DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT
ii
ABSTRAK
DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG
SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARAKABUPATEN LAMPUNG BARAT
Oleh: BINA YUSHA
Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Lampung yang masyarakatnya mayoritas suku Lampung. Pekon ini memiliki beragam kebudayaan yang terus menerus dilaksanakan pada acara tertentu misalnya pada hari raya idul Fitri, hari raya idul adha, perkawinan dan banyak ragam lainnya. Salah satu kebudayaan yang masih sangat kental yaitu tradisi yang dilakukan pada upacara perkawinan, dimana masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Daduwai. Daduwai yang sering disebut dengan tradisi yang dilaksanakan pada upacara perkawinan ini merupakan suatu rangkaian tradisi turun temurun yang ada sejak nenek moyang dahulu. Daduwai ini kerap kali dilakukan tidak lain tujuannya ialah untuk memperkenalkan mempelai perempuan kepada alam dan lingkungan serta kehidupan baru yang akan dijalani.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tata cara pelaksanaan Daduwai pada perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan jelas bagaimanakah tata cara pelaksanaan Daduwai dalam perkawinan ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Uatara Kabupaten Lampung Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui; teknik observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
Hasil analisis data dalam skripsi ini menunjukkan bahwa tata cara pelaksanaan daduwai meliputi empat tahap yang terdiri dari : Khegah jak lamban, Prosesi Jalan Beriringan Menuju Terbit Dan Terbenamnya Matahai, Pembacaan Syair Daduwai dan Yang Terakhir Yaitu Siraman. Dari keempat prosesi tersebut pelaksanaannya terbilang mudah dan memiliki masing-masing manfaat dari pelaksanaannya namun setelah munculnya beberapa faktor yang menyebabkan tradisi daduwai tersebut jarang dilaksanakan. Faktor tersebut antara lain adanya pengaruh budaya asing dan moderenisasi.
(2)
i
DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN
LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH
KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
( Skripsi)
Oleh :
BINA YUSHA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(3)
iii
DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN
LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH
KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
Oleh:
BINA YUSHA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
Judul Skripsi :DADUWAI DALAM UPACARA
(4)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Provinsi Lampung ... 82
2. Peta Lampung Barat ... 82
3. Prosesi Khegah jak lamban ... 83
4. Prosesi Daduwai ... 83
5. Pembacaan syair daduwai ... 84
(5)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL………... … xv
DAFTAR LAMPIRAN………... xvi
DAFTAR GAMBAR………... xvii
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Analisis Masalah ... 6
1. IdentifikasiMasalah ... 6
2. Batasan Masalah ... 6
3. Rumusan Penelitian ... 6
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Kegunaan Penelitian ... 7
3. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Konsep Budaya ... 9
2. Konsep Perkawinan ... 11
3. Konsep Tradisi ... 13
4. Konsep Perkawinan Ulun Lampung ... 14
5. Konsep Daduwai ... 16
6. Sistem Kekerabatan... 17
B. Kerangka Pikir... 18
C. Paradigma... 19
III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode yang Digunakan ... 21
B. Lokasi Penelitian ... 22
C. Variabel Penelitian ... 23
D. Definisi Operasional Variabel ... 24
E. Informan ... 24
(6)
xiv
1. Observasi Partisipan ... 26
2. Wawancara ... 27
3. Teknik Dokumentasi ... 29
G. Teknik Analisis Data ... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34
1.1. Sejarah Singkat Pekon Way Beluah ... 34
1.2. Letak dan Batas Pekon Way Beluah ... 36
1.3. Luas Wilayah Pekon Way Beluah... 37
1.4. Keadaan Penduduk Pekon Way Beluah ... 38
1.4.1. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 38
1.4.2 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 38
1.4.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 40
1.4.4 Keadaan Penduduk Menurut Sistem Kepercayaan ... 40
2. Stratifikasi Sosial... .. 41
3. Perkawinan Adat Ulun Lampung Saibatin ... 43
A. Hasil Penelitian Tata Cara daduwai dalam Upacara Perkawinan ulun Lampung Saibatin 1.1 Pendahuluan a. Khegah jak lamban... . 45
1.2 Acara Inti/Pelaksanaan a. Jalan Beriringan Menuju Terbit & Terbenamnya Matahari... 47
b. Prosesi Pembacaan Syair Daduwai... 48
1.3 Penutup a. Prosesi Siraman... 50
B. Pembahasan 1. Khegah jak lamban... 52
2. Jalan Beriringan Menuju Terbit dan Terbenamnya Matahari... 52
3. Prosesi Pembacaan Syair Daduwai... 53
4. Prosesi Siraman... ... ... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 58
2. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Halaman
1. Skema prosesi daduwai ... 65
2. Daftar Istilah ... 66
3. Pedoman Wawancara ... 70
4. Biodata Informan ... 71
5. Daftar Pertanyaan ... 72
6. Rakapitulasi Hasil Wawancara ... 73
7. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ke Pekon Way Beluah ... 77
8. Surat Keterangan Penelitian ke Pekon Way Beluah ... 77
9. Surat Keterangan Penelitian dari Pekon Pekon Way Beluah ... 79
(8)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Table 1. Susunan Kepala Desa di Pekon Way Beluah ... 35
Tabel 2. Strukturisasi pekon Way Beluah... 35
Tabel 3. Luas Wilayah Pekon Way Beluah ... 37
Tabel 4. Keadaan Penduduk menurut umur... 38
Table 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 39
Tabel 6. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian... 40
(9)
viii
MOTTO
“Jadikanlah dirimu layak untuk dibanggakan”
( Ayahandaku )(10)
v
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Ali Imron, M.Hum. ...
