Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystusnemurus C.V) di Sungai Bingai Binjai Provinsi Sumatera Utara.

KEBIASAAN MAKANAN IKAN BAUNG (Mystusnemurus C.V) DI SUNGAI BINGAI BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
WINDY 100302049
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

KEBIASAAN MAKANAN IKAN BAUNG (Mystusnemurus C.V) DI SUNGAI BINGAI BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
WINDY 100302049
Skripsi Sebagai Satu diantara Beberapa Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Peneletian
Nama NIM Program Studi

: Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystusnemurus C.V) di Sungai Bingai Binjai Provinsi Sumatera Utara. : Windy : 100302049 : Manajemen Sumberdaya Perairan

DisetujuiOleh : KomisiPembimbing


Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si, M.Si Ketua

Ani Suryanti,S.Pi, M.Si Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

ABSTRAK
WINDY. Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystusnemurus C.V) di Sungai Bingai Binjai Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh HESTI WAHYUNINGSIH dan ANI SURYANTI.
Penelitian makanan ikan baung (Mystusnemurus C.V) dilakukan di sungai Bingai pada bulan Juni sampai Agustus 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis pakan alami dan ketersediaan pakanalami ikan baung (MystusnemurusC.V) di sungai Bingai sertakondisi umum perairan Sungai Bingai.Isi lambung dianalisis dengan menggunakan metode Index of Preponderance. Isi lambung terdiri dari 8 jenis yaitu ikan, serat tumbuhan, Thiarascabra, Planariasp., Nodilittorinapyramidalis, Faunusater, sisa serangga, dan ditambah dengan bagian tidak teridentifikasi. Ikan kecil merupakan makanan utama, serat tumbuhan merupakan makanan pelengkap, dan Planaria sp., Thiarascabra, Nodilittorinapyramidalis, dan Faunus ater merupakan makanan tambahan. Benthos sebagai pakan alami di dasar perairan yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu Thiarascabra. Ikan baung selektif terhadap makanannya. Indeks Pilihan atau Index of Electivity (E) menunjukkan bahwa Planaria sp. merupakan jenis benthos makanan yang digemari ikan baung dibandingkan benthos lainnya.
Kata Kunci: Sungai Bingai, Kebiasaan Makanan, Ikan Baung

ABSTRACT
WINDY. Food habit of Baung fish (MystusnemurusC.V) in BinjaiBingai River North Sumatera Province. Supervised by HESTI WAHYUNINGSIH and ANI SURYANTI
Research of Baung’s food (Mystus nemurus CV) was performed in Bingai river in June to August 2014. The purpose of this study was to determine the type of natural food and the availability of natural forage baung (Mystus nemurus CV) in the Bingai river and general condition of the waters of the Bingai. Stomach contents were analyzed by using Index of preponderance. Stomach contents consisted of 8 types of fish, plant fibers, Thiara scabra, Planaria sp., Nodilittorina pyramidalis, Faunus ater, the rest of the insect, and coupled with parts not identified. The small fish is the main food, fiber plants is a complementary food, and Planaria sp., Thiara scabra, Nodilittorina pyramidalis, and Faunus ater are additional food. Benthos as natural food in the bottom waters which have the highest abundance was Thiara scabra. Baung selective about its food. Option Index or Index of Electivity (E) indicates that Planaria sp. is a popular type of fish food benthos baung than other benthos.
Keywords: Bingai river, Food habit, Mystus nemurus.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 April 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Adang Faisal dan Efrida. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Swasta Pertiwi Medan pada tahun 1998-2004, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Medan pada tahun 2004-2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Medan Jurusan IPA pada tahun 2007-2010. Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2010 melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli sampai Agustus 2013 di Balai Benih Ikan Hias Cadika, Sumatera Utara. Selain mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi Asisten Praktikum Dasar Oseanografi pada tahun 2012, dan Asisten Praktikum Dinamika Populasi Ikan pada tahun 2013 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di Sungai Bingai Binjai Provinsi Sumatera Utara”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Efrida dan Ayahanda Adang Faisal selaku orang tua yang selalu memberikan doa’a dan dukungan, serta penghargaan kepada Kak Yati dan Bang Didi yang berperan dalam memberikan motivasi dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga besar penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ani Suryanti, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk serta saran dalam menyusun skripsi ini. Serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepadaBapak Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai, Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas Kota Binjai, dan Kepala Dinas PU Kota yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian sehingga penelitian dalam keadaan lancar, serta Bapak Adam selaku warga di sekitar Bantaran Sungai Bingai yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi selaku analis substrat dasar di

Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Terima kasih kepada Khairunnisa,S.Pi.,AtikahAsry,S.Pi., Siti Aisyah,S.Pi., Navisa Fairuz,S.Pi., Madiah Handayani,S.Pi., Eulis Safina,S.Pi., Friyuanita Lubis,S.Pi., Maria Christy,S.Pi., M. AlfadliPurba, S.P., Siti Nurmaliani, dan teman-teman mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan 2010 yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan pada bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, Mei 2015
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...........................................................................................
ABSTRACT……………………………………………………….....
RIWAYAT HIDUP............................................................................

KATA PENGANTAR…………………………………………........
DAFTAR ISI......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….
DAFTAR TABEL.............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..
PENDAHULUAN…………………………………………………... Latar Belakang……………………………………………….. Perumusan Masalah………………………………………….. Kerangka Pemikiran………………………………………….. Tujuan Penelitian……………………………………………... Manfaat Penelitian…………………………………………….
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Baung………………………. Distribusi Habitat…………………………………………….. Kebiasaan Makanan…………………………………………..
METODE PENELITIAN………………………………………….. Waktu dan Tempat Penelitian……………………….……..... Metode Penelitian…………………………………………….. Peta Lokasi Penelitian.………………………………………... Alat dan Bahan………………………………………………... Metode Kerja…………………………………………………. Pengambilan Sampel Ikan……………………………. Pengambilan Sampel Benthos………………………... Identifikasi Jenis Makanan…………………………… Pengukuran FaktorFisika Kimia Perairan……………. Metode Pengukuran.………………………………………….. Frekuensi Kejadian…………………………………… Volumetrik …………………………………………… Indeks Bagian Terbesar……………………………….. Indeks Pilihan………………………………………….
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… Hasil…………………………………………………………… Hasil Tangkapan Ikan Baung di Sungai Bingai………... Letak Mulut……………………………………………. Komposisi Jenis Makanan Ikan Baung Berdasarkan

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
ix
1 1 3 3 4 4
5 5 7 8

13 13 13 14 15 15 15 15 16 16 17 17 17 17 18
19 19 19 19

Stasiun…………………………………………………. 20 Komposisi Jenis Makanan Ikan Baung Berdasarkan Kelamin………………………………………………... 21 Indeks Pilihan atau Index of Electivity (E)……………..... 22 Jenis Benthos yang Ditemukan di Lokasi Stasiun……… 23 Kelimpahan Benthos……………………………………. 23 Kondisi Perairan Sungai Bingai……………………….... 24 Pembahasan…………………………………………………….. 24 Hasil Tangkapan Ikan Baung di Sungai Bingai………….. 24 Letak Mulut…………………………………………….. 25 Komposisi Jenis Makanan Ikan Baung Berdasarkan Stasiun…………………………………………………… 26 Komposisi Makanan Ikan Baung Berdasarkan Jenis Kelamin……………………………………………. 28 Indeks Pilihan atauIndex of Electivity (E)………………. 28 Jenis Benthos yang Ditemukan di Lokasi Stasiun……… 29 Kelimpahan Benthos…………………………….…….... 29 Kondisi Perairan Sungai Bingai…………………………. 30 Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Sungai Bingai……….. 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………...…………………………………………. 33 Saran……………………………………………………………. 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran ………………………………………………........ 3

