Studi Bioekologi Ikan Gelodok (Famili : Gobiidae) di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara

65

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

66

Lampiran 1. Data Panjang dan Bobot Ikan Gelodok

a.

P. chrysospilos
Jenis Ikan
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos

P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos

P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos

Panjang
9,20
9,40
8,40
8,90
9,40
6,30

7,20
8,40
4,80
4,40
3,70
7,00
8,10
9,60
8,70
8,70
6,90
5,50
5,70
5,60
5,60
5,10
3,90
4,20
4,00
3,90

2,90
2,50
3,40
4,00
3,80
5,30
5,00
9,40
8,70
4,90
4,50
6,10
6,20

Berat
6,20
7,20
4,50
5,80
8,60

1,80
3,10
4,70
0,70
0,70
0,40
3,30
5,10
9,50
7,00
6,70
3,00
1,30
1,80
1,40
1,40
1,00
0,50
0,60
0,50

0,40
0,20
0,10
0,20
0,30
0,30
1,20
1,00
7,00
5,70
0,70
0,50
1,60
1,60

Universitas Sumatera Utara

67

P. chrysospilos

P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos
P. chrysospilos

5,50
7,10
9,60
5,80
8,80
6,50
7,00
6,10
7,10

7,20
3,00

1,20
2,60
7,50
1,40
5,10
2,10
2,40
1,50
1,40
3,00
0,20

b. P. gracilis
Nama Jenis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis

P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis
P. gracilis

Panjang
3,70
3,00
3,90
4,80
3,30
3,50

3,10
2,80
3,20
4,10
3,90
4,10
4,30
5,40
5,50

Bobot
0,40
0,30
0,30
0,60
0,30
0,80
1,00
1,00
1,00

1,00
0,40
1,10
1,00
1,20
1,30

Universitas Sumatera Utara

68

c. B. boddarti
Nama Jenis
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti
B. boddarti

Panjang
9,50
9,40
7,80
6,00
6,80
7,90
5,80
11,10
10,60
5,80
9,20
9,80
10,20
9,30
8,90
10,60
3,60
5,10

Bobot
7,80
6,80
4,10
1,20
2,40
3,40
1,10
9,40
8,60
1,40
7,90
8,80
10,40
7,50
6,30
10,40
0,50
1,20

d. Pn. schlosseri
Nama Jenis
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri
Pn. schlosseri

Panjang
25,50
25,00
17,10
14,80
18,90
16,00
11,20
12,80
24,60

Bobot
150,00
130,00
48,60
25,90
70,00
40,00
14,20
15,10
130,00

Universitas Sumatera Utara

69

Lampiran 2. Tabel Annova
a. Anova Hubungan Pasang Surut dan Lingkungan dengan Kehadiran Ikan
Gelodok Pada Pengambilan Contoh I
Source of
Variation
Sample
Columns
Interaction
Within
Total

SS

df

MS

F

P-value

F crit

8,533333
37,06667
32,26667
33,6
111,4667

1
2
2
24
29

8,533333
18,53333
16,13333
1,4

6,095238
13,2381
11,52381

0,021062
0,000134
0,000311

4,259677
3,402826
3,402826

b. Anova Hubungan Pasang Surut dan Lingkungan dengan Kehadiran Ikan
Gelodok Pada Pengambilan Contoh II
Source of
Variation
Sample
Columns
Interaction
Within
Total

SS
0,833333
161,6667
36,06667
127,6
326,1667

df
1
2
2
24
29

MS

F

P-value

F crit

0,833333
80,83333
18,03333
5,316667

0,15674
15,20376
3,39185

0,695673661
5,42784E-05
0,050429568

4,259677
3,402826
3,402826

c. Anova Hubungan Pasang Surut dan Lingkungan dengan Kehadiran Ikan
Gelodok Pada Pengambilan Contoh III
Source of
Variation
Sample
Columns
Interaction
Within
Total

SS

df

MS

2,133333
101,6
48,26667
152,8
304,8

1
2
2
24
29

2,133333
50,8
24,13333
6,366667

F

P-value

0,335079
7,979058
3,790576

0,568077
0,002204
0,037102

F crit
4,259677
3,402826
3,402826

Universitas Sumatera Utara

70

Lampiran 3.
Alat dan Bahan

a. Tanggok

c. timbangan

b. timbangan digital

d. disetting set

e. kertas milimeter

f. refraktometer

g. gelas Erlenmeyer

h. botol Winkler

Universitas Sumatera Utara

71

i. pH indikator

j. toples

k. alat tulis

l. plastik

m. pipet tetes

n. jarum suntik

o. tali transek

p. lakban

Universitas Sumatera Utara

72

Bahan

a. KOH-KI

b. MnSO4

c. H2SO4

d. Amilum

e. Na2S2O3

f. Alkohol

Universitas Sumatera Utara

73

Lampiran 5. B. boddarti

a. B. boddarti

b. bagian kepala

c. sirip punggung depan

d.sirip punggung belakang

e. sirip perut

Universitas Sumatera Utara

74

Lampiran 6. P. chrysospilos

a. P. chrysospilos

b. Sirip punggung depan

c. Sirip perut

d. sirip punggung belakang

Universitas Sumatera Utara

75

Lampiran 7. Pn. schlosseri

a. P. schlosseri

c. Sirip punggung depan

b. gigi

d. sirip punggung belakang

e. sirip perut

Universitas Sumatera Utara

63

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti. 2000. Kebiasaan Makanan Ikan Blodok Boleophthalmus boddarti Pall.,
1770 di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. [Skripsi] Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Al-Behbehani, B. E dan H. M. A. Ebrahim. 2010. Enviromental Studies on The
Mudskippers In The Intertidal Zone of Kuwait Bay. Nature and Science 8 :
79-87.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
Hartnoll, R. G. 1983. Growth in The Biology of Crustacea Embriology,
Morfology, and Genetic. Academic Press, New York.
Hawa, S. 2000. Studi Biologi Reproduksi Ikan Blodok Boleophthalmus boddarti
di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. [Skripsi] Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Khaironizam, M.Z. dan Norma, R. 2002. Lenght-Weight Relationship of
Mudskippers (Gobiidae: Oxudercinae) in Coastal Areas of Selangor,
Malaysia. NAGA, WorldFish Center Quartely 25 : 3-4.
Krebs, C. J. 1989. Ecological Methodology. Universityof British Columbia.
Harper Collins Publisher, New York.
MacKinnon, K., Gusti, H., Hakimah, H. dan Arthtur, M. 2000. Ekologi
Kalimantan. Prenhalindo, Jakarta.
Masriwaty, 2002. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Kebiasaan
Makan Ikan Biji Nangka (Parupeneus hepthacantus) di Sekitar Perairairan
Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Jota Makassar. Skripsi.
Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mattjik, A. N. dan Imade, S. J. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor.
Muliasusanty, S. 2000. Studi Pertumbuhan Ikan Blodok Boleophthalmus boddarti
di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. [Skripsi] Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut. Gramedia, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

