magnetik dan diinterpretasikan sebagai batuan sedimen.
Anomali yang paling menarik berada di sebelah timurlaut, dimana di daerah
tersebut terlihat ada pasangan anomali rendah negatif dan anomali tinggi positif.
Hal ini terjadi karena data magnetik bersifat dipole, maka anomali magnetik umumnya
teridiri atas dua kutub yaitu kutub positif dan kutub negatif. Di daerah Parit Tebu,
dimana nilai inklinasi sekitar -24.5, batuan dengan
sifat magnetik
yang tinggi
umumnya memberikan respon anomali negatif dan positif. Karena itu, pasangan
anomali yang berada di sebelah timurlaut dapat diinterpretasikan sebagai batuan
dengan nilai magnetik tinggi positif. Batuan tersebut diduga berupa batuan
granit yang lebih bersifat magnetik jika dibandingkan dengan batuan sedimen.
Pada data anomali magnetik ini dilakukan kontinuasi ke atas upward
continuation dengan ketinggian yang bervariasi dari 25 meter hingga 100 meter.
Kontinuasi ke atas ini dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang bersifat
lokal dan melihat anomali secara lebih regional. Hasil kontinuasi ke atas 25 meter
dan 50 meter masih memperlihatkan adanya spot-spot kecil pada peta anomali
magnet. Spot-spot kecil ini umumnya menunjukkan
anomali yang
bersifat dangkal atau noise. Hasil kontinuasi ke
atas 75
meter dan
100 meter
memperlihatkan pola anomali yang lebih regional, ditandai dengan pola kontur yang
lebih smooth. Berdasarkan hasil kontinuasi ke atas
tersebut, pola anomali di bagian tengah relatif seragam dan tidak menunjukkan
adanya pasangan anomali yang sangat kontras.
Kondisi ini
mengindikasikan bahwa batuan di bagian tengah relatif
seragam dan diduga berasosiasi dengan batuan sedimen yang mendominasi daerah
survei berupa formasi Tajam dan formasi Kelapakampil. Anomali menarik terlihat di
sebelah timurlaut dan sebelah selatan yang ditandai dengan pasangan anomali positif
dan negatif yang cukup kontras. Pasangan anomali
di sebelah
timurlaut memperlihatkan anomali negatif berada di
sebelah utara
sedangkan anomali
positifnya berada di selatan. Kondisi ini umumnya berasosiasi dengan batuan yang
memiliki suseptibilitas tinggi positif karena daerah penelitian berada pada inklinasi
sekitar -24.5
o
. Jika dibandingkan dengan batuan di sekitarnya yang berupa batuan
sedimen formasi Tajam dan formasi Kelapakampil, maka batuan yang dicirikan
dengan anomali ini kemungkinan besar memiliki
suseptibilitas kemagnetan
batuan yang lebih tinggi. Batuan tersebut diduga berupa batuan beku granit yang
mungkin berasosiasi dengan keberadaan timah primer.
Pasangan anomali di sebelah selatan ditandai dengan keberadaan anomali
rendah di sebelah barat dan anomali tinggi di sebelah timur. Karena dipole magnetik
berarah utara selatan, maka pasangan anomali
ini kemungkinan
bukan merupakan respon dari batuan yang sama,
tetapi lebih
mengindikasikan adanya
kontras sifat kemagnetan batuan. Anomali tinggi diperkirakan berasosiasi dengan
batuan yang sifat kemagnetannya tinggi, sedangkan anomali rendah berasosiasi
dengan batuan yang kemagnetannya rendah. Kontras ini juga mengindikasikan
keberadaan
struktursesar, yang
berdasarkan data
geologi berarah
baratlaut-tenggara.
4. PEMBAHASAN
Secara genetik timah di daerah Parit Tebu diduga terbentuk oleh larutan
hidrotermal yang dihasilkan oleh intrusi granit tipe S yang berumur Trias.
Keberadaan intrusi granit sampai saat ini masih menjadi pertanyaan. Karena itu hasil
survei
geofisika diharapkan
dapat memberikan
gambaran mengenai
keberadaan intrusi granit. Secara umum batuan yang mengalami
mineralisasi ataupun
alterasi akan
mengalami perubahan sifat fisika maupun sifat kimia. Batuan yang mengandung
mineral sulfida umumnya memiliki nilai tahanan
jenis rendah
konduktif, sedangkan sifat kemagnetannya relatif
lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Kontras dan perubahan sifat fisika ini dapat
menjadi acuan
dalam melakukan
interpretasi geofisika.
Hasil survei IP memperlihatkan sebaran nilai tahanan jenis yang didominasi oleh
nilai tahanan jenis rendah pada kedalaman kurang dari 70 meter. Tahanan jenis
rendah ini berasosiasi dengan batuan sedimen formasi Tajam dan formasi
Kelapakampil yang mendominasi daerah survei. Di sebelah timurlaut sisi Timurlaut
lintasan D terlihat adanya sebaran tahanan jenis tinggi yang mulai terlihat dari
kedalaman sekitar 13 meter hingga kedalaman 175 m. Semakin ke dalam nilai
tahanan jenis di area tersebut juga semakin tinggi. Zona ini diperkirakan
berasosiasi dengan batuan yang lebih resistif jika dibandingkan dengan batuan
sedimen. Batuan tersebut dapat berupa batuan beku atau batuan metamorf.
