HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MELUNCUR PADA RENANG GAYA BEBAS SISWA KELAS VII A SMP WIYATA KARYA NATAR LAMPUNG SELATAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN HASIL BELAJAR
GERAK DASAR MELUNCUR PADA RENANG GAYA BEBAS
SISWA KELAS VII A SMP WIYATA KARYA NATAR
LAMPUNG SELATAN

Oleh
DANANG WIBOWO

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2013

i

ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN HASIL BELAJAR
GERAK DASAR MELUNCUR PADA RENANG GAYA BEBAS
SISWA KELAS VII A SMP WIYATA KARYA NATAR
LAMPUNG SELATAN

Oleh
Danang Wibowo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan tingkat
kecemasan dengan hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas
siswa kelas VII A SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan. Hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi guru penjasorkes sebagai bahan mengajar dalam
kegiatan pembelajaran mata pelajaran penjasorkes khususnya renang.
Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional. Sampel berjumlah 30
siswa sehingga dapat dikategorikan sebagai sampel total. Pengumpulan data
menggunakan tes dan pengukuran, yaitu kecemasan dengan denyut nadi dan
keterampilan meluncur dengan jarak.

Hasil penelitian menunjukan koefisien korelasi tingkat kecemasan (denyut nadi)
dengan hasil belajar gerak dasar meluncur sebesar 0,681. Hal ini menunjukan
bahwa kecemasan memiliki hubungan yang kuat dengan hasil belajar gerak dasar
meluncur pada renang gaya bebas. Kesimpulan dari hasil penelitian didapat bahwa
semakin tinggi denyut nadi, maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan yang
dialami dan akan semakin rendah hasil belajar gerak dasar meluncurnya.
Kata kunci : denyut nadi, kecemasan, renang.

i

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK..............................................................................................

i

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

ii


PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...........................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

vi

MOTTO .................................................................................................

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................

viii


SANWACANA .......................................................................................

x

DAFTAR ISI ........................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

xvi


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................
C. Batasan Masalah..................................................................................
D. Rumusan Masalah ..............................................................................
E. Tujuan Penelitian .................................................................................
F. Manfaat Penelitian .............................................................................

1
3
3
4
4
4

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Renang ..............................................................................
B. Renang Gaya Bebas ............................................................................


6
7

i

C. Dasar Belajar Renang ..........................................................................
D. Pengertian Kecemasan ........................................................................
E. Kerangka Berfikir ................................................................................
F. Hipotesis..............................................................................................

8
14
31
32

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ...............................................................................
B. Variabel Penelitian ............................................................................
C. Design Penelitian ................................................................................
D. Populasi Dan Sampel ..........................................................................

E. Instrumen Penlitian ..............................................................................
F. Analasis Data.......................................................................................

33
33
34
34
36
37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................
B. Uji Hipotesi .......................................................................................
C. Pembahasan .......................................................................................

40
44
46

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran .................................................................................................

49
49

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

50

LAMPIRAN .........................................................................................

51

ii

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan pada anakanak dan orang dewasa, bahkan bayi yang berumur beberapa bulan saja sudah
dapat mulai diajarkan renang (Kasiyo Dwijowinoto, 1979:1). Renang adalah
gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat
dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga. Oleh sebab itu renang menjadi salah satu
jenis olahraga yang populer di masyarakat.

Gaya bebas merupakan gaya yang paling dasar untuk diajarkan kepada anak
yang masih dalam tahap pengenalan. Sebelum mengenal gaya bebas sebaiknya
anak mempelajari gerak dasar meluncur sebagai dasar pembelajaran renang.
Pada cabang renang gaya bebas memerlukan beberapa teknik untuk menguasai
gerak secara benar, akan tetapi selain teknik dan kemampuan yang baik, faktor
psikis juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan anak dalam pembelajaran
tersebut. Pada tahap pengenalan biasanya anak masih merasa takut ketika
pertama kali diajarkan berenang. Penyebab ketakutan yang dialami anak antara
lain, perasaan takut terhadap air atau phobia, takut terhadap kedalaman kolam,
merasa terancam keselamatanya atau takut tenggelam, dan pengalaman masa
lalu yang kurang menyenangkan atau traumatik. Hal-hal seperti ini yang akan

2


memicu timbulnya rasa cemas yang dapat menghambat kelancaran proses
pembelajaran.
Pengertian cemas menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999) adalah “tidak
tentram hati (karena khawatir, takut), gelisah” (hlm.181).

Kecemasan

merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap
stres kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa
cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya
tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum,
tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian, dan salah satunya adalah saat
berlangsungnya proses pembelajaran renang. Situasi-situasi tersebut dapat
memicu

munculnya

kecemasan


bahkan

rasa takut.

