4.2.2. Pencampuran Ransum
Pencampuran ransum diawali dengan penimbangan bahan ransum, kemudian dilanjutkan dengan penimbangan enzim Phylazime sebanyak 0,30. Pencampuran
ransum dilakukan di atas lembaran plastik, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama dan dicampur rata. Selanjutnya dicampur silang sehingga diperoleh
campuran yang homogen. Campuran yang telah jadi dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi kode sesuai dengan perlakuan, dan selanjutnya ditimbang
kembali. Pencampuran ransum dilakukan seminggu sekali. 4.2.3. Pemberian Ransum dan Air Minum
Ransum dan air minum diberikan
ad libitum
. Pemberian ransum dilakukan dengan cara mengisi ¾ bagian dari tempat ransum untuk menghindari tercecernya ransum
pada saat itik makan. Air minum yang diberikan berasal dari PAM. Penambahan air minum dilakukan setiap air minum hampir habis, dan penggantian air minum
dilakukan setiap pagi.
4.2.4. Pemotongan Itik
Pengambilan itik yang akan dipotong dilakukan pada akhir penelitian, yaitu semua itik perlakuan, jadi jumlah itik yang dipotong sebanyak 108 ekor. Sebelum ditimbang, semua itik
dipuasakan selama 12 jam. Itik dipotong pada bagian
Vena jungularis
yang terletak diantara tulang kepala dengan ruas tulang leher pertama USDA, 1977.
4.2.5 Pemisahan Bagian-bagian Tubuh
Pemisahan bagian-bagian tubuh didahului dengan pencabutan bulu, dengan mencelupkan itik yang telah mati ke dalam air dingin kemudian ke dalam air panas dengan
suhu 70
o
-80
o
C selama 0,5-1,0 menit. Selanjutnya dilakukan pengeluaran saluran pencernaan, pengeluaran organ dalam, dan pemilahan serta penimbangan lemak tubuh, yaitu lemak yang
melekat pada bagian usus, lemak perut, lemak empedal, dan lemak subkutan termasuk kulit.
4.2.4. Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati atau di ukur dalam penelitian ini adalah: 1.
Konsumsi ransum: konsumsi ransum diukur setiap dua minggu sekali, yaitu selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum.
2. Berat badan akhir dan pertambahan berat badan itik: berat badan akhir diperoleh dengan
menimbang semua itik pada akhir penelitian. Pertambahan berat badan merupakan selisih antara berat badan akhir dengan berat badan awal. Sebelum penimbangan berat badan,
itik terlebih dahulu dipuasakan lebih kurang selama 12 jam, sedangkan air minum tetap diberikan.
3.
Feed Conversion Ratio FCR
: merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Merupakan tolok ukur untuk menilai
tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi efisiensi penggunaan ransumnya, demikian sebaliknya.
4. Distribusi lemak pada tubuh itik, yaitu lemak bantalan, lemak mesenterium, lemak
empedal, dan lemak abdominal. 5.
Kolesterol darah: pengambilan darah dilakukan dua kali, yaitu sebelum perlakuan diberikan
pre-treatment
dan minggu ketiga setelah perlakuan diberikan
post- treatment
. Sampel darah diambil dari pembuluh vena di bagian sayap, mempergunakan spuit dengan jarum No. 25, sebanyak 1,5 ml, dibiarkan membeku, selanjutnya di pusing
dan serumnya diambil untuk pemeriksaan: kolesterol total Smith dan Mangkoewidjojo, l987.
4.2.5. Analisis Statistik