PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN ROUNDERS MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN ROUNDERS MELALUI ALAT

BANTU PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh OKMON

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SD Negeri Pancasila Natar Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan penggunaan alat bantu berupa bola pelastik di isi busa dan karet/tenis bekas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan 2 siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa, dengan jumlah 13 laki-laki dan 11 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan observasi dengan menggunakan instrumen penilaian gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain rounders.

Hasil penelitian menunjukkan: pada temuan awal hanya mencapai ketuntasan 0 % hal ini berarti masih sangat rendahnya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain rounders. Pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu bola pelastik di isi busa yang lebih besar dari bola standart diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 46 %, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal 80 % itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan penggunaan alat bantu bola standart yaitu bola karet/tenis bekas diperoleh hasil ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 83 % hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal. Dari hasil penelitian disimpulkan Pembelajaran gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain rounders dengan menggunakan alat bantu dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul bola kasti pada siswa-siswi kelas V SD Negeri Pancasila Natar Tahun Pelajaran 2012/2013. Implikasinya tanpa menggunakan metode, model, dan pedekatan pembelajaran yang sesuai tidak akan mengalami perubahan yang berarti pada penelitian ini.


(2)

PENINGKATANKEMAMPUANGERAKDASARMENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN ROUNDERS MELALUI ALAT

BANTU PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh OKMON

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012/2013


(3)

Judul Skripsi : PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAINROUNDERSMELALUIALATBANTU

PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Okmon

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013078045 Program Studi : Penjaskes

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing

Drs. Baharrudin, M.Pd Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19620808 198901 1 001


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Okmon

NPM : 1013078045

Tempat tanggal lahir : lampung Selatan 23 Oktober 1964.

Alamat : Pancasila RT 08/RW 04 Kecamatan Natar.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN ROUNDERS MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013”.adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal Juni s.d Juli 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Nopember 2012


(6)

PENINGKATAN KEMAMPUAN

MELAMBUNGDALAM

BANTU PADA

FAKULTAS

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP

DALAMBERMAIN ROUNDERS MELALUI

PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh OKMON

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012/2013

NANGKAP BOLA

MELALUIALAT

PANCASILA


(7)

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan dan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Pendidikan Jasmani perlu semakin ditingkatkan dan di masyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Untuk itu perlu ditingkatkan ketersediaan sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani termasuk para pendidik, pelatih dan penggeraknya dan digalakkan gerakan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.

Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas gerak sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan Pendidikan Jasmani pada jenjang Sekolah Dasar (SD), yaitu peserta didik mampu memahami dan mempraktikkan keterampilan gerak dasar dalam setiap cabang olahraga dengan sederhana secara baik dan benar. Oleh karena itu, materi pembelajaran yang disajikan di SD ke dalam beberapa materi pembelajaran, yaitu permainan bola besar, permainan bola kecil, beladiri, aktivitas aquatik, sena lantai dan pendidikan luar kelas (outdoor).


(8)

Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan.Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikapsportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsangpeserta didik untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan bersifat terpadu.

Perkembangan yang satu berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif.Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep-konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan jasmani ikut andil bagian dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan gerak yang sangat berguna untuk melakukan keterampilan gerak dasar. Untuk merangsang peserta didik dalam melakukan kemampuan gerak tersebut diperlukan sebuah alat. Salah satunya adalah dengan


(9)

menggunakan permainan yang menarik perhatian siswa.Permainan merupakan salah satu materi yang diberikan disekolah dasar.Permainan dapat dikelompokkan berdasarkan, jumlah pemainnya, sifat permain, berdasarkan alat yang dipakai, besarnya bola yang dipakai. Permainan bola kecil di antaranya Rounders, Bola bakar, kasti, kipres dan lain-lainnya.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral. Permainan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama karena karakteristik permainannya yang mengutamakan kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan kemampuan penalaran disamping dapat mengembangkan kemampuan gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Permainan bagi anak-anak merupakan suatu kebutuhan hidup setiap hari sebagaimana kebutuhan terhadap makan dan minum.Pada saat bermain, semua fungsi faal anak dilatih, baik fungsi-fungsi rohani dan fungsi jasmani. Semakin banyak kesempatan anak bermain makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap keperluan hidup dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi yang Penulis lakukan di SD Negeri Pancasilapenulis melihat

penguasaan gerak dasar menangkap bola melambung sebagian besar siswa belum optimal dalam pelaksanaannya.Guru mendemonstrasikan, kemudian siswa menirukan gerakan tersebut secara bergilir.Keterbatasan sarana dan prasaranapembelajaran menjadi kendala klasik dalam pendidikan jasmani. Di sini dapat kita lihat bahwa kesempatan anak untuk bergerak menjadi terbatasi, padahal anak-anak memerlukan ruang gerak yang lebih luas untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan gerak yang sangat bermanfaat untuk melakukan gerak dasar. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi, sehingga siswa tidak bosan/jemu dalam pembelajaran, tentu sangatdibutuhkan variasi-variasi bermainan yang menyenangkan dan menarik minat siswa sehingga


(10)

mereka dapat bermain tanpa beban. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkandan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam meningkatkan gerak dasar.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas

pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan

diberikan kepada siswa, dengan tujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan (1998) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis mengajar 15 tahun di SDN Pancasila dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan menangkap bola melambungpada waktu bermain sering tidak mengenai pemukul, siswa belum menunjukkan kemampuan seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Hal tersebut terlihat masih banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan, di antaranya masih kurangnya koordinasi antara gerakan awal, pelaksanaan dan gerak lanjutan pada saat menangkap bola melambung. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut merupakan hambatan yang sangat berarti untuk tercapainya hasil belajar menangkap bola


(11)

melambungRounderspada waktu bermain, kurang sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermmainRounders.

Rata-rata nilai tidak mencapai standar ketuntuasan minimal (KKM) di kelas V SDN Pancasila yaitu 65. Dari 30 siswa kelas V pada waktu bermain Rounders yang dpat menangkap bola datar hanya 9 dari 30 siswa atau sebesar 30 %, sedangkan yang belum tuntas sebesar 70 % atau 21 dari 30 siswa yang tuntas dalam menangkap bola datar. Dari fakta di atas penulis mencoba mengatasinya dengan memodifikasi bola plastik, kertas, karet agar siswa tidak enggan menangkap bola melambung dalam pembelajaran berlangsung, di samping itu agar tidak banyak yang mengikuti remidial materi gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain Rounders. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas penulis tertarik menindak lanjuti dengan penelitian kaji tindak (PTK) dengan judul

”Peningkatan Gerak Dasar Menangkap bola melambung Dalam Bermain Rounders Dengan Alat Bantu Pembelajaran Untuk Siswa Kelas V SDN Pancasila Tahun Ajaran 2012/2013”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain : 1. Masih kurangnya kemampuan gerak dasar menangkap bola melambungyang ada di SDN

Pancasilauntuk pembelajaran gerak dasar bermain Rounders?

