SSR.ppt [Compatibility Mode]
Penelitian
Dengan Subyek Tunggal
T J U T J U SOEN DARI
Penelitian Dengan Subyek Tunggal
Adalah penelitian eksperimen yang
dilaksanakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari suatu
perlakuan (treatment
(treatment)) yang diberikan
kepada subyek secara berulangberulang-ulang
dalam waktu tertentu.
( Tawney and Gas, 1984)
Penelitian
Dengan Subyek Tunggal
• Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis
tingkah laku
• Strategi penelitian yang dikembangkan untuk
mendokumentasikan perubahan tingkah laku
subyek secara individual.
Apakah Perilaku itu?
• Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi
• Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang
(Marthin & Pear,1999:3)
• Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan
• Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung
(covert) dapat diubah dengan teknikteknik - teknik modifikasi
perilaku
• Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target
behavior”
• I stilah target behavior untuk penelitian dalam
modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan
atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur
• Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor,
dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat
dijadikan target behavior
Karakteristik Modifikasi Perilaku
• Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku
yang teramati dan terukur (behavioral objective)
• Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk
mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan
• Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia)
• Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada
lingkungan kehidupan seharisehari- hari (oleh banyak orang)
• Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada
respondent conditioning dan operant conditioning
• Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait
dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab
yang sama
Kegiatan Utama
Proses Modifikasi Perilaku
• Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam
bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral
objective) target behavior (perilaku sasaran) atau
perilaku yang akan diubah atau variabel terikat
• Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum
memberikan intervensi (base line)
• Memberikan intervensi
• Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan
perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
Jenis Ukuran Target Behavior
• Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude
& Trial
• Frekuensi = number menunjukkan berapa kali suatu
peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu Contoh
• Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada
teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di
kelas
• Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar
selama 10 menit
• Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama
kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
• Persentase = Persen satuan ukuran variabel terikat
yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku
akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu
perilaku/ peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian
dikalikan dgn 100% Contoh:
• Berapa persen siswa mampu menjawab soal
penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20
soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit)
• Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar
maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
• Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan
banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu.
• Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang
berbeda- beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku
berbedastereotipe (menggosok(menggosok - gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama
10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit.
Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasingharimasing masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN
tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/ menit.
• Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan
datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/ kejadian
pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi
biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam
total waktu tertentu.
• Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering
suatu kejadian itu terjadi akan sangat berguna jika intervensinya
ditujukan pada perilaku akademik dan sosial Contoh:
• Judi 7 kali ke toilet / jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/ menit;
Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
• Durasi berguna untuk mengetahui
berapa lama suatu kejadian/ menunjukkan
berapa lama waktu seseorang melakukan
suatu perilaku (on task) Contoh:
• Badu duduk di bangku selama 30 menit;
Ali mengerjakan soal matematika 20
menit; Joko melakukan tantrum selama 45
menit
• Latensi menunjukkan waktu yang
diperlukan seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu (behavior) setelah
mendapatkan stimulus Contoh
• Berapa menit Ani berhenti melakukan
tantrum setelah gurunya meminta dia
untuk berhenti dengan mengatakan “Ani
jangan marah, mari kita bermain!”
• Magnitude merupakan satuan ukuran
yang menunjukkan kualitas suatu respon.
• Respon adalah suatu kegiatan tertentu
yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan
tertentu baik menggunakan alat ukur
tertentu maupun tidak Contoh
• Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan
Rina 160 cm
• Trial merupakan ukuran variabel terikat yang
menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai
suatu kriteria yang telah ditentukan.
• Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian
yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau
mengikuti suatu kriteria tertentu.
• Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi
mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke
dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap
berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang
sebanyak 10 kali.
• Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali
pada sesi satu, sesi keke- 2,3, dan 4 masingmasing - masing
6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah
5,6,5, dan 10 masingmasing - masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
Sistem Pencatatan Data
• Pencatatan Otomatis dgn menggunakan alat teknologi
modern (sistem komputerisasi) hasilnya lebih akurat,
tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah
dengan mudah Contoh: detak jantung sbg parameter
tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot
• Pencatatan dengan Produk Permanen dilakukan thd
target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana
datanya secara langsung berada pada dokumen
tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS,
menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah
• Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah
pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau
perilaku terjadi Jenisnya: Pencatatan kejadian, durasi,
latensi, interval, dan sampel waktu
Pencatatan Kejadian
menghitung frekuensi dengan cara memberika tanda pada kertas yg
telah disiapkan setiap kejadian/ perilaku terjadi sampai dgn periode
waktu yg ditentukan
Nama Siswa
Pengamat
Target Behavior (TB)
Tgl
Waktu
: Toni
: Burhan
: Memukul teman
Start
-
stop
Tally terjadinya
TB
Total Kejadian
15 Jan 2005
10:00
-
10:20
lllll
5
16 Jan 2005
10:00
-
10:20
llllll
6
Pencatatan Durasi
pencatatan ttg berapa lama suatu kejadian atau TB terjadi
Nama Subyek
Pengamat
Target Behavior
: I rfan
: Efendi
: Menggosok-gosok mata pada ATN
Tgl (sesi)
Waktu
Durasi - Menit
Mulai
Selesai
20-- 9- 2005
20
07.15
07.17
2
21-- 9- 2005
21
08.00
08.05
5
22-- 9- 2005
22
07.20
07.24
4
23-- 9- 2005
23
08.10
08.18
8
Pencatatan Latensi
pencatatan ttg berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk
memulai suatu perilaku setelah mendapat stimulus
Nama Subyek
Pengamat
Target Behavior
Perintah
Sesi
:
:
:
:
I ra
Efendi
Duduk di kursi
I ra,duduklah!
