Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008

(1)

DETERMINAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MEMBUANG

LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM

Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

TAHUN 2008

T E S I S

Oleh

IKA YUNIATI TARIGAN

047012008/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA


(2)

DETERMINAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MEMBUANG

LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM

Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IKA YUNIATI TARIGAN

047012008/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : DETERMINAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MEMBUANG LIMBAH MEDIS PADAT DI RSU Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2008 Nama Mahasiswa : Ika Yuniati Tarigan

Nomor Pokok : 047012008

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP) Ketua

(dr. Surya Dharma, MPH) (dr. Wirsal Hasan, MPH)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Telah diuji pada

Pada tanggal : 04 Februari 2009

________________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP

Anggota : 1. dr. Surya Dharma, MPH

2. dr. Wirsal Hasan, MPH

3. dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK 4. Ir. Evi Naria, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

DETERMINAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MEMBUANG LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

TAHUN 2008

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2009


(6)

ABSTRAK

Keberadaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sebagai sisa dari adanya input, process dan output di rumah sakit, termasuk golongan limbah berbahaya dan beracun, yang dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, perawat, karyawan, pengunjung, masyarakat dan pihak pengelola limbah rumah sakit. Limbah medis padat akan berada pada tempat yang aman atau tidak, ada kaitannya dengan perilaku perawat dalam membuang limbah medis padat.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat, ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat dan motivasi yang diperoleh perawat terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat. Penelitian dilakukan secara observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi sekaligus sebagai sampel adalah perawat rumah sakit yang dalam pekerjaannya berpotensi menghasilkan limbah medis padat, berjumlah 200 orang. Alat yang digunakan untuk pengambilan data adalah kuesioner, check list, panduan wawancara, dan pengamatan langsung oleh peneliti. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 (delapan) variabel yang berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, yaitu: pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, ketersediaan sarana memperoleh informasi, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat, dan motivasi yang diperoleh perawat terhadap tindakan membuang limbah medis padat dengan taraf singnifikasi masing-masing variabel p value <0,05. Variabel kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan.

Saran yang diberikan adalah mensosialisasikan kembali kebijakan rumah sakit mengenai pengaturan fasilitas pembuangan limbah medis padat harus sesuai dengan peraturan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, dan adanya pengawasan serta penghargaan dari pimpinan rumah sakit yang diberikan kepada setiap ruangan dan setiap perawat yang mematuhi prosedur tetap dalam membuang limbah medis padat di rumah sakit yang baik dan benar.

Kata Kunci : Tindakan, Limbah Medis Padat


(7)

ABSTRACT

Solid medical waste at RSU dr. Pirngadi Hospital Medan as a consequence of hospital’s input, process and output is included to toxic and hazardous type of waste which bring disadvantages to patients, nurses, staff, visitors, surrounding community and management of hospital medical waste. Whether solid medical waste is put in a secure place or not is related to nurses behavior disposing solid medical waste.

This observasional study with cross sectional design is aimed to analyze the influences of age, education, working experience, knowledge, attitude, availability of medical waste disposal facilities, access to medical waste information, hospital’s policy on medical waste and motivation on nurses action in disposing solid medical waste. The population as well as the samples of study were 200 nurses of the hospital which in their work were potential of producing solid medical waste. The data were collected through questionnaire, check list, interview guide and direct observation. Statiscal analyze is done by using Chi-square and logistic regression test.

The result of the study shows that there are 8 (eight) variable influence on the nurses act in disposing solid medical waste, such as; educations, working experience, knowledge, attitude, availability of medical waste disposal facilities, access to medical waste information, hospital’s policy on medical waste and motivation on nurses action in disposing solid medical waste with level of significant each variable p value < 0,05. Variable Hospital’s policy is the most dominant factor which influence on nurses action in disposing solid medical waste at RSU dr. Pirngadi Hospital in Medan.

It is suggested to the hospital to socialize the policies about facilities in disposing solid medical waste, to adjust it with Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 and the hospital's CEO (Chief Executive Office) should control and give award to the rooms and nurse who obey the procedure in dispose solid medical waste in good performance and proper ways.

Keyword : Action, solid medical waste


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk semua kasih, berkat dan karyaNya dalam kehidupan penulis, begitu juga selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana USU sampai penulis menyelesaikan Tesis ini dengan judul : ”Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2008”. Penulisan Tesis ini juga dapat terlaksana sampai selesai berkat peranan, dukungan, dan bantuan banyak pihak, mulai dari pengumpulan materi kepustakaan, penyusunan proposal, kolokium, penelitian di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, seminar hasil penelitian sampai ujian tesis yang akan direncanakan pada bulan Desember 2008. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang saya hormati :

1. Ibu Prof. Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS dan Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU Medan.

3. Bapak Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini, dan Bapak dr. Surya Dharma, MPH dan Bapak dr. Wirsal Hasan, MPH sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan sehingga tesis ini dapat selesai.


(9)

4. Ibu Ir. Indra Chahaya S., MSi, ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK dan ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Komisi pembanding (Penguji), yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan tesis ini.

5. Para dosen pengajar di lingkungan Sekolah Pascasarjana USU, khususnya pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

6. Bapak dr. H. Syahrial R. Anas, MHA selaku Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin sebagai tempat penelitian Tesis ini. Kepada seluruh Perawat maupun staf Karyawan yang bekerja di RSU Dr. Pirngadi, yang telah memberikan banyak dukungan dalam penelitian ini.

7. Para rekan-rekan mahasiswa/i di lingkungan Program Studi Adiministrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya angkatan tahun 2004 semoga sukses.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga berperan dalam proses penyelesaian tesis ini.


(10)

Melalui kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis khusus menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan kepada Ayahanda tercinta Pt. Hormat Tarigan dan Ibunda tercinta Pertis br. Ginting yang telah membimbing dan mendidik penulis sejak kecil dan senantiasa memberi dukungan doa dan perhatian sehingga penulis menyelesaikan pendidikan ini.

Untuk Saudara-saudaraku yang tercinta terima kasih atas dukungan doanya Penulis percaya ini semua karena Kasih dan Kemurahan Tuhan Yang Maha Esa, Semoga Tuhan Memberkati kita semua.

Penulis menyadari dalam tesis ini banyak kekurangan dan kelemahan, karena itu penulis mohon maaf dan harapan penulis tesis ini dapat menjadi acuan yang mendukung bagi peneliti-peneliti berikutnya dan semoga bermanfaat bagi banyak pihak, terima kasih.

Medan, Januari 2009 Penulis

Ika Yuniati Tarigan


(11)

RIWAYAT HIDUP

Ika Yuniati Tarigan, lahir pada tanggal 04 Juni 1980 di Kutacane(Aceh Tenggara), anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Pt. H. Tarigan dan Ibunda P. br. Ginting. Penulis tinggal bersama orang tua di Jalan Buku Gang Sosial No.5 Ayahanda- Medan.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Pulonas Kutacane – Aceh Tenggara selesai tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Kalam Kudus Medan selesai tahun 1995, Sekolah Perawat Kesehatan Sari Mutiara Medan selesai pada tahun 1998, Akademi Keperawatan Sari Mutiara Medan selesai pada tahun 2001, Sarjana Keperawatan dan Profesi Keperawatan (Ners) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia Medan selesai pada tahun 2004. Pertengahan 2004 penulis sebagai Mahasiswi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan dengan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK).


