Supryanto., 2004. Penyakit CVPD juga dapat mengakibatkan berkurangnya keragaman jeruk,seperti yang dinyatakan oleh Wirawan dkk., 1998 tanaman
jeruk keprok tejakula di Bali Utara merupakan tanaman jeruk yang rasa buahnya manis dan aroma buahnya khas diantara jeruk yang lain serta warna orange yang
bersih sehingga pernah menjadi keunggulan komuditas holtikurtura diBali Utara akan tetapi penyakit CVPD menyerang semua jenis tanaman jeruk di Bali maka,
tanaman jeruk asli Tejakula menjadi lebih langka lagi dan susah untuk dicari Sritamin., 2007. Sampai saat ini penyakit CVPD telah memusnahkan jutaan
pohon jeruk yang ada di seluruh Indonesia. Semua jenis jeruk yang terdapat di Indonesia sebagian besar sudah terinfeksi serangan penyakit CVPD, tanaman
yang kemungkinan tidak terkena serangan penyakit CVPD adalah tanaman jeruk kinkit Triphasia trifolia yang tidak bernilai ekonomis Tjiptono., 1987.
2.7.1 Penyebab Penyakit CVPD
Penyakit CVPD dilaporkan disebabkan oleh Virus Tirtawijaya, 1983. Penyakit yang sering dikenal dengan nama Citrus Greening atau
Huanglongbing China yang berasal dari China sejak tahun 1919 disebabkan oleh tristeza Graca, 1991, Penyakit Huanglongbing HLB dapat ditularkan
lewat “grafting” dan serangga vektor, sehingga disimpulkan bahwa penyebab
HLB adalah virus Tirtawidjaja, 1964; Capoor et al., 1967. Selanjutnya dilaporkan penemuan adanya Micoplasma-like Organism MLO di dalam sel-sel
jaringan floem pada daun jeruk yang bergejala HLB Lafleche Bove, 1970. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa struktur dinding sel MLO tersebut
lebih tebal daripada membran sel mikoplasma pada umumnya, sehingga diragukan sebagai Mikoplasma, dan selanjutnya disebut Bacterial-like Organism
BLO Garnier et al., 1976. Selanjutnya diketahui pula bahwa antibiotik Penicilin dapat menghambat timbulnya gejala HLB pada jeruk Bove et al., 1980;
Aubert Bove, 1980sehingga lebih memperkuat dugaan bahwa patogen HLB adalah bakteri. Garnier et al. 1984membuktikan bahwa penyebab HLB adalah
bakteri gram negatif dengan melakukan pengujian keberadaan dan hilangnya lapisan peptidoglikan PG sebagai lapisan di antara lapisan dinding dan membran
sel dengan perlakuan papain untuk memperjelas keberadaan PG dan perlakuan lisozyme untuk mendegradasi PG.
Selanjutnya Jagoueix et al. 1994 mempublikasikan bahwa bakteri tersebut termasuk anggota dari subdivisi á-Proteobacteria, dan namanya diusulkan
sebagai Candidatus Liberobacter asiaticum untuk strain Asia dan ‘Candidatus
Liberobacter africanum’ untuk strain Afrika Jagoueix et al., 1997. Berdasarkan peraturan Kode Internasional Tata Nama Bakteri yang baru, maka ‘Candidatus
Liberobacter asiaticum ’ diubah namanya menjadi ‘Candidatus Liberibacter
asiaticus’ LAS. Demikian juga untuk ‘Candidatus Liberobacter africanum’ diubah namanya menjadi ‘Candidatus Liberibacter africanus’ LAF Garnier et
al., 2000. Pada awal tahun 2009, LAS dilaporkan sudah dapat dikulturkan pada medium buatan Sechler et al. 2009 sehingga karakterisasi bakteri tersebut untuk
keperluan identifikasi dan deteksi akan lebih baik perkembangannya. Pada awalnya, deteksi penyakit HLB menggunakan metode pengirisan ibu tulang daun
jeruk untuk melihat kerusakan sel-sel jaringan floem dan pewarnaan yodium Tirtawidjaja, 1964.Peneliti selanjutnya menggunakan mikroskop elektron untuk
melihat organisme penyebab HLB di dalam sel-sel jaringan floem Lafleche Bove, 1970; Garnier Bove, 1983; Garnier et al. 1984; Ariovich Garnet,
1989.Deteksi menggunakan metode ELISA dan imunofluoresen memakai antibodi monoklonal dikembangkan oleh Garnier et al. 1987 dan Hsu et al.
1991. Deteksi yang dikembangkan selanjutnya adalah hibridisasi DNA menggunakan probe DNA spesifik organisme penyebab HLB Villechanoux et
al., 1992; Villechanoux et al., 1993. Metode deteksi secara molekuler menggunakan PCR untuk HLB dilakukan oleh Jagoueix et al. 1994; Planet et al.
1995; Jagoueix et al. 1997; Subandiyah et al. 2000; Hoy et al. 2001; Hung et al. 2004. Alat deteksi yang masih berdasarkan penggandaan fragment DNA
seperti PCR namun disederhanakan hanya menggunakan water bath dengan satu siklus suhu tunggal saja dan teknik tersebut dikenal dengan LAMP Loop-
mediated Isothermal Amplification dilaporkan mampu mendeteksi LAS Okuda et al., 2005. Kemajuan deteksi selanjutnya, yaitu menggunakan quantitative real-
time PCR Li et al., 2007dalam buku Himawan A, Sumardiyono Y.B .,2010. Sedangkan pada daerah Afrika Selatan diketahui bahwa penyakit tristeza
dan penyakit CVPD dapat dibedakan melalui vektornya yaitu vektor aphid Toxoptera citricidus yang menularkan triteza sedangkan vektor Diaphorina citri
yang menularkan penyakit CVPD Graca., 1991.Sampai saat ini bakteri tersebut tidak bisa ditumbulkan secara in vitro akan tetapi bakteri tersebut bisa dapat
dideteksi dengan menggunakan PCR Polyamerase Chain Recation pada 16 S rDNA yang diamati dengan mikroskop elektron.
Bedasarkan pengaruh suhu, terdapat dua macam spesies bakteri Liberobacter yaitu spesies Afrika dan spesies Asia, masing-masing spesies
menginduksi gejala serangan yang berbeda.Spesies Asia yang menunjukkan gejala yang berat pada suhu 27-32
C atau bentuk yang toleran panas heat
tolerans Sritamin, 2007.Pada suhu berkisar 27-30 C spesies dari daerah Afrika
tidak menimbulkan gejala yang tidak berat dan tidak aktif pada suhu yang lebih tinggi dari 30
C dalam waktu yang lebih lama Graca, 1991.
2.8. Morfologi Bakteri CVPD