Sekretaris : Drs. Maskun, M.H. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. H. Iskandar. Syah, M.H. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si
NIP 19600315 1985031 003
(11)
vi
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Prof. Dr. Ir. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Telp. (0721) 704624SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
1. Nama : Bina Yusha
2. NPM : 0813033003
3. Program Studi : Pendidikan Sejarah
4. Jurusan : Pendidikan IPS
5. Alamat : Jln. Bumi Manti 1. Gang Umar No. 104. Kampung
Baru. Bandar Lampung
Menyatakan bahawa skripsi yang saya yang berjudul “Daduwai Dalam Upacara Perkawinan Ulun Lampung Saibatin Di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat” bukan hasil penjiplakan atau dibuatkan orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan kecurangan dalam pembuatan skripsi tersebut diatas, maka saya bersedia menerima sanksi ( gelar akademik yang telah saya peroleh, bersedia untuk dicabut).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis,
Bina Yusha NPM 0813033003
(12)
iv
SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH
KECAMATAN PESISIR UTARA
KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Nama Mahasiswa :
Bina Yusha
No. Pokok Mahasiswa : 0813033003
Jurusan : Pendidikan IPS
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ali Imron, M.Hum Drs. Maskun, M.H
NIP. 19570817 198503 1 002 NIP. 19591228 1985031 005
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Prodi. Pend. Sejarah
Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Maskun, M.H
NIP. 19560108 198503 1 002 NIP. 19591228 198503 1
(13)
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Gunung Kemala, pada tanggal 01 September 1990 merupakan anak ketiga dari tiga saudara dari pasangan Bapak Yamamoto (Alm) dan Ibu Zanariyah. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :
1.SD Negeri 1 Gunung Kemala Kecamatan Ulu Krui Kabupaten Lampung Barat, selesai pada tahun 2002
2.SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat, selesai pada tahun 2005
3.SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat, selesai pada tahun 2008
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (NON SPMB)
Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Yogyakarta dan pada tahun 2011 melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Padang Cermin Pesawaran.
(14)
x
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Daduwai Dalam Upacara Perkawinan Ulun Lampung Saibatin Di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat” pada program studi pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. M. Thoha. B.S. Jaya, M.S selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila; 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila; 4. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila,
dan dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Penguji Utama dalam ujian skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(15)
xi 6. Bapak Drs. Maskun, M.H, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing Kedua yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat kepada penulis dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, selaku dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pertama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di program studi pendidikan sejarah.
9. Bapak Amirudin selaku kepala desa pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat serta para pemangku adat dan tokoh masyarakat pekon Way Beluah yang telah memberikan masukan dan informasi tentang adat istiadat yang ada di pekon Way Beluah.
10. Lilih Rahmawati, Anisah, Rina Waryani, Prihatanti, Ni Made Marina Sari, Resti Ratnawati dan Amerza Fransiska terima kasih atas hari-hari yang indah dan persahabatan yang sampai saat ini tetap terjaga
11. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2008, Riyan Dwi Purnomo, Noviandi, Syamsul Setiawan, Anggun (Mbot), Melia Nopitasari, Benetta Okta Violetta, Diana sisca, Aas, Anggi Meilani, Muslimah, Berta Safitri, Betri Yuliana, Zainal Abidin, Elly Alfes Jusa, Tahrir Musthofa, Edison Surya dan semua kakak-kakak tingkat juga adik-adik tingkatku serta
(16)
teman-xii teman lain yang kiranya tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Terima kasih karena telah menjadi teman yang baik bagi penulis
12. Terima kasih kepada Toni Afrian yang telah memberikan segenap perhatian dan dukungannya sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini
13. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya.
Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis
(17)
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda. Dengan adanya keragaman dan corak tersebut, maka Koentjraningrat membagi kebudayaan menjadi 3 (tiga) wujud:
1. Kebudayaan serta tatanan kelakuan manusia yang didalam prakteknya bisa berupa cita, norma-norma atau aturan-aturan, pandangan sikap dan lain sebagainya.
2. Kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendari biasanya berupa proses aktifitas bersama.
3. Kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu yang dalam masyarakat berupa
benda-benda peralatan hidup/perlengkapan hidup sehari-hari serta benda kesenian dan tata cara sebagainya. (koentjaraningrat,1981:189)
Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya yang diperoleh dengan jalan mempelajarinya. Ada tata cara atau mekanisme tertentu dalam tiap masyarakat yang didalamnya terkandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata cara pergaulan masyarakat yang bersangkutan.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1964:12) adalah Keseluruhan sistem, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan cara belajar. Mengingat kebudayaan adalah tumpahan ekspresi hidup manusia maka budaya itu mesti dilestarikan
(18)
2 keberadaannya dengan baik di tengah masyarakat. Kalau budaya adalah rasa, cipta, dan karsa manusia maka untuk hasil dari budaya itulah yang dinamakan dengan kebudayaan. Disamping itu terdapat 7 unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat antara lain :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup 5. Sistem mata pencaharian 6. Sistem religi, dan
7. Sistem kesenian
(Koentjaraningrat, 1964:12)
Dari salah satu unsur kebudayaan tersebut, perkawinan masuk kedalam suatu organisasi sosial dikarenakan pada hakekatnya manusia tidak bisa berkembang dengan baik dan beradab tanpa proses atau lembaga yang disebut perkawinan. Melalui perkawinan akan menyebabkan adanya (lahirnya) keturunan yang baik dan sah, dan keturunan yang baik dan sah dapat menimbulkan terciptanya satu keluarga yang baik dan sah pula dan kemudian akhirnya berkembang menjadi kerabat dan masyarakat yang baik dan sah pula (Tolib Setiady, 2008 : 221)
Salah satu suku bangsa di Indonesia adalah suku Lampung yang merupakan suku asli nusantara yang bertempat tinggal di ujung Selatan Sumatra, memiliki 2 bentuk perkawinan yang berhubungan dengan upacara adatnya. Dua bentuk itu adalah yang pertama Nayuh Balak dan yang kedua Bedu’a di lamban. Kedua bentuk adat perkawinan tersebut masyarakat Lampung khususnya Lampung Saibatin melaksanakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Ali Imron, 2005:51)
(19)
3 Dengan adanya keragaman budaya dalam bentuk upacara perkawinan tersebut maka kebudayaan yang telah ada harus tetap dijaga dan dikembangkan agar tidak hilang dengan sendirinya. Salah satu budaya daerah yang hampir hilang tersebut dan masih dijunjung tinggi oleh Ulun Lampung Saibatin adalah Daduwai.
