Kajian Makanan dan Kaitannya dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus Nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN
REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps)
DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH

BENNY HELTONIKA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Makanan dan Kaitannya
dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing
Purbalingga Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang


diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, 23 Februari 2009

Benny Heltonika
NIM B351060061

ABSTRACT
BENNY HELTONIKA. The Studied of food habits for reproduction of
Senggaringan (Mystus nigriceps) on Klawing River Purbalingga Central
Java. Under direction of Iman Supriatna and Ridwan Affandi
Aimed of this research, to known relation between food habits and deposits
energy on some organs (muscle, viresa, adephose fin, heart and gonad) with
reproduction parameters (CF, VSI, AFI, HIS and GSI). The result of stomach
content analisys showed that food composition change with increasing of
maturity, and its indicated by increasing of flesh composition of food. To support
the reproduction, this fish consumpt Pleurocea sp (mollusca). During gonad
development, some parameter which related to reproduction, as well as condition
factor (CF), viscero somatic index (VSI), adephose fin index (AFI), hepato
somatic index (HSI) and gonado somatic index (GSI) had positive correlation

with gonad development. Doposits energy content in each organ contributed to
gonad maturation.
Key word : food habits, deposits energy, reproduction parameters

RINGKASAN
BENNY HELTONIKA Kajian Makanan dan Kaitannya dengan Reproduksi Ikan
Senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah.
Dibimbing oleh IMAN SUPRIATNA dan RIDWAN AFFANDI.
Ikan senggaringan merupakan ikan liar yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Hasil tangkapan ikan senggaringan cenderung mengalami penurunan dari
tahun ketahun (dari tahun 1998 hingga 2002 hasil tangkapan menurun dari 14,3
ton menjadi 8,9 ton) (Putro 2002). Bila hal ini dibiarkan maka kemungkinan jenis
ikan ini di alam akan mengalami kepunahan, sehingga untuk mencegah
kepunahan perlu upaya konservasi. Untuk mengembangkan usaha budidaya ikan
ini, diperlukan proses domestifikasi dan dalam upaya domestifikasi dibutuhkan
antara lain informasi tentang aspek makanan dan reproduksi ikan tersebut di alam.
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang kajian makanan
dan kaitannya dengan reproduksi ikan senggaringan.
Pada penelitian ini dilakukan pengambilan contoh ikan di alam kemudian
dilakukan analsis kebiasaan makanan dengan mengukur index of stomach content

(ISC) dan index of propenderence. Sedangkan untuk mengetahui aspek
reproduksi dilakukan penghitungan indeks-indeks morfoanatomi antara lain
gonado somatic index (GSI), hepato somatic index (HSI), visero somatic index
(VSI), faktor kondisi dan adephose fin index (AFI). Disamping itu juga dilakukan
penghitungan nilai b (hubungan panjang dan berat total tubuh), fekunditas,
diameter telur, juga perkembangan gonad (secara histologis). Data-data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis statistik deskriptif dan komperatif.
Hasil analisis isi lambung menunjukkan adanya kecenderungan ikan
senggaringan untuk meningkatkan jenis makanan hewan untuk menyokong proses
reproduksinya, hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan protein untuk
perkembangan gonad. Selanjutnya ada kecenderungan dalam memenuhi
kebutuhan kolesterol ikan senggaringan meningkatkan konsumsi gastropoda,
Pleurocea sp. Namun belum diketahui seberapa besar kandungan kolesterol
Pleurocea sp sehingga menjadi pilihan bagi ikan senggaringan.
Ikan ini mempunyai tipe mulut sub terminal dan dilengkapi dengan gigi
yang tajam. Ukuran lebar bukaan mulut ikan senggaringan yang diperoleh
berkisar 1-1,9 cm. Rasio panjang intestine dibanding panjang total tubuh berkisar
antara 0.8 - 1.1 dengan rataan 0.9, berdasarkan data rasio usus dan kebiasaan
makanan maka ikan senggaringan termasuk ikan omnivora yang cenderung
karnivora.

Analisis statistik hubungan panjang total dan berat tubuh ikan
senggaringan dalam persamaan hubungan panjang total dengan berat tubuh
menunjukkan bahwa nilai koefesian regresi (b) untuk ikan senggaringan (betina)
perTKG secara berturut adalah 3,069, 3,160, 3,044, 2,757 dan 3,106, hal ini
menunjukkan antara panjang tubuh dan berat tubuh berada pada kisaran nilai
normalnya nilai b (3). Hubungan panjang berat menurut Effendie (2002) nilai b
ini berada pada kisaran 2,4 – 3,5, bila berada diluar kisaran tersebut, maka bentuk
tubuh ikan tersebut di luar batas kebiasaan bentuk tubuh ikan secara umum.
Turkmen et al. (2002), mengungkapkan faktor fisik seperti nilai b diduga
berkaitan dengan kondisi lingkungan, perbedaan umur, persediaan makanan,

perkembangan gonad, penyakit dan tekanan parasit.
Soumakil (1996)
menambahkan, adanya perbedaan nilai b pada ikan karena adanya perbedaan
tingkat kematangan gonad, musim, kesuburan perairan.
Hasil pengamatan faktor kondisi ikan senggaringan untuk setiap tingkat
kematangan gonad menunjukkan bahwa nilai rataan faktor kondisi berkisar antara
0.6925- 0.8264. Peningkatan yang cukup besar itu terjadi pada TKG III dan IV.
Dilihat dari kandungan energi otot dorsal per-TKG, menunjukkan peranan protein
otot dorsal sebagai sumber energi bagi perkembangan gonad.

