Kandungan Logam Berat Pb Pada Kol dan Tomat di Beberapa Kecamatan Kabupaten Karo

Lampiran 2. Hasil Rataan Analisis Logam Berat Pb pada Tanaman Kol dan
Tanaman Tomat
Sampel
T1J1C1
T1J1C2
T1J2C1
T1J2C2
T2J1C1
T2J1C2
T2J2C1
T2J2C2
Total
Rataan

I
6,50
5,10
5,10
4,63
4,17
2,31

2,31
1,84
31,96
4,00

Ulangan (ppm)
II
6,50
4,63
3,70
3,70
3,70
3,24
3,29
2,63
31,39
3,92

III
5,57

3,70
5,57
3,24
4,17
3,70
3,70
2,31
31,96
4,00

Total

Rataan

18,57
13,43
14,37
11,57
12,04
9,25

9,30
6,78
95,31
11,91

6,19
4,48
4,79
3,86
4,01
3,08
3,10
2,26
31,77
3,97

Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Logam Berat Pb pada Tanaman
Tanaman Tomat
SK
db

JK
KT
Fhit
F0,05
tn
Blok
2
0,03
0,01
0,03
3,74
**
Perlakuan
7
31,02
4,43
8,90
2,76
**
T

1
17,63
17,63
35,39
4,60
**
C
1
7,32
7,32
14,69
4,60
**
J
1
5,29
5,29
10,62
4,60
tn

T*C
1
0,29
0,29
0,58
4,60
tn
T*J
1
0,03
0,03
0,06
4,60
tn
C*J
1
0,28
0,28
0,57
4,60

tn
T*C*J
1
0,18
0,18
0,36
4,60
Galat
14
6,97
0,50
Total
23
0,03
FK
KK

Kol dan
F0,01
6,52

4,28
8,86
8,86
8,86
8,86
8,86
8,86
8,86

: 378,5
: 18%

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Lokasi Pengambilan Sampel
Titik Koordinat
NO
Lokasi Sampel
Bujur
Lintang

1.
Simpang Empat
98028’13”
3010’15”
2.
Simpang Empat
98028’13”
3010’15”
3.
Simpang Empat
98028’20”
3009’45”
4.
Simpang Empat
98028’20”
3009’45”
0
5.
Simpang Empat
98 28’10”

3008’57”
6.
Simpang Empat
98028’10”
3008’57”
0
7.
Simpang Empat
98 29’04”
3011’38”
8.
Simpang Empat
98029’04”
3011’38”
0
9.
Kabanjahe
98 26’56”
3005’26”
10.

Kabanjahe
98026’56”
3005’26”
11.
Kabanjahe
98028’04”
3005’52”
0
12.
Kabanjahe
98 28’04”
3005’52”
13.
Kabanjahe
98028’48”
3006’42”
0
14.
Kabanjahe
98 28’48”
3006’42”
15.
Kabanjahe
98028’46”
3005’54”
0
16.
Kabanjahe
98 28’46”
3005’54”
17.
Tiga panah
98030’19”
3005’21”
18.
Tiga panah
98030’19”
3005’21”
0
19.
Tiga panah
98 30’29”
3005’15”
20.
Tiga panah
98030’29”
3005’15”
0
21.
Tiga panah
98 31’07”
3004’02”
22.
Tiga panah
98031’07”
3004’02”
0
23.
Tiga panah
98 30’45”
3004’31”
24.
Tiga panah
98030’45”
3004’31”

Jenis Sampel
Tomat
Tomat
Tomat
Tomat
Kol
Kol
Kol
Kol
Tomat
Tomat
Tomat
Tomat
Kol
Kol
Kol
Kol
Tomat
Tomat
Tomat
Tomat
Kol
Kol
Kol
Kol

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Alloway, B.J. 1990. The Origin Of Heavy Metal In Soil. In (Second Edition)
Heavy Metal In Soil. Balckie Academic & Profesional, Glasgow, U.K. P:
38-57.
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Astawan, M. 2005. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan
Alternatif Pencegahan Pencemarannya. Buletin Teknologi Pasca Panen
Pertanian 1(3):16-27.
Ayu, C.C. 2002. Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Komoditi
Sayuran Segar di beberapa Pasar di Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 2009. Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Nomor
HK.00.06.1.52.4011
Badan Pusat Statistik Tanah Karo. 2015. Statistik Daerah Kabupaten Karo 2015.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan. SNI 7387:2009
Barchia, M.F. 2009. Logam Berat.http://id.shvoong.com/exact-sciences/1921262
logam-berat/
Charlena, 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal(Pb) dan Cadmium (Cd) pada
Sayur-sayuran. Falsafah Sains. Disertasi. Program Pascasarjana S3 IPB.
Bogor.
Connel, D.W. 1995. Bioakumulasi Senyawa Xenobiotik. Universitas Indonesia
(UI-Press). Jakarta.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemarannya: hubungan dengan
Toksiologi Senyawa Logam Berat. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
179 hal.
Eka, W., Evi, N., dan Nurmaini. 2015. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran
Selada dan Kol yang di jual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan
Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015. Skripsi. Fakutas
Kesehatan Masyarakat. USU. Medan.