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Perumusan Masalah………...…... 6

1.3. Tujuan Penelitian………... 6

1.4. Hipotesis Penelitian………... 7

1.5. Manfaat Penelitian………... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Limbah Medis Padat………... 8

2.2. Konsep Perilaku Kesehatan ….………....…... 24

2.3. Landasan Teori…….………... 28

2.4. Kerangka Konsep………....…... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis penelitian………... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 32

3.3. Populasi dan Sampel………... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data………... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional………... 37

3.6. Metode Pengukuran ..………....………... 41

3.7. Analisis Data ... 44


(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 46

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 52

4.3. Hasil Uji Statistik... 66

4.4. Analisis Multivariat... 74

BAB 5. PEMBAHASAN... 83

5.1. Determinan Tindakan Perawat dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU dr.Pirngadi medan ... 83

5.2. Keterbatasan Penelitian... 91

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 92

6.1. Kesimpulan... 92

6.2. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit ... 9 2.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori... 14 3.3. Jumlah Unit Sampel Perawat yang Bekerja Diruang yang

Menghasilkan Limbah medis Padat ... 34 3.4. Hasil Analisa Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 35 3.5. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 40 4.1. Jenis Ketenagaan pada Badan Pelayanan Kesehatan RSU

Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008... 50 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tenaga Medis

Keperawatan di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008... 53 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tenaga Medis

Keperawatan di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, Tahun 2008... 53 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Pendidikan,

Masa Kerja, Pengetahuan dan Sikap di RSU Dr.Pirngadi Kota

Medan Tahun 2008... 54 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Tindakan

Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU

Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2008... 55 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Tindakan

Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU

Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 56 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

dan Sikap Perawat Terhadap Tindakan Dalam Membuang

Limbah Medis Padat di RSU Dr. PirngadiKota Medan Tahun 2008... 57


(15)

4.8. Hasil Observasi Ketersediaan Fasilitas Pembuangan

Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008... 58 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sarana Informasi

Limbah Medis padat Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan Tahun 2008... 60 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori

Ketersediaan Fasilitas Pembuangan Limbah Medis Padat dan Ketersediaan Sarana Memperoleh Informasi Terhadap Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan, Tahun 2008... 61 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Rumah Sakit Berkaitan

Pembuangan Limbah Medis Padat Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan Tahun 2008 ... 62 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi yang di Peroleh

Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis

Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 63 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kebijakan RS

Dalam Membuang Limbah Medis Padat dan Motivasi yang di Peroleh Perawat Terhadap Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di

RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 64 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Perawat Dalam Membuang

Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008... 65 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan

Perawat Dalam Membuang Limbah Medis padat di RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan Tahun 2008 ... 66 4.16. Distribusi Responden Menurut Umur dan Tindakan Membuang Limbah

Medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 67 4.17. Distribusi Responden Menurut Pendidikan dan Tindakan Membuang Limbah

Medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 68


(16)

4.18. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja dan Tindakan Membuang

Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 69 4.19. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan dan tindakan

Membuang L:imbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Tahun 2008 ... 70 4.20. Distribusi Responden Menurut Sikap dan Tindakan

Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Tahun 2008 ... 71 4.21. Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Fasilitas Pembuangan dan

Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan Tahun 2008 ... 72 4.22. Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Sarana Memperoleh

Informasi dengan Tindakan membuang Limbah Medis Padat

di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 72

4.23. Distribusi Responden Menurut Kebijakan Rumah Sakit dan Tindakan Membuang Limbah Medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Tahun 2008 ... 73 4.24. Distribusi Responden Menurut Motivasi yang Diperoleh Perawat dan

Tindakan Membuang Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan Tahun 2008 ... 74

4.25. Analisa Bivariat Faktor Predisposing, Enabling, dan

Reinforcing Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang

Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 75 4.26. Analisis Hubungan Variabel Antar Variabel Independen

(Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing) dengan Variabel Dependen (Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat)

di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 76 4.27. Analisis Hubungan Variabel Faktor Predisposing, Enabling dan

Reinforcing (Tanpa Ketersediaan Sarana Informasi) Terhadap Variabel Dependen (Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat)

di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 77


(17)

4.28. Analisis Hubungan Variabel Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing (Tanpa Ketersediaan Sarana Informasi dan Variabel Fasilitas Pembuangan Limbah Medis Padat) Terhadap Variabel Dependen (Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat) di RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan Tahun 2008 ... 78 4.29. Analisis Hubungan Variabel Faktor Predisposing, Enabling dan

Reinforcing (Tanpa Ketersediaan Sarana Informasi, Variabel Fasilitas Pembuangan Limbah Medis Padat, dan Pendidikan) Terhadap Variabel Dependen(Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat) di

RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008 ... 78

4.30. Uji Interaksi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tindakan

Perawat Dalam Membuang Limbah Medis padat di RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan Tahun 2008 ... 79 4.31. Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Lama Kerja,

Pengetahuan, Sikap, Kebijakan Rumah Sakit dan Motivasi Terhadap Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat di RSU

Dr. Pirngadi Kota Medan ... 80


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah Medis Padat ………….. . 19 2.2 The Precede-Proceed Model ………..………... 30 2.3 Kerangka Konsep Determinan Tindakan Perawat Dalam

Membuang Limbah Medis Padat ... 31 6.1 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pengelolaan Limbah

Rumah sakit ... 96


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 104

2. Out Put Uji Validitas dan Reabilitas... 109

3. Master Data... 116

4. Out Put Analisa Univariat……….. 122

5. Out Put Analisa Bivariat... 124

6. Out Put Analisa Multivariat... 134

7. Surat Izin Survei Pendahuluan dari Direktur Pascasarjan USU…….. 163

8. Surat Izin Penelitian dari Direktur Pascasarjana USU... 164

9. Surat Izin Penelitian dari RSU Dr. Pirngadi Kota Medan... 165

10. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas IPAL RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2006... 166

11. Photo/Gambar Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan... 172


(20)

ABSTRAK

Keberadaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sebagai sisa dari adanya input, process dan output di rumah sakit, termasuk golongan limbah berbahaya dan beracun, yang dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, perawat, karyawan, pengunjung, masyarakat dan pihak pengelola limbah rumah sakit. Limbah medis padat akan berada pada tempat yang aman atau tidak, ada kaitannya dengan perilaku perawat dalam membuang limbah medis padat.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat, ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat dan motivasi yang diperoleh perawat terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat. Penelitian dilakukan secara observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi sekaligus sebagai sampel adalah perawat rumah sakit yang dalam pekerjaannya berpotensi menghasilkan limbah medis padat, berjumlah 200 orang. Alat yang digunakan untuk pengambilan data adalah kuesioner, check list, panduan wawancara, dan pengamatan langsung oleh peneliti. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 (delapan) variabel yang berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, yaitu: pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, ketersediaan sarana memperoleh informasi, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat, dan motivasi yang diperoleh perawat terhadap tindakan membuang limbah medis padat dengan taraf singnifikasi masing-masing variabel p value <0,05. Variabel kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan.

Saran yang diberikan adalah mensosialisasikan kembali kebijakan rumah sakit mengenai pengaturan fasilitas pembuangan limbah medis padat harus sesuai dengan peraturan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, dan adanya pengawasan serta penghargaan dari pimpinan rumah sakit yang diberikan kepada setiap ruangan dan setiap perawat yang mematuhi prosedur tetap dalam membuang limbah medis padat di rumah sakit yang baik dan benar.

Kata Kunci : Tindakan, Limbah Medis Padat


(21)

ABSTRACT

Solid medical waste at RSU dr. Pirngadi Hospital Medan as a consequence of hospital’s input, process and output is included to toxic and hazardous type of waste which bring disadvantages to patients, nurses, staff, visitors, surrounding community and management of hospital medical waste. Whether solid medical waste is put in a secure place or not is related to nurses behavior disposing solid medical waste.

