Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

KAJIAN KEBIASAAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK
REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PADA
HABITAT YANG BERBEDA Dl LINGKUNGAN DANAU MELINTANG
KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TlMUR

MOH. MUSTAKIM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Kebiasaan Makanan dan
Kaitannya dengan Aspek Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) pada
Habitat yang Berbeda di Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara
Kalimantan Tirnur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
infonnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalarn teks dan dicantumkan dalam Daflar Pustaka di bagian

&r tesis ini.

Moh. Mustakim
NIM C151060091

ABSTRACT

MOH, MSTAKIM. Study on Feeding Habit and its Correlatron with
Reproductive Aspect of Climbing Perch (Anabus testudineus Bloch) on
Different Habitats in Melintang Lake Area Kutai Kartanegara East
Kalimantan. Under direction of M. MUKHLIS KAMAL, RIDWAN AFFANDI,
and MAS TRI DJOKO SUNARNO.
The Melintang Lake area which have three habitat types, namely swamp, river,
and lake are the habitat for the climbing perch one of economically important species in
that region. The aim of the research was to know feeding habit, grow, and reproductive
aspect so to know the correlation between feeding habit and reproductive aspect of the
climbing perch (A.testudinars). The research was conducted h r n Nopember 2007
until January 2008 at. Data were collected monthly by using several of traditional
fishing gears, such as :gill net, lift net, and trap net. Anatomy digestive track and index of
preponderance analysis showed that climbing perch is omnivore which tend to be

carnivore. The value of prediction growth coeficient (K) and length growth maximum
(L)
was different on each station. Swamp value K and L, (0,73 years"and 21430
mm), River (0,66
and 204,23), and Lake (130 year-' and 200,55). Based on GSI
and gonad development percentage it is indicated that fish spawn in Nopember until
Januari which peak season found on December. The first maturity male fish varied from
106-110 mm and female fish 960-1 12 mrn. Fecundity varied from 6.944-48.414 eggs.
Analysis on histology gonad and size eggs distribution indicated to partial spawning of
such fish. This research showed that climbing perch could grow and rejmduce of in
swamp, rivers, and lake habitat but Lake is more appropriate than others. Principles
component analysis showed there was a positif correlation between environmental of
waters condition and feeding habit with the reproduction aspect.

Key word: Feeding habit, grow, reproductive aspect, climbing perch, different
habitat, Melintsng Lake.

RINGKASAN
MOH. MUSTAKIM. Kajian Kebiasaan Makanan dan Kaitannya dengan Aspek
Reproduksi Zkan Betok (Anabas testudineus Bloch) pada Habitat yang Berbeda di

Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Dibimbing
oleh. M. MUKHLIS KAMAL, RIDWAN AFFANDI, dan MAS TRI DJOKO
SUNARNO.
Lingkungan Danau Melintang terdiri dari beberapa tipe habitat seperti
rawa, sungai dan danau. Ikan betok merupakan salah satu jenis ikan yang
ditemukan di tiga habitat tersebut di atas, Ikan ini mempunyai nilai ekonomis
tinggi dan disukai di Kalimantan. Saat ini populasi ikan betok diduga mengalami
penurunan akibat tingginya usaha penangkapan. Melihat adanya berbagai tekanan
terhadap populasi ikan betok di atas, dilchawatirkan pada masa yang akan datang
keberadaan ikan betok di lingkungan Danau Melintang akan terancam. Oleh sebab
itu jenis ikan ini perlu dilestarikan keberadaannya dengan cara mendapatkan
informasi data tentang aspek biologinya Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kebiasaan makanan, pertumbuhan dan reproduksi serta mengkaji
keterkaitan antara kebiasaan makanan dengan aspek reproduksi ikan betok pada
habitat yang berbeda. Penelitian ini memberikan inforrnasi untuk dijadikan salah
satu dasar dalam, (I) pengelolaan sumberdaya ikan betok agar dapat dimanfmtkan
secara optimal dan berkesinarnbungau, (2) upaya domestikasi dengan hijuan
melakukan restocking untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas populasi ikan
hetok, d m (3) domestikasi ke arah pengembangan budidaya.
Pelaksanaan penelitian untuk pengumpulan data terdiri dari d m tahap,

yaitu penelitian di lapangan d m pengamatan serta analisis di laboratorium.
Kondisi kuali- air masing-masing habitat sebagai data penunjang penelitian
diamati d m diukur. Pcngmatan dan pengukuran parameter kualitas air dilakukan
di imitu dan laboratoriun untuk setiap daerah terpilih, bemamaan dengan waktu
pcngarnbilan c o n t h ikan. Sedangkm koieksi ikan contoh dilah~kansetiap bdan
dengan mengpnakan alat tangkap vanp dipersunakan oleh nelavan setempat,
seperti iarinn insang. perangkap (trawl). dan tanghi. Peranqkap (kcblatj
diopemsikan d i habitat rawa yang di pasang pada daerahdaerah yang azak
terbuka, selama satu hari satu malam, tan-gkul dioperasikan di habitat sungai
denisan umpan sisa makanan dan ptongan daging ikan. Gillnet dipamnrr di
habitat danau pada waktu sore hari dan di angkat pada waktu pagi harinva. ikan
hasil tangkapan dipisahkan berdasarkan habitat pengamatan. Sampel ikan diambil
sekurang-kurangnya 10 %, secara acak mulai yang terkecil sampai yang terbesar.
Sebagian sampel ikan dibedah di lapangan dan diambil gonadnva Gonad iantan
dan betina kemudian difiksasi dengan larutan Bouin dan dimasukkan ke ddam
botol film untuk keperluan analisis histologis di laboratoriun. Untuk keperluan
pengukuran diameter telur di laboratorium, gonad betina diawetkan dengan
formalin 4%. kemudian dimasukkan ke botol film. Sampel ikan y a n tidak
dibedah di lapangan. segera diawetkan dalam larutan formalin 10% dan
dimasukkan ke dalam toples kedap udara kemudian diberi label, untuk selanjutnya

dianalisis di lahnrat~ri~lm.