2. Ikan Baung (Mystusnemurus C.V) ..…….…………………….............. 6


3. Peta Lokasi Penelitian …………………………………………….......... 12

4. Lokasi Stasiun 1…...………………………………………………........ 13

5. Lokasi Stasiun 2……....……………………………………………........ 13

6. LokasiStasiun 3…………………………………………………........ 13

7. Jumlah Ikan yang Tertangkap Berdasarkan Lokasi Penelitian……........ 18

8. Posisi Mulut Ikan Baung (Mystusnemurus)………………………......... 20

9. Nilai IP Komposisi Makanan Ikan Baung di Stasiun1……………......... 20

10. Nilai IP Komposisi Makanan Ikan Baung di Stasiun 2……………..... 21

11. Nilai IP Komposisi Makanan Ikan Baung di Stasiun 3…………......... 21

12. Nilai IP Komposisi Makanan Ikan Baung Jantan…………………....... 22


13. Nilai IP Komposisi Makanan Ikan Baung Betina…………………...... 22

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Halaman

1. Parameter Pengukuran Faktor Fisika Kimia di Perairan ……..…… 16

2. Indeks Pilihan (Indeks of Electiviy)………………………………… 22

3. Benthos yang Ditemukan di Lokasi Stasiun Penelitian…………….. 23

4. Kelimpahan Benthos di Perairan Sungai Bingai……………………. 23

5. Hasil Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan di Sungai Bingai…. 24


6. Hasil Analisis Substrat di Setiap Stasiun Pengamatan……………… 24

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Bagan Kerja Metode Winkler Untuk Mengukur DO ……..………... 39

2. Bagan Kerja Metode Winkler Untuk Mengukur BOD……………... 40

3. Jenis Makanan Ikan Baung………………………………………….. 41

4. Foto Alat dan Bahan……………………………………………….... 42

ABSTRAK
WINDY. Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystusnemurus C.V) di Sungai Bingai Binjai Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh HESTI WAHYUNINGSIH dan ANI SURYANTI.

Penelitian makanan ikan baung (Mystusnemurus C.V) dilakukan di sungai Bingai pada bulan Juni sampai Agustus 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis pakan alami dan ketersediaan pakanalami ikan baung (MystusnemurusC.V) di sungai Bingai sertakondisi umum perairan Sungai Bingai.Isi lambung dianalisis dengan menggunakan metode Index of Preponderance. Isi lambung terdiri dari 8 jenis yaitu ikan, serat tumbuhan, Thiarascabra, Planariasp., Nodilittorinapyramidalis, Faunusater, sisa serangga, dan ditambah dengan bagian tidak teridentifikasi. Ikan kecil merupakan makanan utama, serat tumbuhan merupakan makanan pelengkap, dan Planaria sp., Thiarascabra, Nodilittorinapyramidalis, dan Faunus ater merupakan makanan tambahan. Benthos sebagai pakan alami di dasar perairan yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu Thiarascabra. Ikan baung selektif terhadap makanannya. Indeks Pilihan atau Index of Electivity (E) menunjukkan bahwa Planaria sp. merupakan jenis benthos makanan yang digemari ikan baung dibandingkan benthos lainnya.
Kata Kunci: Sungai Bingai, Kebiasaan Makanan, Ikan Baung

ABSTRACT
WINDY. Food habit of Baung fish (MystusnemurusC.V) in BinjaiBingai River North Sumatera Province. Supervised by HESTI WAHYUNINGSIH and ANI SURYANTI
Research of Baung’s food (Mystus nemurus CV) was performed in Bingai river in June to August 2014. The purpose of this study was to determine the type of natural food and the availability of natural forage baung (Mystus nemurus CV) in the Bingai river and general condition of the waters of the Bingai. Stomach contents were analyzed by using Index of preponderance. Stomach contents consisted of 8 types of fish, plant fibers, Thiara scabra, Planaria sp., Nodilittorina pyramidalis, Faunus ater, the rest of the insect, and coupled with parts not identified. The small fish is the main food, fiber plants is a complementary food, and Planaria sp., Thiara scabra, Nodilittorina pyramidalis, and Faunus ater are additional food. Benthos as natural food in the bottom waters which have the highest abundance was Thiara scabra. Baung selective about its food. Option Index or Index of Electivity (E) indicates that Planaria sp. is a popular type of fish food benthos baung than other benthos.
Keywords: Bingai river, Food habit, Mystus nemurus.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Sungai Bingai merupakan sungai yang mengaliri kota Binjai. Menurut data
Bantek Pelaksanaan Penataan Ruang Kota Binjai (2008) Sungai Bingai memiliki panjang 15 km, luas 150 km2 di area Binjai Utara. Sungai Bingai mengalir di beberapa kabupaten dan kota diantaranya daerah hulu yaitu Kecamatan Kutalimbau, Kecamatan Namoukur, ke arah hilir antara lain Kota Binjai dan Kecamatan Selesai Kabupaten Deli Serdang. Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk aktivitas domestik, pergerukan pasir, keramba dan penangkapan.
Salah satu jenis ikan hasil tangkapan di Sungai Bingai yaitu ikan baung (Mystus nemurus C.V).Ikan baung memiliki nilai ekonomis tinggi dengan harga sekitar Rp 50.000 – Rp 80.000 /kg.Ikan Baung dikenaldengan rasa dagingnya yang enak, gurih, dan lezat. Kegemaran masyarakat terhadap ikan tersebut membuat harga jual ikan ini cukup mahal.
Beberapa sumber dari masyarakat Kota Binjai, diperolehinformasi bahwa terjadi penurunan hasiltangkapan ikan baung di Sungai Bingai.Dugaan menurunnya populasi ikan ini dikarenakan tingginyapermintaan ikan baung, sehingga meningkatnya upaya penangkapan. Selain itu, penurunan populasi ikan dapat juga disebabkan oleh perubahan beberapa parameter kualitas air di kawasan aliran Sungai Bingai akibat aktivitas masyarakat di Sungai Bingai sehingga menyebabkan terganggunya habitat ikan (Manurung, 2013).