Nilai kisaran VSI berada antara 2.5467 – 11.4319. Dalam pengamatan
secara visual pada TKG II, III dan IV terdapat lemak intraperitonial, dan lemak ini
paling banyak ditemukan pada TKG III. Jika dilihat dari material energi pada
visera menunjukkan peningkatan, mencapai puncak pada TKG III, hal ini
menunjukkan peranan visera sebagai sumber lemak bagi perkembangan gonad.
Nilai AFI didapat nilainya antara 4.7059 hingga 12.7273. Puncak nilai AFI
berada TKG III. Hal ini erat dengan kandungan material energi pada asephose
fin. Dilihat dari kandungan lemak pada adephose fin, terdapat kontribusi
adephose fin sebagai penyuplai lemak bagi perkembangan gonad.
Nilai HSI berkisar antara 0.6067 sampai 5.2357. Pada TKG III HSI
mengalami kenaikan setelah itu turun kembali pada TKG IV, kenaikan ini erat
kaitannya dengan proses vitelogenesis. Dilihat dari kandungan energi terlihat
uncaknya pada TKG III, hal ini memperkuat jika puncak vitelogenesis pada ikan
senggaringan terjadi pada TKG III.
Hasil pengamatan nilai IGS berkisar antara 0.0189 sampai 14.9830.
sedangkan puncaknya pada TKG IV, begitu juga dengan kandungan material
energi mencapai puncaknya pada TKG IV, hal ini erat kaitannya dengan
keberadaan energi yang telah dimobilisasi dari beberapa organ ke gonad dalam
menyokong proses perkembangan dan pematangan sel telur.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari 25 sampel gonad didapat rataan

nilai fekunditas 20710.34 dengan kisaran antara 3025 – 50018. Jika dilihat dari
hubungan antara panjang total tubuh terhadap nilai fekunditas didapat nilai nilai
koefisien korelasinya (r) sebesar 0.482, hal ini menunjukkan ktidak ada korelasi
antara panjang total tubuh dan nilai fekunditas. Nilai diameter telur berkisar
antara 392.0935 - 604.7016 µm.
Pengukuran kualitas fisika air selama penelitian didapat kedalam tepi
berkisar 0.25 - 1.36 m dan tengah berkisar antara 0.99 - 5.2 m. Kecepatan arus
berkisar antara 0.99 – 5.2 m/s. Kualitas kimia air didapat nilai pH antara 6.5 –
7.5, oksigen terlarut antara 4.2 – 8.4 ppm, alkalinitas berkisar antara 70.56 – 87.49
mg/l dan CO2 bekisar antara 1.76-8.58 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
fisika kimia perairan tersebut sangat mendukung kehidupan ikan senggaringan.

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tertulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr drh M Agus Setiadi

Judul

Nama Mahasiswa
NIM

: Kajian makanan dan kaitannya dengan reproduksi ikan
senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing
Purbalingga Jawa Tengah
: Benny Heltonika
: B351060061

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. drh. Iman Supriatna

Ketua

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA
Anggota

Diketahui
Ketua Mayor
Biologi Reproduksi

Dr. drh. Iman Supriatna

Tanggal Ujian : 23 Ferbruari 2009

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2008 ini adalah reproduksi ikan,
dengan judul “Kajian makanan dan kaitannya dengan reproduksi ikan
senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah”
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yaitu Dr. drh.
Iman Supriatna dan Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA disela kesibukannya masih
bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis dalam penyelesaian karya
ilmiah ini.

Selain itu ucapan terima kasih tersampaikan kepada Dr. Ir. Isdy

Sulistyo atas saran dan bantuannya, kepada teman-teman mahasiswa Unsoed,
bapak Letkol (Purn) Sunarko sekeluarga atas bantuannya, mas Taufik BP dan
teman-teman BRP, staf pengajar mayor BRP, teman-teman Himmpass IPB, Indra,
Rinaldi, Endang, Erlangga, Da Akhyar dan teman-teman yang tidak dapat disebut
satu persatu. Juga kepada guru-guru yang telah mendidik penulis. Karya ini
terutama dipersembahkan buat Bapak dan Ibu, terima kasih atas semua motivasi
dan kasih sayang yang tak pernah putus, juga kepada Harri Novriadi dan Putri

Yanasari (buatlah kedua orang tua kita menjadi bangga dengan jerih payahnya).
Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyokong penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 23 Februari 2009

Benny Heltonika

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 12 Nopember 1981 dari ayah
H. Selamat Antoni dan ibu Hj. Helmi Amd. Penulis merupakan putra pertama
dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari Universitas Riau jurusan Budidaya Perairan
dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis
memilih Mayor Biologi Reproduksi, Departemen Klinik, Reproduksi dan
Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..............................................................................................

xi

DAFTAR TABEL.......................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

xv

DAFTAR ISI
Latar Belakang .....................................................................................
Kerangka Pemikiran .............................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................

1
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Senggaringan (Mystus negriceps) ....................................
Energi Pertumbuhan dan Reproduksi....................................................
Indek Morfoanatomi..............................................................................
Kebiasaan Jenis Makanan ....................................................................
Kualitas Air ...........................................................................................

6
7
12
13
15

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Bahan dan Alat (prosedur penelitian) ...................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Pengumpulan Data (Sampling ikan dan Fisika-Kimia air) ..............
Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh serta Adepose fin..............
Pengukuran Energi Organ Sampel (Analisa Proksimat)................
Struktur Histologis Gonad .............................................................
Pengukuran Fisika dan Kimia Air..................................................
Parameter yang Diamati........................................................................
Analisis Data .........................................................................................

18
18
19
19
19
19
20
20
21
24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................
Kebiasaan Jenis Makanan ..........................................................................
Index Stomach Content (ISC) ...........................................................
Kebiasaan Makanan (IP)....................................................................
Karakter Morfologi Tropik ...............................................................
Aspek Reproduksi ......................................................................................
Perkembangan Gonad........................................................................
Ukuran Pertama Kali Gonad Berkembang ........................................
Deposit Energi Berdasarkan TKG .....................................................
Indek – Indek Morfoanatomi ............................................................
Hubungan Panjang Berat ................................................................
Faktor Kondisi (FK) ........................................................................

25
25
25
26
28
29
29
32
33
36
36
37

Visera Somatic Index (VSI).............................................................
Adephose Fin Index (AFI)...............................................................
Hepato Somatic Index (HSI) ...........................................................
Gonad Somatic Index (GSI) ............................................................
Fekunditas dan Diameter Telur .........................................................
Fisika kimia Air ................................................................................
Pembahasan.................................................................................................

38
38
39
40
41
42
43

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

57

LAMPIRAN................................................................................................

65

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Struktur morfologis gonad ....................................................................