64

Polgar, G. dan R. Lim. 2011. Mudskippers: Human Use, Ecotoxicology And
Biomonitoring Of Mangrove And Other Soft Bottom Intertidal
Ecosystems. Institute of Biological Sciences, Institute of Ocean and Earth
Sciences, Faculty of Science, University of Malaya, Kuala Lumpur,
Malaysia.
Ravi, V dan S. Rajaagopal. 2009. Mudskippers. Centre of Advanced Study in
Marine Biology, Annamalai University : 397-401.
Suin, N. M. 2003. Ekologi Populasi. University Andalas Press, Padang.
Suwarni. 2009. Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Butana
Acanthurus mata (Cuvier, 1829) yang Tertangkap di Sekitar Perairan
Pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi
Sulawesi Selatan. Torani 19 (3) : 160-165.
Vanichkul, P. And Hongskul. 1968. Hubungan Bobot Panjang dan Faktor Kondisi
Ikan Gabus (Channa striata, Bloch, 1793) di Danau Tempe, Kabupaten
Wajo. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik [Terjemahan dari Introduction to
Statistic 3 rd Edition]. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yunasfi. 2006. Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina oleh Bakteri dan
Fungi Pada Berbagai Tingkat Salinitas. [Disertasi] Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Universitas Sumatera Utara

28

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014
di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara
Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan contoh ikan gelodok dilakukan dengan
interval waktu selama 2 minggu selama 1 bulan. Identifikasi jenis ikan
menggunakan buku Kottelat, dkk (1993) dilakukan di Laboratorium Terpadu
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pengukuran parameter kimia perairan dilakukan di Balai Riset Standarisasi
Industri Kota Medan dan analisis tipe substrat dilakukan di Laboratorium Riset
dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Gambar 5. Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat tangkap tanggok, indikator pH,
refraktometer, timbangan digital Ohaus dengan ketelitian 0,01 g, cool box, plastik,

Universitas Sumatera Utara

29

tali rafia, sendok semen, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kamera,
penggaris, kertas millimeter. Bahan yang digunakan adalah ikan gelodok, KOHKI, MnSO4, Na2S2O3, H2SO4, amilum, formalin 4%, alkohol, aquades.

Metode Pengambilan Contoh
Metode yang digunakan adalah Purposive Sampling yang dibagi menjadi 3
stasiun. Stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 stasiun dengan area transek
dibagi menjadi pantai, mangrove dan sungai. Ukuran setiap transek adalah 10 x
10 meter. Pengambilan contoh dilakukan mulai dari pantai ke arah dalam hutan
mangrove menuju sungai.

Stasiun 3

Sungai

Mangrove

Pantai

Stasiun 2
Stasiun 1

Gambar 6. Ilustrasi Desain Pengambilan Contoh
Deskripsi Stasiun Pengambilan Contoh
Stasiun I

: Terletak pada titik koordinat 3o 14’ 01.1” LU dan 99o 34’ 09.7” BT.
Stasiun I dekat dengan aktivitas penduduk dengan kegiatan wisata,
kondisi mangrove disana kurang rapat, dibagian tengah hutan
terdapat kekosongan, merupakan stasiun dengan panjang transek
150m, memiliki jenis substrat lempung pada bagian pantai, lempung
berdebu pada bagian mangrove dan lempung pada bagian sungai
dapat dilihat pada Gambar 7.

Universitas Sumatera Utara

30

Gambar 7. Lokasi Stasiun I

Stasiun II

: Terletak pada titik koordinat 3o 14’ 07.5” LU dan 99o 33’ 54.1” BT.
Stasiun II terletak ditengah Pantai Bali dengan aktivitas penduduk
berupa penangkapan, kondisi mangrove disana termasuk rapat,
merupakan stasiun dengan panjang transek 250m, memiliki jenis
substrat lempung pada bagian pantai, lempung berdebu pada bagian
mangrove dan lempung berdebu pada bagian sungai dapat dilihat
pada Gambar 8.

Gambar 8. Lokasi Stasiun II

Universitas Sumatera Utara

31

Stasiun III

: Terletak pada titik koordinat 3o 14’ 15.7” LU dan 99o 33’ 36.6” BT.
Stasiun III memiliki letak paling ujung jauh dari aktivitas penduduk,
kondisi mangrove rapat, merupakan stasiun dengan panjang transek
200m, memiliki jenis substrat lempung berdebu pada bagian pantai,
liat pada bagian mangrove dan lempung pada bagian sungai dapat
dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Lokasi Stasiun III

Pengambilan Contoh Ikan Gelodok (Famili : Gobiidae)
Pengambilan contoh ikan gelodok dilakukan dengan 3 kali ulangan untuk
tiap transek. Ikan gelodok yang terdapat dalam transek diambil menggunakan alat
tangkap tanggok dan tangan. Setelah ditangkap ikan-ikan tersebut dimasukkan ke
dalam plastik yang nantinya akan diamati jenis ikan gelodok dan diukur panjangbobot ikan gelodok.

Universitas Sumatera Utara

32

Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia Perairan
Parameter fisika dan kimia perairan diukur pada setiap area transek yaitu 3
kali ulangan pada tiap transek. Parameter fisika yang diukur terdiri atas suhu,
sedangkan parameter kimia yang diukur adalah salinitas, pH, oksigen terlarut
(DO) dan kadar N dan P. Contoh air yang telah diambil, dimasukkan ke dalam
cool box yang telah terisi batu es. Selain itu, terdapat juga pengukuran substrat
untuk menganalisis nilai C-organik, nitrat, fospat dan tekstur substrat. Sampel
substrat diambil menggunakan sendok semen.

Analisis Data
Analisis data yang digunakan diantaranya adalah hubungan panjang-bobot,
faktor kondisi, kepadatan populasi, pola sebaran populasi, substrat dan pengaruh
pasang surut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan gelodok.

Hubungan Panjang Bobot dengan Faktor Kondisi
Analisis pertumbuhan panjang dan bobot bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan gelodok (Famili: Gobiidae) di alam. Untuk mencari hubungan
antara panjang dan bobot tubuh ikan digunakan persamaan sebagai berikut
(Effendie, 1997):
W = aLb
Keterangan :
W
= Bobot tubuh ikan gelodok (gram)
L
= Panjang ikan gelodok (mm)
a dan b = Konstanta

Universitas Sumatera Utara

33

Untuk mendapatkan persamaan linear atau garis lurus digunakan
persamaan sebagai berikut:
Log10 W = log10 a + b log10 L
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan Log W
sebagai Y dan Log L sebagai X, maka didapatkan persamaan regresi:
Y = a + bX
Dengan pendekatan regresi linier maka hubungan kedua parameter
tersebut dapat dilihat. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua
parameter yang dianalisis.
Hipotesis yang digunakan adalah :
1. Jika nilai b = 3 maka disebut pola pertumbuhan isometrik (pola pertumbuhan
panjang sama dengan pertumbuhan bobot).
2. Jika nilai b ≠ 3 maka disebut allometrik yaitu :
a.

Jika b > 3 disebut pola pertumbuhan allometrik positif (pertumbuhan bobot
lebih dominan).

b.

Jika b < 3 disebut pola pertumbuhan allometrik negatif (pertumbuhan lebar
lebih dominan).