Pengamatan di lahratorium meliputi pengukuran panjang total clan bob&
ikan dengan menggunakan papan ukur dengan ketelitian 0,01 dan timbangan
digital dengan ketelitian 0,01, kebiasaan makanan dengan menganalisis secasa
makroanatomis saluran pencemaan ikan dan analisis isi lambung (indeks bagian
terbesar), serta pengarnatan beberapa aspek reproduksi seperti penentuan jenis
kelamin, tingkat kematangan gonad (secara maltrokospis dan mikrokospis), indeks
kematangan gonad (KG), ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas, dan
pola sebaran diameter telur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ikan betok termasuk ikan omnivora
yang cenderung ke kamivora. Makanan utamanya adalah; insekta, makanan
laimya adalah; ikan, krustase, serasah (tumbuhan) dan plankton.Pola
pertumbuhan ikan betok jantan di habitat rawa adalah isometrik sedangkan ikan
betina alometrik, di sungai dan di danau pola pertumbuhan ikan jantan dan betina
adalah: alometrik. B e r b k a n dugaan parameter pertumbuhan von bertalanfi
diperoleh nilai (K dan L)di rawa: 0,73 th-I dan 2 14, 2 mm, sungaj: 0,66 th
clan 204,23 mm, dan danau: 1,30 th-' dan 200,55 mm. Faktor kondisi ikan betok
di habitat rawa lebih tinggi dibandingkan habitat sungai dan danau. Ikan W o k
memijah sepanjang musim penghujan dan puncak pemi'jahannya pada bdan

Demnber, dengan ukuran pertama kali matang gonad di habitat r a w pada ikan
jantan 106-107 mm dan betina 96-97 rnm, di habitat sungai ikan jantan 109-110
mm dan betina 112 mm, di habitat danau ikan jantan 106- 107 mm, dan betina
109-110 mm. Fekunditas ikan betok di rawa berkisar antara 744047097, di
sungti 6.944-48414 clan di danau 6188-44764. Pola pemijahan ikan betok
h i f a t partial spawning.
Habitat yang paling baik bagi ikan betok untuk tumbuh dan ber-reproduksi
adalah habitat danau Terdapat keterkaitan (korelasi positif) antam kondisi
lingkungan perairan dengan kebiasaan makanan, pertumbuhan dan aspek
reproduksi ikan betok.

-'

Kata kunci: Kebiasaan makanan, pertumbuhan, aspek reproduksi, ikan betok,
habitat yang berbeda, Danau Melintang

O Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hak cipta dilindungi Undang-undang
I . Dzlmung mngutip sebagian atau s e l d h a tulis ini tanpa rnenpnfumkun

atou menyebuth sumber
a Pengufipn h n y u untuk kepentingun pendidikcm, penelitiun, karyu
ilmiuh, penuyusunan lupran, penuhsan kritik utuu tiryauan suatu
mc~~alah
6. P e n g u t i p tidak m m g i h kepiwingan yang wajar l P 3
2. Dilurung mengumumhn dan rnemperbunyuk sebugiun lrtuu seluruh k-uryu tulis
dalam bentuk a p a p tanpa izin IPB

KAJIAN KEBIASAAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK
REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PADA
HABITAT YANG BERBEDA Dl LlNGKUNGAN DANAU MELlNTANG
KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TlMUR

MOH. MUSTAKIM

TESlS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains pada
Departemen Perikanan dan llmu Kelautan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Tesis

: Kajian Kebiasaan Makanan dan Kaitannya dengan Aspek Reproduksi

Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) pada Habitat yang Berbeda di
Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur
Nama

: Moh. Mustakim

NRP

: C151060091

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc.
Ketua

u
Dr. Ir. ~ i d d a ~ff&di.
n
DEA
Aw3gota

Dr. Ir. Mas Tri Dioko Sunamo, MS
A%gota

Ketua Program Studi Ilmu Perairan

Tanggal Ujian: 3 1 Juli 2008

Tanggal Lulus:


1 3 4U G 2008

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
dengan judul Kajian Kebiasaan Makanan dan Kaitannya dengan Aspek
Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudines Bloch) pada Habitat yang
Berbeda di Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan
Timur.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada
Bapak: Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc (selaku Ketua Komisi Pembimbing), Dr.
Ir, Ridwan Affandi, DEA (selaku Anggota Komisi Pembimbing I), dan Dr. Ir.
Mas Tri Djoko Sunamo, MS (selaku Anggota Komisi Pembimbing 11) yang telah
banyak memberi saran dan bimbingan serta evaluasi sehingga penulisan tesis ini
dapat terselesaikan. Demikian juga ucapan terima kasih saya haturkan kepada Ibu
Dr. Ir. Yunizar Emawati, MS selaku penguji luar komisi, Bapak Prof. Dr. Ir.
Enang Harris, Ms selaku Ketua Program Studi Ilmu Perairan (AIR) dan para staf
pengajar yang telah berperan dalam menambah wawasan, pengetahuan dan
keilmuan selama saya menempuh masa perkuliahan.
Dengan penuh rasa cinta yang mendalam penulis mengucapkan rasa terima

kasih kepada isteri tercinta, Yuli Anggeraini dan ananda tersayang Muhammad
Nabil yang dengan sabar dan setia menemani dan selalu memherikan semangat,
doa dan motivasi selama menjalani studi ini, tidak lupa juga saya ucapakan terima
kasih kepada yang saya horrnati ibu mertua, ibunda Hapipah dan semua keluarga
rercinta. Saya hanya bisa berdoa semoga semua pengcrbanan yang telah diberikan
mendapat ridho dari Allah SWT, d i n . Semoga karya ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2008

Moh. Mustakirn.

RWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 04 Juli 1974 dari seorang ayah
tercinta yang bernama Masngut (Alm) clan ibu Pardiyah (Alm) dengan sembilan
orang kakak yang senantiasa saling menyayangi. Penulis adalah putra bungsu dari
sepuluh bersaudara.
Riwayat studi penulis diawali dengan memasuki sekolah dasar di SDN I1
Banjarjo pada tahun 1981 dan lulus tahun 1987, selanjutnya SMPN I1 Bojonegoro
lulus pada tahun 1990, SMAN IV Bojonegoro lulus pada tahun 1993. Pada tahun
1995 penulis diterima sebagai mahasiswa melalui jalur UMPTN di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman dan lulus pada tahun 2000.
Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai staf pengajar di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman di Samarinda, kemudian
melanjutkan studi Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor di Program Studi Ilmu
Perairan pada tahun 2006.