Daduwai memiliki kata dasar yakni “ Duwai” yang berarti sungai atau air.
Daduwai adalah salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat dengan tujuan
memperkenalkan mempelai wanita kepada semua anggota masyarakat yang menempati pekon tersebut yang kegiatannya berupa pembacaan syair/lagu berisikan nasihat di tujukan untuk pihak mempelai wanita.
Dalam setiap pelaksanaan di suatu kegiatan akan terdapat makna yang terkandung dalam nilai-nilai kegiatan tersebut. Tidak terlepas dari menjaga kelestarian tradisi
daduwai, juga penyampaian pesan moral dan etika bagi yang melaksanakan.
Maka makna yang terkandung dalam suatu kegiatan itu harus ditelaah lebih dalam agar bisa mendapatkan jawaban seperti yang diharapkan. Namun sebelum itu kegiatan awal yang harus dilakukan adalah melaksanakan proses daduwai it sendiri.
Proses daduwai diawali dengan jalan beriringan menuju matahari terbit. Dalam perjalanan semua kerabat yang mengikuti kegiatan ini melantunkan syair/lagu berisikan nasihat yang ditujukan untuk mempelai wanita hingga pelaksanaannya berakhir di ujung pekon atau arah terbenamnya matahari. Namun sebelum kembali kerumah, mempelai wanita harus menyelesaikan kegiatan akhir yaitu Siraman terhadap kedua kaki dan tangan yang di lakukan oleh salah satu istri tetuha adat.
(20)
4
Begitu juga dengan tata aturan yang diterapkan dalam pelaksanaan daduwai, tidak boleh membacakan atau melantunkan syair/lagu dengan sembarangan. Menurut bapak Zetka`en putra ( 25 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB ) yang berhak membacakan syair/lagu adalah kaum hawa dikarenakan dari zaman dahulu hingga
sekarang yang mengikuti prosesi daduwai adalah kaum hawa, maka pembacaan
syair/lagu pun harus menurut kaidah yang berlaku. Syair/lagu tersebut merupakan lagu adat yang di dapat secara turun temurun, dengan ritme tidak jauh berbeda dengan Hahiwang dan Mua`yak.
Banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan dalam daduwai ini menunjukkan bahwa pelaksanaan daduwai adalah sesuatu kegiatan yang penting dalam acara perkawinan adat Lampung Saibatin. Tujuan pelaksanaan daduwai adalah untuk mengenalkan mempelai wanita kepada kerabat dekat mempelai pria khususnya dan umumnya kepada masyarakat dilingkungan tempat tinggal. Selain itu pelaksanaan daduwai bertujuan agar mempelai wanita peduli dan cinta terhadap lingkungan dan alam.
Dalam pelaksanaannya Daduwai sudah jarang sekali di terapkan dalam upacara-upacara perkawinan, mengingat waktu dan persiapan serta pelaksanaan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu satu minggu sebelum
dilaksanakannya daduwai, ulun (orang) Lampung setempat sudah mulai
mempersiapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dan menghapalkan syair/lagu yang akan dibacakan saat kegiatan dilaksanakan.
(21)
5
Observasi awal yang telah dilakukan menunjukkan fakta bahwa tradisi daduwai
hanya dilakukan oleh masyarakat Lampung bagian Pesisir Utara. Sedangkan di wilayah Pesisir Tengah, Selatan dan Ulu Krui tidak lagi menggunakan tradisi tersebut. Meskipun demikian tidak semua masyarakat Lampung bagian Pesisir Utara melakukan tradisi daduwai, tetapi tradisi ini hanya dilakukan khusus oleh masyarakat yang bersuku Lampung.
Upacara adat perkawinan masyarakat Lampung khusunya Lampung Saibatin dibagi menjadi dua yaitu nayuh balak dan bedu`a dilamban. Nayuh balak biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tingkat ekonominya tergolong tinggi dan atau memiliki gelar kepunyimbangan adat. Bedu`a dilamban biasanya dilakuan oleh masyarakat yang tingkat ekonominya tergolong menengah kebawah dan atau tidak memiliki gelar kepunyimbangan. Dalam pelaksanaannya baik
nayuh balak maupun bedu`a dilamban menggunakan tradisi daduwai.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai “Daduwai Dalam Upacara Perkawinan Ulun Lampung Saibatin Di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.
(22)
6
B.Analisis Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan sebagai berikut:
a. Makna Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat
b. Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat c. Tujuan pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di
pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat
2. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, maka penulis perlu membatasi permasalahan yag akan dibahas yaitu tentang Tata cara
pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way
Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut : ”Bagaimanakah tata cara pelaksanaan Daduwai dalam perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat?”
(23)
7
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dengan jelas,
Bagaimanakah Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung
Saibatin di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan, adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Diharapkan memberikan informasi kepada penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya yang juga meneliti tentang Bagaimanakah Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. 2. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat, pemuka-
pemuka adat, agar dapat tetap mempertahankan serta mengembangkan budaya bangsa yang kita miliki khususnya tata cara perkawinan adat yang hampir punah.
(24)
8
3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Subjek Penelitian : Masyarakat pekon Way Beluah Kecamatan pesisir
Utara Kebupaten Lampung Barat
2. Objek Penelitian : Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan
Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah
Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung
Barat.
3. Tempat Penelitian : Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara
Kabupetan Lampung Barat
4. Waktu Penelitian : Tahun 2011
(25)
9
REFERENSI
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Halaman 51
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Halaman 12
Setiady, Tolib. 2008. Hukum Adat Perkawinan. Bandung : Alfabeta. Halaman 221 Wawancara dengan bapak Zetka`en putra ( 25 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB )
(26)
10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Pengertian budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976: 157) adalah pikiran, akal dan budi. Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan
(27)
11 untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat ( 2006:25) budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diterangkan bawha budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang meliputi kegiatan sosial masyarakat.