Salah satu derivat penting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi. Faktor
kondisi ini menunjukkan keadaan kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi
(Effendie, 1997).
FK = W
aLb
Keterangan:
FK
= Faktor kondisi
W
= Bobot (gram)
L
= Panjang (mm)

Universitas Sumatera Utara

34

Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi ikan gelodok dapat dihitung dalam per satuan luas
(Krebs, 1989):

Keterangan:
D
= Kepadatan populasi (individu/m2)
x
= Jumlah individu pada area yang diukur (individu)
m
= Luas area pengambilan contoh (2 x 2 m)

Pola Sebaran Populasi
Pola sebaran ikan gelodok dihitung dengan menggunakan indeks sebaran
Morisita (Krebs, 1989) :

Keterangan:
Id
= Indeks sebaran Morisita
n
= Jumlah stasiun pengambilan contoh
= Jumlah individu di setiap stasiun pengambilan contoh
= Jumlah total individu pada seluruh stasiun
Kriteria hasil perhitungan Indeks Morisita adalah sebagai berikut:
Id < 1 : Pola sebaran acak
Id =1 : Pola sebaran seragam
Id > 1 : Pola sebaran mengelompok
Analisis Substrat
Tekstur substrat dianalisis berdasarkan perbandingan pasir, liat, dan debu
pada Segitiga Millar (Gambar 10).

Universitas Sumatera Utara

35

Gambar 10. Tipe substrat berdasarkan Segitiga Millar (Rahmawati, 2013)

Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan tekstur substrat yaitu :
1.

Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi
pasir 45%, debu 30% dan liat 25%.

2.

Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 45% sejajar dengan sisi
persentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase debu di
titik 30% sejajar dengan sisi persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi
persentase liat 25% sejajar dengan sisi persentase pasir.

3.

Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang
dianalisis, misalnya dalam hal ini adalah lempung liat.

Universitas Sumatera Utara

36

Pengaruh Pasang Surut dan Lingkungan Terhadap Kepadatan Ikan Gelodok
Untuk mengetahui pengaruh pasang surut dan lingkungan terhadap
kepadatan ikan gelodok digunakan desain rancangan acak kelompok lengkap
(Randomize Complete Block Design). Perlakuan yang digunakan adalah pasangsurut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan gelodok dalam satu petak
contoh/blok. Perhitungan menggunakan rumus Mattjik dan Imade (2006) :

Keterangan :
i
= 1,2,3 dan j = 1,2,...,r
Yij
= pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ
= rataan umum
= pengaruh perlakuan ke-i
βj
= pengaruh kelompok ke-j
εij
= pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Hipotesis yang dapat diuji dari rancangan di atas yaitu pengaruh perlakuan
dan pengaruh pengelompokan. Bentuk hipotesisnya dapat ditulis sebagai berikut :
Pengaruh perlakuan :
Ho :

=

=0

( pasang

surut

H1 :

dan

tidak

berpengaruh

terhadap

kepadatan

ikan

gelodok )

≠0

( pasang surut berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok )
Pengaruh pengelompokkan :
Ho : βi = βr = 0
( substrat tidak berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok )
Ho : βi dan βr ≠ 0
( substrat berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok )

Universitas Sumatera Utara

37

Data sidik ragam pengaruh pasang surut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan
gelodok disajikan pada Tabel. 1.
Tabel 1. Data Sidik Ragam
Sumber
Derajat
Keragaman
Bebas (Db)
Perlakuan
t-1
Blok
r-1
Galat
(t-1) (r-1)
Total
tr-1

Jumlah
Kuadrat (JK)
JKP
JKB
JKG
JKT

Kuadrat
Tengah (KT)
KTP
KTB
KTG

F-hitung
KTP/KTG
KTB/KTG

Universitas Sumatera Utara

38

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Identifikasi Ikan Gelodok
Hasil identifikasi menggunakan buku Kottelat, dkk (1993) terdapat 4 jenis
ikan gelodok di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten
Batu

Bara.

Jenis

yang

ditemukan

adalah

Boleophthalmus

boddarti,

Periophthalmus chrysospilos, Periophthalmus gracilis dan Periophthalmonodon
schlosseri. Karakteristik dari keempat jenis ini memiliki perbedaan yang cukup
jelas. B. boddarti memiliki D1 IV-VI, D2 I, 24-25, P. 18 – 20, A. I. 25, C. 14,
bobot 0,5-10,40 g dan panjang 3,60-11,10 cm. Badan dan sirip punggung
memiliki bintik-bintik berwarna biru mengkilap kadang terlihat berwarna birukehijauan, tubuh memiliki garis berwarna hitam kecokelatan, bagian kepala juga
dipenuhi bintik berwarna kebiruan dan garis hitam, bagian bawah tubuh berwarna
putih (Gambar. 11).

Gambar 11 . B. boddarti
P. gracilis bagian punggung tubuhnya berwarna cokelat keabu-abuan,
bagian perut berwarna putih, memiliki bergaris berwarna cokelat gelap pada
berbentuk miring dan berbintik-bintik abu-abu keperakan pada bagian tubuh

Universitas Sumatera Utara

39

(Gambar 12). Ukuran yang ditemukan 3-5,5 cm untuk panjang dan bobot 0,3-1,3
g, D1 V-VI, D2 X-XI, P. 4-5, A. I, 10-14, C. 13.

Gambar 12. P. gracilis
Pada jenis P. chrysospilos memiliki ukuran bobot 0,1-9,5 g dengan
panjang 2-9,6 cm. Berwarna kecokelatan, tubuhnya berbintik-bintik keemasan,
pada sirip punggung pertama memiliki warna hitam di bagian atas lalu putih pada
bagian bawah, sirip punggung kedua miliki bintik berwarna emas disertai dengan
garis berwarna hitam. D1 VII-X, D2 I, 12-13, P. 6, A. I. 10, C. 10. Jenis P.
chrysospilos disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. P. chrysospilos
Jenis Pn. schlosseri, berwarna cokelat muda, memiliki garis panjang
berwarna gelap pada tubuh mulai dari bagian atas mata hingga pangkal ekor,
berbintik hijau keperakan pada bagian bawah tubuh. Ukuran tubuhnya memiliki
panjang 11,2-25,5 cm dengan bobot 14,2-150 g. D1 III-IV, 2-6, D2 I, 11-12, P.1617, A. I, 11-12, C.12-16. Pn. schlosseri disajikam pada Gambar 14.

Universitas Sumatera Utara

40

Gambar 14. Pn. schlosseri

Hubungan Panjang Bobot Ikan Gelodok
Hubungan panjang dan bobot keempat jenis ikan gelodok memiliki
masing-masing nilai yang tidak jauh berbeda. Hasil perhitungan untuk panjang
dan bobot dikelompokan perjenis ikan dari total waktu pengambilan contoh.
Jumlah P. chrysospilos yang ditangkap selama masa penelitian adalah 50 ekor,
dengan nilai b yang diperoleh adalah 3,2562 (Gambar 15). Nilai tersebut
menunjukkan bahwa b > 3 yang memiliki arti bahwa pola pertumbuhannya adalah
allometrik positif yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan daripada panjang. Pada
jenis P. chrysospilos ukuran yang terpanjang adalah 9,60 cm dan terberat dengan
bobot 9,50 g.

Gambar 15. Hubungan Panjang dan Bobot P. chrysospilos

Universitas Sumatera Utara

41

P. gracilis yang ditangkap selama masa penelitian adalah 15 ekor, dengan
nilai b adalah 0,9065. Hasil tersebut menggambarkan bahwa jenis P. gracilis
memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih
dominan daripada bobot. Jenis ini memiliki ukuran terpanjang yaitu 5,50 cm dan
bobot terberat 1,30 g (Gambar 16).

