Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

1.1 Ruang Lingkup Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).Nugroho, 2000 menyebutkan bahwa semua orang akan mengalami masa tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Lanjut usia (Lansia) adalah tahap akhir perkembangan dari kehidupan manusia dimana seseorang akan mengalami berbagai kemunduran fisik, mental serta sosial.


(2)

Penggolongan lansia menurut Depkes RI (2003) dikutip dari Maryam,dkk (2008) menjadi tiga kelompok yakni :

a. Kelompok pra lansia (45 – 59 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

b. Kelompok lansia (60 tahun ke atas).

c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 2010, lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun 2.1.3 Karakteristik Lansia

Menurut Maryam dkk, 2008Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial


(3)

sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2.1.4 Perubahan Pada Lansia

Perubahan-perubahan yang sering terjadi pada lansia menurut J.W.Santrock, (2002)

1. Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Perubahan psikis

Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya individual differences pada lansia. Lansia memiliki kepribadian yang berbeda dengan sebelumnya.


(4)

Penyesuaian diri lansia juga sulit karena ketidak inginan lansia untuk berinteraksi dengan lingkungan ataupun pemberian batasan untuk dapat berinteraksi.

3. Perubahan sosial

Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.

4. Perubahan kehidupan keluarga

Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. 2.2 Depresi

2.2.1 Pengertian Depresi

Menurut WHO (World Health Organization) depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan perasaan tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang


(5)

energi, dan konsentrasi yang rendah. Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetative seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan&Sadock,2003). Depresi merupakan suatu perasaan sedih yang disertai dengan perlambatan gerak dan fungsi tubuh (Hadi, 2004). Depresi merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri antara lain: semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan makan. Pada depresi terdapat gejala psikologik dan gejala somatik. Gejala psikologik antara lain adalah: menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat mengambil keputusan, mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Gejala somatik antara lain: penderita kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat, apatis, bicara dan gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia, isomnia, dan konstipasi (Maramis, 2005). Pada kebanyakan kasus depresi pada lansia sering berkaitan dengan gangguan lain baik gangguan


(6)

mental atau fisik. Lansia memiliki resiko yang besar untuk mengalami depresi. Depresi dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia, baik berupa faktor internal ataupun eksternal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan gangguan perasaan seperti rasa putus asa, sedih yang dapat membuat seseorang menjadi tidak bersemangat dalam beraktivitas, dan merasa harga diri rendah bahkan timbul pikiran-pikiran untuk bunuh diri.

2.2. 3 Tingkatan Depresi

Ada beberapa tingkatan depresi menurut Kusumanto, 2010 diantaranya:

a) Depresi Ringan

Depresi ringan ini dapat bersifat sementara artinya dapat kembali ke kondisi normal, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman.


(7)

1. Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis. 2. Proses pikir: perasaan sempit, berfikir lambat,

kurang komunikasi verbal komunikasi non verbal meningkat.

3. Pola komunikasi: bicara lambat, kurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.

4. Partisipasi sosial: menarik diri tak mau melakukan kegiatan, mudah tersinggung.

c) Depresi Berat

1. Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.

2. Gangguan proses pikir.

3. Sensasi somatik dan aktivitas motorik: diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

Pada umumnya, yang rentang terkena depresi adalah orang cacat dan lanjut usia atau lansia dengan tingkat depresi rata-rata depresi berat. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih,


(8)

kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas (Tarigan, 2009).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Depresi

Faktor yang diduga menjadi penyebab depresi pada lansia secara garis besar dibedakan menjadi faktor biologis dan faktor psikososial. Faktor tersebut berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh faktor psikososial dapat mempengaruhi faktor biologis contohnya seperti,konsentrasi neurotransmiter tertentu. Faktor biologis dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap stresor psikososial (Amir,2005). Faktor yang diduga sebagai penyebab depresi dapat saling berinteraksi adalah :

1. Faktor biologi, meliputi genetik/ keturunan dan proses penuaan, abnormalitas tidur, kerusakan syaraf atau penurunan neurotransmiter, norefeneprin, serotonin, dan dopamin; hiperaktifitas aksis sistem limbik-hipotalamus-adrenal (Kaplan & Sadock, 2003).

2. Faktor psiksosial meliputi faktor ekstrinsik yaitu : peristiwa kehidupan yang dapat menyebabkan


(9)

harga diri rendah dan tidak dapat dihadapi dengan efektif, kehilangan seseorang atau

dukungan, tekanan sosial; dan

faktorintrinsik meliputi sifat kepribadian yaitu narcissistic, obsessive compluse dan dependen personality, konflik dari diri sendiri yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah, evaluasi diri yang negatif, pemikiran pesimis, kurang pertolongan, penyakit fisik serta penggunaan obat-obatan dan pendekatan/ persepsi terhadap kematian (Faisal,2007).