Waktu
Latensi
Pemberian
stimulus
Mulai
merespon
1
10:15
10:20
5 mn
2
07:30
07:35
5 mn
3
08:00
08:05
5 mn
Pencatatan I nterval
cara yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi ke dlm
interval waktu yg lebih kecil dan mencatat kejadian yg terjadi pada
setiap interval waktu tsb
I nterval yg digunakan umumnya 10’’,15’’ s/ d 30’’
Nama Subyek
Tanggal
Perilaku
Total
:
:
:
:
Agus
Pengamat: Efendi
12 Juli 2005
Memukul-mukul kepala Waktu
: 10:15 - 10:20
5 Menit
Kode
: Occurrence (o)
Nonoccurrance (x)
15”
15”
15”
15”
1’
o
o
x
x
2’
x
x
o
o
3’
x
o
o
o
4’
o
o
x
x
5’
x
o
x
o
Occurrence
Nonoccurrance
= 9
= 11
Presentase = 9:20 = 45%
Presentase = 11:20 = 55%
Penentuan Pencatatan Data
• Apakah perilaku yang akan diukur/ dicatat berkaitan
ddgn dimensi waktu/ jumlah?
• Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data
dikrit/ kontinyu?
• Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian,
sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval
• Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya
melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika
pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/ d
saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
DESAI N SSR
• Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan
desain subyek tunggal (single subject design)
• Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok
individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance)
antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis
data skor ratarata- rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti
• Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai
subyek penelitian penggunaan skor individu lebih utama daripada
skor ratarata- rata kelompok pengukuran target behavior dilakukan
berulang-- ulang dengan periode waktu tertentu
berulang
(perminggu/ hari/ jam)
• Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi
dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda
(kondisi base line & intervensi)
DESI GN
• DESAI N REVERSAL
• DESAI N MULTI PLE
BASELI NE
• Desain A – B
• Desain A – B – A
• Desain A – B – A – B
• Cross condition
• Cross Variables
• Cross subjects
PROSEDUR PENELI TI AN DG DI SAI N AA- B
TAWNEY & GAST (SUNANTO,2005:58)
• Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur
secara akurat
• Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi
baseline (A) secara kontinyu sekurangsekurang - kurangnya 3 atau 5 kali (atau
sampai trend dan level data diketahui secara jelas)
• Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil
• Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B)
secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan
level data menjadi stabil
• Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional
(sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
ANALISIS DATA
Penelitian dengan subyek/kasus tunggal
menggunakan statistik deskriptif yang
sederhana
KOMPONEN ANALISIS DATA
Analisis data dengan `metode analisis visual` ada
beberapa perhatian :
* Banyak skor tiap kondisi
* Banyaknya variabel terikat (yang ingin
diubah)
* Tingkat stabilitas dan perubahan level
data dalam suatu kondisi atau antar kondisi
* Arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi
Grafik 1
Baseline dgn stabilitas Beda
ANALISIS DALAM KONDISI
80
60
75
40
50
20
25
0
0
0
1
2
3
b
100
a
4
5
0
1
2
SESI
6
20
4
10
2
0
0
0
1
2
3
4
1
2
3
5
SESI
HARI
5
d
8
30
0
4
HARI
c
40
3
4
5
ANALISIS DALAM KONDISI
Dari Grafik 1 :
• Grafik a menunjukkan 5 data yang stabil. Rentang skornya secara
konsisten berada antara 30 % dan 40 % dari meannya.
