berisi gas akan muncul di bagian permukaaan bawah perikardium. Bilik-bilik jantung berisi darah yang berbusa.
h. Paru-paru.
i. Pada akhir hari kedua dan ketiga paru akan terlihat
perubahan warna yang menggelap, kolaps sebagian, dan bulla berisi gas. Paru juga menjadi kurang elastis. Terakhir paru akan kolaps total,
sangat kecil dan hitam. Ginjal.
j. Perubahan pada ginjal terjadi pada hari kedua dan ketiga. Ginjal
akan terlihat coklat kemerahan, lembek dan berminyak jika disentuh. Semakin lama ukurannya akan semakin kecil, warnanya akan semakin
gelap, dan semakin lembek. Diafragma.
k. Karena terdiri dari jaringan fibromuskular, diafragma agak
lama terdekomposisi. Setelah beberapa hari konsistensinya melunak dan terdisintegrasi.
Pembuluh darah.
l. Pembuluh darah cukup lama bertahan walaupun dari
dalam sudah tercampur dengan sel darah dan terpapar ke sekitar. Vesika urinaria.
m. Secara keseluruhan, kandung kemih vesika urinaria
dapat bertahan lebih lama terhadap dekomposisi dari organ lain. Infeksi pada kandung kemih dan kandung kemih yang penuh akan
terdekomposisi lebih cepat. ProstatUterus.
2.2. Pengawetan mayat
Organ-organ kelamin seperti prostat dan uterus adalah yang terlama dalam urutan organ terdekomposisi. Pada prostat yang
besar dan berpenyakit, laju dekomposisi akan makin cepat. Pada uterus yang gravid akan lebih cepat terdekomposisi daripada uterus non-gravid
dan uterus nullipara.
Pada zaman mesir kuno, pengawetan mayat sudah dilakukan dengan tujuan mempertahankan keadaan tubuh karena dipercaya bahwa hanya rohnya
yang pergi, dan kemungkinan akan kembali lagi kepada tubuhnya yang lama. Budge, S.E.A.W; 2011
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Definisi Pengawetan mayat ditujukan untuk mempertahankan rupa mayat dalam
waktu yang lama. Dengan mempertahankan rupa dari mayat, dapat memenuhi kebutuhan masing-masing orang yang memerlukan. Budge, S.E.A.W; 2011
2.2.2. Fungsi Fungsi pengawetan mayat dapat berupa mempertahankan bentuk mayat
supaya dapat dipelajari atau mempertahankan keadaan rupa mayat untuk acara duka. Zulham, 2009
Pengawetan mayat juga digunakan untuk pajangan seperti beberapa pemimpin suatu negara seperti Rusia pada Lenin dan Korea Utara terhadap Kim
Jong Il dan Kim Il Sung. Spanton, 2012 2.2.2. Bahan yang dibutuhkan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam mengawetkan mayat ada banyak, tergantung dari untuk apa mayat ini diawetkan. Secara umum, yang diperlukan
untuk mengawetkan mayat adalah orang yang memiliki sertifikasi dan berkompeten untuk mengawetkan, seperti seorang pengawet embalmer khusus,
dokter forensik, atau dokter umum yang ada ditempat. Diperlukan juga tempat khusus untuk mengawetkan, cairan pengawet, pompa elektrik, selang arteri, dan
trokaraspirator. Ezugworie et al, 2009. Jenis-jenis cairan pengawet ada banyak, tergantung dari apa dan
bagaimana suatu jaringan atau mayat akan diawetkan. Jenis cairan pengawet secara praktis dibedakan menjadi 3, yaitu pengawetan secara mikroanatomis,
sitologi, dan histokimia. Zulham, 2009 Secara mikroanatomis, pengawet yang digunakan adalah golongan
formalin dan modifikasinya, cairan formalin alkohol asetat, cairan Heidenhain Susa, cairan Zenker, dan cairan Bouin. Nowacek, 2010
Secara sitologis, pengawet yang digunakan adalah fiksasi Carnov untuk fiksasi inti dan larutan Muller, Formol salin, Formol kalsium, dan Zenker Formol
untuk mengawetkan sitoplasma. Zulham, 2009
Universitas Sumatera Utara
Secara histokimia, pengawet yang digunakan adalah fiksasi glutaraldehida. Fiksasi menggunakan glutaraldehida adalah yang terbaik untuk diberi pewarnaan
elektron. Zulham, 2009 2.2.3 Proses
Dalam prosesnya, pengawetan mayat akan dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Arterial Embalming b. Cavity Embalming
c. Hypodermic Embalming jika dibutuhkan d. Surface Embalming jika dibutuhkan
Sebelum dilakukan pengawetan, seorang pengawet embalmer harus melakukan proteksi diri dari mayat untuk menghindari penyakit yang dibawa
mayat, bakteri dan larva yang membusukkan mayat, dan dari cairan yang digunakan untuk pengawetan. Untuk itu, seorang embalmer harus mensterilkan
ruangan, memakai alat pelindung tubuh lengkap, dan mensterilkan mayat yang akan diawetkan terlebih dahulu dengan cairan antiseptik.Ezugworie et al, 2009.
Arterial embalming adalah permulaan dalam mengawetkan mayat. Pertama, arteri karotis dekstra dipotong dan disambungkan kepada selang yang
terhubung dengan pompa mekanis untuk memasukkan cairan pengawet ke dalam tubuh. Darah dikeluarkan melalui vena jugularis. Jika peredaran darah kurang
baik, dapat menggunakan arteri besar lain sebagai tempat masuknya cairan pengawet yaitu arteri iliaka, femoralis, subklavia atau aksila. Ezugworie et al,
2009. Setelah memasukkan cairan kedalam arteri, cairan yang berada di rongga
dalam perut dikeluarkan menggunakan aspirator atau trokar dan diganti dengan cairan pengawet. Trokar atau aspirator dimasukkan pada bagian berongga, yaitu
rongga dada dan rongga perut. Setelah masuk, cairan akan dikeluarkan semua dan digantikan dengan cairan pengawet. Ini disebut juga cavity embalming.
Ezugworie et al, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Ada 2 cara tambahan dalam pengawetan mayat. Pada bagian-bagian yang tidak memiliki perdarahan yang baik, dilakukan penyuntikan cairan pengawet
langsung ke dalam jaringan yang membutuhkan. Ini disebut juga dengan hypodermic embalming. Surface Embalming sendiri hanya mengawetkan bagian
kulit dan area superfisial lainnya yang rusak. Ezugworie et al 2009.
2.3. Formalin