatikan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pemupukan hendaknya
dilakukan berdasarkan uji tanah dan kebutuhan tanaman, pemupukan yang

2

berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hara dalam tanah, sedangkan
pemberian pupuk dalam jumlah yang kecil tidak dapat mencapai tingkat produksi
yang optimal.
Tujuan Penelitian
Mendapatkan dosis pemupukan N, P, dan K yang terbaik untuk
pertumbuhan dan produksi biomassa dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing
(Orthosipon aristatus Bl. Miq).
Hipotesis
Terdapat minimal 1 kombinasi pupuk N, P, dan K yang menghasilkan
pertumbuhan, produksi biomassa dan kadar sinensetin tanaman kumis kucing
tertinggi.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kumis Kucing
Kumis kucing (Orthosipon aristatus) secara taksonomi diklasifikasikan
sebagai berikut (Mursito dan Prihmantoto 2002)
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Spermathophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Sympetale
: Tubiflorae
: Labiatae (Lamiaceae)
: Orthosiphon
: Orthosiphon aristatus Miq

Tanaman ini memiliki beberapa sinonim nama latin, antara lain:
Orthosiphon stamineus Benth, O. grandiflorum auct. non Terrac., O. spicatus
auct.non Benth (De Padua et al. 1999). Tanaman kumis kucing berasal dari
wilayah Afrika tropis kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Disebut
kumis kucing karena kumpulan benang sari bunganya panjang dan menjulur dari
dua sisi yang berbeda sehingga mirip dengan kumis kucing (Mursito dan
Prihmantoto 2002).
Kumis kucing merupakan tanaman terna, tahunan, tumbuh tegak dengan
tinggi mencapai 50-150 cm. batang tanaman ini berkayu, segi empat agak beralur,
beruas, bercabang, berambut pendek, dan berakar kuat.Daun kumis kucing
berbentuk bulat telur dengan panjang 2-10 cm dan lebar 1-5 cm, berambut halus,
tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing. Bunga kumis kucing termasuk ke
dalam bunga majemuk dalam tandan yang keluar dari ujung percabangan,
berwarna ungu pucat atau putih, dan benang sari yang lebih panjang dari tabung

3

bunga. Buahnya berupa kotak, bulat telur, saat masih muda berwarna hijau,
kemudian coklat setelah tua (Dalimartha 2000).
Kumis kucing memiliki efek farmakologi seperti antiradang, infeksi
kandung kemih, batu saluran kemih dan empedu, asam urat, kencing batu dan
keputihan. Bagian kumis kucing yang berkhasiat adalah bagian daun. Daun kumis
kucing mengandung senyawa sinensetin, flavon-flavon, 2-flavonol glikosida, zat
samak, saponon, garam kalium, asam-asam organik, tanin, dan minyak atsiri.
(Mahendra 2005).
Budidaya Kumis Kucing
Tanaman kumis kucing dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah
sampai dengan 1.500 mdpl. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah
tanah gembur dan subur dengan kandungan humus yang cukup. Tanaman ini
menghendaki iklim tropis dengan curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun.
Pertumbuhan tanaman kumis kucing akan lebih baik di tempat yang terbuka dan
disinari matahari penuh dibandingkan di tempat yang ternaungi. Tanaman kumis
kucing ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah mulai dari tanah ringan hingga
tanah berat kecuali yang bersolum dangkal (Syukur dan Hernani 2002).
Kumis kucing dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang (Dalimartha
2000). Bibit yang digunakan adalah stek sepanjang 40 cm dengan 4-8 mata tunas
dengan masa panen sekali 2 bulan. Stek batang yang diperoleh, ditanam
dipersemaian terlebih dahulu. Persemaian ditempat terbuka harus diberi atap
naungan, pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan bertunas dan umur 2
minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan. Waktu penanaman sebaiknya
pada awal musim penghujan (Balitro 1994).
Sinensetin
Menurut Angraeni dan Triantoro (1992) kandungan utama daun kumis
kucing disamping kalium dan saponin adalah sinensetin. Hal tersebut sesuai
dengan laporan Flachsmann (1985), kandungan utama yang paling stabil dalam
daun kumis kucing adalah sinensetin. Menurut Sumaryo (1990) komponen dalam
daun kumis kucing yang terekstrak dalam metanol dan air adalah 9 flavon-flavon
lifofilik diantaranya adalah sinensetin, 2 flavanol glikosida dan 9 turunan dari
asam kafeik. Sinensetin merupakan gugus flavonoid yang termasuk dalam jenis
flavon dan mempunyai rumus senyawa 3,4,5,6,7 penta methaxyflavon.
Flavonoid lipofilik yang ada dalam tanaman kumis kucing (terutama
sinensetin dan tetrametilskutellarein) telah diketahui memiliki efek penghambatan
terhadap sel-sel tumor Ehrlich ascites secara in vitro. Selain itu, komponenkomponen flavonoid lipofilik diduga turut bertanggungjawab atas efek antiradang
(anti-inflamatory) mengingat flavonoid merupakan inhibitor enzim siklooksigenase dan lipoksigenase (Dzulkarnain et al. 1999).
Pemupukan N, P, dan K
Unsur N, P, dan K memiliki peranan yang sangat penting terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman dimana ketiga unsur ini saling berinteraksi
satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dapat