DAFTAR IS1

DAFTARISI

......................................................................................................

x

.............................................................................................xii
...
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xlii

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

......................................................................................xiv

I. PENDAWULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Pendekatan Masalah ................................................................................. 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 4
I1.TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
2.1. Klasifikasi Ikan Betok .............................................................................
2.2. Tipologi Lingkungan dan Komunitas Ikan di Danau Melintang ................
2.3. Distribusi Ikan ...........................................................................................
2.5. Kebiasaan Makanan...................................................................................
2.4. Pertumbuhan .............................................................................................
2.6. Reproduksi Ikan ........................................................................................
2.7. Seksualitas. Perkembangan Gonad, dan Fekunditas ...................................
2.8. Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Air ..........................................................

.

111. METODOLOGI............................................................................................. 18
3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 18
3.2. Metode Pengumpulan Data......................................................................... 19
..
3.2.1. Penehtian di Lapangan......................................................................... 19
3.2.2. Pengamatan di Laboratorium .......................................................... 21
3.3. Analisis Data ....................................................................................... 21
3.3.1. Kebiasaan Makaaan............................................................................. 21
3.3.2. Pertumbuh...................................................................................... 22
3.3.3. Aspek Reproduksi................................................................................ 23
3.3.4. Kerapatan Tanaman Air .......................................................................25
3.3.5. Indeks Keanekarqpmn Plankton........................................................ 25
3.3.6. Indeks Dominansi ................................................................................ 26
3.3.7. Kondisi Kualitas Perairan ..................................................................
26
3.3.8. Hubungan Kualitas perairan dengan Aspek Biologi Ikan Betok (A .
restudinem) .......................................................................................... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 29
4.1. Hail .......................................................................................................... 29
4.1.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 29
4.1.2. Distribusi Hasil Tangkapan.................................................................. 32
......................... 32
4.1 .3. Komposisi Hasil Tangkagan ....................................,
4.1.4. Kebiasaan Makanan............................................................................ 35

4.1.5. Pertumbuhan .........................
.
.
.
......................................................... 40
4.1.6. Aspek Reproduksi ................................................................................... 43
4.1.7. Keterkaitan antara Kualitas Perairan dengan Aspek Biologi lkan Betok
( A. testudinew) ....................................................................................... 54
........ 58
..................... .
4.2. Pembahasan.........,
.
.
.
.
4.2.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian........................................................... 58
4.2.2. Distribusi dan Komposisi Hasil Tangkapan ........................................... 59
4.2.3. Kebiasaan Makanan................................................................................ 61
4.2.4. Pertumbuhan ............................................................................................ 63
4.2.5. Aspek Repduksi .................................................................................... 67
4.2.6. Keterkaitan mtara Kualitas Peraim dengan Aspek Biologi 3km Ektok
(A. testzdinew) ....................................................................................... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................
.... ............................................. 77
5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 77

5.2. Saran .............................................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 78

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Parameter, metode, alat, dan tempat pengukuran contoh kualitas air .................
2. Rerata kualitas air tiap bulan di masing-masing habitat penelitian di
lingkungan Danau Melintang selama penelitian ................................................
3. Skor kondisi kualitas perairan di masing-masing habitat pengamatan di
lingkungan Danau Melintang...........................................................................
4. Pengukuran biometrik ikan betok (A. testudineus) ...........................................

5. Komposisi jenis makanan ikan betok (A. testudineus) berdasarkan tingkat
kematangan gonad............................................................................................
6. Hubungan panjang dan bobot ikan betok (A. testudineus) ................................
7. Nilai War kondisi ikan betok (A. testudineus) jantan dan betina di masingmasing habitat selaaa penelitian ......................................................................
8. Faktor kondisi ikan betok (A. testudineus)jantan dan betina di masing-masing
habitat berdasarkan tingkat kernatangan gonad .................................................
9. Analisis Chi kuadrat pada nisbah kelamin di masing-masing habitat selama
penelitian .........................................................................................................
10. Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan betok (A. testudineus) di
masing-masing habitat selama penelitian ..........................................................
11. Hasil perhitungan ukuran pertama kali matang gonad pada ikan betok (A.
testudineus) .....................................................................................................

1. Skema pendekatan masalah pengelolaan sumberdaya ikan betok (A.
testudineus) .....................................................................................................

.

2. Ikan betok (A. testudineus) ............................... ........... . ... ...... . ..,. . .....
3. Peta lokasi penelitian dan habitat pengarnbilan sampel air dan ikan ..................
4. Persentase kerapatan tumbuhan air di masing-rnasing habitat selama
penelitian ....................................................................................................... .

.

4
5

18

30

5. Distribusi hasil tangkapan ikan betok (A. testudineus) di masing-masing
habitat selarna penelitian ................................................................................ 32
6. Hubungan kerapatan tumbuhan
. . air dengan jumlah ikan yang tertangkap di
masing-masing habitat peneblan. ................................................................... 60
7. Distribusi jumlah selang ukuran panjang ikan betok (A. testdineus) Z jantan
dan ,? betina di masing-masing habitat.. .........................................................

35

...............

36

9. Spekturn makanan ikan betok (A. testudineus) di masing- masing habitat
penelitian ............................ ............. ............................. ....... ........................

38

8. Struktur anatomi insang dan pence;maan ikan betok (A. testudineus)

.

.

