Kandungan Logam Berat Pb Pada Tanaman Kol dan Tomat di Beberapa Kecamatan Kabupaten Karo

Lampiran 2. Hasil Rataan Analisis Logam Berat Pb pada Tanaman Kol dan
Tanaman Tomat
Sampel
I
T1C1J1
T1C2J1
T1C1J2
T1C2J2
T2C1J1
T2C2J1
T2C1J2
T2C2J2
Total
Rataan

6,50
5,10
5,10
4,63
4,17
2,31

2,31
1,84
31,96
4,00

Ulangan (ppm)
II
6,50
4,63
3,70
3,70
3,70
3,24
3,29
2,63
31,39
3,92

Total
III

5,57
3,70
5,57
3,24
4,17
3,70
3,70
2,31
31,96
4,00

Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Logam Berat
Tanaman Tomat
SK
db
JK
KT
Fhit
Ulangan
2

630,91 315,45 633,31
Perlakuan
7
31,02
4,43
8,90
T
1
17,63
17,63
35,39
C
1
7,32
7,32
14,69
J
1
5,29
5,29

10,62
T*C
1
0,29
0,29
0,06
T*J
1
0,03
0,03
0,06
C*J
1
0,28
0,28
0,57
T*C*J
1
0,18
0,18

0,36
Galat
14
6,97
0,50
Total
23
37,99

Rataan

18,57
13,43
14,37
11,57
12,04
9,25
9,30
6,78
95,31

11,91

6,19
4,48
4,79
3,86
4,01
3,08
3,10
2,26
31,77
3,97

Pb pada Tanaman Kol dan
F0,05
3,74
2,76
4,60
4,60
4,60

4,60
4,60
4,60
4,60

F0,01
6,52
4,28
8,86
8,86
8,86
8,86
8,86
8,86
8,86

Ket
**
**
**

**
**
tn
tn
tn
tn

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Lokasi Pengambilan Sampel
Titik Koordinat
NO
Lokasi Sampel
Bujur
Lintang
1.
Simpang Empat
98,49681362
3,17323706
2.

Simpang Empat
98,49681362
3,17323706
3.
Simpang Empat
98,47772074
3,16080918
4.
Simpang Empat
98,47772074
3,16080918
5.
Simpang Empat
98,46948275
3,14926425
6.
Simpang Empat
98,46948275
3,14926425
7.

Simpang Empat
98,50643597
3,18780756
8.
Simpang Empat
98,50643597
3,18780756
9.
Kabanjahe
98,44907215
3,09080173
10.
Kabanjahe
98,44907215
3,09080173
11.
Kabanjahe
98,46768718
3,09824289
12.

Kabanjahe
98,46768718
3,09824289
13.
Kabanjahe
98,48021419
3,11180368
14.
Kabanjahe
98,48021419
3,11180368
15.
Kabanjahe
98,47946619
3,09844192
16.
Kabanjahe
98,47946619
3,09844192
17.
Tiga panah
98,50553977
3,0893986
18.
Tiga panah
98,50553977
3,0893986
19.
Tiga panah
98,50817429
3,08777704
20.
Tiga panah
98,50817429
3,08777704
21.
Tiga panah
98,53373633
3,07038787
22.
Tiga panah
98,53373633
3,07038787
23.
Tiga panah
98,53093442
3,07724318
24.
Tiga panah
98,53093442
3,07724318

Jenis Sampel
Tomat
Tomat
Tomat
Tomat
Kol
Kol
Kol
Kol
Tomat
Tomat
Tomat
Tomat
Kol
Kol
Kol
Kol
Tomat
Tomat
Tomat
Tomat
Kol
Kol
Kol
Kol

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Peta Administrasi Beberapa Kecamatan Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Peta Tutupan Lahan Beberapa Kecamatan Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Peta Titik Sampel Beberapa Kecamatan Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Foto Lahan pengambilan sampel
1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Buah Tanaman Tomat dan Daun
Tanaman Kol

Universitas Sumatera Utara

2. Pencucian

Universitas Sumatera Utara

3. Preparasi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Alloway, B.J. 1990. The Origin Of Heavy Metal In Soil. In (Second Edition) Heavy
Metal In Soil. Balckie Academic & Profesional, Glasgow, U.K. P: 38-57.
Astawan, M. 2005. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan Alternatif
Pencegahan Pencemarannya. Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian
1(3):16-27.
Ayu, C.C. 2002. Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Komoditi
Sayuran Segar di beberapa Pasar di Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 2009. Penetapan Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Nomor HK.00.06.1.52.4011
Badan Pusat Statistik Tanah Karo. 2015. Statistik Daerah Kabupaten Karo 2015.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
dalam Pangan. SNI 7387:2009
Barchia, M.F. 2009. Logam Berat.http://id.shvoong.com/exact-sciences/1921262
logam-berat/
Charlena, 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal(Pb) dan Cadmium (Cd) pada
Sayur-sayuran. Falsafah Sains. Disertasi. Program Pascasarjana S3 IPB.
Bogor.
Connel, D.W. 1995. Bioakumulasi Senyawa Xenobiotik. Universitas Indonesia (UIPress). Jakarta.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemarannya: hubungan dengan
Toksiologi Senyawa Logam Berat. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 179
hal.
Eka, W., Evi, N., dan Nurmaini. 2015. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran
Selada dan Kol yang di jual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan
Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015. Skripsi. Fakutas
Kesehatan Masyarakat. USU. Medan.
Erdayanti, P., Abu, H., dan Sofia, A. 2015. Analisis Kandungan Logam Timbal pada
Sayur Kangkung dan Bayam di Jalan Kartama Pekanbaru secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. JOM (Jurnal Online mahasiswa)
FMIPA. 1(2): 1-8.

