NILAI NILAI RELIGIUS TEKS SUKARNO DALAM

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling

PROCEEDING

“Penguatan Orientasi Nilai dalam
Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pengembangan Karakter Generasi Muda
Indonesia“

Diselenggarakan atas kerjasama:
Program Studi S2 Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana
dan
Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta

Proceeding
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Penguatan Orientasi Nilai Dalam Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia

ISBN: 978-602-60594-0-6
Editor Ahli:

Prof. Dr. Edi Purwanta, M. Pd.
Dr. Muh. Farozin, M. Pd.
Penyunting:
Dr. Suwarjo, M. Si.
Fathur Rahman, M. Si.
Dr. Budi Astuti, M. Si.
Agus Triyanto, M. Pd.
Tim Proceeding:
Nindya Ayu Pristanti, S. Pd.
Yocta Nur Rahman, S.Pd.
Ruly Ningsih, S.Pd.
Ismail Suny, S. Pd.
Wahyu Purwadi, S. Pd.
Shufiyanti Arfalah, S.Pd.

Penerbit dan redaksi:
Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Yogyakarta
Jalan Colombo Nomor 1 Yogyakarta 55281
Telp. Direktur (0274) 550835, Asdir/TU (0274) 550836 Fax. (0274) 520326

Laman: pps.uny.ac.id, Email: pps@uny.ac.id, kerjasama pasca@yahoo.com
Cetakan pertama, Desember 2016
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia- Nya, Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling telah laksanakan pada Rabu, 23
November
2016 di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta yang
diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri
Yogyakarta.
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling ini mengangkat tema “Penguatan Orientasi
Nilai dalam Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi
Muda Indonesia”.Adapun nilai yang dibahas adalah nilai religius, nilai sosiokultural, nilai
paedagogi, nilai psikologis dan nilai filosofis.Seminar Nasional Bimbingan dan
Konselingini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian

maupun hasil pemikiran teori dan praktik sebagai wujud penguatan profesi Bimbingan
dan Konseling di Indonesia. Selain itu, kegiatan seminar ini juga merupakan upaya
universitas dalam melaksanakan salah satu dimensi tridharma perguruan tinggi yaitu
penelitian.
Melengkapi kegiatan ini, terkumpul sejumlah makalah artikel prosiding dengan
mengangkat tema nilai yang berbeda yang berasal dari mahasiswa, dosen dan praktisi.Besar
harapan prosiding ini dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru terhadap pelaksanaan
penelitian selanjutnya yang terkait dengan penguatan orientasi nilai bimbingan dan
konseling. Semoga hasil seminar ini bermanfaat untuk pendidikan Indonesia ke depannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yogyakarta, 23 November 2016
Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling

Dr. Muh. Farozin, M.Pd
NIP. 19541123 198003 1 001

iii

DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul ...........................................................................................................i
Susunan Redaksi ........................................................................................................ii
Kata Pengantar ...........................................................................................................iii
Daftar Isi ....................................................................................................................iv
Keynote Speaker
No. Judul
1. Sikap Peduli Kemaslahatan
Konselor Sebagai Modal
Upaya Pengembangan Karakter
Generasi Muda Indonesia
2. Penguatan Nilai-Nilai Filosofis
dan Pedagogis Bimbingan
dan Konseling Sebagai Upaya
Pengembangan Karakter
Generasi Muda Indonesia
A. Nilai Religius
No. Judul
1
Peran Konselor dalam
Menerapkan Nilai Religius

dan Dekandensi Moral untuk
Meningkatkan Karakter
Generasi Muda Bagi Siswa
SMA
2. Penerapan Nilai Religius dalam
Bimbingan dan Konseling
3. Penanaman Nilai Religius
dalam Bimbingan Konseling
untuk Mereduksi Kecemasan
Siswa Kelas XII
4. Nilai-Nilai Religius Teks
Sukarno dalam Pembangunan
Karakter Bangsa Indonesia
5

Peran Bimbingan dan
Konseling dalam Implementasi
Tarbiyah Project untuk
Meningkatkan Religiusitas
Siswa


Nama
Dr. Triyono, M.Pd

Instansi
Hal
Universitas Negeri 1-10
Malang

Prof. Dr. Abdul
Munir, M.Pd

Universitas Negeri 11-18
Medan

Nama
Instansi
Hal
Veno Dwi Krisnanda Universitas Negeri 19-24
Malang


Halimattussakdiah
May Dana Izati

Universitas Negeri 25-32
Malang
Universitas Negeri 33-37
Malang

Restu Dwi Ariyanto Universitas
Nusantara PGRI
Kediri

38-46

Caraka Putra Bhakti, Universitas Ahmad 47-56
Fuad Aminur
Dahlan
Rahman,& Cecep
Maulana


iv

6

7

8

9

10

11

Peran Konselor dalam
Penguatan Nilai dan Moral
Guna Membentuk Generasi
yang Religius
Penguatan Pendidikan

Karakter Dalam Bimbingan
dan Konseling Sebagai Upaya
Pengembangan Karakter
Generasi Muda Indonesia
Pemberian Layanan Bimbingan
dan Kosneling di Sekolah
Berbasis Nilai-Nilai Religius
Sebagai Upaya Membangun
Generasi Berkarakter
Implikasi Pemikiran Al-Ghazali
dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling
Kaidah agama dalam
mendorong perkembangan
sikap remaja
Penguatan Orientasi Nilai
Religius Dalam Bimbingan
Dan Konseling Sebagai Upaya
Pengembangan Karakter
Generasi Muda Indonesia


B. Nilai Sosiokultural
No. Judul
1
"Perjumpaan Budaya"
(Arah dan Tantangan Layanan
Bimbingan dan Konseling
dalam Perspektif Sosiokultural)
2. Integrasi Nilai-Nilai Budaya
Hibualamo dalam Bimbingan
Kelompok
3. Kerangka Konseptual
Konseling Multibudaya dalam
Upaya Membina Generasi yang
Berkarakter
4. Socio-Cultural Values in
Guidance and Counseling as
Character Development Efforts
Young Generation to Face
Globalization


Muhammad Nikman Universitas Negeri 57-63
Naser
Malang

Chusnul Maulidyah
EA

Universitas Negeri 64-73
Malang

Aditya Tribana
Wira, Yovian
YustikoPrasetya,
&Yansen Alberth
Reba
Nurlaila Qadriah
Yunan

Universitas Negeri 74-80
Yogyakarta

Liya Husna
Risqiyani,
Nurlatifah Alauddin,
Ratna Fitriyani
Yusuf Hasan
Baharudin

Universitas Negeri 87-94
Yogyakarta

Nama
Ruly Ningsih
Desy Wismasari

Instansi
Hal
Universitas Negeri 101-109
Yogyakarta

Jerizal Petrus

Universitas Negeri 110-124
Semarang

Mirza Irawan dan
Nani Barorah

Universitas Negeri 125-132
Medan

Lue Sudiyono

IKIP PGRI Wates

v

Universitas Negeri 81-86
Malang

Universitas
95-100
Nahdlatul Ulama
Al-Ghazali Cilacap

133-142

5

6

7.

