6
III. KONDISI UMUM WILAYAH KERJA
A. Letak Dan Luas
Secara keseluruhan wilayah kerja Balai pengelolaan DAS Serayu Opak Progo seluas 1.182,210 Ha, wilayah tersebut meliputi dua Satuan Wilayah Pengelolaan SWP DAS, yaitu SWP DAS Opak Progo dan SWP DAS Serayu.
1. SWP DAS Opak Progo -
DAS Pegunungan SeribuBribin 63.182,000 Ha, -
DAS Progo 237.741,000 Ha, -
DAS Opak 148.189,000 Ha, -
DAS Serang 25.553,000 Ha, 2. SWP DAS Serayu
- DAS Serayu 360.679,077 Ha,
- DAS Bogowonto 53.423,859 Ha,
- DAS Cokroyasan 39.619,819 Ha,
- DAS Wawar 71.609,744 Ha,
- DAS Telomoyo 51.560,172 Ha,
- DAS Ijo 32.902,625 Ha,
- DAS Luk Ulo 67.138,493 Ha,
- DAS Bengawan 19.434,127 Ha,
- DAS Nusakambangan 11.324,580 Ha.
Jadi secara geografis, SWP DAS Opak Progo dan DAS Serayu terletak pada 108
o
40’ BT sampai 109
o
50’ BT dan antara 7
o
40’ LS sampai 8
o
10’ LS. Secara administrasi wilayah kerja Balai Pengelolaan DAS Serayu Opak Progo terletak di 2 dua propinsi yaitu Propinsi
D.I Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah, dengan perincian sebagai berikut : Propin D.I Yogyakarta terdiri dari 4 empat kabupaten yaitu Gunung Kidul 148.536.000 Ha, Bantul 50.685,000 Ha, Sleman 57.482,000 Ha dan Kulon Progo
58.627,000 Ha. Di Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 9 sembilan kabupaten yaitu Magelang 108.573.000 Ha, Temanggung 87.065,000 Ha, Purworejo 103.481,752 Ha, Kebumen 128.111,500 Ha, Wonosobo 98.467,934 Ha, Banjarnegara
106.970,997 Ha, Purbalingga 77.764,122 Ha, Banyumas 132.759,760 Ha dan Cilacap 225.360,840 Ha.
7
B. Penggunaan dan Penutupan Lahan
Wilayah DAS Serayu Opak Progo merupakan daerah subur dengan topografi landai hingga berbukit. Penggunaan lahan terluas adalah untuk sawah sedang tegalan menempati urutan ke dua. Gambaran penggunaan lahan pada tiap kabupaten wilayah
kerja Balai Pengelolaan DAS Serayu Opak Progo seperti pada tabel T.I.4 dan TI.5.
C. Kekritisan LahanDAS
Salah satu indikator kondisi lahan tersebut baik atau buruk adalah dari kekritisan lahannya. Lahan kritis merupakan lahan yang tidak produktif miskin hara sehingga tidak menghasilkan secara ekonomis. Selain itu pada lahan tersebut juga berpotensi
menimbulkan terjadinya bencana alam , karena pada lahan-lahan tersebut penutupan vegetasi cenderung minim sehingga lolos air permukaan semakin besar pula. Data lahan kritis secara rinci per kabupaten selengkapnya seperti pada tabel T.I.2.