Namun,

gangguan

kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi
perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Perasaan
perasaan seperti ini yang dapat mempengaruhi jatuhnya mental, menurunnya
tingkat konsentrasi dan rasa percaya diri sehingga kurang maksimalnya
kemampuan anak.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Wiyata Karya Natar Lampung
Selatan, masih banyak siswa yang belum maksimal kemampuannya saat
mengikuti pembelajaran renang gaya bebas. Pendidik masih belum memahami
bahwa masih banyak siswa yang mengalami kecemasan saat mengikuti proses
pembelajaran renang di sekolah. Masih banyak siswa yang merasa takut ketika

3

berada di dalam air terutama di kolam yang lebih dalam, apalagi saat
menghadapi tes pengambilan nilai. Dan hal tersebut akan mempengaruhi
kemampuan anak saat melakukan tes pengambilan nilai renang.
Dari hasil uraian diatas dan dari hasil pengamatan yang dilakukan, maka
peneliti bermaksud melakukan penelitan tentang “hubungan tingkat kecemasan
dengan hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas siswa kelas
VII A SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

yang

telah

penulis

uraikan

maka

dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Banyak siswa yang merasa takut atau cemas saat berada di kolam renang
ketika mengikuti pelajaran renang.
2. Banyak siswa yang tidak maksimal kemampuan dan keterampilannya saat
mengikuti pelajaran renang.
3. Masih kurangnya pemahaman guru tentang gejala kecemasan yang dialami
siswa saat pelajaran olahraga, khususnya renang.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka dalam penelitian
ini peneliti hanya membatasi masalah pada “Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan Hasil Belajar Gerak Dasar Meluncur Pada Renang Gaya Bebas Siswa
Kelas VII A SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan”.

4

D. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka masalah penelitian ini adalah Seberapa besar hubungan tingkat
kecemasan dengan hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas
siswa kelas VII A SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan tingkat kecemasan dengan
hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas Siswa kelas VII A
SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan.

F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap antara lain:
1.

Bagi siswa

Meningkatkan pengetahuan siswa dalam mengukur tingkat kecemasanya saat
melakukan pelajaran renang.
2.

Bagi Guru Penjaskes

Sebagai salah satu metode untuk mengetahui seberapa besar hubungan tingkat
kecemasan dengan hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas.
3.

Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengkaji seberapa besar tingkat kecemasan siswa.
4. Bagi Program Studi

5

Sebagai

informasi

dan pengembangan

melaksanakan penelitian.

ilmu

bagi

pihak

yang ingin

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Renang
Olahraga renang merupakan olahraga yang sangat menyenangkan dan cocok
untuk siapa saja tanpa memandang semua umur. Renang adalah salah satu jenis
olahraga yang populer di masyarakat. Renang merupakan salah satu cabang
olahraga yang dapat diajarkan pada anak- anak dan dewasa, bahkan bayi umur
beberapa bulan sudah dapat mulai diajarkan renang (Kasiyo Dwijowinoto,
1979: 1). Renang adalah gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan
buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga.

Definisi renang menurut Arma Abdoelah (1981: 270) mengemukakan bahwa:
Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di air, baik di air tawar
maupuan di air asin atau laut. Kemudian mengenai pengertian renang yang
tampaknya masih berhubungan, yang dituangkan dalam Modul Teori Renang I,
Badruzaman (2007: 13) mengemukakan bahwa: “Pengertian renang secara
umum adalah the floatation of an object in a liquid due to its buoyancy or lift.”.
Yang artinya adalah pengertian renang secara umum adalah upaya
mengapungkan atau mengangkat tubuh ke atas permukaan air.
Spesifiknya Badruzaman (2007: 13) mengemukakan bahwa: “Swimming is the
method by which humans (or other animals) move themselves through water.”

7

Artinya suatu cara dilakukan orang atau binatang untuk menggerakan tubuhnya
di air. Badruzaman menyimpulkan tentang definisi renang adalah suatu
aktivitas manusia atau binatang yang dilakukan di air, baik di kolam renang,
sungai, danau, maupun lautan, dengan berupaya untuk mengangkat tubuhnya
untuk mengapung agar dapat bernafas dan bergerak baik maju maupun
mundur.
Gaya renang adalah cara melakukan gerakan lengan dan tungkai berikut
koordinasi dari ke dua gerakan tersebut yang memungkinkan orang berenang
maju di dalam air. Meskipun demikian, orang juga dapat berenang hanya
dengan menggerakan kedua belah kaki sementara lengan tetap diam, atau
hanya dengan kedua belah lengan sementara kaki tetap diam.

B. Renang Gaya Bebas
Gaya bebas adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air.
Kedua belah lengan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan
gerakan

mengayuh,

sementara

kedua

belah

kaki

secara

bergantian

dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas,
posisi wajah menghadap ke permukaan air. Pernapasan dilakukan saat lengan
digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke
samping. Sewaktu mengambil nafas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke
kiri atau ke kanan. Dibandingkan gaya berenang lainnya, gaya bebas
merupakan gaya berenang yang bisa membuat tubuh melaju lebih cepat di air.
Dalam melakukan renang gaya bebas, untuk menimbulkan dorongan dan
memperkecil tahanan diperlukan teknik renang yang baik, daya dorong yang