4

diperoleh dari pupuk Urea dan ZA, unsur P dari pupuk TSP/SP-36, sedangkan K
dalam KCI dan ZK (Rauf et al. 2000).
Menurut Mengel dan Kirby (1982), unsur N merupakan penyusun utama
bahan organik, terlibat dalam proses enzymatik dan reaksi oksidasi-reduksi.
Suplai N mempengaruhi pertumbuhan tanaman, penampilan, warna dan hasil
tanaman (Zakosek dan Lenz 1993). Pemberian N pada tanaman akan mendorong
pertumbuhan organ-organ yang berkaitan dengan fotosintesis yaitu daun.
Tanaman yang cukup mendapat suplai N akan membentuk helaian yang lebih
luas dengan kandungan klorofil yang lebih tinggi, sehingga tanaman mampu
menghasilkan karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang cukup untuk menopang
pertumbuhan vegetatif (Wijaya 2008). Pemberian unsur N untuk tanaman harus
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman tersebut. Unsur N yang berlebihan bagi
tanaman akan menyebabkan tanaman kekurangan unsur C. Selain untuk
kebutuhan tanaman dalam vase vegetatatif unsur N juga berperan dalam metabolik
sekunder, Baranauskienne et al. (2003) menyatakan pupuk N dapat meningkatkan
minyak esensial pada tanaman thyme Thymus vulgaris L.
Unsur P merupakan komponen penyusun membran sel tanaman, penyusun
enzim-enzim, penyusun co-enzim, nukleotida (bahan penyusun asam nukleat), P
juga ambil bagian dalam sintesis protein, terutama yang terdapat pada jaringan
hijau, sintesis karbohidrat, memacu pertumbuhan bunga dan biji serta menentukan
kemampuan berkecambah biji yang dijadikan benih. Unsur P mempunyai peran
dalam memperbaiki pertumbuhan akar tanaman (Wijaya 2008). Unsur P juga
berperan dalam meningkatkan bobot kering daun dan produksi minyak esensial
pada tanaman mint Mentha longifolia (Alsafar and Al-Hassan 2009).
Kalium merupakan unsur yang sangat mobil dalam tubuh tanaman,
sehingga pada kondisi defisiensi K yang berada pada daun-daun tua akan
dialihkan (direntaslokasikan) menuju organ-organ baru yang sedang
membutuhkan kalium (daun-daun muda dan jaringan meristematis), oleh karena
itu gejala defisiensi K dapat dilihat pertama kali pada daun tua (Schiling 2000).
Menurut (Wijaya 2008) kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+
didalam tanah. Didalam tubuh tanaman kalium dapat diangkut (ditranspor) dalam
bentuk xylem dan ploem dalam bentuk ion K. Kalium juga memiliki peran dalam
pembentukan metabolik sekunder, Syakiri dan Gusmandi (2012) menyatakan
pupuk kalium mampu meningkatkan kadar minyak atsiri dan patchouli alkohol
pada tanaman nilam.
Pemupukan dan rekomendasi
Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki
kesuburan tanah, sedang pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah
agar tanah lebih subur. Pupuk dapat berasal dari alam atau buatan (pabrik). Pupuk
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya tanaman
(Hardjowigeno 2010).
Secara umum pupuk terbagi menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah
melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah

5

(Suriadikarta et al. 2006). Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal hanya mengandung satu macam unsur hara, sedangkan
pupuk majemuk mengandung dua atau lebih unsur hara. Pupuk kandang termasuk
pupuk organik, selain dapat menyediakan unsur hara makro pupuk kandang juga
dapat menyediakan unsur hara mikro. Pupuk kandang dapat menambah unsur hara
tanaman dan bahan organik tanah serta dapat memperbaiki struktur tanah
(Hardjowigeno 2010).
Pemberian pupuk yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hara
dalam tanah, menurunkan efisiensi pemupukan dan menimbulkan polusi
yangberbahaya bagi lingkungan, sedangkan pemberian pupuk terlalu sedikit tidak
dapat mencapai tingkat produksi yang optimal (Soepartini et al. 1994). Mengatasi
hal tersebut, rekomendasi pemupukan hendaknya dilakukan berdasarkan hasil uji
tanah dan analisa tanaman dengan memperhatikan status hara, kebutuhan tanaman
serta keadaan lingkungan (Rochyati 1996).
Olson et al (1982) menyatakan terdapat tiga filosofi rekomendasi
pemupukan yaitu, cation saturation ratio, nutrein maintance, dan sufficiencylevel.
Cation saturation ratio adalah rekomendasi pemupukan berdasarkan jumlah
kation ideal dalam tanah. Nutrient maintenance adalah rekomendasi pemupukan
berdasarkan konsep jumlah hara yang harus ditambahkan sesuai dengan jumlah
yang diambil oleh tanaman. Sufficiency level adalah rekomendasi pemupukan
berdasarkan keperluan tanaman di luar kemampuan tanah untuk mendukung
ketersediaan hara tersebut. Filosofi Sufficiency level dianggap paling berhasil
memprediksi rekomendasi pupuk.

METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 – Januari 2014.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama yaitu penanaman di lapang,
penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Biofarmaka, Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahap kedua yaitu
analisis sinensetin yang dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian
Bogor.
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah stek tanaman kumis kucing
(Orthosipon aristatus) aksesi biofarmaka IPB dengan panjang 8-12 cm yang
diperoleh dari kebun percobaan biofarmaka. Pupuk yang digunakan adalah Urea,
SP-36 dan KCl sesuai perlakuan.
Bahan yang digunakan dalam proses analisis sinenetin di laboratorium
adalah simplisia kumis kucing, methanol, kertas saring.