2. Konsep Perkawinan
Perkawinan merupakan fitrah manusia yang merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Puncak wujud cinta dari dua insan yang berlainan jenis yang saling mencintai. Tujuan dari pernikahan diantaranya menyempurnakan separuh agama, sunah rosul, pemenuhan kebutuhan lahir dan batin dan menlestarikan keturunan. Pernikahan atau perkawinan tak lepas dari hal manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa sendirian dan selalu membutuhkan orang lain. Begitu juga dengan masyarakat Lampung yang memandang perkawinan adalah peristiwa sakral. Peristiwa yang menyatukan dua manusia dan dihalalkannya hal-hal yang sebelumnya haram antar lawan jenis.
Perkawinan tidak hanya menyatukan dua insan berlainan jenis, akan tetapi juga merupakan penyatuan dua keluarga. Itulah mengapa dalam upacara pernikahan
(28)
12 melibatkan keluarga dan kerabat. Semua orang pasti mengharapkan pernikahan yang sah, direstui orang tua, sesuai aturan adat terlebih aturan agama. (http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung)
Menurut Shalaby (2001:12) bahwa perkawinan adalah hukum alam yang tetap dan luas bidangnya yang mencakup setiap makhluk hidup, hukum tersebut membahagiakan setiap makhluk hidup dan masing-masing jenis akan memperoleh bagian, yaitu suatu rahasia yang berbeda dengan rahasia yang di berikan kepada lawan jenisnya.
Dalam sebuah perkawinan yang didalamnya terdapat upacara adat terdapat sebuah hukum yang mengatur tentang perkawinan adat itu sendiri. Hilman Hadikusuma dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perkawinan Adat’’, menyatakan : Hukum perkawinan adalah hukum masyarakat (hukum rakyat) yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan negara yang mengatur tata tertib perkawinan. Jika terjadi pelanggaran terhadap hukum perundang-undangan maka yang mengadili adalah pengadilan agama atau pengadilan negeri, sedang jika terjadi pelanggaran terhadap hukum adat maka yang mengadili dalam arti menyelesaikan masalah peradilan adat (peradilan masyarakat keluarga atau kerabat yang bersangkutan) (Hilman Hadikusuma, 1995:15).
Sehubungan dengan pengertian perkawinan, maka perlu juga memahami azas-azas perkawinan menurut hukum adat (Undang-Undang No. 1 / 1974) adalah sebagai berikut :
1. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga, rumah tangga dan hubungan kekerabatan yang rukun dan damai, bahagia dan kekal
(29)
13 2. Perkawinan tidak saja harus sah dilakukan menurut hukum agama atau kepercayaan tetapi juga harus mendapat pengakuan dari anggota kerabat 3. Perkawinan dapat dilakukan oleh seorang pria dengan beberapa orang
wanita sebagai istri yang kedudukannya masing-masing ditentukan menurut hukum adat setempat
4. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan orang tua dan anggota kerabat masyarakat adat dapat menolak kedudukan suami istri yang tidak diakui oleh masyarakat adat
5. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur atau masih anak-anak. Begitupula walaupun sudah cukup umur perkawinan harus berdasarkan izin orang tua
6. Perceraian ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan. Perceraian antara suami istri dapat berakibat pecahnya hubungan kekerabatan antara kedua belah pihak
7. Keseimbangan kedudukan antara suami dan istri-istri berdasarkan ketentuan adat yang berlaku, ada istri yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga dan ada istri yang berkedudukan bukan sebagai ibu rumah tangga, (Hilman Hadikusuma, 1995: 71)
Berdasarkan uraian di atas dapat kita jelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita senagai suami istri dimana dalam ikatan tersebut melibatkan pihak keluarga dan kerabat yang bersangkutan diharapkan dari perkawinan itu akan mendapat keturunan yang mengikat kedua belah pihak
3. Konsep Tradisi
Pengertian Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976:157) adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran yang turun temurun dari nenek moyang. tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat.
Tradisi juga merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan
(30)
14
mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan.
http://mantenhouse.com/blog/tradisi secara umum.
Berdasarkan uraian di atas dapat diterangkan bahwa tradisi adalah suatu prilaku yang lazim orang lakukan dalam sebuah tatanan masyarakat tertentu secara turun temurun. Hal ini dilakukan semata-mata karena sifat tradisi adalah kontuinitas (kelangsungan, berkelanjutan), dilakukan terus menerus sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulu mereka.
Bagi masyarakat Lampung tradisi yang masih dilaksanakan adalah tradisi
daduwai dalam upacara perkawinan ulun Lampung Saibatin yang didapat secara turun temurun dan merupakan suatu tradisi yang pelaksanaannya berhubungan dengan alam dan lingkungan karena daduwai memiliki kata dasar yakni duwai = sungai
4. Konsep Perkawinan Ulun Lampung
Perkawinan ulun (orang) Lampung pada awal (dasarnya) menganut pola bujujokh. Pola perkawinan bujujokh ini merupakan pola perkawinan warisan adat dari satu nenek moyang ulun Lampung yang asli, yaitu ketika semua masyarakat Lampung masih tinggal atau mendiami wilayah di Sekala Bekhak. Pada perkembangan selanjutnya terjadi penyebaran masyarakat Lampung yang kemudian penyebaran itu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu jurai pepadun dan jurai saibatin. Dalam adat orang Lampung Saibatin, yang menjadi inti dalam penentuan suatu perkawinan adalah status atau kedudukan perkawinan itu sendiri, karena status inilah yang merupakan prinsip untuk melaksanakan proses acara-acara adat
(31)
15 maupun hubungannya dengan tempat tinggal, status keturunan, dan harta waris. Konsep perkawinan yang ada pada orang Lampung Saibatin hanya ada dua yaitu : konsep perkawinan bujujogh dan konsep perkawinan semanda. Konsep ini biasanya tertanam kokoh pada setiap anggota masyarakat Lampung Saibatin. Dalam pelaksanaan upacara perkawinannya, masyarakat Lampung menggelar ritual yang dilaksanakan sebelum melaksanakan upacara perkawinan, ritual-ritual tersebut antara lain :
a. Pemilihan jodoh b. Cara berkenalan c. Tempat pacaran
d. Cara melamar, penentuan mas kawin e. Upacara perkawinan dan
f. Adat menetap setelah menikah ( Ali Imron, 2005:37)
Disamping itu, terdapat pula suatu rangkaian acara yang dilaksanakan pada sebelum hari H, ataupun acara yang dilaksanakan setelah hari H. seperti yang dijelaskan diatas bahwa acara perkawinan pada masyarakat Lampung bukanlah milik kedua mempelai saja melainkan yang mempunyai guwai (kerja) adalah para kerabat dari keluarga kedua mempelai.
Biasanya tergantung dari pola perkawinan yang dipakai pada acara perkawinan, apakah menggunakan bujujogh atau semanda. Oleh sebab itu seluruh kerabat yang mempunyai tugas masing-masing akan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat perkawinan berlangsung. Masyarakat pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat, biasanya menggunakan system perkawinan bujujogh dalam melaksanakan suatu acara perkawinan.
(32)
16
Daduwai merupakan suatu rangkaian acara yang terdapat dalam proses perkawainan bujujogh, dimana mempelai wanita mengikuti langkah suaminya dalam berumah tangga. Tradisi ini juga merupakan suatu kegiatan sacral yang memiliki makna bagi yang melaksanakan maupun yang menghadiri acara tersebut.
5. Konsep Daduwai
Daduwai adalah tradisi yang dilakukan pada upacara perkawinan, yaitu dengan mengantarkan mempelai wanita kerumah orang tua pihak pria dan setibanya disana mempelai wanita di arak keliling kampung dengan diikuti para minak muakhi (sanak Saudara) sambil melantunkan syair/lagu kepada sesama anggota masyarakat yang telah ditunjuk tugasnya masing-masing.(wawancara kepada Bapak Amirudin, sebagai kepala desa pekon Way Beluah, 25 November 2011) Menurut bapak Suwandi yang merupakan salah satu tokoh adat yang memiliki gelar kepunyimbangan radin, daduwai adalah salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat dengan tujuan memperkenalkan mempelai wanita kepada semua anggota masyarakat yang menempati pekon tersebut. (wawancara dengan Bapak Suwandi dengan Adok Radin, 25 November 2011)
Daduwai ini dilakukan pada saat menjelang sore hari yaitu sekitar pukul 14.00 WIB. Pelaksanaannya diawali dengan Khegah Jak Lamban, jalan beriringan menuju terbit dan terbenamnya matahari, pembacaan syair/lagu daduwai, dan prosesi terakhir adalah siraman. (wawancara kepada Bapak Mansyur (adok Minak) dan Bapak M. Ali, 25 November 2011)
(33)
17 Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka sesuai dengan penelitian kebudayaan yang ada daduwai adalah salah satu tradisi yang ada di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupeten Lampung Barat yang pelaksanaanya menjelang sore hari dengan tujuan untuk memperkenalkan mempelai wanita kepada minak muakhi (sanak saudara) mempelai pria dan kepada masyarakat yang menempati pekon tersebut
6. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan adalah hubungan yang berdasarkan pada model hubungan yang dipandang berdasarkan seorang ayah dengan anak serta antara seorang ibu dengan anaknya. ( Ali Imron, 2005:27 ). Kekerabatan memiliki hubungan yang kuat karena mempunyai nenek moyang yang sama, dan menunjukkan ada hubungan darah, perkawinan dan keturunan. Kelompok keturunan ini dapat bersipat patrilineal maupun matrilinier.
Hubungan kekerabatan dapat dilihat pada upacara adat yang dilakukan dengan cara bersakai sembayan antara keluarga satu dengan keluarga yang lainnya dalam menghadapi masalah berasama baik dalam suasana senang maupun susah. Pada masyarakat yang menempati pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat ini menganut prinsip system kekerabatan yang ditarik berdasarkan garis keturunan ayah atau patrilinier.
Dengan struktur kekerabatan seperti ini berpengaruh juga pada system kewarisan harta, dimana seseorang yang akan mejadi penerus dan bertanggung jawab pada
(34)
18 keluarga adalah anak laki-laki tertua yang dikenal dengan nama Pun (gelar punyimbangan adat), atau Udo bagi rakyat biasa.
Pada pelaksanaan perkawinan, saat inilah terdapat pembagian tugas antara kerabat satu dengan yang lainnya menurut tingkat pertalian darah. Jika kerabat sekandung, maka mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dimulai dari persiapan, pelaksanaan maupun penutup acara perkawinan. Namun kerabat yang jauh, mereka hanya mendapatkan amanat dan membantu seadanya dari persiapan hingga akhir acara.
B. Kerangka Pikir
Dalam upacara perkawinan pada Ulun (orang) Lampung Saibatin dapat dibedakan dalam dua bentuk yang berhubungan dengan upacara adatnya. Dua bentuk itu adalah yang pertama Nayuh Balak dan yang kedua Bedu’a di lamban. Kedua bentuk adat perkawinan tersebut masyarakat pekon Way Beluah melaksanakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya dengan Daduwai, yang sering disebut dengan istilah nge-daduwai. Istilah daduwai sering disebut sebagai tradisi arak-arakan yakni mengiringi mempelai wanita mengelilingi kampung halaman di awali dengan Khegah Jak Lamban, Jalan Beriringan Menuju Terbit dan Terbenamnya Matahari, Pembacaan Syair/lagu, dan yang terakhir yaitu Siraman. Pelaksanaan daduwai ini antara pukul 14.00 WIB hingga selesai.
(35)
19 C. Paradigma
Perkawinan Adat Ulun Lampung Saibatin
Nayuh Balak Bedu`a di Lamban
Daduwai
Pendahuluan : Khegah Jak Lamban
Acara Inti : 1. Jalan beriringan menuju terbit dan
terbenamnya matahari. 2. Pembacaan syair/lagu daduwai
Penutup : Siraman
Keterangan :
Garis Bentuk
Garis Deskrifsi Garis Kegiatan
(36)
20
REFERENSI
W. J. S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Halaman 157
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
Hadikusuma, Hilman. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya Bakti. Halaman 15
Soejono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Halaman 20
Wawancara kepada Bapak Amirudin, sebagai kepala desa pekon Way Beluah, 25 November 2011
(http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung) http://mantenhouse.com/blog/tradisi secara umum.
(37)
21
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mnegukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005:58) metode adalah cara yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang diterapkan. Berdasarkan pengertian di atas, maka metode adalah cara untuk menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap obyek yang diteliti. Salah asatu bentuk penelitian adalah penelitian kebudayaan. Penelitian kebudayaan adalah suatu kegiatan untuk membentuk dan mengabtrasikan pemahaman secra rasional empiris dari fenomena kebudayaan, terkait dengan konsepsi, nilai, kebiasaan, pola interaksi, aspek kesejarahan, pertunjukan, maupun berbagai bentuk fenomena budaya.
Fenomena budaya dapat berbentuk tulisan, rekaman, lisan, prilaku, pembicaraan yang membuat konsepsi, pemahaman, pendapat, ungkapan perasaan, angan-angan, gambaran pengalaman kehidupan dan lebih mengarah pada fenomena-fenomena yang terjadi di dalam suatu masyarakat ( Maryaeni, 2005:23)
Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Husin Sayuti (1989; 41) metode deskriptif adalah suatu metode yang
(38)
22 memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiamana adanya. Metode deskriptif juga memusatkan perhatiannya pada penemuan fatkta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Menurut Muhammad Nazir (1983:162), menjelaskan metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Dengan demikian maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan suatu kejadian atau pristiwa secara sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan dijelaskan oleh peneliti yaitu tentang tata cara pelaksanaan Daduwai dalam upacara perkawinan
ulun Lampung Saibatin di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara
Kabupaten Lampung Barat
B.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. Lokasi ini dipilih karena di pekon Way Beluah mayoritas masyarakatnya adalah suku Lampung, yang dipilih berdasarkan teknik Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini
(39)
23 diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat pekon Way Beluah adalah masyarakat Suku Lampung, disamping itu lokasi penelitian juga tidak jauh dari pekon kelahiran penulis dengan harapan penulis akan dapat lebih mudah melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi dengan para informan yang rata-rata berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Lampung.
Pekon Way Beluah terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun 1, Dusun II dan Dusun III. Sedangkan jumlah penduduknya yaitu berjumlah759 jiwa. Yang terdiri dari380 orang laki-laki dan 379 orang perempuan.
C.Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodelogi Penelitian (1983; 79) menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek yang akan diteliti atau dambil datanya dan menjadi penilaian, sedangkan menurut Suharsimi Arkunto (1997; 12) adalah hal-hal yang menajdi objek penelitian, yang ditatap dalm suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi. Dengan demikian variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian terhadap data yang diamati. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni tata cara pelaksanaan Daduwai dalam perkawinan ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat
(40)
24
D.Definisi Operasional Variabel
Menurut Moh. Ali (1988: 65) “Operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau untuk memberikan suatu operasionalan yang diperlukan untuk mengukur variabel tertentu”.
Menurut Masri Singrimbun (1989; 46) operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Sedangkan menurut Moh. Nazir, 1985: 162, Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut Dengan demikian maka definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang menekankan pada cara mengukur suatu variabel dengan cara memberi arti atau mendefinisikan kegiatan agar mudah diteliti.
E.Informan
Syarat seorang informan harus jujur, taat pada janji, patuh dalam peraturan, suka berbicara, tidak masuk dalam kelompok yang bertentangan dengan luar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal/peristiwa yang terjadi. Menurut Moleong, informan adalah orang yang dalam latar penelitian, yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang suatu penelitian, seorang informan harus memiliki pengalaman tentang latar belakang penelitian.
(41)
25 Sedangkan menurut J.S Badudu (1985; 55-56) dalam bukunya Ilmu Bahasa Lapangan, Syarat-syarat informan adalah:
1. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat
bahasa
2. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat
berbicara secara relevan
3. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang sedang di pelajari
Berdasarkan pendapat diatas, maka informan dalam penelitian bukan hanya orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang luas saja, melainkan orang yang pernah mengalaminya. Jadi Informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:
1. Tokoh masyarakat atau tokoh adat
Tokoh adat disini dimaksudkan adalah orang yang dianggap memahami secara mendalam tentang adat istiadat Ulun Lampung.
2. Informan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
3. Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya. 4. Orang yang memahami objek yang diteliti tentang pelaksanaan Daduwai
5. Informan harus memiliki pengalaman pribadi tentang tata cara
pelaksanaan Daduwai
Narasumber pertama yang ditemui dalam penelitian ini – berdasarkan rekomendasi dari kepala pekon(peratin) - adalah bapak Zetka`en Putra dengan gelar adok dalom. Untuk mendapatkan data yang diinginkan bapak Zetka`en Putra memberikan arahan kepada penulis untuk menemui narasumber lainnya. Antara lain yaitu bapak Suwandi, M. Ali, Faisol, Zamirkhan, Merah, Mansyur, M. Toni dan Solihin. Narasumber yang ditunjuk tersebut adalah orang yang memiliki gelar kepunyimbangan dan memiliki pengetahuan tentang tradisi daduwai.
(42)
26
F. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yag diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis memakai tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi Partisipan
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara senghaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan penelitian.