Universitas Sumatera Utara

Erdayanti, P., Abu, H., dan Sofia, A. 2015. Analisis Kandungan Logam Timbal
pada Sayur Kangkung dan Bayam di Jalan Kartama Pekanbaru secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. JOM (Jurnal Online mahasiswa)
FMIPA. 1(2): 1-8.
Hutagalung, H. P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat. Puslitbang
Oseanologi. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik
Pemantauannya. LON (Lembaga Oceanografi indonesia) LIPI. Jakarta.
Hutagalung, H.P., dan Jalaluddin. 1982. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb dan
Cd dalam Air dan Biota di Estuaria Muara Angke. Aseanologi di
Indonesia, No. 15: Jakarta: LON (Lembaga Oceanografi Indonesia) LIPI.
Janouskova, M., D. Pavlikova and M. Vosatka. 2005. Potential Controbution of
Arbuscular Mycorrhiza to Cadmium Immobilization in Soil. Chemosphere
65: 1959-1965.
Malhotra, S.S. and A.A. Khan. 1989. Biochemical and Physiological Impacts of
Major Pollutans. In Treshow M. (eds.) Air Pollution and Plant Live. John
Wiley and Sons Ltd. New York. Pp. 113-157.
Marbun, N.B., 2010. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Makanan Jajanan
Berdasarkan Lama Waktu Jajanan yang Dijual di Pinggir Jalan Pasar I
Padang Bulan Medan Tahun 2009. Skripsi. Departemen Kesehatan
Lingkungan FKM. USU. Medan
Mukono. 2002. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press.
Surabaya.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Novem. 2010. Pengaruh Timbal (Pb) terhadap Kondisi Daun Mahoni Swietenia
macrophylla King. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang
Olivares, E. 2003. The Effect of Lead on Phytochemistry of Tithonia diversifolio:
Exposed to Roadside Automotive Pollution or Grown in Pots of Pb
Suplemented Soil. Brazilian Journal Plant Physiology 15(3): 149-158.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Pasaribu, I. H. 2004. Kadar Timbal (Pb) pada Beberapa Tanaman Sayuran
Sebelum dan Sesudah Dimasak di Kota Medan dan Berastagi Tahun 2004.
Skripsi. Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU. Medan
Priyanto, B dan Prayitno J, 2007. Fitoremidiasi Sebagai Sebuah Teknologi
Pemulihan
Pencemaran
Khususnya
Logam
Berat.
http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lfloral.html.

Universitas Sumatera Utara

Rohilan, I. 1992. Keadaan Sifat Fisika dan Kimia Perairan di Pantai Zona Industri
Krakatau Steel Cilegon. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sanra, Y., Abu, H., dan Subardi, B. 2015. Analisis Kandungan Logam Timbal
pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.) yang ditanam di Pinggir
Jalan raya Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Bukit Tinggi. Skripsi. JOM
(Jurnal Online Mahasiswa) FMIPA 1(2): 1-9
Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya
pada Manusia. Skripsi. Fakultas Pertanian. USU. Medan
Smith, J. 1981. Air Pollution and Forest Ecosystem.Springer-Verlag. New York.
Subowo, Mulyadi, Widodo, S., dan Asep N.1999. Status dan Penyebaran Pb, Cd,
dan Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya.
Prosiding. Bidang Kimia dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.
Sudarmadji, J., Mukono dan I. P. Corie. 2008. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (2):
129-142.
Sugiama. 2008. Metode Penelitian , Bandung : Alfabeta.
Widaningrum, M. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan
Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian 1(3):1-8.
Widowati, W., Sastiono, A dan R. Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Andi Offset. Yogyakarta.
Yoma, D. 2010. Health Risk of Hg, Pb, Cd, Zn and Cu to the Inhabitants Around
Huludao Zinc Plant in China via Consumption of Vegetables. Journal of
Science of The Total Environment. Vol 383 (1-3):81-89. September 2010.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak antara 02 050’ s/d 03
019’ LU dan 97 055’ s/d 98 038’ BT. Kabupaten Karo memiliki luas wilayah
2.127,25 km2 yang terdiri dari pemukiman penduduk 174,22 km2 dan lahan
pertanian 1.953,03 km2. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi
dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut dan
mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17°C.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) Kecamatan Kabupaten Karo yaitu
Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Tiga Panah.
Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS), Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan
Mei 2016.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi
penelitian skala 1 : 180.000, sampel daun kol dan buah tanaman tomat, serta
bahan – bahan kimia yang mendukung untuk analisis laboratorium.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global
Position System), amplop coklat sebagai tempat sampel, spidol untuk memberi
nama pada sampel, pisau sebagai alat untuk membantu pengambilan contoh daun
dan buah, alat tulis digunakan untuk menulis data dilapangan, kamera sebagai alat
untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, oven untuk mengeringkan
sampel serta alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian komparatif
dengan 3 faktor perlakuan yaitu 2 jenis tanaman, 2 jarak dari jalan raya dan 2
perlakuan pencucian. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga jumlah
perlakuan sebanyak 24 sampel:
Faktor I : Jenis tanaman
T1 : Daun Kol
T2 : Kulit buah tomat
Faktor II : Jarak dari jalan raya
J1 : Jarak 5 m dari jalan raya
J2 : Jarak 10 m dari jalan raya
Faktor III : Pencucian
C1 : Tanpa di cuci
C2 : Dicuci dengan air mengalir
Sehingga didapat kombinasi perlakuan sebagai berikut
T1 J1C1

T1 J2C1

T1 J1C2

T1 J2C2

T2 J1C1

T2 J2C1

T2 J1C2

T2 J2C2

Universitas Sumatera Utara

Model linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial, sebagai berikut :
Yijkl = µ + ρi + Tj + Ck + Jl + (TC)jk + (TJ)jl + (CJ)kl + (TCJ)jkl + Єijk
Dimana :
Yijk

= Nilai pengamatan pada setiap satuan percobaan yang terletak pada
ulangan pada faktor I taraf ke-j, faktor II taraf ke-k dan faktor III
taraf ke-l.

µ

= Nilai rata-rata dari nilai Yijkl.

Ρi

= Ulangan ke-i

Tj

= Pengaruh faktor jenis tanaman taraf ke-j

Ck

= Pengaruh faktor pencucian taraf ke-k

Jl

= Pengaruh faktor jarak taraf ke-l

(TC)jk

= Pengaruh interaksi faktor jenis tanaman taraf ke-j dan faktor
pencucian taraf ke-k

(TJ)jl

= Pengaruh interaksi faktor jenis tanaman taraf ke-j dan faktor jarak
taraf ke-l

(CJ)kl

= Pengaruh interaksi faktor pencucian taraf ke-k dan faktor jarak taraf
ke-l

(TCJ)jkl

= Pengaruh interaksi faktor jenis tanaman taraf ke-j, faktor pencucian
taraf ke-k dan faktor jarak taraf ke-l

Єijkl

= Pengaruh galat dari satuan percobaan yang terletak pada ulangan
ke-i, pada faktor Jenis tanaman ke-j, faktor pencucian taraf ke-k
dan faktor jarak taraf ke-l.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya data dianalisis dengan Analysis of Varience (ANOVA), untuk
setiap parameter yang nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada
taraf 1% dan 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-

Tahap Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan

konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, studi
literatur, pengadaan peta, pengadaan peralatan, dan penyusunan rencana kerja
yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga
didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
-