Gambar 16. Hubungan Panjang dan Bobot P. gracilis
Pada masa penelitian ditemukan jenis B. boddarti berjumlah 18 ekor.
Nilai b yang diperoleh adalah sebesar 3,06 (Gambar 17) yang menggambarkan
bahwa b = 3. Hasil tersebut berarti untuk ikan gelodok B. boddarti memiliki
hubungan panjang dan bobot isometrik, ukuran bobot dan panjang seimbang.
Jenis ini memiliki ukuran panjang maksimal adalah 11,10 cm dan bobot terberat
adalah 10,40 g.

Gambar 17. Hubungan Panjang Bobot B. boddarti

Universitas Sumatera Utara

42

Pn. schlosseri adalah jenis ikan gelodok besar, atau sering disebut sebagai
giant mudskipper. Jenis ini memiliki ukuran paling besar diantara jenis lainnya
sesama ikan gelodok. Nilai yang diperoleh pada ikan ini adalah b = 3,0052 dengan
jumlah ikan sebanyak 9 ekor. Nilai tersebut hampir mendekati 3, tetapi nilai
tersebut masih tergolong b = 3 yang berarti pertumbuhan bobot tubuh seimbang
dengan panjang. Ukuran terpanjang adalah 25,50 cm dan bobot terberat adalah
150 g. Hubungan panjang bobot Pn. schlosseri disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Hubungan Panjang dan Bobot Pn. schlosseri
Faktor Kondisi
Hasil faktor kondisi (FK) ikan gelodok berdasarkan hubungan panjang dan
bobot yang menunjukkan bahwa perkembangan ikan gelodok untuk jenis
P. chrysospilos, B. boddarti, dan Pn. schlosseri tergolong kedalam allometrik
positif sedangkan untuk P. gracilis tergolong kedalam allometrik negatif.
Perbandingan nilai faktor kondisi ikan gelodok disajian pada Tabel 2.
Tabel 2. Faktor Kondisi Ikan Gelodok Berdasarkan Jenis
Jenis
P. chrysospilos
P. gracilis
B. boddarti
Pn. schlosseri

Rata-rata W
(g)
2,72
0,78
5,51
69,31

Rata-rata L
(cm)
6,26
3,91
8,19
18,43

FK
1,444
1,115
1,228
1,239

Universitas Sumatera Utara

43

Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan antara faktor kondisi
ikan gelodok pada setiap jenisnya (Gambar 19).

Gambar 14. Faktor Kondisi Ikan Gelodok Berdasarkan Jenis

Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi ikan gelodok yang dilakukan di lokasi penelitian
dibagi menjadi 3 daerah yaitu pantai, mangrove dan sungai. Kepadatan ikan
gelodok dinyatakan dalam satuan ind/m2. Rata-rata kepadatan ikan gelodok
selama masa penelitian adalah 9 ind/m2 untuk di wilayah pantai, 1 ind/m2 di
wilayah mangrove dan 6 ind/m2 pada saat kondisi air laut pasang. Pada saat
kondisi air laut surut, kepadatan ikan gelodok adalah 4 ind/m2 untuk daerah
pantai, 2 ind/m2 untuk daerah mangrove dan 7 ind/m2 untuk daerah sungai.
Hasil kepadatan disajikan dalam bentuk grafik batang agar terlihat
perbandingan kepadatan ikan gelodok pada saat kondisi air laut pasang dan surut.
Pada saat air laut pasang terlihat bahwa kepadatan ikan gelodok terbanyak

Universitas Sumatera Utara

44

terdapat pada daerah pantai dan pada saat kondisi air laut surut kepadatan ikan
gelodok terbanyak terdapat pada daerah sungai.
Pada saat pengambilan contoh pertama penelitian, ikan gelodok yang
ditemukan pada daerah pantai pada saat air laut pasang berjumlah 6 ind/m2 pada
stasiun 1, lalu 8 ind/m2 pada stasiun 2 dan 9 ind/m2 pada stasiun 3. Kepadatan
pantai terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 3. Ketika air laut surut
kepadatan ikan gelodok menurun dengan jumlah 3 ind/m2 pada stasiun 1, 3 ind/m2
pada stasiun 2 dan 2 ind/m2 pada stasiun 3. Kepadatan (densitas) ikan gelodok
pada daerah pantai disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok Pada Daerah Pantai Saat
Pengambilan Contoh Pertama
Pada daerah mangrove ikan gelodok yang ditemukan pada saat pasang
berjumlah 0 ind/m2 di stasiun 1, lalu 3 ind/m2 di stasiun 2 dan 5 ind/m2 di stasiun
3. Kepadatan ikan terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 3. Ketika air
laut surut kepadatan berjumlah 1 ind/m2 pada stasiun 1, 4 ind/m2 pada stasiun 2
dan 3 ind/m2 pada stasiun 3 (Gambar 21).

Universitas Sumatera Utara

45

Gambar 21. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok Pada Daerah Mangrove Saat
Pengambilan Contoh Pertama
Pada daerah sungai ikan gelodok yang ditemukan pada saat pasang
berjumlah 7 ind/m2 di Stasiun 1, lalu 4 ind/m2 di stasiun 2 dan 6 ind/m2 di Stasiun
3. Kepadatan ikan gelodok terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 1.
Ketika air laut surut kepadatan berjumlah 5 ind/m2 pada stasiun 1, 5 ind/m2 pada
stasiun 2 dan 8 ind/m2 pada stasiun 3 (Gambar 22).

Gambar 22. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok Pada Daerah Sungai
Saat Pengambilan Contoh Pertama
Pada saat pengambilan contoh kedua penelitian, ikan gelodok yang
ditemukan pada daerah pantai pada saat pasang berjumlah 8 ind/m2 pada Stasiun
1, lalu 11 ind/m2 pada stasiun 2 dan 12 ind/m2 pada stasiun 3. Kepadatan ikan

Universitas Sumatera Utara

46

gelodok di pantai terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 3 (Gambar
23). Ketika air laut surut kepadatan menurun dengan jumlah 4 ind/m2 pada stasiun
1, 5 ind/m2 pada stasiun 2 dan 8 ind/m2 pada stasiun 3.

Gambar 23. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok Pada Daerah Pantai Saat
Pengambilan Contoh Kedua
Pada daerah mangrove ikan gelodok yang ditemukan pada saat pasang
berjumlah 0 ind/m2 di Stasiun 1, lalu 0 ind/m2 di stasiun 2 dan 3 ind/m2 di stasiun
3. Kepadatan ikan gelodok terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 3.
Ketika air laut surut kepadatan berjumlah 1 ind/m2 pada stasiun 1, 1 ind/m2 pada
stasiun 2 dan 3 ind/m2 pada stasiun 3. Kepadatan ikan gelodok pada daerah
mangrove disajikan pada Gambar 24.

Gambar 24. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok Pada Daerah Mangrove
Saat Pengambilan Contoh Kedua

Universitas Sumatera Utara

47

Pada daerah sungai ikan gelodok yang ditemukan pada saat pasang
berjumlah 8 ind/m2 di Stasiun 1, lalu 7 ind/m2 di stasiun 2 dan 4 ind/m2 di Stasiun
3 (Gambar 25). Kepadatan ikan gelodok terbanyak pada saat pasang terdapat pada
stasiun 1. Ketika air laut surut kepadatan berjumlah 10 ind/m2 pada stasiun 1, 5
ind/m2 pada stasiun 2 dan 8 ind/m2 pada stasiun 3.