Observasi menurut Mardalis ialah tehnik yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan.
MenurutSuwardi Endraswara (2006:133) observasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam. Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai objek yang akan diteliti.
Tehnik Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang sedang diteliti sehingga mendapatkan data yang berkaitan dengan tata cara
(43)
27
Daduwai dalam upacara perkawinan ulun Lampung Saibatin di pekon Way
Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.
Selain itu peneliti juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Uatara Kabupaten Lampung Barat dan melakukan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang dibantu dengan alat perekam, dengan harapan data yang terkumpul dapat digambarkan sesuai dengan pandangan masyarakat di pekon Way Beluah khususnya informan yang telah dipilih.
2. Wawancara
Menurut Moh. Nazir (1985;234) wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara sang penjawab dan pewawancara dengan menggunakan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Joko Subagyo (1997;39) menjelaskan Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada responden.
Menurut Koentjaraningrat, wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data, merupakan cara yang digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan cara bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat,1980:81).
(44)
28 Teknik ini dilakukan untuk mencari keterangan lengkap, bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terarah. Wawancara terarah yaitu pertanyaan sudah disusun terlebih dahulu dalam bentuk daftar pertanyaan-pertanyaan. Jawaban yang diharapkan sudah dibatasi dengan yang relevan saja dan diusahakan agar informan tidak melantur kemana-mana, dengan demikian dibuatlah suatu panduan wawancara disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. menyusun kisi-kisi panduan wawancara untuk memudahkan
penyusunan pertanyaan sehingga sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.
b. memilih pertanyaan yang relevan. Butir-butir pertanyaan yang tertuang dalam kisi-kisi, selanjutnya dipilih mana yang diperlukan dan mana yang tidak, sehingga tidak terjadi tumpang tindih (dan penghamburan waktu maupun tenaga dalam pelaksanaan)
c. mencobakan (try out). Daftar pertanyaan yang sudah disusun sebelum digunakan terlebih dahulu dicobakan, agar dapat diketahui kelemahan serta efektivitasnya. Hasil percobaan selanjutnya dijadikan dasar untuk perbaikan atau revisi.
d. membuat panduan wawancara yang siap digunakan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab (informan), menggunakan panduan wawancara.
(45)
29
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1989:48), teknik pengumpulan dengan cara dokumentasi berarti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Mencatat data alur yang diperoleh data tentang teori yang bersesuai dengan masalah dalam penelitian, maka digunakanlah teknik kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca, memahami, dan membuat catatan-catatan teori dari berbagai buku yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1994:58) mengatakan bahwa dokumentasi adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tehnik analisis data yang akan dipergunakan untuk mendapatkan informasi dan data tertulis maupun dalam bentuk gambar, photo, catatan, buku, surat kabar dan lain sebagainya yang memiliki hubungan dengan maslah yang akan diteliti.
G.Tehnik Analisis Data
Setelah data-data berhasil dikumpulkan selanjutnya data-data tersebut dianalisis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Pada pokoknya teknik analisis data ada dua macam, yaitu : teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantutatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Karena data-data yang diperoleh berupa
(46)
30 kasus-kasus, fenomene-fenomena, dan argumen-argumen sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah.
Analisis data menurut Moleong (1998; 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu dengan memahami kejadian yang ada mengenai tata cara
daduwai di Pekon Way beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung
Barat.
Data dianalisis terlebih dahulu kemudian di olah dengan cara menginterpretasi atau menafsirkan hasil isian dari kuesioner yang dibagikan kepada informan. Data tersebut diklasifikasikan dan di pisahkan sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dilanjutkan dengan menarik suatu kesimpulan induktif, yaitu cara berfikir didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu kesimpulan secara umum dan dituangkan alam bentuk tulisan agar mudah untuk dipahami.
Karena data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi fenomena-fenomena, sehingga penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Maka untuk menganalisis data yang telah diperoleh tersebut, langkah-langkah yang dilakukan menurut Moleong (1998:128) adalah sebagai berikut :
(47)
31 Data dari lapangan berupa sumber lisan maupun tulisan yang kemudian ditulis direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti yakni Tatacara Pelaksanaan daduwai lalu disusun secara sistematis. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan peneliti dalam mencari kembali data nyang diperlukan. Dalam penelitian data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif tentang keadaan sosial masyarakat dari berbagai aspek baik ekonomi, ideologi, politik, dan budaya masyarakat Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.
2. Display (penyajian data)
Display atau penyajian data , penyajian data digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat deskrifsi secara naratif disertai dengan tabel dan gambar atau poto tentang kondisi objek penelitian baik berupa kondisi pekon Way Beluah maupun tatacara pelaksanaan daduwai.
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari penjelasanalur sebab akibat melalui penambahan data baru yang berkaitan dengan objek penelitian tentang tatacara pelaksanaan daduwai. Data yang ditambahkan adalah data yang relevan dari berbagai sumber buku-buku yang berkaitan dengan tatacara pelaksanaan tradisi daduwai. Setelah data-data diperoleh dari berbagai sumber
(48)
32 baik tulisan maupun lisan dilakukan pengecekan kembali, kemudian dianalisis serta ditafsirkan untuk menghasilkan karya berupa tulisan yang lengkap dan jelas. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan adalah :
1. Mencari data yang relevan dengan penelitian
2. Menyusun data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang
disapat dilapangan
3. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya dituangkan dalam bentuk tulisan.
(49)
33
REFERENSI
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 162 Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 79 Arkunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Hal 12
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES. Hal 46
Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Lapangan. Jakarta: Gramedia. Hal 55-56 Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Hal 113
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: Universitaas Indonesia. Hal 81
Nawawi, Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Gajah mada: University. Hal 58 Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Hal 103
Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Halaman 133 Nazir, Muhammad. 1983. Log cit. Halaman 162 Nazir, Muhammad 1985. Log cit. Halaman 234 Arkunto, Suharsimi. 1989. Log cit. Halaman 78 Maryaeni. 2005. Ibid. Halaman 23
(50)
61
DAFTAR PUSTAKA
Aliana, Zainun Arifin, dkk. 1985/1986. Ragam dan Dialek Bahasa Lampung.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Lapangan. Jakarta: Gramedia. Hal 55-56
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006.