6

Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul, kored, penggaris, meteran, alat
tulis, amplop, plastik, timbangan analitik,dan alat di laboratorium untuk proses
analisis sinensetin adalah gelas, labu takar, blender, saringan, High Performance
Liquid Chomatrography (HPLC).
Prosedur Analisis Data
Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Percobaan terdiri atas faktor tunggal kombinasi pupuk N, P,dan K dengan 5 taraf
perlakuan yaitu setiap perlakuan diulang empat kali sehingga terdapat 20 unit
percobaan dengan jumlah 33 tanaman per bedeng, sehingga secara keseluruhan
terdapat 660 tanaman. Setiap ulangan dipilih 6 tanaman sebagai tanaman contoh,
sehingga jumlah tanaman untuk setiap perlakuan adalah 24 tanaman
contoh.Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut:
P0 : (kontrol), tanpa pemberian pupuk N, P, dan K
P1 : ½ dosis rekomendasi (N : 39.37 kg/ha, P : 18 kg/ha, K: 30 kg/ha)
P2 : 1 dosis rekomendasi (N : 78.75 kg/ha, P : 36 kg/ha, K: 60 kg/ha)
P3 : 1½ dosis rekomendasi (N : 118.12 kg/ha, P : 54 kg/ha, K: 90 kg/ha)
P4 : 2 dosis rekomendasi (N : 157.50 kg/ha, P : 72 kg/ha, K: 120 kg/ha)
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam pada taraf kesalahan :
5%. Apabila hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range
Test (DMRT). Model linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Yij = + Pi +Bj+ ij
Keterangan:
Yij
= Respon pengamatan pupuk (N, P, dan K) taraf ke-i, dan ulangan ke-j,
µ
= rataan umum
Pi
= pengaruh perlakuan pemupukan (N, P, dan K) taraf ke-i
Bj
= pengaruh kelompok ke-j
= pengaruh galat percobaan
ij

Pelaksanaan Penelitian
Persemaian
Batang tanaman kumis kucing dipotong sepanjang 8-12 cm. Setek ditanam
dalam polybag dengan ukuran 5 cm × 12 cm. Setek yang telah di semai
selanjutnya disimpan di tempat yang telah diberi atap persemaian. Lama
persemaian adalah 19 hari.

7

Persiapan Lahan
Tahap selanjutnya setelah persemaian adalah mempersiapkan lahan untuk
pindah tanam. Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma kemudian di
buat bedeng berukuran panjang 3 meter dan lebar 1 meter. Setelah bedengan siap,
tahapan selanjutnya adalah pemberian kompos sebanyak 20 ton per hektar.
Penanaman
Bibit yang telah bertunas dan berumur 19 hari setelah persemaian
selanjutnya dipindah tanam. Bedeng yang telah disiapkan dibuat lubang tanam
dengan jarak 30 cm × 30 cm, sehingga jumlah populasi tanaman per bedeng yaitu
sebanyak 33 tanaman.Penanaman dilakukan dengan mengeluarkan bibit dari
polybag secara hati-hati kemudian ditanam pada lubang tanam yang telah
dipersiapkan.Bibit yang telah ditanam kemudian disiram.
Pemeliharaan
Penyiraman tanaman kumis kucing dilakukan setiap hari. Gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman kumis kucing dibersihkan untuk menjaga pertumbuhan
dan produksi tanaman kumis kucing agar dapat tumbuh optimal.
Pemupukan N, P, dan K
Pemberian pupuk N, P, dan K dilakukan pada saat 2 minggu setelah
tanam (MST) dan diberi pupuk urea kembali pada saat 4 MST. Pemupukan
dilakukan dengan cara membuat alur lingkaran mengelilingi tanaman.
Pemanenan
Panen tanaman kumis kucing periode pertama dilakukan saat tanaman
berumur enam minggu setelah tanam (MST), panen periode kedua umur enam
minggu setelah panen periode pertama (MSP). Panen tanaman kumis kucing
dilakukan dengan cara pemangkasan pada batang tanaman kurang lebih 10 cm
dari permukaan tanah, tujuanya agar tanaman dapat mengeluarkan tunas baru dan
dapat dipanen kembali.
Pengamatan
Pengamatan dilapangan dilakukan setiap satu minggu sekali selama 12
minggu. Pengamatan ini dilakukan terhadap 6 tanaman setiap bedeng.
Pengamatan yang dilakukan di lapang adalah:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris setiap satu minggu
sekali. Periode pertama dimulai pada umur 1 MST sampai panen 6
MST. Periode kedua dimulai satu minggu setelah panen (1 MSP)
samapai enam minggu setelah panen (6 MSP). Pengukuran dimulai
dari ruas pertama sampai titik tumbuh tanaman.
2. Jumlah daun
Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka secara sempurna
pada seluruh tanaman contoh. Penghitungan jumlah daun periode
pertama dilakukan setiap satu minggu sekali dimulai pada umur 1 MST
sampai panen 6 MST. Periode kedua dimulai 1-6 MSP (minggu setelah
panen).