18

2. Morfologi dan histologis ovarium ikan senggaringan ..........................

31

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Bagan kerangka pemikiran....................................................................

4

2. Ikan senggaringan ................................................................................

6

3. Indek kepenuhan isi lambung (ISC) per TKG .....................................

25

4. Indeks kepenuhan isi lambung (ISC) per bulan ...................................

26

5. Komposisi makanan ikan senggaringan per-TKG ................................

26

6. Komposisi makanan ikan senggaringan bedasarkan ukuran ................

28

7. Histologis ovarium ikan senggaringan..................................................

30

8. Hubungan panjang total tubuh dan GSI ikan senggaringan per-TKG ..

32

9. Hubungan tingkat kematangan gonad dan panjang total tubuh ............

33

10. Kandungan energi pada beberapa organ tubuh .....................................

35

11. Nilai faktor kondisi ikan senggaringan per-TKG..................................

37

12. Nilai visero somatik index ikan senggaringan per-TKG.......................

38

13. Nilai adephose fin index ikan senggaringan per-TKG..........................

39

14. Nilai indeks hepato somatik index ikan senggaringan per-TKG ..........

40

15. Nilai gonado somatik index ikan senggaringan per-TKG.....................

40

16. Hubungan panjang total tubuh terhadap fekunditas ikan senggaringan

41

17. Sebaran telur perkelompok ukuran diameter telur ................................

42

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Peta sungai Klawing Purbalingga .........................................................

66

2. Analisa protein ......................................................................................

67

3. Analisa lemak ........................................................................................

68

4. Pembuatan preparat histologi ................................................................

69

5. Indeks isi lambung (ISC) ......................................................................

70

6. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG I .....................................

71

7. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG II ....................................

72

8. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG III...................................

73

9. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG IV ..................................

74

10. Analisa isi lambung ikan senggaringan TKG V....................................

75

11. Analisa isi lambung ikan senggaringan per Ukuran..............................

76

12. Analisa lambung per TKG.....................................................................

77

13. Ukuran pertama kali matang gonad.......................................................

78

14. Energi otot dorsal ..................................................................................

79

15. Energi visera..........................................................................................

79

16. Energi adephose fin ...............................................................................

79

17. Energi hati .............................................................................................

79

18. Energi gonad..........................................................................................

79

19. Lemak intraperitoneal pada ikan senggaringan ....................................

80

20. Hubungan panjang berat ikan senggaringan per TKG .........................

80

21. Nilai faktor kondisi ikan senggaringan per TKG ..................................

81

22. Nilai visera somatik indek per TKG......................................................

82

23. Nilai adephose fin indek per TKG.........................................................

82

24. Nilai hepato somatik indek per TKG ....................................................

82

25. Nilai gonado somatik indek per TKG ...................................................

82

26. Nilai fekunditas ikan senggaringan .......................................................

83

27. Jumlah sel telur per-ukuran diameter telur ikan sneggaringan..............

83

28. Fisika kimia air perbulan .......................................................................

84

29. Nilai indeks morfoanatomi TKG I .......................................................

85

30. Nilai indeks morfoanatomi TKG II .......................................................

86

31. Nilai indeks morfoanatomi TKG III......................................................

87

32. Nilai indeks morfoanatomi TKG IV .....................................................

89

33. Nilai indeks morfoanatomi TKG V.......................................................

91

34. Sungai Klawing saat banjir....................................................................

92

35. Sungai Klawing saat kering (kemarau) .................................................

92

36. Aktifitas di sungai Klawing...................................................................

93

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan senggaringan merupakan ikan liar yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Dalam beberapa tahun ini, ikan ini menjadi perhatian para peneliti untuk
dijadikan bahan riset, karena dimasa mendatang ikan ini diharapkan dapat
dijadikan komoditi budidaya. Hasil tangkapan ikan senggaringan cenderung
mengalami penurunan, sebagaimana yang diungkapkan Putro (2003) bahwa antara
tahun 1998 hingga 2002 hasil perolehan tangkapan di sungai Klawing untuk ikan
senggaringan menurun dari 14,3 ton menjadi 8,9 ton. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh penangkapan yang intensif dan mulai menurunnya kualitas
habitat hidupnya. Jika hal ini dibiarkan maka kemungkinan populasi jenis ikan ini
di alam akan berkurang dan lama kelamaan dapat punah bila tidak dilakukan
upaya konservasi.
Untuk menjaga keberadaan ikan senggaringan diperlukan upaya budidaya,
yang kelak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan-ikan tersebut, serta
mendapatkan stok untuk usaha restoking diperairan umum yang ada untuk
menjaga keberadaan di habitat aslinya. Dalam usaha budidaya diperlukan benih,
untuk melakukan pembenihan perlu diketahui aspek-aspek reproduksinya.
Penelitian terdahulu tentang ikan senggaringan yang dilakukan oleh Sulistyo dan
Setijanto (2002), dan Rukayah et al. (2003), baru dapat menyajikan informasi
terbatas tentang aspek reproduktif (dua bulan dari satu siklus) yakni indeks
morfoanatomi dan fekunditas. Informasi tentang musim pemijahan serta faktor
utama lainnya untuk dapat dilakukannya usaha domestifikasi serta budidaya pada
ikan ini msih perlu dikaji.
Upaya pembudidayaan serta usaha pembenihan ikan ini belum berhasil,
karena masih sering mengalami kegagalan. Lebih lanjut Sulistyo (1998)
menguraikan bahwa informasi lengkap dan utuh tentang siklus reproduksi ikan
bermanfaat untuk penerapan manipulasi pertumbuhan dan reproduksi di
lingkungan budidaya.