8

dimiliki perenang merupakan hasil kayuhan lengan dan cambukan kaki,
sedangkan untuk memperkecil tahanan air, posisi tubuh perenang harus sejajar
dengan permukaan air.
Menurut Victor G Simanjuntak (2009:153) Ada beberapa hal yang harus
dilakukan sebelum belajar renang gaya bebas, antara lain adalah: (1)
pengenalan terhadap air, (2) cara membuang nafas di air, (3) melakukan
permainan di air, (4) teknik dasar mengapung, (5) teknik dasar meluncur.
C. Dasar Belajar Renang
1. Pengenalan Air
Pengenalan air sangat perlu bagi mereka yang baru pertama kali belajar
renang. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa takut terhadap air dan
mengenal sifat-sifat air seperti basah, dingin, dan sebagainya. Sebagian
besar anak-anak, bahkan orang dewasa yang belum pernah masuk kedalam
kolam renang biasanya akan menjadi takut atau cemas ketika akan masuk
kedalamnya. Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang takut untuk
masuk kedalam kolam renang, diantaranya adalah perasaan takut terhadap
air atau phobia, takut dengan kedalaman kolam, pengalaman masa lalu yang
kurang menyenangkan atau traumatik dan merasa terancam keselamatanya.
Untuk itu sebaiknya mereka masuk ke kolam yang dangkal terlebih dahulu.
Setelah terbiasa dan keberaniannya mulai muncul, bisa mulai di ajak ke
kolam renang yang sedikit agak lebih dalam. Sebaiknya tetap dalam
keadaan bisa menginjakan kakinya ke lantai kolam renang tanpa tenggelam.

9

2. Cara Membuang Nafas di Air
Bagi mereka yang awam, untuk mengambil udara di atas permukaan air dan
kemudian masuk permukaan air kemudian membuang sisa-sisa pembakaran
melalui mulut dan hidung memang tidak mudah. Terutama kebiasaan kita
sehari-hari sangat mempengaruhi hal itu. Namun bisa kita berikan latihanlatihan yang teratur, dalam waktu yang relatif tidak lama hal semacam itu
mudah untuk dikuasai dengan baik. Beberapa bentuk pernafasan dapat di
berikan sebagai berikut:

Sebelum masuk air, cobalah di darat dengan melatih irama mengambil nafas
melalui mulut dan mengeluarkan sisa pembakaran melalui hidung, hingga
irama ini bisa di kerjakan secara otomatis. Kemudian setelah bisa dikerjakan
hal di atas, cobalah cara di kerjakan di tempat atau di kolam dangkal atau
kolam renang yang memungkinkan seseorang dapat berdiri. Ambilah udara
melalui mulut kemudian tutup mulut dan masukan bagian muka ke
permukaan air, setelah beberapa saat secara perlahan buanglah sisa
pembakaran itu melalui hidung. Kerjakanlah secara berulang-ulang dan
kalau memungkinkan mencapai 50-100 kali ulangan, dimana dengan jumlah
itu di harapkan gerakannya bisa di kerjakan secara otomatis dan terbiasa.
Bagi mereka yang sulit untuk mengambil udara melalui mulut dan
membuang melalui hidung, untuk sementara dapat di kerjakan dengan
bantuan hidung. Namun cara ini bila sudah menguasai irama pernafasan
yang sebenarnya, hendaknya ditinggalkan, oleh karena cara itu sering
berakibat mengisap air melalui hidung.

10
10

Latihan pernafasan ini dapat ditingkatkan dengan memperlama waktu ketika
bagian muka berada di bawah permukaan air, setelah jarak waktu di tempuh
lanjutkan dengan membuang sisa pembakaran secara perlahan sebelum naik
keatas permukaan air. Misalnya ketika di bawah permukaan air diharuskan
berhitung hingga 10, kemudian membuang sisa pembakaran dan selanjutkan
naik keatas permukaan air untuk mengambil udara kembali. Cara yang sama
dapat dikerjakan menggunakan papan latihan, dimana dengan sikap
membungkuk dan kedua kaki tetap pada sikap berjalan di dasar kolam,
kemudian kedua tangan memegang papan latihan di kedua ujungya.
Lakukan cara-cara diatas sambil berjalan atau diam ditempat

3. Melakukan Permainan di Air
Menurut Suryatna dan Suherman (2001: 23) mengatakan bahwa lima
macam permainan di air antara lain:
a. Permainan saling membasahi muka
b. Permainan mengambil benda di dasar kolam
c. Permainan melompati katak menerobos lubang
d. Permainan bertukar tempat dengan angka
e. Permainan kucing mengejar ikan
4. Teknik Dasar Mengapung

Penguasan teknik yang tinggi akan selalu diikuti oleh kecepatan renang
yang tinggi pula seperti yang dijelaskan oleh Harsono (1998: 100) sebagai
berikut, kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah

11
11

penting, oleh karena itu akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena
itu gerak-gerak dasar dari setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap
cabang olahraga dilatih dan dikuasai secara sempurna. Mengapung adalah
teknik yang paling dasar dalam berenang untuk semua gaya, oleh sebab itu
sebelum mempelajari teknik renang gaya bebas perlu dikuasai bagaimana
cara mengapung di air. Posisi mengapung tidak dapat dilakukan dalam satu
sikap saja, tetapi banyak posisi yang bisa dilakukan supaya tubuh dapat
terapung diatas permukaan air. Lakukan dengan rileks dan melayang tanpa
mengeluarkan tenaga. Berikut teknik mengapung dalam renang:
1. Berdiri di depan dinding kolam sejauh satu meter, air kolam dengan
ketinggian air setinggi perut
2. Tarik nafas dalam-dalam, kemudian masukan kepala kedalam air dengan
sedikit merebahkan ke depan dalam posisi telungkup, mata tetap terbuka,
dan buanglah nafas perlahan-lahan.
3. Tubuh tetap rileks, pertahankan sikap tersebut di dalam air hingga nafas
tidak kuat lagi.
4. Lakukan latihan ini berulang-ulang.
5. Teknik Dasar Meluncur
Setiap gaya renang didasarkan pada prinsip meluncur di atas permukaan air.
Dan selain keyakinan yang kuat, untuk dapat belajar berenang seseorang
harus mampu meluncur. (David Haller 2010:13).