8

3. Jumlah cabang
Jumlah cabang yang dihitung adalah setiap cabang yang terdapat pada
tanaman contoh. Penghitungan jumlah cabang periode pertama
dilakukan setiap satu minggu sekali dimulai pada saat 1 MST sampai
panen 6 MST. Periode kedua dimulai 1-6 MSP (minggu setelah
panen).
4. Jumlah buku
Jumlah buku periode pertama dihitung pada saat 1 MST sampai 6
MST. Periode kedua dimulai satu minggu setelah panen (1 MSP)
samapai enam minggu setelah panen (6 MSP). Buku yang dihitung
adalah jumlah seluruh buku yang terdapat pada tanaman contoh.
5. Panjang ruas
Panjang ruas diukur menggunakan penggaris dengan mengukur tiga
ruas masing-masing tanaman contoh kemudian diambil nilai rata-rata
dari ketiga ruas tersebut. Panjang ruas periode pertama dihitung pada
saat 1 MST sampai panen 6 MST.Periode kedua dimulai satu minggu
setelah panen (1 MSP) samapai enam minggu setelah panen (6 MSP).
6. Lebar kanopi
Lebar kanopi diukur dengan mengukur lebar terpanjang kanopi setiap
tanaman contoh. Pengukuran lebar kanopi menggunakan penggaris
dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengamatan periode pertama
dimulai pada umur 1 MST sampai 6 MST.Pengamatan periode kedua
dimulai satu minggu setelah panen (1 MSP) samapai enam minggu
setelah panen (6 MSP).
Selain pengamatan fase vegetatif juga dilakukan pengamatan terhadap
produksi dan kadar sinensetin. Pengamatan yang dilakukan adalah:
1. Bobot basah tanaman contoh
Bobot tanaman contoh yang dihitung adalah bobot basah daun, bobot
basah batang dari tanaman contoh ditimbang menggunakan timbangan
analitik.
2. Bobot kering tanaman contoh
Bobot kering tanaman contoh adalah bobot akhir daun dan batang
tanaman yang terdapat pada tanamn contoh yang sudah dikeringkan
dengan cara dimasukan ke dalam amplop coklat, dijemur
menggunakan matahari selama 12 hari kemudian ditimbang
menggunakan timbangan analitik.
3. Bobot basah tanaman perpetak
Bobot basah tanaman per petak adalah bobot segar daun dan batang
tanaman kumis kucing yang baru dipanen dan langsung ditimbang
menggunakan timbangan analitik.
4. Bobot kering tanaman per petak
Bobot kering tanaman perpetak adalah bobot akhir daun dan batang
tanaman kumis kucing yang sudah dikeringkan dengan cara dimasukan
ke dalam amplop coklat, dijuemur menggunakan matahari selama 12
hari dan ditimbang menggunakan timbangan analitik.
5. Kadar air tanaman contoh
Kadar air tanaman contoh dihitung dengan menggunakan rumus:

9

KA(T) =

BB-BK
BB

× 100%

Ket:
BB = bobot basah tanaman contoh
BK = bobot kering tanaman contoh

6. Kadar air per petak
Kadar air tanaman per petak dihitung menggunakan rumus:
KA(P)=
BB-BK
× 100%
BB
Ket:
BB = bobot basah seluruh tanaman
BK = bobot kering seluruh tanaman

7. Kadar bioaktif sinensetin
Pengamatan Kadar bioaktif sinensetin dilakukan di laboratorium
menggunakan alat High Performance Liquid Chromatography
(HPLC). Simplisia kumis kucing dihaluskan, diambil sebanyak 1 gram
dilarutkan menggunakan methanol 100 ml, selanjutnya di shaker
selama 4 jam kemudian disaring. Setelah itu dilakukan evaporate
hingga tersisa 5 ml. Ekstrak yang dihasilkandilarutkan ke 10 ml
dengan pelarut campuran NaOH : air (6:4), saring 0.45 µm kemudian
diinjeksikan kedalam HPLC.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum
Penanaman kumis kucing dilakukan di Kebun Percobaan Tanaman Obat
Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Masa penelitian dilakukan selama lima
bulan, yaitu Agustus 2013 – Januari 2014. Daya tumbuh tanaman kumis kucing
Orthosipon aristatuscukup tinggi yaitu mencapai 98.8%. Pemupukan dilakukan
pada umur 2 dan 4 MST setelah bibit kumis kucing ditanam, dengan cara
membuat alur yang mengelilingi tanaman. Pada umur 4 MST beberapa tanaman
kumis kucing sudah mulai mengeluarkan bunga, dan pada saat akhir pengamatan
seluruh tanaman sudah berbunga. Pertumbuhan tanaman setiap minggunya dapat
dilihat pada gambar 1.
Rata-rata curah hujan yang terjadi selama penelitian dari bulan AgustusDesember 2013 yaitu: bulan Agustus 258.3 mm, September 503.2 mm, Oktober
393.6 mm, November 186.9 mm, dan Desember 407.7 mm (BMKG 2014). Hasil
analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah tahun 2013
(lampian 1) lahan yang digunakan pada penelitian ini tergolong masam dengan pH
H2O sebesar 4.7. Kandungan C-organik dan N-total tergolong rendah masing-