Gambar 25. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok Pada Daerah Sungai
Saat Pengambilan Contoh Kedua
Pada saat pengambilan contoh ketiga penelitian, ikan gelodok yang
ditemukan pada daerah pantai pada saat pasang berjumlah 10 ind/m2 pada stasiun
1, lalu 8 ind/m2 pada stasiun 2 dan 10 ind/m2 pada stasiun 3. Ketika air laut surut
kepadatan menurun dengan jumlah 4 ind/m2 pada stasiun 1, 4 ind/m2 pada stasiun
2 dan 3 ind/m2 pada stasiun 3 (Gambar 26).

Universitas Sumatera Utara

48

Gambar 26. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok di Daerah Pantai
Saat Pengambilan Contoh Ketiga
Pada daerah mangrove ikan gelodok yang ditemukan pada saat pasang
berjumlah 1 ind/m2 di stasiun 1, lalu 1 ind/m2 di stasiun 2 dan 2 ind/m2 di stasiun
3. Kepadatan ikan gelodok terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 3.
Ketika air laut surut kepadatan berjumlah 1 ind/m2 pada stasiun 1, 1 ind/m2 pada
stasiun 2 dan 3 ind/m2 pada stasiun 3. Grafik kepadatan ikan gelodok di daerah
mangrove disajikan pada Gambar 27.

Gambar 27. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok di Daerah Mangrove
Saat Pengambilan Contoh Ketiga
Pada daerah sungai ikan gelodok yang ditemukan pada saat pasang
berjumlah 9 ind/m2 di stasiun 1, lalu 3 ind/m2 di stasiun 2 dan 4 ind/m2 di Stasiun

Universitas Sumatera Utara

49

3. Kepadatan ikan terbanyak pada saat pasang terdapat pada stasiun 1. Ketika air
laut surut kepadatan berjumlah 10 ind/m2 pada stasiun 1, 7 ind/m2 pada stasiun 2
dan 7 ind/m2 pada stasiun 3 (Gambar 28).

Gambar 28. Grafik Kepadatan Ikan Gelodok di Daerah Sungai
Saat Pengambilan Contoh Ketiga

Pola Sebaran Populasi
Pola sebaran populasi ikan gelodok berdasarkan hasil perhitungan indeks
morisita, rata-rata pola sebarannya adalah mengelompok. Nilai indeks morisita
yang didapat dari ketiga stasiun bila dirata-ratakan memiliki pola sebaran
mengelompok (Tabel 3). Nilai

yang diperoleh sesuai dengan kriteria Indeks

Morisita yaitu Id > 1 maka pola penyebaran mengelompok.
Tabel 3. Indeks Sebaran Morisita Ikan Gelodok
Waktu

Sampling I

Sampling II

Sampling III

Lokasi
Pantai
Mangrove
Sungai
Pantai
Mangrove
Sungai
Pantai
Mangrove
Sungai

Indeks Morisita
Perlakuan
Pasang
Surut
1,015
0,986
1,487
1,131
1,032
1,054
1,012
1,062
3,000
1,320
1,055
1,050
0,986
0,970
0,930
1,119
1,160
1,005

Universitas Sumatera Utara

50

Pengaruh Pasang Surut dan Lingkungan dengan Kepadatan Ikan Gelodok
Analisis hubungan pasang surut dengan kepadatan ikan gelodok dilakukan
menunjukkan bahwa hubungan pasang surut berpengaruh nyata terhadap
kepadatan ikan gelodok pada saat pengambilan contoh pertama dapat dilihat dari
nilai f hitung interaksi menunjukkan 11,52381. Nilai tersebut lebih besar daripada
f tabel 3,40286.
Pada pengambilan contoh kedua nilai f hitung < f tabel, dengan nilai
3,39185. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat pengambilan contoh kedua
pasang surut tidak berpengaruh nyata terhadap kepadatan ikan gelodok.
Pengambilan contoh terakhir yaitu pada pengambilan contoh ketiga menunjukkan
nilai f hitung > f tabel dimana nilai 3,790576 > 3,402826. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terjadi pengaruh nyata pasang surut dan lingkungan terhadap
kepadatan ikan gelodok. Tabel ANNOVA pengaruh pasang surut dan lingkungan
dengan kepadatan ikan gelodok dapat dilihat pada lampiran 2.

Analisis Substrat
Analisis substrat menggunakan Segitiga Millar, diperoleh hasil bahwa
substrat didominasi dengan jenis lempung dan lempung berdebu. Jenis substrat
tidak jauh berbeda antara tiap daerah pengambilan contoh substrat, kecuali pada
mangrove stasiun 3, jenis substratnya adalah liat. Hasil analisis substrat disajikan
pada tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 4. Jenis Substrat Pada Lokasi Pengambilan Contoh
Nama Lokasi
Jenis Substrat
N (%)
Stasiun 1
Pantai
Mangrove
Sungai
Stasiun 2
Pantai
Mangrove
Sungai
Stasiun 3
Pantai
Mangrove
Sungai

P2O5
(mg/l)

C-organik

Lempung
Lempung Berdebu
Lempung

0,32
0,37
0,43

29,35
184,8
169,6

5,12
4,90
3,73

Lempung
Lempung Berdebu
Lempung Berdebu

0,39
0,38
0,47

27,34
110,7
33,11

4,90
5,15
3,25

Lempung Berdebu
Liat
Lempung

0,30
0,34
0,41

15,41
169,7
70,9

4,13
4,70
3,75

Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Hasil analisis parameter fisika dan kimia pada perairan Pantai Bali
Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara adalah seperti tabel 5. Parameter fisika
dan kimia perairan mempengaruhi distribusi atau sebaran ikan gelodok. Pada
daerah pantai memiliki kisaran suhu 29 - 38oC, untuk daerah mangrove kisaran
suhu 26 - 34oC dan untuk daerah sungai 29 - 33oC.
Kelarutan oksigen (DO) memiliki nilai yang berbeda-beda pada setiap
daerah transek, pada stasiun 1 untuk daerah pantai memiliki nilai 3,3 - 5,5, daerah
mangrove 3 - 3,5 dan sungai 1,5 - 2,5. Stasiun 2 memiliki nilai DO 3,3 - 5,5 pada
daerah pantai, daerah mangrove 3,0 - 4,0 dan sungai 5,5 - 6,5. Pada stasiun 3
3,3 -5,0 di daerah pantai, 1 - 1,5 di daerah mangrove dan 3,0 - 3,5 di daerah
sungai.
Nilai nitrat berkisar 2,1954 - 5,7507% di daerah pantai, di daerah
mangrove 3,9132 - 11,3286% dan di daerah sungai 2,1588 - 8,771%. Kadar posfat
memiliki nilai yang tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan kadar nitrat

Universitas Sumatera Utara

52

di lokasi penelitian, kisarannya adalah 0 - 0,7906% untuk daerah pantai, daerah
mangrove memiliki nilai 0 - 0,7152% dan pada sungai memiliki 0 - 0,933%.
Pada nilai derajat keasaman (pH) tidak terlalu terlihat perbedaan untuk
setiap transek pada tiap stasiun. Di daerah pantai memiliki kisaran 8 - 9, pada
daerah mangrove 7,5 - 8 dan sungai 7 - 8,5. Selanjutnya, untuk nilai salinitas
daerah pantai memiliki kisaran 27 - 30o/oo, mangrove 14 - 35 o/oo dan sungai
19 - 32 o/oo.
Tabel 5. Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Parameter
DO
Nitrat