( data baseline – indikasi intervensi dapat dimulai)
* Grafik b menampilkan data yang tidak stabil
( pilihan: melanjutkan sampai ` stabil` atau mencari penyebab
ketidakstabilan data)
* Grafik c dan d menunjukkan data baseline yang stabil
( meyakinkan intervensi perlu segera dimulai)
Grafik 2
Grafik dg Variabilitas Tinggi
ANALISIS DALAM KONDISI
a
4
80
3
60
2
40
1
20
0
0
b
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
HARI
SESI
c
80
d
20
60
15
40
10
20
5
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
S
R
J
S
9
HARI
SESI
R
J
S
ANALISIS DALAM KONDISI
Dari Grafik 2 :
Grafik a
menunjukkan data baseline dimana pada sesi-sesi aw al bervariasi
dan selanjutnya menjadi stabil
( mungkin subyek belum beradaptasi dengan tugas)
* Grafik b menampilkan kondisi baseline dimana pada sesi-sesi aw al stabil
dan selanjutnya tidak stabil/ bervariasi
( diperkirakan setelah melakukan tugas, subyek terganggu
dan mempengaruhi kondisi, mis: sakit, akibat eksternal,dll)
• Grafik c menunjukkan data baseline yang tingkat variasinya cukup tinggi
dan kecenderungan ( trend) arahnya menaik
( dicari penyebab ketidakstabilan data dan melanjutkan
pengukuran pada fase baseline sampai diperoleh data stabil)
Grafik d menunjukkan data baseline yang tidak biasa ditemukan dalam
penelitian subyek tunggal.
( adanya siklus yang teratur dimana pada hari dan sesi
tertentu terjadi perubahan target behavior yang mirip/ sama)
Grafik 3
ANALISIS ANTAR KONDISI
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
Untuk memulai analisis perubahan antar kondisi, data yang stabil harus
mendahului kondisi yang akan dianalisis.
a
b
Grafik a dan b menunjukkan data yang tidak stabil dan
terjadi overlap. Kondisi seperti ini sulit untuk diinterpretasi
ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat
Grafik 3
ANALISIS ANTAR KONDISI
c
d
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
e
Grafik c menunjukkan perubahan level stabilitas yang cukup tinggi
( dari level rendah ke tinggi) : efektifitas intervensi meningkatkan …
Grafik d sama dengan grafik c, tetapi berbeda dalam hal perubahn
levelnya ( dari tinggi ke rendah) : Efektifitas intervensi menurunkan..
Grafik e menunjukkan tidak adanya perubahan level antara dua
kondisi ( baseline A dan I ntervensi B mempunyai efek sama) . Maka
perlu memberi intervensi yang baru, misalnya intervensi BC,…
Grafik 3
ANALISIS ANTAR KONDISI
f
g
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
h
Grafik f s- d l adalah trend yang sering terjadi pada penelitian
dengan subyek tunggal.
Grafik f menunjukkan bahw a trend berubah secara berlaw anan
dengan baseline setelah intervensi diberikan.
Grafik g menunjukkan trend yang berhenti setelah intervensi
diberikan.
Grafik h memperlihatkan bahw a terjadi trend yang meningkat
setelah intervensi diberikan.
Grafik 3
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
ANALISIS ANTAR KONDISI
i
j
k
l
Grafik i memperlihatkan tidak adanya perubahan trend
setelah di intervensi ( kemiringan grafik baseline =
intervensi) = grafik e
Grafik j,k,l menunjukkan adanya perubahan trend dan
diikuti perubahan level setelah diberikan intervensi. Kondisi
baseline stabil dan setelah intervensi: grafik j - menurun,
grafik k – mendatar, grafik l – menaik.
Grafik 4
ANALISIS ANTAR KONDISI
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
a
b
c
Grafik a menunjukkan perubahan level yang sementara
Grafik b menunjukkan tidak adanya perubahan level yang sementara
Grafik a dan c menunjukkan perubahan level yang cukup tinggi setelah
diberikan intervensi, tetapi lambat laun berubah mendekati sama dengan level
baseline ( perkiraan: intervensi lemah & ada faktor eksternal di sesi aw al)
CONTOH
ANALISIS VISUAL
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANTAR KONDISI
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Komponen analisis visual untuk dalam kondisi :
1. Panjang Kondisi
2. Estimasi Kecenderungan Arah
3. Kecenderungan Stabilitas
4. Jejak Data
5. Level Stabilitas dan Rentang
6. Level Perubahan
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
24
Baseline (A)
22
I ntervensi
(B)
20
18
O
ts
u
-
16
14
12
10
8
6
k
T
h
la
m
u
lJ
m
Ju
k
T
h
a
4
2
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
H A R I
( GRAFI K UNTUK CONTOH ANALI SI S)
20
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 1
Kondisi
: Beri huruf kapital
Misalnya
A
untuk baseline
& B
untuk intervensi, dst.
Langkah ke 2
Menentukan panjang kondisi , panjang interval yang menunjukkan
ada berapa sesi dalam kondisi tersebut.