10. Kurva pertumbuhan panjang ikan betok (A testudineus) di masing-masing
habitatpenelitian ........................................................................................ 42
11. Nisbah kelamin ikan betok (A. testudineus) di masing-masing habitat .............. 43
12. Persentase tingkat kematangan gonad ikan betok (A. testudineus) jantan dan
betina di masing-masing habitat selama penelitian............................................ 44

13. Persentase tingkat kematangan gonad ikan betok (A. testudineus) jantan dan
betina berdasarkan selang ukuan panjang (mm) di masing-masing habitat
penelitian ......................................................................................................
14. Hubungan berat gonad, bobot ikan, dan panjang total dengan fekunditas ikan
betok (A. testdineus)...................................................................................
15. Ukwan dan sebaran diameter telur ikan betok (A. testudineus) ' K G I11 dan
IV di masing-masing habitat .............................................................................
16. Struktur histologis testes ikan betok (A. testdineus) .......................................
17. Struktur histologis ovarium ikan betok (A. testdineus) ...................................
18. Grafik analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi
lingkaran korelasi antar habitat pada sumbu 1 dan 2. ......................................
19. Grafik analisis kornponen utama parameter aspek biologi ikan pada TKG IV
lingkaran korelasi antar habitat pada sumbu 1 dan 2. .......................................
20. Skema rnatrik korelasi antar variabel kondisi lingkungan Danau Melintang

48
51
52

53
54

56
57

dengan aspek biologi ikan betok (A. testudineus) ............................................. 58

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Foto lokasi penelitian habitat rawa, habitat sungai, clan habitat danau di
lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara ..............................................

2. Tingkat kematangan gonad ikan .......................................................................
3. Pembuatan preparat histologi gonad dengan metode mikroteknik .....................
4. Data klimatologi di Kalimantan Timur. ............................................................

5. Rerata jenis dan jumlah plankton masing-masing habitat di lingkungan Danau
Melintang .........................................................................................................
6. Analisis regresi limier twnbuhan air dengan hasil tangkapan di masing-masing
habitat selama penelitian ..................................................................................

7. Komposisi jenis makanan ikan betok (A. testudineus) berdasarkan TKG di
masing-masing habitat......................................................................................

8. Hasid uji t terhadap nilai b hubungan panjang berat ikan di masing-masing
babitat ..............................................................................................................
9. Analisis ragam hubungan panjang total dan bobot ikan betok (A. testudineus)
jantan clan betina di habitat ram ......................................................................
10. Analisis ragarn hubungan panjang total dan bobot ikan betok (A. testudineus)

jantan dan betina di habitat sungai ....................................................................

11. Analisis ragam hubungan panjang total dan bobot ikan betok (A. testudineus)
jantan dan b e t i i di habitat danau .....................................................................

12. Hasil perhitungan dugaan pertumbuhan dengan menggunakan persamaan von
bertulunfi.. ......................................................................................................
13. Nilai rata-rata W o r kondisi ikan betok (A. testudineus) jantan dan betina

berdasarkan selang ukuran panjang ..................................................................
14. A d i s i s Chi kuadrat pada nisbah kelamin ikan yang matang gonad (TKG IV)
setiap bulan ......................................................................................................

15. Indeks kematangan gonad berdasarkan tingkat kematangan gonad di masingrnasing habitat ..................................................................................................
16. Distribusi panjang total dan perhitungan ukuran pertama kali matang g o d

ikan betok (A. testudineus)jantan di habitat rawa .............................................
17. Distribusi panjang total dan perhitungan ukuran pertanr;l kali matang gonad
ikan betok (A. testudineus) betina di habitat rawa .............................................
18. Distribusi panjang total dan perhitungan ukuran pertama kali matang gonad
ikan betok (A. testudineus)jantan di habitat sungai ..........................................
19. Distribusi panjang total dan perhitungan ukuran pertarna kali matang gonad
ikan betok (A. testdineus) betina di habitat w a i ...........................................

20. Distribusi panjang total dan perhitungan ukuran pertama kali matang gonad
ikan betok (A. estudineus)jantan di habitat danau.............................................

2 1. Distribusi panjang total dan perhitungan ukuran pertama kaii rnatang gonad
ikan betok (A. testudineus) betina di habitat danau ........................................... 103

22. Hasil perhitungan fekunditas ikan betok (A. testudineus) di masing-masing
habitat .............................................................................................................. 104
23. Analisis regresi : Fekunditas dengan berat gonad, bobot dan panjang total
ikan betok (A. testudineus) di habitat rawa ....................................................... 105
24. Analisis regresi: fekunditas dengan berat gonad, berat total dan panjang total
ikan betok (A. testudineus) di habitat sungai ..................................................... 106
25. Analisis regresi: fekunditas dengan berat gonad, bobot ikan dan panjang total
ikan betok (A. testudineus) di habitat danau.................................................. 107
26. Hasil analisis komponen utama (PCA) antara habitat pengamatan dengan
karakteristik habitat clan aspek biologi ikan betok (A. testudineus) .................. 109

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perairan daratan (inland waters) merupakan gabungan dari berbagai
ekosistem perairan yang ada di daratan. Potensi dan pengelolaan perairan tersebut
dipandang penting karena letak geografisnya yang berkaitan erat dengan berbagai

aktifitas manusia. Perairan daratan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan
mengalir (lothik) dan perairan menggenang (lenthik). Perairan mengalir adalah
perairan yang mempunyai massa air yang bergerak terus menerus ke arah tertentu,
mengalir dari daerah pedalaman sampai ke laut, termasuk semua sungai dengan
segala ukuran. Perairan menggenang meliputi rawa, waduk, kolam, dan danau
(Ewusie, 1990).

Salah satu ekosistem perairan daratan yang unik adalah ekosistem lahan

basah (wet land). Sebutan lahan basah menunjukkan suatu keadaan daIarn ha1
mana wilayah ini seldu basah dengan curah hujan > 2.000 mm per tahun dan
merniliki 6-7 bdan basah serta ditumbuhi vegetasi rurnput dm tanaman air dalam
kondisi selalu tergenang (Noor, 2007)
Daerah Mahakam Tengab (DMT)yang terletak pada koordinat 116"-1 17"
BT dan O0-30" LS rnerupakan salah satu daerah 1-

basah terbesar di

Kalimantan (Budiono et al., 2005). Daerah lahan basah tersebut terdiri dari tiga

danau besar (Jempang, Melintang dan Semayang) dan beberapa danau kecil, rawa
garnbut dan anak sungai utama. Daerah tersebut terletak di Provinsi Kalimantan