Karena banyak ditemukan mineralisasi di sekitar area survei yang berasosiasi
dengan batuan granit, maka batuan yang memiliki nilai tahanan jenis tinggi dapat
diinterpretasikan
sebagai respon
dari batuan granit. Batuan granit ini diduga
sebagai penyebab
adanya sistem
hidrotermal yang membentuk mineralisasi dan cebakan timah di daerah Parit Tebu.
Sebaran nilai
chargeability pada
kedalaman kurang
dari 70
meter cenderung
didominasi oleh
nilai chargeability rendah yang menunjukkan
sedikitnya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus dengan baik. Nilai
chargeability rendah ini bertepatan dengan keberadaan
batuan sedimen
yang mendominasi
daerah survei.
Nilai chargeability tinggi terlihat di sebelah
timurlaut lintasan D bertepatan dengan sebaran nilai tahanan jenis tinggi. Nilai
chargeability tinggi ini mengindikasikan banyaknya kandungan mineral yang dapat
menyimpan arus, seperti mineral-mineral sulfida. Nilai chargeability tinggi terlihat
jelas
pada kedalaman
70 meter.
Penyebarannya semakin meluas seiring dengan
bertambahnya kedalaman.
Chargeability tinggi umumnya berasosiasi dengan mineral-mineral logam, seperti
emas, besi, perak, dan sebagainya. Zona chargeability tinggi di daerah Parit Tebu
diinterpretasikan
sebagai indikasi
keberadaan mineral sulfida atau timah. Mineral sulfida atau timah ini diperkirakan
berasosiasi dengan keberadaan intrusi granit yang ditandai dengan nilai tahanan
jenis tinggi. Anomali magnetik memperlihatkan nilai
yang cukup bervariasi dari sekitar -90 nT hingga sekitar 100 nT. Di bagian tengah
daerah survei
didominasi oleh
nilai magnetik
sekitar 0-30
nT dengan
penyebaran yang
cukup luas.
Nilai magnetik ini diduga merupakan respon dari
batuan sedimen yang bersifat kurang magnetis. Anomali yang menarik terlihat
disisi timurlaut daerah survei, dimana terlihat adanya pasangan anomali negatif
dan anomali positif. Karena inklinasi daerah penyelidikan sekitar -20
o
, maka pasangan anomali negatif dan positif ini
diperkirakan berkaitan dengan bodibatuan yang bersifat magnetis. Bodi tersebut
diduga berupa intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal.
Interpretasi komprehensif dilakukan terhadap data tahananan jenis dan
chargeability pada kedalaman 70 meter, model tahanan jenis dan chargeability
lintasan D, dan anomali magnet total. Data- data tersebut memperlihatkan adanya
anomali menarik di sebelah timurlaut. Di zona tersebut terlihat adanya nilai tahanan
jenis dan chargeability tinggi yang pada model 2D lintasan D nilai tersebut menerus
dari kedalaman sekitar 70 meter hingga ke bawah. Zona ini ditafsirkan sebagai
indikasi keberadaan intrusi granit yang menyebabkan
terbentuknya sistem
hidrotermal, sehingga dipermukaan banyak ditemukan timah dan mineral sulfida. Di
sebelah timurlaut zona ini juga terlihat adanya
pasangan anomali
magnetik rendah dan anomali magnetik tinggi.
Anomali ini mencerminkan keberadaan batuan dengan sifat kemagnetan yang
lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Batuan tersebut diduga merupakan bagian
dari intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Batuan ini
juga diduga sebagai indikasi keberadaan timah primer di daerah Parit Tebu.
Berdasarkan hasil interpretasi data geofisika
yang meliputi
data IP
tahanan jenis dan chargeability dan data geomagnet, keberadaan intrusi
granit ditunjukkan oleh respon nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi
yang juga diperkuat oleh adanya pasangan anomali magnet rendah dan
anomali magnet tinggi. Zona tersebut berada di sebelah timurlaut di lintasan
D di titik D-2500, dengan kemungkinan kedalaman titik bor uji di sekitar kurang
lebih 50m - 70m dengan perkiraan luas sekitar 731283 m
2
. Berdasarkan perhitungan, dimana
pendugaan sumberdaya
hipotetik batuan granit pembawa unsur timah,
dengan asumsi nilai densitas batuan granit 2.64 kgm
3
, maka cadangan sumber daya hipotetik batuan granit
sebagai pembawa unbsur timah di lokasi
diperkirakan kurang
lebih sebesar 250000 ton. Dengan distribusi
volume hipotetiknya
seperti pada
gambar di bawah.
5. KESIMPULAN DAN SARAN