PENINGKATAN GERAK DASAR DRIBBLE DALAM BERMAIN BOLA TANGAN MELALUI MODEL KELOMPOK DI KELAS VI SDN 2 SINGOSARI KECAMATAN TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 2013

(1)

PENINGKATANGERAKDASAR DRIBBLE DALAMBERMAIN

BOLATANGANMELALUI PEMBELAJARANKELOMPOK DIKELASVISDN2SINGOSARIKEC.TALANGPADANG

TAHUNPELAJARAN2012/2013

(SKRIPSI)

ERNITATI

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012/2013


(2)

ii

ABSTRAK

PENINGKATANGERAKDASARDRIBBLEDALAMBERMAINBOLA

TANGANMELALUI MODELKELOMPOKDIKELASVISDN2

SINGOSARIKECAMATANTALANGPADANG

TAHUNPELAJARAN2012/2013 2013

Oleh ERNITATI

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan gerak dasar dribble bolatangan dengan model kelompok dengan menggunakan bola pelastik, karet pada siswa Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang. Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi guru penjaskes atau siswa dalam meningkatkan gerak dasar dribble bolatangan. Subyek penelitian adalah siswa Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang berjumlah 25 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan gerak dasar SDN 2 Singosari yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan akhir.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (clasroom action research). Dengan selama dua siklus atau putaran, setiap siklus memiliki kegiatan yang berbeda. Siklus pertama dengan alat model tutor sebaya dan bola pelastik, siklus kedua dengan model jig-saw dan menggunakan bola karet.

Hasil Penelitian ini menunjukan: Adanya peningkatan gerak dasar dribble dalam bolatangan melalui model kelompok (model tutor sebaya dan jig-saw) modifikasi alat pembelajaran pada setiap siklusnya yang berbeda-beda. Temuan awal dengan rerata kelas sebesar 54,8 poin, Siklus pertama dengan rerata kelas sebesar 65,8 poin, dengan daya serap sebesar 65,8 % siklus kedua rerata kelas besar 73 poin , dengan daya serap sebesar 73 %. Jika dilihat pencapaian dengan ketuntasan belajar (KKM) sekolah siklus pertama sebesar 44 %, siklus kedua sebesar 92 %, artinya telah ada peningkatan hasil pembelajaran dengan model kelompok secara signifikan. Implikasinya tanpa penggunaan metode, pendekatan, model dan setrategi pembelajaran yang berarti tidak mungkin akan hasil proses pembelajaran akan meningkat secara signifikan.


(3)

iii

PENINGKATANGERAKDASARDRIBBLEDALAMBERMAINBOLA

TANGANMELALUI MODELKELOMPOKDIKELASVISDN2

SINGOSARIKECAMATANTALANGPADANG

TAHUNPELAJARAN2012/2013

Oleh ERNITATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progm Studi Penjaskes Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

iv

A. Judul Skripsi : Peningkatan Gerak Dasar Dribble Dalam Bolatangan Dengan Model Kelompok di Kelas VI SDN 2

Singosari Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Nama Mahasiswa : ERNITATI

Nomor Pokok Mahasiswa : 1113126004

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing

Drs. Baharrudin Rizak, M.Pd. Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19620808 198901 1 001


(5)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Akor Sitepu, M.Pd. …………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ernitati

NPM : 1113126004

Tempat tanggal lahir : Sumber Mulyo, 10 juni 1967

Alamat : Sumber Mulyo Kecamatan Sumberejo.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Gerak Dasar Dribble Dalam Bolatangan Dengan Model Kelompok di Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”. adalah benar hasil karya penulis, bukan menjiplak/plagiat hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Desember 2012


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama Ernitati dilahirkan di Sumber Mulyo, 10 juni 1967. Anak dari pasangan Bapak Mat Sohir dan Ibu Lamnah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah

Dasar di SDN Sumber Mulyo tamat tahun 1982, kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama Sumber Mulyo tamat pada tahun 1985 dan melanjutkan Sekolah Guru Olahraga Siliwangi Talang Padang tamat tahun 1988. Kuliah STKIP Muhamadiyah Pringsewu tamat Tahun 1994. Diangkat menjadi PNS Guru di SDN 3 Sumber Mulyo tahun 2004 – 2008, dan sekarang bertugas di SDN 2 Singosari dari 2008 – sampai sekarang.

Pada tahun 2011 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan program Dalam Jabatan.


(8)

viii

MOTTO

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang menghendakiNya

dan barang siapa yang diberikan hikmah, sesungguhnya telah

diberi kebajikan yang banyak, dan tak ada yang dapat

mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal

( Al-Baqarah : 269 )

“Tanpa orang-orang disekitarmu, kamu bukanlah apa-apa, belajar

brgerak dan bersuara, maka Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman diantara kamu danorang yang berilmu

pengetahuan beberapa derajat”

( Marzuki. H. A, dkk)

“Belajar di waktu kecil ibarat/seperti menulis di atas batu,

belajar setelah dewasa ibarat/seperti Menulis di atas air”


(9)

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan anugerah dan hidayah yang begitu banyak kepada penulis

sehingga penulis dapat mempersembahkan karya terbaikku kepada kedua

orang tuaku, ibunda

Lamnah

, Ayahda

Mat Sohir

, dan Kakak dan

adik-adiku yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis berhasil

mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.

Suamiku Sunarmin yang tercinta, tersayang, dan Terhormat yang

selalu setia mendampingiku dalam suka dan duka dalam keseharian dalam

segenap kehidupan dalam suka dan duka yang tak henti-hentinya

memberikan dorongan dan dukungan dan anakku Yoga Depri Yolanta.

