Resensi buku 011

Nama : Ridwan
Kelas : XII IPA 3
RESENSI BUKU
Judul : Natal Hari Raya Siapa?
Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal
Penerbit : Pustaka Muslim
Cetakan : Kedua, Dzulhijjah 1435 H/Oktober 2014 M
Halaman : 90+iv

Pada bulan Desember, ada perayaan natal yang dilakukan oleh umat Nashrani. Sayangnya
masih ada dari kalangan umat Islam yang ikut serta merayakan acara tersebut, baik sekedar
mengucapkan selamat natal atau bahkan berpartisipasi / tolong menolong dalam perayaan
tersebut. Bagaimana sebenarnya hukum syariat Islam mengenai hal ini?
Dalam ringkasan buku ini, buku-islam.blogspot.com akan mengutip sebagian isi dari buku
tersebut sebagai gambaran isinya. Yaitu mengenai kesepakatan para ulama tentang ucapan
natal dan penggunaan simbol-simbol kekafiran. Semoga upaya ini terhitung menyebarkan
cahaya Islam dalam rangka mencari simpati Allah Yang Bersemayam di Atas Arsy. Amin.
[SEPAKAT ULAMA: UCAPAN SELAMAT NATAL ITU HARAM]
----------------------------------------------Ibnul Qayyim berkata,
"Adapun memberi ucapan selamat pada syi'ar-syi'ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang
kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan

ijma' (kesepakatan) para ulama." Inilah yang beliau sebutkan dalam Ahkam Ahli Dzimmah.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non
muslim dengan kesepakatan para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqaha dalam
kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari 'Umar bin
al Khottob radhiyallahu'anhu, ia berkata,
"Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka.
Karena saat itu sedang turun murka Allah."
Umar berkata,
"Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka."
Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1:723-724.
Tidak diketahui ada sahabat Nabi lainnya yang menyelisihi pendapat Umar bin Khottob di
atas.

[KARYAWAN TOKO DENGAN TOPI SINTERKLAS]
----------------------------------------------Selama bulan Desember, sebagian karyawan mulai berdandan dengan aksesoris perayaan
Natal umat Nashrani dengan menggunakan topi sinterklas (santa klaus). Ada pelayan toko
sibuk melayani dengan topi sinterklas. Padahal bisa kita tahu, tampangnya adalah muslim.
Sungguh sayang, malah penampilan Nashrani yang ia kenakan. Ini tidak hanya ditemukan
pada pelayan toko, ada pula pengemudi taksi yang mengenakan pakaian ala christmas ini di
bulan Desember.


SIMBOL AGAMA NASHRANI, NABI PERINTAHKAN UNTUK DILEPAS
'Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam keadaan memakai salib dari emas di lehernya. Lantas Nabi shallallahu'alaihi wa
sallam mengatakan,
"Wahai 'Adi buang berhala yang ada di lehermu." (HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurus
Syaikh al Albani).
Kita tahu bahwa 'Adi bin Hatim dulunya adalah Nashrani, sehingga masih ada bekas-bekas
agamanya yang dulu. Wajar ketika itu beliau masih menggunakan salib. Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam suruh melepas simbol agama Nashrani tersebut. Tentu hal yang
sama akan diberlakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika melihat pegawai,
karyawan, pelayan dan pengemudi muslim mengenakan simbol Nashrani berupa topi santa
klaus atau sinterklas. Karena kita umat Islam pun setuju, itu bukan simbol perayaan kita.
[PERSONAL VIEW]
----------------Dari buku ini menjadi jelas bahwa ucapan selamat natal itu dilarang dalam agama Islam
berdasarkan kesepakatan para ulama sebagai mana dikutip oleh Ibnul Qayyim. Kita pun
mengetahui pula bahwa agama Islam yang mulia ini melarang penggunaan simbol-simbol
kekafiran.
Demikian, semoga Allah Yang Bersemayam Di Atas Arsy membimbing kita dan menjaga kita
di jalan yang lurus, di atas kemurnian Islam.