10

masing yaitu 1.52% dan 0.15%. Kapasitas tukar kation (KTK) yang dimiliki
tergolong rendah yaitu 9.47 cmol (+)/kg, sedangkan kejenuhan basanya sedang
yaitu 47%. Lahan percobaan memiliki tekstur tanah berdebu karena kandungan
debu lebih tinggi daripada liat dan pasir.
Hasil pengamatan selama penelitian tidak ditemukan hama dan penyakit
yang mengganggu tanaman. Pada umur 3 MST terdapat tumbuhan pengganggu
tanaman (gulma). Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Gulma yang
ditemui dilapangan antara lain: (1) gulma berdaun lebar: Caladium sp. (2) rumput:
Axsonopus compresus

a

b

d

e

c

f

Gambar 1. Kondisi tanaman setiap minggu:
a. 1 MST b. 2 MST c. 3 MST d. 4 MST e. 5 MST f. 6 MST
.
Rekapitulasi Sidik Ragam
Rekapitulasi sidik ragam peubah vegetatif tanaman kumis kucing periode
satu dan dua dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji F pada periode pertama
menunjukkan bahwa pupuk N, P, dan K berpengaruh sangat nyata terhadap
peubah jumlah cabang (4 MST) serta lebar kanopi (4MST) dan berpengaruh nyata
terhadap peubah tinggi tanaman (4MST), jumlah daun (6 MST), jumlah cabang (5
MST), jumlah buku (6 MST) serta lebar kanopi (1, 3 MST). Tetapi perlakuan
dosis pupuk N, P, dan K tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun (1-5 MST), jumlah cabang (1, 2, 3 dan 6 MST), jumlah buku (1-5 MST),
panjang ruas, dan lebar kanopi (2,3,6 MST).

11

Periode ke dua menunjukan pemupukan N, P, dan K berpengaruh sangat
nyata terhadap peubah tinggi tanaman (1, 5, dan, 6 MST), jumlah daun dan jumlah
cabang (5 dan 6 MST), jumlah buku (6 MST), periode kedua juga tidak ditemukan
pengaruh pemupukan terhadap peubah jumlah daun (5 dan 6 MST), jumlah
cabang (1 – 3 MST), panjang ruas (1 – 5 MST) dan lebar kanopi (1 – 6 MST).
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap
peubah vegetatif tanaman kumis kucing periode pertama.
Peubah Pengamatan
TinggiTanaman
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Jumlah daun
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Jumlah cabang
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Jumlah buku
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Panjang ruas
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Lebarkanopi
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST

Perlakuan Dosis Pupuk N, P, K
Periode 1
Periode 2
tn
**
tn
*
tn
*
tn
*
tn
**
tn
**

Periode 1
9.87
18.46
16.54
12.05
10.79
7.63

KK (%)
Periode 2
9.18
9.19
11.95
10.34
7.33
6.38

tn
tn
tn
tn
tn
*

tn
tn
tn
*
**
**

11.30
10.54
12.93
14.20
11.59
10.55

9.87
18.46
16.54
12.05
10.79
7.63

tn
tn
tn
**
*
tn

15.95
16.60
24.05
21.23
15.36
18.18

tn
tn
tn
tn
tn
*

tn
tn
tn
*
**
**
tn
tn
tn
tn
*
*
**

9.35
17.27
14.05
17.80
15.28
12.23

14.43
19.41
15.42
8.63
5.73
4.41
5.31
8.25
6.40
4.74
1.69
0.94
17.31

tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
*

5.93
6.51
3.96
3.45
3.89
4.30

10.19
12.29
13.72
10.18
7.49
4.43

*
tn
tn
**
*
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn

10.70
8.93
8.99
9.13
9.93
10.75

10.19
12.29
13.72
10.18
7.49
4.43

Keterangan: MST = Minggu Setelah Tanam
tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%
* = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%
** = nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%
Kk = koefisien keragaman

12

Hasil

Tinggi tanaman
Rata-rata pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap tinggi tanaman kumis
kucing disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Tinggi tanaman kumis kucing pada umur 1-6 MST
Perlakuan
Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Minggu Setelah Tanam (MST)
2
3
4
5
Periode pertama
10.78
14.77
18.48
28.37
34.56
12.07
14.67
19.07
26.21
37.91
11.33
15.08
18.71
29.57
38.55
10.25
13.79
18.77
26.13
36.87
10.70
15.04
18.50
26.92
39.38
Minggu Setelah Panen 1 (MSP)
Periode kedua
9.16c 16.48b
22.94b
30.68b
36.31b
10.98b 21.12a
30.24a
40.10a
48.24a
12.89a 21.14a
28.00a
36.38a
45.66a
13.26a 20.68a
29.77a
37.41a
45.96a
12.51a 20.88a
28.35a
36.62a
45.83a
1

6
49.23
54.15
55.22
52.36
56.81

47.37b
57.54a
59.88a
57.27a
60.22a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf α= 5%; MST: minggu setelah tanam.

Berdasarkan hasil analisis statistik pada periode panen pertama tidak
ditemukan pengaruh pemupukan sedangkan panen kedua perlakuan dosis
pemupukan N, P, dan K menunjukkan respon positif terhadap tinggi tanaman.
Pengaruh pemupukan N, P, dan K pada periode kedua sudah terlihat dari minggu
pertama sampai akhir pengamatan, dimana semua tanaman yang mendapat
perlakuan pemupukan memiliki tinggi tanaman lebih baik dibandingkan dengan
kontrol.
Berdasarkan hasil uji statistik terlihat bahwa dengan dosis ½
rekomendasi tidak berbeda dengan perlakuan dosis pupuk lainya.