12
12

Meluncur merupakan dasar dari gerakan renang dan terapung di air,
meluncur menjadi modal awal dalam belajar renang. (Tim Penjas SD
2007:111).
Belajar renang dimulai dengan belajar meluncur. Tanpa dapat meluncur
dengan baik, kita tidak dapat belajar dengan baik. (E.S. Hamijaya-Habsa
1982:63).
Untuk belajar meluncur dapat meminta bantuan teman dengan berbagai cara
yang menyenangkan dalam bentuk permainan air. (David Haller 2010:13).
Meluncur adalah hal yang wajib dikuasai oleh setiap orang untuk dapat
belajar berenang karena berenang adalah usaha bergerak ke segala arah di
dalam air, dan meluncur adalah salah satu cara bergerak di air. (Muhammad
Murni 2000:35).

Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan
meluncur merupakan syarat mutlak untuk dapat menguasai gerakan renang,
dan dapat dilakukan dengan banyak variasi, salah satunya adalah
penguasaan diri di air dan cara pengambilan nafas, hal ini memang agak
sulit karena harus mempertahankan posisi mengapung dan menahan nafas,
namun dengan demikian bukan hal yang mustahil untuk dapat dilakukan
jika sudah biasa dilakukan belajar seperti ini akan dapat menyempurnakan
kemampuan meluncur.

Latihan meluncur bertujuan untuk melatih keseimbangan tubuh di air. Jika
tidak mampu menguasai keseimbangan tubuh maka tubuh akan tenggelam

13
13

dan tidak mampu berdiri di kolam renang, meskipun kolam tersebut
dangkal. Cara melakukan latihan meluncur sebagai berikut:
1. Berdiri di tepi kolam dengan sikap membelakangi dinding kolam, salah
satu kaki menempel pada dinding untuk melakukan tolakan.
2. Kedua lengan lurus ke atas di samping telinga dengan ibu jari saling
berkaitan.
3. Ambil napas dalam-dalam, condongkan tubuh ke depan, berusaha ujung
jari tangan lebih dahulu yang masuk ke dalam air.
4. Tolakkan kaki yang menempel pada dinding kolam sampai tubu
terdorong ke depan.
5. Saat tubuh sedang meluncur, biarkan sampai tubuh berhenti melaju.

Sumber : bahan ajar penjas 2009
Gambar 2.1 Gerak Dasar Meluncur

14
14

D. Pengertian Kecemasan
Cemas menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999) adalah “tidak tentram
hati (karena khawatir, takut), gelisah” (hlm.181). Anshel (1977) dalam Nurseto
(2001:14) mengatakan kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi
yang dipersepsi mengancam. Selanjutnya Weinberg dan Gould (1995) dalam
Nurseto (2001:14) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi negatif
yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai dengan
peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh.

Definisi kecemasan menurut pandangan beberapa ahli. Dalam Dictionary of
Sport dan Exercise Sciences (Anshel, Freedson, Hamill, Haywood, Horvat, dan
Plowman, 1991) dalam Nurseto (2001:15) mendefinisikan kecemasan sebagai
perasaan subyektif tentang ketakutan atau adanya persepsi tentang sesuatu hal
yang mengancam.
Menurut Kaplan dalam Hermawan (1984: 13-14)
Many people have nervous and anxious states, or mental conflicts, which
cause them serious concern at times. Most normal people, at some time
or othter, experience headaches, insomnia, fatique, diarrhea,
constipation, or depressions. These are symptoms of anxiety and if
prolonged might lead to personality disorder which whould interfere with
an individual’s ability to live comfortable with himself and with orther
people.(11: 4).
Demikian pula menurut Lemkau dalam Hermawan (1984: 14) berpendapat
mengenai kecemasan sebagai berikut:

Perhaps

the most common type of neurotic

reaction

in kecemasan,

characterized by the emotion of fear and the phisyological changes normally

15
15

accompanying that emotion. Palpitation

sweathing, tention of muscles,

diarrches, and pilyuria are acute signs of anxiety.(12: 148).

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan, bahwa sudah umumnya reaksi
secara syaraf ini disebut kecemasan. Ciri-cirinya adalah emosi dari perasaan
takut dan perubaan fisiologi yang biasanya mengikuti emosi-emosi tersebut.
Misalnya terjadi getaran pada bagian tubuh, banyak keringat, meregangnya
otot-otot mencret dan sering kencing, semua ini dalah tanda-tanda yang
mendesak dari kecemasan.

Selanjutnya menurut Lazarus dalam Hermawan (1984:1 4) mengemukakan

other effect of kecemasan can be used, however, to check this inference, as for
example, disturbances of speech, motor discharges such as tremor or general
nervousness, and physiological changes (incluiding hormonal secretions and
alterations of the actifity of visceral organs such as heart rate, respiration,
blood preasure, etc.).(13:185).

Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan, bawa kecemasan
adalah gejala psikis yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis. Ini
disebabkan oleh rangsang yang mempengaruhi syaraf, baik rangsang dari
dalam maupun rangsang dari luar, sehingga terjadi pertentangan (konflik) yang
akhirnya menimbulkan perasaan-perasaan cemas, takut, khawatir, maupun
gelisah yang diperlihatkan dengan tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak,
baik secara fisik, psikis, maupun perubahan secara fisiologis.

16
16

Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang
tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman
dan merasa terancam (Stuart dan Sundeen, 1998: 34).
Dradjat dalam Siswati, (2000: 20) menyatakan bahwa kecemasan adalah
manifestasi dari berbagai proses emosi yang tercampur aduk yang terjadi
tatkala orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau
konflik. Ada segi yang disadari dari kecemasan itu seperti rasa takut, tak
berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain segi-segi yang terjadi
diluar

kesadaran

dan tidak dapat

menghindari

perasaan

yang tidak

menyenangkan.

Maramis (1995: 56) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan,
rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami
kejadian yang tidak menyenangkan.
Saranson dan Spielberger dalam Darmawanti (1998) menyatakan bahwa
kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu
dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik,
takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan
perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.

Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan adalah efek atau
perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan
ketakutan

yang timbul

karena

dirasakan

akan

terjadi

sesuatu

yang

mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang
bersangkutan.

17
17

Dari berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan, maka dapat disimpulan
bahwa kecemasan adalah keadaan emosi yang ditandai dengan adanya gejala
beban psikologis berupa ketegangan, ketakutan, stress, perasaan tertekan,
kegelisahan, kekhawatiran, frustasi dan konflik batin yang tidak dimengerti
penyebabnya baik secara nyata maupun imajinasi yang sering dialami
seseorang.

1. Tingkat Kecemasan dan Ciri -Ciri Gangguan Kecemasan
Menurut Thantawi dalam Hermawan (1984: 13) aspek psikis yang di dalam
kelangsungannya sering-sering membawa efek-efek perubahan organis,
misalnya denyut jantung cepat, pernafasan yang sesak, keringat dingin yang
mengalir dan sebagainya. Jadi dalam pengalaman emosional yang terdapat
aspek aspek perasaan, aspek kesadaran, aspek tingkah laku nyata dan aspek
organis atau fisiologis. Menurut pendapat Harsono dalam Hermawan (1984:
13) tanda-tanda kecemasan terbagi dalam tiga bagian yaitu:

1. Secara fisik

Bicara gugup, banyak keringat, telapak tangan basah, mata berair atau
berkaca-kaca dan sering berkedip, dan sering tidak mau tinggal diam atau
selalu bergerak.

2. Secara psikis

Mudah risi, baik terhadap pakaian yang dipakainya maupun situasi dan
kondisi lapangan atau ruangan yang akan dipakainya, sering membesar-

18
18

besarkan kemampuan lawan dan memperbincangan kekurangan atau
kelemahan dirinya dan dalam bicara sering emosional atau kadangkadang bicaranya gagap.

3. Secara fisiologis

Gerak terasa kaku akibat getaran-getaran

yang disebabkan

oleh

persyarafan secara umum, perubahan secara fisiologis termasuk di
dalamnya sekresi hormon adrenalin, perubahan-perubahan dari kegiatan
organ tubuh melalui denyut nadi bertambah, diare, kostipasi (sembelit),
dan sering ingin kencing.

Sedangkan Stuart dan Sundeen (1995: 42) membagi kecemasan menjadi 4
tingkatan yaitu:

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

1. Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

2. Respon kognitif : lapang persegi meluas, mampu menerima ransangan
yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.

19
19

3. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

b. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun individu
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain.

1. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan
tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare konstipasi, gelisah.

2. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

3. Respon prilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak (meremas
tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak nyaman.

c. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain.
Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan atau tuntutan.

1. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur.

20
20

2. Respon kognitif : lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, respon prilaku dan emosi, perasaan ancaman
meningkat, verbalisasi cepat, blocking.

3. Respon prilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi
cepat, blocking.

d. Panik

Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak
dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahan.

1. Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit
dada, pucat, hipotensi.

2. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir lagi.

3. Respon prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,
berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat
diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional,
dan kognitif atau intelektual.

Berdasarkan kecemasan yang dialami seseorang menunjukan beberapa
ciri fisiologis antara lain sebagai berikut :
1.

Nafas sering pendek

2.

Denyut nadi dan tekanan darah naik

3.

Berkeringat dansakit kepala

21
21

4.

Penglihatan kabur

5.

Diare

6.

Sembelit

7.