Populasi ikan selain dipengaruhi oleh aktivitas penangkapan dan domestik di perairan Sungai Bingai, juga dapat dipengaruhi oleh ketersedian pakan alaminya.Menurut Effendi (2002) jumlah populasi ikan dalam suatu perairan biasanya ditentukan oleh pakan yang ada.Beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi ikan, yaitu jumlah dan kualitas pakan yang tersedia dan mudah didapatnya pakan tersebut.
Ikan baung sebagai mahluk hidup membutuhkan makanan sebagai sumber energi dan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktivitasnya. Pada habitat alaminya yaitu perairan umum, sumber makanan yang diperlukan ikan telah tersedia dengan sendirinya. Ketersediaan pakan alami di perairan umum memungkinkan ikan untuk memilih dan mencari sumber makanan yang dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan ikan yang dibudidayakan tidak mempunyai alternatif lain dalam memilih dan mencari sumber makanan karena ruang gerak dibatasi. Situasi ini dapat mengakibatkan adanya persaingan atau perebutan dalam memakan pakan alami.
Aktivitas di sekitar perairan Sungai Bingaiseperti kegiatan penangkapan, domestik, keramba budidaya, dan pengerukan pasir dapat mempengaruhi ketersediaan pakan alami di perairan sehinggaakan mempengaruhipola makan ikan baung di Sungai Bingai.Untuk itu perlu diketahui kebiasaan makanan ikan baung di Sungai Bingai sebagai salah satu pendukung dalam pengelolaan populasi ikan baung di Sungai Bingai.

Perumusan masalah Aktivitas masyarakat di Sungai Bingai seperti mandi, mencuci,
penambangan pasir dan keramba mengakibatkan perubahan kualitas air Sungai Bingai. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan pakan alami dan kebiasaan makanan ikan. Perubahan kualitas air akan mempengaruhi kehidupan biota yang ada di Sungai Bingai seperti benthos dan ikan. Keberadaan benthos sebagai pakan alami bagi ikan baung akan menentukan kebiasaan makanan ikan. Untuk itu perlu diketahuikebiasaanmakanan ikan baung di Sungai Bingai sebagai salah satu pendukung dalam upaya pengelolaan populasi ikan baung di Sungai Bingai. Kerangka Pemikiran

Aktivitas masarakat di sekitar Sungai Bingai seperti penangkapan,mandi, mencuci, penambangan pasir dan keramba dapat mempengaruhi kualitas perairandan ketersediaan pakan alami serta kebiasaan makananikan. Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan seperti berikut:
Aktivitas Manusia

Sungai Bingai

Kualitas Perairan Sungai Bingai

Biota Perairan Sungai Bingai

Populasi Ikan Baung
Kebiasaan Makanan Ikan Baung

Pengelolaan Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tujuan Penelitian 1. Mengetahuikebiasaan makananikanbaung diSungai Bingai. 2. Mengetahui kondisifisika kimia perairan SungaiBingai sebagaihabitat ikan
Baung. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat mamberikan informasi mengenaiaspek biologi kebiasaan makanan ikan baung sehingga diharapkan dapat dijadikan pengelolaan sumberdaya perikanan, khususnya ikan baung (Mystus nemurusC.V) di sungai Bingai.