Universitas Sumatera Utara

Hutagalung, H. P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat. Puslitbang
Oseanologi. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik
Pemantauannya. LON (Lembaga Oceanografi indonesia) LIPI. Jakarta.
Hutagalung, H.P., dan Jalaluddin. 1982. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb dan Cd
dalam Air dan Biota di Estuaria Muara Angke. Aseanologi di Indonesia, No.
15: Jakarta: LON (Lembaga Oceanografi Indonesia) LIPI.
Janouskova, M., D. Pavlikova and M. Vosatka. 2005. Potential Controbution of
Arbuscular Mycorrhiza to Cadmium Immobilization in Soil. Chemosphere
65: 1959-1965.
Malhotra, S.S. and A.A. Khan. 1989. Biochemical and Physiological Impacts of
Major Pollutans. In Treshow M. (eds.) Air Pollution and Plant Live. John
Wiley and Sons Ltd. New York. Pp. 113-157.
Marbun, N.B., 2010. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Makanan Jajanan Berdasarkan
Lama Waktu Jajanan yang Dijual di Pinggir Jalan Pasar I Padang Bulan
Medan Tahun 2009. Skripsi. Departemen Kesehatan Lingkungan FKM.
USU. Medan
Mukono. 2002. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press.
Surabaya.
Novem.2010. Pengaruh Timbal (Pb) terhadap Kondisi Daun Mahoni Swietenia
macrophylla King. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang
Olivares, E. 2003. The Effect of Lead on Phytochemistry of Tithonia diversifolio:
Exposed to Roadside Automotive Pollution or Grown in Pots of Pb
Suplemented Soil. Brazilian Journal Plant Physiology 15(3): 149-158.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Pasaribu, I. H.. 2004. Kadar Timbal (Pb) pada Beberapa Tanaman Sayuran Sebelum
dan Sesudah Dimasak di Kota Medan dan Berastagi Tahun 2004. Skripsi.
Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU. Medan
Priyanto, B dan Prayitno J, 2007. Fitoremidiasi Sebagai Sebuah Teknologi
Pemulihan Pencemaran Khususnya Logam Berat.http://ltl.bppt.tripod.com
/sublab/lfloral.html.
Rohilan, I. 1992. Keadaan Sifat Fisika dan Kimia Perairan di Pantai Zona Industri
Krakatau Steel Cilegon. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sanra, Y., Abu, H., dan Subardi, B. 2015. Analisis Kandungan Logam Timbal pada
Tanaman Tomat (Solanum lycopersicumL.) yang ditanam di Pinggir Jalan

Universitas Sumatera Utara

raya Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Bukittinggi. Skripsi. JOM (Jurnal
Online Mahasiswa) FMIPA 1(2): 1-9
Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya pada
Manusia. Skripsi. Fakultas Pertanian. USU. Medan
Smith, J. 1981. Air Pollution and Forest Ecosystem.Springer-Verlag. New York.
Subowo, Mulyadi, Widodo, S., dan Asep N.1999. Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan
Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding.
Bidang Kimia dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.
Sudarmadji, J., Mukono dan I. P. Corie. 2008. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (2): 129142.
Sugiama. 2008. Metode Penelitian , Bandung : Alfabeta.
Widaningrum, M. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan
Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian 1(3):1-8.
Widowati, W., Sastiono, A dan R. Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Andi Offset. Yogyakarta.
Yoma, D. 2010. Health Risk of Hg, Pb, Cd, Zn and Cu to the Inhabitants Around
Huludao Zinc Plant in China via Consumption of Vegetables. Journal of
Science of The Total Environment. Vol 383 (1-3):81-89. September 2010.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 050’ s/d 03 019’
LU dan 97 055’ s/d 98 038’ BT. Kabupaten Karo memiliki luas wilayah 2.127,25
km2 yang terdiri dari pemukiman penduduk 174,22 km2 dan lahan pertanian 1.953,03
km2. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara
600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut dan mempunyai iklim yang sejuk
dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17°C.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) Kecamatan Kabupaten Karo yaitu
Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Tiga Panah.
Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS),
Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2016.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi
penelitian skala 1 : 50000, sampel daun kol dan buah tanaman tomat, serta bahan –
bahan kimia yang mendukung untuk analisis laboratorium.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global
Position System), amplop coklat sebagai tempat sampel, spidol untuk memberi nama
pada sampel, pisau sebagai alat untuk membantu pengambilan contoh daun dan buah,
alat tulis digunakan untuk menulis data dilapangan, kamera sebagai alat untuk
mendokumentasikan kegiatan di lapangan, oven untuk mengeringkan sampel serta
alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei untuk pengambilan
sampel dan perlakuan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) Faktorial dengan 3 faktor perlakuan yaitu 2 jenis tanaman, 2 perlakuan
pencucian dan 2 jarak dari jalan raya. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga
jumlah perlakuan sebanyak 24 sampel:
Faktor I : Jenis tanaman
T1 : Daun Kol
T2 : Kulit buah tomat
Faktor II : Pencucian
C1 : Tanpa di cuci
C2 : Cuci dengan air mengalir
Faktor III : Jarak dari jalan raya
J1 : Jarak 5 m dari jalan raya
J2 : Jarak 10 m dari jalan raya
Sehingga didapat kombinasi perlakuan sebagai berikut
T1C1J1

T1C1J2

T1C2J1

T1C2J2

T2C1J1

T2C1J2

T2C2J1

T2C2J2

Universitas Sumatera Utara

Model linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial, sebagai berikut :
Yijkl = µ + ρi + Tj + Ck + Jl + (TC)jk + (TJ)jl + (CJ)kl + (TCJ)jkl + Σijk
Dimana :
Yijk

= Nilai pengamatan pada setiap satuan percobaan yang terletak pada
ulangan pada faktor I taraf ke-j, faktor II taraf ke-k dan faktor III taraf
ke-l.

µ

= Nilai rata-rata dari nilai Yijkl.

Ρi

= Ulangan ke-i

Tj

= Pengaruh faktor jenis tanaman taraf ke-j

Ck

= Pengaruh faktor pencucian taraf ke-k

Jl

= Pengaruh faktor jarak taraf ke-l

(TC)jk

= Pengaruh interaksi faktor jenis tanaman taraf ke-j dan faktor pencucian
taraf ke-k

(TJ)jl

= Pengaruh interaksi faktor jenis tanaman taraf ke-j dan faktor jarak taraf
ke-l

(CJ)kl

= Pengaruh interaksi faktor pencucian taraf ke-k dan faktor jarak taraf
ke-l

(TCJ)jkl

= Pengaruh interaksi faktor jenis tanaman taraf ke-j, faktor pencucian
taraf ke-k dan faktor jarak taraf ke-l

Σijkl

= Pengaruh galat dari satuan percobaan yang terletak pada ulangan ke-i,
pada faktor Jenis tanaman ke-j, faktor pencucian taraf ke-k dan faktor
jarak taraf ke-l.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya data dianalisis dengan Analysis of Varience (ANOVA), untuk
setiap parameter yang nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada
taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-

Tahap Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan

konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, studi literatur,
pengadaan peta, pengadaan peralatan, dan penyusunan rencana kerja yang berguna
untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan.
-

Pengamatan Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan

orientasi lapangan penelitian untuk mengetahui kondisi lapangan. Setelah survei
pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya
adalah pengambilan contoh daun kol dan buah tomat.
-

Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel contoh daun kol dan buah tomat masing-masing

sebanyak 1 sampel untuk setiap ulangan dan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang
telah ditentukan. Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan menggunakan
pisau untuk memotong daun pada tanaman kol maupun pada saat pengambilan buah
tanaman tomat. Sampel buah tanaman tomat yang diambil buahnya berwarna merah,

Universitas Sumatera Utara

sementara sampel daun kol diambil dari 2 helai daun dari pinggir daun krop terluar
tanaman kol.
Perlakuan pencucian dilakukan dengan cara sampel daun tanaman kol dan
sampel buah tanaman tomat dengan perlakuan pencucian, dicuci pada air mengalir
lalu diusap sebanyak 5 kali agar kadar Pb pada sampel tersebut dapat berkurang.
Jarak dari jalan raya ditentukan dengan cara sampel daun tanaman kol dan
sampel buah tanaman tomat berdasarkan perlakuan jarak 5 meter dan 10 meter
dengan menggunakan meteran yang diukur dari pinggir jalan raya.
Setelah diperoleh sampel daun dan buah maka diambil 2 helai daun untuk
setiap contoh daun kol dan 5 buah untuk sampel kulit buah tomat, kemudian
dianalisis logam beratnya. Selama kegiatan pengambilan contoh tanaman tersebut
dilakukan juga pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian.
-

Analisis Laboratorium
Sampel tanaman yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di

laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat dalam kulit buah tomat dan
daun kol.
Sebagai dasar untuk mengetahui kandungan logam berat dalam tanaman di
areal tersebut, dilakukan analisis laboratorium yaitu logam berat Pb dengan
menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4, dan diukur dengan AAS.
-

Pengolahan Data
Data yang di peroleh dari hasil analisis laboratorium diolah menggunakan

(RAK) faktorial dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

-

Parameter Penelitian
Pengukuran kandungan logam berat Pb pada daun tanaman kol dan kulit buah

tanaman tomat dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4 dan diukur
dengan AAS.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan pada beberapa
kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Empat, Kabanjahe, dan Tiga Panah di
Kabupaten Karo maka diperoleh hasil kadar logam berat Pb pada daun tanaman kol
dan buah tanaman tomat.
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 3 memperlihatkan bahwa perlakuan
jenis tanaman, perlakuan pencucian dan perlakuan jarak dari jalan raya berpengaruh
nyata, sedangkan interaksi antara perlakuan jenis tanaman dan perlakuan pencucian
tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara perlakuan jenis tanaman tidak berpengaruh
nyata terhadap perlakuan jarak dari jalan raya dan perlakuan pencucian tidak
berpengaruh nyata terhadap perlakuan jarak dari jalan raya serta interaksi antara jarak
dari perlakuan jenis tanaman, perlakuan pencucian dan perlakuan jarak dari jalan
raya tidak berpengaruh nyata.
Hasil uji beda rataan logam berat Pb berdasarkan perlakuan jenis tanaman,
perlakuan pencucian dan perlakuan jarak dari jalan raya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Rataan Analisis Logam Berat Pb berdasarkan Perlakuan Jenis
Tanaman, Perlakuan Pencucian dan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya
Jarak
Jenis Tanaman
Pencucian
Kol (T1)
Tomat (T2)
5 meter (J1)
10 meter (J2)

Tidak dicuci (C1)

6,19 ppm

4,01 ppm

Dicuci (C2)

4,48 ppm

3,08 ppm

Tidak dicuci (C1)

4,79 ppm

3,10 ppm

Dicuci (C2)

3,86 ppm

2,26 ppm

Rataan
4,83 ppm
3,11 ppm
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%) menurut uji DMRT

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan T1C1J1 dan T2C1J1
mempunyai nilai kadar logam berat Pb yang paling tertinggi yaitu 5,10 ppm.
Sementara yang paling rendah terdapat pada perlakuan T1C2J2 dan T2C2J2
Hasil uji beda rataan logam berat Pb pada daun tanaman kol berdasarkan
perlakuan pencucian dan perlakuan jarak dari jalan raya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Rataan Analisis Logam Berat Pb pada Daun Tanaman Kol berdasarkan
Perlakuan Pencucian dan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya
Pencucian
Tidak dicuci
Dicuci

Jarak dari jalan raya

Rataan

5 meter

10 meter

6,19 ppm
4,48 ppm

4,79 ppm
3,86 ppm

5,49 ppm a
4,17ppm b

Rataan
5,33 ppm a
4,325 ppm b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan
logam berat Pb pada daun tanaman kol yang tidak dicuci di air mengalir yang
diambil dari jarak 5 meter dan 10 meter pada pinggir jalan (T1C1J1 dan T1C1J2)
berbeda nyata dengan taraf (T1C2J1 dan T1C2J2). Dari hasil uji beda rataan pada Tabel
5 diketahui bahwa kandungan logam berat Pb pada tanaman kol dengan perlakuan
pencucian yang diambil pada jarak 5 meter dari pinggir jalan raya (T1C1J1 dan
T1C2J1) berbeda nyata dengan taraf (T1C1J2 dan T1C2J2).
7,00
6,00
5,00
4,00

Tidak dicuci

3,00

Dicuci

2,00
1,00
0,00
1

T1C1J1

2

T1C2J1

3

T1C1J2

4

T1C2J2

Gambar 1. Histogram Nilai Rataan Kadar Logam Berat Pb pada Daun Tanaman Kol
berdasarkan Perlakuan Pencucian

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Gambar diatas dapat dilihat bahwa kadar logam berat Pb
tertinggi terdapat pada perlakuan yang tidak dicuci yaitu 6,19 ppm. Sementara kadar
logam berat Pb terendah terdapat pada perlakuan yang dicuci yaitu 3,86 ppm.
ppm
7,00
6,00
5,00

Jarak 5 m
Jarak 10 m

4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
1
T1C1J1

2
T1C1J2

3
T1C2J1

4
T1C2J2

Gambar 2. Histogram Nilai Rataan Kadar Logam Berat Pb pada Daun Tanaman Kol
berdasarkan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya
Berdasarkan Gambar diatas dapat dilihat bahwa kadar logam berat Pb
tertinggi terdapat pada perlakuan jarak 5 meter dari pinggir jalan raya yaitu 6,19
ppm. Sementara kadar logam berat Pb terendah terdapat pada perlakuan 10 meter
dari pinggir jalan raya yaitu 3,86 ppm.
Tabel 6. Nilai Rataan Analisis Logam Berat Pb pada Buah Tanaman Tomat
berdasarkan Perlakuan Pencucian dan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya
Jarak dari jalan raya
Jenis tanaman
Rataan
5 meter
10 meter
3,55 ppm a
Tidak dicuci
4,01 ppm
3,10 ppm
2,67 ppm b
Dicuci
3,08 ppm
2,26 ppm
Rataan
3,54 ppm a
2,68 ppm b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kandungan
logam berat Pb pada buah tanaman tomat yang tidak dicuci di air mengalir yang
diambil dari jarak 5 meter dan 10 meter pada pinggir jalan (T2C1J1 dan T2C1J2)