Domestifikasi (sebagai konservasi ex-situ) ikan-ikan liar memerlukan
pengetahuan tentang karakteristik ekologi pakan dan perilaku makan (Cahu et al.
2004), serta ritme biologis karena perubahan ekologis (Anras & Lagardère 2004).
Salah satu informasi dasar yang dibutuhkan adalah kandungan deposit energi pada
ikan, sumber energi ini berasal dari makanan maupun pemanfaatan energi yang
ditimbun di beberapa organ dalam bentuk lemak dan protein. Hal ini didukung
oleh pendapat Craig et al. (2000) yang menyatakan bahwa energi baik dari pakan
maupun yang telah ditimbun di dalam tubuh digunakan untuk perawatan tubuh,
pertumbuhan dan reproduksi. Selanjutnya Craig et al. (2000) menyatakan bahwa
selama perkembangan tubuh, lemak, protein dan mineral ditimbun dalam
beberapa bentuk, sedangkan protein dan lemak akan digunakan untuk
perkembangan gonad.
Energi yang diperlukan dalam perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan gonad dan jenis kelamin ikan. Effendie (2002) menyatakan
bahwa selama proses perkembangan gonad sebagian besar hasil metabolisme
tertuju untuk perkembangan gonad. Setiap tingkat perkembangan gonad
memerlukan energi yang berbeda-beda.

Selanjutnya Czesny et al. (2000)

menggambarkan ada hubungan positif antara penimbunan asam lemak dan protein
di tubuh dengan perkembangan telur pada ikan sturgeon.
Li et al. (2009) mengungkapkan untuk menyokong strategi manajemen
budidaya, perlu diketahui kondisi variasi dalam indek kondisi, kebutuhan energi
dan imunitas ikan. Litaay & Silva (2003) menjelaskan pengetahuan faktor waktu
produksi gamet hingga waktu reproduksi serta sumber energi yang digunakan
untuk pematangan gamet sangat berguna untuk perbaikan induk dan menajemen
hatchery menjadi lebih efektif. Sehingga data berdasarkan pada komposisi tubuh
merupakan informasi dasar penting, yang dapat digunakan dalam mengevaluasi
kualitas dan kondisi fisiologi ikan yang dibudidayakan. Selain itu pengetahuan
tentang kondisi ikan di alam dapat menggambarkan kontrol lingkungan dan
fisiologi pertumbuhan dan pemanfaatan pakan sehingga dapat membantu dalam
perbaikan pertumbuhan dan kualitas produk akhir pada budidaya (Craig et al.
2000).

Berdasarkan keterangan diatas maka perlu dilakukan penelitian dasar
tentang aspek reproduksi pada ikan senggaringan (Mystus nigriceps) serta peranan
kebiasaan makanan dan deposit energi dalam menyokong reproduksinya.

Kerangka Pemikiran
Keberadaan ikan dengan adanya reproduksi sangat tergantung dengan
mutu individu induk, perkembangan gonad sangat tergantung dengan asupan
energi yang dibutuhkan sedangkan dalam proses reproduksi ikan akan
memerlukan asupan energi yang cukup besar. Makanan yang dikonsumsi oleh
ikan akan dipengaruhi oleh kebutuhan ikan akan energi, salah satunya adalah
energi untuk perkembangan gonad. Saat ikan melakukan proses reproduksi akhir
(menjelang pemijahan) sebagian ada yang melakukan puasa, untuk sumber energi
perkembangan gonad dan pemijahan itu sendiri berasal dari energi yang dideposit
di dalam tubuh berupa material energi (protein, lemak dan karbohidrat).
Perkembangan gonad didukung oleh energi yang disimpan pada otot dan disekitar
saluran pencernaan (viseral) (Pazos et al. 2003), hati dan viseral (Rukayah et al.
2005). Keberadaan energi yang tersedia sangat tergantung pada asupan pakan
serta kondisi lingkungan.
Pertumbuhan terjadi karena adanya penambahan berat tubuh ikan, hal ini
menunjukkan jika kandungan energi dalam makanan yang dikonsumsi melebihi
kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk maintanance tubuh (Suprayudi et al.
1994). Pada proses pencernaan protein akan dihidrolisa menjadi bentuk asam
amino, lemak pun akan dihidrolisa menjadi bentuk asam lemak dan karbohidrat
dihidrolisa menjadi bentuk glukosa, bagian terkecil dari material akan diserap oleh
enterosit (intracellular digestion) di saluran pencernaan (Affandi et al. 2005).
Dalam pemenuhan kebutuhannya akan energi, material energi ini akan
dikatabolisme sehingga terbentuk ATP sebagai keluaran utama untuk pemenuhan
energi tubuh, kelebihan material energi ini akan dianabolisme menjadi molekul
yang lebih komplek untuk disimpan pada beberapa bagian tubuh (Koolman &
Rohm 2001). Selanjutnya material energi yang dideposit pada beberapa organ
akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan baik somatik maupun
gonad (Gambar 1).

Kebiasaan makanan (komposisi makanan dan
indeks kepenuhan isi lambung) per-tingkat
kematangan gonad (TKG)

Deposit energi pada beberapa organ target (otot,
hati, visseral, gonad dan adepose fin)
Indikator pertumbuhan somatik dan gonad
1. Indek kepenuhan isi lambung (ISC) dan kebiasaan
makanan (IP)
2. Morfoanatomi gonad (GSI), hati (HSI), visceral (VSI)
serta faktor kondisi, nilai b dan indeks adepose fin (AFI).
3. Gametogenesis
4. TKG, diameter telur dan fekunditas
Dasar untuk manipulasi
1. Nutrisi
2. Hormonal dan
3. Lingkungan
Gambar 1 Bagan alur kerangka pemikiran penelitian.
Diketahuinya gambaran kebiasaan jenis makanan dan keberadaan material
energi yang tersimpan pada beberapa organ tubuh, diharapkan dapat
menggambarkan kebutuhan material energi ikan senggaringan dalam menyokong
perkembangan gonad. Berdasarkan data tersebut, diharapkan nantinya dapat
memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya dalam menyokong usaha
budidaya terutama pembenihan baik secara manipulasi internal maupun eksternal.
Internal berupa kualitas pakan dan induk, serta eksternal berupa manipulasi
lingkungan.
Data tentang aspek reproduksi ikan ini secara utuh diharapkan nantinya
dapat memberikan sumbangsih besar guna menjaga kebutuhan ikan ini baik di
alam maupun dalam wadah budidaya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis makanan yang dikonsumsi
dan deposit material energi pada beberapa organ dalam rangka reproduksi ikan
senggaringan (Mystus nigriceps).