Almamater-ku Program Studi Penjaskes FKIP Unila, yang telah


(10)

x

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul “Peningkatan Gerak Dasar Dribble Dalam Bolatangan Dengan Model Kelompok di Kelas VI SDN 2 Singosari Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Baharudin Rizak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, dan

PLT Prodi Penjaskes, serta segenap dosen FKIP Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Surisman, S. Pd. M.Pd selaku Pembimbing dan Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

4. Bapak Drs.Akor Sitepu, M.Pd. selaku penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Kepala SDN 2 Singosari Talang Padang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,


(11)

xi

Ernitati

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Pembelajaran ... 7

B. Prinsip-Prinsip Belajar ... 8

C. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran ... 11

D. Pendidikan Jasmani ... 12

E. Belajar Motorik ... 13

F. Keterampilan gerak Dasar ... 14

G. Model Pembelajaran Kelompok ... 16

H. Permainan Bolatangan ... 19

I. Gerak Dasar Dribble ... 24

J. Kerangka Berpikir ... 25

K. Hipotesis ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Metode Penelitian ... 27

B. Rancangan Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Tempat Dan Waktu ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35


(12)

xii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. HasilPenelitian ... 38

1. Analisis Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Dribble ... 38

2. Deskripsi Daya Serap Pembelajaran Dribble ... 41

B. Pembahasan ... 45

C. Refleksi Hasil Penelitian Gerak Dasar Dribble ... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

D. Simpulan ... 50

E. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Instrumen Penilaian Gerak Dasar Dribble ... 35

2. Penetapan KKM ... 36

3. Skor Pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan ... 37

4. Deskripsi Hasil PTK Gerak Dasar Dribble ... 39


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bermain Bolatangan ... 23 2. Lapangan Bola Tangan ... 27 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas ... 31


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat- surat Izin Penelitian ... 54

2. RPP ... 57

3. Instrumen Penelitian... 64

4. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 63

5. Hasil Perhitungan Tes Awal ... 65

6. Hasil Perhitungan Siklus I ... 66

7. Hasil Perhitungan Siklus II ... 67

8. Peningkatan Siklus I ... ... 68

9. Peningkatan Siklus I ... ... 69

10. Foto Penelitian ... 70


(16)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangka kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar menadi manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi peserta didik yang beriman, cerdas, disiplin, terampil dan bertanggung jawab serta sehat jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, sekolah dijadikan sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang dalam penyelenggaraan pendidikannya dilakukan secara terorganisir, sistematis dan berkesinambungan dengan maksud agar tujuan pendidikan nsional itu sendiri dapat tercapai. Disinilah peranan Pendidikan Jasmani ikut andil yang merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia di Indonesia.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesegaran jasmani, kemempuan,

keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribaduan yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari


(17)

keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.Oleh karena itu, Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah termasuk mata pelajaran di sekolah yang merupakan bagian tujuan hidup sehat menuju pertumbuhan jasmani, mental, social, dan emosional yang selaras serasi da seimbang dari berbagai bentuk dan macam-macam kegiatan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan disekolah salah satunya yaitu dengan diberikannya materi pembelajaran tentang cabang olahraga bola Tangan.

Bola Tangan adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Terdapat beberapa gerakan yang dipergunakan dalam permainan bola Tangan seperti:passing(melempar bola), dribling(menggiring), shooting (menembak), ball

handling(penguasaan bola), rebounding(memantulkan bola), intercept(memotong arah passingbola), steals (merebut bola), dan foot work (pergerakan kaki). Dari beberapa gerakan yang telah diuraikan, passing adalah salah satu gerak dasar dalam permainan bola Tangan yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar (SD) khususnya pada siswa kelas VI.

Passing adalah gerakan mengoper bola dalam permainan basket yang dilakukan dengan cara menolak, melempar, dan memantulkan bola menggunakan dua tangan atau satu tangan, gerakan ini memegang peranan yang penting dalam proses permainan sebab dengan gerakan ini tim bisa menyusun srategi penyerangan yang baik sehingga tim tersebut bisa memperoleh skor.

Dari berbagai macam gerak dasar passing yang terdapat dalam permainan bola Tangan, bounce pass merupakan salah satu jenis passing yang dipelajari oleh siswa kelas VI SD. Dribble adalah cara membawa bola dengan memantulkan bola kelantai dengan satu tangan. Untuk dapat melakukan


(18)

gerak dasar Dribbleyang baik dan benar diperlukan suatu penguasaan gerak dasar yang baik pula. Selain itu, kelentukan lengan sangatlah diandalkan dalam melakukan bentuk gerak dasar ini. Tanpa adanya penguasan gerak dasar yang baik dan benar serta kelentukan lengan yang baik maka akan sulit untuk melakukan gerak dasar Dribble dengan baik.

Penguasaan gerak dasar Dribble dengan baik dan benar dalam bola Tangan dinilai penting karena Dribble merupakan salah satu jenis membawa bola digunakan dalam melakukan suatu permainan bola Tangan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD Negeri 2 Singosari Talang Padang diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik di sekolah tersebut belum dapat menguasai keterampilan gerak dasar Dribble dalam bola Tangan dengan baik dan benar, khususnya bagi siswa kelas VI, karena setelah dilakukan penilaian secara objektif hanya sekitar 25% peserta didik di kelas tersebut yang dapat melakukan gerak dasar tersebut dengan baik dan benar, kemudian selebihnya yaitu sekitar 75% peserta didik masih mendapatkan nilai dibawak Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut, yaitu ≥67.

Setelah dilakukan pengamatan lebih jauh, ternyata rendahnya hasil pembelajaran gerak dasar Dribble yang terjadi di kelas VI tersebut diakibatkan oleh kurang mendukungnya sarana yang digunakan dalam permainan bola Tangan, sehingga model pembelajaran yang dilakukanpun menjadi kurang beragam. Selain itu, kurang efektifnya media yang dipergunakan guru dalam pembelajaran gerak dasar Dribble merupakan salah satu penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa di sekolah terebut, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai bola Tangan yang dikarenakan ukuran bola Tangan yang kurang sesuainya dengan


(19)

kondisi fisik siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, hasil pembelajaran bola Tangan khususnya pembelajaran gerak dasar Dribble di sekolah tesebut terbilang belum berhasil.

Bertitik tolak darilatar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti bermaksuduntuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran Dribble dalam permainan bola Tangan di sekolah tersebut, yaitu dengan penelitian tentang “Peningkatan Gerak Dasar Dribble Melalui Pembelajaran Kelompok Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang PadangTahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam gerak dasar Dribble..

