BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan penting dilakukan untuk dapat memberikan motivasi kerja. Pemberdayaan menurut Whetten dan Cameron 2005 adalah memampukan
individu untuk dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinya, membantu memulihkan ketidakberdayakan, sehingga individu memiliki semangat, dan
motivasi intrinsik dalam melakukan setiap tindakan. Huber 2006 menyatakan bahwa pemberdayaan adalah memberikan tanggung jawab,
kebebasan untuk bertindak tentang apa yang individu ketahui serta secara perlahan–lahan akan memiliki keyakinan, kepercayaan diri, dan kemampuan
untuk mencapai kesuksesan. Pemberdayaan adalah suatu proses yang dirasakan individu untuk meningkatkan efektivitas diri melalui identifikasi
untuk meniadakan kondisi ketidakberdayaan Conger Kanungo, 1988 dalam Manojlovich, 2007. Berdasarkan pengertian tersebut bahwa
pemberdayaan merupakan proses memampukan individu, memberikan kebebasan individu untuk berpikir, bertindak sesuai keyakinan, nilai, dan
kepercayaan masing–masing individu.
Pemberdayaan secara umum terdiri atas dua yaitu pemberdayaan stuktur dan pemberdayaan psikologis. Pemberdayaan struktur di tempat kerja mencakup
kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas yang dimiliki individu, mencari
Universitas Sumatera Utara
informasi tentang organisasi, mencari dukungan tentang tanggung jawab kerja dan pengambilan keputusan, serta mencari sumber-sumber yang
diperlukan Kanter, 1977; Laschinger 2004; Stewart, et al., 2008. Pemberdayaan psikologis terdiri atas kemaknaan, kompetensi, penentuan
diri, dampak yang berdampak terhadap kepuasan Spreitzer, 2007.
2.2 Pemberdayaan Psikologis
Pemberdayaaan psikologis seperti yang telah dijelaskan di atas dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Pemberdayaan psikologis menurut Thomas
and Velthouse 1990, dalam Dewettinck, 2003 merupakan suatu bentuk motivasi intrinsik yang dimiliki individu untuk menghasilkan kepuasan
kerja. Sedangkan, menurut Conger dan Kanungo 1988 dalam Manojlovich, 2007 menyatakan bahwa pemberdayaan psikologis adalah membangun
motivasi dari empat kognisi yang dibentuk oleh lingkungan kerja yaitu kemaknaan, kompetensi, penentuan diri, dan dampak. Pemberdayaan
psikologis merupakan suatu proses yang diawali dengan interaksi antara lingkungan kerja dengan karakteristik kepribadian individu, dan interaksi
lingkungan tersebut membentuk empat pemberdayaan kognitif yakni kemaknaan, kompetensi, penentuan diri, dan dampak yang pada akhirnya
akan dapat memotivasi perilaku individu Spreitzer, 1995 dalam Manojlovich, 2007. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan psikologis merupakan suatu bentuk motivasi intrinsik
Universitas Sumatera Utara
individu di lingkungan kerja yang dibentuk dari empat kognisi untuk menghasilkan kepuasan kerja.
Pemberdayaan psikologis mencerminkan orientasi kerja yang aktif, dimana individu mampu menentukan perannya dalam pekerjaan, bukan hanya
sekedar menyampaikan gagasan saja Boudrias, Gaudreau, Laschinger, 2004 dalam Manojlovich, 2007. Penelitian Santoso 2006 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pemberdayaan perawat dengan kinerja perawat pelaksana di rumah sakit umum Kota Semarang. Artinya bahwa perawat
yang memiliki pemberdayaan yang optimal akan dapat mempengaruhi aktivitasnya dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga dapat
mencerminkan kinerja yang baik.
Individu perlu diberdayakan, karena pemberdayaan psikologis yang optimal dapat berpengaruh terhadap peningkatkan kualitas pelayanan. Whetten dan
Cameron 2005 menyatakan bahwa individu yang diberdayakan akan membentuk individu menjadi lebih produktif, lebih puas, lebih inovatif, dan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Spreitzer dan Mishra 2002 dalam Heather, et al, 2003 berpendapat bahwa pemberdayaan psikologis
memungkinkan individu untuk mampu mengatasi stres di dalam kondisi kerjanya sehingga meningkatkan kesetiaan individu kepada organisasi,
bahkan dalam keadaan sulit sekalipun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Spreitzer et al., 1997; Liden et al., 2000, dalam Dewettinck, 2003
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara pemberdayaan dengan kepuasan kerja staf sebesar 40.
Suatu upaya untuk membentuk individu menjadi lebih produktif, menjadi lebih inovatif, memberikan kepuasan kerja, dan individu dapat mengatasi
stres di dalam kondisi lingkungan kerjanya maka individu dapat diberdayakan melalui dimensi pemberdayaan psikologis.
2.3 Dimensi Pemberdayaan Psikologis