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk manipulasi
nutrisi, hormonal dan lingkungan dalam rangka upaya memacu keberhasilan
pengembangbiakkan ikan senggaringan (Mystus nigriceps).

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Senggaringan (Mystus negriceps)
Ikan senggaringan dilihat dari morfologisnya termasuk dalam kelompok
ikan bersungut dari ordo Siluriformes, subordo Siluroidei, famili Bagridae, genus
Mystus, spesies Mystus nigriceps untuk ikan senggaringan (Saanin 1986, Kottelat
et al. 1993).

Gambar 2 Ikan senggaringan (Mystus nigriceps).
Jenis ikan yang termasuk genus Mystus terdapat di perairan umum
Indonesia ditaksir tidak kurang dari 11 jenis. Jenis tersebut selain M. nemurus
adalah M. baramensisi, M. bimaculatus, M. gulio, M. microcanthus, M. nigriceps,
M. olyroides, M. planiceps, M. sabanus, M. wolffi dan M. wyckii (Yustina 2001).
Di India, Mijkherjee et al. (2002) melaporkan beberapa genus Mystus
terancam keberadaannya sebagai akibat eksploitasi berlebih, polusi pestisida di
perairan, penyakit, pemasukan ikan eksotik yang tidak terkontrol, industrialisasi
yang mengganggu habitat, dan pemanfaatan air secara berlebihan
Penyebaran ikan senggaringan meliputi daerah Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Di berbagai daerah jenis Mystus nigriceps dikenal dengan nama ikan
keting, kating atau ingir-ingir dan di Jawa Tengah dikenal dengan nama ikan
senggaringan (Saanin 1986).

Ikan senggaringan merupakan ikan yang bersifat karnivora dan cenderung
menyukai makanan berupa crustacea dan insekta air (Sulistyo & Setijanto 2002).
Karakteristik habitat yang disukai meliputi daerah perairan yang dangkal maupun
dalam, terlindung, berarus lemah (0,08 – 0,16 m/s). Substrat dasar biasanya
berupa campuran pasir, kerikil dan batuan, terkadang ditumbuhi lumut (Sulistyo
& Setijanto 2002).
Rukayah et al. (2003), melaporkan bahwa strategi

reproduktif ikan

senggaringan ditinjau dari fekunditas mutlak berkisar antara 10005 – 39621,61
butir, sedangkan proporsi ukuran diameter telur pada musim kemarau masih
didominasi oleh ukuran 50-100 µm.

Nilai IGS cenderung meningkat dari

9,33±1,67% hingga mencapai 14,72±3,17% saat memasuki perkembangan
ovarium. Peningkatan IGS tersebut juga mengakibatkan penurunan IHS sebesar
6,62% dan IVS sebesar 14,52%.

Energi Pertumbuhan dan Reproduksi
Dalam pemijahan sebagian besar ikan air tawar melakukan pemijahan
pada awal dan pertengahan musim penghujan (Bardach et al. 1972). Puncak
aktivitas reproduksi sering dihubungkan dengan hujan dan banjir atau siklus bulan
(Vlaming, Connell diacu dalam Lam 1983). Hardy et al. diacu dalam Almansa et
al. (1999) mengungkapkan keberadaan asam lemak pada otot dan telur yang
berkembang pada ikan salmon menunjukkan keberadaan asam lemak pakan
setelah dua bulan dikonsumsi ikan.
Tubuh ikan tersusun dari beberapa komponen diantaranya air, protein,
lemak, karbohidrat dan mineral yang dinyatakan dengan abu tubuh. Air dan
protein secara kuantitatif sebagai komponen terbesar (Stickney diacu dalam
Subagyo 2004). Bentuk substrat energi yang dapat digunakan untuk menyokong
aktifitas hidup adalah dalam bentuk protein, lemak dan karbohidrat (Moreau et al.
1992).

Protein merupakan komponen terbesar sesudah air. Ikan mensintesis

protein tubuh dari protein pakan yang bermutu. Kebutuhan protein tubuh antara
lain bergantung pada ukuran tubuh ikan, mutu protein pakan, energi dan
kesuburan perairan. Sedangkan lemak bagi ikan merupakan sumber energi kedua

setelah protein, yang digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan
proses metabolisme (Zonneveld et al. 1991).
Perkembangan gonad didukung oleh material energi yang disimpan pada
otot dan saluran pencernaan (Pazos et al. 2003), hati dan viseral (Rukayah et al.
2005), hati, viseral dan otot (Gelineau et al. 2001). Pematangan gonad sering
dihubungkan dengan penurunan pertumbuhan somatik dan pengambilan makanan,
dapat juga berpengaruh pada penurunan kualitas daging ikan (Damsgard et al.
1999).

Meningkatnya proses reproduksi akan terjadi usaha meningkatkan

produksi anakan dari tiap makanan yang dikonsumsi, proses ini akan
menyebabkan penurunan biaya energi yang diperuntukkan untuk perawatan tubuh
dan pertumbuhan somatik tubuh (Wootton 1985).

Tingkat pertumbuhan dan

penyimpanan energi mesti lebih tinggi selama masa kritis untuk perkembangan
seksual (gonad), ikan yang matang gonad memiliki kadar lemak yang tinggi jika
dibandingkan dengan yang tidak matang ( Silverstein et al. 1999).
Ikan membutuhkan energi yang besar untuk reproduksi baik dalam tingkah
laku maupun pematangan gonad. Setiap spesies ikan terdapat variasi jumlah
energi yang dibutuhkan dalam proses reproduksi seperti mencari tempat bertelur,
migrasi, tingkah laku menarik lawan jenis, cara penjagaan, produksi telur dan
sperma. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah umur, fekunditas, kelulusan
hidup dan frekuensi reproduksi (Moile & Cech 2000). Proses reproduksi biasanya
membutuhkan lebih banyak energi yang bukan saja diperuntukkan untuk produksi
gamet (Miller diacu dalam Wootton 1985).