8

9

10

11

Nilai-Nilai Sosiokultural
Perjuangan Nyi Ageng Serang
dalam Upaya Pengembangan
Karakter Rela Berkorban dan
Cinta Tanah Air Siswa Kelas
IV
Peningkatan Kompetensi
Konselor Lintas Budaya dalam
Memfasilitasi Pengembangan
Karakter Generasi Muda
Implikasi Nilai Sosiokultural
dalam Penguatan Multicultural
Competencies Counseling
Sebagai Upaya Pengembangan
Karakter Peserta Didik
Peranan Budaya Panji dalam
Pengembangan Karakter

Faridl Musyadad,
Atika Dwi Evitasari
Anita Dewi Astuti

IKIP PGRI Wates

Arif Budi Santoso

Universitas Negeri 152-160
Malang

Mawardi
Djamaluddin

Universitas Negeri 161-167
Malang

Santy Andrianie

Bimbingan dan Konseling
Berbasis Kearifan Lokal untuk
Mengembangkan Karakter
Muda Indonesia
Layanan Bimbingan dan
Konseling Berbasis Budaya
Gorontalo
Kompetensi Multikultural
Konselor dalam Meningkatkan
Jiwa Nasionalisme Generasi
Muda

Indah Lestari
&Santoso

Universitas
Nusantara PGRI
Kediri
Universitas Muria
Kudus

Wenny Hulukati &
Maryam Rahim

Universitas Negeri 180-185
Gorontalo

C. Nilai Pedagogis
No. Judul
1
Bimbingan dan Konseling
untuk Semua Siswa
2.
3.

4.

143-151

168-174

175-179

Nindya Ayu
Universitas Negeri 186-197
Pristanti, Hartono,
Yogyakarta
&Yocta Nur Rahman

Nama
Rini Setiawati

Model Pembinaan dan
Agus Munadlir
Pengembangan Kepala Sekolah
Pengembangan Layanan
Awik Hidayati
Informasi Belajar Berbantuan
Multimedia Untuk
Meningkatkan Kebiasaan
Belajar Siswa
Analisis Faktor Lingkungan
Fathur Rahman
Sosial dalam Layanan
Bimbigan dan Konseling

vi

Instansi
Universitas
Pendidikan
Indonesia
IKIP PGRI Wates

Hal
198-207

Bimbingan dan
Konseling-Univet
Bantara Sukoharjo

215-222

208-214

Universitas Negeri 223-229
Yogyakarta

D. Nilai Psikologis
No. Judul
1
Implikasi dan Konstruk
Teori Penyusunan Instrumen
Kemampuan Berpikir Kritis
pada Remaja
2. Pentingnya Sebuah Pelatihan
untuk Meningkatkan Empati
Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling
3. Peran Konselor
Mengembangkan Nilai-Nilai
Karakter Calon konselor
Sebaya dalam Perspektif
Psikologis
4. Pengaruh Konseling Kelompok
Teman Sebaya Menggunakan
Teknik Realita terhadap
Konsep Diri Mahasiswa
Universitas Negeri Medan
5. Bimbingan Dan Konseling
Sebagai Self -Service dalam
Perkembangan Psikologis
untuk Membangun Karakter
Siswa
6.

7.

8.

9.

Konseling Klinis Dengan
Menggunakan Pendekatan
Analisis Transaksional Bagi
Individu Yang Memiliki
Gangguan Mental Pada Guru
Sekolah Minggu
Hkbp Jakasampurna
Penggunaan Nilai Individual
dalam Pengembangan Diri
(dalam Pekerjaan dan Karir)
Sebagai Strategi Intervensi
Karir yang Menjanjikan
Karakteristik Ideal Konselor
yang Mengedepankan Nilai
Psikologis dalam Membentuk
Karakter Konseli
Peran Serta Guru Bimbingan
dan Konseling dalam
Pendidikan Karakter

Nama
Lucky Nindi
Riandika Marfu’i

Instansi
Universitas
Pendidikan
Indonesia

Hal
230-236

I Made Sony
Gunawan

IKIP Mataram

237-244

Adinuringtyas
Herfi Rahmawati.
&Dhanang
Suwidagdo

Universitas Negeri 245-251
Yogyakarta

Zuraida Lubis &
Lailian Khairiyah

Universitas Negeri 252-259
Medan

Firstalenda
Susgaleni

Universitas Negeri 260-265
Malang

Renatha Ernawati

Universitas Kristen 266-273
Indonesia

Ledyana Dwi Mei
Universitas Negeri 274-278
Situngkir
Yogyakarta
San Putra
Mia Audina Ananda
Eni
Rahmawatiningtyas

Universitas Negeri 279-286
Malang

Ronny Gunawan

Universitas Kristen 287-291
Indonesia,

vii

10. Perbedaan Interaksi Sosial
Peserta Didik Kelas Akselerasi
dan Kelas Reguler
11 Strategi Konselor/Guru
Bimbingan dan Konseling
dalam Meningkatkan
Keterampilan Menetapkan
Tujuan Akademik Siswa
12 Peran Konselor dalam
Mengembangkan Pendidikan
Karakter Siswa Melalui
Layanan Bimbingan Kelompok
13 Pentingnya Pemberian
Pelayanan Informasi dalam
Peminatan untuk Siswa SMA
14 Ugensi Bimbingan Konseling
Dalam Pembentukan Karakter
Dan Kepribadian Siswa SMP di
Kota Banjarmasin
15. Menumbuhkan Kesadaran
Siswa
Terhadap Bahaya Merokok
Melalui Konseling Kelompok
Realita
16. Mengurangi Perilaku
Prokastinasi Akademik Melalui
Bimbingan Kelompok Role
Playing- Assertive Training
Siswa SMP N 12 Surakarta
17. Mengembangkan Sikap
Penerimaan Tanpa Syarat pada
Siswa Normal di Sekolah
Inklusi
18. Kecerdasan Emosional dan
Hasil Belajar
19. Penggunaan Strategi Informasi
Kognitif untuk Membantu
Siswa Menentukan Keputusan
Karir
20. Memaknai Kehidupan Sebagai
Upaya Pengembangan Karakter
Remaja
21. Konformitas terhadap Teman
Sebaya dengan Perilaku Agresif
pada
Remaja

Sulistyo Widya
Nugraha

Universitas Negeri 292-301
Malang

Dwi Noviana Komsi Universitas Negeri 303-310
Malang

Baiq Lina Astini
Rahayu

Universitas Negeri 311-321
Malang

Wulida Firdausu
Ahla

Universitas Negeri 322-329
Malang

Kasypul Anwar,
Irhamni

Universitas Islam
Kalimantan

Agus Zaqi
Firmansyah

Pascasarjana,
337-344
Universitas Negeri
Malang

Gunawan

Universitas Negeri 345-350
Semarang

Athia Tamyizatun
N, Agit Purwo H.,&
Ferisa Prasetyaning
U
Ilham Khairi
Siregar,& Jamila
Aji Prasetyo
Wicaksono