TINJAUAN PUSTAKA


Klasifikasi dan Morfologis Ikan Baung

Klasifikasi ikan Baung menurut Kottelat dkk.,(1993) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo


: Ostariophysi

Sub ordo : Siluridae

Family

: Bagridae

Genus

: Mystus

Spesies

: Mystus nemurus Cuvier Vallenciennes.

Nama Sinonim :Hemibagrus nemurus, Macrones nemurus

Ikan Baung atau Mystus nemurus C.V dikenal dengan nama asing Asian

Redtail Catfish, Green Catfish, River Catfish. Di Indonesia dikenal dengan nama

umum Ikan Baung atau Ikan Tagih. Di beberapa daerah di Indonesia memiliki

nama lokal seperti Baung (Sumatera), Sogo (Jawa Tengah), Sengol (Jawa Barat),

Tagih, Jawa Timur (Sinaga dkk, 2013) Gambar ikan baung dapat dilihat pada

gambar 2.

Gambar 2. Ikan Baung
Ikan baung mempunyai bentuk badan memanjang, dengan perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan 4 : 1. Baung juga berbadan bulat dengan perbandingan tinggi badan dan leher badan 1 : 1. Keadaan itu bisa dikatakan badan baung itu bulat.Punggungnya tinggi pada awal, kemudian merendah sampai di bagian ekor (Rukmini, 2012).
Ciri-ciri umum dari ikan baung (Mystus nemurus) adalah kepala ikan kasar, sirip lemak di punggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi yang dapat digerakkan, daun-daun insang terpisah. Langit-langit bergerigi, lubang hidung berjauhan, yang dibelakang dengan satu sungut hidung.Sirip punggung berjari-jari keras tajam.Ikan ini tidak bersisik, mulutnya tidak dapat disembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi, 1 – 4 pasang sungut dan umumnya berupa sirip tambahan (Sukendi,2001).
Ikan Baung mempunyai empat pasang sungut peraba yang terletak disudut rahang atas.Sepasang dari sungut peraba sangat panjang dan dapat mencapai sirip dubur.Sirip punggung mempunyai dua buah jari-jari keras.Kepala besar dengan warna tubuh abu-abu kehitaman, dengan punggung gelap, tapi perut lebih

cerah.Badan ikan baung tidak bersisik, berwarna coklat kehijauan dengan pita tipis memanjang jelas di tutup insang hingga pangkal ekor, panjang totalnya lima kali tingginya, sekitar 3 – 3,5 panjang kepala, serta mempunyai panjang maksimal 350 mm (Rukmini, 2012).
Ikan baung aktif di malam hari atau bersifat nocturnal.Artinya aktivitas kegiatan hidup baung (seperti makan) lebih banyak dilakukan di malam hari dibandingkan siang hari.Ikan baung suka bersembunyi di dalam liang-liang sungai tempat habitat hidupnya. Selain itu ikan baung juga banyak ditemui di daerah banjir seperti rawa banjiran atau Lebak Lebung di Sumatera Selatan (Amri, 2008). Distribusi Habitat Ikan Baung
Menurut Ediwarman (2006) ikan Baung (Mystus nemurus) merupakan ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan Kalimantan.Menurut Sukendi (2001), secara umum ikan baung terdistribusi di beberapa daerah yaitu Sumatera, Java dan Borneo.
Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis.Daya adaptasinya tergolong rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungannya dan serangan penyakit. Ketidaktahanan pada keduanya terutama pada fase benih ikan yaitu ukuran 0,5-2 cm. Ikan baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1000 m diatas permukaan laut, hidup baik pada suhu antara 24 -29oC, pH antara 6,5-8, dengan kandungan oksigen minimal 4 ppm, dan air yang tidak terlalu keruh dengan kecerahan pada pengukuran alat sechi disk (Rukmini, 2012).