13

Tinggi tanaman periode 2

65

60

55

y = - 5.540x2+ 16.17x + 48.60
R2= 0.526

50

45

40
0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 2 pengaruh pemupukuan N, P, dan K terhadap peubah tinggi tanaman
umur 6 MST periode 2
Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah tinggi tanaman
periode kedua dapat dilihat pada Gambar 2. Aplikasi pupuk N, P, dan K
memberikan pengaruh kuadratik terhadap peubah tinggi tanaman periode ke 2.
Berdasarkan persamaan y= -5.540x2+ 16.17x + 48.60 dengan R2 = 0.526
didapatkan dosis pupuk optimum untuk periode kedua adalah 1.4 rekomendasi,
yaitu N= 110.25kg/ha, P= 50.4kg/ha, K= 84kg/ha.
Jumlah Daun
Rata-rata jumlah daun pada berbagai taraf dosis pemupukan N, P, dan K
terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah daun tanaman kumis kucing pada umur 1-6 MST
Perlakuan

1

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

16
17
16
18
18

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

31
33
34
32
33

Minggu Setelah Tanam (MST)
3
4
5
Periode pertama
25
44
79
152
29
42
66
169
25
40
80
172
29
39
65
155
28
43
76
141
Minggu Setelah Panen 1 (MSP)
Periode kedua
87
139
170b
218b
110
167
229a
276a
87
138
212a
273a
89
150
222a
310a
98
156
229a
305a
2

6
229abc
253ab
265a
219bc
207c

265b
370a
351a
384a
374a

a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf α= 5%; MST: minggu setelah tanam.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah daun pemupukaan N, P,
dan K menunjukan respon positif terhadap peubah jumlah daun. Respon

14

pemupukan N, P, dan K pada periode pertama baru terlihat pada akhir pengamatan
(6 MST) dimana dosis pupuk 1 rekomendasi lebih baik dibandingkan perlakuan 2
rekomendasi dan 1 ½ rekomendasi. Pada periode kedua pengaruh pemupukan N,
P, dan K terlihat pada saat 4 minggu setelah panen pertama sampai akhir
pengamatan dimana semua tanaman kumis kucing yang mendapatkan perlakuan
pemupukan memiliki jumlah daun lebih banyak dibandingkan kontrol dan
perlakuan pemupukan N, P dan K 1/2 dosis rekomendasi memiliki jumlah daun
yang tidak berbeda dengan perlakuan pemupukana lainya .
325
300

Jumlah daun periode 1

275
250

y= -37.35x2+ 58.74x + 232.10
R2= 0.330

225
200
175
150
0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 3 Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah daun umur 6
MST periode 1.

Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah daun
periode pertama disajikan pada Gambar 3. Aplikasi pupuk N, P, dan K
memberikan pengaruh kuadratik terhadap peubah jumlah daun periode pertama.
Berdasarkan persamaan y= -37.35x2+ 58.74x + 232.10 dengan R2 = 0.330
didapatkan dosis pupuk optimum untuk periode pertama adalah 0.8 rekomendasi
yaitu N= 63kg/ha, P= 28.8 kg/ha, K= 48 kg/ha.

15

400

Jumlah daun periode 2

350

y= -50.73x2 + 147.60x + 277.20
R2= 0.590

300

250

200
0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 4 Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah daun umur 6
MSP periode 2.
Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah daun
periode kedua disajikan pada Gambar 4. Aplikasi pupuk N, P, dan K memberikan
pengaruh kuadratik terhadap peubah jumlah daun periode ke dua. Berdasarkan
persamaan garis y= -50.73x2 + 147.60x + 277.20 dengan R2 = 0.590. tersebut
didapatkan dosis pupuk optimum untuk periode kedua adalah 1.5 rekomendasi,
yaitu N= 118.12 kg/ha, P= 54 kg/ha, K= 90 kg/ha.
Jumlah cabang
Pemupukan N, P, dan K menunjukan respon yang positif terhadap peubah
jumlah cabang tanaman kumis kucing. Rata-rata jumlah cabang kumis kucing
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah cabang kumis kucing pada umur 1-6 MST
Perlakuan
Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi
a

Jumlah cabang pada minggu ke2
3
4
5
Periode pertama
3.3
4.1
8.9
16.7b
25.8b
3.1
3.3
7.1
13.1b
28.5b
3.0
3.3
6.9
24.5a
36.2a
3.5
4.3
8.4
13.8b
32.8ab
3.2
3.8
9.0
15.0b
29.2ab
Minggu Setelah Panen 1 (MSP)
Periode kedua
8.36
12.60
16.07
22.70b
30.36b
8.82
14.57
17.88
27.09a
37.49a
8.62
13.40
17.85
26.36a
37.26a
8.60
14.63
18.73
27.16a
38.38a
8.59
14.60
18.90
27.63a
40.15a
1

6
36.0b
45.6ab
48.1ab
50.3a
42.9ab

42.24b
54.08a
54.41a
55.42a
57.73a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji
Duncan taraf α= 5%; MST: minggu setelah tanam.

16

Baik periode pertama maupun periode kedua menunjukan tanaman kumis
kucing yang mendapat perlakuan pemupukan N, P, dan K memiliki jumlah cabang
yang lebih banyak dibandingkan tanaman yang tidak mendapat perlakuan
peumupukan (kontrol). Pada periode pertama maupun periode kedua pengaruh
pemupukan terhadap peubah jumlah cabang mulai terlihat pada saat 4 minggu
setelah tanam (MST). Pada periode kedua 4 minggu setelah panen pertama (MSP)
sampai akhir pengamatan tanaman yang mendapat perlakuan pemupukan N, P,
dan K memiliki jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
yang tidak mendapat perlakuan pemupukan (kontrol). Hasil ini menunjukan
pemupukan N, P, dan K mampu meningkatkan jumlah cabang tanaman kumis
kucing, dengan dosis ½ rekomendasi jumlah cabang tidak berbeda dengan dosis
pemupukan lainya.
60