Pengamatan Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan

orientasi lapangan penelitian untuk mengetahui kondisi lapangan. Setelah survei
pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan
utamanya adalah pengambilan contoh daun kol dan buah tomat.
-

Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel contoh daun kol dan buah tomat masing-masing

sebanyak 1 sampel untuk setiap ulangan dan dilakukan sesuai dengan perlakuan
yang telah ditentukan. Pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan.
Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan menggunakan pisau untuk
memotong daun pada tanaman kol maupun pada saat pengambilan buah tanaman
tomat. Sampel buah tanaman tomat yang diambil buahnya berwarna merah,

Universitas Sumatera Utara

sementara sampel daun kol diambil dari 2 helai daun dari pinggir daun krop
terluar tanaman kol.
Jarak dari jalan raya ditentukan dengan cara sampel daun tanaman kol dan
sampel buah tanaman tomat berdasarkan perlakuan jarak 5 meter dan 10 meter
dengan menggunakan meteran yang diukur dari pinggir jalan raya.
Perlakuan pencucian dilakukan dengan cara sampel daun tanaman kol dan
sampel buah tanaman tomat dengan perlakuan pencucian, dicuci pada air mengalir
lalu diusap sebanyak 5 kali agar kadar Pb pada sampel tersebut dapat berkurang.
Setelah diperoleh sampel daun dan buah maka diambil 3 helai daun untuk
setiap contoh daun kol dan 6 buah untuk sampel kulit buah tomat, kemudian
dianalisis logam beratnya. Selama kegiatan pengambilan contoh tanaman tersebut
dilakukan juga pengamatan dan pencatatan keadaan lingkungan areal penelitian.
-

Analisis Laboratorium
Sampel tanaman yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di

laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat dalam kulit buah tomat
dan daun kol.
Sebagai dasar untuk mengetahui kandungan logam berat dalam tanaman di
areal tersebut, dilakukan analisis laboratorium yaitu logam berat Pb dengan
menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4, dan diukur dengan Atomic
Absorption Spectrophotometri (AAS).
-

Pengolahan Data
Data yang di peroleh dari hasil analisis laboratorium diolah menggunakan

(RAK) faktorial dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada taraf 1% dan
5%.

Universitas Sumatera Utara

-

Parameter Penelitian
Pengukuran kandungan logam berat Pb pada daun tanaman kol dan kulit

buah tanaman tomat dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4
dan diukur dengan AAS.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan pada
beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Empat, Kabanjahe, dan Tiga
Panah di Kabupaten Karo maka diperoleh hasil kadar logam berat Pb pada daun
tanaman kol dan buah tanaman tomat.
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 3 memperlihatkan bahwa
perlakuan jenis tanaman, perlakuan jarak dari jalan raya dan perlakuan pencucian
berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara perlakuan jenis tanaman dan
perlakuan jarak dari jalan raya tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara perlakuan
jenis tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan pencucian dan
perlakuan pencucian tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan jarak dari jalan
raya serta interaksi antara jarak dari perlakuan jenis tanaman, perlakuan jarak dari
jalan raya dan perlakuan pencucian tidak berpengaruh nyata.
Hasil uji beda rataan logam berat Pb berdasarkan perlakuan jenis tanaman,
perlakuan jarak dari jalan raya dan perlakuan pencucian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Rataan Analisis Logam Berat Pb berdasarkan Perlakuan Jenis
Tanaman, Perlakuan Jarak dari Jalan Raya dan Perlakuan Pencucian
Jarak
Jenis Tanaman
Pencucian
Rataan
Kol (T1)
Tomat (T2)
5,10 ppm
Tidak dicuci (C )
6,19 ppm
4,01 ppm
5 meter
1

(J1)

10 meter
(J2)

Dicuci (C2)

4,48 ppm

3,08 ppm

3,78 ppm

Rataan

5,33 ppm

3,54 ppm

4,44 ppm

Tidak dicuci (C1)

4,79 ppm

3,10 ppm

3,94 ppm

Dicuci (C2)

3,86 ppm

2,26 ppm

3,06 ppm

Rataan

4,32 ppm

2,68 ppm

3,50 ppm

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sampel daun kol dan buah tomat
yang ditanam pada jarak 5 meter dari jalan raya tanpa pencucian (T1J1C1 dan
T2J1C1) mempunyai nilai kadar logam berat Pb yang paling tertinggi yaitu 5,10
ppm. Sementara yang paling rendah terdapat pada sampel daun kol dan buah
tomat pada jarak 10 meter dari jalan raya dengan dilakukan pencucian (T1J2C2 dan
T2J2C2) yaitu 3,06 ppm.
Hasil uji beda rataan logam berat Pb pada daun tanaman kol berdasarkan
perlakuan jarak dari jalan raya dan perlakuan pencucian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Rataan Analisis Logam Berat Pb pada Daun Tanaman Kol
berdasarkan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya dan Perlakuan Pencucian
Pencucian