2. Bola yang digunakan yang digunakan dalam bermain Rounders jumlahnya kurang.

3. Masih banyak siswa pada waktu menangkap bolamelambung, bolanya tidak dapat dikuasai dengan baik.


(12)

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah alat bantu bola pelastik dua kali lebih besar dari bola standart yang diisi busa dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain Rounderspada siswa kelas V SDN Pancasila Natar.

2. Apakah alat bantu bola tenis bekas dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain Rounderspada siswa kelas V SDN Pancasila Natar.

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar menangkap bola melambung dengan bola plastic yang diisi busa..

2. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar menangkap bola melambung dengan bola Tenis bekas.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian diatas tercapai, maka hasil yang di harapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar gerak dasar menangkap bola melambung dalam bermain Rounders.

2. Bagi guru Pendidikan Jasmani, merupakan inovasi dan model dari pembelajaran yang

sebelumnya dan meningkatkan rasa percaya diri karena mampu mengembangkan pengetahuan, pengalaman, strategi, peralatan, dan fasilitas pembelajaran.


(13)

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP Unila, sebagai upaya pengembangan alat bantu pembelajaran bagi calon guru.

4. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masuakan dan pertimbangan untuk pembinaan profesionalisme bagi guru penjaskesor disekolah


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi suatu proses mencapai tujuan atau merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Seseorang dikatakan telah

belajar sesuatu kalau pada dirinya terjadi perubahan tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi terampil dalam menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar. Misalnya perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama bukan karena belajar, bayi yang tadinya tidak dapat duduk menjadi bisa duduk. Margaret E. Bell Gredler (1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Menurut A. Tabrani Rusyan (1989: 7), belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian terhadap sesuatu atau

mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112) mengungkapkan Learning is process by wich an activity originates or changed trough trainingg procedurs (wethwr in the laboratory or in the natural environment) as distinguised from changes by factorr not atributable to training. Belajar


(15)

adalahproses perubahan melalui pendidikan yang terbentuk melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di laboraturium maupun di lingkungan.

Suryabrata (2004: 2) Learning accurs when there is a change in a person’s cognitif stucture. Ranah kognitif ialah berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang dipelajari dengan menggunakan sikap, nilai-nilai, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial, serta tingkat penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu, jika seseorang memiliki kecerdasan olahraga maka keterampilanya akan seimbang yang ditujukan dengan psikomotornya atau keterampilannya. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki tiga ciri pokok yaitu: (a) tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual, (b) kemampuan berlaku dalam waktu relatif lama, (c) kemampuan baru diperoleh melalui usaha, Kemampuan manusia yang diperoleh sebagai hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: (1) achievemen merupakan kemampuan intelektual, (2) Capasity, merupakan suatu kemampuan potensial dan (3) atitude atau bakat merupakan kemampuan yang dapat diprediksi.

Slameto (1995: 2) menekankan belajar suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini menunjukkan bahwa segala perubahan tingkah laku individu yang diakibatkan belajar diperoleh melalui pengalaman. Selain itu berkembang pula psikologi belajar lainnya yang menggunakan pendekatan praktek atau eksperimen seperti

koneksionisme.

Thorndike dalam Hamzah (2007: 11) menemukakan bahwa belajar adalah interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon dari 3 domain tersebut. Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan


(16)

sikap. Belajar merupakan perubahan perilaku dan merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara sengaja meliputi keterampilan dan sikap dan pengetahuan baru. Berdasarkan konsep belajar di atas antara lain memberikan penjelasan bahwa untuk memperoleh perubahan tingkah laku dilakukan melalui aktivitas berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu pengalaman. Dengan demikian proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan menghasilkan perubahan-perubahan pada diri siswa, perubahan-perubahan pada sektor kognitif yang diperoleh dari usaha belajar itulah yang disebut kemampuan. Maka berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam suatu proses belajar dapat dilihat dari

kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana; 1996: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Produk dari suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur dengan tes kemampuan belajar yang tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, tetapi juga faktor lain yang berada di luar pengaruh sistem pendidikan, di samping kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi belajar siswa dapat mengukur tinggi rendahnya kemampuan belajarnya yang ditujukan dengan nilai ataupun dapat berupa skill atau keterampilan khususnya di bidang olahraga. Kemampuan siswa yang merupakan perubahan tingkah laku sebagai bukti hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi tertentu.

Bloom dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membuat klasifikasi hasil belajar menjadi 3 dimensi, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, ahli lain Kingsley dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membagi tiga macam hasil belajar yaitu meliputi (a) keterampilan dan kebiasaan, (b)

pengetahuan dan pengertian, dan (c) persepsi dan cita-cita. Hasil belajar itu berasal dari tiga sumber: (a) pelajarannya, (b) filosofi pendidikan dan pembelajaran, (c) karakteristik siswa.


(17)

Namun biasanya kemampuan seseorang hanya diukur dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran saja tanpa melihat prosesnya. Sedangkan kemampuan seseorang secara luas dapat meliputi: (a) kepandaian dan kebiasaan, (b) kemampuan sosial, dan (c) berpikir abstrak dan kreatif.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2004: 27)

Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” yaitu: 1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial, 2) Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatip lama, dan 3) Perubahan itu terjadi karena usaha. Belajar adalah berubah atau perubahan. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari sederhana menjadi kompleks dan selanjutnya. Masalah belajar merupakan masalah manusia, oleh karena itu untuk mengupas masalah belajar dapat didekati dengan berbagai macam cara pendekatan. Ahli fisiologi, ahli pendidikan, ahli biofisika, pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani, mempunyai cara pendekatan yang berbeda-beda dalam mengupas masalah belajar.

Manusia sebagai mahluk psiko-bio-sosial-kultural, mengalami berbagai masalah yang

menyangkut kehidupanya. Upaya mengatasi persoalan hidupnya, membuat manusia bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa. Pengalaman dalam menghadapi masalah kehidupan, akan mendorong manusia untuk beradaptasi dan mengalami perubahan. Proses


(18)

adaptasi tersebut merupakan sebagian dari proses belajar. Bergerak merupakan bagian dari persoalan hidup.

Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mangantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil . Schmidt (1998: 346) mendefinisikan: motor learning is a set of processes associated with pratice or experience leading to relatively permanent changes in the capability for responding..