This observasional study with cross sectional design is aimed to analyze the influences of age, education, working experience, knowledge, attitude, availability of medical waste disposal facilities, access to medical waste information, hospital’s policy on medical waste and motivation on nurses action in disposing solid medical waste. The population as well as the samples of study were 200 nurses of the hospital which in their work were potential of producing solid medical waste. The data were collected through questionnaire, check list, interview guide and direct observation. Statiscal analyze is done by using Chi-square and logistic regression test.

The result of the study shows that there are 8 (eight) variable influence on the nurses act in disposing solid medical waste, such as; educations, working experience, knowledge, attitude, availability of medical waste disposal facilities, access to medical waste information, hospital’s policy on medical waste and motivation on nurses action in disposing solid medical waste with level of significant each variable p value < 0,05. Variable Hospital’s policy is the most dominant factor which influence on nurses action in disposing solid medical waste at RSU dr. Pirngadi Hospital in Medan.

It is suggested to the hospital to socialize the policies about facilities in disposing solid medical waste, to adjust it with Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 and the hospital's CEO (Chief Executive Office) should control and give award to the rooms and nurse who obey the procedure in dispose solid medical waste in good performance and proper ways.

Keyword : Action, solid medical waste


(22)

B A B 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, yakni yang sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), Sistem Kesehatan Nasional dan Repelita dibidang kesehatan serta Peraturan Perundang-undangan lainnya, merupakan dasar untuk mengembangkan Indonesia Sehat 2010.

Salah satunya peraturan perundangan sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan program kesehatan lingkungan Rumah Sakit, dalam Undang-Undang No.23 tahun 1992, pasal 2, ayat 4. Menyatakan bahwa: “Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan”.

Kegiatan Rumah Sakit menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain menghasilkan limbah rumah sakit baik limbah medis padat maupun limbah medis non padat yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus (Depkes, 2001). Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam


(23)

World Health Organisazation (WHO) 1999, sebuah laporan yang diajukan oleh US Environmental Protection Agency di depan kongres Amerika menyajikan perkiraan kasus infeksi Hepatitis B (HBV) akibat cedera oleh benda tajam di kalangan tenaga medis dan pengelolaan limbah rumah sakit. Jumlah kasus infeksi HBV per-tahun di AS akibat pajanan limbah rumah sakit adalah sekitar 162-321 kasus dari jumlah total pertahun yang mencapai 300.000 kasus. Pada fasilitas layanan kesehatan dimanapun, perawat dan tenaga kebersihan merupakan kelompok utama yang berisiko mengalami cedera, jumlah yang bermakna justru berasal dari luka teriris dan tertusuk limbah benda tajam. (Depkes RI, 2003)

Pada bulan Juni 1994 WHO melaporkan, di Amerika Serikat terdapat 39 kasus infeksi HIV yang berhasil di kenali oleh Centers for Disease Control and prevention sebagai infeksi okupasional dengan cara penularan yakni, 32 kasus akibat tertusuk jarum suntik, 1 kasus akibat teriris pisau, 1 kasus akibat luka terkena pecahan gelas (pecahan kaca dari tabung berisi darah yang terinfeksi), 1 kasus akibat kontak dengan dengan limbah benda infeksius yang tidak tajam, 4 kasus akibat kulit atau membran mukosa terkena darah yang terinfeksi. Pada bulan juni 1996, jumlah keseluruhan kasus infeksi HIV okupasional meningkat menjadi 51 kasus. Semua kasus tersebut yang terkena adalah perawat (Depkes RI, 2005)

Data P2M-PL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan) menunjukkan, limbah alat suntik di Indonesia diperkirakan sekitar 300 juta per tahun.. Dengan demikian jumlah limbah medis benda tajam di Indonesia menjadi sangat tinggi. Limbah alat suntik dan limbah medis lainnya dapat menjadi


(24)

faktor risiko penularan berbagai penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis B dan C serta penyakit lain yang ditularkan melalui darah. (Depkes RI, 2003).

Hasil penelitian Siregar, N.,(2004) di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mengatakan bahwa pengelolaan limbah di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan belum terlaksana baik. Pada pihak penghasil terlihat sebagian besar limbah medis masih ditampung pada tempat yang sama dengan tempat sampah yang biasa.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, rumah sakit pemerintah dengan Akreditasi Type B Plus, dengan berbagai tenaga pelayanan kesehatan, yakni : Tenaga medis keperawatan sebanyak 532 orang, Tenaga medis sebanyak 193 orang, tenaga paramedis non keperawatan sebanyak 168 orang, tenaga non medis sebanyak 308 orang. Selama periode satu tahun enam bulan terakhir (Januari - Desember 2006 s/d Januari - Juni 2007), jumlah tempat tidur 677. Rata-rata tempat tidur BOR (Bed Of Rate) adalah 81,76 %, sedangkan (LOS = Lenght of Stay) rata-rata lama waktu tinggal pasien di rumah sakit adalah 6,12 hari. Jumlah pasien dirawat/ hari 554 orang. Data BOR menunjukkan berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan dalam jangka waktu tertentu, dan data LOS menunjukan lamanya waktu tinggal pasien dirumah sakit. Dengan mengetahui jumlah kapasitas tempat tidur, jumlah pasien dirawat, jumlah pasien bedah yang tinggal di rumah sakit dalam jangka tertentu, dapat diperkirakan jumlah sampah yang dihasilkan dalam setiap harinya. Dan harus segera di tangani pihak RSU Dr. Pirngadi Medan, serta bagaimana cara-cara penanganannya. Semakin tinggi angka BOR maka diperkirakan jumlah sampah medis semakin banyak yang dihasilkan.


(25)

Sub instalasi sanitasi membuat prosedur tetap untuk pengelolaan limbah medis padat dan limbah padat non medis, sehingga menjadi pedoman bagi petugas yang terkait dengan pembuangan limbah medis dan non medis. Prosedur tetap pembuangan limbah medis RSU Dr. Pirngadi Kota Medan menyebutkan bahwa untuk limbah medis, di ruang penghasil limbah medis padat disediakan tempat sampah medis khusus dengan volume 100-200 liter, dilengkapi kantong plastik dan bertutup, kemudian diangkut dengan kereta dorong oleh petugas kebersihan dibawa ke incinerator minimal 1 kali dalam 24 jam dengan waktu pengiriman 08.00 – 16.00 wib.

Dari survey pendahuluan penulis, pada ruangan yang menghasilkan limbah medis terlihat perawat lebih banyak berperan dalam hal melakukan tindakan pelayanan keperawatan kepada pasien (seperti : menyuntik, memasang selang infuse, mengganti cairan infus, memasang selang urine, dan perawatan luka kepada pasien, perawatan dalam pemberian obat, dll) kemungkinan besar perawatlah yang pertama kali berperan apakah limbah medis akan berada pada tempat yang aman atau tidak (tempat pengumpulan sementara alat –alat medis yang sudah tidak dipakai lagi), sebelum di kumpulkan dan diangkut ke tempat pembuangan akhir yakni incinerator oleh petugas pengangkut limbah rumah sakit.

Di ruang penghasil limbah medis padat ditemukan hasil limbah medis (seperti : perban bekas bercampur darah, infuset bekas, tranfusi set bekas, suntikan bekas pakai, sarung tangan bekas, dan yang lainnya) bercampur dengan tempat sampah limbah non medis di tempat penampungan di dalam ruangan, tempat penampungan sementara di luar ruangan sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir. Hal ini


(26)

besar kemungkinan ada hubungannya dengan pengawasan yang hanya minim dan kurangnya sanksi ataupun teguran yang diberikan kepada perawat, sehingga perawat kurang peduli dalam memilah-milahkan hasil limbah medis pada tempat yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit. Selain itu terlihat limbah medis padat berserakan/tercecer ditempat penampungan sementara. Kondisi ini menyebabkan tikus, kecoa, nyamuk dan lalat berkeliaran dan berinteraksi dengan limbah medis sehingga rentan terjadinya penularan kuman pathogen.