Jarak dari jalan raya

Rataan

5 meter

10 meter

Tidak dicuci

6,19 ppm

4,79 ppm

Dicuci

4,48 ppm

3,86 ppm

5,49 ppm Aa
4,17 ppm Bb

Rataan
5,33 ppm Aa
4,325 ppm Bb
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda
tidak nyata (1% dan 5%) menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sampel daun
kol yang diambil pada jarak 5 meter dan 10 meter dari jalan raya tanpa dilakukan
pencucian (T1J1C1 dan T1J2C1) sangat berbeda nyata dengan taraf (T1J1C2 dan
T1J2C2). Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 diketahui bahwa kandungan
logam berat Pb pada sampel daun kol yang ditanam pada jarak 5 meter dari
pinggir jalan raya tanpa pencucian dan dilakukan pencucian (T1J1C1 dan T1J1C2)
sangat berbeda nyata dengan taraf (T1J2C1 dan T1J2C2).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Nilai Rataan Analisis Logam Berat Pb pada Buah Tanaman Tomat
berdasarkan Perlakuan Jarak dari Jalan Raya dan Perlakuan Pencucian
Jarak dari jalan raya
Jenis tanaman
Rataan
5 meter
10 meter
3,55 ppm Aa
Tidak dicuci
4,01 ppm
3,10 ppm
2,67 ppm Bb
Dicuci
3,08 ppm
2,26 ppm
Rataan
3,54 ppm Aa
2,68 ppm Bb
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda
tidak nyata (1% dan 5%) menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kandungan
logam berat Pb pada buah tomat yang diambil pada jarak 5 meter dan 10 meter
dari jalan raya tanpa pencucian (T2J1C1 dan T2J2C1) sangat berbeda nyata dengan
taraf (T2J1C2 dan T2J2C2). Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 diketahui bahwa
pada sampel buah tanaman tomat yang diambil pada jarak 5 meter dari jalan raya
tanpa pencucian dan dilakukan pencucian (T2J1C1 dan T2J1C2) sangat berbeda
nyata dengan taraf (T2J2C1 dan T2J2C2).
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa nilai rataan analisis logam
berat Pb sampel daun kol dan buah tomat yang ditanam pada jarak 5 meter dan 10
meter dari jalan raya serta dilakukan pencucian mengalami penurunan setelah
dilakukan pencucian. Berdasarkan hasil yang diperoleh kandungan Pb sampel
mengalami penurunan setelah dilakukan pencucian. Pasaribu (2004) yang
menyatakan menurunnya kadar Pb pada sayuran yang telah dicuci disebabkan
pada saat pencucian yang dilakukan dengan air mengalir dengan usapan pada
permukaan daun kol dan kulit buah tomat menyebabkan terlepasnya Pb yang
terdapat pada permukaan sayuran sedangkan Pb hasil serapan dari tanah masih
tetap ada dalam jaringan bagian tanaman tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 5, 6 dan 7 dapat dilihat semakin jauh jarak tanaman
dari jalan raya maka akan semakin berkurang kadar logam Pb pada tanaman
tersebut. Hal ini dikarenakan tanaman yang ditanam di pinggir jalan terkena
langsung asap kendaraan bermotor. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Erdayanti dkk. (2015) yang menyatakan sampel sayur yang ditanam pada stasiun
1 yang berjarak 10 meter dari jalan raya memiliki kandungan logam Pb lebih
tinggi dibandingkan sayur yang berada pada stasiun 2 dan 3, begitu juga dengan
sampel tanah. Besarnya kandungan logam Pb yang terdapat dalam setiap sampel
berasal dari gas buangan kendaraan bermotor hasil pembakaran bahan bakar yang
akan terbang ke udara. Sebagian akan menempel pada tanaman sayur yang berada
di pinggir jalan raya dan sebagian lagi dengan adanya angin dan hujan akan
mengakibatkan debu tersebut jatuh ke permukaan tanah dan jalan raya. Senyawa
Pb yang menempel pada tanaman semakin lama akan menempel di permukaan
daun, sedangkan yang jatuh ke tanah akan masuk ke lapisan tanah melalui aliran
air (infiltrasi) dan diserap oleh tumbuhan melalui akar dan akan disebarkan
keseluruh bagian dari tanaman tersebut.
Berdasarkan Tabel 5 pada daun tanaman kol yang ditanam 5 meter dari
jalan raya tanpa pencucian kadar Pb 6,19 ppm sementara pada jarak 10 meter
tanpa pencucian sebesar 4,79 ppm. Pada buah tanaman tomat yang ditanam 5
meter dari jalan raya tanpa pencucian kadar Pb sebesar 4,01 ppm sementara pada
jarak 10 meter dari jalan raya tanpa pencucian sebesar 3,10 ppm. Tingginya kadar
Pb dapat dipengaruhi oleh dosis pemberian pupuk maupun jarak dari jalan raya.
Darmono (2001) menyatakan bahwa sumber kontaminasi logam dalam tanah
pertanian berasal dari: (1) Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah

Universitas Sumatera Utara

terbentuk, (2) Jumlah pupuk yang diberikan, (3) Berasal dari berbagai kegiatan
seperti pertambangan, industri dan transportasi yang sering ditemukan dalam air,
tanah dan udara, (4) Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes
ke dalam tanah yang lebih dalam.
Kadar Pb yang diperoleh dari sampel daun tanaman kol dan kulit buah
tomat pada Lampiran 2 berkisar antara 2,26 ppm hingga 6,19 ppm dan telah
melebihi batas aman untuk di konsumsi berdasarkan standar legislasi batas aman
untuk logam berat pada sayur (Ayu, 2002) yaitu 2 ppm sehingga kadar Pb pada
sampel yang diamati akan dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Widaningrum (2007) menyatakan bahwa dengan dikonsumsinya sayur yang telah
terkontaminasi logam sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia dapat
menyebabkan berpindahnya logam berat analisis Pb yang dikandung oleh sayursayur tersebut kedalam tubuh makhuk hidup. Logam berat yang masuk kedalam
tubuh manusia akan melakukan interaksi dengan enzim dan protein termasuk
DNA melalui proses metabolisme. Adanya jumlah logam berat yang berlebih
dalam tubuh akan berpengaruh buruk terhadap tubuh, karena Pb dapat bersenyawa
dengan enzim aktif menjadi tidak aktif, sehingga sintesis butiran darah manusia
(Hb) dapat dihambat akibatnya dapat menimbulkan penyakit anemia.
Kadar Pb pada tanaman kol lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
tomat pada saat sebelum dilakukan pencucian maupun setelah dilakukan
pencucian. Hal ini disebabkan karena tanaman kol mempunyai luas permukaan
daun yang lebih lebar dibandingkan tanaman tomat. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Eka dkk. (2015) yang menyatakan bahwa luas permukaan sayuran juga
mempengaruhi kadar Pb jerapan yang menempel pada sayuran. Pada sayuran