Selanjutnya untuk memahami perilaku gerak (motorik) dapat didekati dengan Pendekatan psikologis. Hal ini dimungkinkan karena proses belajar gerak atau keterampilan bukan semata-mata karena gejala neuro-fisiologis. Dalam proses belajar, faktor mental ikut berpengaruh. Proses belajar melibatkan berbagai faktor jiwa dan raga sebagai satu kesatuan.

Menurut Oxendine seperti yang dikutip oleh Lutan (1999: 122) mengklasifi- kasikan teori belajar gerak berdasarkan Pendekatan psikologis dibagi menjadi dua kategori utama yaitu kelompok teori asosiasistimulus-respon dan teori kognitif. Selanjutnya menurut Guthrie yang dikutip oleh Lutan (1999: 122), drill berguna untuk memperlancar siswa melakukan lebih banyak respos yang tepat dan benar. Belajar menurut kelompok teori kognitif adalah pembelajaran

mengorganisasikan rangsang atau persepsinya kedalam suatu pola atau bentuk secara

keseluruhan. Menurut Oxendine dikutip Lutan, ada tiga hal penting dari aktivitas pembelajaran untuk mengolah rangsang yang diterimanya, yaitu; pertama, menghubungkan satu rangsang dengan yang lain; kedua, merumuskan sementara tentang kaitan antara cara (alat) dan tujuan;

ketiga, berprilaku untuk mencapai tujuan. Belajar gerak menurut teori ini, adalah bahwa suatu keterampilan cabang olahraga dilakukan secara keseluruhan dari sikap awal sampai sikap akhir.


(19)

Siswa atau pebelajar mencoba untuk mengkaitkan bagian-bagian dari teknik lempar lembing melaui persepsinya terhadap bagian-bagian teknik tersebut.

Meskipun kedua kelompok teori belajar tersebut memiliki perbedaan, namun juga memiliki beberapa persamaan. Kelompok teori koneksionisme lebih menekankan atau mementingkan unsur stimulus dan respons, sedangkan kelompok teori kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar itu sendiri dalam mengorganisasikan rangsang. Dengan kata lain kelompok kognitif memandang interpretasi pebelajar terhadap rangsang sangat penting, dan kelompok koneksionisme

memandang kaftan antara stimulus dan respons yang penting. Dalam penerapannya. Kedua teori tersebut saling mengisi kekurangan masing-masing.

Pendapat tentang belajar dikemukakan juga oleh Singer (1980: 1), yang menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam belajar gerak,yang bergerak dan beroperasi secara dinamis. Ketiga komponen tersebut yaitu pebelajar, aktivitas, dan situasi atau kondisi lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi untuk menghasilkkan perubahan perilaku. Belajar mengakibatkan perubahan dalam diri pribadi dan selalu terefleksi dalam perilaku yang dapat diamati. Perubahan tersebut secara relatif permanen sebagai konsekuensi dari pengalaman atau latihan.

Belajar gerak dalam pandangan tersebut nerupakan perubahan tingkah laku dalam domain psikomotor (kterampilan) merupakan perubahan tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi anak yang terampil dalam menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun


(20)

tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar.

1. Belajar

Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Diantara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar disatu pihak dan siswa belajar dilain pihak. Keduanya menunjukkan aktifitas yang seimbang, hanya berbeda peranannya saja, (Oemar Hamalik, 2004: 54)

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Persoalan pembelajaran memiliki beberapa lingkup pembelajaran di antaranya komunikasi, motivasi dan poduktifitas (Barbara,1994: 89). Metode dan teori pegelolaan banyak diaplikasikan pada bidang pengelolaan dan sumber maupun secara lebih luas dalam mengelola perubahan. Pengelolaan tersebut dapat berupa kondisi siswa maupun sumber belajar, perpustakaan, sarana dan lain-lain.

Pembelajaran Olahraga adalah proses penguasaan psikomotor yang memerlukan keterampilan gerak. dimana terjadinya pembelajaran dapat melalui serangkaian proses yang terjadi secara alamiah dan formal. Teknologi pembelajaran berkembang secara konsisten melalui teori dan praktek. Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek. Sehingga


(21)

teori-teori yang ada dapat digunakan sebagai panduan dalam pengembangan khususnya di kawasan pengelolaan bidang pendidikan. Elemen-elemen yang mungkin berhubungan dengan aplikasi dan praktek pembelajaran yaitu jenis pelajaran, sifat dan karakteristik pebelajar, organisasi dimana berlangsung pembelajaran yaitu sekolah, kemampuan sarana yang tersedia dan keahlian para guru.

2. Mengajar

Menurut Slameto (1995: 30) mengajar merupakan membimbing siswa dalam proses belajar. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid tetapi guru juga harus berusaha agar siswa mau belajar karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu menyiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa dan guru juga harus memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar mau belajar. Disinilah letak kerumitan pembelajaran bagi seorang guru.

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Para ahli telah merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.


(22)

Menurut Oemar Hamalik (2003) “Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa”. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan“.

B. Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat

kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.Rusli (1998) mendefinisikan gerak

lokomotor adalah ”gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. gerak non lokomotor” adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya

membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan


(23)

tangan atau bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.

C. Tahap Pembelajaran Gerak

Fitts dan Donsor mengemukakan bahwa proses keterampilan gerak terjadi dalam tiga tahap belajar, yaitu:

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar gerak. Pada tahapan ini, diberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan dan bagaimana gerak itu di lakukan. Oleh karena itu, kemampuan kognitif sangat berpengaruh pada tahap ini.

Pada tahap ini, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi yang didiberikan bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal ialah informasi yanng berbentuk penjelasan dengn menggunakan kata-kata. Disini indra pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan.

Instruksi, demonstrasi, film clips dan informasi verbal lainnya secara khusus memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang. Contoh, beberapa keterampilan mempunyai ketentuan yang sama, sehingga perolehan informasi sebelumnya dapat digunakan untuk pengajaran yang baru. Juga, beberapa bentuk gerakan yang sudah dipelajari sebelumnya dapat disesuaikan dengan


(24)

keterampilan yang diinginkan dan menjadi pijakan bahan pengajaran selanjutnya. 2. Tahap Fiksasi/Asosiatif

Tahap fiksasi disebut juga tahap tengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah mampu melakukan gerakan dalam rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktikan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi efisien, lancar, sesuai dengan keiinginannya dan kesalahan gerakan semakin berkurang.

Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, peserta didik perlu tahu kesalahan yang diperbuatnya. Peserta didik membutuhkan motivasi dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu sudah benar atau salah melalui pemberitahuan yang dilakukan oleh orang yang mengamatinya.

Dari pengetahuan tentang kesalahannya itulah peserta didik perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan kesalahan selama mempraktikkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengetahui kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan pengusaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktik berulang-ulang.