3. Faktor intrinsik lainnya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari (ADL) (Auryn,2007).

2.2.5 Depresi Pada Lansia

Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan masalah gangguan menahun yang dialami, misalnya diabetes (penyakit gula/kencing manis), penyakit jantung, tekanan darah tinggi, penyakit hati kronis yang sulit disembuhkan, asma, stroke, rematik, osteoporosis, kanker, dan lain-lain. Gangguan penglihatan dan pendengaran yang umum terjadi pada lansia dapat juga memperberat depresi. Dalam


(10)

Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi lain pada lanjut usia:

1. Kecemasan dan kekhawatiran

2. Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya

3. Masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan

4. Iritabilitas

5. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet

6. Psikosis

Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan perasaan depresi. Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat bermacam-macam seperti sakit kepala, berdebar-debar, sakit pinggang, gangguan gastrointestinal, dan sebagainya (Mudjaddid, 2003). Penyakit fisik yang diderita lansia sering mengacaukan gambaran depresi, antara lain mudah lelah dan penurunan berat badan (Soejono dkk, 2007). Gambaran klinis depresi pada usia lanjut dibandingkan dengan pasien yang lebih muda berbeda, usia lanjut cenderung meminimalkan atau menyangkal perasaan depresinya


(11)

dan lebih banyak menonjolkan gejala somatiknya, disamping mengeluh tentang gangguan memori, juga pada umumnya kurang mau mencaribantuan psikiater karena kurang dapat menerima penjelasan yang bersifat psikologis untuk gangguan depresi yang mereka alami.Inilah yang menyebabkan depresi pada lansia sering tidak terdiagnosa maupun diterapi dengan baik. Penyebab lain kesulitan dalam mengenal depresi pada lansia adalah baik lansia maupun keluarga biasanya tidak memperdulikan gejala-gejala depresif. Mereka menganggap bahwa gejala-gejala tersebut normal bagi orang yang telah mencapai usia tua. Lansia sendiri sering gagal mengenali depresi yang terjadi pada dirinya (Hoyer & Roodin, 2003).


(12)

2.3 Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari

Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas (Anton M. Mulyono 2001). Aktivitas dasar fisik sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktivitas fisik dibagi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas fisik berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Kemampuan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia meliputi: kemampuan aktivitas dasar dalam alih posisi fisik, misalnya duduk, tidur, mobilisasi, penggunaan toilet (ke


(13)

atau dari WC, menyiram, mengelap, melepas dan memakai celana), membersihkan diri (cuci muka,mengeringkan, menyisir rambut, menggosok gigi), mengontrol buang air besar, mengontrol buang air kecil, mandi, berpakaian, makan, minum, naik dan turun tangga ( Nugroho, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktivitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas dasar fisik sehari-hari tersebut (Stanley, 2006). Aktivitas dasar fisik atau latihan aktivitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL (Activity Daily Living), dan meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte, 2005). Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal (Wartonah, 2006). Aktivitas dasar fisik sangat bermanfaat bagi lansia, dengan adanya aktivitas fisik membuat tubuh kita lebih sehat, lebih tenang, membuat pikiran lebih tenang sehingga dapat terhindar dari depresi yang sering dialami oleh banyak lansia.


(14)

2.3.1 Manfaat Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Pada lansia

Manfaat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar fisik pada lansia adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual pada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik dan jantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks(Bandiyah, 2009).

b) Menjaga Kesehatan dan Terhindar Dari Penyakit Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mencegah atau mengelola berbagai masalah kesehatan termasuk stroke, penyakit metabolisme, kencing manis tipe 2, stress, kanker, dan arthritis. c) Meningkatkan Perasaan

Berjalan kaki selama 30 menit dapat membantu mengurangi stress dan emosional. Aktivitas fisik merangsang berbagai bahan kimia otak yang dapat membuat lebih bahagia, lebih santai dan lebih baik


(15)

dalam penampilan serta dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan harga diri.

d) Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.

e) Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas dasar fisik adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia seperti menyapu, mandi, berpakaian, dan lain sebagainya. Aktivitas dasar fisik juga sangat bermanfaat bagi lansia agar kesehatan tetap terjaga dan terhindar dari penyakit, meningkatkan keelastisitas tulang, meningkatkan kualitas hidup, dan lain sebagainya. Dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari lansia membutuhkan bantuan orang lain untuk mempermudah melakukan aktivitas karena terjadinya berbagai kemunduran kemampuan fisik yang merupakan akibat dari proses penuaan.


(16)

2.4 Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari Pada Lansia

Menurut Hadiwinoto dan Setiabudi (2000), menyebutkan bahwa depresi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan ADL pada lanjut usia. Berdasarkan penyakit atau gangguan umum tersebut pada lanjut usia diketahui bahwa tidak hanya masalah fisik yang akan dialami lanjut usia, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi mental atau psikologisnya. Akibatnya proses penuaan pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Lebih lanjut Palestin(2006) mengungkapkan bahwa banyaknya lansia yang depresi dan tidak bahagia bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena kesehatan fisik dan mental sangat signifikan berperan dalam mewujudkan menua secara aktif dan sehat. Depresi pada lanjut usia ini sendiri muncul disebabkan oleh beberapa faktor seperti stress psikososial dan keparahan penyakit. Terganggunya melaksanakan aktivitas sehari-hari yang dialami oleh lanjut usia disebabkan karena penurunan kondisi fisik sehingga mengakibatkan mereka menjadi ketergantungan kepada orang lain. Akibatnya proses penuaan


(17)

pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumirta(2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan aktivitas dasar sehari-hari yang dilakukan dengan depresi pada lanjut usia.