UN Semarang

351-358

UMSU

359-363

Ebtaniz
Zulwidyaningtyas

Universitas Negeri 370-374
Malang

Universitas Negeri 364-369
Malang

Ulfa Amalia,& Erlin Universitas
Fitria
Teknologi
Yogyakarta

viii

330-336

375-380

22. Memberdayakan Layanan
Bimbingan Dan Konseling:
Mengubah Perspektif Untuk
Melayani Siswa (Suatu
Tinjauan Psikologis)
23. Peran Guru BK di Sekolah
dalam Menangani Dampak
Psikologis Anak Berkebutuhan
Khusus Korban Bullying
24. Pandangan Orangtua Mengenai
Pacaran pada Siswa SMP
25. Pentingnya landasan psikologi
dalam membentuk karakter
muda Indonesia
26. Pengaruh Pemberian Layanan
Bimbingan Kelompok
Terhadap Budi Pekerti Siswa
Kepada Guru Di SMP Swasta
Gotong Royong Kuala Langkat
27 Peran Nilai Sosiokultural
dalam Bimbingan Kelompok
Pada Peserta Didik Sekolah
Menengah Pertama

Muhammad Nur
Wangid

Universitas Negeri 381-388
Yogyakarta

Felix Nugroho

Universitas Negeri 389-396
Yogyakarta

28. Tingkat Kejenuhan (Burnout)
Belajar Siswa SMA Kota
Yogyakarta dan Faktor-Faktor
Penyebabnya
29. Program Bimbingan Kelompok
dengan Pendekatan Mentoring
untuk Meningkatkan
Kemampuan Penyesuaian Diri
SMA
30. Konseling Analisis
Transaksional dengan
Teknik Role Playing untuk
Meminimalisasi Bullying di
Sekolah Dasar
31. Stop Bullying dengan Sikap
Saling Menghargai
32. Pendidikan Moral Bagi Remaja
dan Implikasinya dalam
Layanan Bimbingan Dan
Konseling

Suwarjo & Diana
Septi Purnama

Universitas Negeri 425-431
Yogyakarta

Sunardi & Nur
Mahardika

Universitas Muria
Kudus

Sugiyanto

Universitas Negeri 397- 403
Yogyakarta
Arista Kiswantoro & Universitas Muria 404-410
Richma Hidayati
Kudus
Ummu Ardhiyah,
Anggi Arum Sari,&
Devi Trianasari

Universitas Negeri 411-420
Yogyakarta

Andika Ari Saputra, Universitas Negeri 421-424
Priyagung Kukuh
Yogyakarta
Prabowo ,& Ismail
Suny

Puspita Widya Wati Universitas
Pendidikan
Indonesia

Emita Distiana
Budi Astuti

ix

432-438

439-444

SMP N 15 Kota
445-449
Pekalongan
Universitas Negeri 450-458
Yogyakarta

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling

2016
33. Pengaruh Media Sosial
Nurhasanah, UtamiTahunUniversitas
Negeri 459-466
terhadap Perkembangan Etika Niki Kusaini,
Yogyakarta
dan Moral pada Generasi Muda &Risma Dina

E. Nilai Filosofis
No. Judul
1. Peran Konselor dalam
Menanamkan Nilai Filosofis
untuk Membangun Karakter
Generasi Muda pada Zaman
Postmodern

Nama
Ardian Renata
Manuardi

x

3
8

Instansi
Hal
Universitas Negeri 467-472
Malang

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

NILAI-NILAI RELIGIUS TEKS SUKARNO
DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA INDONESIA
Restu Dwi Ariyanto
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri
e-mail: restu.d.ariyanto@gmail.com

ABSTRAK
Character is whole picture of human and fully unique of others. Motivation driving the humancharacter can’t
be separated from the influence of culture in human beings. Search cultural values is a process of
searching character. Meaning and searching parts of Indonesian character values can be done with text
analysis.Process interpreting teks using Gadamerian hermeneutic. The data analysis is using part-whole
technique. Analysis process by meaning text character values Sukarno (Founding Fathers). Character values
that were examined are the values of religious character. Character values religus Sukarno include: believe,
tolerance and rationality. The recomendation which is recommending on this research, counselor should be
using the result of this research as course of counselee’s ideal character identification.
Keywords:
Religious

Character,

Karakter adalah gambaran diri manusia secara bulat dan utuh yang membuat unik dari manusia lain.
Motivasi penggerak karakter manusia tersebut tidak terlepas dari pengaruh suatu kebudayaan dimana
manusia berada. Penelusuran nilai kebudayaan merupakan suatu proses penggalian karakter. Penelusuran
dan penggalian butiran-butiran nilai karakter luhur bangsa Indonesia dapat dilakukan dengan analisis teks.
Proses penafsiran makna teks dilakukan dengan hermeneutik Gadamerian. Hermeneutik merupakan metode
menafsirkan makna teks dengan pola part dan whole. Proses analisis teks dengan mengkaji nilai-nilai
karakter Sukarno (Founding Fathers). Nilai-nilai karakter yang dikaji adalah nilai-nilai karakter religius.
Butiran pemikiran nilai-nilai karakter religus Sukarno meliputi: keimanan, toleransi dan rasionalitas. Saran
yang diajukan dalam penelitian ini adalah konselor seyogyanya dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan identifikasi karakter ideal konseli.
Kata Kunci: Karakter, Religius

3
9

1.
PENDAHULUAN
Karakter adalah
gambaran
diri
manusia
secara
bulat dan utuh yang
membuat
unik
dengan
manusia
lain. Dapat diartikan
bahwa
karakter
merupakan wujud
dari
keseluruhan
pikiran,
perasaan
dan perilaku yang
dimiliki
oleh
manusia.
Keseimbangan
antara
ketiga
komponen tersebut
akan menciptakan
suatu
bentuk
karakter yang ideal.
Karakter
tersebut
diharapkan dapat
muncul
pada
manusia
Indonesia.
Manusia Indonesia
memasuki periode
post-modern
dimana
individu
butuh
kebebasan
berekspresi-diri
dan rasa aman

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

dalam menjalani
kehidupan sebagai
individu.
Melalui tulisan
inilah
penulis
berusaha
menuangkan
gagasan
rekonstruktif di
tengahpersoala n
dinamika
pergeseran nilainilai karakter pada
generasi saat ini.
Krisis
identitas
pada
manusia
Indonesia mas ih
menjadi permas
alahan di dunia
pendidikan.
Wacana
pendidikan
karakter melalui
pendekatan nilainilai
religius
berusaha
mempertemukan
kembali nilai- nilai
pendidikan berbasis
paradigma
timur.
Nilai-nilai religius
dapat diserap dari
figur
Founding
Fathers Indonesia
(Sukarno). Inilah