Universitas Sumatera Utara

berbeda nyata dengan taraf (T2C2J1 dan T2C2J2). Dari hasil uji beda rataan pada Tabel
6 diketahui bahwa kandungan logam berat Pb pada buah tanaman tomat dengan
perlakuan pencucian yang diambil pada jarak 5 meter dari pinggir jalan raya (T2C1J1
dan T2C2J1) berbeda nyata dengan taraf (T2C1J2 dan T2C2J2).
4,50
4,00
3,50
3,00
Tidak dicuci
Dicuci

2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1

T2C1J1

2

T2C2J1

3

T2C1J2

4

T2C2J2

Gambar 3. Histogram Nilai Rataan Logam Berat Pb pada Buah Tanaman Tomat
berdasarkan Perlakuan Pencucian
Pada Gambar diatas dapat dilihat bahwa perlakuan tidak dicuci mengandung
logam Pb yang tinggi yaitu 4,01 ppm sementara yang terendah terdapat pada
perlakuan dicuci yaitu 2,26 ppm.
ppm

4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00

Jarak 5 m
Jarak 10 m

1
T2C1J1

2
T2C1J2
T2C2J1

3
T2C2J1
T2C1J2

4
T2C2J2

Gambar 4. Histogram Nilai Rataan Logam Berat Pb pada Buah Tanaman Tomat
berdasarkan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya

Universitas Sumatera Utara

Pada Gambar diatas dapat dilihat bahwa perlakuan 5 meter dari pinggir jalan
raya mengandung logam Pb yang tertinggi yaitu 4,01 ppm sementara yang terendah
terdapat pada perlakuan 10 meter dari pinggir jalan raya yaitu 2,26 ppm.
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa nilai rataan analisis logam
berat Pb pada tanaman kol berdasarkan perlakuan pencucian dan perlakuan jarak dari
jalan raya mengalami penurunan setelah dilakukan pencucian. Berdasarkan hasil
yang diperoleh sampel yang telah diambil mengalami penurunan pada saat dilakukan
pencucian. Pasaribu (2004) yang menyatakan menurunnya kadar timbal (Pb) dalam
sayuran yang telah dicuci disebabkan pada saat pencucian yang dilakukan dengan air
mengalir dengan daya semprot tinggi menyebabkan terlepasnya timbal (Pb) jerapan
yang terdapat pada permukaan sayuran sedangkan timbal (Pb) serapan masih tetap
ada dalam sayuran. Timbal (Pb) serapan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil
daripada timbal (Pb) jerapan. Semakin kecil ukuran partikelnya maka semakin
mudah untuk meresap ke dalam sayuran dan semakin sulit terlepas bila hanya
dilakukan pencucian.
Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 dapat dilihat semakin jauh jarak dari jalan
raya maka akan semakin berkurang kadar logam Pb didalam tanaman tersebut. Hal
ini dikarenakan tanaman yang ditanam di pinggir jalan terkena langsung asap
kendaraan bermotor. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Erdayanti dkk. (2015)
yang menyatakan sampel sayur yang ditanam pada stasiun 1 yang berjarak 10 meter
dari jalan raya memiliki kandungan logam timbal lebih tinggi dibandingkan sayur
yang berada pada stasiun 2 dan 3, begitu juga dengan sampel tanah. Besarnya
kandungan logam timbal yang terdapat dalam setiap sampel berasal dari gas

Universitas Sumatera Utara

buangan kendaraan bermotor yang akan terbang ke udara, sebagian akan menempel
pada tanaman sayur yang berada di pinggir jalan raya dan sebagian lagi dengan
adanya angin dan hujan akan mengakibatkan debu tersebut jatuh ke permukaan
tanah dan jalan raya. Senyawa timbal yang menempel pada tanaman semakin lama
akan teradsorbsi masuk ke dalam daun, sedangkan yang jatuh ke tanah akan diserap
oleh tumbuhan melewati akar dan akan disebarkan keseluruh bagian dari tanaman
tersebut.
Berdasarkan Tabel 5 pada daun tanaman kol yang tidak dicuci yang ditanam
5 meter dari jalan raya kadar timbal sekitar 6,19 ppm sementara pada jarak 10 meter
4,79 ppm. Pada buah tanaman tomat yang tidak dicuci yang ditanam 5 meter dari
jalan raya kadar timbal sekitar 4,01 ppm sementara pada jarak 10 meter 3,10 ppm.
Tingginya kadar Pb dapat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk, pestisida maupun
jarak dari jalan raya. Darmono (2001) yang menyatakan bahwa sumber kontaminasi
logam dalam tanah pertanian berasal dari: (1) Jumlah logam yang ada pada batuan
tempat tanah terbentuk, (2) Jumlah pupuk yang diberikan, (3) Berasal dari berbagai
kegiatan seperti pertambangan, industri dan transportasi yang sering ditemukan
dalam air, tanah dan udara, (4) Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun
merembes ke dalam tanah yang lebih dalam.
Kadar timbal pada tanaman kol lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
tomat pada saat sebelum dilakukan pencucian maupun setelah dilakukan pencucian.
Hal ini disebabkan karena tanaman kol mempunyai luas permukaan yang lebih lebar
dibandingkan tanaman tomat. Hal ini didukung oleh Eka dkk. (2015) yang
menyatakan bahwa luas permukaan sayuran juga mempengaruhi kadar timbal
jerapan yang menempel pada sayuran. Pada sayuran selada kadar timbalnya lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi daripada kadar timbal pada sayuran kol. Hal ini bisa disebabkan oleh sayuran
selada memiliki luas permukaan yang lebih besar daripada sayuran kol. Permukaan
daun selada yang lebih bergelombang dan bertekstur kasar juga lebih memungkinkan
timbal menempel pada sayuran selada.
Logam berat pada buah tanaman tomat cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan daun tanaman kol. Hal disebabkan karena permukaan kulit tanaman tomat
yang lebih licin sementara daun tanaman kol cenderung lebih bergelombang dan
sedikit kasar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Erdayanti dkk. (2015) yang
menyatakan bahwa pada sampel sayur kangkung memiliki daun yang licin sehingga
untuk menyerap partikulat logam timbal yang terdapat di udara juga akan lebih
sedikit dibandingkan dengan sayur bayam yang memiliki permukaan daun yang
lebih kasar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsentrasi timbal pada
jarak 5 meter lebih tinggi dibandingkan dengan jarak 10 meter. Hal ini terjadi karena
tanaman pada jarak 5 meter lebih dekat dengan bahan pencemar. Hal ini didukung
oleh Sanra dkk. (2015) yang menyatakan bahwa ada perbedaan konsentrasi timbal
pada setiap jenis sampel. Perbedaan ini terjadi karena jarak sampel dengan sumber
pencemar. Semakin dekat jarak sampel dengan sumber pencemar, maka sampel akan
tercemar lebih besar. Sebaliknya, semakin jauh jarak sampel dari sumber pencemar,
semakin rendah konsentrasi cemaran timbal yang terukur. Hal ini juga dibuktikan
dengan konsentrasi timbal yang terdapat pada kontrol, konsentrasi timbalnya jauh
lebih rendah dari sampel.
Sampel daun tanaman kol dan kulit buah tomat diambil dari pinggir jalan raya
dengan jarak 5 meter dan 10 meter sehingga memungkinkan logam berat yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