Sering ingin kencing

2. Pengukuran Tingkat Kecemasan
Pengukuran tingkat kecemasan anak dalam olahraga secara umum terdiri
atas 3 (tiga) bentuk yaitu pengukuran fisik (physiological technique),
pengukuran

perilaku

psikologis/kognitif

(behavioral

(psychological

technique)

dan

pengukuran

technique). Namun berbagai teknik

pengukuran ini masih jauh dari sempurna karena adanya pertimbangan
sejumlah faktor, dan pengukuran-pengukuran

ini masih mengandung

banyak kelemahan.
Dalam pengukuran fisik, Hackfort dan Schwenkenmezger (1989) dalam
Nurseto (2011:15) mengemukakan bahwa pengukuran gejala-gejala fisik
tertentu seperti tekanan darah, denyut nadi, dan sebagainya dapat terjadi
pada mereka yang mengalami kecemasan, dan kondisi yang sama juga
terjadi pada mereka yang menikmati kegembiraan.
Sedangkan dalam pengukuran perilaku, akurasi pengukuran ini juga sangat
rendah karena a) tiap anak memiliki ciri perilaku khusus yang terkait dengan
kecemasan, b) tiap guru memiliki persepsi individual akan perilaku
kecemasan, c) sekalipun dasar pertimbangan pengukuran adalah perubahan
pola komunikasi dan perilaku, tiap guru memiliki standar pribadi akan
perubahan tersebut yang dapat digolongkan sebagai indikator cemas.

22
22

Beberapa pengukuran psikologis seperti STAI (State Trait Kecemasan
Inventory) tidak dirancang untuk situasi olahraga. Pengukuran lainnya
seperti SCAT (Sport Competition Kecemasan Test) dianggap hanya mampu
mendeteksi kecemasaan kognitif, tetapi tidak terhadap kondisi somatis.
Demikian juga SAS (Sport Kecemasan Scale) yang mengukur kecemasan
kognitif dan somatis masih belum dapat diterima sebagai perangkat yang
cukup layak untuk meramalkan dampak kecemasan terhadap penampilan
anak. Masalahnya adalah, reaksi anak sangat dipengaruhi oleh kondisi
sesaat yang dihadapinya.

Hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi
3,6

P
R
E
S

2,5

T
A

KECEMASAN

S
1,4,7,8,9

I
Sumber : Nurseto

Keterangan:
1.
Kecemasan
2.
Kecemasan
3.
Kecemasan
4.
Kecemasan
5.
Kecemasan
6.
Kecemasan
7.
Kecemasan
8.
Kecemasan
9.
Kecemasan

sedang ambisi rendah
sedang ambisi sedang
sedang ambisi tinggi
rendah ambisi rendah
rendah ambisi sedang
rendah ambisi tinggi
tinggi ambisi rendah
tinggi ambisi sedang
tinggi ambisi tinggi

23
23

3. Dua Macam Kecemasan
a. State Anxiety

Hackfort

&

Schwenkmezger

(1993)

dalam

Nurseto

(2011:15)

mendefinisikan state kecemasan sebagai : “subjective, consciously
perceived feelings of inadequacy and tension accompanied by an
increased arousal in the autonomous nervous system.”
Sementara Spielberger dalam Hackfort & Schwenkmezger, (1993)
mengatakan :
“state anxiety is defined as a temporary emotional condition of the
human organism that varies in intensity and is unstable with regard to
time. It is described as consisting of subjective, consciously perceived
feelings of tension and anxious expectancy, combined with an increase in
activity of the autonomic nervous system.”
Dari kedua definisi diatas, state kecemasan merupakan keadaan yang
sementara dan relatif tidak stabil. State kecemasan juga dianggap sebagai
kombinasi dari persepsi masing-masing individu dalam mempersepsikan
perasaan cemasnya dan meningkatnya aktivitas pada sistem saraf
otonom. Keadaan ini menghasilkan dua komponen yang ada dalam state
kecemasan yang disebut oleh Liebert dan Morris (dalam Hackfort &
Schwenkmezger, 1993) sebagai worry dan emotionality.
Worry didefinisikan sebagai elemen kognitif dari kecemasan, seperti
misalnya pengharapan (expectation) negatif dan perhatian terhadap

24
24

dirinya, keadaan yang sedang terjadi, dan akibat-akibat yang berpotensi
untuk muncul (Parfitt, Jones, & Hardy, 1990) dalam (Nurseto 2011:15).
Sementara emotionality didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap
indikasi-indikasi yang muncul pada sistem saraf otonom dan perasaan
yang tidak mengenakkan seperti misalnya tegang dan gelisah.
Worry merupakan penilaian individu mengenai suatu keadaan di luar
dirinya yang dianggap mengancam, sementara emotionality lebih kepada
penilaian terhadap keadaan yang terjadi dalam dirinya terutama
perubahan pada sistem saraf otonom.

b. Trait Anxiety
Spielberger dalam Nurseto (2011: 15) mengatakan:
“The concept of trait anxiety depicts relatively stable individual
differences in susceptibility to anxiety reactions, i.e., in the tendecy to
perceive a broad spectrum of situation as dangerous or threatening.”

Sementara Hackfort & Schwenkmezger (1993) dalam Nurseto (2011: 15)
berpendapat:
“Trait anxiety is defined as an acquired

behavior

disposition,

independent of time, causing an individual to perceive a wide range of
objectively not very dangerous circumstances as threatening.”
Dari definisi-definisi diatas, trait anxiety dianggap stabil dan sudah
menjadi kecenderungan individu untuk bereaksi cemas terhadap situasisituasi yang mengancam atau yang tidak mengancam. Kecenderungan

25
25

tersebut juga menyebabkan trait anxiety tidak tergantung pada waktu
seperti halnya pada state kecemasan.

Endler & Okada dalam Nurseto (2011: 15) membagi trait kecemasan ke
dalam 4 komponen, yaitu:
1.

Ancaman terhadap ego di dalam lingkungan sosialnya.

2.