Pada tahap ini, sudah merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu yang sangat penting untuk menguasai berbagai gerak keterampilan. Setelah rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik, maka peserta didik dapat melanjutkan ketahap belajar otomatisasi.


(25)

Tahap otomatisasi dapat dikatakan sebagai tahap akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan secara otomatis tanpa terpengaruh waluapun pada saat melakukan gerakan itu peseta didik harus memperhatikan hal-hal lainnya selain gerakan yang dilakukan. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efisien dan efektif.

Untuk mencapai tahap ini, diperlukan praktik berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai tahap otomatisasi kelancaran dan kebenaran gerakan masih bisa ditingkatkan, namum peningkatannya tidak lagi secepat pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya diperlukan ketekunan.

D. Periode Perkembangan Gerak Dasar untuk Anak SD 1. Fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun

Anak usia 2-7 tahun pada dasarnya sedang mengalami masa pertumbuhan, mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi dan meniru yang lain. Fase perkembangan gerak dasar ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Tingkat awal, merupakan awal dari munculnya kesadaran anak akan pola gerak dasar, meskipun perpaduan dan koordinasi geraknya masih belum sempurna.

b. Tingkat dasar, merupakan proses menuju pematangan ke arah pola

gerak dasar. Kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk, sehingga gerak koordinasi sudah mulai lebih baik daripada tahap sebelumnya.

c. Tingkat kematangan, merupakan tahap pematangan gerak dasar yang ditandai dengan semakin efisiensinya koordinasi gerak yang dilakukan. Biasanya, anak yang berada


(26)

pada fase ini, sudah layak untuk mendapatkan bentuk-bentuk gerak yang lebih kompleks lagi.

2. Fase transisi usia 7-10 tahun

Pada masa ini, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan menerapkan keterampilan gerak dasar yang terkait dengan performanya dalam aktivitas jasmani. Pada fase ini, kemampuan gerak dasar dikembangkan dan diperhalus dalam situasi bermain dan situasi olahraga kecabangan. Ketermapilan berolahraga pada masa transisi merupakan suatu penerapan sederhana dari gerak dasar, menuju bentuk-bentuk gerakan yang lebih komplek dan spesifik.

3. Fase spesifikasi usia 10-13 tahun

Pada usia 10-13 tahun anak sudah dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang sangat disukainya. Secara umum, mereka sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Atas dasar pertimbangan pada faktor fisik, kognitif dan budaya, mereka memilih untuk lebih mengkhususkan pada salah satu cabang yang dianggap dapat dilakukan. Mereka sudah mulai bisa memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

E. Hakikat Bermain

Huizinga mendefinisikan bermain sebagai aktivitas bebas yang dilakukan tidak sungguh-sungguh, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta aturan-aturan tertentu. Siendentop, menyatakan bahwa bermain merupakan dunia bagi kehidupan anak-anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Sudono (2010:1)


(27)

Buitendyk menyebutkan prisip-prinsip yang terdapat dalam permainan yaitu:  Kita bermain dengan suatu barang atau seseorang;

 Kemungkinan bermain banyak sekali, tetapi ada batas-batas yang menentukan yaitu aturan-aturan dan lapangan/tempat;

 Dalam permainan terdapat suatu klimaks, mula-mula dari lemah kemudian semakin lama semakin kuat dan turun menjadi lemah kembali; dan

 Ada pertukaran antara ketegangan dan kekendoran.

Selain berguna sebagai media untuk pembentukan gerak, sebagian besar para ahli psikologi meyakini bahwa bermain merupakan dasar bagi pembentukan perilaku dimasa anak-anak , sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisiknya.

F. Pengertian Bermain dalam Pendidikan Anak

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Menurut Mayke dalam Sudono (2010:3) menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak yang dapat memberikan dampak yang positif untuk seluruh aspek perkembangan anak. Dengan bermain kita dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak


(28)

untuk bereksplorasi sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah.

G. Sumber Belajar dan Alat Permainan

1. Pengertian Sumber Belajar dan Alat Permainan

Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar, narasumber, benda atau hasil-hasil budaya. Sudono (2010:7) Sedangkan alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan

oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti mengelompokkan, menyempurnakan suatu desain, atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Sudono (2010:7)

2. Fungsi Sumber Belajar dan Alat Permainan

Menurut Sudono (2010: 7-9) Sumber belajar berfungsi untuk memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber atau tempat. Selain itu sumber belajar juga berfungsi untuk meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lainnya Sedangkan alat permainan berfungsi untuk mengenali lingkungan mengenal lingkungan dan membimbing anak untuk mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya. Sudono (2010:8)

H. Teori Bermain


(29)

Berbunyi bahwa tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu menuntut jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan.

b. Teori Rekreasi dari Lazarus

Permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan oleh orang-orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan kembali jiwa dan raganya.

c. Teori Persiapan atau latihan

Memandang bermain sebagai latihan manusia sebelum dewasa untuk mempersiapkan beberapa fungsi-fungsi keperluan hidup. Berdasarkan beberapa pendapat ahli ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dengan sukarela untuk bersenang-senang atau rekreasi dan persiapan atau latihan di dalam mempersiapkan kehidupan bermasyarakat.

I. Manfaat Bermain Bagi Anak

1. Di pandang dari sudut kesehatan

Tiap manusia memiliki naluri untuk bergerak, terlebih untuk anak-anak yang memiliki naluri untuk bergerak sangat besar. Gerakan itu sangat berguna untuk fungsi-fungsi jasmani dan rohani. Bergerak sama pentingnya dengan mekan, minum, tidur. Melarang anak bergerak artinya menahan, merintangi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

Bergerak dalam permainan yang dimainkan dalam suasana gembira mempunyai pengaruh yang baik bagi organ-organ dalam yang mendorong pertumbuhan. Oleh karena itu,


(30)

suasana gembira dalam latihan-latihan dan permainan-permainan harus selalu diusahakan oleh guru.

Dalam permainan anak banyak sekali bergerak, ini mempunyai pengaruh yang baik terhadap peredaran darah dan pernafasan. Luas pernafasan diperbesar, ruang dada diperbesar kesemua jurusan sehingga paru-paru berfunngsi lebih baik. Semua alat-alat pernfasan menjadi terlatih , jantung pun menjadi lebih kuat memompa darah keseluruh tubuh. Karena permainan dan latihan tesebut maka organ tubuh kita berfungsi lebih baik dan pada gilirannya akan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.

2. Dipandang dari sudut pendidikan

Anak-anak itu senang bemain, permainan itu dilakukan dengan gembira. Oleh karena itu, segala sesuatu yang diajarkan pada waktu itu dapat ditangkap dengan baik. Ahli-ahli pendidikan menganjurkan supaya permainan menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani dan rohani.

J. Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa sosialisasikan ke dalam aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga.

Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan

jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan mental. Hal ini sesuai pendapat Wirjasantosa (1984: 30) yang mengartikan pendidikan jasmani ialah suatu susunan kegiatan manusia yang direncanakan


(31)

untuk merancang dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan dan pembentuk watak serta nilai dan sikap bagi warga negara sebagai kelengkapan dari pendidikan.

Lebih jauh Wirjasantosa (1984: 30) menjelaskan bahwa tujuan akhir dari pembelajaran olahraga menuju kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani meliputi kekuatan dan kesegaran,

keterampilan permainan olahraga, menghindari sikap buruk. Sedangkan rohaninya adalah membina rasa percaya diri, mengembang- kan kehalusan budi, memperkuat harga diri dan memberikan kepuasan serta kegembiraan.

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan upaya mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran pendidikan jasmani. Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah belajar dan mengajar. Untuk memahami hakikat Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan pemahaman tentang belajar, terutama belajar gerak (motorik), pembelajaran pendidikan jasmani, dan perkembangan kemampuan motorik.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting diberikan mulai dari usia prasekolah sampai perguruan tinggi, yang tidak terlepas dari pendidikan lainya. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani, seperti semboyan olahraga mensana incoperensana artinya di dalam tubuh yang sehat terletak jiwa yang waras. Bahkan keberhasilan berbagai pendidikan mudah dicapai apabila pendidikan jasmani dilaksanakan sebaik-baiknya di sekolah. Selanjutnya pendidikan jasmani merupakan satu-satunya


(32)

pendidikan yang peduli terhadap, nilai-nilai sportivitas, fair play, kejujuran, kerjasama dan merangsang tumbuh kembangnya jasmani anak.

Menghindari salah pengertian terhadap pendidikan jasmani, perlu kiranya dijelaskan bahwa pendidikan jasmani diajarkan disekolah bukan hanya mata pelajaran gerak badan saja, melainkan pendidikan yang erat sangkut pautnya dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani saja. Karena disebutkan bahwa keadaan jasmani anak tidak terlepas dari rohani akan tetapi malah saling mempengaruhi dengan keadaan rohani manusia, dan juga telah dikatakan bahwa pendidikan jasmani itu sebenarnya merupakan pendidikan keseluruhan atau kepribadian, maka tidak

mengherankan jika pendidikan jasmani juga besar sekali gunanya dalam pembentukan rohani anak. Berkaitan dengan hal tersebut di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2006: 25), mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dinyatakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan, berfikir kritis, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang

direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif


(33)

bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fifik, mental, emosi, sosial dan moral.

K. Permainan Rounders

Roundersberasal dari bahasa Belanda, termasuk dalam jenis olahraga permainan dengan menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Rounders adalah pemain beregu (tim) yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak pemukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Rounders dimainkan khusus oleh anak-anak putra saja atau oleh anak-anak putrid saja. Permainan Rounders dimainkan di atas lapangan rumput yang rata yang berbentuk empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya kurang lebih berbanding 1 : 2. Di atas lapangan terdapat sebuah tiang hinggap untuk pertolongan pelari disebut tiang pertolongan, dan 2 buah tiang hingga bebas yang terdapat pada bagian akhir lapangan disebut tiang bebas. Dalam permainan Rounders ini dipergunakan alat pemukul bola dibuat dari kayu, disebut


(34)

kayu pemukul, dan bola kecil. Bagi anak-anak pemula yang baru belajar dapat memakai bola tenis, sedang bagi anak-anak yang sudah mahir atau telah menguasai permainan Rounders digunakan bola khusus untuk Rounders. Permainan dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh 3 orang pembantu wasit dan seorang penulis nilai. Pemain regu pemukul setelah memukul bola berusaha segera lari ke tiang bebas dengan melalui tiang pertolongan lebih dulu atau langsung lari ke tiang bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat untuk mendapat nilai. Sebaliknya pemain regu lapangan berusaha menggagalkan usaha pemain pemukul untuk mendapat nilai dengan menangkap bola yang dipukul oleh pemain pemukul dan melempar atau menembak pelari dengan bola atau menghanguskan ruang bebas dengan bola pada waktu ruang bebas kosong (belum ada pelari yang masuk ruang bebas) untuk menggantikan menjadi pemain pemukul. Antara regu satu dengan regu lainnya saling berusaha untuk menjadi regu pemukul. Adapun tujuan dari masing-masing regu atau kedua belasan adalah berusaha untuk mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Permainan Rounders ini dilakukan 2 babak, anatara babak pertama dan babak kedua dengan diberi waktu untuk istirahat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang sampai akhir permainan atau akhir pertandingan lebih banyak mengumpulkan nilai.

L. Gerak Dasar Menangkap Bola Melambung

Menangkap bola merupakan cara yang harus dikuasai oleh pemain regu lapangan, terutama untuk memperoleh nilai tangkap bola dari pukulan lawan dan untuk mematikan lawan dalam bermain. Posisi telapak tangan dalam menangkap bola ada 3 macam :

a. Membentuk kantong : kedua pangkal telapak tangan dan ibu jari saling berdekatan, sedangkan jari-jari yang lain agak renggang. Kedua lengan sedikit diputar ke kiri sehingga tangan kanan berada di atas.

b. Seperti cara a tersebut di atas, tetapi posisi telapak tangan tidak perlu diputar ke kiri, sedangkan ibu jari benar-benar berada di atas.


(35)

c. Posisi telapak tangan seperti saat men-set-up bola pada permainan bola volley. Kedua telapak tangan hamper seluruhnya menghadap kea rah datangnya bola, sedangkan kedua sisi ibu jari dan kedua ujung jari telunjuk saling berdekatan.

Menangkap bola melambung. 1. Sikap permulaan

Seperti pada menangkap bola melambung tinggi. 2. Sikap kedua

Kedua lengan kiri dan kanan sejajar dijulurkan lurus di atas kearah datangnya bola. Posisi pangkal telapak tangan rapat, ujung ibu jari kiri rapat dengan ujung ibu jari kanan, ujung kelingking tangan kiri rapat dengan ujung kelingking tangan kanan, sedang jari-jari yang lain diregangkan dan kedua tangan membentuk mangkuk menunjuk datar kearah datangnya bola.

3. Pada waktu menyentuh tangan semua jari kedua tangan dirapatkan kedua tangan segera ditarik hingga depan dada mengikuti arah jalannya bola, semua otot-otot kendor.

4. Gerak terakhir dari kiri dipindahkan ke depan siap untuk melemparkan bola. M.Alat Bantu Pembelajaran

Alat bantu merupakan alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan. Alat bantu dalam proses pembelajaran dinilai penting karena dengan adanya alat bantu ini maka dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses pembelajaran lebih efektif dan efesien.