pada sampel dipengaruhi oleh asap dari kendaraan bermotor dari jalan raya. Hal ini
didukung oleh Siregar (2005) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pencemaran
akan menyebabkan semakin tinggi kadar timbal (Pb) dalam sayuran. Jumlah timbal
(Pb) di udara dipengaruhi oleh volume atau kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan
raya dan daerah industri, percepatan mesin dan arah angin.
Tingginya kadar Pb pada tanaman yang berada di pinggir jalan raya dapat
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melintas di jalan. Semakin
banyak jumlah kendaraan yang melintas maka akan semakin besar PbO yang
dilepaskan melalui asap gas kendaraan bermotor. Hal ini didukung oleh
Marbun (2010) yang menyatakan meningkatnya konsentrasi timbal di udara yang
berasal dari hasil pembakaran bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb
terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama
pembakaran, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti ketuk yang
terdiridari 62% TEL, 18% etilendiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa
yang berperan sebagai zat anti ketuk adalah timbal oksida. Pada proses pembakaran
mesin, senyawa PbO dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang
kendaraan bermotor. Sebagian diantaranya akan membentuk partikulat di udara
bebas dengan unsur-unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan
diabsorbsi oleh tanaman tomat yang berada di sepanjang jalan raya.
Kandungan logam berat timbal (Pb) pada daun tanaman kol dan kulit buah
tomat sudah melebihi batas maksimum karena telah lebih dari batas aman yang
dianjurkan. Kadar logam berat timbal (Pb) dalam sayuran yang ditetapkan oleh
regulasi dan rekomendasi logam berat untuk obat-obatan dan makanan , yaitu 2 ppm

Universitas Sumatera Utara

tentang batas aman logam berat Pb pada tanaman sayuran sehingga kadar logam
berat pada daun tanaman kol dapat dikatakan berbahaya bagi tubuh manusia.
Tingginya konsentrasi logam Pb pada daun tanaman kol maupun buah
tanaman tomat dapat juga disebabkan oleh kandungan logam Pb pada tanah juga
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan oleh logam Pb didalam tanah diserap oleh akar
tanaman lalu masuk melalui jaringan tanaman. Hal ini didukung oleh
Alloway (1995) yang menyatakan bahwa logam berat Pb terserap oleh akar tanaman
apabila logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya. Tanah akan
didominasi

oleh

kation

Pb,

sehingga

menyebabkan

kation-kation

lain

ketersediaannya berkurang dalam kompleks serapan akar. Kation Pb yang terserap
oleh akar masuk kedalam tanaman akan menjadi inhibitor pembentukan enzim
kemudian akan menghambat proses metabolisme tanaman, yang meliputi proses
respirasi yang nantinya akan menghasilkan ATP yang digunakan untuk fotosintesis,
kemudian hasil fotosintesis akan digunakan dan diedarkan untuk pembelahan sel
(tinggi, jumlah dan biomassa) serta reproduksi akan terganggu. Apabila ini dilakukan
terus menerus dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan menurunnya
kualitas pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu.
Kadar Pb yang diperoleh dari sampel daun tanaman kol dan kulit buah tomat
sangat tinggi dan telah melebihi batas aman untuk di konsumsi berdasarkan standar
legislasi batas aman untuk logam berat pada sayur Ayu (2002) yaitu 2 ppm sehingga
kadar Pb pada hasil penulis dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Widaningrum (2007) yang menyatakan bahwa dengan dikonsumsinya sayur yang
telah terkontaminasi logam sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia dapat
menyebabkan berpindahnya logam berat yang dikandung oleh sayur-sayur tersebut

Universitas Sumatera Utara

seperti timbal ke dalam tubuh makhuk hidup. Logam berat yang masuk kedalam
tubuh manusia akan melakukan interaksi