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Area yang akan diteliti

: Hubungan satu variabel dengan variabel lain

Tingkat

Depresi

Lansia

Aktivitas Dasar

Fisik

Sehari-hari Lansia

Depresi

ringan

Depresi

sedang

Depresi

berat

Ketergantungan berat

Ketergantungan sedang

Ketergantungan ringan


(18)

Gambar 2.5. Kerangka konsep Penelitian Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Melakukan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari Pada Lansia Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep konseptual penelitian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat depresi

dengan kemampuan aktivitas dasar fisik sehari-hari pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Ha: Ada hubungan signifikan antara tingkat depresi dengan kemampuan melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga


(1)

atau dari WC, menyiram, mengelap, melepas dan memakai celana), membersihkan diri (cuci muka,mengeringkan, menyisir rambut, menggosok gigi), mengontrol buang air besar, mengontrol buang air kecil, mandi, berpakaian, makan, minum, naik dan turun tangga ( Nugroho, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktivitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas dasar fisik sehari-hari tersebut (Stanley, 2006). Aktivitas dasar fisik atau latihan aktivitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL (Activity Daily Living), dan meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte, 2005). Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal (Wartonah, 2006). Aktivitas dasar fisik sangat bermanfaat bagi lansia, dengan adanya aktivitas fisik membuat tubuh kita lebih sehat, lebih tenang, membuat pikiran lebih tenang sehingga dapat terhindar dari depresi yang sering dialami oleh banyak lansia.


(2)

2.3.1 Manfaat Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Pada lansia

Manfaat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar fisik pada lansia adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual pada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik dan jantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks(Bandiyah, 2009).

b) Menjaga Kesehatan dan Terhindar Dari Penyakit Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mencegah atau mengelola berbagai masalah kesehatan termasuk stroke, penyakit metabolisme, kencing manis tipe 2, stress, kanker, dan arthritis. c) Meningkatkan Perasaan

Berjalan kaki selama 30 menit dapat membantu mengurangi stress dan emosional. Aktivitas fisik merangsang berbagai bahan kimia otak yang dapat


(3)

dalam penampilan serta dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan harga diri.

d) Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.

e) Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas dasar fisik adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia seperti menyapu, mandi, berpakaian, dan lain sebagainya. Aktivitas dasar fisik juga sangat bermanfaat bagi lansia agar kesehatan tetap terjaga dan terhindar dari penyakit, meningkatkan keelastisitas tulang, meningkatkan kualitas hidup, dan lain sebagainya. Dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari lansia membutuhkan bantuan orang lain untuk mempermudah melakukan aktivitas karena terjadinya berbagai kemunduran kemampuan fisik yang merupakan akibat dari proses penuaan.


(4)

2.4 Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari Pada Lansia

Menurut Hadiwinoto dan Setiabudi (2000), menyebutkan bahwa depresi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan ADL pada lanjut usia. Berdasarkan penyakit atau gangguan umum tersebut pada lanjut usia diketahui bahwa tidak hanya masalah fisik yang akan dialami lanjut usia, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi mental atau psikologisnya. Akibatnya proses penuaan pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Lebih lanjut Palestin(2006) mengungkapkan bahwa banyaknya lansia yang depresi dan tidak bahagia bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena kesehatan fisik dan mental sangat signifikan berperan dalam mewujudkan menua secara aktif dan sehat. Depresi pada lanjut usia ini sendiri muncul disebabkan oleh beberapa faktor seperti stress psikososial dan keparahan penyakit. Terganggunya melaksanakan aktivitas sehari-hari yang dialami oleh lanjut usia disebabkan karena penurunan


(5)

pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumirta(2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan aktivitas dasar sehari-hari yang dilakukan dengan depresi pada lanjut usia.

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Area yang akan diteliti

: Hubungan satu variabel dengan variabel lain

Tingkat

Depresi

Lansia

Aktivitas Dasar

Fisik

Sehari-hari Lansia

Depresi

ringan

Depresi

sedang

Depresi

berat

Ketergantungan berat

Ketergantungan sedang

Ketergantungan ringan

Mandiri


(6)

Gambar 2.5. Kerangka konsep Penelitian Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Melakukan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari Pada Lansia Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep konseptual penelitian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat depresi

dengan kemampuan aktivitas dasar fisik sehari-hari pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Ha: Ada hubungan signifikan antara tingkat depresi dengan kemampuan melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan Lansia dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011017 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB IV

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB V

0 0 4