Pada contoh grafik: baseline A ada
8
interval B ada
Jadi
:
Kondisi
Panjang Kondisi
sesi
13 sesi
A/ 1
B/ 2
8
13
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua ( splitmiddle)
Langkah 1
: Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian
Langkah 2a : Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian
Langkah 2b : Tentukan posisi median dari masing- masing belahan
Langkah 3
: Tariklah garis sejajar dengan absis ( sumbu X) yang meng
hubungkan titik temu antara ( 2a) dengan ( 2b) .
Dengan memperhatikan pada garis ( 3) maka diketahui bahw a pada fase
baseline ( A) arah trendnya menaik dan pada fase intervensi arah
trendnya menurun
Kondisi
Estimasi Kecenderungan Arah
A/ 1
(-)
B/ 2
(+ )
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan
Metode belah dua ( Split- Middle)
Baseline (A)
2a
24
1
I ntervensi
(B)
2a
1
22
3
20
18
2a
16
s
tO
u
-
14
2a
2b
12
10
8
2b
6
k
a
Jm
k
T
h
la
m
u
J
4
2
2b
0
0
2
4
6
8
10
12
H A R I
14
16
18
20
3
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 4
Kecenderungan Stabilitas, ( hal ini digunakan stabilitas 15 % )
Skor
Kriteria
tertinggi
X
20
X
Rentang
stabilitas
0,15
=
Stabilitas
=
3,0
Hitung mean level, cara:
data baseline :
18+ 20+ 16+ 14+ 18+ 18+ 16+ 19 = 139
139 : 8 = 17,35 ( Mean Level)
Batas atas
: Mean level + ( 0,5Xrentang stabilitas)
17,35
+
1,5
=
18,85
Batas baw ah : Mean level - ( 0,5 X rentang stabilitas)
17,35
-
1,5
=
15,85
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Kecenderungan Stabilitas, ( hal ini digunakan stabilitas 15 % )
banyak data point
yang ada dalam
banyak
:
data point
persentase
=
stabilitas
rentang
5
:
8
=
62,5 %
Jika persentase stabilitas sebesar 85 % - 90 % dikatakan stabil
Sedangkan fase baseline diperoleh 62,5 % , maka :
Kecenderungan stabilitas variabel adalah ` tidak stabil`
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 5
Kecenderungan jejak data
Sama denga kecenderungan arah, namun pada fase intervensi ( B) pada
sesi 9 - 15 menurun dan sesi 16 - 21 cenderung mendatar
Kondisi
A/ 1
B/ 2
Kecenderungan Jejak
(-)
(+ )
(= )
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 6
Level stabilitas dan rentang
Fase baseline ( A) datanya variabel atau tidak stabil rentangnya 14 - 20
Fase intervensi ( B) datanya stabil & rentangnya 0 - 15
Kondisi
Level stabilitas
& Rentang
A/ 1
B/ 2
Variabel/ tidak stabil
Stabil
14 - 20
0 - 15
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 7
Level Perubahan
Tandai data pertama ( hari ke 1) dan data terakhir ( hari ke 8) pada fase
baseline. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik
atau menurun dan beri tanda ( + ) bila membaik dan ( - ) bila memburuk
dan ( = ) bila tidak ada perubahan.
data yang besar
-
( hari ke 8)
19
data yang kecil
=
persentase
( hari ke 1)
-
18
=
1
Dengan demikian , level perubahan data adalah :
Kondisi
Level perubahan
A/ 1
19 - 18
( - 1)
A/ 2
-
12 - 2
( + 10)
CONTOH
ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI
RANGKUMAN
Kondisi
A/ 1
1. Panjang Kondisi
B/ 2
8
13
(-)
(+ )
2. Estimasi Kecenderungan
Arah
3. Kecenderungan Stabilitas
Variabel/ tidak stabil
(-)
5. Level Stabilitas
& Rentang
6. Perubahan Level
Variabel/ tidak stabil
( 14 - 20 )
stabil
(+ )
(= )
Stabil
( 0 – 15 )
19 - 18
12 - 2
( -1)
( + 10)
CONTOH
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
Langkah ke 1
Perbandingan kondisi
B1 / A1
2 : 1
JUMLAH VARI ABEL YANG DI UBAH
Kondisi baseline ( A) ke I nterval ( B) adalah 1
Langkah ke 2
Perubahan Kecenderungan Arah
B1 / A1
( 2 : 1)
(-)
(+ )
Positif
CONTOH
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
RANGKUMAN
Kondisi Yang
B/ 1
dibandingkan
A/ 1
( 2 : 1)
1. Panjang Kondisi
2. Jumlah Variabel
1
3. Perubahan Arah
(-)
& Efeknya
5. Perubahan Stabilitas
Positif
Variabel ke stabil
18 - 12
6. Perubahan Level
7. Persentase Overlap
(+ )
+6
7.69 %
(= )
Dengan Subyek Tunggal
T J U T J U SOEN DARI
Penelitian Dengan Subyek Tunggal
Adalah penelitian eksperimen yang
dilaksanakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari suatu
perlakuan (treatment
(treatment)) yang diberikan
kepada subyek secara berulangberulang-ulang
dalam waktu tertentu.