Pembuangan limbah medis tidak pada tempat ada kaitannya dengan perilaku perawat dalam membuang limbah medis padat. Menurut Green dalam Notoadmojo (2005) Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1) faktor predisposisi seperti karakteristik individu. 2) faktor reinforcing/memperkuat berupa kebijakan yang tertulis dan motivasi petugas. 3) faktor enabling/pendukung yang merupakan dukungan dalam bentuk sarana dan prasarana fasilitas kesehatan.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi pengetahuan yang selanjutnya dapat mempengaruhi perilaku. Ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor intrinsik, faktor yang pendorong yang berasal dari diri seseorang. Faktor ekstrinsik, faktor pendorong dari luar seperti kebijakan, kualitas kerja, hubungan kerja, kondisi kerja, keamanan kerja, dan status pekerjaan. Pengawasan yang kurang, tidak adanya kebijakan berupa sanksi dan penghargaan, interaksi yang kurang baik antar karyawan, dapat mengurangi motivasi ekstrinsik. (Herzberg cit. Robbins, 1996; Dunn,1972 dalam Sumiati, 2004).

Semua perawat yang menghasilkan limbah medis padat harus bertanggung jawab di dalam pemilahannya (Prüss, A, 2005). Dalam Rakhminiar dan Dian (2006),


(27)

proses pengolahan sampah medis infeksius dilakukan oleh perawat pada tahap pemilahannya dan petugas kebersihan pada tahap pengangkutan.

Hasil penelitian Sumiati (2004) di RS Panembahen Senopati Bantul, mengatakan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam membuang limbah klinis adalah ketersediaan fasilitas pembuangan limbah klinis yang kurang, mempunyai resiko mempengaruhi perilaku yang kurang baik.

Memperhatikan kondisi keadaan limbah medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan tersebut dan hasil hasil penelitian yang pernah dilakukan diberbagai tempat diatas, maka perlu dilakukan penelitian dan diharapkan mampu menjelaskan tentang determinan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar intervensi program penanganan.

1.2. Perumusan Masalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tindakan perawat dalam membuang limbah medis Padat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.3. Tujuan penelitian

Untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat, ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat, kebijakan rumah sakit


(28)

berkaitan limbah medis padat, dan motivasi yang diperoleh perawat terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesa dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan antara umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat, ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat, kebijakan rumah sakit berkaitan limbah medis padat, dan motivasi yang diperolh perawat terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.5. Manfaat penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi khususnya di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, sekaligus masukan dalam hal sistem pengelolaan limbah rumah sakit terutama limbah medis padat.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan kepada perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota medan, sebagai bahan informasi agar dapat melakukan prosedur cara-cara membuang limbah medis padat

sesuai dengan peraturan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.

3. Untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam merencanakan kebijakan penanggulangan bahaya limbah medis di rumah sakit.


(29)

B A B 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Limbah Medis Padat 2.1.1. Pengertian Limbah Rumah Sakit

Prüss, A.(2005), Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, mengatakan Limbah Rumah Sakit ada 3 macam yakni; 1) Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikrooganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. 2) Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat Sitotoksik. 3) Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007). Limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat di


(30)

manfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non

padat (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004)

Tabel 2.1. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit

Kategori Limbah

Definisi Contoh limbah yang

dihasilkan 1. Infeksius Limbah yang terkontaminasi

organisme patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) yang tidak secara rutin ada lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

Kultur laboratorium, limbah dari bangsal isolasi, kapas, materi, atau peralatan yang teresentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta.

2. Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Bagian tubuh manusia dan hewan (limbah anatomis), darah dan cairan tubuh yang lain, janin.

3. Sitotoksis Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau mengahambat pertumbuhan sel hidup.

Dari materi yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, misalnya spuit, ampul,

kemasan,obatkedaluarsa, larutan sisa, urine, tinja, muntahan pasien yang mengandung obat sitotoksik.


(31)

Lanjutan Tabel 2.1 Kategori

Limbah

Difenisi Contoh limbah yang

dihasilkan 4. Benda tajam merupakan materi yang dapat

menyebabkan luka iris atau luka tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda- benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

jarum, jarum suntik, skalpel, pisau bedah, peralatan infus, gergaji bedah, dan pecahan kaca

5. Farmasi Limbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung darah atau cairan, dan ampul obat.

obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan

terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi.

6. Kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostic dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit dengan menggunakan desinfektan.

Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluarsa atau sudah tidak diperlukan lagi, solven

7. Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas

Cairan yang tidak terpakai dari radioaktif atau riset dilaboratorium, peralatan kaca, kertas

absorben yang terkontaminasi, urine dan

ekskreta dari pasien yang diobati atau diuji dengan

radionuklida yang terbuka.


(32)

Lanjutan Tabel 2.1 Kategori

Limbah

Definisi Contoh limbah yang

dihasilkan

8. Logam yang bertekanan tinggi/ berat

Limbah yang mengandung logam berat dalam konsetrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

Thermometer, alat pengukur tekanan darah, residu dari ruang pemeriksaan gigi, dan sebagainya.

9. Kontainer bertekanan

Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah sakit.

tabung gas, kaleng

aerosol yang mengandung residu, gas

cartridge.

(sumber : Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan, 2005)

2.1.2. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Depkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :

1. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.

2. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.


(33)

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

5. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif. 2.1.3. Persyaratan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit sesuai

keputusan KEPMENKES No. 1204/Menkes/SK/X/2004 a. Minimasi Limbah:

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. 2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan

kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.

4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangakutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan limbah.


(34)

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bascillus Stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label seperti tabel 2.2.


(35)

N o

Kategori Wadah kontainer/kan

tong plastik

Lambang Keterangan

1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal

dengan simbol radioaktif

2 Sangat infeksius

Kuning Kantong plastik

kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat di sterilisasi

dengan otoklaf

3 Limbah infeksius, patologi anatomi

Kuning Plastik kuat dan anti

bocor atau kontainer

4 Sitotoksik Ungu Kontainer plastik

kuat dan anti bocor

5 Limbah kimia dan farmasi

Coklat _ Kantong plastik atau

kontainer (Sumber: KepmenkesNo. 1204/Menkes/SK/X/2004).

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.

c. Tempat penampungan sementara

1. Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.


(36)

2. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila di simpan pada suhu ruang.

d. Transportasi

1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.

3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat 1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbahinfeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.


(37)

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman. 2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

3) Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi. c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk

menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.


(38)

a. Pembuangan limbah kimia biasa.

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.

6) Kontainer Bertekanan

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih. (Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).


