Nilai Hubungan Manusia dengan Alam

69 sesama makhluk ciptaan Tuhan. Menurut agama dan keyakinan sikap toleransi diharapkan dapat terbina kehidupan yang rukun, tertib dan damai dengan saling menghargai keyakinan agama masing-masing. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai bentuk saling mendoakan antar umat agama sebagai bentuk saling menghargai antara penari dan penonton agar terciptanya keutuhan dalam interaksi sosial.

3. Nilai Hubungan Manusia dengan Alam

Manusia sebagai khalifah atau pemimpim di muka bumi mempunyai tugas untuk menjaga dan mengolah alam semesta, karena alam merupakan ciptaan Tuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kehidupan manusia. Nilai hubungan manusia dengan alam pada tari Muwang Sangkal terlihat dari properti yang dipergunakan, yaitu beras kuning. Menurut Bapak Taufikurrahman : “Beras kuning itu inti dari tari Muwang Sangkal yang mempunyai makna beras berati kesuburan atau kemakmuran. Sedangkan kuning kejayaan. Tidak hanya di muwang sangkal beras kuning digunakan, biasanya di wantuk ritual bulen gerring itu juga ditaburkan beras kuning. Beras kuning itu diambil dari kepercayaan sejarah dimana di Sumenep dulunya masih beragama Hindu-B udha”. Berdasarkan penjelasan di atas, beras kuning merupakan properti utama dan inti dari tari Muwang Sangkal . Dalam tari ini masyarakat mempercayai beras kuning yang ditaburkan sebagai tanda membuang atau mengusir malapetaka yang berhubungan jin atau setan dalam ajaran Hindu. 70 Beras kuning yang digunakan dalam tari Muwang Sangkal mengadopsi dari salah satu tata cara pribadatan agama Hindu yang disebut mabija atau wabija . Bija merupakan biji beras yang dicuci lalu diwarnai dengan kunyit sehingga disebut bija kuning. Bija biasa digunakan pada akhir upacara persembayangan. Beras kuning atau bija kuning mempunyai arti keseburan dan kemakmuran. Dalam hal ini yang menjadi pembeda hanyalah penggunaanya dalam tata cara peribadatan Hindu bija atau beras kuning digunakan pada salah satu anggota badan, sedangkan pada tari Muwang Sangkal dibuang dengan arti membuang dan mengusir hal-hal buruk. 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Tari Muwang Sangkal yang mempunyai arti tolak bala merupakan tari digunakan sebagai penyambutan tamu-tamu agung di Keraton Sumenep oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Latar belakang penciptaan tari Muwang Sangkal berawal dari adanya ritual Muwang Sangkal di Keraton Sumenep, yaitu ritual membuang beras kuning sebagai bentuk penghormatan kepada tamu serta sebuah doa atau harapan agar tidak ada malapetaka dan bahaya dalam melaksanakan kegiatan sehari- hari, kemudian dijadikan sebuah koreografi pada tahun 1972 oleh Bapak Taufikkurahman. Bentuk penyajian tari Muwang sangkal dibagi menjadi beberapa elemen tari, yaitu: 1 gerak tari Muwang Sangkal banyak mengacu pada kehidupan sehari-hari di lingkungan Keraton Sumenep yang memilliki kesopanan, kharisma, dan kelembutan putri-putri Keraton Sumenep, 2 iringan yang digunakan adalah ghending ayak keras dan rarari , 3 tata rias yang digunakan adalah rias cantik. Sedangkan tata busana yang digunakan adalah dodot legha , yaitu busana pengantin khas Keraton Sumenep, 4 properti yang digunakan dalam tari Muwang Sangkal adalah: Bokor yang berisi beras kuning. Bokor berfungsi sebagai wadah beras yang dibawa oleh masing-masing penari. Sedangkan, beras kuning mempunyai arti sebagai kesuburan dan kejayaan, 5 tempat pertunjukan tari Muwang