Universitas Sumatera Utara

selada kadar Pbnya lebih tinggi daripada kadar Pb pada sayuran kol. Hal ini bisa
disebabkan karena sayuran selada memiliki luas permukaan yang lebih besar
daripada sayuran kol. Permukaan daun selada yang lebih bergelombang dan
bertekstur kasar juga lebih memungkinkan Pb menempel pada sayuran selada.
Logam berat pada buah tanaman tomat lebih rendah dibandingkan dengan
daun tanaman kol. Hal disebabkan karena permukaan kulit tanaman tomat yang
lebih licin dan luas permukaan lebih kecil sementara daun tanaman kol lebih
lebar, bergelombang dan sedikit kasar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Erdayanti dkk. (2015) yang menyatakan bahwa pada sampel sayur kangkung yang
memiliki daun yang licin, partikulat logam Pb yang terdapat di udara juga akan
lebih sedikit yang terjerap dibandingkan dengan sayur bayam yang memiliki
permukaan daun yang lebih kasar.
Berdasarkan hasil rataan analisis pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa
konsentrasi Pb pada jarak 5 meter lebih tinggi dibandingkan dengan jarak 10
meter. Hal ini terjadi karena tanaman pada jarak 5 meter lebih dekat dengan
sumber pencemar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sanra dkk. (2015) yang
menyatakan bahwa ada perbedaan konsentrasi Pb pada setiap jenis sampel.
Perbedaan ini terjadi karena jarak sampel dengan sumber pencemar. Semakin
dekat jarak sampel dengan sumber pencemar, maka peluang sampel untuk
tercemar menjadi lebih besar. Sebaliknya, semakin jauh jarak sampel dari sumber
pencemar akan semakin rendah konsentrasi cemaran Pb. Hal ini juga dibuktikan
dengan konsentrasi Pb yang terdapat pada kontrol, konsentrasi Pbnya jauh lebih
rendah dari sampel.

Universitas Sumatera Utara

Sampel daun tanaman kol dan kulit buah tomat yang diambil dengan jarak
5 meter dan 10 meter dari jalan raya dapat mempengaruhi kadar logam berat pada
sampel yang berasal dari asap kendaraan bermotor dari jalan raya. Hal ini
didukung oleh Siregar (2005) yang menyatakan semakin tinggi tingkat
pencemaran akan menyebabkan semakin tinggi kadar Pb dalam sayuran. Jumlah
Pb di udara dipengaruhi oleh volume atau kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan
raya dan daerah industri, percepatan mesin dan arah angin.
Tingginya kadar Pb pada tanaman yang berada di pinggir jalan raya dapat
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melintas di jalan. Semakin
banyak jumlah kendaraan yang melintas maka akan semakin besar PbO yang
dilepaskan melalui asap gas kendaraan bermotor. Marbun (2010) menyatakan
bahwa hasil pembakaran bahan bakar bensin yang mengandung PbBrCl dan
PbBrCl.2PbO dapat meningkatkan konsentrasi Pb di udara melalui senyawa PbO
yang dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan
bermotor. Sebagian diantaranya akan membentuk partikulat di udara bebas
dengan unsur-unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan
diabsorbsi oleh tanaman tomat yang berada di sepanjang jalan raya.
Kandungan logam berat Pb pada daun tanaman kol dan kulit buah tomat
sudah melebihi batas yang diperbolehkan. Kadar logam berat Pb pada sayuran
yang ditetapkan oleh regulasi dan rekomendasi logam berat untuk obat-obatan dan
makanan adalah 2 ppm. Jumlah tersebut adalah batas aman logam berat Pb pada
tanaman sayuran sehingga kadar Pb pada daun tanaman kol yang diamati dapat
dikatakan telah berbahaya bagi tubuh manusia.

Universitas Sumatera Utara

Tingginya konsentrasi logam Pb pada daun tanaman kol maupun buah
tanaman tomat dapat juga disebabkan oleh kandungan logam Pb pada tanah. Hal
ini dikarenakan oleh logam Pb pada tanah diserap oleh akar tanaman lalu masuk
melalui akar ke jaringan tanaman. Alloway (1995) menyatakan bahwa logam
berat Pb terserap oleh akar tanaman apabila logam lain tidak mampu menghambat
keberadaannya. Tanah akan didominasi oleh kation Pb, sehingga menyebabkan
kation-kation lain ketersediaannya berkurang dalam kompleks jerapan akar.
Kation Pb yang terserap oleh akar akan masuk kedalam tanaman dan menjadi
inhibitor pembentukan enzim, selanjutnya akan menghambat proses metabolisme
tanaman, yang meliputi proses respirasi yang nantinya akan menghasilkan ATP
yang digunakan untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis akan digunakan dan
diedarkan untuk pembelahan sel dan produksi tanaman tersebut. Apabila ini
terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan
menurunnya kualitas pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman terganggu.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kadar logam berat Pb bervariasi pada daun tanaman kol dan buah tanaman
tomat berdasarkan perlakuan jarak dari jalan raya dan perlakuan
pencucian.
2. Rata-rata kadar logam berat Pb pada daun tanaman kol pada jarak 5 m dan
10 m dari jalan raya tanpa pencucian masing-masing adalah 6,19 ppm dan
4,79 ppm lebih tinggi dibandingkan dengan buah tanaman tomat pada
jarak 5 m dan 10 m tanpa pencucian masing-masing yaitu 4,01 ppm
dan 3,10 ppm.
3. Rata-rata logam berat Pb pada daun tanaman kol pada jarak 5 m dan 10 m
dari jalan raya setelah dilakukan pencucian adalah 4,48 ppm dan 3,86 ppm
lebih tinggi dibandingkan dengan buah tanaman tomat pada jarak 5 m dan
10 m dari jalan raya setelah dilakukan pencucian masing-masing adalah
3,08 ppm dan 2,26 ppm.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar logam Pb
pada udara dan pada tanah lokasi budidaya kol dan tomat pada jarak 5 m dan 10 m
dari jalan raya di Kabupaten Karo untuk dapat memastikan sumber Pb yang
terdapat pada tanaman.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Logam Berat dalam Tanaman
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn,
dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan
pada

tingkat

tertentu

menjadi

logam

beracun

bagi

makhluk

hidup

(Subowo dkk., 1999).
Logam berat itu dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Logam berat esensial: yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa
menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain
sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial; yakni logam yang keberadaannya masih belum
diketahui manfaatnya bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain
(Widowati dkk., 2008).
Logam yang mempunyai sifat toksik yang tinggi yaitu Hg, Cd, Pb, As, Cu
dan Zn. Logam yang mempunyai sifat toksik menengah yaitu Cr, Ni, dan Co.
Logam yang mempunyai sifat toksik yang rendah yaitu Mn dan Fe (Connel,
1995). Menurut Darmono (2001) urutan toksisitas logam terhadap manusia yang
mengkomsumsi ikan adalah Hg2+> Cd2+> Ag2+> Ni2+> Pb2+> As2+> Cr2+> Sn2+>
Zn2+.
Sumber kontaminasi logam dalam tanah pertanian berasal dari: (1) Jumlah
logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk, (2) Jumlah pupuk yang
diberikan, (3) Berasal dari berbagai kegiatan seperti pertambangan, industri dan