( Tawney and Gas, 1984)
Penelitian
Dengan Subyek Tunggal
• Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis
tingkah laku
• Strategi penelitian yang dikembangkan untuk
mendokumentasikan perubahan tingkah laku
subyek secara individual.
Apakah Perilaku itu?
• Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi
• Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang
(Marthin & Pear,1999:3)
• Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan
• Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung
(covert) dapat diubah dengan teknikteknik - teknik modifikasi
perilaku
• Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target
behavior”
• I stilah target behavior untuk penelitian dalam
modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan
atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur
• Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor,
dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat
dijadikan target behavior
Karakteristik Modifikasi Perilaku
• Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku
yang teramati dan terukur (behavioral objective)
• Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk
mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan
• Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia)
• Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada
lingkungan kehidupan seharisehari- hari (oleh banyak orang)
• Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada
respondent conditioning dan operant conditioning
• Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait
dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab
yang sama
Kegiatan Utama
Proses Modifikasi Perilaku
• Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam
bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral
objective) target behavior (perilaku sasaran) atau
perilaku yang akan diubah atau variabel terikat
• Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum
memberikan intervensi (base line)
• Memberikan intervensi
• Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan
perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
Jenis Ukuran Target Behavior
• Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude
& Trial
• Frekuensi = number menunjukkan berapa kali suatu
peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu Contoh
• Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada
teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di
kelas
• Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar
selama 10 menit
• Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama
kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
• Persentase = Persen satuan ukuran variabel terikat
yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku
akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu
perilaku/ peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian
dikalikan dgn 100% Contoh:
• Berapa persen siswa mampu menjawab soal
penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20
soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit)
• Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar
maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
• Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan
banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu.
• Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang
berbeda- beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku
berbedastereotipe (menggosok(menggosok - gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama
10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit.
Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasingharimasing masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN
tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/ menit.
• Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan
datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/ kejadian
pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi
biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam
total waktu tertentu.
• Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering
suatu kejadian itu terjadi akan sangat berguna jika intervensinya
ditujukan pada perilaku akademik dan sosial Contoh:
• Judi 7 kali ke toilet / jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/ menit;
Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
• Durasi berguna untuk mengetahui
berapa lama suatu kejadian/ menunjukkan
berapa lama waktu seseorang melakukan
suatu perilaku (on task) Contoh:
• Badu duduk di bangku selama 30 menit;
Ali mengerjakan soal matematika 20
menit; Joko melakukan tantrum selama 45
menit
• Latensi menunjukkan waktu yang
diperlukan seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu (behavior) setelah
mendapatkan stimulus Contoh
• Berapa menit Ani berhenti melakukan
tantrum setelah gurunya meminta dia
untuk berhenti dengan mengatakan “Ani
jangan marah, mari kita bermain!”
• Magnitude merupakan satuan ukuran
yang menunjukkan kualitas suatu respon.
• Respon adalah suatu kegiatan tertentu
yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan
tertentu baik menggunakan alat ukur
tertentu maupun tidak Contoh
• Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan
Rina 160 cm
• Trial merupakan ukuran variabel terikat yang
menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai
suatu kriteria yang telah ditentukan.
• Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian
yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau
mengikuti suatu kriteria tertentu.
• Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi
mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke
dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap
berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang
sebanyak 10 kali.
• Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali
pada sesi satu, sesi keke- 2,3, dan 4 masingmasing - masing
6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah
5,6,5, dan 10 masingmasing - masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
Sistem Pencatatan Data
• Pencatatan Otomatis dgn menggunakan alat teknologi
modern (sistem komputerisasi) hasilnya lebih akurat,
tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah
dengan mudah Contoh: detak jantung sbg parameter
tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot
• Pencatatan dengan Produk Permanen dilakukan thd
target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana
datanya secara langsung berada pada dokumen
tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS,
menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah
• Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah
pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau
perilaku terjadi Jenisnya: Pencatatan kejadian, durasi,
latensi, interval, dan sampel waktu
Pencatatan Kejadian
menghitung frekuensi dengan cara memberika tanda pada kertas yg
telah disiapkan setiap kejadian/ perilaku terjadi sampai dgn periode
waktu yg ditentukan
Nama Siswa
Pengamat
Target Behavior (TB)
Tgl
Waktu
: Toni
: Burhan
: Memukul teman
Start
-
stop
Tally terjadinya
TB
Total Kejadian
15 Jan 2005
10:00
-
10:20
lllll
5
16 Jan 2005
10:00
-
10:20
llllll
6
Pencatatan Durasi
pencatatan ttg berapa lama suatu kejadian atau TB terjadi
Nama Subyek
Pengamat
Target Behavior
: I rfan
: Efendi
: Menggosok-gosok mata pada ATN
Tgl (sesi)
Waktu
Durasi - Menit
Mulai
Selesai
20-- 9- 2005
20
07.15
07.17
2
21-- 9- 2005
21
08.00
08.05
5
22-- 9- 2005
22
07.20
07.24
4
23-- 9- 2005
23
08.10
08.18
8
Pencatatan Latensi
pencatatan ttg berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk
memulai suatu perilaku setelah mendapat stimulus
Nama Subyek
Pengamat
Target Behavior
Perintah
Sesi
:
:
:
:
I ra
Efendi
Duduk di kursi
I ra,duduklah!