dengan enzim, protein, DNA serta

metabolisme lainnya. Adanya jumlah logam berat yang berlebih dalam tubuh akan
berpengaruh buruk terhadap tubuh. Pada tubuh manusia logam timbal dapat
bersenyawa dengan enzim aktif menjadi tidak aktif, sehingga sintesis butiran darah
manusia (Hb) dapat dihambat akibatnya dapat menimbulkan penyakit anemia.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kadar logam berat Pb bervariasi akibat perlakuan jenis tanaman, perlakuan
pencucian dan perlakuan jarak dari jalan raya.
2. Rata-rata kadar logam berat pada tanaman kol sebelum dicuci adalah 6,19
ppm pada jarak 5 m dan 4,79 ppm pada jarak 10 m dari jalan raya.
3. Rata-rata logam berat pada tanaman kol setelah dicuci adalah 4,48 ppm pada
jarak 5 m dan 3,86 ppm pada jarak 10 m lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman tomat setelah dicuci yaitu 3,08 ppm pada jarak 5 m dan 2,26 ppm
pada jarak 10 m dari jalan raya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar logam Pb
pada udara dan pada tanah lokasi budidaya tanaman kol dan tomat pada jarak 5 m
dan 10 m dari jalan raya di Kabupaten Karo untuk dapat memastikan sumber Pb yang
terdapat pada tanaman.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Logam Berat dalam Tanaman
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan
Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada
tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk., 1999).
Logam berat itu dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Logam berat esensial: yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan
oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan
efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial; yakni logam yang keberadaannya masih belum
diketahui manfaatnya bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain
(Widowati dkk., 2008).
Logam yang mempunyai sifat toksik yang tinggi yaitu Hg, Cd, Pb, As, Cu
dan Zn. Logam yang mempunyai sifat toksik menengah yaitu Cr, Ni, dan Co. Logam
yang mempunyai sifat toksik yang rendah yaitu Mn dan Fe (Connel, 1995). Menurut
Darmono (2001) urutan toksisitas logam terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan
adalah Hg2+> Cd2+> Ag2+> Ni2+> Pb2+> As2+> Cr2+> Sn2+> Zn2+.
Sumber kontaminasi logam dalam tanah pertanian berasal dari: (1) Jumlah
logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk, (2) Jumlah pupuk yang
diberikan, (3) Berasal dari berbagai kegiatan seperti pertambangan, industri dan
transportasi yang sering ditemukan dalam air, tanah dan udara, (4) Jumlah yang
terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam
(Darmono, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Pada tanaman logam berat dapat masuk ke dalam jaringan melalui akar dan
stomata (Alloway, 1990). Pada dasarnya logam berat seperti Fe, Mn, Cu, Ni dan Zn
merupakan unsur essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil Namun
dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Logam Pb dan
Cd bukan unsur essensial bagi tanaman. Logam Pb dan Cd bersifat toksik yang dapat
menghambat

pertumbuhan

tanaman

Janouskova

dkk.

(2005).

Rendahnya

pertumbuhan tanaman akibat logam berat disebabkan karena adanya penurunan
kandungan klorofil tanaman (Olivares, 2003).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran mengakibatkan
menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman serta diikuti dengan gejala yang
tampak (visible symptoms). Kerusakan tanaman karena pencemaran berawal pada
tingkat biokimia (gangguan proses fotosintesis, respirasi, serta biosintesis protein dan
lemak), selanjutnya tingkat ultrastruktural (disorganisasi sel membran), kemudian
tingkat sel (dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya
gejala pada jaringan daun seperti klorosis dan nekrosis (Malhotra and Khan, 1984).
Hutagalung (1991) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
toksisitas logam berat antara lain suhu, salinitas, pH, dan kesadahan. Penurunan pH
dan salinitas perairan menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar.
Peningkatan suhu menyebabkan toksisitas logam berat meningkat, sedangkan
kesadahan yang tinggi dapat mengurangi toksisitas logam berat karena logam berat
dalam air dengan kesadahan tinggi membentuk senyawa kompleks yang mengendap
dalam air.
Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) membagi
kelompok logam berat berdasarkan sifat toksisitas dalam 3 kelompok, yaitu bersifat

Universitas Sumatera Utara

toksik tinggi yang terdiri atas unsur-unsur merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb),
tembaga (Cu), dan seng (Zn). Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur
kromium (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co), serta yang bersifat toksik rendah terdiri
atas unsur mangan (Mn) dan besi (Fe).
Tabel 1. Standar Legislasi Batas Aman untuk Logam Berat pada Sayur
Sumber
Timbal
Cadmium (Cd)
Tembaga
(Pb)
(Cu)
West-german Federal Health 0,8 mg/kg
0,1 mg/kg
Belum
Agency
ditentukan
Regulation and Recommendation 2,0 ppm
Belum ditentukan
20 ppm
for Heavy Metals by the Food and
batasnya (dalam
Drugs Act
penelitian)
Regulation and Recommendation 1,0 ppm
Belum ditentukan
20 ppm
for Heavy Metals & South Africa
Regulation and Recommendation 2,0 ppm
Belum ditentukan
50 ppm
for Heavy Metals in Canada
Regulation and Recommendation 2,0 ppm
Belum ditentukan
30 ppm
for Heavy Metals in Australia
Recommendation
for
Heavy 2,5 ppm
1 ppm
50 ppm
Metals in New Zealand
Sumber : (Ayu, 2002).
Timbal (Pb)
Plumbum (lead) merupakan salah satu unsur kimia yang terdapat dalam unsur
periodik. Unsur logam ini memiliki simbol Pb yang berasal dari bahasa latin
Plumbum. Dalam bahasa Indonesia lead biasa disebut dengan timbal. Lead memiliki
sifat fisik, lunak dan mudah di bentuk namun juga berat dan beracun. Lead akan
berwarna putih jika langsung di potong namun akan tidak berwarna sampai ke abuabuan jika terkena udara. Logam Pb juga terdapat dari sisa berbagai kegiatan seperti
pertambangan, industri dan transportasi merupakan limbah yang tergolong dalam
kelompok B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang sering ditemukan dalam air,
tanah dan udara (Yoma, 2010). Unsur ini juga logam berat yang sangat berbahaya
bagi makhluk hidup karena bersifat neurotoxin, yaitu racun yang menyerang saraf

Universitas Sumatera Utara

dan bersifat karsinogenik dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu
yang lama dan tokisisitasnya yang tidak berubah (Novem, 2010).
Sudarmaji dkk. (2008) mengatakan bahwa secara alami Pb juga ditemukan di
udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan
termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb. Penelitian yang
dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 μg/kg berat kering. Logam berat
Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (galena), PbCO3 (cerusite)
dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata galena merupakan sumber utama Pb yang berasal
dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan
Zn (seng) dengan kontribusi 70% kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10%
terdiri dari campuran Zn dan Cu.
Logam Pb secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada bebatuan dan
lapisan kerak bumi. Di perairan Pb ditemukan dalam bentuk Pb2+, PbOH+, PbHCO3,
PbSO4 dan PbCO+ (Perkins, 1977 dalam Rohilan, 1992). Pb2+ di perairan bersifat
stabil dan lebih mendominasi dibandingkan dengan Pb4+. Masuknya Pb ke dalam
perairan melalui proses pengendapan yang berasal dari aktivitas di darat seperti
industri, rumah tangga, erosi, jatuhan partikel-partikel dari sisa proses pembakaran
yang mengandung tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam, dan
buangan sisa industri baterai (Palar, 2004).
Tabel 2. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar dalam Tanah dan Tanaman.
Kisaran Kadar Logam Berat (ppm)
Unsur
Tanah
Tanaman
As
0,1-40
0,1-5
B
2-100
30-75
F
30-300
2-20
Cd
0,1-7
0,2-0,8
Mn
100-4000
15-200
Ni
10-1000
1
Zn
10-300
15-200