Universitas Sumatera Utara

transportasi yang sering ditemukan dalam air, tanah dan udara, (4) Jumlah yang
terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam
(Darmono, 2001).
Pada tanaman logam berat dapat masuk ke dalam jaringan melalui akar
dan stomata (Alloway, 1990). Pada dasarnya logam berat seperti Fe, Mn, Cu, Ni
dan Zn merupakan unsur essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil
Namun dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Logam Pb dan Cd bukan unsur essensial bagi tanaman. Logam Pb dan Cd bersifat
toksik yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman Janouskova dkk. (2005).
Rendahnya pertumbuhan tanaman akibat logam berat disebabkan karena adanya
penurunan kandungan klorofil tanaman (Olivares, 2003).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran mengakibatkan
menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman serta diikuti dengan gejala yang
tampak (visible symptoms). Kerusakan tanaman karena pencemaran berawal pada
tingkat biokimia (gangguan proses fotosintesis, respirasi, serta biosintesis protein
dan lemak), selanjutnya tingkat ultrastruktural (disorganisasi sel membran),
kemudian tingkat sel (dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan
terlihatnya

gejala

pada

jaringan

daun

seperti

klorosis

dan

nekrosis

(Malhotra and Khan, 1984).
Hutagalung (1991) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
toksisitas logam berat antara lain suhu, salinitas, pH, dan kesadahan. Penurunan
pH dan salinitas perairan menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar.
Peningkatan suhu menyebabkan toksisitas logam berat meningkat, sedangkan
kesadahan yang tinggi dapat mengurangi toksisitas logam berat karena logam

Universitas Sumatera Utara

berat dalam air dengan kesadahan tinggi membentuk senyawa kompleks yang
mengendap dalam air.
Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990)
membagi kelompok logam berat berdasarkan sifat toksisitas dalam 3 kelompok,
yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri atas unsur-unsur merkuri (Hg), kadmium
(Cd), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Bersifat toksik sedang terdiri dari
unsur-unsur kromium (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co), serta yang bersifat toksik
rendah terdiri atas unsur mangan (Mn) dan besi (Fe).
Tabel 1. Standar Legislasi Batas Aman untuk Logam Berat pada Sayur
Sumber
Timbal (Pb)
Cadmium (Cd)
Tembaga
(Cu)
West-german Federal Health 0,8 mg/kg
0,1 mg/kg
Belum
Agency
ditentukan
Regulation and Recommendation
2,0 ppm
Belum ditentukan
20 ppm
batasnya (dalam
for Heavy Metals by the Food
penelitian)
and Drugs Act
Regulation and Recommendation
1,0 ppm
Belum ditentukan
20 ppm
for Heavy Metals & South Africa
Regulation and Recommendation
2,0 ppm
Belum ditentukan
50 ppm
for Heavy Metals in Canada
Regulation and Recommendation
2,0 ppm
Belum ditentukan
30 ppm
for Heavy Metals in Australia
Recommendation for Heavy
2,5 ppm
1 ppm
50 ppm
Metals in New Zealand
Sumber : (Ayu, 2002).
Timbal (Pb)
Plumbum (lead) merupakan salah satu unsur kimia yang terdapat dalam
unsur periodik. Unsur logam ini memiliki simbol Pb yang berasal dari bahasa latin
Plumbum. Dalam bahasa Indonesia lead biasa disebut dengan timbal. Lead
memiliki sifat fisik lunak dan mudah di bentuk namun juga berat dan beracun.
Lead akan berwarna putih jika langsung di potong namun akan tidak berwarna
sampai ke abu-abuan jika terkena udara. Logam timbal (Pb) juga terdapat dari sisa

Universitas Sumatera Utara

berbagai kegiatan seperti pertambangan, industri dan transportasi merupakan
limbah yang tergolong dalam kelompok B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang
sering ditemukan dalam air, tanah dan udara (Yoma, 2010). Unsur ini juga logam
berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat neurotoxin, yaitu
racun yang menyerang saraf dan bersifat karsinogenik dapat menyebabkan mutasi,
terurai dalam jangka waktu yang lama dan tokisisitasnya yang tidak berubah
(Novem, 2010).
Sudarmaji dkk. (2008) mengatakan bahwa secara alami Pb juga ditemukan
di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan
termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb. Penelitian yang
dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 μg/kg berat kering. Logam
berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (galena), PbCO3
(cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata galena merupakan sumber utama Pb
yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut
bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70% kandungan Pb murni sekitar
20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran Zn dan Cu.
Logam Pb secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada bebatuan
dan lapisan kerak bumi. Di perairan Pb ditemukan dalam bentuk Pb2+, PbOH+,
PbHCO3, PbSO4 dan PbCO+ (Perkins, 1977 dalam Rohilan, 1992). Pb2+ di
perairan bersifat stabil dan lebih mendominasi dibandingkan dengan Pb4+.
Masuknya Pb ke dalam perairan melalui proses pengendapan yang berasal dari
aktivitas di darat seperti industri, rumah tangga, erosi, jatuhan partikel-partikel
dari sisa proses pembakaran yang mengandung tetraetil Pb, air buangan dari
pertambangan bijih timah hitam, dan buangan sisa industri baterai (Palar, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar dalam Tanah dan Tanaman.
Kisaran Kadar Logam Berat (ppm)
Unsur
Tanah
Tanaman
As
0,1-40
0,1-5
B
2-100
30-75
F
30-300
2-20
Cd
0,1-7
0,2-0,8
Mn
100-4000
15-200
Ni
10-1000
1
Zn
10-300
15-200
Cu
2-100
4-15
Pb
2-200
0,1-10
Sumber : Soepardi (1983 dalam Barchia, 2009)
Logam Pb sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman yaitu daun,
batang, akar dan umbi-umbian (bawang merah). Smith (1981) juga menerangkan
gejala akibat pencemaran logam berat adalah: klorosis, nekrosis, pada ujung dan
sisi daun serta busuk daun yang lebih awal. Logam Pb dalam bentuk anorganik
dan organik memiliki toksitas yang sama pada manusia misalnya pada bentuk
organik seperti tetraetil-timbal dan tetrametil timbal (TEL dan TML). Logam Pb
dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun yang paling
berbahaya adalah toksitas Pb yang disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium
(Ca). Hal ini menyebabkan terjadinya penarikan deposit Pb dari tulang tersebut
(Darmono, 2001).
Logam Pb merupakan logam berat yang sangat beracun dapat dideteksi
secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis.
Sumber utama Pb adalah makanan dan minuman. Komponen ini beracun terhadap
seluruh aspek kehidupan. Logam Pb dapat mempengaruhi kerja sistem saraf,
hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi kerja ginjal. Rekomendasi dari
WHO, logam berat Pb dapat ditoleransi dalam seminggu dengan takaran 50 mg/kg
berat badan untuk dewasa dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi dan anak-anak.

