Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh semua manusia. Usia lanjut membuat para lansia sangat rentan dengan berbagai penyakit, bukan hanya penyakit fisik tetapi penyakit mental juga. Semua orang akan mengalami masa tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi Nugroho, 2000. Kementerian Sosial Republik Indonesia tahun 2002 menyatakan bahwa jumlah lansia yang ada di Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik 2010, memprediksikan persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 pada tahun 2020. Sedangkan persentase penduduk lanjut usia di Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 7,5 dan diproyeksikan menjadi 11,3 pada tahun 2025.Dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di Jawa tengah sebesar 10,99 . Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani 2 perawatan di RS dan Panti Perawatan sebesar 30-45 Candra, 2009. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 sampai 75 penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang Stanley Beare, 2006. Banyak ditemukan lansia yang dikirim ke panti karena tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab Wijayanti, 2010. Panti merupakan salah satu alternatif kepada lanjut usia untuk mendapatkan perawatan dan pelayanan secara memadai, akan tetapi hal ini tidak seratus persen akan diterima oleh lanjut usia secara lapang dada. Umumnya lanjut usia yang berada dalam panti dengan berbagai alasan akan merasa kesepian bila tidak ada kegiatan yang terorganisasi dan jarang dikunjungi oleh keluarga. Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau hilangnya interaksi sosial yang merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya depresi pada lansia Sumirta, 2009. Seseorang dikatakan lanjut usia jike berumur 60 tahun keatas Hardywinoto dan Setiabudi, 2000. Permasalahan fisik yang sering terjadi pada lansia yaitu penurunan fungsi organ 3 tubuh seperti penglihatan dan pendengaran menjadi berkurang, kulit menjadi keriput dan mengendor, gigi mulai ompong, gerakan menjadi lambat dan lain-lain. Kehilangan anggota keluarga atau pasangan, merasa diasingkan oleh keluarga, kehilangan pekerjaan, kemiskinan jika permasalahan tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan depresi.Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam Nugroho, 2012. Depresi biasanya ditandai dengan kesedihan yang mendalam,perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, sulit tidur, kehilangan, selera makan, hasrat sexsual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan Davidson, dkk, 2006.Lansia yang mengalami depresi akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-harinya Palestin, 2006. Depresi mempunyai tiga tipe yaitu depresi ringan, depresi sedang dan depresi berat. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, sekitar 50 sampai 75 penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang Stanley Beare, 2006. 4 Aktivitas adalah segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik Anton M Mulyono, 2011. Jenis aktivitas yang dapat dilakukan berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci pakaian, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan.Aktivitas dasar fisik adalah suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh individu dalam kesehariannya. Aktivitas dasar fisik sehari-hari yang sering dilakukan lansia seperti: menyapu halaman, merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, mencuci piring dan lain-lain. Secara fisiologis aktivitas fisik dapat meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot serta keseimbangan. Secara psikologis, aktivitas fisik dapat meningkatkan mood, mengurangi resiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial aktivitas fisik dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman dan meningkatkan produktivitas Nina, 2007. Aktivitas dasar fisik bermanfaat untuk memperbaiki perasaan, membuat pikiran tetap positif serta meningkatkan kemampuan dalam menghadapi depresi. Banyaknya lansia yang depresi dan tidak bahagia bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena kesehatan fisik dan mental sangat signifikan berperan dalam mewujudkan menua secara aktif dan sehat Palestin, 2006. 5 Pada saat mengalami depresi lansia lebih sering mengurung diri sehingga aktivitas dasar fisik yang sering dilakukan kadang terabaikan bahkan dalam melakukan aktivitas mereka juga membutuhkan bantuan dari orang lain. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah banyak sekali lansia yang dititipkan di Panti Wredha oleh keluarga mereka. Tujuan mereka dititipkan di Panti Wredha adalah agar mereka dapat diurusi dengan baik karena keluarga para lansia terlalu sibuk dengan urusan mereka. Tetapi justru sebaliknya para lansia merasa kesepian, kurangnya perhatian serta terabaikan oleh keluarga mereka. Hal inilah yang megakibatkan lansia menjadi depresi merasa kesepian, kurang perhatian dan dukungan keluarga serta membuat lansia sering menyendiri. Lansia yang mengalami depresi terkadang mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari sehingga mereka membutuhkan bantuan orang lain agar aktivitas dasar fisik sehari-hari mereka dapat terpenuhi. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan diatas yang melatarbelakangi peneliti sehingga dilakukan penelitian mengenai hubungan tingkat depresi dengan kemampuan melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. 6

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB II

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan Lansia dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011017 BAB I

1 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB IV

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB V

0 0 4