2. Kurang mendukungnya sarana yang digunakan dalam permainan bola Tangan sehingga model pembelajaran yang dilakukan menjadi terbatas atau kurang beragam.

3. Kurang efektifnya media yang dipergunakan guru dalam pembelajaran gerak dasar Dribble. C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada masalah Meningkatkan Gerak Dasar Dribble Melalui Pembelajaran Kelompok pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun

Pelajaran 2012/2013. D. Rumusan Masalah


(20)

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah gerak dasar

Dribbledalam bola Tangan pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kelompok? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk memperbaiki gerak dasar Dribble padasiswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar Dribble pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Peneliti lain

salah satu bahan informasi bagi peneliti lain mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan gerak dasar Dribble bola Tangan.

b. Siswa

Membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar Dribble bola Tangan. c. Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Sebagai bahan referensi bagi para guru Pendidikan Jasmani dalam meningkatkan gerak dasar Dribble bola Tangan peserta didiknya.


(21)

d. Sekolah

Sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah mengenai penerapan model pembelajaran kelompok pada pembelajaran gerak dasar Dribble pada bola Tangan.

e. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran pengembangan materi bola Tangan khususnya pada gerak dasar Dribble.


(22)

A.Tinjauan Pustaka

A. Belajar dan Mengajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut james O. Whittaker dalam Djamarah (1999: 22) belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Selain itu, R. Gagne dalam Djamarah (1999: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Seseorang dikatakan belajar apabila memiliki ciri-ciri belajar, yaitu sebagai berikut : 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Sedangkan mengajar merupakan aktivitas yang identik dan erat pengertiannya dengan tugas seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada para peserta didiknya. Selain itu, mengajar tak terlepas dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik, karena dengan adanya proses belajar dan mengajar timbul suatu proses yang dinamakan pembelajaran.


(23)

Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)

dalamhttp://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/.

Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu sistem pendidikan tidaklah terlepas dari proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan dua aktivitas, yaitu belajar dan mengajar, karena tanpa adanya salah satu dari aktivitas tersebut tidaklah akan terjadinya suatu proses

pembelajaran.

B. Prinsip-Prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut. Menurut Soekamto dan Winataputra dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008 : 16)

a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.


(24)

Menurut Baharudin dan Wahyuni (2008 : 17), proses belajar, terutama belajar yeng terjadi disekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi, dan umpan balik, yaitu:

1. Tahap Motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit. Misalnya siswa tertarik untuk memperhatikan apa yang akan dipelajari, melihat gurunya datang, melihat apa yang ditunjukkan guru (buku, alat peraga), dan mendengarkan apa yang diucapkan guru.

2. Tahap Konsentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari. Pada fase motivasi mungkin perhatian siswa hanya tertuju kepada penampilan guru (pakaian, tas, model rambut, sepatu dan lain sebagainya).

3. Tahap Mengolah yaitu siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam Short Term Memory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek, kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing. Hasil olahan itu berupa simbol-simbol khusus yang antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda. Simbol olahan bergantung dari pengetahuan dan pengalaman

sebelumnya serta kejelasan penangkapan siswa. Karena itu, tidaklah merupakan hal yang aneh jika setiap siswa akan berbeda penangkapannya terhadap hal yang sama yang diberikan oleh seorang guru.

4. Tahap Menyimpan yaitu siswa menyimpan simbol-simbol hasil olahan yang telah diberi makna ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka panjang.pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian maupun keseluruhan.


(25)

perubahan sikap dan keterampilan itu diperlukan belajar yang tidak hanya sekali saja, tapi harus beberapa kali, baru kemudian tampak perubahannya.

5. Tahap Menggali (1) yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya. Penggalian ini diperlukan agar apa yang telah dikuasai menjadi kesatuan dengan yang akan diterima, sehingga bukan menjadi yang lepas-lepas satu sama lain. Setelah penggalian informasi dan dikaitkan dengan informasi baru, maka terjadi lagi pengolahan informasi untuk diberi makna seperti halnya dalam tahap mengolah untuk selanjutnya disimpan dalam LTM lagi.

6. Tahap Menggali (2) yaitu menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap menggali 2 diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan. 7. Tahap Prestasi yaitu informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk

menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu, misalnya: berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas. 8. Tahap Umpan Balik yaitu siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas

prestasi yang ditunjukkan. Hal ini terjadi jika prestasinya tepat. Tapi sebaliknya, jika prestasinya jelek, perasaan tidak puas maupun tidak senang itu bisa saja diperoleh dari guru (eksternal) atau dari diri sendiri (internal).

C. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan perencanaan yang dilakukan guru sebelum

melaksanakan proses pembelajaran untuk menentukan kegiatan apa yang dilakukan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran untuk menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan selama


(26)

proses pembelajaran berlangsung. Menurut oemar hamalik (2008 : 57), mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 74), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

D.Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Tidaklah mengherankan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.


(27)

Selain itu, Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Lutan dkk, 1996/1997: 3). Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

E. Belajar Motorik

Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan.

Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah otot, syaraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna


(28)

keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil.

Sedangkan belajar motorik adalah proses perubahan individu sebagai hasil timbal balik antara latihan dan kondisi lingkungan (Drowazky, 1981) dalam

http://tangguhabiyoga.wordpress.com/2011/02/14/pengertian-belajarmotorik-dan-belajar-motorik/. Belajar motorik adalah suatu perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman (Oxendine, 1984).