Universitas Sumatera Utara

Mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar
normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5- 3 ppm (Palar, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Pb dalam tanaman yaitu jangka
waktu tanaman kontak dengan timbal, kadar Pb dalam tanah, morfologi dan
fisiologi tanaman, umur tanaman dan faktor yang mempengaruhi areal seperti
banyaknya tanaman penutup serta jenis tanaman di sekeliling tanaman tersebut.
Dua jalan masuknya Pb ke dalam tanaman yaitu, melalui akar dan daun. Logam
Pb setelah masuk ke sistem tanaman akan diikat oleh membran-membran sel,
mitokondria dan kloroplas. Bahkan pencemaran dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan fisik. Kerusakan tersembunyi dapat berupa penurunan kemampuan
tanaman dalam menyerap air, pertumbuhan yang lambat atau pembukaan stomata
yang tidak sempurna (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982).
Logam Pb diserap oleh tanaman pada saat kandungan bahan organik dan
kondisi kesuburan tanah rendah, selain itu komposisi dan pH tanah, serta
Kapasitas Tukar Kation (KTK) juga mempengaruhi perpindahan Pb dari tanah ke
tanaman. Logam berat Pb pada keadaan ini akan terlepas dari ikatan tanah berupa
ion yang bergerak bebas kemudian diserap oleh tanaman melalui pertukaran ion.
Logam berat Pb terserap oleh akar tanaman apabila logam lain tidak mampu
menghambat keberadaannya. Hal ini akan mengakibatkan tanah akan didominasi
oleh kation Pb, sehingga menyebabkan kation-kation lain ketersediaannya
berkurang dalam kompleks serapan akar. Kation Pb yang terserap oleh akar
masuk kedalam tanaman akan menjadi inhibitor pembentukan enzim kemudian
akan menghambat proses metabolisme tanaman, yang meliputi proses respirasi
yang nantinya akan menghasilkan ATP yang digunakan untuk fotosintesis,

Universitas Sumatera Utara

kemudian hasil fotosintesis akan digunakan dan diedarkan untuk pembelahan sel
(tinggi, jumlah dan biomassa) serta reproduksi akan terganggu. Apabila ini
dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan
menurunnya

kualitas

pertumbuhan

tanaman

padi

dan

mengakibatkan

pertumbuhan tanaman terganggu (Alloway, 1995).
Sumber pencemaran Pb terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana
dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl2. Penambahan Pb
pada bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan terjadi pembakaran bahan
tambahan (aditif) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan
emisi Pb inorganik. Logam Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan
bercampur dengan oli dan melalui proses didalam mesin maka logam berat Pb
akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya. Logam Pb yang
keluar dari knalpot akan keluar ke lingkungan dan mencemari lingkungan.
Lingkungan yang dapat tercemari dapat berupa udara, air, tanah, makanan dan
lain-lain (Marbun, 2010).
Menurunnya kadar Pb dalam sayuran yang telah dicuci disebabkan pada
saat pencucian yang dilakukan dengan air mengalir dengan daya semprot tinggi
menyebabkan terlepasnya timbal (Pb) jerapan yang terdapat pada permukaan
sayuran sedangkan Pb serapan masih tetap ada dalam sayuran. Pb serapan
memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dari Pb jerapan. Semakin kecil ukuran
partikelnya maka semakin mudah untuk meresap ke dalam sayuran dan semakin
sulit terlepas bila hanya dilakukan pencucian (Pasaribu, 2004).
Luas permukaan sayuran juga mempengaruhi kadar Pb jerapan yang
menempel pada sayuran. Pada sayuran selada kadar Pbnya lebih tinggi daripada

Universitas Sumatera Utara

kadar Pb pada sayuran kol. Hal ini disebabkan oleh sayuran selada memiliki luas
permukaan yang lebih lebar daripada sayuran kol. Permukaan daun selada yang
lebih bergelombang dan bertekstur kasar juga lebih memungkinkan Pb menempel
pada sayuran selada daripada permukaan sayuran kol yang licin dan tidak
bergelombang (Eka dkk., 2015).
Sayur yang dikonsumsi sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia
dapat menyebabkan berpindahnya logam berat yang dikandung oleh sayuran
tersebut seperti Pb ke dalam tubuh makhuk hidup. Logam berat yang masuk ke
dalam tubuh manusia akan melakukan interaksi dengan enzim, protein, DNA serta
metabolisme lainnya. Adanya jumlah logam berat yang berlebih dalam tubuh akan
berpengaruh buruk terhadap tubuh. Pada tubuh manusia logam Pb dapat
bersenyawa dengan enzim aktif menjadi tidak aktif sehingga sintesis butiran darah
manusia (Hb) dapat dihambat akibatnya dapat menimbulkan penyakit anemia
(Widaningrum, 2007).
Logam berat yang masuk ke dalam tanaman akan berikatan dengan unsur
hara lain dan mengalami immobilisasi ke bagian tanaman tertentu dan tidak dapat
diedarkan ke seluruh tanaman karena telah mengalami proses detoksifikasi
(penimbunan pada organ tertentu) sehingga tanaman masih dapat tumbuh dan
unsur hara yang diperlukan tanaman masih mampu untuk mensuplai pertumbuhan
tanaman meskipun tercemar logam berat Pb. Salah satu unsur hara yang dapat
dijadikan contoh dalam proses KTK (Kapasitas Tukar Kation) adalah unsur hara
K (Priyanto dan Prayitno, 2007).
Sampel sayur yang ditanam pada stasiun 1 yang berjarak 10 meter dari
jalan raya memiliki kandungan logam Pb lebih tinggi dibandingkan sayur yang