Kebiasaan Makanan Makanan merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup
ikan.Pertumbuhan optimal memerlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaan yang cukup serta seimbang sesuai dengan kondisi perairan.Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menggantikan organ-organ tubuh yang rusak, sedangkan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan (Effendie, 2002).
Suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengankeberadaan makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yangmenentukan dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yangada di suatu perairan. Beberapa faktor makanan yang berhubungan denganpopulasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadapmakanan, dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut.Adanya makanan di perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik seperti di atasditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luaspermukaan. Jenis‐jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanyatergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan umur ikan,musim serta habitat hidupnya (Rahmah, 2010).
Semua jenis makanan yang tersedia di sekitar ikan tidak semua dimakan dan dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis organisme makanan oleh ikan antara lain: ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna (terlihatnya) makanan, dan selera ikan terhadap makanan.Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, nilai konversi

makanan, serta suhu air, juga kondisi umum dari spesies ikan tersebut (Beckman, 1962).
Keberadaan makanan alami di alam sangat tergantung dari perubahan lingkungan, seperti kandungan bahan organik, fluktuasi suhu, intensitas cahaya matahari, ruang dan luas makanan. Ikan dengan spesies sama dan hidup di habitat yang berbeda, dapat mempunyai kebiasaan makanan yang tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor penyebaran dari organisme makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dariikan itu sendiri, dan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan(Sukimin, 2004).
Jenis makanan yang ada di lingkungan perairan tidak semuanya disukai olehikan. Beberapa faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenismakanan oleh ikan adalah ukuran, warna, tekstur, dan selera ikan terhadapmakanan. Ikan mengawali hidupnya dengan memanfaatkan makanan yang sesuaidengan ukuran mulutnya. Setelah ikan bertambah besar, makanannya akanberubah baik kuantitas maupun kualitasnya (Effendie,2002).
Menurut jenis makanannya, ikan dikelompokkan menjadi ikan pemakandetritus, ikan herbivora, ikan karnivora, dan ikan omnivora. Berdasarkan variasi jenis makanannya, ikan dapat dikelompokkan atas: (1) euryphagic, yaitu ikan pemakan bermacam‐macam makanan; (2) stenophagic, yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit; dan (3) monophagic, yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja (Nikolsky, 1963).
Ikan baung adalah jenis karnivora. Untuk dapat mengetahui penggolongan ikan baung dapat melalui tipe-tipe lambung ikan dan panjang usus ikan. Lambung ikan baung bentuknya memanjang seperti huruf J yang merupakan ciri-ciri

lambung ikan karnivor dan ikan baung memiliki panjang usus 300 mm dengan ukuran panjang total tubuhnya 330 mm yang merupakan ciri-ciri usus karnivor (Sinaga dkk., 2013).
Dua faktor yang dapat merangsang ikan untuk makan. Pertama, faktor yang mempengaruhi motivasi internal atau pendorong ikan untuk makan, termasuk waktu, musim, intensitas cahaya, saat dan jenis makanan terakhir, suhu dan ritme internal lainnya. Kedua, adalah rangsangan makanan yang diterima oleh indera seperti bau, rasa, tampilan, dan sebagainya (Lagler dkk., 1977).
Menurut Krebs (1989)secara umum keadaan fisika kimia perairan membatasi penyebaran jenis – jenis organisme, dan penyebarannya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanannya.
Rahardjo dkk (2011) menyatakan bahwa, berdasarkan ukuran makanannya ikan dikelompokkan sebagai berikut:
a) Mikrofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas organisme yangberukuran kecil, misalnya plankton dan larva serangga air.
b) Mesofagus adalah ikan yang makannaya terdiri atas organisme yang berukuran sedang, misalnya molluska, anellida dan udang. Studi kebiasaan makanan ikan ialah menentukan gizi alamiah ikan itu,
sehingga dapat dilihat hubungan diantara organism perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan.Sehingga makanan dapat merubah faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dankondisi ikan, sedangkan macam makanan satu jenis ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu. Kebiasaan makanan dapat berbeda dengan waktu lainnya