(39)

2.1.4. Tata Cara Pelaksanaan membuang Limbah medis padat berdasarkan masing-masing fungsinya dirumah sakit

Kering (spuit,dsb) incinerator a) Laboratorium

Infection Autoclave

Cair

Penampungan setempat UPL

UPL (Unit Pengelolaan Limbah) merupakan sarana untuk mengolah limbah cair dari limbah yang kotor kemudian diproses sampai menjadi cukup bersih dan diusahakan untuk dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

Kering (spuit,dsb) incinerator

Basah (sisa makanan,dsb) bak penampungan luar RS b) O.K

Cair bak penampungan UPL Sungai Sisa organ tubuh pathology Incinerator

Cair bak penampungan khusus

c) Radiologi

colbalt ex Reexport

Cair (urine,faeces pasien) bak penampungan khusus

(septic tank khusus) d) Kedokteran Nuklir


(40)

(dilapisi Pb) Incinerator

Bak penampungan UPL

Cair

e) Unit rawat Jalan Septik tank Luar RS medis Incinerator sampah padat

Non medis bak Luar RS

Kering (spuit, perban) Incinerator

f) Unit perawatan Basah Bak penampungan luar RS (sisa makanan)

septic tank Luar RS

cair

(wastafel dsb) UPL g) Laundry/Catering UPL

(Sumber : Manajemen Rumah Sakit, 2003)

Gambar 2.1. Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah di Rumah Sakit

2.1.5. Pendidikan dan Pelatihan Perawat Tentang bahaya yang berkaitan dengan Limbah Medis Padat


(41)

Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan limbah rumah sakit tidak akan dapat efeketif jika tidak diterapkan dengan seksama, konsisten, dn menyeluruh. Dengan demikian, pelatihan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menerapkan kebijakan menjadi sangat penting jika berharap agar program pengelolaan tersebut dapat berlangsung sukses.

1. Tujuan

Tujuan pokok diadakannya pelatihan adalah untuk menggugah kesadaran terhadap permasalahan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang berkaitan dengan limbah layanan kesehatan, dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi pekerja didalam pekerjaan sehari-harinya.

2. Pekerja yang perlu diberi pelatihan

Perawat rumah sakit, termasuk dokter senior, harus diyakinkan akan perlunya suatu kebijakan menyeluruh mengenai pengelolaan limbah dan mengadakan pelatihan terkait, serta akan menfaatnya terhadap kesehatan dan keselamatan semua pihak.

3. Pelatihan lanjutan dan pelatihan penyegaran

Pelatihan lanjutan bermanfaat dan informatif bagi pelatih. Pada pelatihan ini dapat mengukur tingkat pengetahuan peserta pelatihan dan mengantisipasi kebutuhan yang mungkin muncul akan pelatihan penyegaran. Selain memberikan penyegaran sekaligus orientasi bagi pegawai baru, pelatihan yang di ulang secara berjangka akan memberi tanggung jawab baru bagi pegawai yang sudah lama bekerja.


(42)

4.1. Paket pelatihan

Paket latihan dapat disusun oleh lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk menangani masalah pembuangan limbah medis padat. Paket pelatihan harus dilengkapi dengan gambar, bagan, foto, slide, atau transparansi untuk OHP. Materi paket harus mencerminkan lingkungan tempat kerja latih dan menyajikan contoh tindakan yang telah atau akan diterapkan.

5. Rekomendasi pelatihan : tenaga layanan kesehatan (perawat)

Pemilahan limbah merupakan unsur kunci di dalam pelatihan pengelolaan limbah yang ditujukan bagi yang merawat pasien seperti perawat.

Materi pelatihan dalam tindakan pencegahan adalah sebagai berikut: a. Hati-hati jika melepas jarum dari spuit.

b. Jika terjadi kekeliruan dalam pemilahan, tindakan seperti mengeluarkan item yang ada dalam sebuah kantong atau kontainer atau memasukkan sebuah kantong ke kantong yang lain dengan warna yang berbeda, tidak boleh dilakukan.

c. Limbah berbahaya dan limbah umum atau domestik tidak boleh dicampur. Jika keduanya tanpa sengaja tercampur, keseluruhan campuran tersebut harus diperlakukan sebagai limbah yang berbahaya.

d. Perawat harus memastikan bahwa jumlah kantong dan kontainer yang ada mencukupi untuk pengumpulan limbah medis demikan pula tempat pembuangan sementaranya mis; diruang bangsal, kamar bedah, dan lokasi yang menghasilkan limbah.


(43)

a. Kantong limbah tidak boleh bersentuhan dengan tubuh selama penanganan dan pengumpul kantong limbah itu tidak boleh membawa terlalu banyak dalam satu waktu yg bersamaan.

b. Kantong untuk limbah medis padat yang berbahaya dan limbah umum tidak boleh disatukan, tetapi harus dipisahkan selama penanganan; limbah berbahaya harus ditempatkan di lokasi penampungan saja.

c. Pakaian pelindung yang tepat baru digunakan selama operasi penanganan limbah.

d. Prosedur pembersihan dan desinfeksi yang tepat harus dilakukan jika terjadi tumpahan tidak sengaja.

e. Jika pemindahan kantong atau kontainer limbah telah selesai, segel/ikatan sekali lagi harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak ada ikatan yang terlepas.

2.1.6. Peran perawat dalam pengelolaan limbah medis padat

The International Council of Nurses (ICN) di Switzerland (Persatuan Dewan Perawat Internasional (PDPI)), menyikapi; Profesi perawat di seluruh dunia, mengetahui pentingnya peranan lingkungan alam dalam kesehatan menyeluruh dan mengetahui bahwa ancaman lingkungan alam berasal dari limbah rumah sakit. ICN percaya bahwa setiap perawat memiliki tugas untuk mengurangi ataupun menghilangkan efek negatif dari hasil lingkungan limbah medis.

ICN dan National Nurses Association (NNAs) sebagai perwakilan organisasi dari perawat memiliki tanggung jawab secara langsung dan membuat kebijaksanaan


(44)

bagaimana menangani limbah medis. ICN mendukung upaya untuk mengurangi dampak bahaya dari limbah medis, meliputi :

1. Mengambil keputusan yang dapat membantu mengurangi keracunan akibat penggunaan jumlah produk yang besar dalam bentuk kemasan .

2. Menggunakan tempat ruang khusus untuk mengembangkan produk alternatif yang kadar racunnya lebih rendah.

3. Membatasi penggunaan pestisida

4. Mengurangi limbah medis dengan strategi menempatkan wadah untuk mengurangi volume limbah butuh perhatian khusus dan memfasilitasi daur ulang jika masih memungkinkan.

5. Dengan adanya Pengelolaan limbah medis diharapkan dapat memperkecil racun pembunuh kuman.

6. Pengelolaan limbah medis diharapkan dapat mengurangi dengan cara pembakaran (incenerator) yang maksimal

7. Memberikan pendidikan kepada pasien untuk mengetahui dampak polusi lingkungan rumah sakit.

Perawat yang profesional perlu menyadari konsekuensi dari limbah medis yang dihasilkan dari berbagai sektor kesehatan. Maka dari itu organisasi perawat membutuhkan:

1. Fasilitas yang dapat diakses oleh perawat untuk melanjutkan program pendidikan dengan subjek limbah medis.


(45)

2. Penerapan pencegahan berdasarkan evaluasi pemilihan produk yang ramah lingkungan

3. Mempertahankan keterlibatan perawat secara langsung dalam mengambil keputusan.

4. Mempertahankan mekanisme pengolahan limbah secara aman.

5. Mengembangkan kerjasama dengan tenaga ahli yang lain untuk mengelola limbah yang aman.

6. Merumuskan dan membuat peraturan tentang kompetensi perawat dalam kesehatan lingkungan. (Position Statement 1998, Medical Waste Role of Nurses and Nursing)

2.2. Konsep perilaku Kesehatan

Skinner (1938) cit Notoadmojo (2005), Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Becker(1979), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, dan membedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.


(46)

2. Perilaku sakit (Ilness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan pada dirinya, untuk mencari penyembuhan, dan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.

3. Perilaku peran orang sakit (the sick behavior)

Dari sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak-haknya (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).