(36)

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan menuntut guru agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka seorang guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam Pendidikan Jasmani dituntut agar dapat menciptakan serta menggunakan alat pembelajaran yang dimodifikasi, baik dari segi bentuk ataupun ukurannya, dalam hal tersebut modifikasi berarti proses pengubahan bentuk asli ke dalam bentuk yang lebih sederhana, namun dalam proses pengubahan tersebut tidaklah mengubah fungsi dan keguanaan dari alat yang sebenarnya.

Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada sedikit perbedaan penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat bantu (peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model atau replika yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Menurut Amir Hamzah (1988: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga


(37)

ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia modifikasi adalah pengubahan dan berasal dari kata ubah yang berarti lain atau beda, mengubah dapat diartikan denganmenjadikan lain dari yang sebelumya sedangkan dari arti pengubahan adalahproses,perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan pembaruan. Sedangkan menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah keterbatasan ataupun kurang memadainya sarana dan prasarana yang dimiliki setiap sekolah, maka dengan cara memodifikasi alat pembelajaran yang akan digunakan dapat dijadikan suatu solusi alternatif dari masalah yang dihadapi oleh setiap tenaga pengajar. Dalam hal tersebut proses modifikasi dan alat bantu sangatlah

diperlukanuntuk menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntundalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta didik dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan

membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang lebih tinggi.

Selain itu, menurut Bahagia, Yoyo. Dkk. (2000:1) modifikasi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP (developmentally appropriate practice) artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Oleh sebab itu DAP


(38)

termasuk didalamnya ukuran tubuh siswa harus selalu dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa alat bantu pembelajaran merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya kedalam bentuk yang lebih sederhana dengan tujuan untuk mempermudah peserta didik dalam melakukan

rangkaian pembelajaran gerak yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil

pembelajaran keterampilan peserta didik dalam melaksanakan gerak dasar maupun lanjut yang diajarkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang bermakana efisien, dan efektif.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan alat bantu pembelajaran berupa bola pelastik yang di isi busa, agar lebih menarik bola berwarna –warni. Dua buah bambu dipancangkan sebagai tiang yang tingginya 3,4,5 meterdi ikatkan tali rapia agar bola yang dilemparkan temannya jalannya berupa elips dan parabola. Tujuan tiang pancang di atasnya diikatkan tali rapia agar jalan bolanya melambung. Pada siklus kedua peneliti berencana menggunakan dan bola rounders standart/tenis bekas Dua buah bambu dipancangkan sebagai tiang yang tingginya 4,5 meterdi ikatkan tali rapia agar bola yang dilemparkan temannya jalannya berupa elips dan parabola. Tujuan tiang pancang di atasnya diikatkan tali

rapia agar jalan bolanya melambung, penggunaan alat bantu tersebut bertujuan untuk memotivasi siswa dalam


(39)

Gambar 1.Bola Karet Gambar2. Piring plastik dan bola plastik N. Kerangka Berpikir

Materi Pendidikan Jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, faktual dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh kembangkan secara proporsional, rasional, psikomotorik, kognitif, dan afektif. Agar pencapaian tujuan tersebut, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus

menyenangkan, menggembirakan dan mencerdaskan siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara efektif apabila ada persesuaian dengan proses pertumbuhan, perkembangan dan kematangan. Dan sebaliknya, proses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung dengan baik apabila disertai dengan pembelajaran.

Selain itu, berhasil dan tidaknya proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu guru dan sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani sebagai alat untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar Sekolah. Faktor eksternal yaitu meliputi faktor keluarga, faktor lingkungan dan faktor masyarakat. Jadi, jika disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan siswa SD, maka proses pembelajaran Pendidikan Jasmani yang dilakukan pun harus disajikan dengan bentuk dan pola pembelajaran yang sederhana, karena salah satu tujuan dari proses pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan gerak berbagai macam permainan dan olahraga. Agar tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan dapat terwujud, maka seorang guru


(40)

harus mampu melakukan modifikasi alat pembelajaran ke dalam bentuk yang lebih sederhana, sehingga siswa tersebut dapat dengan mudah dalam hal memahami dan mempraktikkan materi pembelajaran yang diberikan dengan baik dan benar.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan menggunakan modifikasi alat pembelajaran berupa bola plastik dan bola karet. Dari segi kegunaannya, kedua jenis bola tersebut memiliki karakteristik ukuran yang lebih ringan dibandingkan dengan alat pembelajaran bola Rounders yang sebenarnya sehingga alat tersebut tergolong sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan diri siswa sekolah dasar. Selain lebih ringan, jenis bola tersebut mudah didapatkan dan memiliki harga yang relatif murah sehingga guru dapat menyiapkan alat pembelajaran tersebut dengan jumlah yang banyak. Dengan alat pembelajaran yang memiliki jumlah banyak, diharapkan siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Jika dilihat dari segi kegunaannya, bola plastik yang lebih besar tersebut bertujuan untuk memperbaiki gerakan tangan siswa dalam melakukan gerak dasar menangkap bola melambung pada Rounders, sehingga siswa dapat

melakukan menangkap bola melambung dengan baik dan rileks. Sedangkan dengan alat bantu bola tenis bekas diharapkan siswa dapat melakukan gerak dasar menangkap bola melambungRounders

secara keseluruhan dengan rangkaian gerak dasar yang baik dan benar.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis meyakini bahwa dengan menggunakan alat bantu dalam pembelajaran Rounders berupa penggunaan bola plastik yang dua lebih besar diisi busa dan bola tenis bekas dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar menangkap bola

melambung dalam bermain Rounders.


(41)

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumus- kan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: “Dengan alat bantu bola pelastik besarnya dua kali bola standart dan bola karet/tenis bekasdapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar menangkap bola melambungdalam bermain Rounders pada Siswa Kelas V SDN Pancasila Natar”.


(42)

1

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan pada Siswa SDN 2 Haduyang Natar.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Arikunto (1998 : 82)

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral Gambar 3. Daur ulang PTK


(43)

2

Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008) a. Perencanaan ( Planning ).

b. Tindakan ( Action ). c. Observasi ( Penilaian ). d. Refleksi

Keterangan gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan.


(44)

3

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. B. Subyek penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Pancasila Natarberjumlah 24 orang. Yang terdiri dari 13 siswa putra dan 11 siswa putri.

C. Tempat dan Waktu.

a. Tempat Penelitian : Di lapangan SDN Pancasila Natar. b. Pelaksanaan Penelitian : September 2012

c. Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan skripsi berlangsung selama kurang lebih 4-6 bulan.

