Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

1

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

1.1 Profil Keluarga Dampingan

Keluarga Dampingan merupakan salah satu program wajib yang harus dilaksanakan oleh peserta KKN-PPM Universitas Udayana Periode XI Tahun 2015. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya memberikan solusi-solusi terhadap berbagai aspek permasalahan yang dialami oleh keluarga yang didampingi masing-masing peserta KKN-PPM. Program Keluarga Dampingan juga berupaya untuk menggali potensi-potensi yang ada di lingkungan keluarga dampingan. Dimana masalah yang muncul umumnya diketahui melalui wawancara serta pengamatan langsung terhadap KK Dampingan oleh peserta KKN-PPM. Dengan ini, diharapkan solusi yang diberikan oleh peserta KKN-PPM setidaknya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup KK Dampingan. Kegiatan ini dilaksanakan pada beberapa keluarga yang terdapat di 12 banjar di Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Banjar-banjar tersebut antara lain Banjar Antugan, Banjar Babakan, Banjar Tubuh, Banjar Darmatiaga, Banjar Tengah, Banjar Satria, Banjar Truna, Banjar Laud, Banjar Pande, Banjar Kebon, Banjar Tusan dan Banjar Pokas. Dari kedua belas banjar tersebut, penulis mendapat kesempatan utnuk mendampingi salah satu keluarga yang bertempat tinggal di Banjar Babakan. Keluarga tersebut ialah keluarga Ibu Ni Made Geloh yang dipilih berdasarkan petunjuk dari Kepala Dusun Blahbatuh, Bapak I Gusti Ngurah Kapidada, SE. Keluarga Ibu Ni Made Geloh merupakan salah satu keluarga yang termasuk dalam kategori keluarga kurang mampu yang berada di Banjar Babakan. Untuk lebih jelasnya, data dari keluarga Ibu Ni Made Geloh dapat dilihat dalam tabel berikut: No Nama Status Perkawinan Umur Pendidik -an Pekerjaan Keterangan 1 Ni Ni Made Geloh Janda Mati 71 tahun SD Buruh Harian Lepas Anggota Keluarga 2 Ibu Ni Made Geloh adalah seorang wanita berusia lanjut yang bersuamikan alm. Bapak Jagrem yang telah meninggal beberapa tahun lalu. Karena suaminya telah meninggal dunia, anak laki-laki Ibu Ni Made Geloh, Pak I Made Suasta menjadi Kepala Keluarga menggantikan posisi alm.Bapak Jagrem. Ibu Ni Made Geloh yang berasal dari Banjar Babakan dikaruniai empat orang anak, 1 anak laki- laki dan 3 anak perempuan. 2 anak perempuan Ibu Ni Made Geloh sudah menikah dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masing di daerah lain. Anak laki-laki Ibu Ni Made Geloh yang juga menjadi kepala keluarga beserta istri dan ketiga anaknya juga tinggal di luar daerah Desa Blahbatuh, tepatnya di Desa Buruan yang berada tidak jauh dari wilayah Desa Blahbatuh. Keputusan ini diambil karena beliau memutuskan untuk menetap dekat dengan tempatnya bekerja. Walaupun tidak tinggal di rumah, Pak I Made Suasta masih bertanggung jawab akan kebutuhan sehari-hari seperti biaya listrik dan PAM serta kebutuhan sosial seperti iuran rutin di 2. I Made Suasta Kawin 36 tahun SMP Buruh Harian Lepas Kepala Keluarga Anak 3. Ni Luh Budi Kerti Kawin 32 tahun SD Buruh Harian Lepas Anggota Keluarga Menantu 4. Ni Nyoman Karmiti Belum Kawin 33 tahun SMP Buruh Harian Lepas Anggota Keluarga Anak 5. Ni Wayan Jetila Rani Dewi Dasi Belum Kawin 11 tahun TK Siswa Anggota Keluarga Cucu 6. Ni Made Tulasi Dewi Dasi Belum Kawin 8 tahun TK Siswa Anggota Keluarga Cucu 7. Ni Nyoman Panchali Belum Kawin 2 tahun - - Anggota Keluarga Cucu 3 banjar. Keluarga Ibu Ni Made Geloh merupakan keluarga buruh. Seluruh anggota keluarga, berprofesi sebagai buruh serabutan. Ibu Ni Made Geloh tinggal berdua dengan 1 anak perempuannya yang mengalami sedikit gangguan kejiwaan. Walaupun sudah pernah mendapatkan bantuan “Bedah Rumah”, kondisi rumah Bu Geloh masih terbilang belum layak huni. Di atas tanah seluas kurang lebih 500 m 2 , terdapat 6 bangunan yang terdiri dari 2 bangunan baru dan 5 bangunan lama. 2 bangunan baru yang merupakan bantuan dari program “Bedah Rumah” sudah berbahan batako tanpa finishing. Sedangkan bangunan 5 bangunan lamanya, ada yang berahan batako tetapi ada juga yang masih berbahan anyaman bambu dan beralaskan tanah. Kedua bangunan baru itu cenderung tidak digunakan oleh Ibu Ni Made Geloh karena tidak ada lagi yang menempatinya sebagai kamar tidur. Sebagai gantinya di waktu