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman (Schmidt dalam Lutan, 1988:102). Selain itu, proses belajar motorik dapat diartikan sebagai berikut :

1. hasil belajar/kemampuan merespon dalam bentuk gerak, 2. perubahan relatif permanen,

3. perubahan akibat pengalaman dan latihan, 4. perubahan bisa ke arah negatif.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

F. Keterampilan Gerak Dasar

Keterampilan gerak adalah suatu kemampuan yang penting di dalam Pendidikan Jasmani dan kehidupan sehari-hari kita, salah satu program Pendidikan Jasmani kepada siswa adalah agar siswa


(29)

terampil dalam beraktivitas fisik. Keterampilan gerak fisik yang diperoleh melalui Pendidikan Jasmani tidak hanya berguna menguasai cabang olahraga tertentu tapi juga untuk melakukan aktivitas dan tugas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada kodratnya adalah benda hidup, bukan benda mati. Benda mati dapat bergerak disebabkan apabila ada gaya eksternal yang mempengaruhi benda tersebut. Sedangkan benda hidup dapat bergerak baik karena pengaruh gaya eksternal maupun karena pengruh gaya internal.

Keterampilan merupakan gambaran kemampuan motorik seseorang yang ditujukkan melalui penguasaan suatu gerak. Dalam meningkatan penguasaan gerak khususnya dalam olahraga, maka diperlukan suatu proses pembelajaran untuk sampai ke tingkat terampil. Mengenai terampil sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lutan (1988: 76) bahwa terampil juga dinyatakan untuk

menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu penguasaan suatu hal yang memerlukan tubuh.

Keterampilan gerak bagi anak-anak sekolah dasar diartikan sebagai sikap perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak yang tentunya berkaitan dengan permainan olahraga. Keterampilan gerak ini diupayakan untuk dikembangkan dan diperhalus agar anak dapat melakukan dengan benar dengan sesuai tenaga dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Apabila gerakan ini sudah matang maka dilanjutkan untuk diterapkan pada suatu permainan, aneka olahraga dan aktivitas jasmani yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom dalam http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ ada tiga domain belajar yaitu :


(30)

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dariPengetahuan (Knowledge), Pemahaman (Comprehension), Penerapan (Aplication,

Penguraian (Analysis), Memadukan (Synthesis), Penilaian (Evaluation).

2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dariPenerimaan (receiving/attending), Sambutan (responding), Penilaian (valuing),

Pengorganisasian (organization), Karakterisasi (characterization).

3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system)

dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dariKesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan

(habitual), Adaptasi (adaption).

Sedangkan gerak dasar menurut M Furqon H, (2002) dalam

http://grandmall10.wordpress.com/2011/05/21/mengembangkan-keterampilan-gerak-dasar-lompat-dengan-permainan-tradisional/ merupakan pola gerak yang inheren yang membentuk dusar-dasar untuk ketrampilan gerak yang kompleks yang meliputi gerak lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar adalah kemampuan seseorang dalam membentuk kemampuan motoriknya melalui pola-pola gerak.


(31)

Model merupakan bentuk dari suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung keberhasilan dari pembelajaran pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak sedikit keberhasilan dari suatu

pembelajaran yang disajikan oleh guru. Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum untuk merancang materi pembelajaran dan untuk memadukan kegiatan pemebelajaran di dalam kelasatau setting kelas yang lain (Ahmad H. P, 2005: 15). Proses dan produk pembelajaran yang semula berorientasi pada guru (teacher centred) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centred). Oleh karena itu, Mosston (dalam Lutan dan Toho, 1996/1997) mengklasifikasi model pembelajaran Pendidikan Jasmani antara lain; (1) model komando, (2) pembelajaran tugas, (3) pembelajaran perseorangan, (4) pembelajaran berpasangan, (5) pembelajaran kelompok, (6) penemuan terbimbing, dan (7) pemecahan masalah.

Kita semua mengetahui bahwa manusia adalah makluk sosial dimana mengandung arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan crang lain pengertian itu bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari karena tanpa bantuan oran lain kita tidak bisa mencukupi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, manusia harus hidup berkelompok dan membentuk suatu organisai dalam uraha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena hakekatnya manusia kemampuannya terbatas.

Kelompok adalah kumpulan bebrapa orang atau benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan. Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya dapat beritregasi atau sama lain dapat berkerja sama yang baik tapi juga bisa melahirkan perbedaan dan pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah dan bercerai berai.

Disisi lain fungsi dari kelompok juga dapat memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerja tersebut. Selain itu kelompok juga bersifat dinamis


(32)

yang selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor:

1. Internal

Faktor internal di anggap sebagai unsur penting karena manusia mempunyai kecakapan yang berbeda satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat kelompok manusia yang dinamis.

2. Eksternal

Faktor ini adalah faktor lingkungan dimana kelompok harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Dapat kita pahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut sangat mempengaruhi kelompok. Dimana untuk menjaga kelangsungan hidupnya kelompok tersebut harus senantiasa menyesuikan diri dimana kelompok itu berada.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian pembelajaran kelompok adalah pembelajaran yang dimana setiap pesertanya harus menjadi bagain dari regu atau kelompok tersebut. Jumlah peserta dalam setiap kelompok tergantung proses pembelajaran apa yang hendak dimainkan, dan tujuan dari pembelajaran kelompok selain meningkatkan gerak motorik anak tersebut tapi juga diharapkan dapat terjadi komunikasi sehingga terbina kekompakan, rasa saling memiliki, keakraban dan memupuk rasa kebersamaan. Tujuan lain dari pembelajaran kelompok ini, menciptakan suasana yang sehat dalam persaingan serta meningkatkan semangat perjuang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(33)

1) untuk membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok sshingga timbul rasa saling menghargai, saling keterbukaan dan saling toleransi.

2) untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok sehingga timbul partisipasi yang spontan atau tidak disengaja dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Selain kelebihan, ada pula kekurangan dari model pembelajaran kelompok yaitu :

1) dalam permainan dimana ada kelebihan pasti juga ada kekurangan diantaranya kekurangan itu adalah apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukai maka akan menimbulkan

perpecahan sehingga tidak terjadi kerja sama atau kekompakan.

2) apabila seorang siswa melakukan kesalahan atau hal yang merugikan kelompok tersebut maka semua anggota kelompoknya juga akan mendapat hukuman.

H. Permainan Bola Tangan

Permainan bola Tangan adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan.

