Perceraian Perempuan Bali Konsep

diselenggarakan untuk mencapai tujuan, yang penuh dengan ide yang bersifat abstrak. Setiap hasil penelitian ilmiah yang akan dituangkan menjadi suatu karya ilmiah sudah tentu sangat diperlukan judul dari karya tersebut. Judul dalam suatu karya ilmiah hendaklah dapat mencerminkan isi dari permasalahan yang akan dikaji, atau sebaliknya, isi tercermin dalam judul karya tersebut. Oleh karena itu, setiap unsur pada judul sebaiknya dikonsepsikan secara jelas dalam pemaparannya. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep itu akan menopang teori-teori kritis yang akan digunakan sebagai pisau analisis untuk membedah permasalahan yang akan dikaji. Dalam penelitian ini diungkap beberapa konsep, seperti, konsep perceraian, perempuan Bali, gender, dan perspektif gender.

2.2.1 Perceraian

Perceraian atau divorce dalam bahasa Inggris artinya perceraian atau pemisahan. Dalam masyarakat Bali perceraian disebut nyapian atau palas. Di samping putusnya perkawinan karena kematian salah satu pihak, ada kalanya perkawinan putus karena palas merabian perceraian. Perceraian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : 1 putusnya hubungan perkawinan antara suami istri, bukan karena kematian salah satu pihak, tetapi karena perpisahan antara suami istri selagi kedua-duanya masih hidup, dan 2 perceraian yang sah secara hukum di pengadilan sesuai dengan UU No.1 Tahun 1974 dan sah secara adat Bali.

2.2.2 Perempuan Bali

Dipilihnya kata perempuan, bukan kata wanita adalah berdasarkan pertimbangan, secara etimologis, wanita berhubungan dengan kata betina. Atau karena adanya keratabasa di dalam bahasa Jawa, wanita akronim wani ditata berani diatur, berarti menjadi objek. Untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan mewujudkan kesetaraan gender, kurang tepat digunakan istilah wanita. Sementara itu kata perempuan, sebaliknya, bermakna lebih ‘positif’ karena berasal dari bentuk dasar empu plus imbuhan peran. Jadi, kata perempuan mengungkapkan pengertian yang positif dari bentuk dasarnya :empu gelar kehormatan yang berarti tuan, orang yang ahli terutama orang yang ahli membuat keris, atau jika dijadikan verba mengempu, berarti menghormati, memuliakan, membimbing Budiman, 1992 : 72-72. Penggunaan kata wanita dikhawatirkan dapat menggiring kaum perempuan untuk selalu terikat dan tunduk pada tradisi dan keyakinan yang tidak adil gender. Oleh karena itu, kata perempuan digunakan agar kaum perempuan tidak mudah terikat dan terobsesi oleh ketidakadilan budaya dan struktur yang disebabkan oleh perbedaan gender. Perempuan Bali Hindu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1 perempuan etnis Bali, beragama Hindu, atau 2 perempuan yang dengan kesadaran dan kemauannya sendiri telah melakukan serangkaian upacara Sudhi Wadhani, menganut agama Hindu kemudian kawin dengan laki-laki etnis Bali, beragama Hindu, melakukan upacara perkawinan di rumah pihak mempelai laki-laki, sesuai dengan upacara adat Bali dan agama Hindu, dan kemudian bertanggungjawab meneruskan swadharma kewajiban orang tua serta leluhur suaminya berdasarkan hukum adat Bali Hindu yang berlaku, baik secara sekala alam nyata maupun niskala alam gaib. Dengan demikian perempuan Hindu tersebut dalam bentuk perkawinan biasa bentuk perkawinan yang paling umum dan biasa dilakukan warga masyarakat Bali Hindu, mempelai perempuan akan mengikuti keluarga pihak laki-laki. Demikian halnya dengan status anakanak-anak yang terlahirkan dalam perkawinan secara otomatis juga mengikuti garis keturunan ayahnya yang disebut kapurusa.

2.2.3 Gender