walaupun pengambilam dilakukan pada tempat yang sama (Taufiqurohman dkk., 2007).
Hasil analisis komposisi makanan ikan baung yang terdapat dilambung ikan baung yaitu terdapat ikan Rasbora sp. udang kecil, kelabang (Scutigera sp.), kumbang air (Grynidae sp.), potongan ikan, serasah seperti daun atau batang tumbuhan, dan sisa hewan yang tidak bisa teridentifikasi lagi. Ikan baung yang ditemukan pada penelitian ini adalah jenis karnivora. Mengetahui penggolongan ikan baung dapat melalui tipe-tipe lambung ikan dan panjang usus ikan (Sinagadkk., 2013).
Pengamatan dari isi lambung ikan Lais Bantut,menunjukkan bahwa ikan Lais tergolong ikan karnivor,dengan pakan utamanya insekta dewasa.Ikan Lais Junggang, LaisPutih dan Lais Tunggul termasuk golongan ikankarnivora, dengan makanan utamanya potongan hewandan serangga air.Hasil pengamatan dari tempat atau lokasi makanikan Lais Bantut adalah pemakan di permukaan.Inidapat diamati bahwa ikan Lais Bantut mengambilmakanan berupa insekta dewasa yang jatuh keperairandari pohon-pohon di sekitar danau (Minggawati, 2010).
Jenis-jenis makanan yang berhasil dianalisis darilambung ikan tetet di perairan mangrove Pantai Mayangan Jawa Barat menunjukan bahwakomposisi jenis-jenis makanan ikan tetet harnpirsemuanya tergolong fauna bentik (spesies demersal).Hal ini dapat dirnengerti karena ikan tetet merupakankelompok ikan demersal atau benthopelagic(Simanjuntak dan Rahardjo, 2001)
Ikan belida termasuk ikan predator yang bersifat piscivor (memakan ikan).Makanan utama ikan belida berupa ikan (87,59%), sedangkan makanansekundernya berupa udang (6,72%).Makanan ikan belida dipengaruhi

oleh ukuran(ikan belida yang berukurankecil makanannya lebih beragam dan ikan berukuran besar dominan memakan ikan‐ikan kecil),jenis kelamin(ikan belida betina lebih banyak memakancrustacea dan insekta dibandingkan dengan ikan jantan) lokasi(ikan‐ikan diperairan dangkal lebih bervariasi makanannya dibandingkan dengan di perairan dalam) dan musimdimana musim kemarau makanan bervariasi danpenghujan makanan yang paling banyak berupa ikan (Rahmah, 2010).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2014.Pengambilan
sampel dan pengukuran faktor fisik kimia perairan dilakukan di Sungai Bingai Kecamatan Binjai Sumatera Utara.Analisis sampel ikan dan pengukuran parameter kualitas air dilakukan di Laboratorium terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Stasiun pengambilan sampel terdiri dari tiga stasiun pengamatan. Ketiga stasiun ditentukan berdasarkan aktivitas masyarakat disekitar dan mengikuti jalur penangkapan nelayan. Pada masing-masing stasiun dilakukan tiga kali ulangan pengambilan sampel.Lokasi Stasiun dapat dilihat pada Gambar 3. Peta Lokasi Peneletian
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian Stasiun 1
Lokasi stasun 1 terletak pada koordinat 3º36'40"LU98º29"30"BT. Pada daerah ini terdapat banyak aktivitas penduduk seperti kegiatan mencuci, mandi, budidaya, dan limbah rumah tangga.Stasiun tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi Stasiun1 Stasiun 2
Terletak pada koordinat 3º36'43"LU 98º 29' 27"BT.Padadaerah ini terdapat ladang, aktivitas penangkapan dan pergerukan pasir di sekitar sungai.Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Lokasi Stasiun 2

Stasiun 3 Terletak pada koordinat3º37' 01.9" LU98º 29' 28" BT. Pada daerah ini
terdapat kebun sawit, ladang, dan aktivitas budidaya serta penangkapan.
Gambar 6. Lokasi Stasiun 3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, jala (mesh size: 1,4 inchi dan diameter tebar 4 m), pH meter, thermometer, Surber net,cool box, kertas grafik, timbangan digital, penggaris, dissecting set, botol sampel, gelas ukur, cawan petri, pipet tetes, gunting, kertas label, botol winkler, kamera digital. Bahan yang digunakan formalin 4%, Aquades, Alkohol 70%,tissue, lakban, plastik ukuran 2 kg, MnSo4, KOHKI, H2SO4, Na2S2O3.Gambar alat maupun bahan dalam peaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Metode Kerja Pengambilan Sampel Ikan
Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 14 hari pada saat malam haridengan menggunakan alat jala yang dibantu oleh nelayan setempat.Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun.Ikan yang didapat langsung diukur panjang dan beratnya lalu dibedah dan diambil organ