4
0

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

4
1

sebuah
gagasan
alternatif
yang
mungkin
layak
untuk
dipertimbangkan
bersama
untuk
memperkokoh
persatuan
dan
kesatuan bangsa
2
.
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
2
.
1
.
K
a
r
a
k
t
e
r
Karakter
didefinisikan
sebagai
“the
relatively
permanent system
of
all
noninstinctual
strivings
through
which man relates
himself
to
the
human and natural
world”
(Fromm,
1973: 226). Hal ini
berarti
bahwa
karakter merupakan
sistem
permanen

dalam
manusia
yang
menghubungkan
manusia lain dan
menghubungkan
dengan
alam.
Fromm (1973: 251252) menambahkan
bahwa “character
is
the
specific
structure in which
human energy is
organized in the
pursuit of man’s
goals; it motivates
behavior according
to it’s dominant
goals: a person acts
“instinctively”.
Artinya
bahwa
faktor
insting
merupakan
motivasi
penggerak karakter
manusia. Motivasi
penggerak
karakter manusia
tersebut
tidak
terlepas
dari
pengaruh
suatu
kebudayaan dimana
manusia
berada
(Fromm,
1973:
253).
Pengaruh
kebudayaan
akan
membuat manusia
di satu sisi ia harus
berperan sebagai
individu
yang
berbeda dan disisi
lain bertindak sesuai
kebudayaan tersebut
berada.
Dalam
peristiwa ini Fromm
(1973:
253)
menyebutkan bahwa
“Character is a
human
phenomenon”.
Tipe
karakter

4
2

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

menurut
Fromm
terbagi menjadi dua
yaitu
berorientasi
tidak
produktif
(nonproductive
orientation)
dan
berorientasi
produktif
(productive
orientation).
Karakter
berorientasi
nonproduktif
meliputi receptive,
exploitative
,
hoarding
dan
marketing
sedangkan karakter
produktif meliputi
kerja
(working),
cinta
(loving),
bernalar (reasoning)
(Feist
&
Feist,
2008:
237-239;
Fromm, 1975:
7
0
1
0
2
)
Menyambung
pendapat Fromm di
atas, definisi berbeda
tentang
karakter
dikemukakan
Berkowitz
&Bier
(2004:
73)
sebagaisatu
set
kompleks
karakteristik
psikologis, dibentuk

sebagian
oleh
pertumbuhan
kognisi
yang
memungkinkan
seseorang
untuk
bertindak sebagai
agen
moral.
Dengan demikian,
karakter dianggap
sebagai kompetensi
sosio- moral yang
menggabungkan
tindakan
moral,
nilai-nilai
moral,
kepribadian
moral,emosi moral,
penalaran moral,
identitas
moral,
dan karakteristik
dasar.
Artinya
manusia dikatakan
memiliki karakter
jika
ia
mampu
mengimplementasika
n dalam sebuah
perilaku.
Dari beberapa
definisi para ahli di
atas maka dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
karakter
mencakup
suatu
bentuk
kualitas
karakteristik
psikologis manusia
secara utuh dan
permanen
yang
mencakup
aspek
kognitif, afektif dan
tindakan perilaku
sesuai
proses
adaptif
dengan
sebuah kebudayaan.
2.2.Nilai-Nilai
Religius
Teks
Sukarno
dalam

Pembangu
nan
Karakter
Nilai-nilai
dalam tulisan ini
mengkaji
pemikiran religius
dari
figur
Sukarno. Menurut
hemat
penulis,
Sukarno- merupakan
sosok
Foundig
Fathers
Bangsa
Idonesia yang tidak
memikirkan dirinya
sendiri
tetapi
bagaimana
dapat
berkontribusi
banyak
untuk
membangun Bangsa
Indonesia
agar
terjalin
persatuan
dan kesatuan bangsa
yang
kokoh.
Pemikiran tersebut
banyak
mengandung nilainilai karakter yang
dapat digali serta
dimaknai.
Nilai-nilai
karakter tersebut
terdapat
dalam
buku Bung Karno
Penyambung
Lidah
Rakyat
Indonesia
karya
Cindy
Adams
(DT1);
buku
Dibawah Bendera
Revolusi Jilid I
karya Ir. Soekarno
(DT2); dan buku
Dibawah Bendera
Revolusi Jilid II
karya Ir. Soekarno
(DT3).
Karakter
ideal
manusia
Indonesia
yang
diharapkan meliputi

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

religius
dan
nasionalis. Kedua
karakter tersebut
diharapkan
dapat
diserap
menjadi
karakter
ideal
Manusia Indonesia
Sutuhnya (MIS).
2
.
2
.
1
.
K
e
i
m
a
n
a
n
Deskripsi
religius
yang
dipaparkan oleh
Sukarno meliputi
beragam makna.

4
3

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

4
4

Salah satu wacana
yang
sempat
diutarakan
oleh
Sukarno
adalah
sikap
percaya
kepada
Tuhan
Yang Maha Esa.
Kepercayaa n
tersebut tersaji pada
paparan
berikut
“Aku
berdo’a,
“Tuhan
Yang
Maha Penyayang,
aku menyerah pada
kemauan-Mu.
Berilah
aku
petunjuk.
Tunjukkan bahwa
Engkau
beradadisampingk
u” (DT1/2001/393/
PA2/
Kal1).
Berdasarkan
paparan
teks
tersebut
maka
dapat
ditarik
makna
bahwa
dalam kepribadian
Sukarno terdapat
keimanan terhadap
Tuhan. Keimanan
menggambarkan
sebuah kepercayaan
manusia
terhadap
Tuhan.
Keimanan
terhadap
Tuhan
juga berarti yakin
akan adanya hari
akhir.
Sukarno
memberikan wacana
terkait
keimanan
pada hari akhir “aku
sangat
percaya
pada akhirat, di
hari
kemudian
setelah ini. Akupun
percaya,
bahwa
setiap saat ada
malaikat-malaikat

yang
tidak
kelihatan dekatku”
(DT1/469/
PA1/Kal1).
Pada
petikan teks tersebut
dapat
dimaknai
bahwa salah satu
kecakapan
dalam
mengilhami
keimanan terhadap
Tuhan
dapat
diimplementasika
n
dengan
kepercayaan pada
hari kiamat. Hasil
pemaknaan
pada
beberapa teks di
atas maka dapat
disimpulkan bahwa
salah satu aspek
yang dapat diserap
dalam
religius
adalah keimanan.
Wujud kepribadian
keimanan Sukarno
dapat diserap oleh
manusia Indonesia
sebagai
karakter
ideal dalam konteks
religius.
Pemikiran lain
yang
dapat
tercermin
dalam
kepribadian
Sukarno
adalah
mengenai konsep
keimanan. Kadar
keimanan
yang
ditunjukkan dalam
kepribadian Sukarno
dapat terlihat pada
petikan
teks
dibawah ini.
Di dalam suratsurat itu adalah
tergurat sebagian
garis percobaannya
saya
jiwa—dari
jiwa yang islamnya
hanya raba-raba

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

saja menjadi jiwa
yang
Islamnya
yakin, dari jiwa
yang
mengetahui
adanya
Tuhan,
tetapi
belum
mengenal Tuhan,
menjadi jiwa yang
seharihari
berhadapan
dengan DIA, dari
jiwa yang banyak
falsafat ke—Tuhan
—an—tetapi belum
mengamalkan ke
—Tuhan—annya
itu menjadi jiwa
sehari-hari
menyembah

