Kerangka Pikir Metode yang Digunakan

keluarga adalah anak laki-laki tertua yang dikenal dengan nama Pun gelar punyimbangan adat, atau Udo bagi rakyat biasa. Pada pelaksanaan perkawinan, saat inilah terdapat pembagian tugas antara kerabat satu dengan yang lainnya menurut tingkat pertalian darah. Jika kerabat sekandung, maka mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dimulai dari persiapan, pelaksanaan maupun penutup acara perkawinan. Namun kerabat yang jauh, mereka hanya mendapatkan amanat dan membantu seadanya dari persiapan hingga akhir acara.

B. Kerangka Pikir

Dalam upacara perkawinan pada Ulun orang Lampung Saibatin dapat dibedakan dalam dua bentuk yang berhubungan dengan upacara adatnya. Dua bentuk itu adalah yang pertama Nayuh Balak dan yang kedua Bedu’a di lamban. Kedua bentuk adat perkawinan tersebut masyarakat pekon Way Beluah melaksanakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya dengan Daduwai, yang sering disebut dengan istilah nge-daduwai. Istilah daduwai sering disebut sebagai tradisi arak-arakan yakni mengiringi mempelai wanita mengelilingi kampung halaman di awali dengan Khegah Jak Lamban, Jalan Beriringan Menuju Terbit dan Terbenamnya Matahari, Pembacaan Syairlagu, dan yang terakhir yaitu Siraman. Pelaksanaan daduwai ini antara pukul 14.00 WIB hingga selesai.

C. Paradigma

Perkawinan Adat Ulun Lampung Saibatin Nayuh Balak Bedu`a di Lamban Daduwai Pendahuluan : Khegah Jak Lamban Acara Inti : 1. Jalan beriringan menuju terbit dan terbenamnya matahari. 2. Pembacaan syairlagu daduwai Penutup : Siraman Keterangan : Garis Bentuk Garis Deskrifsi Garis Kegiatan REFERENSI W. J. S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Halaman 157 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25 Hadikusuma, Hilman. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya Bakti. Halaman 15 Soejono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Halaman 20 Wawancara kepada Bapak Amirudin, sebagai kepala desa pekon Way Beluah, 25 November 2011 http:mantenhouse.comblogprosesi-pernikahan-adat-lampung http:mantenhouse.comblogtradisi secara umum.

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mnegukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni 2005:58 metode adalah cara yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang diterapkan. Berdasarkan pengertian di atas, maka metode adalah cara untuk menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap obyek yang diteliti. Salah asatu bentuk penelitian adalah penelitian kebudayaan. Penelitian kebudayaan adalah suatu kegiatan untuk membentuk dan mengabtrasikan pemahaman secra rasional empiris dari fenomena kebudayaan, terkait dengan konsepsi, nilai, kebiasaan, pola interaksi, aspek kesejarahan, pertunjukan, maupun berbagai bentuk fenomena budaya. Fenomena budaya dapat berbentuk tulisan, rekaman, lisan, prilaku, pembicaraan yang membuat konsepsi, pemahaman, pendapat, ungkapan perasaan, angan- angan, gambaran pengalaman kehidupan dan lebih mengarah pada fenomena- fenomena yang terjadi di dalam suatu masyarakat Maryaeni, 2005:23 Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Husin Sayuti 1989; 41 metode deskriptif adalah suatu metode yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkanmelukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiamana adanya. Metode deskriptif juga memusatkan perhatiannya pada penemuan fatkta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Menurut Muhammad Nazir 1983:162, menjelaskan metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Dengan demikian maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan suatu kejadian atau pristiwa secara sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan dijelaskan oleh peneliti yaitu tentang tata cara pelaksanaan Daduwai dalam upacara perkawinan ulun Lampung Saibatin di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat

B. Lokasi Penelitian

Dokumen yang terkait

TRADISI KAKICERAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA PUGUNG TAMPAK KECAMATAN PESISIR UTARA LAMPUNG BARAT

3 78 54

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

0 16 54

TRADISI BULANGEKH DALAM MASA KEHAMILAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON SUMBER AGUNG KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

9 77 42

PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT

0 10 56

PERJUANGAN LETTU CPM SURATNO DALAM UPAYA MELAWAN BELANDA DI DESA PANGGUNGREJO KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 1949

2 26 45

TINJAUAN HISTORIS KEMENANGAN PASUKAN SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II MELAWAN BELANDA DALAM PERANG PALEMBANG TAHUN 1819

2 11 52

PELAKSANAAN KEWENANGAN LEMBAGA HIMPUN PEMEKONAN DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PEKON PADA PEKON PURALAKSANA KECAMATAN WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT

3 33 57

TRADISI MAKHAP DALAM PERKAWINAN ADAT PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON PENGGAWA V ULU KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT

0 10 69

BAB II HAKIKAT GELAR ADAT LAMPUNG SAIBATIN - MAKNA GELAR ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi di Pekon Kenali Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat) - Raden Intan Repository

0 2 16

BAB IV MAKNA GELAR ADAT LAMPUNG SAIBATIN - MAKNA GELAR ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi di Pekon Kenali Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat) - Raden Intan Repository

0 0 8