Posfat

Pantai
3.3 5.5
2,5322
5,7507
0,129 0,7906

Salinitas

8.0 9.0
29 - 30

Suhu

31 - 38

pH

Stasiun 1
Mangrove

28 - 35

7.0 8.0
30 - 32

Pantai
3.3 5.5
2,5265
4,5738
00,0067
4
8.0 9.0
27 - 29

29 - 32

29 - 30

29 - 33

3 - 3.5

Sungai
1.5 2.5

6,3074 9,7345

5,012 7,5476

0,3691 0,7152

0,1544
- 0,933

7.5 - 8.0

Stasiun 2
Mangrove
3.0 - 4.0

Sungai
5.5 6.5

3,9132 11,3286

2,1588
- 8,771

0 - 0,4078

00,8325

7.5 - 8.0

8

14 - 35
27 - 34

Pantai
3.3 5.0
2,1954
5,2742
00,0476

Stasiun 3
Mangrove
1 - 1.5
4,7442 11,4772
0,0634 0,5338

Sungai
3.0 3.5
2,8475
6,3416
0,03080,1522

19 - 30

8.0 9.0
28 - 30

17 - 30

8.0 8.5
25 – 30

29 - 33

30 - 31

26 - 30

29 – 30

8

Universitas Sumatera Utara

53

Pembahasan
Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Gelodok
Hasil analisis hubungan panjang dan bobot dibagi sesuai dengan jenis.
Pada penelitian ini ditemukan 4 jenis ikan gelodok yang mewakili 3 genus yaitu
Boleophthalmus,

Periophthalmus

dan

Periophthalmonodon.

Genus

Boleophthalmus yang diperoleh adalah jenis B. boddarti diperoleh persamaan
hubungan panjang dan bobot adalah W = 0,0072x3,06 dengan kisaran nilai b
sebesar 3,06.
Berdasarkan nilai b yang diperoleh diketahui bahwa B. boddarti di Pantai
Bali Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara memiliki pertumbuhan isometrik
artinya pertumbuhan bobot dengan panjang adalah seimbang. Hal ini tidak
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliasusanty (2000) di Perairan
Ujung Pangkah nilai yang diperoleh adalah b = 3,05 setelah melakukan uji-t nilai
tersebut menunjukkan kepada nilai b = 3 yang memiliki pola pertumbuhan
isometrik. Perbedaan karakteristik habitat dan lingkungan di suatu daerah akan
mempengaruhi pola pertumbuhan ikan.
P. gracilis memiliki ukuran yang paling kecil diantara jenis ikan gelodok
lainnya yang tertangkap. Ikan ini memiliki nilai hubungan panjang dan bobot
adalah W = 0,2033x0,9065, dengan nilai b adalah 0,9065. Hasil tersebut
menggambarkan bahwa jenis ini memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif.
Hubungan panjang bobot pada P. gracilis menunjukkan bahwa ikan ini tergolong
ikan yang pertambahan panjangnya lebih cepat daripada pertambahan bobot.
Pada P. chrysospilos diperoleh hasil analisis hubungan panjang dan bobot
W = 0,0048L3,2562 dengan nilai b yang diperoleh adalah 3,2562. Nilai tersebut

Universitas Sumatera Utara

54

menunjukkan bahwa b > 3 yang memiliki arti bahwa pola pertumbuhannya adalah
allometrik positif. Pola pertumbuhan allometrik positif adalah pola pertumbuhan
yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih dominan daripada
pertambahan panjang tubuh ikan. Jenis ini ditemukan di daerah pantai.
Lingkungan mempengaruhi hubungan panjang dan bobot ikan seperti kondisi
suhu dan kualitas air, apabila dua faktor tersebut tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan ikan gelodok maka penambahan panjang dan bobot akan terhambat.
Pn. schlosseri adalah jenis ikan gelodok besar, atau sering disebut sebagai
giant mudskipper. Analisis panjang dan bobot menunjukkan nilai W =
0,0088L3,0052 dengan nilai adalah b = 3,0052. Nilai tersebut masih tergolong b = 3
yang berarti pertumbuhan bobot tubuh seimbang dengan panjang atau isometrik.
Pertumbuhan isometrik pada jenis ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Khaironizam dan Norma (2002) di Selangor, Malaysia, jenis Pn. schlosseri
memiliki pertumbuhan isometrik dengan W= 1,766L3.06.
Hasil analisis hubungan panjang dan bobot memiliki perbedaan pada
keempat jenis ikan tersebut. Hal ini sesuai dengan Effendie (1997) bahwa
perbedaan

tersebut

karena

adanya

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan, yaitu: (1) suhu dan kualitas air; (2) ukuran; (3) umur dan jenis ikan
gelodok; (4) jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan sumber yang makanan
yang sama.
Persamaan hubungan panjang dan bobot ikan gelodok secara umum
memiliki korelasi yang erat kecuali pada jenis P. gracilis. Nilai koefisien korelasi
(R2) memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan mendekati angka 1 atau berkisar
antara 0,962 – 0,9824 sedangkan P. gracilis memiliki nilai koefisien korelasi

Universitas Sumatera Utara

55

0,1119. Nilai R2 menunjukkan bahwa setiap penambahan bobot akan diiringi
dengan penambahan panjang setiap waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hartnoll (1982), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien korelasi
menunjukkan bahwa pertambahan panjang diikuti dengan pertambahan bobot
tubuh.
Berdasarkan hasil analisis faktor kondisi (FK) ikan gelodok di Pantai Bali
Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, menunjukkan nilai yang berbeda pada
setiap jenisnya. Pada jenis P. chrysospilos bernilai 1,444, P. gracilis adalah 1,115,
B. boddarti adalah 1,228 dan Pn. schlosseri adalah 1,239. Faktor kondisi
menggambarkan kondisi kemontokan ikan. Ikan gelodok yang paling montok dari
keempat jenis tersebut adalah P. chrysospilos.
Nilai – nilai yang diperoleh dari setiap jenis ikan tersebut menunjukkan
tubuh yang kurang pipih. Menurut Effendie (1997), bila nilai faktor kondisi
berkisar 1 – 2 menunjukkan tubuh ikan kurang pipih. Menurut Suwarni (2009)
perubahan nilai faktor kondisi dipengaruhi pada waktu gonad ikan terisi dengan
jenis kelamin dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan.

Kepadatan Populasi Ikan Gelodok
Perhitungan kepadatan ikan gelodok dilakukan dengan dua perlakuan yaitu
ketika air laut pasang dan ketika air laut surut. Perhitungan densitas dilakukan
pada setiap pengambilan contoh ikan gelodok. Pengambilan contoh ikan gelodok
dilakukan setiap dua minggu sekali dalam satu bulan. Terlihat perbedaan
kepadatan populasi pada saat pasang dan surut. Pada saat pengambilan contoh
pertama di daerah pantai kepadatan tertinggi terlihat pada saat pasang (Gambar