pencernaannya dan dimasukan kedalam botol sampel yang telah diisi formalin 4%.Sampel ini dibawa ke laboratorium untuk dianalisis di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pengambilan Sampel Benthos
Sampel Benthos diambil dengan menggunakan Surber net. Substrat diambilsebanyak tiga kali ulangan pada setiap stasiun kemudian disortir. Benthos yang didapat dibersihkan dan dimasukkan ke dalam botol sampelyang berisialkohol. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Sampel diamati dengan menggunakan lup dan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Dharma (1988), Carpenter dan Volker (1998) Identifikasi Jenis-Jenis Makanan
Identifikasi jenis - jenis makanan dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Saluran pencernaan ikan yang telah diawetkan diukur panjangnya menggunakan penggaris lalu dipisahkan antara usus dan lambungnya.Sampel lambung ikan dipisahkan antara lambung yang berisi dan lambung yang kosong.Untuk lambung yang berisi, dianalisis lambungnya.
Lambung dibedah untuk diambil isinya dan diukur volume total dengan menggunakan gelas ukur kemudian diencerkan dengan aquades. Makanan yang telah diencerkan, dituang ke cawan petri dan diamati dibawah mikroskop jenis jenis organisme yang berada dalam lambung dan diidentifikasi.

Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan

Parameter fisika kimia Sungai Bingai dilakukan secara insitu langsung di

lokasi penelitian dan exsitu yaitu analisis laboratorium.

Tabel 1. Parameter pengukuran faktor fisika kimia di perairan

Parameter

Satuan

Alat

Metode

Fisika

Suhu

ºC Termometer Air

-

Kedalaman m Tongkat Berskala

-

Kecepatan Arus m/det Botol Aqua Tali Plastik

-

Tekstur Substrat

-

- Metode Pipet

(Analisi Lab)

Kimia

pH - pH Meter

-

DO

mg/L

Botol Winkler

Metode Winkler

(Lampiran 1)

BOD5

mg/L

Botol Winkler

Metode Winkler (Lampiran 2)

Metode Pengukuran

Frekuensi Kejadian

Frekuensi kejadian ditentukan dengan mencatat keberadaan masing –

masing organisme yang terdapat dalam sejumlah alat pencernaan ikan yang berisi

bahan makanannya dan dinyatakan dalam persen yang dikemukakan oleh Effendie

(1979) adalah sebagai berikut :

=



× 100%

Keterangan : FK = Frekuensi Kejadian Ni = Jumlah total suatu jenis organisme I = Total lambung berisi

Volumetrik

Volumetrik merupakan metode untuk mengukur makanan ikan

berdasarkan pada volume makanan ikan yang ada di lambung ikan yang

dikemukakan oleh Effendie (1979) sebagai berikut :

% =

%

× 100%

Keterangan : %i = Volume total satu macam organisme dalam persen I = Total lambung yang terisi

Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance) Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) dihitung untuk

mengetahui presentase suatu jenis organism makanan tertentu terhadap semua

organism makanan yang dimanfaatkan oleh ikan, dengan menggunakan rumus

perhitungan menurut Natarajan dan Jhingran dalam Effendie (1979) adalah

sebagai berikut :



=

Σ

× ( × )

× 100%

Keterangan :

IP = Indeks bagian terbesar jenis organisme ke-i

Vi = Persentase volume jenis organisme makanan ke-i Oi = Persentase frekuensi kejadian jenis organisme makanan ke-i Menurut Nikolsky (1963) Jika ,

IP >40% 4% ≤ IP ≤ 40%

= Makanan Utama = Makanan Tambahan

IP < 4%

= Makanan Pelengkap

Indeks Pilihan (Index of Electivity) Preferensitiap organisme jenis benthos yang terdapat dalam alat
pencernaan ikan dengan yang ada diperairan ditentukan berdasarkan Indeks Pilihan (index of electivity) dalam Effendi (1979) sebagai berikut:
− E = +
Keterangan : E = Indeks pilihan ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan pi = Jumlah relatif macam organisme di perairan
Indeks pilihan merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan. Jika, 0