Timur dalam wilayah ekologi Paparan Sunda. Lingkungan Danau Melintang
terdiri dari beberapa tipe habitat seperti rawa, sungai dan danau. Pada saat musim
kemarau volume air sangat kecil, sedangkan pada musirn penghujan air meluap
menggenangi daerah paparan danau, rawa, daratan, dan alur-alur sungai. Kondisi

ini rnengakibatkan beragamnya habitat yang tersedia bagi organisme akuatik
(Welcomrne, 1985). Besarnya keragaman habitat di kawasan tersebut mempunyai
peranan penting bagi ikan untuk mencari makan, berkembangbiak dan
pengasuhan anak-anak ikan, termasuk betok (A. testudineus).
Ikan betok merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang umum ditemukan
di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang

medapatkan air banjir atau berhubtmgan dengan saluran air terbuka. lkan ini

mempunyai nilai ekonomis tinggi dan disukai di Kalimantan, sehingga permintaan
terhadap ikan tersebut cukup tinggi. Hingga saat ini, upaya untuk memenuhi
permintaan pasar masih sepenuhnya tergantung pada hasil tangkapan di darn,
karena kegiatan budidaya ikan betok masih belurn intensif dilakukan,
Semakin meningkatnya kegiatan penangkapan ikan-ikan di lingkungan

Danau Melintang termasuk ikan betok, menyebabkan penurunan populasinya. Hal
ini terbukti dengan berkurangnya hasil tangkapan nelayan di daerah tersebut. Pada
tahun 2000 hasil tangkapan ikan adalah 14.850 ton dan menjadi 9200 ton pada
tahun 2005 (Syachraini et al., 2005). Selain itu penggunaan alat tangkap yang

tidak rarnah lingkungan seperti keblat dan p e r u b h kondisi lingkungan seperti
meningkatnya kekeruhan (Pollnac dan Malvestuto, 1991) memberikan andil dan
pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan-ikan di daerah tersebut termasuk ikan
betok.
Melihat adanya berbagai tekanan terhadap kelangsungan hidup dan populasi

ikan betok di atas, dikhawatirkan pada masa yang akan datang keberadaan ikan
betok di lingkungan Danau Melintang akan terancam. Oleh sebab itu jenis ikan ini
perlu dilestarikan keberadaannya dengan cara mengelola perairan yang menjadi
habitat ikan tersebut. Melihat uraian tersebut, maka perlu dikaji fsktor-faktor yang
berkaitan dengan kebiasaan makanan, pertumbuhan, dan aspek reproduksi ikan
betok, sebagai dasar untuk pengelolaannya agar supaya tidak tejadi penurunan
populasi ikan tersebut. Pendekatan melalui kajian aspek biologi ini merupakan
langkah awal sebagai upaya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan agar
pernanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan.

1.2. Pendekatan Masalah.
Populasi ikan betok di lingkungan Danau Melintang cendemg menurun,
ha1 ini diduga karena adanya berbagai tekanan seperti tingginya usaha
penangkapan clan perubahan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan di Danau
Melintang sangat dipengaruhi oleh perubahan musim "dinamika hidrologi", ketika
musim kemarau panjarlg, air hanya dijurnpai di badan sungai, rawa lebak, clan

danau, saat itu kualitas dan kuantitas perairan di lingkungan Danau Meiintang
sangat ekstrim dan usaha penangkapan sangat intensif karena keterbatasan ruang

gerak dan habitat ikan betok. Pada m u s h penghujan air meluap menggenangi
daerah paparan danau, daratan, rawa (rapak), dan alur-alur sungai. Saat i t -terjadi
perubahan kuantitas dan kualitas air serta ketersediaan makanan dari ekstrirn
menjadi lebih baik bagi ikan-ikan di setiap habitat di lingkungan Danau Melintang
tersebut. Hal ini berpengaruh terhadap proses-proses pertumbuhan reproduksinya.
Agar proses pertumbuhan reproduksi dapat berjalan dengan baik, maka perlu
adanya pengelolaan sumberdaya ikan Langkah yang dikedepankan untuk dapat
melakukan pengelolaan sumberdaya ikan betok adalah sebagai berikut: (1)
Pembatasan upaya penangkapan, (2) Pengaturan ukuran ikan yang boleh
ditangkap, (3) Pengaturan musim penangkapan, clan (4) Pengaturan lokasi
penangkapan.
Untuk dapat mengelola sumberdaya ikan di lingkungan di Danau Melintang
dibutuhkan i n f o m i yang lengkap, terutama tentang aspek ekologi dan biologi
ikan tersebut. Lebih jelasnya, kerangka pendekatan masalah dapat dilihat pada
Gambar 1.
13. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makanan, pertumbuhaa

clan reproduksi serta mengetahui keterkaitan antara kebiasaan makanan dengan
aspek reproduksi ikan betok pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau
Melintang Kalirnantan Timur.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk dijadikan

dasar dalam, (1) pengelolaan sumberdaya ikan betok agar dapat dimanfaatkan
secara optimal dan berkesinambungan, (2) upaya domesGkasi agar nantinya dapat
melakukan restocking untuk memperbaiki kualitas dm kuantitas populasi ikan
betok, dan (3) upaya domestikasi yang mengarah kepengembangan budidaya.

rL---l
Pengelolaan Sumberdaya

Pengaturan ukuran
ikan yang ditangkap

-

4

I

Pengaturan musim
~enangka~

Pengaturan lokasi
~nangka~an

Pembatasan

4

4

4

Tempat memijah

Potensi reproduksi dm
Pols pemijahan

en^B k a ~

-

4

Ukuran pertama matang
gonad

Musirn pemijaban

t
Hubungan antara
panjang ikan dengan
TKG

Hubungan antara
waktu dengan TKG

Dinarnika hidrologi dan
Kualitas air

.

t
Pelacakan waktu ikan
memijah

t

t .
--b

..

t

t

t
Pelacakan ukuran
pertama kali matang
gonad

-

t

Sampling ikan pada
berbagai Wit

Hubungan
fekunditas
dengan
ukuran ikan

t

t

Pelacakan lokasi ikan
memijah

Penghitungau
jumlah
Fekunditas

I

Reproduksi ikan betok

t
Distribusi
u k m
diameter telur
ikan

t
Pengukuran
diameter telur

t

t
Kebiasaan makanan ikan betok

Gambar 1. Skema pendekatan masalah pengelolaan sumberdaya ikan betok (A. testudineus)

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifiiisi Ikan Betok

Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar.

Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik
(Jawa.), puyu (Malaysia) atau pepuyuk (Bahasa Banjar). Dalam Bahasa Inggris
dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada
kemampuannya memanjat ke daratan. Narna ilrniabnya adalah Anabas testudineus
(Bloch, 1792). Klasiftkasi ilmiah ikan betok adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Labyrinthici
Sub ordo: Anabantoidei
Famili: Anabantidae
Genus: Anabas
Spesies: A. testudineus
D XVII-XVIII 8-10, P I 13-14. V 15, A VIII-XI 9-11, C 17, LL 28-32

(Kottelat et al., 1993.)
Ikan ini umumnya berukuran kecil dengan panjang maksimum sekitar 25
cm, narnun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras dan kaku.
Sisik bagian atas tubuh (dorsal) berwarna gelap kehitaman agak atau kecoklatan
atau kehijauan. Sisik bagian samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah
bawah, dengan garis-garis gelap melintzing yang samar dan talc beraturan. Sebuah
bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup

insang. Sisik pada belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri

(http:llwikipedia.~~miinfo/ikan
betowhtml) (Gambar 2).

Gambar 2. Ikan betok (A. testudineus) (Koleksi foto: Mustakim, 2008)

&an betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan
parit-parit, serta di kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan
dengan saluran air terbuka. Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan

air yang berukuran kecil. Ikan betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering
ditangkap sebagai ikan liar. Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya,
betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele,
betok juga merniliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara
karena adanya organ labirin (labyrinth organ) yang terdapat pada bagian atas
rongga insang. Alat pernapasan tarnbahan ini sangat berguna manakala ikan
mengalami kekeringan, dan ikan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair
(http://www.fishbase.org/Summary/speciesSum.php/O7 September 2007)

Ikan betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan
menggunakan tutup insang yang dapat dikernbangkan, dan berlaku sebagai
semacam 'kaki depan'. Narnun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama
bertahan di daratan, dan hams mendapatkan air dalam beberapa jam. Ikan ini
menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan
Nusantara

di

sebelah

Barat

Garis

Wallace

(http:l~.fishbase.org~Summary/species.
Summary.phpl07 September 2007)

2.2, Tipologi Lingkungan dan Komunitas Ikan di Danau Melintang
Lingkungan Danau Melintang merupakan salah satu tipe ekologi lahan
basah (wet land) yang berada di Daerah Mahakam Tengah (DMT). Daerah
tersebut mempunyai ekosistem yang sangat beragam, baik secara spasial maupun
temporal. Sebagai bagian dari ekosistem sungai, daerah ini dicirikan oleh fluktuasi

air antara musirn kemarau dan penghujan yang sangat bervariasi sepanjang tahun.
Habitat yang ada di sekitar Danau Melintang terdiri dari daerah lothik, yaitu alur
sungai (rivers channel) baik yang besar maupun yang kecil; daerah Ienthik yaitu

daerah rawa, dan danau atau genangan yang semi perrnanen maupun permanen.
Lingkungan Danau Melintang bertipe paparan banjir. Pada saat musim
penghujan luas paparan banjir tersebut mencapai 165.800 ha dengan kedalaman
maksimum sekitar 6,s m serta fluktuasi permukaan tahunan mencapai 4,5 m
(LIPI, 2004 dalam UNMUL, 2006).

Pada saat musim penghujan air meluap menggenangi daerah paparan danau,
rawa, daratan, dm alur-alur sungai. Kondisi ini mengakibatkan beragarnnya
habitat yang tersedia. Besarnya keragaman habitat yang tersedia memungkinkan
banyak spesies ikan memanfaatkan daerah ini dalam berbagai cara untuk
menunjang proses kehidupan mereka seperti untuk pemijahan (Copp, 1989; Lim
et al,, 2004 dalam Simanjuntak, 2007), pengasuhan anak-anak ikan (Riberio et al.,

2004; Sommer et al., 2004 dalam Simanjuntak, 2007).
Penggenangan dalam waktu yang lama &an mengakibatkan kekayaan
spesies ikan khususnya kelimpahan ikan di daerah genangan. Vegetasi yang
tergenangi akan meningkatkan kelimpahan ikan dengan menciptakan struktur
habitat yang komplek dan menyediakan lebih banyak makanan serta perlindungan
bagi anak-anak ikan (Simanjuntak, 2007). Kondisi ini sering ditemui pada tipe
ekologi rawa banjiran.
Dalam konteks ekologi, daerah rawa banjiran termasuk lahan basah
(Notohadiprawiro,1979; Andriese, 1988; Mitsch dan Gosselink, 1993 dalam

Noor, 2007), Pengertian iahan basah mempunyai cakupan lebih luas lagi,
menurut konvensi Ramsar (1971) dalam Noor (2007),

yaitu sernua badan

perairan (danau, waduk, sungai, rawa, tarnbak), persawahan (irigasi, tadah hujan,
pasang surut) dan kawasan pantai yang mempunyai kedalaman air minimal 6
meter.
Daerah rawa banjiran merupakan salah sat- tipe ekosistem yang produktif

bagi @anan

air tawar (Welcomme, 1985). Komunitas ikan yang berasosiasi di

rawa banjiran dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, (1) ikan-ikan peruaya
(whitefish) yakni ikan-ikan yang beruaya ke daerah tersebut pada saat musim

penghujan, untuk memijah, mencari makan dan perbesaran anak-an& ikan,
kelompok ikan ini diantaranya adalah dari farnili Cyprinidae dan Pangasidae.
Kelompok, (2) ikan-ikan yang penetap (resident fish), yakni spesies ikan yang
telah beradaptasi dan tahan pada kondisi oksigen rendah, di daerah Asia Tenggara
disebut blackfish. Ikan ini tetap bertahan pada rawa banjiran saat musim kernmu.