Waktu
Latensi
Pemberian
stimulus
Mulai
merespon
1
10:15
10:20
5 mn
2
07:30
07:35
5 mn
3
08:00
08:05
5 mn
Pencatatan I nterval
cara yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi ke dlm
interval waktu yg lebih kecil dan mencatat kejadian yg terjadi pada
setiap interval waktu tsb
I nterval yg digunakan umumnya 10’’,15’’ s/ d 30’’
Nama Subyek
Tanggal
Perilaku
Total
:
:
:
:
Agus
Pengamat: Efendi
12 Juli 2005
Memukul-mukul kepala Waktu
: 10:15 - 10:20
5 Menit
Kode
: Occurrence (o)
Nonoccurrance (x)
15”
15”
15”
15”
1’
o
o
x
x
2’
x
x
o
o
3’
x
o
o
o
4’
o
o
x
x
5’
x
o
x
o
Occurrence
Nonoccurrance
= 9
= 11
Presentase = 9:20 = 45%
Presentase = 11:20 = 55%
Penentuan Pencatatan Data
• Apakah perilaku yang akan diukur/ dicatat berkaitan
ddgn dimensi waktu/ jumlah?
• Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data
dikrit/ kontinyu?
• Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian,
sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval
• Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya
melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika
pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/ d
saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
DESAI N SSR
• Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan
desain subyek tunggal (single subject design)
• Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok
individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance)
antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis
data skor ratarata- rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti
• Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai
subyek penelitian penggunaan skor individu lebih utama daripada
skor ratarata- rata kelompok pengukuran target behavior dilakukan
berulang-- ulang dengan periode waktu tertentu
berulang
(perminggu/ hari/ jam)
• Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi
dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda
(kondisi base line & intervensi)
DESI GN
• DESAI N REVERSAL
• DESAI N MULTI PLE
BASELI NE
• Desain A – B
• Desain A – B – A
• Desain A – B – A – B
• Cross condition
• Cross Variables
• Cross subjects
PROSEDUR PENELI TI AN DG DI SAI N AA- B
TAWNEY & GAST (SUNANTO,2005:58)
• Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur
secara akurat
• Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi
baseline (A) secara kontinyu sekurangsekurang - kurangnya 3 atau 5 kali (atau
sampai trend dan level data diketahui secara jelas)
• Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil
• Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B)
secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan
level data menjadi stabil
• Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional
(sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
ANALISIS DATA
Penelitian dengan subyek/kasus tunggal
menggunakan statistik deskriptif yang
sederhana
KOMPONEN ANALISIS DATA
Analisis data dengan `metode analisis visual` ada
beberapa perhatian :
* Banyak skor tiap kondisi
* Banyaknya variabel terikat (yang ingin
diubah)
* Tingkat stabilitas dan perubahan level
data dalam suatu kondisi atau antar kondisi
* Arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi
Grafik 1
Baseline dgn stabilitas Beda
ANALISIS DALAM KONDISI
80
60
75
40
50
20
25
0
0
0
1
2
3
b
100
a
4
5
0
1
2
SESI
6
20
4
10
2
0
0
0
1
2
3
4
1
2
3
5
SESI
HARI
5
d
8
30
0
4
HARI
c
40
3
4
5
ANALISIS DALAM KONDISI
Dari Grafik 1 :
• Grafik a menunjukkan 5 data yang stabil. Rentang skornya secara
konsisten berada antara 30 % dan 40 % dari meannya.