Universitas Sumatera Utara

Cu
2-100
Pb
2-200
Sumber : Soepardi (1983 dalam Barchia, 2009)

4-15
0,1-10

Logam Pb sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman yaitu daun,
batang, akar dan umbi-umbian (bawang merah). Smith (1981) juga menerangkan
gejala akibat pencemaran logam berat adalah: klorosis, nekrosis, pada ujung dan sisi
daun serta busuk daun yang lebih awal. Logam Pb dalam bentuk anorganik dan
organik memiliki toksitas yang sama pada manusia misalnya pada bentuk organik
seperti tetraetil-timbal dan tetrametil timbal (TEL dan TML). Logam Pb dalam tubuh
dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun yang paling berbahaya adalah
toksitas Pb yang disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium (Ca). Hal ini
menyebabkan terjadinya penarikan deposit Pb dari tulang tersebut (Darmono, 2001).
Logam Pb merupakan logam berat yang sangat beracun dapat dideteksi secara
praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis. Sumber
utama Pb adalah makanan dan minuman. Komponen ini beracun terhadap seluruh
aspek kehidupan. Logam Pb dapat mempengaruhi kerja sistem saraf, hemetologic,
hemetotoxic dan mempengaruhi kerja ginjal. Rekomendasi dari WHO, logam berat
Pb dapat ditoleransi dalam seminggu dengan takaran 50 mg/kg berat badan untuk
dewasa dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi dan anak-anak. Mobilitas timbal di
tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan
berkisar 0,5- 3 ppm (Palar, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Pb dalam tanaman yaitu jangka
waktu tanaman kontak dengan timbal, kadar Pb dalam tanah, morfologi dan fisiologi
tanaman, umur tanaman dan faktor yang mempengaruhi areal seperti banyaknya
tanaman penutup serta jenis tanaman di sekeliling tanaman tersebut. Dua jalan

Universitas Sumatera Utara

masuknya Pb ke dalam tanaman yaitu, melalui akar dan daun. Logam Pb setelah
masuk ke sistem tanaman akan diikat oleh membran-membran sel, mitokondria dan
kloroplas. Bahkan pencemaran dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisik.
Kerusakan tersembunyi dapat berupa penurunan kemampuan tanaman dalam
menyerap air, pertumbuhan yang lambat atau pembukaan stomata yang tidak
sempurna (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982).
Logam Pb diserap oleh tanaman pada saat kandungan bahan organik dan
kondisi kesuburan tanah rendah, selain itu komposisi dan pH tanah, serta Kapasitas
Tukar Kation (KTK) juga mempengaruhi perpindahan Pb dari tanah ke tanaman.
Logam berat Pb pada keadaan ini akan terlepas dari ikatan tanah berupa ion yang
bergerak bebas kemudian diserap oleh tanaman melalui pertukaran ion. Logam berat
Pb terserap oleh akar tanaman apabila logam lain tidak mampu menghambat
keberadaannya. Hal ini akan mengakibatkan tanah akan didominasi oleh kation Pb,
sehingga menyebabkan kation-kation lain ketersediaannya berkurang dalam
kompleks serapan akar. Kation Pb yang terserap oleh akar masuk kedalam tanaman
akan menjadi inhibitor pembentukan enzim kemudian akan menghambat proses
metabolisme tanaman, yang meliputi proses respirasi yang nantinya akan
menghasilkan ATP yang digunakan untuk fotosintesis, kemudian hasil fotosintesis
akan digunakan dan diedarkan untuk pembelahan sel (tinggi, jumlah dan biomassa)
serta reproduksi akan terganggu. Apabila ini dilakukan terus menerus dalam jangka
waktu yang panjang akan menyebabkan menurunnya kualitas pertumbuhan tanaman
padi dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu (Alloway, 1995).
Sumber pencemaran Pb terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana
dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl2. Penambahan Pb

Universitas Sumatera Utara

pada bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan terjadi pembakaran bahan
tambahan (aditif) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi
Pb inorganik. Logam Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan
bercampur dengan oli dan melalui proses didalam mesin maka logam berat Pb akan
keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya. Logam Pb yang keluar dari
knalpot akan keluar ke lingkungan dan mencemari lingkungan. Lingkungan yang
dapat tercemari dapat

berupa udara, air, tanah, makanan dan lain-lain

(Marbun, 2010).
Menurunnya kadar Pb dalam sayuran yang telah dicuci disebabkan pada saat
pencucian yang dilakukan dengan air mengalir dengan daya semprot tinggi
menyebabkan terlepasnya timbal (Pb) jerapan yang terdapat pada permukaan sayuran
sedangkan Pb serapan masih tetap ada dalam sayuran. Pb serapan memiliki ukuran
partikel yang lebih kecil dari Pb jerapan. Semakin kecil ukuran partikelnya maka
semakin mudah untuk meresap ke dalam sayuran dan semakin sulit terlepas bila
hanya dilakukan pencucian (Pasaribu, 2004).
Luas permukaan sayuran juga mempengaruhi kadar timbal jerapan yang
menempel pada sayuran. Pada sayuran selada kadar timbalnya lebih tinggi daripada
kadar timbal pada sayuran kol. Hal ini disebabkan oleh sayuran selada memiliki luas
permukaan yang lebih lebar daripada sayuran kol. Permukaan daun selada yang lebih
bergelombang dan bertekstur kasar juga lebih memungkinkan timbal menempel pada
sayuran selada daripada permukaan sayuran kol yang licin dan tidak bergelombang
(Eka dkk., 2015).
Sayur yang dikonsumsi sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia dapat
menyebabkan berpindahnya logam berat yang dikandung oleh sayuran tersebut