Ikan yang termasuk dalam kategori ini, yaitu sebagian besar ikan Siluridae,
Ophiochepalidae (Channidae), Anabantidae, Osteoglossidae, d m ikan Polyteridae
(Welcomme, 1979).

Haryono (2006) dan UNMUL (2006) menyatakan bahwa, lingkungan Danau
Melintang memiliki kekayaan iktiofauna dengan ditemukannya beragam spesies,
antara lain: Barbichthys laevis, Barbodes collingwoodi, Osteochilus kappni,

Thynichthys vaillanti, Rasbora sp, Chela oxygastroides, Pangasius sp, Anabas
testudineus, Hemibragus nemurus, Trichogaster trichopterus, T. pectoralis,
Pristolepisfasciata, Oxyoleotris marmorata, Helostoma teminckii, Macrognuthus
aculeatus, Clarias sp, Ophiocepalus striatus, Ophiocepalus sp. Tingginya
keragaman fauna ikan yang ditemukan merupakan ciri dinamika ekologi sebagai
respon ikan terhadap heterogenitas habitat (Agostinho et al., 2000).

2.3. Distribusi Ikan
Pada umumnya ikan-ikan perairan umum seperti sungai, danau, dan rawa
berdistribusi pada perairan yang bisa ditolerii oleh ikan tersebut. Ikan-ikan yang
hidup di danau clan rawa banjiran juga akan melakukan ruaya apabila kondisi
perairannya memburuk, mencari tempat yang lebih bagus kondisi

kualitas

perairannya Faktor-Wor yang mempengaruhi ikan dalarn ~nelakukanruaya
pemijahan, dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor eksternal dan fhktor internal.
Faktor eksternal ialah W o r lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung

herperan dalam aktivitas ruaya ikan. seperti suhu, intensitas cahaya matahari, air
hujan (menimbulkan arus), dan perubahan tinggi perm*
menjadi rangsangan ikan untuk beruaya.

perairan dapat

Faktor internal ialah faktor yang

ter&pat di dalam tubuh misalnya sekresi kelenjar hormon dan lain- lain yang
berhubungan dengan faktor eksternal tadi (Effendie, 2002).
2.4. Kebiasaan Makanan
Umumnya rnakanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan
dalam mengawali hidupnya, ialah plankton bersel tunggal dan berukuran kecil.
Jika pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya,
diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Dalam mengelompokan &an
berdasarkan rnakanan, ada ikan sebagai pemakan plankton, pernakan tumbuhan,
pemakan dasar, pemakan detritus, &an buas dan ikan pernakan campuran
Menurut Effendie (2002), berdasarkan jumlah variasi dari macam-macam

rnakanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pernakan

bemacam-macam makanan; Stenophagic, ikan pemakan yang macamnya sedikit
atau sempit; dan monophagic, ikan yang makanannya terdiri dari satu macam
makanan saja.
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata.
Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutarna
oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam
perairan keruh. Pada umumnya ikan mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap
kebiasaan makannya serta dalam memanfaatkan rnakanan yang tersedia. Menurut
Bhukaswan (1980), variasi distribusi ikan di suatu perairan berhubungan dengan
kebiasaan makan dan ketersediaan makanan.
2.5. Pertumbuhan

Perhunbuhan adalah suatu indikator yang baik untuk melihat kondisi
kesehatan individu, populasi, dan lingkungan. Laju pertumbuhan yang cepat
menunjukkan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan tempat hidup yang
sesuai. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang, dan
bobot ikan) selama waktu tertentu. Pertumbuhan dari segi energi juga dapat
diartikan sebagai perubahan jaringan somatik dan reproduksi dilihat dari kalori
yang tersimpan. Definisi pertumbuhan dari segi energi berguna untuk memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi pertmibuhan ikan, yaitu asupan energi dari
rnakanan,

keluaran energi untuk metabolisme, keluaran energi untuk

pertumbuhan, dan keluaran energi melalui ekskresi (Brett dan Groves, 1979

dalam Moyle dan Cech, 2004). Pertumbuhan dalam individu acidah pertambahan
jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis (Effendie, 1997).

Pada muianya, saat ukuran ikan kecil, ukufan ikan mulai meningkat secara
lambat. Akan tetapi kemudian, laju pertumbuhan semakin cepat. Setelah waktu
tertentu, laju pertumbuhan kembali meningkat dengan larnbat sampai akhirnya
tetap pada suatu garis asimtotik. Sebagian besar ikan memiliki kemampuan untuk
menemkan pertumbuhan selama hidup bila kondisi iingkungannya sesuai dan
ketersediaan makanan cukup baik, walaupun pada umur tua pertumbuhan ikan
hanya sedikit. Ikan tidak memiliki limit tertentu untuk membatasi pertumbuhan
(undetenninate growth) (Effendie, 1997).

Secara urnurn pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu keturunan
(genetik), jenis kelamin, parasit dan penyakit (Effendie, 1997), serta umur dan
maturitas (Moyle dan Cech, 2004). Faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan yaitu jurnlah dan ukuran makanan yang tersedia, jurnlah ikan
yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut
(Weatherley, 1972), kadar amonia di perairan, dan salinitas (Moyle dan Cech,

2004). Pertumbuhan ikan bersifat sangat labil (Weatherley, 1972).
2.6. Reproduksi Ikan

Ikan yang ukuran tububnya kecil dan masa hidupnya singkat, akan mencapai
dewasa kelamin pada umur yang lebii muda, jika dibandingkan dengan spesies
ikan yang lebih besar dm umurnya yang lebii panjang (Lagler et al., 1977).
Pemijahan buatan pada ikan liar masih menghadapi banyak kendala diantaranya
ikan yang mernijah di habitatnya tidak dapat memijah di kolarn-kolam. Hal
tersebut terjadi karena masih kurangnya penelitian mengenal siklus reproduksi
khususnya ikan-ikan di Indonesia di habitat alamiahnya. Faktor-faktor yang
mengontrol siklus reproduksi ikan di perairan terdiri dari faktor fisika, kimia dan
biologi. Ikan yang hidup di daerah tropis, faktor fisika utama yang mengontrol
siklus reproduksi adalah arus, suhu dan substrat. Faktor kimia adalah gas-gas
terlarut, pH, nitrogen dan metabolitnya serta zat buangan yang berbahaya bagi
kehidupan ikan diperairan. Faktor biologi yang mengontrol siklus reproduksi ikan
dibagi menjadi faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi faktor fisiologis
individu dan respon terhadap berbagai faktor lingkungan, selanjutnya faktor luar
adalah patogen, predator dan kompetisi sesama spesies ikan tertentu atau dengan
spesies lain.
Induk yang siap memijah adalah induk yang telah melakukan fase
pembentukan kuning telur (phase vitellogenesis) dan masuk fase dorman
(Woynarovich dan Horvath, 1980). Fase pembentukan kuning telur dimulai sejak
terjadinya penumpukan bahan-bahan kuning telur (yolk) dalarn sel teiur. dan
berakhir setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau nukleolus tertarik
ketengah nukleus. Setelah fase pembentukan kuning telur berakhir, sel telur tidak
mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat, tahap ini disebut fase istirahat