( data baseline – indikasi intervensi dapat dimulai)
* Grafik b menampilkan data yang tidak stabil
( pilihan: melanjutkan sampai ` stabil` atau mencari penyebab
ketidakstabilan data)
* Grafik c dan d menunjukkan data baseline yang stabil
( meyakinkan intervensi perlu segera dimulai)
Grafik 2
Grafik dg Variabilitas Tinggi
ANALISIS DALAM KONDISI
a
4
80
3
60
2
40
1
20
0
0
b
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
HARI
SESI
c
80
d
20
60
15
40
10
20
5
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
S
R
J
S
9
HARI
SESI
R
J
S
ANALISIS DALAM KONDISI
Dari Grafik 2 :
Grafik a
menunjukkan data baseline dimana pada sesi-sesi aw al bervariasi
dan selanjutnya menjadi stabil
( mungkin subyek belum beradaptasi dengan tugas)
* Grafik b menampilkan kondisi baseline dimana pada sesi-sesi aw al stabil
dan selanjutnya tidak stabil/ bervariasi
( diperkirakan setelah melakukan tugas, subyek terganggu
dan mempengaruhi kondisi, mis: sakit, akibat eksternal,dll)
• Grafik c menunjukkan data baseline yang tingkat variasinya cukup tinggi
dan kecenderungan ( trend) arahnya menaik
( dicari penyebab ketidakstabilan data dan melanjutkan
pengukuran pada fase baseline sampai diperoleh data stabil)
Grafik d menunjukkan data baseline yang tidak biasa ditemukan dalam
penelitian subyek tunggal.
( adanya siklus yang teratur dimana pada hari dan sesi
tertentu terjadi perubahan target behavior yang mirip/ sama)
Grafik 3
ANALISIS ANTAR KONDISI
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
Untuk memulai analisis perubahan antar kondisi, data yang stabil harus
mendahului kondisi yang akan dianalisis.
a
b
Grafik a dan b menunjukkan data yang tidak stabil dan
terjadi overlap. Kondisi seperti ini sulit untuk diinterpretasi
ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat
Grafik 3
ANALISIS ANTAR KONDISI
c
d
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
e
Grafik c menunjukkan perubahan level stabilitas yang cukup tinggi
( dari level rendah ke tinggi) : efektifitas intervensi meningkatkan …
Grafik d sama dengan grafik c, tetapi berbeda dalam hal perubahn
levelnya ( dari tinggi ke rendah) : Efektifitas intervensi menurunkan..
Grafik e menunjukkan tidak adanya perubahan level antara dua
kondisi ( baseline A dan I ntervensi B mempunyai efek sama) . Maka
perlu memberi intervensi yang baru, misalnya intervensi BC,…
Grafik 3
ANALISIS ANTAR KONDISI
f
g
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
h
Grafik f s- d l adalah trend yang sering terjadi pada penelitian
dengan subyek tunggal.
Grafik f menunjukkan bahw a trend berubah secara berlaw anan
dengan baseline setelah intervensi diberikan.
Grafik g menunjukkan trend yang berhenti setelah intervensi
diberikan.
Grafik h memperlihatkan bahw a terjadi trend yang meningkat
setelah intervensi diberikan.
Grafik 3
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
ANALISIS ANTAR KONDISI
i
j
k
l
Grafik i memperlihatkan tidak adanya perubahan trend
setelah di intervensi ( kemiringan grafik baseline =
intervensi) = grafik e
Grafik j,k,l menunjukkan adanya perubahan trend dan
diikuti perubahan level setelah diberikan intervensi. Kondisi
baseline stabil dan setelah intervensi: grafik j - menurun,
grafik k – mendatar, grafik l – menaik.
Grafik 4
ANALISIS ANTAR KONDISI
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
a
b
c
Grafik a menunjukkan perubahan level yang sementara
Grafik b menunjukkan tidak adanya perubahan level yang sementara
Grafik a dan c menunjukkan perubahan level yang cukup tinggi setelah
diberikan intervensi, tetapi lambat laun berubah mendekati sama dengan level
baseline ( perkiraan: intervensi lemah & ada faktor eksternal di sesi aw al)
CONTOH
ANALISIS VISUAL
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANTAR KONDISI
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Komponen analisis visual untuk dalam kondisi :
1. Panjang Kondisi
2. Estimasi Kecenderungan Arah
3. Kecenderungan Stabilitas
4. Jejak Data
5. Level Stabilitas dan Rentang
6. Level Perubahan
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
24
Baseline (A)
22
I ntervensi
(B)
20
18
O
ts
u
-
16
14
12
10
8
6
k
T
h
la
m
u
lJ
m
Ju
k
T
h
a
4
2
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
H A R I
( GRAFI K UNTUK CONTOH ANALI SI S)
20
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 1
Kondisi
: Beri huruf kapital
Misalnya
A
untuk baseline
& B
untuk intervensi, dst.
Langkah ke 2
Menentukan panjang kondisi , panjang interval yang menunjukkan
ada berapa sesi dalam kondisi tersebut.
