STMIK Triguna Dharma Page 51
4. Sanksi
1. Merusak, merobek atau mengilangkan buku atau CD yang dipinjam harus diganti dengan buku dan CD yang sama atau uang sebesar dua kali lipat harga buku saat ini
2. Membawa baha pustaka buku, CD, Tugas akhirSkripsi tanpa prosedur yang berlaku, maka dicabut haknya sebagai anggota perpustakaan dan dikenai sanksi administratif
serta akademis.
5. Prosedur Peminjaman dan Pengembalian a Peminjaman
1 Menunjukan KTM Kartu Tanda Mahasiswa STMIK Triguna Dharma milik sendiri 2 Cari buku yang akan dipinjam di rak danatau cari koleksi CD pada katalog CD yang
ada 3 Bawa ke Petugas perpustakaan
4 Setelah dilakukan proses peminjaman dengan mem-barcode buku atau CD yang dipinjam, buku dan CD boleh dibawa pulang.
b Pengembalian
1 Bawa buku danatau CD yang dipinjam ke Petugas perpustakaan 2 Jika pinjam 2 koleksi maka pengembaliannya harus bersamaan
3 Membayar denda bila terlambat 4 Setelah koleksi Buku danatau CD yang dikembalikan telah diproses dengan
membaca kode buku atau CD yang dipinjam oleh Petugas perpustakaan maka proses pengembalian selesai.
c Lain-lain
1 Peranturan ini dibuat dengan maksud untuk melaksanakan Perpustakaan yang berdaya guna maksimal, adil dan merata
2 Hal-hal yang belum diatur akan diatur kemudian 3 Peraturan ini berlaku paada saat ditetapkan.
STMIK Triguna Dharma Page 52
BAB VII KEMAHASISWAAN ALUMNI
A. PROGRAM PEMBINAAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN 1. Problematika Pengembangan Kemahasiswaan
Pada umumnya, kebijakan yang ada di berbagai perguruan tinggi saat ini mencerminkan keadaan yang relatif sama yaitu belum adanya keterpaduan antara kegiatan kurikuler dan
kegiatan ekstrakurikuler. Kondisi ini jelas kurang kondusif untuk mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
dan aktualisasi diri mahasiswa. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan keilmuan; bakat, minat, dan
kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. Keadaan ini antara lain dilatarbelakangi oleh tingginya intensitas perkuliahan yang mengakibatkan
mereka ingin cepat selesai dan segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Oleh karena itu untuk dapat lebih banyak lagi melibatkan mahasiswa, maka kegiatan
kemahasiswaan selain ditujukan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, juga ditujukan untuk mengembangkan keahlianketrampilan yang mendukung mereka untuk
memudahkan dalam mancari kerja dan menciptakan pekerjaan. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi mahasiswa Ormawa intra perguruan
tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat menunjukkan sikapnya melalui
protes yang cenderung reaktif dan sporadis. Keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas semacam ini, di satu sisi bernilai positif karena mereka menunjukkan tingkat kepekaan dan
kepedulian sosial yang tinggi. Tetapi disisi yang lain bernilai negatif karena dalam mengekspresikan protes cenderung mengabaikan kaidah-kaidahakademik yang dijunjung
tinggi di perguruan tinggi.Keterlibatan organisasi ekstra perguruan tinggi secara langsung di dalam kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang
selanjutnya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik di kalanganmahasiswa. Miss persepsi terhadap Kepmendikbud Nomor 155U1998 tentang Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, sebagai pemberian kebebasan seluas- luasnya kepada mahasiswa tanpa memperhatikan kedudukan, fungsi dan tanggung
jawabnya. Kesalahpengertian ini terjadi karena adanya kalimat dalam Kepmendikbud pasal2, bahwa : Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan
berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswA. Padahal pada pasal 6 Kepmendikbud tersebut
diatur bahwa Derajat kebebasan dan mekanisme tanggungjawab organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui
kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi, dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan penanggungjawab segala
kegiatan di perguruan tinggi dan atau yang mengatasnamakan perguruan tinggi. Kesalahpengertian semacam ini, berdampak pada sikap mahasiswa yang merasa berhak
untuk mengabaikan wewenang pimpinan perguruan tinggi untuk mengatur Ormawa di