Lebih jauh Wootton (1985)

mengungkapkan kebutuhan energi ini kemungkinan dipergunakan untuk
perkembangan karakteristik secondary sexsual seperti warna saat pemijahan dan
bentuk morfologi, produksi pheromons dan sekresi lainnya yang juga termasuk
mucus untuk menempelnya telur pada substrat atau untuk membuat sarang.
Semua ini akan membutuhkan energi selain dibutuhkannya energi untuk
perkembangan dan pematangan gamet.

Frekuensi reproduksi tergantung juga

terhadap kebiasaan ikan seperti migrasi ke area pemijahan, pertahanan daerah
pemijahan dari gangguan, tingkah laku pemijahan serta proses pengasuhan dan
kebiasaaan ini tentu membutuhkan energi. Sehingga dapat disimpulkan ada tiga
bagian kebutuhan energi dalam reproduksi yang pertama untuk produksi sexsual

primer yang mencakup produksi telur dan sperma, yang kedua untuk
perkembangan karakteristik sekunder dan ketiga diperuntukkan untuk kebiasaan
reproduksi.
Menurut Xie et al. (1998) total energi dalam tubuh yang digunakan untuk
reproduksi adalah 20,7% untuk ikan jantan dan 23,8% untuk ikan betina. Investasi
energi pada ikan betina akan semakin besar sejalan dengan ukuran tubuhnya. Ikan
dengan ukuran kecil akan menginvestasikan lebih banyak energinya untuk
pertumbuhan (Moile & Cech 2000).
Buwono (2000) menjelaskan bahwa kelebihan energi disimpan dalam
bentuk lemak di dalam perut ikan yaitu di dalam organ-organ visceral. Lemak
juga dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka
panjang selama periode aktivitas penuh atau selama periode tanpa makan pada
pemijahan (Zonneveld et al. 1991). Cadangan energi umumnya disimpan pada
sekitar organ pencernaan dan otot (Litaay & Silva 2003).
Suatu aspek yang menarik dari reproduksi adalah usaha dan energi yang
berbeda yang dikeluarkan oleh spesies dan sering berhubungan dengan pola
riwayat hidup suatu spesies (Helfman et al. 2002). Usaha reproduktif meliputi
gambaran masukan makanan dan perpindahan material energi menuju gonad,
seperti halnya penggunaan energi somatik untuk pertumbuhan gonad.
Pada ikan betina, kematangan oosit melibatkan mobilisasi atau pengerahan
dari lipid dan protein dari bagian lain dari tubuh ke ovarium. (Helfman et al.
2002). Perpindahan material energi ini akan menentukan keberlangsungan bagi
perkembangan

telur

dan

larva

nantinya,

sebagaimana

Kamler

(1992)

mengungkapkan pada pertumbuhan dan metabolisme larva akan membutuhkan
energi yang berasal dari kuning telur, pada saat ini larva ikan berada dalam
periode endogenous feeding, dan material energi yang berada di dalam kuning
telur sendiri berasal dari deposit yang yang dialokasikan pada saat perkembangan
dan pertumbuhan ovari pada induk.
Kebutuhan energi reproduksi meliputi pengeluaran atau penggunaan
energi selama migrasi reproduktif, mencari pasangan, pemijahan, fertilisasi
internal, dan hal lain yang berkenaan dengan perawatan induk (Helfman et al.
2002). Kepadatan energi, faktor kondisi, dan persentase lipid pada ikan sesudah

pemijahan lebih rendah dibandingkan sebelum pemijahan (Xie et al. 1998),
informasi tersebut menunjukkan bahwa investasi energi yang disimpan digunakan
untuk proses pemijahan.
Aktifitas reproduksi ikan didukung dengan ketersediaan lipid yang cukup
pada makanan terutama dari hewan, dan diperkirakan jika material energi dan
nutrien dimobilisasi dari intraperitoneal fat (IPF) dan hati untuk menyokong
perkembangan reproduksi dan pemijahan ikan (Craig et al. 2000), didapatnya
komposisi yang tinggi pada jaringan dan sel telur, dihubungkan dengan suksesnya
pemijahan dan reproduksi, tingginya lipid pada ikan di alam selama musim panas
diindikasikan jika terjadi biosintesis lipid pada hati untuk menyediakan persediaan
energi yang dapat digunakan untuk perkembangan somatik maupun reproduksi
(Cejas et al. 2003).

Oleh sebab itu induk ikan mesti memakan pakan yang

berkualitas tinggi selama beberapa bulan sebelum musim pemijahan (Almansa et
al. 1999). Lee et al. diacu dalam Rachmawati et al. (2003) menyatakan kadar
lipid tubuh ikan flounder hanya dipengaruhi oleh kadar energi pakan, dimana
kadar lipid tubuh meningkat dengan semakin meningkatnya kadar energi dalam
pakan.
Lemak merupakan bagian dari kimia yang unik dimana semua organism
membutuhkannya untuk hidup. Lemak digunakan sebagai sumber energi yang
utama, penyusun stuktur membran dan hormon (Watanabe 1982). Studi tentang
kebutuhan energi pada ikan yang telah ditunjukkan pada ikan karnivora, seperti
Oncorhynchus,

dimana

mempunyai

keterbatasan

dalam

memanfaatkan

karbohidrat sebagai sumber energi. Lemak mempunyai peranan penting dalam
menyediakan energi, selain itu protein juga memiliki peranan sebagai sumber
energi (Nomura & Davis 2005)
Lemak merupakan elemen penting sebagai sumber energi. Nilai energi
yang terkandung di dalamnya lebih tinggi dari nilai energi protein dan
karbohidrat. Dalam satuan berat yang sama, nilai pengali energi lemak adalah
9,5 kkal/g; protein 5,6 kkal/g dan karbohidrat 4,1 kkal/g dari persen berat
keringnya (Azwar diacu dalam Suryanti 2007), 39,5 kJ/g untuk lemak, 23,6 kJ/g
untuk protein dan 17,1 kJ/g untuk glikogen (Lambert & Dutil 1996). Faktor lain
yang tidak kalah pentingnya, adalah lemak berperan menimbulkan daya apung

telur-telur ikan tertentu sehingga terjamin kualitasnya. Kebutuhan lemak dalam
reproduksi

sangat

bervariasi

antara

spesies

ikan.