Bandung:Remaja Rosdakarya. Hal.25
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta
Depdikbud Kanwil Lampung.1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung,
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Kanwil Prov.
Lampung : Bandar Lampung
Fadrudin, dkk. 1992. Senjata Tradisional Lampung. Jakarta : Penelitian
Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta : Pustaka Widya Tama
Hadari, Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada : University
Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung:
Bandar Maju
. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineke cipta
1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat
(51)
62
Lexi, J Moleong. 1998. Metodelogi penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Maryaeni. 2005. Metode penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Mustopo, M. Habib, dkk. 1983. Manusia dan Budaya, Kumpulan Essay, Ilmu
Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional
Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sanusi, A. Efendi. 2006. Tata Bahasa Lampung. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
Setiady, Tolib. 2008. Hukum Adat Perkawinan. Bandung : Alfabeta. Halaman 21
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metodelogi Penelitian Survei..
Jakarta:LP3ES
Sumadi. Suryabrata. 1983. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta : Depdikbud
Susanto, Phil. Astrid. S. 1980. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta:
Depdikbud
W. J. S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
Balai Pustaka. Halaman 157
http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung http://mantenhouse.com/blog/tradisi secara umum.
http://kamusbahasaindonesia.org/tradisional#ixzz1U5DVwvGx www.id.wikipedia.com
(1)
kasus-kasus, fenomene-fenomena, dan argumen-argumen sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah.
Analisis data menurut Moleong (1998; 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu dengan memahami kejadian yang ada mengenai tata cara daduwai di Pekon Way beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.
Data dianalisis terlebih dahulu kemudian di olah dengan cara menginterpretasi atau menafsirkan hasil isian dari kuesioner yang dibagikan kepada informan. Data tersebut diklasifikasikan dan di pisahkan sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dilanjutkan dengan menarik suatu kesimpulan induktif, yaitu cara berfikir didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu kesimpulan secara umum dan dituangkan alam bentuk tulisan agar mudah untuk dipahami.
Karena data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi fenomena-fenomena, sehingga penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Maka untuk menganalisis data yang telah diperoleh tersebut, langkah-langkah yang dilakukan menurut Moleong (1998:128) adalah sebagai berikut :
(2)
Data dari lapangan berupa sumber lisan maupun tulisan yang kemudian ditulis direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti yakni Tatacara Pelaksanaan daduwai lalu disusun secara sistematis. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan peneliti dalam mencari kembali data nyang diperlukan. Dalam penelitian data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif tentang keadaan sosial masyarakat dari berbagai aspek baik ekonomi, ideologi, politik, dan budaya masyarakat Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.
2. Display (penyajian data)
Display atau penyajian data , penyajian data digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat deskrifsi secara naratif disertai dengan tabel dan gambar atau poto tentang kondisi objek penelitian baik berupa kondisi pekon Way Beluah maupun tatacara pelaksanaan daduwai.
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari penjelasanalur sebab akibat melalui penambahan data baru yang berkaitan dengan objek penelitian tentang tatacara pelaksanaan daduwai. Data yang ditambahkan adalah data yang relevan dari berbagai sumber buku-buku yang berkaitan dengan tatacara pelaksanaan tradisi daduwai. Setelah data-data diperoleh dari berbagai sumber
(3)
baik tulisan maupun lisan dilakukan pengecekan kembali, kemudian dianalisis serta ditafsirkan untuk menghasilkan karya berupa tulisan yang lengkap dan jelas.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan adalah :
1. Mencari data yang relevan dengan penelitian
2. Menyusun data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang disapat dilapangan
3. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya dituangkan dalam bentuk tulisan.
(4)
REFERENSI
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 162 Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 79 Arkunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Hal 12
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES. Hal 46
Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Lapangan. Jakarta: Gramedia. Hal 55-56 Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Hal 113
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: Universitaas Indonesia. Hal 81
Nawawi, Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Gajah mada: University. Hal 58 Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Hal 103
Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Halaman 133 Nazir, Muhammad. 1983. Log cit. Halaman 162 Nazir, Muhammad 1985. Log cit. Halaman 234 Arkunto, Suharsimi. 1989. Log cit. Halaman 78 Maryaeni. 2005. Ibid. Halaman 23
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aliana, Zainun Arifin, dkk. 1985/1986. Ragam dan Dialek Bahasa Lampung.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Lapangan. Jakarta: Gramedia. Hal 55-56
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya. Hal.25
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta
Depdikbud Kanwil Lampung.1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Kanwil Prov. Lampung : Bandar Lampung
Fadrudin, dkk. 1992. Senjata Tradisional Lampung. Jakarta : Penelitian
Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta : Pustaka Widya Tama
Hadari, Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada : University
Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung:
Bandar Maju
. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya
Bakti
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineke cipta 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia
(6)
Lexi, J Moleong. 1998. Metodelogi penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya
Maryaeni. 2005. Metode penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Mustopo, M. Habib, dkk. 1983. Manusia dan Budaya, Kumpulan Essay, Ilmu
Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional
Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sanusi, A. Efendi. 2006. Tata Bahasa Lampung. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
Setiady, Tolib. 2008. Hukum Adat Perkawinan. Bandung : Alfabeta. Halaman 21
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metodelogi Penelitian Survei..
Jakarta:LP3ES
Sumadi. Suryabrata. 1983. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta : Depdikbud
Susanto, Phil. Astrid. S. 1980. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta:
Depdikbud
W. J. S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
Balai Pustaka. Halaman 157
http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung http://mantenhouse.com/blog/tradisi secara umum.
http://kamusbahasaindonesia.org/tradisional#ixzz1U5DVwvGx www.id.wikipedia.com