Kecemasan yang berkaitan dengan bahaya yang mengancam fisik.

3.

Kecemasan yang berkaitan dengan situasi yang kompleks dan tidak

dapat diduga.
4.

Kecemasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Sementara Hackfort & Schwenkmezger (1993) berdasarkan literatur
psikologi olahraga yang didapat dari Hackfort & Schwenkmezger (1985),
Schwenkmezger,

(1985),

dan Vormbock

(1983),

dalam Nurseto

(2011:15) membagi trait anxiety ke dalam 5 komponen, yaitu:
1.

Kecemasan akan cedera fisik

2.

Kecemasan pada kegagalan

3.

Kecemasan terhadap kompetisi

4.

Kecemasan akan malu

5.

Kecemasan pada sesuatu yang tidak diketahui

Pembagian komponen trait anxiety oleh Hackfort & Schwenkmezger
lebih tepat digunakan karena pembagian ini didasarkan pada situasisituasi olahraga yang memang sering menimpa atlet.

26
26

Berdasrkan ciri fisiologis yang disebutkan diatas maka peneliti akan
mengukur kecemasan melalui peningkatan denyut nadi yang dialami
siswa saat melakukan pembelajaran renang.

4. Denyut Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Nadi perifer adalah
gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat keluarnya
sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah
dinding aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke
volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan
cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010).
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana
arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti
misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri
temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata
kaki. Yang teraba bukan darah yang di pompa oleh jantung masuk ke dalam
aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat
lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006).
Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting
untuk diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut atau detak
jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempattempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan

27
27

frekuensi denyut atau detak jantung. Normalnya denyut nadi sama dengan
kecepatan denyut jantung. Kecepatan denyut nadi normal pada orang
dewasa adalah 60 – 100 kali per menit.
Ada beberapa tempat yang dapat digunakan mengukur denyut nadi, antara
lain radialis, temporalis, karotid, brachialis, femoralis, popliteal, tibia
posterior, dan pedal. Kecepatan denytu nadi normal pada orang dewasa
adalah 60 – 100 kali permenit. Denyut nadi dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas,

status kesehatan,

obat-obatan,

kondisi emosional

(cemas), dan lain-lain (Murtiati et all, 2010). Frekuensi denyut nadi manusia
bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia
dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua
lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya

Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi
sampai dengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan
usia.

28
28

Tabel frekuensi denyut nadi
No

Usia

1

< 1 bulan

Frekuensi nadi (denyut
/ menit)
90 - 170

2

< 1 tahun

80 - 160

3

2 tahun

80 - 120

4

6 tahun

75 - 115

5

10 tahun

70 - 110

6

14 tahun

65 - 100

7

>14 tahun

60 - 100
Sumber : murtiati 2011

Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa semakin bertambah
usia maka semakin menurun frekuensi denyut nadi, ini berarti semakin
menurun juga tingkat kecemasan yang dialami seseorang.

b. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih
tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal
rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut permenit, pada wanita 138
denyut permenit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai
154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
c. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan
Rumus :
BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m)

29
29

Keteranan :
IMT = Indek Masa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan.
d. Kehamilan
Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan
dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar
20% diatas keadaan sebesar hamil.
e. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi
jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari
sakit makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat.

f. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan
mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia
(kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga
Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

g. Rokok dan Kafein
Rokok dan kopi dihubungkan mengandung nikoton sebagai penyebab
ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf otak dan bagian tubuh
lainnya sehingga bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi
dan kontraksi jantung. Pada suatu studi, orang yang merokok sebelum

30
30

bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit
dibanding dengan orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok.
Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada
variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.

h. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi.
Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja
sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata 24 nadi selama kerja)
mencapai angka 30 denyut permenit dan di atas bilangan nadi istirahat.
Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis
kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah 15 menit.

i. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan
posisi kerja duduk. Hal ini akan mengakibatkan frekuensi denyut nadi
akan meningkat ketika kita bekerja pada posisi berdiri.

j. Faktor Fisik
Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran.
Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi
parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan

31
31

dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan
mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada
kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja.

k. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang.

E. Kerangka Berpikir
Hubungan tingkat kecemasan dengan hasil belajar gerak dasar meluncur pada
renang gaya bebas Siswa kelas VII A SMP Wiyata Karya Natar Lampung
Selatan tahun.

Teknik dan kemampuan anak dalam berenang memang sangat mempengaruhi
tingkat keberhasilan anak saat mengikuti proses pembelajaran renang, namun
faktor psikis juga sangat berperan, karena pada situasi tersebut kondisi anak
dalam keadaan tegang dan timbul perasaan cemas. Perasaan cemas yang
dialami anak tersebut pasti akan membuat anak merasa takut, tegang dan
hilangnya konsentrasi yang menyebabkan menurunya kemampuan anak.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis
suatu hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas bukan hanya
kemampuan teknik dan fisik yang baik tetapi faktor psikis juga akan
menentukan tingkat keberhasilnya.

32
32

F. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus di uji lagi
kebenarannya melaui penelitian ilmiah, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan hasil
belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas.
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan
hasil belajar gerak dasar meluncur pada renang gaya bebas.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
korelasional.

Menurut Riduwan (2005: 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi yang
bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian yang
sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan
sesudahnya.

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96).

Berdasarkan kutipan pendapat di atas, variabel penelitian adalah objek pengamatan
yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini
ditetapkan dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel
lainnya, dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan.

34
34

2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergantung pada variabel
lainnya, dalam penelitian ini adalah hasil belajar gerak dasar meluncur pada
renang gaya bebas.

C. Design Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan (X)
dengan hasil belajar gerak dasar meluncur (Y). Desain penelitian dibuat agar
peneliti mampu menjawab pertanyaan penelitian dengan objektif, tepat dan
sehemat mungkin.

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
r

X

Y

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Sumber : Sugiyono (2008: 10)
Keterangan :
X = Tingkat kecemasan
Y = Hasil belajar renang gaya bebas
r = Hubungan tingkat kecemasan dengan hasil belajar renang gaya bebas
D. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian populasi sangat diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan berdasarkan permasalahan penlitian. Sugiyono
(2002:55) menjelaskan bahwa: “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang

35
35

terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya”.
Populasi

menurut

Arikunto

(2000:102)

adalah

keseluruhan

subyek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya meerupakan penelitian populasi.
Dari pendapat diatas adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII A SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan
sebanyak 30 orang.
b. Sampel
Mengenai sampel Sugiyono (2002:56) menjelaskan bahwa :
“Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di
teliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya
besar, maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih,
tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dana dan
sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak tidaknya data. Dalam penelitian ini, peneliti dalam
menentukan sample yang diteliti menggunakan populasi sampel sehingga 30
siswa yang ada dijadikan sebagai objek penelitian.

36
36

E. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas
yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini
menggunakan

pendekatan

one-shot-model

yaitu

pendekatan

yang

menggunakan satu kali pengumpulan data.

1. Instrumen Pengukuran Tingkat Kecemasan
1) Automatic Blood Pressure Monitor
2) Blangko pengukuran denyut nadi dan tensi darah
3) Alat tulis
2. Pelaksanaan Tes Kecemasan (Denyut Nadi)
Pengukuran denyut nadi dan tensi darah dilakukan dua kali pengambilan
data. Pengambilan data pertama dilakukan saat siswa dalam keadaan rileks,
kemudian pengambilan data kedua dilakukan pada saat siswa mengalami
kecaemasan yaitu sedang berada dalam posisi akan melakukan start di tepi
kolam.
Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan mengunakan alat yaitu
Automatic Blood Pressure Monitor.

37
37

Gambar. 3.2 Automatic Blood Pressure Monitor
3. Instrumen Pengukuran Tes Meluncur Pada Renang Gaya Bebas
Peralatan yang digunakan adalah :
1) Meteran
2) Blangko pengukuran tes renang gaya bebas,
3) Alat tulis
4. Pelaksanaan Tes Meluncur Pada Renang Gaya Bebas
Pelaksanaan tes renang gaya bebas dilakukan oleh satu anak secara
bergatian. Pengukuran hasil tes keterampilan gerak dasar meluncur pada
renang gaya bebas dilaksanakan di kolam dengan kedalaman 5 meter
dengan tujuan agar terjadi perubahan tingkat kecemasan pada siswa. Hasil
yang diukur dalam penelitian ini adalah seberapa jauh jarak yang dicapai
oleh masing-masing anak dan kemudian diberikan poin pada setiap jarak
yang di capai.

38
38

F. Analisis Data.
Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam
suatu penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan
dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan analisis non statistik.
Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang sempit.
Dalam pengertian yang luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang
dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis, data yang
berwujud angka. Sedangkan dalam pengertian yang sempit statistik merupakan
cara yang digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan yang berwujud
angka.

Data yang di nilai adalah data variabel bebas tingkat kecemasan, serta variabel
terikat yaitu hasil belajar gerak dasar meluncur renang gaya bebas.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi. Menurut Suharsi Arikunto (2002), untuk menguji hipotesis antara X
dengan Y digunakan statistik melalui ko

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR MELUNCUR GAYA BEBAS DENGAN PENGGUNAAN ALAT BANTU PELAMPUNG DALAM PEMBELAJARAN RENANG SISWA KELAS V SDN 5 SUKARAJA TAHUN AJARAN 2011/2012

4 72 55

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MELUNCUR DENGAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN BAGI SISWA KELAS 7 SMP AMAL BHAKTI JATIMULYO LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 18 40

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MELUNCUR DENGAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN BAGI SISWA KELAS 7 SMP AMAL BHAKTI JATIMULYO LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 18 40

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR RENANG GAYA BEBAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DAN ALAT BANTU BAGI SISWA KELAS V SD N 2 MARGODADI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 12 38

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP ADVENT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

2 8 83

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR RENANG GAYA BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X.2 SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG 2013/2014

2 12 51

PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII B SMP WIYATA BHAKTI NATAR LAMPUNG SELATAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 79

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DAN EFIKASI DIRI DENGAN HASIL RENANG GAYA BEBAS PADA ATLET RENANG PERSATUAN RENANG JAKA UTAMA BANDAR LAMPUNG

1 10 59

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR GERAKAN KAKI RENANG GAYA BEBAS MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP YP. HARAPAN BANGSA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 23

OPTIMALISASI PENERAPAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA BEBAS SISWA KELAS VII SMP BETHANY MEDAN TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 12