Pada contoh grafik: baseline A ada
8
interval B ada
Jadi
:
Kondisi
Panjang Kondisi
sesi
13 sesi
A/ 1
B/ 2
8
13
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua ( splitmiddle)
Langkah 1
: Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian
Langkah 2a : Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian
Langkah 2b : Tentukan posisi median dari masing- masing belahan
Langkah 3
: Tariklah garis sejajar dengan absis ( sumbu X) yang meng
hubungkan titik temu antara ( 2a) dengan ( 2b) .
Dengan memperhatikan pada garis ( 3) maka diketahui bahw a pada fase
baseline ( A) arah trendnya menaik dan pada fase intervensi arah
trendnya menurun
Kondisi
Estimasi Kecenderungan Arah
A/ 1
(-)
B/ 2
(+ )
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan
Metode belah dua ( Split- Middle)
Baseline (A)
2a
24
1
I ntervensi
(B)
2a
1
22
3
20
18
2a
16
s
tO
u
-
14
2a
2b
12
10
8
2b
6
k
a
Jm
k
T
h
la
m
u
J
4
2
2b
0
0
2
4
6
8
10
12
H A R I
14
16
18
20
3
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 4
Kecenderungan Stabilitas, ( hal ini digunakan stabilitas 15 % )
Skor
Kriteria
tertinggi
X
20
X
Rentang
stabilitas
0,15
=
Stabilitas
=
3,0
Hitung mean level, cara:
data baseline :
18+ 20+ 16+ 14+ 18+ 18+ 16+ 19 = 139
139 : 8 = 17,35 ( Mean Level)
Batas atas
: Mean level + ( 0,5Xrentang stabilitas)
17,35
+
1,5
=
18,85
Batas baw ah : Mean level - ( 0,5 X rentang stabilitas)
17,35
-
1,5
=
15,85
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Kecenderungan Stabilitas, ( hal ini digunakan stabilitas 15 % )
banyak data point
yang ada dalam
banyak
:
data point
persentase
=
stabilitas
rentang
5
:
8
=
62,5 %
Jika persentase stabilitas sebesar 85 % - 90 % dikatakan stabil
Sedangkan fase baseline diperoleh 62,5 % , maka :
Kecenderungan stabilitas variabel adalah ` tidak stabil`
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 5
Kecenderungan jejak data
Sama denga kecenderungan arah, namun pada fase intervensi ( B) pada
sesi 9 - 15 menurun dan sesi 16 - 21 cenderung mendatar
Kondisi
A/ 1
B/ 2
Kecenderungan Jejak
(-)
(+ )
(= )
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 6
Level stabilitas dan rentang
Fase baseline ( A) datanya variabel atau tidak stabil rentangnya 14 - 20
Fase intervensi ( B) datanya stabil & rentangnya 0 - 15
Kondisi
Level stabilitas
& Rentang
A/ 1
B/ 2
Variabel/ tidak stabil
Stabil
14 - 20
0 - 15
CONTOH
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
Langkah ke 7
Level Perubahan
Tandai data pertama ( hari ke 1) dan data terakhir ( hari ke 8) pada fase
baseline. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik
atau menurun dan beri tanda ( + ) bila membaik dan ( - ) bila memburuk
dan ( = ) bila tidak ada perubahan.
data yang besar
-
( hari ke 8)
19
data yang kecil
=
persentase
( hari ke 1)
-
18
=
1
Dengan demikian , level perubahan data adalah :
Kondisi
Level perubahan
A/ 1
19 - 18
( - 1)
A/ 2
-
12 - 2
( + 10)
CONTOH
ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI
RANGKUMAN
Kondisi
A/ 1
1. Panjang Kondisi
B/ 2
8
13
(-)
(+ )
2. Estimasi Kecenderungan
Arah
3. Kecenderungan Stabilitas
Variabel/ tidak stabil
(-)
5. Level Stabilitas
& Rentang
6. Perubahan Level
Variabel/ tidak stabil
( 14 - 20 )
stabil
(+ )
(= )
Stabil
( 0 – 15 )
19 - 18
12 - 2
( -1)
( + 10)
CONTOH
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
Langkah ke 1
Perbandingan kondisi
B1 / A1
2 : 1
JUMLAH VARI ABEL YANG DI UBAH
Kondisi baseline ( A) ke I nterval ( B) adalah 1
Langkah ke 2
Perubahan Kecenderungan Arah
B1 / A1
( 2 : 1)
(-)
(+ )
Positif
CONTOH
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
RANGKUMAN
Kondisi Yang
B/ 1
dibandingkan
A/ 1
( 2 : 1)
1. Panjang Kondisi
2. Jumlah Variabel
1
3. Perubahan Arah
(-)
& Efeknya
5. Perubahan Stabilitas
Positif
Variabel ke stabil
18 - 12
6. Perubahan Level
7. Persentase Overlap
(+ )
+6
7.69 %
(= )