Jumlah cabang periode 2

55

50

y= - 5.52x2 +16.96x + 43.69
R2= 0.741

45

40
0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 5 Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah cabang
umur 6 MSP (periode 2).
Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah cabang
umur 6 MSP disajikan pada Gambar 5. Aplikasi pupuk N, P, dan K memberikan
pengaruh kuadratik terhadap peubah jumlah cabang periode ke 2. Persamaan garis
periode kedua yaitu y= - 5.52x2 +16.96x + 43.69 dengan R2 = 0.741. Berdasarkan
persamaan tersebut didapatkan dosis pupuk optimum untuk periode kedua adalah
1.6 rekomendasi, yaitu N= 126 kg/ha, P= 57.6 kg/ha, K= 96 kg/ha.
Jumlah buku
Rata-rata jumlah buku tanaman kumis kucing pada berbagai dosis
pemupukan N, P, dan K dapat dilihat pada Tabel 5. Perlakuan pupuk N, P, dan K
memberikan respon positif terhadap peubah jumlah buku tanaman kumis kucing
baik pada periode pertama maupun periode kedua. Pada periode pertama pengaruh
pemupukan N, P, dan K mulai terlihat pada saat akhir pengamatan yaitu 6 MST,
sedangkan pada periode kedua terlihat pada saat minggu ke-4 setelah panen
pertama. Jumlah buku tanaman kumis kucing pada periode pertama menunjukan
perlakuan pemupukan dengan dosis ½ rekomendasi lebih banyak dibandingkan
dengan kontrol, perlakuan 1 ½ rekomendasi dan 2 rekomendasi sedangkan

17

jumlah buku perlakuan dengan dosis 1 rekomendasi tidak berbeda dengan semua
perlakuan. Periode kedua pada umur 4-6 minggu setelah panen pertama jumlah
buku tanaman kumis kucing yang mendapatkan perlakuan pemupukan lebih
banyak dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 5 Jumlah buku kumis kucing pada umur 1-6 MST
Perlakuan

Jumlah buku pada minggu ke2
3
4
5
Periode pertama
5.9
14.4
20.4
32.3
40.5
6.4
10.1
17.5
25.6
41.9
6.0
11.5
16.9
24.5
39.9
6.7
12.8
18.4
28.1
38.2
6.7
14.1
19.8
32.6
42.2
Minggu Setelah Panen 1 (MSP)
Periode kedua
13.98
36.85
59.43
72.46b
86.53b
16.00
52.67
79.71
115.22a
141.23a
16.30
43.11
69.25
108.36a
135.64a
16.54
43.31
75.43
109.94a
154.19a
16.07
48.69
83.12
125.62a
170.79a
1

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

6
52.4b
71.9a
62.3ab
52.5b
53.2b

107.27b
181.68a
176.61a
204.99a
199.99a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji
Duncan taraf α= 5%; MSP: minggu setelah tanam

80

Jumlah buku periode 1

75
70
65
60

y= -10.74x2+ 17.93x + 56.64
R2= 0.187

55
50

0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 6 Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah buku
periode 1 umur 6 MST.
Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah buku
periode pertama disajikan pada Gambar 6. Aplikasi pupuk N, P, dan K
memberikan pengaruh kuadratik terhadap peubah jumlah buku periode pertama.
Persamaan periode pertama y= -10.74x2+ 17.93x + 56.64 dengan R2 = 0.187.
Berdasarkan persamaan tersebut didapatkan dosis pupuk optimum untuk periode
pertama adalah 0.8 rekomendasi yaitu N= 63 kg/ha, P= 28.8 kg/ha, K= 48 kg/ha.

18

220

Jumlah buku periode 2

200

180

160

y= -21.29x2 +74.17x + 137.0
R2= 0.669

140

120

100
0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 7 Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah buku
periode 2 umur 6 MST.
Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah jumlah buku
periode kedua umur 6 MST disajikan pada Gambar 7. Aplikasi pupuk N, P, dan K
memberikan pengaruh kuadratik terhadap peubah jumlah buku periode ke-2.
Berdasarkan persamaan garis y= -21.29x2 +74.17x + 137.0 dengan R2 = 0.669
didapatkan dosis pupuk optimum periode kedua adalah 1.7 rekomendasi, yaitu
N= 133.87 kg/ha, P= 61.2 kg/ha, K= 102 kg/ha.
Panjang ruas
Rata-rata pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah panjang ruas
tanaman kumis kucing disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Panjang ruas kumis kucing pada umur 1-6 MST
Perlakuan
Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Minggu Setelah Tanam (MST)
2
3
4
5
Periode pertama
1.98
2.59
3.26
5.19
5.71
1.86
2.46
3.16
5.02
5.52
1.99
2.59
3.31
5.21
5.72
1.93
2.54
3.23
5.13
5.68
1.88
2.43
3.10
5.10
5.58
Minggu Setelah Panen 1 (MSP)
Periode kedua
2.04
2.70
3.47
4.39
5.29
2.02
2.67
3.46
4.43
5.37
1.95
2.63
3.43
4.39
5.28
1.99
2.59
3.44
4.48
5.35
1.92
2.51
3.28
4.31
5.28
1

6
4.20
4.05
4.17
4.13
4.06

5.83b
5.94a
5.94a
5.94a
5.93a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji
Duncan taraf α= 5%; MST: minggu setelah tanam.