Kekurangan

lemak

mengakibatkan protein akan digunakan sebagai sumber energi. Sehingga akan
mempengaruhi aktivitas reproduksi ikan. Kadar lemak yang terlalu tinggi juga
dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi berlebih dalam ovarium sehingga
mengganggu perkembangan gonad dan aktivitas ikan (Azwar diacu dalam
Suryanti 2007)
Pada ikan, protein digunakan sebagai sumber energi dan protein
dibutuhkan untuk pertumbuhan yang maksimal (Gelineau et al. 2001).

Ikan

umumnya menggunakan protein untuk tumbuh bila kebutuhan energi untuk
metabolisme basal dan aktifitas otot telah terpenuhi dari pakan. Namun, bila
energi pakan rendah, protein pakan digunakan sebagai sumber energi Lee et al.
diacu dalam Rachmawati et al. (2003).
Protein merupakan salah satu nutrien yang dibutuhkan ikan dan perlu
dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan optimal. Protein merupakan bahan organik
terbesar pada jaringan ikan, kurang lebih 65 – 85% total dalam berat kering. Ikan
mengkonsumsi protein untuk mendapatkan asam amino yang akan digunakan
untuk sintesis protein baru, pertumbuhan, reproduksi dan mengganti jaringan
yang rusak (Halver diacu dalam Awaludin 2003).
Protein menurut Sachwan (2001) mempunyai tiga fungsi tubuh yaitu: 1)
sebagai zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan yang rusak dan
bereproduksi, 2) sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim
dan mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh ikan dan 3) sebagai zat
pembakar karena unsur karbon yang terkandung dapat difungsikan sebagai
sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan
lemak.
Keberadaan karbohidrat relatif kecil pada komposisi tubuh, penggunaan
karbohidrat dihubungkan dengan ketersediaannya pada pakan. Tingginya kadar
karbohidrat pada pakan umumnya dihubungkan dengan tingginya deposisi lemak
pada tubuh, pada kondisi ini karbohidrat tidak digunakan sebagai sumber energi
namun diubah menjadi lemak (Moreau et al. 1992).

Indeks Morfoanatomi
Pertumbuhan merupakan karakteristik dari setiap makhluk hidup termasuk
ikan. Dalam pertumbuhan terdapat siklus reproduksi dan juga perubahanperubahan yang terjadi baik dari segi morfologi, seperti panjang dan berat serta
anatomi, seperti gonad, hati dan viseral (Helfman et al. 2002).
Indeks morfoanatomi merupakan metode yang dapat dilakukan untuk
memprediksi kinerja reproduktif ikan. Pertumbuhan dan kinerja reproduktif dikaji
melalui pendekatan variabel indeks morfologi berupa gonad somatic index (GSI),
hepato somatic index (HSI), viscera somatic index (VSI) dan faktor kondisi (FK).
Gonado somatic index (GSI) yang disebut dengan indeks gonad somatik,
merupakan suatu perhitungan dalam persen dari berat tubuh ikan yang
dialokasikan untuk material gonad (Helfman et al. 2002). Perkembangan gonad
akan semakin besar dan matang hingga fase pemijahan. Selama fase tersebut
sebagian besar energi yang diperoleh dari hasil metabolisme tertuju pada
perkembangan gonadnya. Effendie (1997) menyatakan bahwa tanda utama untuk
membedakan kematangan gonad adalah berdasarkan berat gonadnya. Sedangkan
berat gonad tergantung pada ukuran ikan dan tingkat pertumbuhan gonadnya
(Vlaming et al. 1982).
Rasio ini (berat gonad/berat tubuh x 100%) disebut sebagai indeks gonad
somatik (IGS) (Sulistyo et al. 2000). Dalam kegiatan perikanan GSI digunakan
secara luas sebagai sebuah indeks dari aktifitas gonad dan sebagai sebuah indeks
untuk menyatakan persiapan pemijahan dari suatu spesies ikan (Vlaming et al.
1982).
Kinerja reproduksi ikan digambarkan dengan jelas pula dengan hepato
somatic index (HSI) yaitu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat
hati dengan berat tubuh ikan dikalikan 100% (Sulistyo et al. 2000). Energi yang
tersimpan dalam bentuk glikogen pada hati sebelum masa reproduksi akan diubah
menjadi energi pada saat memasuki fase reproduksi (Lucifora et al. 2002).
Menurut Fujaya (2002), sel memiliki batas tertentu dalam menimbun protein, dan
bila telah mencapai batas ini setiap penambahan asam amino dalam cairan tubuh
akan dipecah dan digunakan untuk energi atau disimpan sebagai lemak dalam

otot, hati dan viseral. Adanya perubahan ukuran berat pada hati ini dinyatakan
sebagai hepato somatik indek (HSI)
Viscera somatic index (VSI) merupakan salah satu parameter pertumbuhan
yang dinyatakan dengan persentase perbandingan antara berat viseral dengan
berat tubuh ikan (Sulityo et al. 1998). Viscera merupakan organ dalam tubuh
yang meliputi sistem gastrointretinal dari oesopagus hingga anus termasuk lemak
yang terdapat didalamnya, selain gonad dan hati. Viscera somatic merupakan
salah satu parameter pertumbuhan yang dinyatakan dengan viscera somatic index.
Buwono (2000) menjelaskan bahwa kelebihan energi disimpan dalam
bentuk lemak di dalam perut ikan yaitu di dalam organ-organ visceral. Lemak
juga dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka
panjang selama periode aktifitas penuh atau selama periode tanpa makan pada
pemijahan (Zonneveld et al. 1991).
Nilai faktor kondisi berupa K1 diperoleh dengan memperhitungkan berat
tubuh dan berat gonad dalam perbandingkan dengan panjang tubuh, sementara
nilai K2 diperoleh tanpa memasukkan berat gonad dalam perhitungannya. Cren
(1951)

menguraikan

bahwa

perubahan

nilai

K2

merupakan

petunjuk

dikerahkannya timbunan energi yang diperuntukkan bagi perkembangan gonad.
viscera somatic index (VSI) dan faktor kondisi (K) selain untuk memprediksi
kinerja reproduktif juga digunakan sebagai indikator pertumbuhan (Massou et al.
2002).