Permainan bola Tangan sangat cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapangan yang relatif kecil. Selain itu, bola Tangan mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak menyulitkan pemain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut. Bola Tangan adalah salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan penduduk di belahan bumi lainnya, antara lain di Amerika Selatan, EropaSelatan, Lithuania, dan juga di Indonesia.


(34)

Lapangan yang dipergunakan dalam bermain bola Tangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang lapangan yaitu 26 meter serta lebar lapangan yaitu 14 meter. Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang jari-jari yaitu 1,80 meter.

Jumlah pemain dalam permainan bola Tangan adalah 5 orang dalam satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola Tangan adalah 2 orang. Wasit 1 disebut referee sedangkan wasit 2 disebut umpire.

Waktu permainan 4x10 menit. Di antara babak 1, 2, 3 dan babak 4 terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.

Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola Tangan adalah 75 cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter.

Bentuk dan pola permainan serta peraturan permainan bolatangan secara umum dapat dikatakan merupakan gabungan atau modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Seperti dalam permainan bola basket, selama permainan berlangsung, kegiatan dalam permainan bolatangan jaga lebih banyak terjadi di sekitar daerah bertahan pemain bertahan atau di daerah penyerangan untuk regu penyerang. Pihak penyerang berusaha dengan segala keterampilanya serta dengan macam-macam taktik untuk mencetak gol ke gawang lawan. Sedangkan pihak bertahan berusaha menjaga dengan ketat dan berusaha setiap saat untuk merebut bola dan menguasainya. Kemudian pihak bertahan dengan segera beralih menjadi pihak bertahan, demikian seterusnya.


(35)

Pada umumnya permainan bolatangan berjalan dengan tempo yang cepat. Oleh karena itu seorang pemain bolatangan haruslah memiliki keterampilan yang baik. Pemain harus dapat melakukan gerakan lari dengan cepat, berlari dengan lincah/ tangkas, dapat menangkap bola dengan mantap, melempar ( mengoper ) bola dengan tepat ke sasaran. Selain itu juga pemain harus memiliki koordinasi tubuh yang baik serta menguasai beberapa cara penembakan bola. Dari garis besarnya, keterampilan dasar permainan bolatangan terdiri dari: 1) berlari, 2) menangkap bola, 3) mengoper bola, 4) mengiring bola menembakkan ke gawang. 1. Berlari

Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan pelatih terhadap pemain dan secara khusus bagi pemain pemula adalah kerampilan berlari. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan kerampilan berlari adalah kemampuan melakukan gerakan lari yang cepat dari sikap berdiri diam (akselerasi), gerakan meliukkan badan (body weaving) dan mengubah arah lari dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan.

2. Menangkap bola

Kita semua mengetahui betapa pentingnya keterampilan berlari dalam permainan, tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa pada akhirnya, regu yang memiliki kerampilan yang lebih baik dalam menguasai bola dan menyelesaikan serangan dengan berhasil, pada akhirnya akan memenangkan pertandingan. Seorang pemain yang dapat menangkap bola dengan baik, apalagi dapat menangkap dengan cepat dan mantap, akan sangat membantu regunya. Terutama dalam hal kemungkinan terjadi pelanggaran peraturan permainan, serta dapat memamfaatkan kesempatan / waktu yang sangat singkat dalam serangan kilat. Selain itu perlu diperhatikan pula, bahwa seorang pemain tidaklah mungkin dapat


(36)

melakukan lemparan / operan, menembak ataupun memainkan bola, apabila ia tidak dapat menangkap dan menguasai bola itu terlebih dahulu dengan baik.

Untuk dapat menangkap bola dengan baik dan sempurna, bola harus ditangkap dengan dua tangan. Jari-jari terbuka lebar dan usahakan menutup bola seluas mungkin dan ke dua ibu jari membentuk satu garis di belakang bola. Setelah bola tertangkap, tariklah bola ke arah dada untuk meredam atau mengurangi kecepatan bola atau agar bola dapat dikuasai secara penuh sehingga tidak mudah direbut oleh lawan.

Pada umumnya, seorang pemain dalam permainan akan menangkap bola dari berbagai arah, antara lain:

1. Menangkap bola setinggi dada

2. Menangkap bola yang melambung /tinggi 3. Menangkap bola di samping kiri /kanan badan 4. Menangkap bola rendah (setinggi lutut) 5. Menangkap bola yang menggulundung

Keterampilan dalam mengoper dan menangkap bola tidaklah dapat dipisahkan dan keduanya merupakan keterampilan dasar dari permainan bolatangan. Dalam segala latihan yang bersangkut paut dengan menangkap dan melempar (mengoper) selalu

melibatkan kedua hal tersebut sekaligus. Hal ini tentu saja akan memudahkan bagi pelatih untuk melatih kedua keterampilan tersebut sekaligus.

Dalam suatu pertandingan, satu regu akan dapat menguasai pertandingan sepenuhnya apabila setiap pemain dari setiap rega tersebut memiliki penguasaan bola yang baik serta dapat menggunakan berbagai macam cara mengoper bola sesuai dengan situasipermainan


(37)

pada saat itu. Operan jarak pendek dan cepat, lebih di utamakan oleh suatu regu daripada operan jarak jauh.Oleh karena operan jarak jauh seringkali kurang tepat dan lagi pula karena jalan bola melambung, bola sangat mudah direbut lawan.