4
5

kepadanya. Saya
wajib
berterimakasih
kepada
Allah
Subhanahu
Wata’ala,
yang
mengadakan
perbaikan
saya
punya jiwa yang
demikian itu, dan
kepada
semua
orang,— antaranya
tidak sedikit kepada
tuan—,
yang
membantu kepada
perbaikan
itu.
Sebagai
tanda
terimakasih kepada
Allah dan kepada
manusia itulah saya
meluluskan
permintaan
tuan
akan
mengumumkan saya
punya surat- surat
itu (DT2/1969/342/
PA/Kal2).
Gambaran
kepribadian yang
terlihat pada teks di
atas adalah proses
internalisasi
religius.
Terlihat
bahwa
Sukarno
memulai
dengan
pemahan
dasar
agama.
Ia
gambarkan sebagai
“Islam yang masih
diraba-raba”.
Kemudian
ia
dihadapkan dengan
intensitas
perjumpaan
dengan
Tuhan
lewat kajian agama
yang
mendalam.
Kelengkapan kadar
keimanan terlihat
dalam

implementasi nilai
agama
dalam
kehidupan seharihari. Hal ini berarti
bahwa ilmu agama
dapat
digunakan
untuk
membantu
sesama
manusia.
Berdasarkan
hal
tersebut maka dapat
ditarik
makna
bahwa
keimanan
dapat diserap oleh
manusia Indonesia
sebagai
karakter
ideal.
2
.
2
.
2
.
T
o
l
e
r
a
n
s
i
Di sa m pi ng
ke pri ba di a n ke
i m a na n terhadap
Tuhan
Sukarno
mendorong manusia
Indonesia
agar
dapat hidup rukun
menurut
agama
masing-masing.
Lebih
lanjut,
Sukarno
memberikan
penjelasan secara
gamblang
terkait
perilaku rukun antar
umat beragama. Hal
ini dapat terlihat
pada petikan teks
berikut.

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

Kita
adalah
makhluk
Allah.
Dalam menginjak
waktu yang akan
datang, kita ini
seolah-olah
adalah buta. Ya,
benar
kita
merencanakan,
kita bekerja, kita
mengarahkan
angan-angan
kepada suatu hal
diwaktu
yang
akan
datang.
Tetapi
pada
akhirnya, Tuhan
pula
yang
menentukan.
Justru
karena
itulah, maka bagi
kita
sekarang
adalah
satu
kewajiban untuk
senantiasa,
memohon
pemimpin
kepada
Tuhan.
Tidak
semua
manusia berhak
berkata:

4
6

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

4
7

“Aku,
aku
sajalah
yang
benar, orang lain
pasti
salah”
“Golonganku,
partaiku sajalah
yang
benar,
partai lain pasti
salah!”
orang
yang
demikian
adalah
orang
yang
mutlakmutlakkan yang
sombong,
yang
Ego sentris, yang
eksklusif, orang
yang tenggelam
dalam
ekstremitet,
orang yang tak
mungkin
dapat
menjalankan
toleransi orang
yang
dus
samasekali
ongenschikt buat
demokrasi.
Orang
yang
demikian
itu,
pada
batinnya
adalah
orang
fasis. Orang yang
demikian
itu
akhirnya
lupa,
bahwa
hanya
Tuhan
sajalah
yang memegang
kebenaran
(DT3/1969/2332
3
4
/
P
B
/
K
a
l
1
)
.

Pada

gambaran teks di
atas
dapat
dimaknai
bahwa
semua
agama
mengajarkan
kebaikan
pada
umatnya sehingga
perlu
saling
menghormati
dan
hidup secara rukun
berdampingan. Hal
tersebut
dapat
diartikan
bahwa
sikap
rukun
termasuk
dalam
sikap toleransi antar
umat
bergama.
Wujud
pribadi
toleransi beragama
dapat diserap oleh
manusia Indonesia
sebagai
karakter
ideal.
2
.
2
.
3
.
R
a
s
i
o
n
a
l
i
t
a
s
Aspek lain yang
harus ada dalam
religius
adalah
kemampuan berfikir
terbuka
terhadap
perkembangan
zaman. Semua umat
beragama
harus
4
8

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

terbuka wawasan
tentang kemajuan
ilmu-agama
dan
ilmu-dunia.
Ide
tersebut
dapat
terlihat
pada
kalimat berikut.

Islam
is
progress,—
islam
itu
kemajuan,
begitulah
telah
saya
tuliskan
didalam
salah
satu surat saya
yang terdahulu.
Kemajuan
karena fardhu,
kemajuan kerena
sunnah, tetapi
juga kemajuan
karena
diluaskan dan
dilapangkan
oleh jais atau
mubah
yang
lebarnya
melampaui
batasnya zaman.
Progress berarti
barang
batu,
yang lebih tinggi
tingkatannya
daripada barang
yang terdahulu.
Progress berarti
pembikinan
baru,
ciptaan
baru,
creation
baru,—bukan
mengulangi
barang
yang
dulu,
bukan
mengcopy barang
yang
lama.
Didalam politik
Islam-pun orang
tidak
boleh
mengcopy
saja
barang-barang
yang lama, tidak
boleh mau

mengulangi saja
segala
sistemsistemnya zaman
“khalifahkhalifah
yang
besar”. Kenapa
orang-orang
Islam
disini
selamanya
menganjurkan
political sistem
langkahnya
zaman
yang
lebih dari seribu
tahun itu peri
kemanusiaan
mendapatkan
sistemsistem
baru yang lebih
sempurna, lebih
bijaksana, lebih
tinggi
tingkatannya
daripada
dulu?
Tidakkah zaman
sendiri
menjelmakan
menjadi
sistimsistim baru yang
cocok
dengan
keperluannya,—
cocok
dengan
keperluan zaman
itu
sendiri?
Apinya
zaman
“khalifahkhalifah
yang
besar” itu? Ach,
lupakan
kita,
bahwa api ini
bukan
mereka
yang menemukan,
bukan
mereka
yang
“mengaitkan”?
bahwa
mereka
“mencuat” saja
api
itu
dari
barang yang juga
kita di zaman
sekarang
mempunyai,
yakni
dari

Kalam Allah dan
Sunnahnya
Rasul?
(DT2/1969/48949
0/PB/Kal1).

Kajian Islam di
atas dapat dimaknai
bahwa
perkembangan
pengetahuan Islam
akan
selalu
mengalami
kemajuan.
Proses
perkembangan
Islam tidak terlepas
dari
peran
perkembangan
zaman.
Manusia
Indonesia
diharapkan
dapat
lebih selektif dalam
memilih
dan
memilah
nilai
religius mana saja
yang cocok dan
tidak. Kemampuan
selektif dan rasional
akan
dapat
mendorong manusia
Indonesia
menciptakan suatu
tatanan nilai baru
yang tetap berpijak
pada nilai agama
dan
sesuai
diterapkan pada era
sekarang. Hal ini
digambarkan oleh
Sukarno
sebagai
“creation baru” yang
berarti menciptakan
hal baru bukan
sekadar
mencopy
nilai
lama
saja
namun
menggunakan
rasional pemikiran
sebagai alkulturasi
Islam.