.
Pemupukan N, P, dan K berpengaruh positif terhadap peubah panjang ruas
tanaman kumis kucing. Pada periode pertama panjang ruas tanaman kumis

19

kucing tidak terdapat pengaruh pemupukan. Pengaruh pemupukan N, P, dan K
baru terlihat pada akhir pengamatan periode kedua, dimana semua tanaman yang
mendapatkan perlakuan pemupukan menghasilkan panjang ruas yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemupukan (Kontrol) dan dosis ½ rekomendasi tidak
berbeda dengan perlakuan pemupukan lainya.
6.00

Panjang ruas periode 2

5.95

5.90

y= - 0.06x2 +0.17x + 5.84
R2= 0.321

5.85

5.80

5.75

5.70
0.0

0.5

1.0
Dosis

1.5

2.0

Gambar 8 Pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah panjang ruas 6 MSP
(periode 2).
Grafik pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah panjang ruas 6
MSP disajikan pada Gambar 8. Aplikasi pupuk N, P, dan K memberikan pengaruh
kuadratik terhadap peubah panjang ruas periode ke 2. Persamaan garis periode
kedua yaitu y= - 0.06x2 +0.17x + 5.84 dengan R2 = 0.321. Berdasarkan
persamaan tersebut didapatkan dosis pupuk optimum untuk periode kedua adalah
1.5 rekomendasi, yaitu N= 118.12 kg/ha, P= 54 kg/ha, K= 90kg/ha.
Lebar kanopi
Rata-rata lebar kanopi tanaman kumis kucing dapat dilihat pada Tabel 7.
Hasil pengamatan menunjukan pemupukan N, P dan K memberikan respon positif
terhadap lebar kanopi tanaman kumis kucing.
Tabel 7 Lebar kanopi kumis kucing pada umur 1-6 MST
Perlakuan
Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi

Kontrol
1/2 rekomendasi
1 rekomendasi
1 1/2 rekomendasi
2 rekomendasi
a

Minggu Setelah Tanam (MST)
2
3
4
5
Periode pertama
8.87b
15.04ab
20.34
28.03ab
35.76a
9.15b
13.42b
19.46
24.68bc
33.69ab
10.30ab
16.29a
20.41
29.00a
37.25a
9.78b
14.96ab
21.23
29.18a
36.53a
11.59a
16.06a
19.37
21.45c
28.67b
Minggu Setelah Panen 1 (MSP)
Periode kedua
16.30
26.08
32.06
39.50
47.93
17.27
28.77
36.50
43.15
51.16
15.78
26.35
32.80
40.14
49.20
14.96
28.19
34.41
40.78
50.31
16.61
27.87
36.88
42.90
51.16
1

6
45.04ab
48.87ab
51.27a
41.88b
47.28ab

62.14
64.61
63.97
62.78
62.62

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf α= 5%; MST: minggu setelah tanam

20

Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan pemupukan N, P, dan K
memberikan respon positif terhadap peubah lebar kanopi pada tanaman kumis
kucing. Pengaruh pemupukan N, P, dan K pada tanaman kumis kucing hanya
terlihat padaa saat periode pertama. Pada saat periode kedua tidak terdapat
pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap peubah lebar kanopi. Pada saat awal
pengamatan sudah terdapat perbedaan lebar kanopi pada tanaman kumis kucing,
selanjutnya pengarh pemupukan terhadap lebar kanopi terlihat kembali pada umur
4 dan 5 MST, dimana pada saat umur 4 MST perlakuan dengan dosis 1 dan 1 ½
rekomendasi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 2 rekomendasi dan ½
rekomendasi, sedangkan kontrol lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 2
rekomendasi. Pada umur 5 MST perlakuan kontrol, 1 rekomendasi dan 1 ½
rekomendasi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 2 rekomendasi. Pada
akhir pengamatan tidak ditemukan pengaruh pemupukan N, P, dan K.
Komponen Hasil Tanaman Kumis Kucing
Berdasarkan hasil analisis uji F pengaruh pemupukan N, P, dan K terhapdap
hasil analisis uji F ditampilkan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap
tanaman kumis kucing.
Peubah
Bobot basah daun per
petak
Bobot basah batang
per petak
Bobot kering daun
per petak
Bobot kering batang
per petak
Bobot basah daun
tanaman contoh
Bobot kering daun
tanaman contoh
Bobot basah batang
tanaman contoh
Bobot kering batang
tanaman contoh
Kadar air daun
tanaman contoh
Kadar air batang
tanaman contoh
Kadar air daun per
petak
Kadar air batang per
petak

Perlakuan Pemupukan
Periode 1
Periode 2

KK (%)
Periode 1
Periode 2

tn

tn

27.56

25.46

tn

tn

22.90

33.07

**

*

5.24

1.06

tn

tn

0.32

0.68

*

**

1.86

3.20

**

*

13.28

2.40

tn

*

0.34

1.62

tn

*

0.47

2.01

**

tn

2.59

1.61

tn

**

4.23

2.41

*

tn

4.26

5.02

tn

tn

3.98

8.65

Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%
* = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%
** = nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%
KK= koefisien keragaman

21

Pemupukan N, P, dan K pada tanaman kumis kucing periode pertama
berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot kering daun per petak, bobot
kering daun tanaman contoh, kadar air tanaman contoh. Periode kedua
berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot nbasah daun tanaman contoh,
dan kadar air tanaman contoh.
Pemupukan N, P, dan K tidak berpengaruh terhadap peubah bobot basah
daun per pertak dan bobot basah batang per petak 2, bobot kering batang per
petak, bobot basah batang tanaman contoh periode pertama , bobot kering batang
tanaman contoh periode pertama, kadar air tanaman contoh periode kedua, kadar
air batang tanaman contoh periode pertama, kadar air daun per petak periode
kedua, dan kadar air batang per petak baik periode pertama maupun peri