Universitas Sumatera Utara

56

15.) berbeda dengan daerah sungai jumlah terjadi pada saat surut dengan jumlah
yang berbeda setiap stasiun yaitu 5 ind/m2 di Stasiun 1, 5 ind/m2 di stasiun 2 dan 8
ind/m2 di stasiun 3. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 3.
Pada saat pengambilan contoh kedua kepadatan tertinggi terdapat pada
saat pasang adalah di daerah pantai stasiun 3 dengan jumlah kepadatan 12 ind/m2
dan pada daerah mangrove hanya ditemukan pada stasiun 3 dengan jumlah 3
ind/m2. Daerah sungai mendominasi ketika surut dengan jumlah terbanyak
terdapat di stasiun 1 adalah 10 ind/m2.
Kepadatan populasi pada saat pengambilan contoh ketiga ketika pasang
tetap didominasi pada daerah pantai dengan jumlah yang seimbang antara stasiun
1 dan stasiun 2 berjumlah 10 ind/m2. Ketika surut kepadatan terbanyak terdapat di
daerah sungai stasiun 1 berjumlah 10 ind/m2. Pada daerah mangrove kepadatan
tidak menunjukkan perbedaan jumlah kepadatan.
Rata-rata jumlah kepadatan populasi menunjukkan perbedaan yang cukup
jelas antara saat pasang dan surut. Daerah pantai kepadatan ikan lebih terlihat
pada saat pasang daripada saat surut. Pada saat surut kondisi suhu mulai naik
karena daerah tersebut terpapar sinar matahari tanpa ada pelindung, sehingga ikan
gelodok bersembunyi dibawah liang lumpur tempat tinggalnya untuk dapat
menjaga suhu tubuhnya dan terkadang karena ikan gelodok tersebut berwarna
cokelat seperti lumpur menjadi tidak terlihat.
Pada daerah sungai setelah dirata-ratakan jumlah kepadatan populasinya,
dominan terdapat pada saat surut dengan jumlah 7 ind/m2. Ikan gelodok menyukai
kondisi lingkungan yang tidak terlalu basah maupun kering. Menurut Effendie
dan Sjafei (1973) pada saat terendam air, ikan gelodok tidak berada diluar sarang.

Universitas Sumatera Utara

57

Hal ini memang terjadi untuk di daerah sungai ketika pasang kondisi air di badan
sungai terisi dengan penuh sehingga ikan-ikan bersembunyi ke dalam sarangnya
yang memiliki kemungkinan untuk menghindari predator.
Daerah mangrove yang selama ini diasumsikan sebagai tempat tinggal
favorit ikan gelodok berbeda dengan keadaan di Pantai Bali Kecamatan Talawi
Kabupaten Batu Bara. Di dalam hutan mengrove sangat jarang ditemui ikan
gelodok, faktor yang mempengaruhi adalah kondisi substrat yang cukup keras dan
kering karena jarang dimasuki air membuatnya kurang sesuai dengan tempat
tinggal yang diinginkan ikan gelodok.

Pola Sebaran
Pengukuran kepadatan ikan gelodok dapat menjadi acuan untuk penentuan
pola sebaran dari ikan gelodok. Pada dasarnya, pola sebaran ikan gelodok terbagi
atas tiga jenis yaitu pola sebaran acak, seragam, dan mengelompok. Hasil analisis
terdapat dua jenis pola sebaran ikan gelodok pada lokasi penelitian yaitu pola
sebaran acak dan mengelompok. Pola sebaran mengelompok terjadi pada saat
pasang maupun surut di ketiga titik pengambilan contoh, kecuali pada titik daerah
pantai, pada saat surut terjadi pola penyebaran yang acak karena nilai Id < 1.
Pola penyebaran ikan gelodok ini tidak luas, karena ikan tersebut tidak
dapat ditemukan dimana saja. Ikan tersebut menjadi ikan yang khas di kawasan
hutan mangrove. Menurut Suin (2003) Organisme yang penyebarannya terbatas
pola penyebarannya berkelompok atau beraturan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pola penyebaran suatu populasi.
Faktor yang mempengaruhi dapat berupa eksternal maupun internal. Faktor

Universitas Sumatera Utara

58

internal berasal dari lingkungan ikan gelodok tersebut seperti tingkat salinitas, pH,
suhu, cuaca, pasang-surut. Menurut Nybakken (1988) suhu merupakan salah satu
faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan juga pola penyebaran
organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola penyebaran tersebut sesuai
dengan Suin (2003), faktor abiotik yang merupakan faktor pembatas dapat
hidupnya suatu organisme di suatu habitat adalah faktor fisika dan kimia antara
lain : suhu, kelembapan, cahaya, tekstur tanah, nutrien dalam substrat, pH,
salinitas, dispersal, oksigen, seleksi habitat, hubungan sesamanya dan kecepatan
arus.

Pengaruh Pasang Surut dan Lingkungan dengan Kepadatan Ikan Gelodok
Hasil analisis menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa pasang surut
berpengaruh nyata terhadap kehadiran ikan. Nilai-nilai yang diperoleh
menunjukkan nilai f hitung > f tabel, kecuali pada pengambilan contoh kedua.
Pada saat pengambilan contoh kedua kondisi cuaca pada saat itu sedang musim
hujan dan berangin. Kondisi tersebut kurang disukai ikan gelodok.
Pasang surut mempengaruhi kehadiran ikan gelodok karena aktifitas alam
tersebut membawa zat-zat yang dibutuhkan ikan gelodok untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Ketika pasang ikan tersebut banyak terdapat di daerah
pantai, pada saat tersebut ikan gelodok mengambil oksigen untuk menjadikannya
stok didalam tubuhnya untuk menghadapi kondisi surut.

Analisis Substrat

Universitas Sumatera Utara

59

Hasil analisis substrat dilakukan untuk mengetahui jenis substrat tempat
tinggal ikan gelodok. Pada awalnya jenis substrat yang digunakan ikan gelodok
sebagai sarangnya terlihat seperti lumpur biasa. Hasil analisis substrat
menunjukkan jenis lempung dan lempung berdebu mendominasi di daerah
penelitian. Jenis substrat tidak jauh berbeda antara tiap daerah pengambilan
contoh substrat, kecuali pada mangrove stasiun 3, jenis substratnya adalah liat.
Jenis substrat merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan ikan
gelodok. Apabila substrat tersebut sesuai untuk kehidupan ikan gelodok, maka
ikan akan membangun sarangnya disana. Sarang dibangun oleh ikan gelodok
untuk menghindari diri dari predator dan sebagai tempat penyimpanan telur.
Substrat yang disukai ikan gelodok dari hasil penelitian tersebut adalah jenis
lempung.
Pada daerah pantai jenis substratnya adalah lempung-lempung berdebu,
jenis ini menjadi tempat favorit ikan gelodok. Daerah pantai selalu dipengaruhi
oleh kondisi pasang dan surut air laut sehingga sirkulasi oksigen dan pergantian
zat-zat organik yang menjadi sumber makanan ikan terus terganti. Kepadatan ikan
tertinggi terjadi pada saat kondisi pasang sedangkan pada saat surut ikan gelodok
bersembunyi dibalik substrat pada daerah pantai.
Daerah mangrove juga memiliki substrat lempung berdebu pada stasiun 1
dan stasiun 2 sedangkan pada stasiun 3 bersubstrat liat. Kalau pada daerah pantai
dengan jenis substrat tersebut ikan gelodok sering muncul sedangkan pada
mangrove ikan gelodok lebih sering bersembunyi, hal ini karena dipengaruhi oleh
air yang jarang masuk ke dalam mangrove. Daerah sungai memiliki substrat
lempung-lempung berdebu, karena daerah ini juga dipengaruhi oleh pasang surut

Universitas Sumatera Utara

60

air laut maka daerah ini juga memiliki kepadatan ikan gelodok yang tinggi pada
saat surut, karena ketika pasang ikan memilih bersembunyi untuk menghindari
diri dari predator.

Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan adalah untuk mengetahui
kondisi lingkungan hidup ikan gelodok. Kondisi lingkungan perairan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi biota perairan. Hasil pengukuran
beberapa parameter fisika dan kimia perairan (Tabel 5) menunjukkan kisaran suhu
yang didapatkan selama masa penelitian adalah 27 – 33oC. Kisaran suhu tersebut
merupakan kisaran suhu yang dapat ditoleransi oleh ikan gelodok. Menurut Tytler
dan Vaughan (1983) diacu oleh Al-Behbehani dan Ebrahim (2010), kisaran suhu
yang dapat ditolerir oleh tubuh ikan gelodok adalah 14 – 35oC.
Nilai kisaran pH air yang diperoleh selama masa penelitian adalah 7,0 –
9,0. Dari nilai tersebut ikan gelodok dapat mentolerir kondisi air yang normal
sampai sedikit basa. Salinitas juga merupakan faktor yang mempengaruhi
lingkungan ikan gelodok. Kiasaran salinitas yang diperoleh adalah 14 – 35 0/00.
Kisaran ini dapat ditolerir ikan gelodok. Ikan ini memiliki kelebihan yaitu mampu
beradaptasi menggunakan pernapasan tambahan melalui kulit dan gelembung
udara yang terdapat di dalam tubuhnya untuk menghindari kondisi lingkungan
kurang menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara

61

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.

Hubungan panjang bobot ikan gelodok P. chrysospilos memiliki nilai b > 3
yang menunjukkan pola pertumbuhan allometrik positif sedangkan P. gracilis
memiliki nilai b < 3, yang memiliki pertumbuhan allometrik negatif.
B. boddarti

dan Pn. schlosseri memiliki pola pertumbuhan isometrik

yaitu b = 3.
2.

Pola sebaran ikan gelodok pada daerah Pantai Bali Kecamatan Talawi
Kabupaten Batu Bara terdiri dari 2 pola yaitu pola sebaran acak dan
mengelompok. Pola sebaran acak terjadi di daerah pantai pada saat surut dan
pola sebaran mengelompok tejadi pada saat pasang di daerah pantai dan
sungai.

3.

Daerah paling sering ditemukannya ikan gelodok di Pantai Bali Kecamatan
Talawi Kabupaten Batu Bara adalah daerah pantai dan sungai, kondisi daerah
tersebut lebih sesuai untuk mendukung kehidupan ikan gelodok karena
dipengaruhi pasang surut sedangkan daerah mangrove jarang ditemukan ikan
gelodok.

Universitas Sumatera Utara

62

Saran
Penelitian ini adalah langkah awal untuk mengetahui jenis ikan yang hidup
di kawasan hutan mangrove. Ikan gelodok merupakan ikan yang unik dan layak
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan hubungan panjang
bobot berdasarkan jenis kelamin, kebiasaan makanan, tingkat kematangan gonad
dan kandungan yang terdapat dalam tubuh ikan. Ikan gelodok apabila dapat
dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat
setempat di masa depan.

Universitas Sumatera Utara

21

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan
Ikan gelodok adalah ikan yang hidup di habitat intertidal ditemukan di
daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya
ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Ikan gelodok memiliki daerah distribusi
geografis yang mencakup semua Indo-Pasifik dan pantai Atlantik Afrika. Ikan
gelodok bergerak cukup aktif pada saat keluar dari air, makan dan berinteraksi
satu sama lain dan juga menjaga tempat tinggalnya (Ravi dan Rajagopal, 2009).
Murdi (1989) diacu oleh Ravi dan Rajagopal (2009) menggolongkan ikan
gelodok kedalam famili Gobiidae, sub famili Oxudercinae dan membaginya ke
dalam 3 genus; Boleophthalmus yang ditemukan oleh Valenciennes pada tahun
1837; Periophthalmodon ditemukan oleh Bleeker pada tahun 1837 dan
Periophthalmus (Gambar 2) ditemukan oleh Bloch&Schneider pada tahun 1801.

Gambar 2. Ikan Gelodok (Famili: Gobiidae), Periophthalmus sp.
Genus Boleophthalmus mempunyai badan memanjang, pipih, dan ditutupi
oleh 60 sampai lebih 100 sisik sikloid. Kepala subsilindris, ada bagian yang
bersisik dan tidak bersisik. Mata berdekatan menonjol diatas kepala. Mulut agak
miring, kedua rahangnya hampir sama panjang. Lidah bercabang dua. Mempunyai

Universitas Sumatera Utara

22

dua sirip punggung yang jelas terpisah. D1. V; D2.I. 24-27; P.18-19; A.I.26; C.13
(Day, 1967 diacu oleh Hawa, 2000).
Sisik pada garis sisi 75 - 100 buah dan sisik pada L.tr1 19; L.tr.2 11 buah.
Sirip perut bersatu. Dasar sirip dada berotot dan bersisik. Sirip ekor tidak simetris,
setengah bagian atas lebih panjang dari setengah bagian bawahnya. Sirip
punggung pertama lebih tinggi dari pada tinggi tubuh. Tulang rahang atas
memanjang sampai ke belakang mata. Warna tubuh hijau kegelapan dengan 6
sampai 7 garis-garis miring yang berwarna gelap. Kepala dengan bercak-bercak
biru atau coklat. Sirip punggung pertama dengan bercak-bercak biru. Sirip
punggung kedua dengan bercak-bercak biru yang membentuk 4 garis-garis tak
boboturan (Weber dan de Beaufort, 1953 diacu oleh Afriyanti, 2000).

Bioekologi Ikan Gelodok (Famili : Gobiidae)
Ikan gelodok berasal dari Thailand menyebar ke Malaya dan Pakistan ke
India. Di Indonesia ikan gelodok banyak terdapat di Bangka, Sumatera (Aceh,
Belawan), Jawa (Jakarta, Semarang, Surabaya, Besuki, Karang, Bolong), Madura
(Kamal, Sumenep), Kalimantan (Pamangkat, Singkawang, Sungai Duri,
Banjarmasin, Samarinda, Sambas) dan Sulawesi (Makassar). Ikan gelodok
terdapat juga di Singapura, Malaysia, India, Thailand, Cina, Andaman, Guam dan
Papua Nugini (Weber dan de Beaufort, 1953 diacu oleh Afriyanti, 2000).
Ikan gelodok hidup di dalam sarang yang berbentuk saluran-saluran di
dalam lumpur pantai dengan kedalaman antara 40 – 100 cm (Gambar 3). Pada
permukaan terdapat beberapa buah lubang dengan satu atau dua buah lubang
utama untuk keluar masuk ikan. Dari saluran utama ada beberapa buah saluran

Universitas Sumatera Utara

23

cabang ke berbagai arah yang akhirnya menuju ke permukaan. Saluran cabang
dapat merupakan saluran buntu atau terbuka. Setiap sarang terdapat satu atau dua
buah bagian saluran yang membesar sebagai tempat ikan selama berada di dalam
sarang (Effendie dan Sjafei, 1973 diacu oleh Afriyanti, 2000).

Gambar 3. Sarang Ikan gelodok (Effendie dan Sjafei, 1973
diacu oleh Afriyanti, 2000)
Ikan gelodok memiliki kisaran adaptasi perilaku dan fisiologis yang khas
seperti gaya amfibi dibandingkan dengan Famili: Gobiidae yang sepenuhnya
hidup di dalam air. Hal ini termasuk perilaku adap