D. Variabel dan Data

1. Variabel:

Menurut (Arikunto, 2006 : 99) variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. yang terdiri dari variabel bebas dan terikat.


(45)

4

variabel Bebas (X) : Alat Bantu Pembelajaran.

Variabel Terikat (Y): Gerak Dasar Menangkap bola melambung dalamRounders. 2. Data:

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini ada 2 jenis data yaitu data sekuder dan primer.

Data Skunderadalah data yang diperoleh bukan dari hasil pengukuran kita sendiri, contohnya dalam penelitian ini jumlah murid yang ada di sekolah ini. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran kita sendiri, contohnya dalam penelitian ini pada waktu pengukuran dan penskoran menggunakan instrument penilaian untuk mendapat data dalam penelitian ini. Data primeryang diskor dan diolah kemudian diterjemah secara normatif sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dan evaluasi. Hasil penelitian ini dijabarkan dengan secara normatif berdasarkan data primer yang diperoleh secara kualitatif berdasarkan instrument penelitian ini. E. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut


(46)

5

1. Siklus Pertama a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan bola dan alat bantu ukuran bola diperbesar dan di isi busa untuk pelaksanaan proses pembelajaran sebanyak 30 buah.

3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

4. Mempersiapkan/mengarahkan siswa untuk pebuatan alat bantu untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3bersyaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir

menangkap bola mendatar.

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh rangkaian gerak dasar menangkap bola melambung Rounders, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan menggunakan alat bantu bola plastik yang diisi busa.

4. Diberikan pengulangan gerak dasar menangkap bola melambung Rounders secara sebanyak-banyaknya..

5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan, setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan observasi atau penilaian.


(47)

6

c . Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi di analisis dan disimpulkan untuk perencanaan siklusberikutnya. 2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.

2. Siklus Kedua a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran/RPP gerak dasar menangkap bola melambung.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar menangkap bola melambung. 3. Menyiapkan alat bantu bola karet/tenis bekas sebanyak siswa yaitu 24 buah.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera)

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua. b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf berhadapan.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerakdasar menangkap bola melambung menggunakan bola tenis bekas.


(48)

7

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh cara melakukan pembelajaran gerak dasar menangkap bola melambung dengan benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaannya, akhir dalam menangkap bola melambung.

4. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar berulang sampai benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan menangkap bola melambung.

5. Dalam proses pembelajaran jika ada siswa yang salah melakukan gerak dasar menangkap bola melambung mulai posisi tangan, kaki, dan gerak lanjutannya dilakukan perbaikan berulang-ulang sampai bisa melakukan cara menangkap bola mendatar yang baik dan benar.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes pada gerak dasar menangkap bola melambung dalam Rounders dievaluasi dan hasil siklus ke-2 apabila telah mencapai ketuntasan 80 % hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus ke-2, jika belum mencapai 80 % penelitian ini akan dilanjutkan siklus

berikutnya yaitu siklus ketiga. E. Instrumen Penelitian


(49)

8

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK dikatakan valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi dalam proses pembelajaran. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu di uji cobakan dan di hitung validitas dan reliabelitasnya.

Instrumen Penilaian Psikomotor Gerak Dasar Menang Lambung Dalam Rounders

Nama :

Kelas :

NO

DESKRIPTOR PENILAIAN 1 SKOR 2 3 1 Persiapan:

1. Berdiri menghadap ke arah lemparan bola yang melempar2. Posisi kaki sejajar, lutut kaki ditekuk.

3. Kedua tangan dicung kedepan atas seperti mangkok

4. Jari tangan kedua ibu jari dan kelingking berdekatan sedang jari yang lain direnggangkan.

5.Usahakan selalu dibawah bola yang datang. 2 Pelaksanaan

6. Usahakan selalu berada di bawah datangnya bola yang melambung 7. Pada waktu menyentuh tangan semua jari kedua

tangandirapatkan/dikatutupkan.

8. Kedua tangan segera ditarik hingga depan dada mengikuti arah jalannya bola.

9. Lengan dalam keadaan rileks pada saat menangkap bola. 3 Sikap Akhir

10. Gerak terakhir dari kiri dipindahkan ke depan siap untuk menangkap bola yang datang berikutnya.

**) di Adopsi dari Surisman (Buku Permainan Bola Kecil. 20010 : 122-123.) Keterangan : Nilai

1 : Gerakan Salah atau deskriptor tidak tampak/terlaksana 2 : Gerakan cukup atau sebahagian deskriptor tampak/terlaksana


(50)

9

3: Gerakan Baik atau semua deskriptor tampak/terlaksana P.Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis dengan perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997) Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. N: Jumlah siswa yang mengikuti tes.


(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dengan menggunakanalat pembelajaran bola rounders berupa bola plastik yang diisi

busa dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar menangkap bola

melambung dalam Rounderspada siswa kelas V di SD Negeri Pancasila, Kecamatan Natar Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Dengan menggunakanalat bantu pembelajaran Rounders berupa bola karet/ tenis dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar menangkap bola melambung dalam Rounderspada siswa kelas V di SD Negeri Pancasila, Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Saran

Berdasarkan manfaat penelitian yang diajukan penulis, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Sebaiknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi kemajuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar gerak dasar menangkap bola melambung dalam Rounders.


(52)

a. Bagi sekolah, ada baiknya jika penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat bagi perkembangan peserta didik kearah yang positif .

b. Bagi siswa, ada baiknya jika penelitian ini dimanfaatkan oleh siswa dalam upaya meningkatkan kemahirannya dalam mengikuti permainan olah raga menangkap bola melambung dalam Rounders.


(53)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bola Standart ... 37 2. Bola Pelastik ... 37 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas ... 41


(54)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Hakikat Belajar ... 9

B. Keterampilan Gerak Dasar ... 19

C. TahapPembelajaranGerak ... 19

D. PeriodePerkembanganGerakDasarUntukAnakUsia SD ... 22

E. HakikatBermain ... 23

F. PengertianBermaindalamPendidikanAnak ... 24

G. SumberBelajardanAlatPermainan ... 25

H. TeoriBermain ... 26

I. ManfaatBermainBagiAnak ... 27

J. PendidikanJasmani ... 28

K. PermainanRounders ... 31

L. GerakDasarMenangkap Bola Melambung ... 32

M. Alat BantuPembelajaran ... 33

N. KerangkaBerfikir ... 37

O. Hipotesis ... 39

III. METODOLOGI PENELITIAN... 40

A. Metode Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... 42

C. Tempat Dan Waktu ... 42

D. Variabeldan Data ... 43

E. Rancangan Penelitian ... 43

1. Siklus I ... 44

2. Siklus II ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 47


(55)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. HasilPenelitian ... 49

B. Pembahasan ... 52

C. RefleksiMenangkap Bola Melambung... . 53

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(56)

49

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-viisual. PT. Gramedia. Jakarta

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta. Priyono, Dwi. dan Surisman. 2005. Efektivitas Modifikasi Gerak Dasar Atletik Melalui

Modikasi Gerak Dasar pada Mahasiswa Penjaskes. Unila Tahun 2005

Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sukintaka. 2004. Permainan dan Metodik I. PT Rineka Cipta.