Gambar 1. Bermain Bolatangan

Cara mengoperkan bola dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Macam-macam operan yang sering digunakan dalam permainan adalah :

l. Dengan dua tangan

a. Chest pass ( operan dada )

b. Overhead pass ( operan dari atas kepala ) c. Underhand pass ( operan dari bawah lengan

2.Dengan satu tangan

a. Javeline pass ( operan dari atas bahu / kepala ) b. Side pass ( operan dari samping badan )

c. Reverse pass ( operan melingkar / dari belakang badan ) Tujuan permainan bolatangan adalah membuat angka/gol dengan cara

melempar/menembakkan dan memasukan bola kegawang lawan, pemain penyerang

diperkenankan melakukan berbagai macam cara menembak; sesuai dengan kemahirannya dan tentu saja sesuai dengan situasi permainan pada saat tersebut. Dalam garis besarnya, cara-cara menembak bola adalah sebagai berikut :


(38)

1. The standing throw shot (menembak dalam sikap berdiri) 2. The jump shot (menembak pada saat melompat keatas) 3. The dive shot (menembak pada saat melompat kedepan)

4. The fall shot (menembak sambil menjatuhkan diri kesamping/depan) 5. The side throw (menembak dari samping badan)

6. The flying shot (menembak pada saat melayang) 7. The reverse shot (tembakan membalik/memutar)

I. Gerak Dasar Dribble

Menurut Yunusul Khairi (2003:38) permainan bola Tangan sendiri terdiri dari satu gabungan beberapa gerakan yang kompleks, hal ini berarti gerakanya terdiri dari gabungan gerak yang terkoordinasi dengan baik. Oleh karena itu, penguasaan gerak yang baik harus dilakukan sehingga dapat bermain dengan baik jika setiap unsur gerak dapat dikuasai, maka pemain akan dapat dengan mudah mengkombinasikan gerakannya dan dapat mengembangkan dalam berbagai macam gerakan.

Dalam permainan bola Tangan penguasaan bola merupakan hal yang paling penting, karena

keberhasilan serangan tergantung pada setiapkemampuan pemain dalam menguasai boladan mampu membuat point. Salah satu gerak dasar yang sangat penting untuk dikuasai adalah dribble atau cara membawa bola.

Dalam peraturan permainan, dijelaskan bahwa seorang pemain diperkenankan melangkah sebanyak 3 langkah sambil memegang bola setelah memantulkan bola pada saat berlari. Dalam hal ini, seorang pemain juga diperkenankan melakukan gerakan menggiring


(39)

akan merugikan, baik bagi pemain tersebut maupun bagi regunya, karena akan memperlambat jalan pemain.

Sebaiknya, teknik dribbling ini baru diajarkan, bila para pemain sudah menguasai dengan baik keterampilan melempar, mengoper dan menangkap bola. Dengan demikian latihan

dribbling pada bagian akhir, hal ini secara tidak langsung akan memberikan keuntungan dalam pembinaan kekompakan regu. Pada saat latihan bermain, tanpa adanya dribble, akan memaksa para pemain untuk bekerja sama, lebih memantapkan teknik passing serta

memahami taktik bermain.

Cara melakukan dribble adalah sebagai berikut : bola dipantulkan dengan satu tangan. Bola dipantulkan kira-kira 1 meter di depan pemain yang sedang bergerak/berlari kedepan. Memantulkan bola dengan cara melecutkan pergelangan tangan yang memegang bola. Bola lepas dari tangan setelah pada saat terakhir menyentuh ujung-ujung jari tangan. Latihan

dribbling harus dilakukan secara sistematis maksudnya diawali dengan gerakan yang mudah kemudian setelah gerakan tersebut sudah dikuasai, gerakan ditambah dengan gerakan-gerakan yang lebih sulit/kompleks.Suatu bentuk sistematika latihan dribbling : 1. Dribble lurus dengan satu tangan.

2. Dribblelurus dengan berganti-ganti tangan yang memantulkan bola. 3. Dribble zig-zag.

4. Dribble – pivot – dribble zig-zag. 5. Body weaving – dribble zig-zag.


(40)

Tujuan utama belajar gerak dasar adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar yaitu perubahan perilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga. Selain perubahan yang bersifat afektif dankognitif, untuk dapat bermain bola Tangan dengan baik siswa diharapkan terlebih dahulu menguasai gerak dasar salah satu adalah

dribble.

Dribblemerupakan salah satu jenis operan jarak dekat yang sangat baik dilakukan dengan pola penjagaan satu lawan satu. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk siswa SD seorang guru dituntut untuk mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya, baik dalam hal menyiapkan skenario dan model pembelajaran yang akan dipergunakaan maupun alat pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, dengan menggunakan model

pembelajaran kelompok yang dipadupadankan dengan penggunaan alat pemebelajaran yang dimodifikasi kedalam bentuk yang lebih sederhana tanpa mengurangi fungsi alat pembelajaran yang sebenarnya, diharapkan dapat memperbaiki mutu serta hasil pembelajaran yang dilaksanakan. Begitu pula yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu, jika poses pembelajaran gerak dasar

dribble di SD Negeri 2Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajran 2012/2013 dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kelompok dan modifikasi alat yang dirancang dengan kreatif dapat memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan tersebut.


(41)

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang sangat besar kegunaannya, karena dapat menjadi penuntun kea rah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahnnya.

Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Jika model

pembelajaran kelompok diterapkan dalam proses pembelajaran bola Tangan, maka dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar dribbledalam bola Tangan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(42)

IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dapat disimpulkan :

1. Dengan menggunakan model kelompok ( model tutor sebaya) dan modifikasi alat bola plastik dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar dribble pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Talang Padang.

2. Dengan menggunakan model kelompok ( model Jig-saw dan tutor sebaya) dan modifikasi alat pembelajaran berupa bola karet dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar dribble pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Singosari Talang Padang.

B. Saran

Berdasarkan manfaat penelitian ini, maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Sebaiknya peneliti dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai literatur untuk mengetahui salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar dribble model kelompok yaitu model tutor sebaya dan jig-saw.

2. Bagi Siswa

Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan pembelajar- an bagi siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan gerak dasardribble model kelompok yaitu model tutor sebaya dan jig-saw.


(43)

3. Sekolah

Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah mengenai penggunaan bola plastik dan bola plastik yang di isi busa sebagai modifikasi bola pada pembelajaran gerak dasar dribble .kelompok yaitu model tutor sebaya dan jig-saw

4. Bagi Program Studi Penjaskes FKIP Unila.

Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai gambaran pengembangan materi bolatangan khususnya pada keterampilan gerak dasar dribblekelompok yaitu model tutor sebaya dan jig-saw.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003 Tes Kebugaran Jasmani Untuk anak Usia Umur 13-15 Tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.

Don R. Krikindal; Joseph j, Gruber; Robert E. Jonshon Wm. C Brown Company Publiser, Dubuque, Lowa, 1980. Measurement and Evaluation for Physical Educators.

Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta

Mc. Clenaghan, Pate Rotella, diterjemahkan Kasiyo Dwijowinoto. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP Semarang Press. Semarang.

Nasution.2008 asas-asas kurikulum.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indenesia. Bandung.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta.

Sitepu. Akor. 2011. Permainan Bola Tangan. Unila

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Surisman. 2010. Permainan Bola Tangan. Unila. _______. 2010. PenilaiPendidikanJasmani. Unila Undang-Undang RI. 2005. Rencana Pembalajaran.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.


(45)

(46)

1

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode kaji tindak dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas atau dilapangan , hal ini karena ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut. 1). Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan yang mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang brmanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2). Tindakan menuju pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk rangakaian siklus kegiatan siswa. 3). Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam penelitian yang lebih spesifik.

Pada penelitian tindakan ini memilii ciri-ciri sebagai berikut : a) praktis dan langsung relevan untuk situasi actual,

b) menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan yang lebih baik,

c) dilakukan melaui putaran-putaran yang berspiral.

Menurut Arikunto (2009: 57) menjelaskan bahwa (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti atau dilakukan langsung oleh guru sendiri yang juga bertindak


(47)

2

sebagai peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajan.

Sedangkan menurut pendapat (Aqib, 2007: 17) Penelitian tindakan kelas (classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada

penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran, adapun manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut :

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

2. Membantu guru berkembang secara profesional

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan (IGK. Wardani dkk, 2006: 1.33)

Menurut Suhardjono (2007: 61) Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan menumbuhkan budaya akademik.

Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.

2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu,


(48)

3

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang

digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi siswa di sekolah. Keunggulan PTK

Dilihat dari sisi pratek pembelajaran di kelas, guru yang paling banyak pengalaman. Guru yang paling tahu, kapan sesuatu harus dimunculkan dan kapan sesuatu harus dicegah. Apa yang diamati oleh para peneliti luar ketika mereka datang ke kelas mungkin hanya merupakan kejadian sesaat yang berakar dari berbagai kondisi sebelumnya, yang tidak mungkin diamati oleh peneliti. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri akan lebih bermakna karena guru dapat menghubungkan hasil pengamatan tersebut dengan berbagai kondisi sebelumnya, serta terkait dengan kebutuhan guru itu sendiri (Wardani dkk, 2006: 16)

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan (observasi) dan tahap refleksi.

Yang dimaksud dengan penelitian yang dilakukan melalui putaran spiral adalah penelitian yang melalui siklus-siklus berikut ini :


(49)

4

Gambar 1. Bagan Model Penelitian Tindakan Suharsimi Arikunto(2007:16) Keterangan gambar :

Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang aoa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Aksi atau pelaksanaan tindakan

Aksi atau pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.

Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.

Refleksi

Refleksi adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Tujuan dari refleksi adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksankan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau


(50)

5

tindakan sesuai rencana guna menentukan rencana yang akan dilaksanakan berikutnya.

B. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus (enam kali pertemuan) kemudian diantara setiap siklusnya direncanakan kegiatan tindakan yang berbeda pada setiap siklusnya, akan tetapi setiap siklus saling berkaitan, setiap proses penelitian merupakan tindakan lanjutan dari siklus penelitian sebelumnya.

Tes awal

Siklus I

a. Perencanaan

1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola

Tangan yang diganti dengan bola plastik model kelompok ( model tutor sebaya) besar terdiridari 8 dan 9 orang.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus pertama.

3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran

dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

b. Tindakan

1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah siswa

dibariskan kedalam 3 syaf secara berhadapan.

2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak

dasar dribblesecara berkelompok model tutor sebaya dengan menggunakan alat pembelajaran bola Tangan yang diganti dengan bola plastik pada siklus pertama.


(51)

6

3. Guru memberikan latihan dribblebergantian dengan bola Tangan yang

diganti dengan menggunakan bola plastik di kelompok masing-masing kemudian mendribble bola dengan jarak lemparan 3, 4, dan 5 meter.

4. Guru dan tutor sebaya mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan memberikan

contoh gerakan yang baik dan benar, kemudian memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribbleyang diajarkan.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bolatangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus pertama disimpulkan dan didiskusikan. Kemudian guru mendiskusikan tindakan untuk siklus kedua berupa mengganti bolatangan yang sesungguhnya dengan bola karet dan ditambahkan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag ke sasaran dalam melakukan dribble. Sebagai perbaikan dari kekurangan yang nampak pada siswa yang terdapat pada siklus pertama, maka menjadi bahan pertimbangan pada siklus kedua.


(52)

7

Siklus II

a. Perencanaan

1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola-

tangan yang diganti dengan penggunaan bola karet dan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag.

2. Model kelompok pada siklus ini yaitu model jig-saw dan kombinasi dengan

model tutor sebaya.

3. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus kedua.

4. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses

pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

b. Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus kedua adalah :

1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah

siswa dibariskan ke dalam 5 syaf secara berhadapan.

2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak

dasar dribbledengan model jig-saw dan model tutor sebaya dengan menggunakan alat pembelajaran bolatangan yang diganti menjadi bola karet dan pada siklus kedua ini ditambahkan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag.

3. Guru memberikan latihan dribblezig-zag bergantian dengan bolatangan

yang diganti dengan menggunakan bola karet dan kun secara berkelompok dengan jarak dribblezig-zag dibuat bervareasi.

4. Guru ketu kelompoknya mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan


(53)

8

kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribbleyang diajarkan.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bolatangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus kedua disimpulkan dan didiskusikan. Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar dribbledalam bolatangan, berapa persen tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa jika telah mencapai 80 prosen ke atas maka penelian ini dilakukan cukup 2 siklus.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Peajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 11 putra dan 14 putri.

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang.