senggang kamar tersebut difungsikan sebagai gudang penyimpanan jejaitan berbahan daun kelapa untuk dijual. Rumah Ibu Ni Made Geloh terdiri dari 3 fungsi ruang utama, yakni ruang tidur, kamar mandi dan dapur. Ketiga fungsi ruang tersebut dipisahkan per bangunan berwujud bale-bale. Untuk keperluan MCK, Ibu Ni Made Geloh memiliki satu kamar mandi bersama yang letaknya di bagian belakang rumah Ibu Ni Made Geloh. Kamar mandinya pun masih tergolong tidak layak pakai karena kotor dan tempat menyimpanan airnya tidak bersih. Pada bagian penutup atapnya pun juga sudah mengalami kerusahakan sehingga saat hujan kamar mandi tersebut akan mengalami kebocoran yang cukup parah. Di pekarangan rumah Ibu Ni Made Geloh, terdapat kebun-kebun yang ditumbuhi tumbuhan liar tebe. Saat bekerja di sawah atau saat di dalam perjalanan menuju rumah, Bu Geloh sering mengumpulkan tanaman-tanaman atau biji tumbuhan yang tumbuh liar lalu dicoba ditanam di wilayah kebun tersebut. Karena hanya coba-coba, Ibu Ni Made Geloh sangat bersyukur jika tanaman tersebut dapat tumbuh. Di wilayah kebun tersebut terdapat pohon-pohon tua yang sejak lama berada di pekarangan rumah Bu Geloh. Ranting-ranting yang berasal dari pohon tersebut dikumpulkan lalu dipergunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Keadaan dapur rumah Ibu Ni Made Geloh sangatlah gelap, selain itu dengan masih digunakannya tungku kayu bakar, membuat kondisi dapur menjadi semakin tidak bersih. Halaman pekarangan yang masih beralaskan tanah seringkali banjir saat musim hujan datang. Hal ini menyebabkan keadaan rumah menjadi semakin tidak 4 kondusif. Akses menuju rumah Ibu Ni Made Geloh sudah cukup baik dan mudah dalam pencapaiannya. Rumah Ibu Geloh dekat dengan jalan utama desa dan dekat dengan balai banjar Babakan. Hingga tahun 2016, anak Ibu Ni Made Geloh, Pak I Made Suasta masih terdaftar sebagai kepala rumah tangga menggantikan posisi bapaknya yang telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Namun perihal mata pencaharian, Ibu Ni Made Geloh masih mengandalkan kemampuannya sendiri untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari hari mengingat Pak I Made Suasta sudah tidak tinggal bersama dengan Ibu Ni Made Geloh. Ibu Ni Made Geloh mengandalkan kemampuannya dalam membuat sarana persembahyangan, seperti ceper, tangkih, wadah daksina, taledan untuk memenuhi keperluan hidup sehari-harinya. Selain itu Ibu Ni Made Geloh juga mengambil pekerjaan yang ditawarkan warga lain jika memang dibutuhkan untuk menambah penghasilannya seperti bekerja di sawah miliki tetangganya. Tidak ada jadwal pasti bagi Ibu Geloh untuk bekerja, namun sebagian besar waktunya masih dihabiskannya di rumah. Aktivitas keseharian keluarga ini biasa dimulai dari pukul 5 pagi hingga pukul 5 sore. Untuk urusan makanan sehari-hari, Ibu Ni Made Geloh memasak seorang diri. Menurut Ibu Ni Made Geloh, ia masih cukup kuat untuk memasak dan mengurus keperluan sehari-harinya. Sedangkan perihal bahan makanan, sebagian besar didapatkan dari pekerjaannya sebagai buruh serabutan, ditanam sendiri, dan juga diberikan oleh anak Ibu Ni Made Geloh. Mengingat kondisi anak-anaknya yang juga masih kekurangan, Ibu Ni Made Geloh tidak memaksa untuk meminta bahan makanan, melainkan kesadaran sendiri dari masing-masing anak yang memiliki bahan makanan yang melebihi. Ibu Ni Made Geloh terbiasa memasak dengan peralatan yang masih sangat tradisional, yakni tungku kayu bakar. Setelah memasak, Ibu Ni Made Geloh akan langsung menyatap makanan sarapan tersebut. Kemudian beliau akan memulai rutinitas sehari. Ibu Ni Made Geloh terbiasa untuk mencari kayu bakar sendiri. Ia mencari di sekitar lingkungan rumahnya. Setelah mencari kayu bakar, beliau akan memulai kegiatan bersih-bersih di lingkungan rumahnya. Mulai dari dalam rumah Ibu Ni Made Geloh hingga ke halaman luar. Ibu Ni Made Geloh juga rutin memberi makan hewan peliharaannya yakni beberapa ekor anjing. Ketika siang hari tiba, Ibu Ni Made Geloh mulai mejejahitan atau mengobrol dengan anak 5 perempuan yang tinggal bersamanya. Hingga pukul 5 sore, barulah Ibu Ni Made Geloh kembali memasak makan malamnya. Ibu Ni Made Geloh terbiasa untuk masuk kamar pukul 7 malam dan mulai tidur.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan