Letak geografis KONDISI YOGYAKARTA SAAT PERPINDAHAN IBUKOTA REPUBLIK INDONESIA DARI JAKARTA KE YOGYAKARTA TAHUN 1946-1949.

18 BAB II GAMBARAN UMUM YOGYAKARTA

A. Letak geografis

Secara umum keadaan geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari daerah dataran yang berada pada kaki Gunung Merapi pada ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan miring kearah Selatan sampai di daerah pantai Samudra Indonesia, yang lazim disebut pula sebagai pantai Laut Selatan bhs. Jawa : Segoro Kidul. Daerah Istimewa Yogyakarta terletak kurang lebih 114 Meter dari permukaan laut. Daerah ini terletak antara 110 BT – 110 51’ BT dan 7 32’ LS – 8 12’ LS. Selanjutnya daerah yang terdiri dari gunung pegunungan Selatan Gunung Kidul di bagian sebelah Tenggara yang disebut Pegunungan Seribu. Di daerah Gunung Kidul banyak hasil-hasil usaha penghijauan, pengawetan dan pelestarian sumber-sumber air. Di bagian Utara di daerah Nglanggeran, bisa di jumpai kenampakan singkapan batuan intrusin yang nampak sangat besar dan indah yang kini disebut Gunung Kelir. Di daerah lereng Gunung Merapi, disekitar daerah rekreasi Kaliurang didapati hutan hujan tropis Tropical Rain Forest dan banyak dihuni satwa langka. Di daerah pegunungan Menoreh dijumpai daerah wisata Goa Kiskendo, Suralaya dan Gua Sumitro, di sebelah Tenggara pegunungan Menoreh didapati daerah perbukitan Sentolo yang meluas sampai wilayah Bantul. Wilayah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dataran pantai yang kebanyakan berpasir dan memiliki bukit-bukit pasir dune. Pantai-pantai banyak yang memiliki pasir putih seperti yang bisa dilihat di pantai 19 Kukup, Krakal dll. Pasir ini berasal dari pecahan batu karang dan pecahan binatang laut jenis kerang-kerangan. Di perairan pantai Krakal terdapat sebuah gugusan pulau kecil yang ditumbuhi oleh sejenis perdu yang disebut pohon Drini. Jenis semacam ini sukar didapat di daerah lain, konon memiliki tuah sebagai sarana pengusir ular dan jenis serangga berbisa. Keadaan lautan diujung timur yang merupakan bagian dari Samudra Indonesia banyak dihuni oleh berjenis-jenis ikan dan binatang laut serta biota-biota lain yang kini telah langka antara lain penyu hijau yang kini perlu tetap dijaga kelestariannya. Secara administrasif Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai status Daerah Tingkat I Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas-batas wilayah adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo Karesidenan Kedu. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Wonogiri Karesidenan Surakarta. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia atau Samudera Indonesia. 4. Sebelah Utara dengan Kabupaten Magelang Karesidenan Kedu. Daerah Istimewa Yogyakarta juga dibagi atas 4 wilayah Kabupaten dan 1 wilayah Kotamadya antara lain : 1. Kabupaten Sleman dengan luas wilayah 574,82 KM 2 yang terbagi atas 17 Kecamatan dan 86 Kelurahan. 20 2. Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 506,85 KM 2 yang terbagi atas 17 Kecamatan dan 75 Kelurahan. 3. Kabupaten Gunung Kidul dengan luas wilayah 1485,36 KM 2 yang terbagi atas 13 Kecamatan, 144 Kelurahan, 1421 Dusun dan 3 wilayah pembantu Bupati serta 5 Kecamatan perwakilan. 4. Kabupaten Kulon Progo dengan luas wilayah 586,27 KM 2 yang terbagi atas 12 Kecamatan, 88 Kelurahan, dan 931 Dusun. 5. Kotamadya Yogyakarta dengan luas wilayah 32, 5 KM 2 yang terbagi atas 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Berdasarkan topografi Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi tiga zone yaitu zone timur, zone tengah dan zone barat sebagai berikut : 1. Zone timur umumnya berupa pegunungan kapur selatan, dimana air sangat sulit diperoleh karena terdapat dibawah tanah. Daerah yang termasuk zone timur adalah daerah yang berada di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, dan sebagian daerah Kabupaten Sleman sebelah timur atau di disekitar Pegunungan Bongkeh Prambanan serta sebagian wilayah Bantul yang letaknya di sekitar Piyungan. 2. Zone tengah, umumnya merupakan daerah pertanian sawah yang subur. Kesuburan tanah tersebut disebabkan adanya pengaruh abu vulkanik dari gunung berapi. Disamping karena adanya pengaruh abu vulkanik daerah zone tengah juga dikelilingi Pegunungan yang menyebabkan tanah ledok atau “kom” diantara dua gunung, oleh sebab itu tanah tersebut subur karena banyak menampung air yang berasal dari sungai-sungai maupun 21 hujan. Zone tengah meliputi wilayah sebagian di Kabupaten Sleman bagian utara, wilayah Kotamadya Yogyakarta dan dan sebagian wilayah Bantul bagian utara. 3. Zone barat sama halnya dengan daerah zone timur yang terdiri atas Pegunungan kapur, pegunungan kapur itu berasal dari patahan Pegunungan Menoreh. Dari patahan tersebut menyebabkan air juga terdapat didalam tanah biasanya penduduknya melakukan cocok tanam dengan berladang yang termasuk dalam zone barat ini adalah wilayah di sebagian Kabupaten kulon Progo Suratmin, dkk. 1990 : 4. Yogyakarta terletak ditengah-tengah wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta ini merupakan Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta. Disini juga merupakan pusat lalu lintas yang menghubungkan Yogyakarta dengan Kabupaten yang lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta ini juga sebagai pusat penyebaran kebudayaan daerah. Disamping itu pula pada tahun 1946 juga menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia Sunaryo tt : 19 . Yogyakarta memiliki keadaan geografis menguntungkan karena terletak pada ketinggian kurang lebih 114 Meter Dari Permukaan Laut dan sebagian daerahnya datar. Secara geografis Yogyakarta merupakan dataran yang letaknya kurang lebih 30 KM disebelah selatan gunung merapi dan kurang lebih 25 KM terletak Samudera Indonesia disebelah tenggara terletak Pegunungan Gunung Kidul dan sebelah barat Pegunungan Kapur Kulon Progo terletak kurang lebih 25 KM. 22 Secara astronomis kota Yogyakarta sebagai pusat Ibukota Republik Indonesia ini terletak antara 110 23’79’’ BT – 110 28’53’’ BT dan 7 49’26’’ – 7 50’84’’ LS. Kota Yogyakarta juga dilalui garis paparel 8 18’4,93’LS dan 110 51’ 50,87 BT . Daerah ini juga dilalui 3 buah sungai besar yaitu Sungai Gajah Wong Timur, Sungai Code Tengah, dan Sungai Winongo Barat.Goenawan. 1993 : 15. Dilihat dari letak topografinya Yogyakarta terletak pada zone tengah, karena letaknya di daerah zone tengah ini maka jarang sekali terjadi musibah banjir tanah longsor karena di daerah ini tanahnya berpasir sehingga air mudah diserap oleh tanah waktu hujan. Curah hujan di Yogyakarta pertahun kurang lebih 2000-2500 MM dengan perbandingan untuk bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah yaitu sebesar 33,3 dan 66,6. Meskipun dapat diketahui bahwa curah hujan kota Yogyakarta cukup besar namun kota ini berpasir maka akan mudah diserap kedalam tanah. Kota Yogyakarta secara administratif merupakan Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta ini terdiri dari 14 Kecamatan dan 163 Rukun Kampung. Kota ini pula adalah daerah penghubung kearah barat dengan kota Purworejo, kearah timur kota Solo kearah utara kota Magelang yang ketiganya termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas administratif Kota Yogyakarta menurut peta wilayah adalah sebagai berikut : ƒ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman. 23 ƒ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul ƒ Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul ƒ Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Sedangkan batas Ibukota Yogyakarta menurut dokumen yang ada yang terdapat dipusat keraton Yogyakarta adalah sebagai berikut : ƒ Batas sebelah utara dari Kampung Jetis hingga Sagan dan Samirono ƒ Batas sebelah timur dari Kampung Samirono sampai Kampung Lowana ƒ Batas sebelah selatan mulai dari Kampung Lowana sampai Kampung Bugisan ƒ Batas sebelah barat dari Kampung Bugisan sampai Kampung Tegalrejo Panitya Peringatan kota Yogyakarta 200 Tahun 1956 : 23. Berdasarkan batas-batas kampung diatas dapat diketahui Kecamatan- Kecamatan yang berada di wilayah Kotamadya Yogyakarta ƒ Kecamatan Danurejan ƒ Kecamatan Gedongtengen ƒ Kecamatan Gondokusuman ƒ Kecamatan Gondomanan ƒ Kecamatan Jetis ƒ Kecamatan Kotagede ƒ Kecamatan Kraton ƒ Kecamatan Mantrijeron 24 ƒ Kecamatan Mergangsan ƒ Kecamatan Ngampilan ƒ Kecamatan Pakualaman ƒ Kecamatan Tegalrejo ƒ Kecamatan Umbulharjo dan ƒ Kecamatan Wirobrajan Goenawan, 1993 : 17. Pembangunan kota Yogyakarta bersamaan dengan pemekaran wilayah istana ke utara yaitu berupa Benteng Kompeni, pasar tempat tinggal residen tempat tinggal patih dan kampung-kampung yang mengelilingi istana sebagai tempat tingal kaum bangsawan dan pegawai istana, sedangkan perkampungan Cina, Belanda serta Arab terletak diluar tembok benteng keraton. Inti kota Yogyakarta adalah Istana yang dikelilingi Benteng Berparit atau disebut Jeron Benteng meliputi daerah daerah seperti Alun-Alun Utara, Teratag Pagelaran, Sitihinggil, Kemandungan, Kedaton, Megangan, Kemandungan Kidul, Sitihinggil Kidul, dan Alun-Alun Kidul. Dalam benteng tersebut terdapat pemukiman golongan bangsawan yang merupakan kerabat keraton dan para abdi dalem. Pada umumnya mereka bertempat tinggal dikampung-kampung luar kompleks Istana dengan nama masing-masing sesuai dengan pekerjaannya misalnya : Kampung Siliran merupakan tempat tinggal Abdi Dalem Silir yang bertugas Mengurus Lampu-Lampu Istana. Kampung Gamelan tempat tinggal abdi dalem yang bertugas mengurus Kuda-Kuda Istana, Kampung Pesinden tempat tinggal para pesinden Istana, Kampung Langenanstran dan Langenarjan adalah tempat tinggal Prajurit, Pegawai Istana, Kampung Patehan merupakn tempat 25 tinggal pegawai keraton yang Mengurusi Minuman, Kampung Nagan adalah tempat tinggal para Pemukul Gemelan Keraton dan adapula yang bernama Kampung Sorotan sebagai tempat tinggal Golongan Utama Istana. Para pemukim yang berada di Jeron Benteng merupakan kelompok inti masyarakat kota Yogyakarta, sedangkan diluar benteng masih berupa tanah persawahan, ladang dan pemukiman rakyat jelata seperti pemukiman hamba istana yang tidak melayani keperluan istana sehari-hari yaitu merupakan Kelompok seprofesi dalam bidang pemerintahan, militer, pertukangan, pengrajin, serta golongan bangsawan yang memimpin kampung. Luas kota Yogyakarta pada awalnya menurut data yang tersedia hanya seluas 9,7 KM 2 pada tahun 1756 kemudian berkembang pada tahun 1824 menjadi 13,5 KM 2 . Hal ini menunjukkan bahwa mobilitas geografis kota Yogyakarta relatif kecil bila dibandingkan dengan data-data pada tahun 1950-an Tashadi dkk, 1995 : 7. Sedangkan untuk peguasaan tanah di Yogyakarta secara garis besar digolongkan menjadi dua kategori yaitu : ƒ Tanah yang dikuasai masyarakat seperti tanah warisan secara turun- temurun biasanya dipergunakan sebagai lahan pemukiman, pertanian, perkebunan. ƒ Tanah yang dikuasai negara seperti tanah kawasn hutan hutan produksi, hutan lindung, tanah-tanah kepentingan umum seperti saluran irigasi, jalan, jembatan kuburan dan sebagainya Profil Provinsi Republik Indonesia 1992 : 51-52. 26

B. Kondisi Demografis