Universitas Sumatera Utara

berada pada stasiun 2 dan 3, begitu juga dengan sampel tanah. Besarnya
kandungan logam Pb yang terdapat dalam setiap sampel berasal dari gas buangan
kendaraan bermotor yang akan terbang ke udara, sebagian akan menempel pada
tanaman sayur yang berada di pinggir jalan raya dan sebagian lagi dengan adanya
angin dan hujan akan mengakibatkan debu tersebut jatuh ke permukaan tanah dan
jalan raya. Senyawa timbal yang menempel pada tanaman semakin lama akan
teradsorbsi masuk ke dalam daun, sedangkan yang jatuh ke tanah akan diserap
oleh tumbuhan melewati akar dan akan disebarkan keseluruh bagian dari tanaman
tersebut (Erdayanti dkk., 2015).
Perbedaan konsentrasi Pb pada setiap jenis sampel terjadi karena jarak
sampel dengan sumber pencemar. Semakin dekat jarak sampel dengan sumber
pencemar, maka sampel akan tercemar lebih besar. Sebaliknya, semakin jauh
jarak sampel dari sumber pencemar, semakin rendah konsentrasi cemaran Pb
yang terukur (Sanra dkk., 2015). Semakin tinggi

tingkat pencemaran akan

menyebabkan semakin tinggi Pb dalam sayuran. Jumlah Pb di udara dipengaruhi
oleh volume atau kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan raya dan daerah industri,
percepatan mesin dan arah angin (Siregar, 2005).
Pada sampel sayur kangkung kandungan logam timbal berada di bawah
limit deteksi alat SSA yaitu sebesar 0,024 ppm sehingga konsentrasi logam Pb
pada sampel tidak terdeteksi. Ini dikarenakan masa panen dari sayur kangkung
lebih cepat dibandingkan sayur bayam, selain itu permukaan dari daun sayuran
itu juga berbeda. Sayur kangkung memiliki daun yang licin sehingga untuk
menyerap partikulat logam Pb yang terdapat di udara juga akan lebih sedikit

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan sayur bayam yang memiliki permukaan daun yang lebih
kasar (Erdayanti dkk., 2015).
Tabel 3. Batas Kritis Logam Berat dalam Tanah, Air dan Tanaman
Kisaran Kadar Logam Berat (ppm)
Logam
berat
Tanah
Air
Tanaman
Pb
100
0,03
50
Cd
0,50
0,05-0,10
5-30
Co
10
0,4-0,6
15-30
Cr
2,5
0,5-0,1
5-30
Ni
50
0,2-0,5
5-30
Cu
60-125
2-3
20-100
Mn
1500
Zn
70
5-10
100-400
Sumber: Ministry of State for Population and Enviromental of Indonesia and
Dalhosie, University Canada (1992)
Metode Penelitian Komparatif
Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto. Artinya, data
dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab
akibat dari data-data yang tersedia (Nazir, 2011).
Adapun tujuan penelitian komparatif menurut Arifin (2011) yaitu:
a. Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta
dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.
b. Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang
atau kerangka berpikir tentu.
c. Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya
dipilih.
d. Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara
berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali
faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Keunggulan metode komparatif menurut Nazir (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Metode komparatif dapat mensubstitusikan

metode eksperimental karena

beberapa alasan:


Jika sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui
atau diselidiki hubungan sebab-akibatnya;



Apabila teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi
penampilan fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya
interaksi secara normal



Penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik
karena kendala teknik, keuangan, maupun etika dan normal.

b. Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih
maju, membuat penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap
parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif.
Menurut Arifin (2011) penelitian komparatif dapat digunakan jika :
1. Metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk
dilakukan
2. Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor –
faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab akibat secara
langsung
3. Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel bebas ) sangat tidak
realistis dan terlalu dibuat – buat, serta mencegah interaksi secara normal
dengan variabel – variabel lain yang berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

4. Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak
praktis, mahal, atau secara etika dipertanyakan.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan sumber pangan yang mengandung banyak vitamin dan
mineral yang secara langsung berperan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu,
higienitas dan keamanan sayuran yang dikonsumsi menjadi sangat penting agar
tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun banyak jenis sayuran yang
beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah
terkontaminasi logam-logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), atau
merkuri (Hg) (Astawan, 2005).
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn,
dan Ni (Subowo dkk., 1999). Sudarmaji dkk. (2008) mengatakan bahwa secara
alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001
μg/m3. Sumber pencemaran Pb terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana
dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl2. Penambahan Pb
pada bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan terjadi pembakaran bahan
tambahan (aditif) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan
emisi Pb inorganik (Marbun, 2010).
Logam berat telah banyak terdeteksi pada sayuran, terutama yang ditanam
dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara, antara lain yang berasal dari asap
pabrik maupun asap kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Sanra dkk. (2015) didapatkan konsentrasi timbal pada sampel buah
bervariasi tergantung jarak dari jalan raya yaitu 1,0725 mg/kg pada jarak tanam
3,5 m dari pinggir jalan raya; 0,9977 mg/kg pada jarak tanam 20 m dari pinggir

Universitas Sumatera Utara

jalan raya dan 0,5848 mg/kg pada jarak tanam 500 m dari pinggir jalan raya.
Penelitian Eka dkk. (2015) pada kol yang dijual dengan jarak lokasi 0 meter dari
jalan raya dan dilakukan tindakan pencucian, kadar timbal berkurang dari 0,57
mg/kg menjadi 0,39 mg/kg; jarak 5 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang
dari 0,46 mg/kg menjadi 0,35 mg/kg, sedangkan jarak 20 meter dan 25 meter dari
jalan raya, persentase penurunan tidak dapat dihitung karena kadar timbal pada
kol sebelum dan sesudah pencucian hasilnya di bawah batas nilai uji yaitu