Kebiasaan Jenis Makanan
Makanan sangat penting bagi ikan karena makanan merupakan sumber
energi yang akan menentukan semua aktivitas yang akan dilakukan. Disamping
itu makanan juga diperlukan untuk tumbuh, berkembang, reproduksi dan aktifitas
metabolisme lainnya. Informasi tentang pakan yang dimakan oleh ikan tersebut
juga dapat dipakai untuk mengetahui dengan lebih baik tentang kebiasaan
makanannya termasuk pertumbuhan, migrasi dan penting pula dalam pengelolaan
perikanan secara komersil (Bal & Rao 1984).
Kebiasaan makan ikan menurut Effendie (2002) adalah jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Sedangkan kebiasaan cara makan

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan cara makanan
tersebut didapat. Selanjutnya kebiasaan makanan ikan perlu dipelajari untuk
menentukan nilai gizi alamiah ikan tersebut. Selain itu dapat dilihat hubungan
antar ekologi diantara organisme dalam perairan itu.

Jumlah makanan yang

dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan, kebiasaan
makanan, kelimpahan makanan, suhu perairan dan kondisi umum ikan itu sendiri
(Beckman diacu dalam Wibisana 2000).
Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat digolongkan atas ikan
herbivora, kernivora dan omnivora. Affandi (1993) pada ikan gurame didapat
rasio panjang usus dan panjang total tubuh mengalami peningkatan dengan
adanya pertumbuhan, sehingga selama pertumbuhannya ikan gurame mengalami
perubahan karakter ikan karnivora ke karakter ikan omnivora atau herbivora.
Penggolongan ini didasarkan pada morfologi alat pencernaannya. Ciri khas ikan
karnivora adalah lambung dan usus yang pendek sedangkan pada ikan herbivora,
tidak ditemukan lambung tetapi usus yang panjang (Huet 1971). Mujiman dalam
Najamuddin (2004) menyatakan berdasarkan macam makanan yang dimakan,
secara garis besar ikan dapat digolongkan menjadi herbivora, karnivora, predator,
pemakan plankton, pemakan detritus dan lain sebagainya, tetapi kenyataan di
lapangan menunjukkan adanya ikan yang memakan semua jenis makanan yang
disediakan oleh lingkungan dimana ikan tersebt berada, dengan demikian
penilaian kesukaan makanan ikan menjadi sangat relatif. Menurut Lagler (1956)
kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting seperti habitat
hidupnya, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran dan umur
ikan dan tempat. Selain umur, waktu dan ukuran tubuh, pola kebiasaan makanan
ikan juga ternyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat yang
mempengaruhi ketersediaan makanan alami (Bio Science Club diacu dalam
Pratiwi 1991).
Kebiasaan makanan ikan terdiri atas makanan utama yaitu makanan yang
sering ditemukan dalam jumlah yang banyak, makanan sekunder yaitu makanan
yang sering ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit dan makan insidential
yaitu makanan yang terdapat pada saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat

sedikit.

Selain itu ada juga makanan pengganti yaitu makanan yang hanya

dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia (Nikolsky 1963).

Kualitas Air
Kualitas fisik kimia air merupakan komponen abiotik penyusun sistem
sungai. Komponen ini sangat berpengaruh bagi kehidupan ikan dan jasad renik
lainnya (Odum 1971). Bagi kehidupan ikan akan menentukan aktifitas biologi dan
reproduksinya. Kualitas fisik dan kimia air yang berperan dalam proses
pertumbuhan dan reproduksi antara lain suhu, kecepatan arus, derajat keasaman,
kekeruhan, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan amonia.
Suhu air dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tempat dari permukaan air
laut. Di daerah dataran tinggi umumnya suhu lebih rendah dari pada daerah
dataran rendah (Boyd 1988). Suhu air mempengaruhi pertukaran zat asam atau
metabolise dari makhluk hidup sehingga berpengaruh terhadap reproduksi,
pertumbuhan organisme muda dan kompetisi (Krebs 1985). Suhu air merupakan
salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan ikan dan
pertumbuhan badan ikan. Kenaikan suhu perairan mempengaruhi kemampuan
derajat metabolisme ikan dan selanjutnya menaikan kebutuhan oksigen.
Kecepatan reaksinya akan naik 2 – 3 kali lipat, setiap kenaikan suhu sebesar
10 oC. Semakin tinggi suhu maka semakin meningkat metabolisme organisme
yang hidup di perairan dan semakin meningkat kebutuhan oksigen, tetapi
kemampuan haemoglobin untuk mengikat oksigen semakin berkurang. Walk et
al. (2000) menyatakan bahwa suhu tinggi akan berpengaruh langsung terhadap
proses fisiologi pada beberapa jenis ikan dan menurunkan kelimpahannya di
perairan. Sejalan dengan itu Pescod (1973) mengemukakan bahwa perubahan
suhu di perairan yang mengalir tidak boleh melebihi 28 oC.
Pada ikan yang hidup di perairan tawar, perubahan suhu perairan pada
musim penghujan memberikan tanda secara alamiah untuk melakukan pemijahan,
beruaya dan mencari makan.

Suhu juga mempengaruhi distribusi ikan dan

kelimpahan makanan di suatu perairan.

Rifai (1983) mengemukakan bahwa

distribusi ikan akan berubah jika suhu perarian di sekitarnya berubah.

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari ion hidrogen
yang terlepas dari perairan dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan tumbuhan dan hewan air (Soeseno 1977). Derajat keasaman air penting
untuk menentukan nilai guna suatu perairan karena pada umumnya derajat
keasaman mempengaruhi tumbuhan dan hewan air agar dapat hidup secara wajar.
Derajat keasaman sering digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan baik
buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup ikan (Jangkaru 1974). Sutisno &
Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa pH yang optimal untuk proses reproduksi
ikan berkisar antara 6,7 – 8,2. Sedangkan nilai pH perairan berfluktuasi pada
siklus siang hari/diurnal secara primer dipengaruhi oleh konsentrasi CO2,
kepadatan fitoplankton, alkalinitas total dan tingkat kesadahan (Schmittou 1991).
Oksigen terlarut sangat penting bagi kehidupan organi