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.

Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung. Surisman, 2010. Permainan Bola Kecil . Universitas lampung..


(57)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(58)

MOTTO

“Belajar di waktukecilibarat/sepertimenulis di

atasbatu,

belajarsetelahdewasaibarat/sepertiMenulis

diatas air”

By Okmon

“ Bakat hanya satusetengah persen dalam

diriku,,selebihnya adalah keuletan

dantekun...

( Simer)


(59)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya

serta karunianya.Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan karya

terbaik ini kepada;

1.

Ayah Rasikun (Alm) dan dan ibuku tercinta yang tiada

henti-hentinya selalu mendoakanku memberikan cinta dan kasih sayang.

Terima kasih atas semua pengorbanan yang ananda terima tidak ada

yang dapat ananda berikan semoga Allah membalas semua jasa yang

ayah dan ibu berikan selama ini.

2.

Untuk isteri Sumarni yang tercinta yang sabar dan selalu memberi

semangat dan dorongan yang tiada tergantikan.

3.

Untuk putra - putri ku Yoan, Amel, dan Dimas tersayang yang

selalu memberi semnagat dan selalu berdoa untuk keberhasilanku.

4.

Untuk para Dosen dan Guru-guruku yang terhormat yang telah

membimbing dan memberikan ilmu kepada ku.

5.

Almamaterku Universitas Lampung yang telah mendewasakan dan

mematangkanku serta dapat menjadi orang-orang yang arief dan

bijaksana.


(60)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Nama : Okmon di lahirkan di Lampung Selatan pada tanggal 23Oktober 1964 merupakan anak dari Pasangan ayahanda Rasikun(Alm). Pendidikan formal pertama diawali dengan pendidikan Sekolah Dasar di Tri Kora Kecamatan Jatiagung lulus pada tahun 1980 kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di di Tri Kora Kecamatan Jatiagung Lulus pada tahun 1980 penulis selanjutnya menempuh Pendidikan sekolah Guru Olahraga Negeri Tanjung Karang (Sumur Batu)tamat tahun 1983.

Pada tahun 1989 penulis dianngkat menjadi guru Sekolah Dasar Pancasila di Tri Kora Natar. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan program diploma II (D2) pada Universitas Terbuka di UPBJJ Bandar Lampung pada tahun

2010.Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Penjaskes Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, penulis melaksanakan praktek kegiatan mengajar PKM di SD Negeri PancasilaKecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2011.


(61)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul ”PeningkatanGerakDasarMenangkap bola

melambungDalamBermainRoundersDenganAlatBantu PembelajaranUntukSiswaKelas V SDN PancasilaTahunAjaran 2012/2013”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam

urusan administrasi perkuliahanku.

7. Kepala SDN PancasilaNatar Lampung Selatan yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian

tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis


(62)

(1)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(2)

MOTTO

“Belajar di waktukecilibarat/sepertimenulis di

atasbatu,

belajarsetelahdewasaibarat/sepertiMenulis

diatas air”

By Okmon

“ Bakat hanya satusetengah persen dalam

diriku,,selebihnya adalah keuletan

dantekun...

( Simer)


(3)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya

serta karunianya.Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan karya

terbaik ini kepada;

1.

Ayah Rasikun (Alm) dan dan ibuku tercinta yang tiada

henti-hentinya selalu mendoakanku memberikan cinta dan kasih sayang.

Terima kasih atas semua pengorbanan yang ananda terima tidak ada

yang dapat ananda berikan semoga Allah membalas semua jasa yang

ayah dan ibu berikan selama ini.

2.

Untuk isteri Sumarni yang tercinta yang sabar dan selalu memberi

semangat dan dorongan yang tiada tergantikan.

3.

Untuk putra - putri ku Yoan, Amel, dan Dimas tersayang yang

selalu memberi semnagat dan selalu berdoa untuk keberhasilanku.

4.

Untuk para Dosen dan Guru-guruku yang terhormat yang telah

membimbing dan memberikan ilmu kepada ku.

5.

Almamaterku Universitas Lampung yang telah mendewasakan dan

mematangkanku serta dapat menjadi orang-orang yang arief dan

bijaksana.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Nama : Okmon di lahirkan di Lampung Selatan pada tanggal 23Oktober 1964 merupakan anak dari Pasangan ayahanda Rasikun(Alm). Pendidikan formal pertama diawali dengan pendidikan Sekolah Dasar di Tri Kora Kecamatan Jatiagung lulus pada tahun 1980 kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di di Tri Kora Kecamatan Jatiagung Lulus pada tahun 1980 penulis selanjutnya menempuh Pendidikan sekolah Guru Olahraga Negeri Tanjung Karang (Sumur Batu)tamat tahun 1983.

Pada tahun 1989 penulis dianngkat menjadi guru Sekolah Dasar Pancasila di Tri Kora Natar. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan program diploma II (D2) pada Universitas Terbuka di UPBJJ Bandar Lampung pada tahun 2010.Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Penjaskes Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, penulis melaksanakan praktek kegiatan mengajar PKM di SD Negeri PancasilaKecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2011.


(5)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul PeningkatanGerakDasarMenangkap bola

melambungDalamBermainRoundersDenganAlatBantu PembelajaranUntukSiswaKelas V SDN PancasilaTahunAjaran 2012/2013adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi perkuliahanku.

7. Kepala SDN PancasilaNatar Lampung Selatan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis


(6)

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND LOB BERMAIN BULU TANGKIS MELALUI MEDIA ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V A SD N 2 GUNUG SULAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 23 57

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN ROUNDERS MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD N PANCASILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 62

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 55

PENINGKATAN GERAK DASAR LEMPAR BOLA MENDATAR DALAM BERMAIN KASTI MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KEDIRI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 49

PAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN KASTI DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 43

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENYUNDUL BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 UMBAR KELUMBAYAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 53

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR GULING LENTING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAGI SISWA KELAS V SD N 1 ULU SEMONG ULU BELU TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 39

PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT JAUHGAYA JONGKOK MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V DI SD N 2 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 40

MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN DAPAT MENINGKATKAN GERAK DASAR MENANGKAP BOLA MENDATAR DALAM BOLA TANGAN KELAS V SDN 1 SEPANGJAYA KEC. KEDATON TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 223

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENGGIRING DENGAN ALAT BANTU DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WAY DADI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 52