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

Maka oleh karena
itu,
pemukapemuka
Islam,
marilah
kita
pecahkan pukauan
tradisi
pikiran
yang
telah
hampir
seribu
tahun itu sama
sekali. Janganlah
kita
hanya
memudakan
Islam
didalam
rantingrantingnya saja,
tetapi marilah kita
permudakannya
sampai kedalam
galih-galih
pokoknya.
Merdekakanlah
islam dari tradisi
fikiran
Ash’ariisme itu
sama
sekali,
kasihlah
lapangan
merdeka kepada
Rasionalisme
yang lama telah
terbuang
itu.
Marilah
kita
teruskan
ajakannya
pahlawan-

4
9

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

5
0

pahlawan
“rethinking
of
Islam” di negeri
asing
itu
ketengahnya
padang
perjuangan islam
dinegeri
kita.
Dengan
kembalinya
Rasionalisme
sebagai pemimpin
pengertian Islam,
maka
barulah
ada
harmoni
yang
sejati
antara otak dan
hati, antara akal
dan
kepercayaan,
dengan
kembalinya
Rasionalisme itu
maka
berobahlah sama
sekali kita punya
outlook,
kita
punya ideologi,
menjadi
satu
outlook
yang
merdeka,
satu
ideologi
yang
merdeka. Maka
islam
lantas
benar-benar
menjadi
suatu
pertolongan, satu
tempatpernaungan, satu
jalan keluar, dan
bukan
satu
penjara
(DT2/1969/402/P
A/Kal1).

Pe m a pa ra n
pa da t e ks di a t
a s da pa t
disimpulka n
bahwa
dalam
kehidupan
beragama
manusia
wajib

memiliki
rasionalitas
untuk
mengkaji nilai-nilai
agama. Hal ini
dimaksudkan agar
manusia
dapat
mengimplementasi
kan nilai agama
yang berbenturan
dengan
perkembangan
zaman.
Menyingkapi
peristiwa tersebut
maka
sangat
diperlukan
kecakapan
dalam
mengkaji nilai- nilai
agama yang lama
dengan
menambahkan
wawasan baru dari
ilmu barat. Tujuan
penambahan
wawasan ilmu barat
agar kajian nilainilai agama dapat
dipahami
secara
aplikatif
dalam
kehidupan di zaman
sekarang. Sukarno
menanamkan
gerakan rasionalitas
dengan ungkapan
“rethinking
of
Islam”. Ungkapan
tersebut
mengandung
makna
bahwa
diperlukan pikiran
yang terbuka untuk
memaknai ideologi
agama kolot pada
masa lampau agar
dapat
bersanding
dengan
tuntuntan zaman.
Sikap rasionalitas
akan menciptakan
generasi
yang

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

“melek
agama”
dalam arti yang
sebenarnya bukan
hanya ikut-ikutan
manguk-mangguk
saja
tanpa
memaknai sebuah
nilai agama.
Sukarno
memberikan
gambaran rethinking
of Islam dalam
salah satu peristiwa
yang terjadi dalam
kehidupannya.
Salah satu contoh
kecil
penerapan
rethinking of islam
dapat terlihat pada
wacana berikut.

5
1

Pada suatu hari
saya punya anjing
menjilat
air
didalam panci di
dekat sumur. Saya
punya
anak
Ratna
Juami
berteriak: “papi,
papi, si Ketuk
menjilat
air
didalam panci!”
saya menjawab:
“Buanglah
air
itu, dan cucilah
panci
itu
beberapa
kali
bersih-bersih
dengan sabun dan
kreolin.”
Ratna termenung
sebentar.
Kemudian
ia
menanya:
“Tidakkah Nabi
bersabda, bahwa
panci itu mesti
dicuci tujuh kali,
diantaranya satu
kali
dengan
tanah?”
Saya menjawab:
“Ratna, dizaman
Nabi belum ada
sabun
dan
kreolin!
Nabi
waktu itu tidak
bisa
memerintahkan
orang memakai
sabun
dan
kreolin.”
Maka
Ratna
menjadi
terang
kembali.
Itu malam ia tidur
dengan
roman
muka yang seperti
muka yang seperti
bersenyum,
seperti mukanya
orang
yang
mendapat

kebahagiaan
besar.
Maha
besar
Allah
Ta’ala,
maha-mulialah
Nabi yang ia
suruh!
(DT2/1969/490/
PB/ Kal1).

Petikan teks di
atas
dapat
dimaknai ba ga i m
a na ke pri ba di a
n Sukarno da pat
mengimplementasi
kan nilai agama
kolot
dengan
rasional
peristiwa
yang sedang terjadi
pada
masa
itu.
Kemampuan berfikir
rasional
tersebut
dapat
tercermin
dengan penggunaan
sabun dan kreolin
bekas air ludah
anjing.
Tindakan
rasional
yang
ditunjukkan
oleh
kepribadian
Sukarno
dapat
diserap
oleh
manusia Indonesia.
Kepribadian
tersebut
mampu
membingkai sikap
rasional
terhadap
realita yang sedang
terjadi
terkait
kehidupan
beragama.
Atas
dasar
alasan itu maka
Sukarno
mengharapkan
gerakan rethinking
of Islam dapat
dilaksanakan
dalam pendidikan.

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

Hal
in i
dimaksudka n
bahwa
dengan
kemampuan
generasi
muda
menyerap nilai- nilai
agama
dalam
bangku pendidikan
maka
akan
menciptakan
manusia
yang
terbuka
wawasannya.

5
2

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

5
3

Kalau saya boleh mengajukan sedikit
usul : h e ndak l ah di t ambah ban y a k
ny a
“pengetahuan
barat” yang hendak dikasihkan
kepada murid-murid pesantren itu. Umunya
adalah sangat saya sesalkan, bahwa kita
punya islam-scholars masih sangat sekali
kurang pengetahuan modern-science.
Walau yang sudah bertitel “mujahid” dan
“ulama” sekalipun, banyak sekali yang
masih mengecewakan pengetahuannya
modern-science. Lihatlah misalnya kita
punya majalah-majalah Islam: banyaksekali
yang kurang kwalitet. Dan jangan tanya
lagi bagaimana halnya kita punya kyai-kyai
muda! Saya tahu, tuan punya pesantren
bukan universitiet, tapi alangkah baiknya
kalau toch western science disitu ditambah
banyaknya. Demi Allah “Islam science”
bukan hanya pengetahuan Qur’an dan
Hadits saja; :Islam Science” adalah
pengetahuan Qur’an dan Hadits plus
pengetahuan umum! Orang tak dapat
memahami betul Qur’an dan Hadits, kalau
tak berpengetahuan umum (DT2/1969/335/
PB/Kal2).

Berdasarkan keterangan teks di atas
maka dapat dimaknai bahwa pentingnya
nilai agama bersanding dengan pengetahuan
barat. Berbekal pengetahuan barat maka
manusia akan dapat mencerna nilai
agama yang masih abstrak untuk dipahami.
Pengetahuan barat lebih aplikatif dan
rasional dalam menjelaskan sebuah
fenomena. Hal ini dapat digunakan dalam
menjelaskan nilai agama yang masih
tertutup oleh tabir. Hasil kajian beberapa
teks di atas dapat disimpulkan bahwa
rethinking of islam dapat diserap menjadi
sikap keterbukaan. Sikap ini dapat diserap
oleh manusia Indonesia sebagai karakter
ideal.
Hasil penelusuran nilai karakter religius
menurut Sukarno dapat terlihat pada tabel
dibawah ini.