(dorman). Menurut Lam (1985), bila rangsangan diberikan pada saat ini akan

menyebabkan terjadinya migrasi inti ke perifer, inti pecah atau lebur, se!anjutnya
terjadi ovulasi (pecahnya folikel) dan oviposisi. Effendie (2002) menyatakan,
bilarnana kondisi lingkungan tidak cocok dan rangsangan tidak diberikan, telur
yang dorman tersebut akan mengalami degradasi atau gagal diovulasikan lalu
diserap kembali oleh sel-sel ovarium, telur yang demikian dikenal dengan oosit

atresia.
Ikan air tawar di daerah tropis memiliki waktu musim pemijahan yang lebih
panjang. Setiap individu dapat memijah pada waktu yang berlainan dengan
individu lainnya, tetapi masih terlihat adanya puncak-puncak musim pemijahan
dalam setiap periode waktu tertentu, yaitu biasanya terjadi pada saat m u s h
penghujan (Welcomrne, 1985). Lama pemijahan pada ikan dapat diduga dari

ukuran diameter telur. Jika waktu pemijahan pendek, semua telur masak yang
terdapat dalam ovarium berukuran sama dimana ukuran ini berbeda dengan

ukuran telur pada saat folikel masih muda. Tetapi bila waktu pemijahan tersebut
terus menerus pada kisaran waktu yang lama, maka ukuran telur yang berada
dalam ovarium berbeda-beda (Hoar, 1957). Menurut Selman dan Wallace (1981),
bila dihubungkan dengan periode waktu pemijahan dengan oosit yang berada
dalam ovarium, maka ovarium ikan dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
sinkronisrne total (seluruh oosit berada pada tingkat perkembangan atau stadia
yang sama), sinkronisme kelompok (sedikitnya ada dua populasi yang berada
dalam stadia yang sama) dan tidak ada sinkronisrne atau metakrom (oosit terdiri

dari semua tingkat perkembangan).
2.7. Seksualitas, Perkembangan Gonad, dan Fekunditas

Perbedaan jenis kelamin pada ikan dapat diidentifikasi dengan cara
mengamati ciri-ciri seksual sekunder dan primer. Ciri-ciri seksual sekunder
diidentifikasi dengan mengarnati bentuk luar tubuh clan pelengkapnya. Seksual
primer adalah mengarnati organ yang secara langsung berhubungan dengan proses
reproduksi yaitu ovarium dengan pembuluhnya pada ikan betina

dan testis

dengan pembuluhnya pada ikan jantan (Effendie, 1997).
Pola seksual dan nisbah kelamin ikan sangat menentukan keberhasilan

proses reproduksi. Nisbah kelamin antara ikan jantan dengan ikan betina yang

ideal adalah mengikuti pola 1:1. Penyimpangan nisbah kelamin dari pola 1:1
dapat timbul dari faktor yang mencakup perbedaan distribusi, aktifitas, dan
gerakan ikan (Turkmen et al., 2002). Nikolsky (1963) menambahkan bahwa, jika
ketersediaan makanan berlimpah maka ikan betina akan lebih dominan,
sebaliknya ikan jantan dominan saat ketersediaan makanan berkurang.
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi sebagian besar energi
hasil metabolisme ikan akan tertuju untuk perkembangan gonad atau pertumbuhan
gonad (Effendie, 2002). Perkembangan gonad ikan sangat berkaitan erat dengan
pertumbuhan ikan sehingga faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan juga berpengaruh pada perkembangan gonad. Ada dua tahapan
perkembangan gonad yaitu tahap perkembangan gonad ikan menjadi dewasa
kelamin (sexually mature) dan tahapan pematangan gamet (garnet maturation).
Pada hewan vertebrata termasuk ikan, saat terjadinya kematangan gonad adalah
mempakan periode dimana ikan yang muda memiliki kemampuan untuk
melakukan reproduksi. Hal ini terjadi dengan teraktivasinya axis hipo

Dokumen yang terkait

Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) di Rawa Banjiran DAS Mahakam, Kalimantan Timur.

5 40 116

Pertumbuhan dan Aspek Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus) dan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Danau Taliwang, Sumbawa Barat.

0 14 219

Evaluasi Waktu Pemberian Pakan Buatan Pada Larva Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch)

0 7 31

Pertumbuhan dan Aspek Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus) dan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Danau Taliwang, Sumbawa Barat

1 13 118

Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

1 8 131

PERSENTASE PENETASAN TELUR IKAN BETOK (Anabas testudineus) DENGAN SUHU INKUBASI YANG BERBEDA

0 1 8

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas Testudineus Bloch) YANG DIRANGSANG EKSTRAK HIPOFISA IKAN BETOK DENGAN RASIO BERAT IKAN DONOR DAN RESIPIEN BERBEDA

0 1 12

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM BROILER

0 14 13

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI WADUK SEMPOR, KEBUMEN BIOLOGICAL ASPECT OF REPRODUCTION OF CLIMBING GOURAMY (Anabas testudineus Bloch, 1792) IN SEMPOR RESERVOIR, KEBUMEN

0 0 15

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR [Reproductive biology of climbing perch (Anabas testudineus Bloch, 1792) in floodplain of Mahakam River, East Kalimantan]

0 1 15