Universitas Sumatera Utara

seperti timbal ke dalam tubuh makhuk hidup. Logam berat yang masuk ke dalam
tubuh manusia akan melakukan interaksi dengan enzim, protein, DNA serta
metabolisme lainnya. Adanya jumlah logam berat yang berlebih dalam tubuh akan
berpengaruh buruk terhadap tubuh. Pada tubuh manusia logam timbal dapat
bersenyawa dengan enzim aktif menjadi tidak aktif sehingga sintesis butiran darah
manusia (Hb) dapat dihambat akibatnya dapat menimbulkan penyakit anemia
(Widaningrum, 2007).
Logam berat yang masuk ke dalam tanaman akan berikatan dengan unsur
hara lain dan mengalami immobilisasi ke bagian tanaman tertentu dan tidak dapat
diedarkan ke seluruh tanaman karena telah mengalami proses detoksifikasi
(penimbunan pada organ tertentu) sehingga tanaman masih dapat tumbuh dan unsur
hara yang diperlukan tanaman masih mampu untuk mensuplai pertumbuhan tanaman
meskipun tercemar logam berat Pb. Salah satu unsur hara yang dapat dijadikan
contoh dalam proses KTK (Kapasitas Tukar Kation) adalah unsur hara K
(Priyanto dan Prayitno, 2007).
Sampel sayur yang ditanam pada stasiun 1 yang berjarak 10 meter dari jalan
raya memiliki kandungan logam timbal lebih tinggi dibandingkan sayur yang berada
pada stasiun 2 dan 3, begitu juga dengan sampel tanah. Besarnya kandungan logam
timbal yang terdapat dalam setiap sampel berasal dari gas buangan kendaraan
bermotor yang akan terbang ke udara, sebagian akan menempel pada tanaman sayur
yang berada di pinggir jalan raya dan sebagian lagi dengan adanya angin dan hujan
akan mengakibatkan debu tersebut jatuh ke

permukaan tanah dan jalan raya.

Senyawa timbal yang menempel pada tanaman

semakin lama akan teradsorbsi

masuk ke dalam daun, sedangkan yang jatuh ke tanah akan diserap oleh tumbuhan

Universitas Sumatera Utara

melewati akar dan akan disebarkan keseluruh

bagian dari tanaman tersebut

(Erdayanti dkk., 2015).
Perbedaan konsentrasi timbal pada setiap jenis sampel. Perbedaan ini terjadi
karena jarak sampel dengan sumber pencemar. Semakin dekat jarak sampel dengan
sumber pencemar, maka sampel akan tercemar lebih besar. Sebaliknya, semakin
jauh jarak sampel dari sumber pencemar, semakin rendah

konsentrasi cemaran

timbal yang terukur (Sanra dkk., 2015). Semakin tinggi tingkat pencemaran akan
menyebabkan semakin tinggi kadar timbal (Pb) dalam sayuran. Jumlah timbal (Pb) di
udara dipengaruhi oleh volume atau kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan raya dan
daerah industri, percepatan mesin dan arah angin (Siregar, 2005).
Pada sampel sayur kangkung kandungan logam timbal berada di bawah limit
deteksi alat SSA yaitu sebesar 0,024 ppm sehingga konsentrasi logam timbal pada
sampel tidak terdeteksi. Ini dikarenakan masa panen dari sayur kangkung lebih cepat
dibandingkan sayur bayam, selain itu permukaan dari

daun

sayuran itu juga

berbeda. Sayur kangkung memiliki daun yang licin sehingga

untuk menyerap

partikulat logam timbal yang terdapat di udara juga akan lebih sedikit dibandingkan
dengan sayur bayam yang memiliki permukaan daun yang

lebih kasar

(Erdayanti dkk., 2015).
Tabel 3. Batas Kritis Logam Berat dalam Tanah, Air dan Tanaman
Kisaran Kadar Logam Berat (ppm)
Logam
berat
Tanah
Air
Tanaman
Pb
100
0,03
50
Cd
0,50
0,05-0,10
5-30
Co
10
0,4-0,6
15-30
Cr
2,5
0,5-0,1
5-30
Ni
50
0,2-0,5
5-30
Cu
60-125
2-3
20-100
Mn
1500
Zn
70
5-10
100-400

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Ministry of State for Population and Enviromental of Indonesia and
Dalhosie, University Canada (1992)
Metode Penelitian Survei
Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu
rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan
membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran
dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei
(Abdullah, 1993).
Tujuan survei ini adalah menganalisis tanah dan tanaman, menganalisis
logam berat dan memetakan lokasi pengambilan sampel tanaman berdasarkan
metode purposive sampling dan mengolah data dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial (Sugiama, 2008).
Menurut Sugiama (2008) penelitian survei dilakukan dengan tujuan:
1. Data yang dikumpulkan dapat dihitung lebih cepat.
2. Cakupan lebih besar.
3. Mengurangi biaya.
Menurut Sugiama (2008) cara menentukan tipe survei yaitu :
1. Deskriptif, menggunakan pertanyaan
Bertujuan membuat pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
2. Analisis, mengunakan Hipotesis.
Hipotesis adalah merupakan suatu argument atau asumsi yang akan diuji
kebenarannya dimana tidak setiap penelitian harus menuliskan hipotesisnya
dalam suatu penelitian.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan sumber pangan yang mengandung banyak vitamin dan
mineral yang secara langsung berperan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu,
higienitas dan keamanan sayuran yang dikonsumsi menjadi sangat penting agar tidak
menimbulkan gangguan kesehatan. Namun banyak jenis sayuran yang beredar di
masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logamlogam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), atau merkuri (Hg) (Astawan, 2005).
Timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun,
batang, akar dan umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan Pb dari tanah ke
tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Menurut (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), 2009) batas maksimum kadar Pb untuk buah olahan dan sayur
olahan yang dapat dikonsumsi yaitu 0,5 ppm. Konsentrasi Pb yang tinggi (100-1000
mg/ kg) akan dapat mengakibatkan pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan
pertumbuhan. Tanaman dapat menyerap Pb pada saat kondisi kesuburan dan
kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini Pb akan terlepas dari
ikatan tanah berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah (Charlena, 2004).
Logam berat telah banyak terdeteksi pada sayuran, terutama yang ditanam
dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara, antara lain yang berasal dari asap
pabrik maupun asap kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Sanra dkk. (2015) didapatkan konsentrasi timbal pada sampel buah
bervariasi tergantung jarak dari jalan raya yaitu 1,0725 mg/kg pada jarak tanam 3,5
m dari pinggir jalan raya; 0,9977 mg/kg pada jarak tanam 20 m dari pinggir jalan
raya dan 0,5848 mg/kg pada jarak tanam 500 m dari pinggir jalan raya. Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Eka dkk. (2015) pada kol yang dijual dengan jarak lokasi 0 meter dari jalan raya dan
dilakukan tindakan pencucian, kadar timbal berkurang dari 0,57 mg/kg menjadi 0,39
mg/kg; jarak 5 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 0,46 mg/kg menjadi
0,35 mg/kg, sedangkan jarak 20 meter dan 25 meter dari jalan raya, persentase
penurunan tidak dapat dihitung karena kadar timbal pada kol sebelum dan sesudah
pencucian hasilnya di bawah batas nilai uji yaitu