5
4

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Tahun 2016

Tabel Nilai Religius menurut Sukarno
No Sumber Teks
Makna Teks
1. DT1/2001/393/PA2/Kal1 Keimanan
DT1/469/PA1/Kal1
DT2/1969/342/PA/Kal2
2. DT3/1969/233-234/PB/ Toleransi
Kal1
3. DT2/1969/489490/PB/ Rasionalitas
Kal1
DT2/1969/402/PA/Kal1
DT2/1969/490/PB/Kal1
DT2/1969/335/PB/Kal2

Pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa deskripsi religius menurut Founding
Fathers Indonesia (Sukarno) meliputi:
keimanan,
toleransi
antar
agama,
rasionalitas, dan keimanan.
2.3.Kajian Teoritik Nilai-Nilai Religius
Teks Sukarno dalam Pembangunan
Karakter
Penelus uran pemaknaan teks nilainilai religius dari teks Sukarno meliputi:
keimanan, toleransi dan rasionalitas. Berikut
kajian secara teoritik dari beberapa butiran
nilai religius pemikiran Sukarno. Proses
penafsiran makna teks dilakukan dengan
menggunakanhermeneutik Gadamerian.
Hermeneutik
merupakan
metode
menafsirkan makna teks dengan pola part
dan whole. Berikut hasil paparan dukungan
teoritik hasil temuan teks nilai-nilai religius
Sukarno.
2.3.1. Keimanan
Keimanan merupakan suatu gambaran
tentang kepercayaan manusia akan sebuah
konsep keberadaan Tuhan. Menyambung
pe m ba ha sa n t e rka i t ke i m a na n,
From m mengatakan bahwa “ man
cannot live without faith” (1957: 212).
Fromm juga menambahkan bahwa “the
basis of rational faith is productiveness”
(1957: 210). Artinya bahwa bentuk
keimanan yang rasional berakar pada
pengalaman seseorang dalam menjalankan
aktivitas produktif. Fromm lebih jauh
berasumsi bahwa “I use quotation marks

to
denote
“religious” in the
experiential,
subjective
orientation,
regardless of the
conceptual
structure in which
the
person’s
“religiosity”
is
expressed”
(Fromm, 1976:
114).
Artinya
bahwa bila kita
dikatakan sebagai
religius
maka
didasarkan pada
orientasi
subjektif
dan memperhatikan
struktur
manusia
dalam religius yang
dimunculkan dalam
sebuah
tindakan
nyata.
Wujud tindakan
nyata
terlihat
dalam
bentuk
keimanan manusia
pada
Tuhan.
Keimanan
mengindikasikan
wujud dari sebuah
perilaku
yang
merupakan bentuk
dari
kepatuhan
pada
Tuhan.
Menurut Fromm,
keimanan
merupakan salah
satu bentuk cinta
kepada
Tuhan.
Fromm
menyebutkan
bahwa
“the
religious form of
love, that which is
called the love of
God...it
springs
from the need to

overcome
seperateness and to
achieve
union”
(1957: 50). Paparan
diatas
mengindikasikan
bahwa
pola
keimanan
seseorang
akan
terbentuk
dalam
sebuah
pola
kebudayaan
tempat ia berada.
Pola pembudayaan
keimanan terbentuk
melalui proses yang
panjang dalam diri
manusia.
Pola
pembudayaan
keimanan tersebut
lebih
jauh
dijelaskan
oleh
Fromm
pada
paparan berikut.
“in the history of
the human race
we see—and can
anticipate—the
same
development:
from the begining
of the love for
God
as
the
helpless
attachment to a
mother Goddes,
through
the
obedient
attachment to a
fatherly God, to
a mature stage
where
God
ceases to be an
outside
power,
where man has
incorporated the
principles of love
and justice into
himself, where he
has become one

with God, and
eventually, to a
point where he
speaks of God
only in a poetic,
symbolic sense”
(1957: 63).

Penjelasan
Fromm di
atas
berarti bahwa pola
keimanan tumbuh
pada
mulanya
dalam pola asuh
ibu
yang
memosisikan
manusia sebagai
makhluk
tidak
berdaya
dan
membutuhkan kasih
sayang. Kemudian
keimanan
berkembang pada
pola asuh ayah yang
otoriter
membuat
anak mendapat nilai

kepatuhan
dalam
menjalankan ajaran
agama.
Tahap
selanjutnya,
manusia
memasuki
fase
kedewasaan
(maturity)
yang
membuat ia mampu
berpikir rasional.
Ia
mampu
menjadikan Tuhan
bagian
dalam
dirinya dalam setiap
aktivitas.
Ia
menciptakan simbol
atau bentuk lain
tentang
pola
keimanan
yang
dijadikan pedoman
dalam
hidup
beragama.
Berdasarkan
kajian teoretis yang
telah
dilakukan
maka
manusia
Indonesia
dapat
lebih memahami
sumber
pola
keimanan
yang
telah
ia
internalisasikan
dalam
pribadi.
Manusia Indonesia
yang
telah
memahami makna
keimanan maka ia
akan lebih mampu
untuk
meresapi
bentuk
keimanan
terhadap
Tuhan.
Bentuk keimanan
terhadap
tuhan
merupakan wujud
love of God yang
berarti
manusia
Indonesia percaya
Tuhan maka ia
mencintai
Tuhan

dengan
seluruh
jiwa dan raga.
2
.
3
.
2
.
T
o
l
e
r
a
n
s
i
Toleransi
berasal
dari
bahasa latin t ol e
rant i a ya ng be
ra rt i be rt a ha n l
a m a ( enduring ),
menahanka n
(
sufferin g
)
,
hubungan (bearing)
atau
meletakkan
dengan (putting up
with) (Fiala, 2005:
24).
Penjabaran
tersebut
dapat
diartikan
bahwa
toleransi memiliki
makna
‘menanggung’ atau
‘daya tahan’. Ahli
lain yang mengkaji
tentang
toleransi
berpendapat bahwa
“tolerance does not
ask us to deaden
our
emotional
responses to others;
rather it asks us to
restrain
the
negative
consequences of
our
negative
emotional

responses out of
deference to a more
universal set of
commitments”
(Fiala,
2005: 24). Toleransi
berarti
adanya
kecakapan
dalam
mengontrol emosi.
Toleransi
menurut
KBBI
(2012) berarti sifat
atau sikap toleran:
dua kelompok yang
berbeda kebudayaan
itu
saling
berhubungan
dengan
penuh.
Pendapat
berbeda
diungkapkan oleh
Hasanah & Sauri
(2013: 170) yang
menyatakan bahwa
toleransi merupakan
sikap dan tindakan
yang menghargai
perbedaan agama,
suku,
etnis,
pendapat,
sikap,
dan

tidakan orang lain
yang berbeda dari
dirinya.
Berdasarkan
penjelasan
beberapa
ahli,
toleransi
senada
dengan pemikiran
Fromm. Pemikiran
Fromm
menjelaskan
bahwa toleransi
(tolerance)
merupakan aspek
positif
dalam
orientasi karakter
pemasaran
(Fromm,
1957:
121).
Toleransi
berguna
dalam
menerima
dan
mengadaptasi nilainilai kepercayaan
yang berbeda. Hal
ini berarti bahwa
toleransi merupakan
salah satu mode
manusia
berhubungan satu
sama lain yang
memiliki
karakteristik yang
berbeda.
Aspek
lain
dalam
toleransi
adalah
rasa
menghargai antar
sesama
manusia
sebagai
wujud
cinta
sesama
makhluk ciptaan
Tuhan.Rasa
menghargai
merupakan bentuk
kepedulian
terhadap suatu hal
baik objek ataupun
subjek.
Rasa
menghargai yang
telah
dipaparkan

meliputi
menghargai orang
tua,
menghargai
nama
bangsa,
menghargai
budaya,
menghargai
sejarah,
menghargai
sesama,
menghargai alam
semesta.
Rasa
menghargai yang
telah
dijelaskan
tersebut
senada
dengan
pendapat
Fesit & Feist (2008:
200)
yang
menya
takan
bahwa
.
Biophilic people
desire to further all
life— the life of
people,
animals,plants,
ideas, and cultures.
They are concerned
with the growth and
development
of
themselves as well
as others. Biophilic
individuals want to
influence
people
through
love,
reason,
and
example— not by
force (Feist and
Fesit, 2008: 200).
Artinya bahwa
wujud dari rasa
menghargai
merupakan bentuk
dari
perilaku
bipolia (biopolic)
yang mengutamakan
rasa cinta pada
sesama agar dapat

tumbuh
dan
berkembang dalam
suasana
cinta.
Fromm
menambahkan
bahwa
“the
affirmation
of
one’s own life,
happiness, growth,
freedom, is rooted
in one’s capacity to
love, i.e., in care,
respect,
responsibility, and
knowledge”
(Fromm,
1975: 135). Hal ini
dapat disimpulkan
bahwa
bipolia
merupakan aspek
hidup
produktif
yaitu hidup penuh
semangat
cinta
pada sesama.
Toleransi dapat
diserap manusia
Indonesia

sebagai
jalan
untuk berhubungan
dengan m anusia l
ai n denga n di da
sarkan pada sikap
saling menghargai
dan menghormati
perbedaan masingmasing.
Manusia
Indonesia
dapat
menerapkan
toleransi
dalam
hubungan
teman
sebaya
yang
memiliki perbedaan
jenis
kelamin,
agama maupun latar
belakang
sosial
ekonomi. Toleransi
yang
diinternalisasikan
dalam
pribadi
manusia Indonesia
akan menciptakan
kualitas
karakter
produktif.
2
.
3
.
3
.
R
a
s
i
o
n
a
l
Rasional
menurut
KBBI
(2012) memiliki arti
menurut pikiran dan
pertimbangan yang
logis.
Rasional
menurut
Fromm
merupakan bentuk

orientasi karakter
produktif (1975:
108).
Rasional
adalah bagian dari
proses
berpikir
produktif
(productive
thinking)
yang
meliputi dua aspek
reason
dan
intelegence. Aspek
intelegence
adalah
alat
manusia
untuk
mencapai
tujuan
yang
bersifat
praksis.
Artinya
bahwa ia bertujuan
menemukan aspek
pikiran
tentang
pengetahuan untuk
memanipulasi
objek
(Fromm,
1975: 108). Fungsi
intelegence
bertujuan
untuk
“taken for granted
and may or may not
be
rational
in
themselves”
(Fromm,
1957:
108).
Aspek
reason
merupakan
tahap
pemikiran
yang
sudah
mampu
menjangkau
bernalar
dan
berpikir
(Fromm,
1975: 108). Fungsi
reason adalah “to
know,
to
understand,
to
garsp, to relate
onseself to things
by comprehending
them”
(Fromm,
1975:
108).
Penjabaran tersebut
dapat disimpulkan

bahwa intelegence
hanya sebatas untuk
memanipulasi objek
tanpa
melakukan
analisis mendalam
sedangkan reason
mampu menjangkau
pemikiran
secara
kritis. Pernyataan
Fromm di atas
tentang “productive
thinking”
sesuai
dengan
konsep
“rasional”
yang
dipaparkan
oleh
Founding Fathers
Indonesia. Hal ini
dapat
diartikan
bahwa
manusia
Indonesia
yang
religius maka ia
mampu
berpikir
rasional
terhadap
isu agama yang
berkembang.
Rasional
dapat
digunakan
oleh
manusia Indonesia
sebagai
filter
informasi dari luar
dan diproses dalam

pikiran sehingga ia mampu menyimpulkan secara bijak terkait isu agama yang terjadi saat
ini.
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religius
menurut teks Sukarno tedapat berbagai aspek dimensi. Nilai religius meliputi aspek
keimanan, toleransi dan rasional. Nilai tersebut dapat dijadikan bahan reflektif dan analitik
untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sehingga generasi muda
dapat menyerap dan mengimplementasikan teks pemikiran Sukarno dalam perilaku
kehidupan sehari-hari.
3.2. Saran
Untuk mewujudkan pengembangan karakter generasi muda melalui nilai-nilai
religius penulis merekomendasikan hal sebagai berikut. Guru BK seyogyanya dapat
menggunakan hasil kajian ini sebagai bahan identifikasi karakter ideal konseli.Selain itu,
guru BK diharapkan dapat mengkaji nilai- nilai karakter pada buku-buku mengenai
tokoh-tokoh sejarah yang menginspirasi perjuangan bangsa Indonesia seperti H.O.S.
Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Moh. Hatta, Gus Dur maupun tek-teks budaya bangsa
Indonesia seperti serat budaya.
REFERENSI
Adams, C. 2001. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: PT. Tema
Baru.
Berkowitz, M.V & Bier, M.C. 2004. Research Based Character Education. AANALS,
AAPSS, January 2004.
Depdiknas. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Feist, J & Feist, G.J. 2008. Theories of
Personality Seven Edition. USA:

McGraw-Hill Companies.
Fiala, A. 2004. Tolerance and Ethical Life.
London: Continumm.
Fromm, E. 1955. The Sane Society. New
York: Holt, Rinehart and Winston. Fromm, E. 1957. The Art of Loving. Great
Britain: George Allen & Unwin Publishers.
Fromm, E.1973. The Anatomy of Human Destructiveness. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Fromm, E. 1975. Man for himself: An inquiry into the psychology of ethics. New
York: Holt, Rinehart andWinston.
Fromm, E. 1976. To Have or to Be. USA: Continuum.
Fromm, E. 1997. Cinta, Seksualitas, dan
Matriarki. Terjemahan Pipiet Maizier.
2007. Yogyakarta: Jalasutra.
Hasanah & Sauri, S. 2013. Pendidikan Nilai Akhlak Mulia Dalam Membina Sikap,
Perilaku Dan Kepribadian Anak Didik (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Islam AlAzhar 21 Pontianak).Integritas vol. 1 no. 2 April 2013, (online) (http://jurnal.
upi.edu/file/022.pdf), diakses 27 Oktober
2016.
Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter M e n j a w a b T a n t a n g a n
Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi Jilid I Cetakan Kedua. Jakarta: Panitia
Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.
Sukarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi Jilid II Cetakan Kedua. Jakarta: Panitia
Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.