(54)

9

2. Pelaksanaan penelitian

Lama waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian satu setengah bulan dan terdapat 2 siklus, satu siklusnya dilaksanakan 3 kali pertemuan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (penelitian tindakan kelas) disetiap siklusnya. Menurut Freir and Cuning ham dalam Muhajir (1997: 58) Menyatakan “Alat untuk ukur instrument dalan PTK dikatan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi”.Alat ukur itu berupa indikator-indikator dari penilaian ketrampilan gerak dasar dribbledalam bola Tangan, bentuk indikatornya adalah :

F. Teknik Analisi Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan disetiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, persentase dan normative. Teknik penilaian dalam proses pembelajaran menggunakan penilaian kwantitatif untuk melihat kwalitas hasil tindakan di setiap siklus menggunakan rumus sebagi berikut :

% 100   N f

P (Subagio dalam Surisman, 1997)

Keterangan :

P = Persentase keberhasilan

F = Jumlah gerakan yang dilakukan benar

N = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.


(55)

10

Tabel 2. Penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian

Kompleksitas Tinggi

< 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100

Daya Dukung Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

Intake Siswa Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran

Kompleksitas Tinggi

1 Sedang 2 Rendah 3

Daya Dukung Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1

Intake Siswa Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

1 + 3 + 2

9 100 = 66,7 67

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67 % secara perorangan.

2.Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85% siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79). Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi prosentase peningkatan hasil belajar siswa.


(56)

(1)

3. Guru memberikan latihan dribblebergantian dengan bola Tangan yang diganti dengan menggunakan bola plastik di kelompok masing-masing kemudian mendribble bola dengan jarak lemparan 3, 4, dan 5 meter.

4. Guru dan tutor sebaya mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan memberikan contoh gerakan yang baik dan benar, kemudian memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribbleyang diajarkan.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bolatangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus pertama disimpulkan dan didiskusikan. Kemudian guru mendiskusikan tindakan untuk siklus kedua berupa mengganti bolatangan yang sesungguhnya dengan bola karet dan ditambahkan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag ke sasaran dalam melakukan dribble. Sebagai perbaikan dari kekurangan yang nampak pada siswa yang terdapat pada siklus pertama, maka menjadi bahan pertimbangan pada siklus kedua.


(2)

Siklus II

a. Perencanaan

1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola- tangan yang diganti dengan penggunaan bola karet dan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag.

2. Model kelompok pada siklus ini yaitu model jig-saw dan kombinasi dengan model tutor sebaya.

3. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus kedua. 4. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses

pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera. b. Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus kedua adalah : 1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah

siswa dibariskan ke dalam 5 syaf secara berhadapan.

2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak dasar dribbledengan model jig-saw dan model tutor sebaya dengan menggunakan alat pembelajaran bolatangan yang diganti menjadi bola karet dan pada siklus kedua ini ditambahkan kun sebagai alat pembelajaran untuk dribble zig-zag.

3. Guru memberikan latihan dribblezig-zag bergantian dengan bolatangan yang diganti dengan menggunakan bola karet dan kun secara berkelompok dengan jarak dribblezig-zag dibuat bervareasi.

4. Guru ketu kelompoknya mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan


(3)

kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribbleyang diajarkan. c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bolatangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus kedua disimpulkan dan didiskusikan. Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar dribbledalam bolatangan, berapa persen tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa jika telah mencapai 80 prosen ke atas maka penelian ini dilakukan cukup 2 siklus.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang Tahun Peajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 11 putra dan 14 putri.

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri 2 Singosari Kecamatan Talang Padang.


(4)

2. Pelaksanaan penelitian

Lama waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian satu setengah bulan dan terdapat 2 siklus, satu siklusnya dilaksanakan 3 kali pertemuan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (penelitian tindakan kelas) disetiap siklusnya. Menurut Freir and Cuning ham dalam Muhajir (1997: 58) Menyatakan “Alat untuk ukur instrument dalan PTK dikatan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi”.Alat ukur itu berupa indikator-indikator dari penilaian ketrampilan gerak dasar dribbledalam bola Tangan, bentuk indikatornya adalah :

F. Teknik Analisi Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan disetiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, persentase dan normative. Teknik penilaian dalam proses pembelajaran menggunakan penilaian kwantitatif untuk melihat kwalitas hasil tindakan di setiap siklus menggunakan rumus sebagi berikut :

% 100  

N f

P (Subagio dalam Surisman, 1997) Keterangan :

P = Persentase keberhasilan

F = Jumlah gerakan yang dilakukan benar N = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.


(5)

Tabel 2. Penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian

Kompleksitas Tinggi

< 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100

Daya Dukung Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

Intake Siswa Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65 Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran

Kompleksitas Tinggi

1 Sedang 2 Rendah 3

Daya Dukung Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1

Intake Siswa Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

1 + 3 + 2

9 100 = 66,7 67

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67 % secara perorangan.

2.Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85% siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79). Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi prosentase peningkatan hasil belajar siswa.


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN ROUNDERS MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 62

PENINGKATAN GERAK DASAR LEMPAR BOLA MENDATAR DALAM BERMAIN KASTI MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KEDIRI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 49

MELALUI MODIFIKASI ALAT DAPAT MENINGKATKAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND TENISMEJA PADA SISWA KELAS V SDN TALANG SEPUH TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 54

PENINGKATAN GERAK DASAR LEMPARAN MELAYANG DALAM BERMAIN BOLA TANGAN MELALUI MODIFIKASI ALAT DI KELAS VII B SMP PGRI 1TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 63

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII SMP MUHADIYAH TALANG PADANG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI SDN 2 SINARMULYA KECAMATAN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

PENINGKATAN GERAK DASAR DRIBBLE DALAM BERMAIN BOLA TANGAN MELALUI MODEL KELOMPOK DI KELAS VI SDN 2 SINGOSARI KECAMATAN TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 2013

0 4 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI SDN 2 SINARMULYA KECAMATAN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 3 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BOLAVOLI DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VI SDN KALI BENING TALANG PADANG T. P. 2012/2013

0 4 51

MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN DAPAT MENINGKATKAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MENDATAR DALAM BOLA TANGAN KELAS V SDN 1 SEPANGJAYA KEC. KEDATON TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 223