2.2.1. Domain Perilaku kesehatan

Benyamin Bloom (1998) cit Notoadmojo (2005), membagi perilaku manusia kedalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni ; (1) kognitif (Cognitif), (2) afektif (affective), (3) Psikomotor (psychomotor). Berdasarkan pembagian domain, dikembangkan menjadi 3 tingkat kawasan perilaku sebagai berikut:

1.Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang di peroleh melalui indera pengelihatan (mata), indera pendengaran (telinga).

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan


(47)

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,dsb). Campell (1950) Sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

3. Tindakan atau praktik (practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

2.2.2. Determinan Perilaku Kesehatan

Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku sering disebut determinan. Dimana diketahui perilaku adalah perilaku seseorang atau subjek di pengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering acuan dalam penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah :

1. Teori Lawrence Green

Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan ada dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors (faktor non perilaku). Selanjutnya menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :


(48)

1) Faktor-faktor predisposisi (Prediposing factor) dapat terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, sosio demografi (pendidikan, umur, dan masa kerja). 2) faktor-faktor pendorong (factor reinforcing) terwujud dalam sikap dan perilaku dari petugas kesehatan dan petugas lainnya serta kebijakan yang ada seperi peraturan, sanksi dan penghargaan. 3) faktor-faktor pemungkin/ pendukung (factor enabling) yang terwujud dalam lingkungan fisik antara lain tersedia atau tidak fasilitas kesehatan dan sarana kesehatan dalam hal ini adalah fasilitas pembuangan limbah medis padat.

2. Teori Snehandu B. Karr (1983)

Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu: 1) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. 2) Adanya dukungan dari masyrakat sekitarnya (social support). 3) terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. 4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. 5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apa pun memang diperlukan kondisi dan situasi yang tepat, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. (Notoadmojo, 2005)

3. Teori World Health Organization (WHO)

Tim kerja pendidikan WHO merumuskan determinan perilaku 4 alasan pokok yaitu: 1) Pemikiran dan perasaan (thoughts ang feeling) hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak dan


(49)

berperilaku. 2) Adanya acuan atau referensi, dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personnal references). 3) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. 4) Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. (Notoadmojo, 2005)

2.3. Landasan Teori

Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah dirumah sakit adalah kunci pembuangan yang baik di lakukan oleh perawat. Hal ini berkaitan dengan perilaku perawat di ruang penghasil limbah medis padat. Determinan tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor pendukung sesuai dengan pendapat menurut teori Green dan Kreuter (1980) dalam Notoatmodjo (2005),

yaitu:

1. Faktor predisposisi (factor Prediposing) dapat terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, sosio demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, dan masa kerja).

2. Faktor pendorong (factor reinforcing) terwujud dalam ucapan, sikap dan tindakan dari petugas kesehatan dan petugas lainnya yang memotivasi seorang perawat membuang limbah medis pada tempatnya, kebijakan yang ada sehubungan


(50)

dengan pengelolaan limbah medis diantaranya adanya peraturan tertulis yang merujuk peraturan di atasnya berupa prosedur tetap dengan sanksi dan penghargaan.

3. Faktor pendukung (factor enabling) yang terwujud dalam lingkungan fisik antara lain tersedia atau tidak fasilitas kesehatan dalam pembuangan limbah medis seperti tempat limbah medis berbeda dengan limbah non medis, tempat limbah medis memenuhi syarat kesehatan (tidak mudah bocor, tertutup, mudah di bersihkan), ada papan penunjuk arah, ada tanda khusus, dan ketersediaan sarana memperoleh informasi tentang limbah medis seperti ada brosur yang bisa dipelajari, ada peraturan tertulis dan pernah disosialisasikan, ada kursus, pelatihan, penyuluhan, dan ada diskusi tentang pembuangan limbah medis.

The Precede/Proceed Model Green and Kreuter, menganalisa kebutuhan kesehatan masyarakat dengan cara lima diagnosis sosial, epidemiologi, perilaku/lingkungan, pendidikan/organisasi, dan administrasi/kebijakan. Diagnosis pendidikan maupun perilaku, keduanya menekankan pada hubungan antara perilaku dan lingkungan. Sesuai dengan perspektif perilaku, fase diagnosis pendidikan/organisasi model precede memberi penekanan pada faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong.


(51)

PROMOSI Faktor

KESEHATAN Predisposisi

Pendidikan Faktor

Kesehatan Pendorong Perilaku Kesehatan Kualitas Hidup

Kebijakan Faktor Lingkungan

peraturan Pendukung

Organisasi

Sumber : Green and Kreuter, 1980. Health Education Planning a Diagnostic Approach, USA : The Johns Hopkins University, First edition.


(52)

2.4. Kerangka Konsep independent variabel

Predisposing Factors - Umur

- Pendidikan - Masa kerja - Sikap

- Pengetahuan

Dependent variabel Tindakan perawat dalam membuang

Enabling Factors limbah medis padat

- Ketersediaan fasilitas

pembuangan limbah medis padat - Ketersediaan sarana memperoleh

Informasi limbah medis padat

Reinforcing Factors

- Kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat (sanksi & pengahargaan)

- Motivasi yang diperoleh perawat

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Peneliti

Berdasarkan kerangka konsep, independent variabel (variabel bebas) adalah faktor yang membentuk/menentukan terjadinya perilaku yakni; predisposing factors,

enabling factors, reinforcing factors. Dependent variabel (variabel

terikat/tergantung) adalah ranah (kawasan) tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat.


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian dengan analitik observasional dengan menggunakan rancangan Cross Sectional, yaitu melakukan observasi atau pengukuran variabel pada saat tertentu. (Sastroasmoro, 2002).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena RSU Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit rujukan tingkat propinsi. Dan masih ditemukan pengelolaan limbah medis padat yang belum terlaksana dengan baik.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sejak bulan Januari sampai dengan Juli 2008. Dimulai dari pelaksanaan, konsultasi judul, persiapan proposal penelitian, persiapan proposal kolokium, pengumpulan data serta melakukan analisa data, penyusunan hasil penelitian, seminar hasil penelitian dan ujian komprehensif.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di unit RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak 510 perawat.

Rangka pengambilan sampel adalah perawat yang bekerja di unit yang menghasilkan limbah medis RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Besar sampel yang


(54)

diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus untuk uji hipotesis satu sampel. (Lameshow, 1997)

{Z 1-α√ 2 [ P( 1- P)] + Z 1- β√ [P1(1-P1) + P2(1 –P2)]}²

n = --- (P1-P2)²

Dimana :

n = besar sampel yang dibutuhkan

Z1- α = Nilai baku normal berdasarkan rror type I (α = 0,05) yang

ditentukan = 1,96

Z1- β = Nilai baku normal berdasarkan error type II (β = 0,2) yang

ditentukan = 0,84

P = Proporsi rata-rata = P1 + P2/2

Kekuatan uji = 80%

P1 = Proporsi karyawan yang membuang limbah medis tidak pada tempatnya = 47,1% ( Sumiati, 2004)

P2 = Diharapkan perubahan terjadi sebesar 10% = 37%

Berdasarkan perhitungan(lampiran) dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh besar sampel sebanyak 190 orang perawat. Jumlah sampel ini ditambah 5% untuk menghindari apabila ada data dari responden yang terpilih tidak lengkap sehingga harus dikeluarkan pada saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 200 sampel.

Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing ruangan perawat yang bekerja di limbah medis, digunakan cara proportinal sample (Arikunto, 2002). Sedangkan untuk menentukan jumlah perawat akan dijadikan sampel, digunakan


(55)

tehnik simple random sampling yaitu pengambilan acak secara sederhana (Notoatmodjo, 2005)

Tabel 3.3. Jumlah Unit Sampel Perawat yang Bekerja Diruang yang Menghasilkan Limbah medis Padat

No Nama Ruangan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Jumlah Perawat

Proporsi (%) Jumlah unit sampel 1.

2.

Ruang IV (Ginekologi) Ruang V (Obstetrik)

20 4 8

3. Ruang XV (Kelas I Utama) 16 3,1 6

4. Ruang XXIII ( Bangsal mata) 9 1,7 3

5. Ruang XVII (Kelas II) 15 3 6

6. Ruang VIP I 18 3,5 7

7. Ruang VIP II 12 2,3 5

8. Ruang E.T (Kelas II) 13 2,5 5

9. Ruang Plus A (Kelas I) 11 2,2 4

10. Ruang Plus B (Kelas I) 12 2,3 5

11. Ruang III (Bangsal Anak) 30 5,8 11

12. Ruang 7 & 8 (Bangsal Bedah) 20 4 8

13. Ruang XXI (Bangsal) 13 2,5 5

14. Ruang 9 & 10 (Bangsal Bedah) 20 4 8

15. Ruang XVIII (Bangsal Paru) 24 4,7 9

16. Ruang XIV (Bangsal) 21 4,2 9

17. Ruang THT (Bangsal) 12 2,3 5

18. Ruang Rawat Gabung (Kelas II) 12 2,3 5

19. Ruang Haemodilisa 15 3 6

20. Ruang ICU Lama (Kelas II) 12 2,3 5

21. Ruang USC Lama (Kelas II) 12 2,3 5

22. Ruang IGD & KBE 48 9,4 18

23. Ruang ICU 20 4 8

24. Ruang ICCU 15 3 6

25. Ruang USC 13 2,5 5

26. Ruang HDU 14 2,7 5

27. Ruang Lt. 5 20 4 8

28. Ruang Lt. 6 22 4,3 9

29. Ruang Lt. 7 20 4 8

30. Ruang Lt. 8 21 4,1 8

Total 510 100 200

Responden pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja dinas/shift pagi dengan bahan pertimbangan bahwa perawat merupakan banyak berperan dalam menghasilkan limbah medis padat di setiap ruangan dan mengetahui setiap aktifitas dan tindakan yang terjadi di dalam ruangan.


(56)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan. Sebelum kuesioner tersebut digunakan pada penelitian ini, akan dilakukan uji coba terlebih dahulu di lapangan (uji validitas dan reliabilitas) untuk melihat kemampuan kuesioner tersebut mengukur apa yang hendak diukur dan sejauh mana kuesioner tersebut dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005).

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen (kuesioner) tersebut digunakan analisa reliabilitas. Validitas kuesioner dilihat dari nilai r hasil dan reliabilitas kuesioner dilihat dari nilai Alpha. Uji coba instrumen (kuesioner) dilakukan pada 30 orang perawat yang berasal dari Rumah Sakit Imelda pekerja Indonesia Medan. Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner diolah dengan menggunakan program komputer, hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Hasil Analisa Validitas dan Reliabilitas Instumen Penelitian R hasil

Variabel Pertan-yaan

R

tabel Realibi

litas

Validitas

Realibi litas

Validi tas Pengetahuan 1 - 16 0,361 0,948 0,417 – 0,900 Reliabel Valid Sikap 1 - 16 0,361 0,911 0,390 – 0,889 Reliabel Valid Tindakan 1 -10 0,361 0,818 0,376 – 0,714 Reliabel Valid Kebijakan 1 - 3 0,361 0,799 0,519 – 0,757 Reliabel Valid Motivasi 1 - 3 0,361 0,722 0,457 – 0,659 Reliabel Valid


(57)

1. Variabel pengetahuan dengan 16 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi = > 0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil (Coreccted item –Total Correction) > r tabel artinya item pertanyaan untuk pengetahuan valid (sahih) untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha (Alpha Cronbach) > r tabel, artinya item pertanyaan untuk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.

2. Variabel sikap dengan 16 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi = > 0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil (Coreccted item –Total Correction) > r tabel artinya item pertanyaan untuk pengetahuan valid (sahih) untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha (Alpha Cronbach) > r tabel, artinya item pertanyaan unutk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.

3. Variabel tindakan dengan 10 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi = > 0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil (Coreccted item –Total Correction) > r tabel artinya item pertanyaan untuk pengetahuan valid (sahih) untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha (Alpha Cronbach) > r tabel, artinya item pertanyaan unutk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.


(58)

4. Variabel kebijakan dengan 3 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi = > 0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil (Coreccted item –Total Correction) > r tabel artinya item pertanyaan untuk pengetahuan valid (sahih) untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha (Alpha Cronbach) > r tabel, artinya item pertanyaan unutk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.

5. Variabel motivasi dengan 3 item pertanyaan dengan nilai koefesien korelasi = > 0,05 dan p= 0,05 dengan nilai r tabel = 0,361. Dari hasil 16 item pertanyaan di dapatkan r hasil (Coreccted item –Total Correction) > r tabel artinya item pertanyaan untuk pengetahuan valid (sahih) untuk dilanjutkan sebagai pedoman wawancara kepada responden. Uji reliabilitas mendapatkan nilai r alpha (Alpha Cronbach) > r tabel, artinya item pertanyaan untuk pengetahuan dikatakan reliabel untuk dapat dilanjutkan sebagai pedoman.

3.5. Defenisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen (Bebas)

1. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat.

a. Umur adalah Lamanya hidup responden sejak lahir sampai dengan dihitung dari ulang tahun terakhir dalam satuan tahun.

b. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dilalui responden sampai memperoleh tanda tamat sekolah (izajah).


(59)

c. Masa Kerja adalah lamanya waktu bekerja responden di rumah sakit yang dihitung dalam tahun.

d. Pengetahuan adalah pengertian dan pengetahuan responden tentang jenis, macam, sifat dan bahaya, serta cara pembuangan limbah medis padat sesuai persyaratan yang ada.

e. Sikap adalah tanggapan perawat tentang jenis, macam, bahaya, dan cara pembuangan limbah medis padat.

2. Faktor Enabling adalah faktor pendukung untuk terjadinya perilaku seperti sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan.

a. Ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis infeksius dan limbah benda tajam adalah tersedianya tempat pembuangan limbah medis yang aman di rumah sakit sesuai dengan pesyaratan Kepmenkes no.1204/Menkes/SK/X/2004.

b. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah padat adalah ada tidaknya kegiatan pelaksanaan dirumah sakit seperti; pelatihan/kursus, penyuluhan, tentang pembuangan limbah rumah sakit. dan buku atau brosur, serta sosialisasi peraturan tertulis berupa prosedur tetap pembuangan limbah medis yang diketahui perawat.

3. Faktor Reinforcing adalah faktor yang memperkuat dan mendorong terjadinya perilaku kesehatan

a. Kebijakan rumah sakit adalah berbagai ketentuan yang diambil oleh pihak rumah sakit meliputi ada tidaknya peraturan tertulis tentang pengelolaan limbah medis padat yang diterbitkan rumah sakit dengan mengacu pada


(60)

peraturan diatasnya dan diketahui oleh perawat, serta ada tidaknya sanksi dan perhargaan pelaksanaan prosedur tetap pembuangan limbah di rumah sakit. b. Motivasi yang diperoleh perawat ada tidaknya dukungan yang berupa ucapan,

sikap dan tindakan teman, atasan langsung dan petugas pengawas yang bisa mendorong perawat membuang limbah medis pada tempatnya.

3.5.2. Variabel Dependent (terikat)

Tindakan adalah tindakan perawat yang nyata dalam membuang limbah medis padat di tempat yang telah disediakan.


(61)

Nama Variabel

indi- kator

kategori Bobot nilai

indikator

Cara Ukur/

alat ukur Skala Independent :

1. umur

2. Pendidikan

3. Masa Kerja

4. Pengetahuan 5. Sikap 6. Ketersediaan Fasilitas pembuangan limbah medis 2 5 2 16 16 13

a. umur 21 – 35 Tahun (adulthood)

b. umur >35 – 60 Tahun (Middle age)

c. umur > 60 Tahun (later life) (Havighurts(1956),dalam Ahmadi dan Sholeh, 2005) a. Tinggi (DIV, S1, S2) b. Menengah (DIII) c. Rendah (SPK/Jurkes)

a. Lama ≥ 5 tahun b. Baru < 5 tahun a. Baik

b. kurang

a. Baik b. Kurang

a. Tersedia sesuai dengan Permenkes

No.1204/menkes/SK/X/200 4

b. Tidak sesuai dengan Permenkes

No.1204/menkes/SK/X/200 4

Dewasa Muda Dewasa

Jika > median total skor 25 Jika < median total skor 25 Jika > median total skor 25 Jika < median total skor 25

Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner) Chek list (Observasi) Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 7. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis

7 a. Baik b. Kurang

kuesioner (check list)

Ordinal 8. Kebijakan RS

berkaitan dengan limbah medis.

9. Motivasi yang diperoleh perawat 3 3 a. Baik b. Kurang a. Baik b. Kurang Wawancara (Kuesioner) Wawancara (kuesioner) Ordinal Ordinal Dependen

10. Tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat.

10 a. Baik b. Kurang

a. jika ≥ median total skor 19 b. jika < median total skor 19

Wawancara (kuesioner)

Ordinal


(62)

3.6.1. Tingkat Pengetahuan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal dengan dua kategori benar dan salah. Untuk memperoleh kategori benar dan salah yaitu menggunakan sistem pembobotan (skoring).

Jumlah pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan ada 16 pertanyaan dengan total skor 32, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jawaban Benar diberi skor 2 (dua) b. Jawaban Salah diberi skor 1 (satu)

Berdasarkan total skor dari 16 pertanyaan yang diajukan, maka tingkat pengetahuan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:

a. Baik jika ≥ median total skor skor pengetahuan responden 25 b. Kurang jika < median total skor pengetahuan responden 25

3.6.2. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan 16 pernyataan dan masing-masing pernyataan diberikan 2 pilihan jawaban sikap, dengan total skor sebesar 32. kriteria pilihan jawaban sikap adalah sebagai berikut:

a. Setuju diberi skor 2 (dua) b. Tidak setuju diberi skor 1(satu)

Berdasarkan total skor jawaban sikap dari 16 pertanyaan yang diajukan, maka sikap responden digolongkan dalam 2 kategori yaitu :

a. Baik jika ≥ median total skor skor sikap responden 25 b. Kurang jika < median total skor sikap responden 25


(63)

3.6.3. Tindakan

Tindakan responden diukur dengan mengajukan 10 pertanyaan yang telah diberi skor. Masing-masing diberikan 2 pilihan jawaban dengan total skor sama dengan 20. kriteria pilihan jawaban tindakan adalah sebagai berikut :

1. Jawaban Ya diberi skor 2 2. Jawaban Tidak diberi skor 1

Berdasarkan total skor dari 10 pernyataan tersebut, maka tindakan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

a. Baik jika ≥ median total skor tindakan perawat dalam membuang limbah medis 15

b.Kurang jika < median total skor tindakan perawat dalam membuang limbah medis 15

3.6.4. Ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat

Pengukuran ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis berdasarkan tersedianya tempat pembuangan limbah medis padat sesuai dengan peraturan Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004. Jika tersedia tempat sampah limbah medis dan limbah non medis padat memenuhi persyaratan Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 maka di kategorikan kurang nilai (2) apabila tersedianya fasilitas, sedangkan kategori kurang (1) apabila tidak tersedianya tempat sampah limbah medis padat dan limbah medis non padat di ruang penghasil limbah medis.

a. Baik jika ≥ median total skor skor ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat responden 15


(64)

b. Kurang jika < median total skor ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat responden 15

3.6.5. Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat

Ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis diukur dengan berdasarkan dikategorikan ada (2), jika perawat memperoleh adanya pelatihan/kursus, diskusi tentang pembuangan limbah medis padat, informasi yang didapat dalam bentuk brosur, ada tanda khusus tempat pembuangan limbah medis padat. Sedangkan dikategorikan tidak ada(1), jika perawat tidak mendapatkan informasi seperti ; pelatihan/kursus, diskusi, dan tidak mendapat brosur tentang limbah medis padat.

a. Baik jika ≥ median total skor skor ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat responden 7

b. Kurang jika < median total skor ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat responden 7

3.6.6. Kebijakan rumah sakit tentang pengelolaan limbah medis

Kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis, diukur dengan berdasarkan dikategorikan ada (2) jika tersedianya peraturan berupa prosedur tetap dengan sanksi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat dalam membuang limbah medis padat. Sedangkan dikategorikan tidak ada(1), tidak tersedianya sanksi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat dalam membuang limbah medis padat.

a. Baik jika ≥ median total skor skor ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat responden 3


(65)

b. Kurang jika < median total skor ketersediaan sarana memperoleh informasi pembuangan limbah medis padat responden 3

3.6.7. Motivasi yang diperoleh perawat

Motivasi yang diperoleh perawat diukur dengan berdasarkan adanya dorongan dari atasan, teman, dan pengawas dalam membuang limbah medis padat pada tempat yang telah tersedia maka dikategorikan ada(2). Sedangkan kategori tidak ada(1) apabila perawat tidak mendapat motivasi dari atasan, teman, dan pengawas dalam membuang limbah medis padat.

a. Baik jika ≥ median total skor skor motivasi yang diperoleh responden 3 b. Kurang jika < median total skor motivasi yang diperoleh responden 3 3.7. Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan umur, pendidikan, masa kerja, lama kerja, sikap, pengetahuan, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis padat, ketersediaan sarana memperoleh informasi limbah medis padat, kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat, motivasi yang diperoleh perawat, dan tindakan perawat membuang limbah medis padat. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independent dengan variabel dependen digunakan Chi-square test (Hastono, 2001). Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama dengan variabel dependen. Untuk mengetahui variabel yang paling


(66)

berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat, digunakan uji regresi logistik.


(67)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama GEMENTE ZIEKEN HUIS. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan pertama adalah Dr. W.Bays, pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada Dr. A.A.Messing. Pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil oleh bangsa Jepang dan berganti nama SYURITSU BYSONO INCE dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.

Pada masa negara Sumatera Timur tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan dan pimpinannya dijabat oleh Dr. Ahmd Sofyan. Semasa kepemimpinan beliau rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan yaitu pada tahun 1952. Tahun 1955 pimpinannya Rumah Sakit Umum Medan diserahkan kepada Dr. H.A. Darwis Dt.Batu Besar. Tahun 1958 nama Rumah Sakit diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar, pimpinanya dijabat oleh Paruhum Daulay.

Tahun 1969 pimpinan Rumah Sakit Umum medan dipimpin oleh Dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM dan semasa kepemimpinan beliau nama Rumah Sakit Umum


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran Photo/Gambar Limbah Medis Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan