PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMADANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Sapto Nugroho Naviantoro 20070210001

Program Studi Agroteknologi

FAKUTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akasia http://www.anneahira.com/tanaman-akasia.htm, akses pada 9 November 2015.

Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul, www. http://id.wikipedia.org/wiki, akses pada 15 Januari 2015.

Direktorat Jendral Bina Marga No.033/T/BM/1996 Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan, www.pu.go.id akses pada 17 januari 2015 Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan,

2010. www.pu.go.iduploadsservicesinfopublik20120703151715.pdf. Akses pada 06 Januari 2015.

Foth H.D., 1995, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. : Halaman 665–666.

Fungsi tanaman dalam menambah nilai estetika.

(https://banyuagung.wordpress.com/mylandscape/fungsi-peran-tanaman-dalam-lanskap/) akses pada 7 Mei 2015.

Jalan Arteri Primer. www.wikipedia.org/jalan arteri primer, akses pada Rabu 14 Januari 2015

Jalan Kolektor Primer. www.wikipedia.org/jalan kolektor primer, akses pada Rabu 14 Januari 2015.

Jalur Jalan Lintas Selatan Tanpa Target Penyelesaian.

www.nasional.kompas.comread2010031203553346, akses pada 06 Januari 2015.

KembangSepatu,https://www.academia.edu/12943854/kembang_sepatu_hibiscus _rosa-sinensis?auto=download. Akses pada 24 agustus 2016.

Letak geografi dan topografi kabupaten gunugkidul, www.gunungkidulkab.go.id, akses pada 17 Desember 2014.

Luas wilayah Kecamatan Tanjungsari, www.gunungkidulkab.bps.go.id, akses pada 17 Desember 2014.

Menteri dalam negeri nomor 1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, https://www.bangda.kemendagri.go.id, akses pada 15 Januari 2015.


(3)

Nazir., 1999. Metode Penelitian Edisi Pertama. Cetakan Ke Enam. Indonesia Jakarta.

Pembebasan lahan untuk JJLS. http//www.radarjogja.co.id20150824dij-siapkan-kelok-18-di-lokasi-jjls, akses pada 10 November 2015.

Pedoman penanaman pohon pada sistem jaringan jalan, peraturan menteri pekerjaan umum nomor: 05/prt/m/2012, www.pu.go.id, akses pada 17 Desember 2014.

Pengertian Tanaman Peneduh, www.usu.ac.id, akses pada 28 April 2015.

Peraturan daerah kabupaten gunungkidul nomor 6 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten gunungkidul tahun 2010–2030,

https://pu.go.id/uploads/services/infopublik20130206151228.pdf. akses pada 15 januari 2015.

Ruang terbuka hijau. http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html, akses pada 15 Januari 2015.

Rustam Hakim., 2005. Komunikasi Grafis Arsitektur dan Lanskap. Bumi Aksara, Jakarta. : Halaman 145-156

Sitanala Arsyad., 1989, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor. : 30 - 35. Sawo Kecik, 2012. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan,

Bogor. : 6. http://www.forda-mof.org/files/Sawokecik_

_Seri_Iptek_Perbenihan_Tanaman_Hutan.pdf. akses pada 24 Agustus 2016.

Soeratno dan Lincolin A. 1993. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. : 105 - 110.

SokaJawa.http://www.fkip.unidar.ac.id/wpcontent/uploads/2013/06/ringkasan%20 R%20O%20E%20Z%20(06-02-13-10-12-55).docx. akses pada 24 Agustus 2016.

Supardi., 2005, Metode Penelitian dan Bisnis. Cetaka Pertama. UII Press Yogyakarta : Halaman 63-64.

Tanjung, http://www.gardenmatrial.com/2013/01/mimusops-elenge-l-pohon-tanjung.html

Zoer’aini.D.I., 2005, Tantangan Lingkungan danLanskap Hutan Kota, Bumi Aksara, Jakarta. : Halaman 52-82


(4)

(5)

Planning the Green Belt of South Line Road in Kemadang Tanjungsari Gunungkidul

Sapto Nugroho Naviantoro

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P / Lis Noer Aini, SP, M.Si. Agrotechnology Department Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta Abstract

Planning the Green Belt of South Line Road in Kemadang Tanjungsari Gunungkidul. This research was conducted using the method of observation, and the results are compiled descriptive and spatial. The data used in this research is the primary data including the data collected in the field and secondary data to support the planning process. The results showed that the green belt in the south line road required further management, especially the planning of green belt. Determination and selection of components tailored green belt was based on topography and physycal condition of the road.


(6)

1

Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kabupaten Gunungkidul dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunungkidul yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa (www.gunungkidulkab.go.id akses pada 17 Desember 2014).

Kabupaten Gunungkidul kaya akan sumber daya alam. Selain memiliki pantai selatan yang menjadikan daya tarik wisatawan juga memiliki pegunungan kapur, topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai kawasan karst pegunungan sewu yang bentangnya meliputi wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst.

Fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst (terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalakmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology


(7)

mengusulkan agar kawasan karst pegunungan sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia. Banyaknya objek wisata di Kabupaten Gunungkidul telah menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Secara langsung maupun tidak langsung, hal ini juga akan ikut mensejahterakan masyarakat Gunungkidul. Sudah seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul memberikan impuls agar siklus ini tetap berkembang dan berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur yang memadahi. Infrastruktur ini dapat difungsikan sebagai media pencapaian wilayah pantai selatan, karena jalur tersebut tepat melintasi pesisir pantai selatan.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengusulkan menjadi salah satu dari daerah yang dilintasi oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang merupakan jalan penghubung dari daerah Jawa Timur sampai daerah Jawa Barat. Harapannya infrastruktur ini dapat difungsikan sebagai media pencapaian wilayah pantai selatan karena jalur tersebut tepat melintasi pesisir pantai selatan. Meski belum seluruh jalur jalan diperlebar dan diaspal, namun saat ini dampak dari Jalan Lintas Selatan (JJLS) sudah semakin dirasakan oleh masyarakat. Ada beberapa desa yang semula terisolir kini sudah terbuka, demikian pula beberapa objek wisata pantai yang semula belum dikenal, diharapkan dengan selesainya Jalan Lintas Selatan (JJLS) akan menjadi objek wisata yang terkenal, juga menjadi jalur utama dari Jawa Timur-Banten lewat pesisir pantai selatan (www.gunungkidulkab.go.id akses pada 17 Desember 2014).


(8)

Sebagai wilayah yang dilintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dari aspek lingkungan perlu diperhatikan. Permasalahan yang akan muncul pasca pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tanpa adanya penanganan terhadap lingkungan sekitar jalan yaitu perubahan iklim mikro yang panas serta udara yang kurang sehat karena pengaruh dari gas buang kendaraan bermotor, selain itu tanah yang berada disekitaran bahu jalan akan mengalami pengikisan atau erosi akibat dari pengurangan vegetasi. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan, maka hal negatif akan berdampak pada lingkungan karena akibat dari pembangunan jalan.

B. Perumusan Masalah

Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) merupakan wilayah penghubung obyek wisata Pantai Baron, Pantai Ngrenehan maupun sebaliknya. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul untuk tahun 2010-2030 Jalur Jalan Lintas Lintas Selatan (JJLS) merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sebagai kawasan Koridor Jalur Pantai Selatan antar kabupaten, dari Kabupaten Bantul menuju Kabupaten Gunungkidul atau Kabupaten Pacitan menuju Kabupaten Gunungkidul dan atau sebaliknya. Menurut Chang Wendryanto (2015), selaku anggota komisi C DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan bahwa kios-kios mulai dibangun warga di area lahan yang sudah dibebaskan untuk JJLS (www.radarjogja.co.id, akses pada 10 November 2015).

Dari hasil monitoring pemerintah di atas menunjukkan bahwa untuk kedepannya wilayah ini memiliki prospek dalam pengembangan sektor


(9)

perekonomian warga sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) yang ditunjukkan dengan adanya pembangunan fasilats umum dan akses destinasi wisata sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Sebagian wilayah Gunungkidul yang dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) akan menghadapi permasalahan yang baru, yaitu dampak secara langsung perubahan iklim mikro, polusi udara serta kenyamanan bagi pengguna jalan dan masyarakat setempat, maka langkah yang akan ditempuh adalah pengaturan jalur hijau.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penanaman vegetasi tepi jalan (jalur hijau) sebagai penciptaan iklim mikro, penyerapan polutan, peneduh, serta penambahan nilai estetika di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul.

D. Manfaat Penelitian

1. Menjaga keseimbangan alam dengan lingkungan infratsruktur jalan raya. 2. Memberikan dampak positif pada lingkungan Jalur Jalan Lintas Selatan

(JJLS) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul sebagai vegetasi yang dapat menciptakan iklim mikro, penyerapan polutan, pencegahan erosi serta menambah nilai estetika.


(10)

E. Batasan Studi

Penelitian ini difokuskan di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Salah satu desa yang berada di wilayah Gunungkidul dan dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) sebagai penghubung obyek wisata Pantai Baron dengan Pantai Ngrenehan atau sebaliknya. Dengan melihat kondisi lingkungan yang belum terlihat adanya perencanaan jalur hijau, maka dengan ini mengusulkan perencanaan jalur hijau dengan maksud dan tujuan menjaga keseimbangan alam dan lingkungan yang berdampak positif.

Menurut Djoko (2010), di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tergolong proyek mahal. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam pembiayaan pembangunan fisik jalan. Adapun pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota mendanai pembebasan lahan. Pembangunan fisik dan pembebasan lahan JJLS di wilayah DIY, yang melintasi Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo, baru selesai 30 kilometer dari total 117 kilometer. Target awal, jalan dapat diselesaikan seluruhnya dan bisa dilalui tahun 2012. Saat ini pelebaran jalan di Gunungkidul baru dilakukan di empat ruas terpisah (www.nasional.kompas.com)

F. Kerangka Pikir Penelitian

Perlaksanaan penelitian observasi ini dapat memperoleh data yang sesuai dengan apa yang akan dicapai maka memerlukan berbagai media atau masukan-masukan data baik dari internal maupun eksternal. Hal pertama yang akan dilaksanakan yaitu ijin penelitian dari kantor Kecamatan Tanjungsari dan merujuk


(11)

ke kantor Kelurahan Desa Kemadang yang memiliki wewenang wilayah Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) bagian Desa Kemadang, dari instansi ini dapat diperoleh data sekunder yaitu mengenai kondisi sosial, pendidikan dan perekonomian penduduk sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Selanjutnya dengan meninjau secara langsung keadaan lingkungan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di wilayah Desa Kemadang, melihat dan mengukur fisik sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang, kesesuaian standart teknis jalan dan menghitung volume kendaraan yang melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang. Observasi vegetasi tepi jalan bertujuan melihat kondisi tanaman tepi jalan apakah telah sesuai dengan standart teknis lanskap jalan yang diatur oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU), fungsi vegetasi tersebut dan klasifikasinya.

Tahap selanjutnya yaitu mengidentifikasi jenis tanaman yang sesuai untuk diimplementasikan sebagai jalur hijau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang dengan mengacu data yang diperoleh dan menggambarkan perencanaan jalur hijau dengan menyelaraskan keadaan lingkungan. Peran serta masyarakat setempat sebagai media pengambilan data (kuisioner dan wawancara) masukan data dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang terkait dengan perencanaan tata ruang wilayah khususnya Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) sehingga dapat diwujudkannya perencanaan jalur hijau Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Proses penelitian ini dapat dilihat pada bagan alur pemikiran penelitian pada gambar 1.


(12)

(13)

menunjukkan hal apa akan diimplementasika hijau.

8

pa saja yang menjadikan syarat pemilihan jeni sikan sebagai jalur hijau sesuai dengan fun

Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau

enis tanaman yang ungsi utama jalur


(14)

A. Jalur Hijau

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (www.bangda.kemendagri.go.id, akses pada 15 Januari 2015).

Jalur Hijau adalah suatu daerah di pinggir jalan yang memiliki elemen pembentuk lanskapnya didominasi oleh vegetasi atau tanaman, baik itu pohon, perdu, semak, dan penutup tanah. Jenis tanaman yang diaplikasikan sebagai elemen jalur hijau memiliki kriteria perakaran yang tidak merusak konstruksi jalan, percabangan tidak mudah patah, dan serta mudah dalam pemeliharaan (www.pu.go.id,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014).

Penghijauan dalam arti luas adalah segala upaya untuk memulihan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. (Zoer’aini, 2005). Penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam


(15)

ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (www.penataanruang.com, akses pada 15 Januari 2015).

Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap Iainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen Iansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen) (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

B. Fungsi Elemen Tanaman Lanskap

Elemen Lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda hidup dan benda mati; sedangkan yang dimaksud dengan benda


(16)

hidup ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah, pasir, batu dan elemen-elemen Iainnya yang berbentuk padat maupun cair (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

Lansekap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

1. Tanaman Penyerap Polutan dan Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan yang menyebabkan efek fisik dan efek psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara (Zoer’aini, 2005).

Tanaman penyerap pencemaran udara dan kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai masa daun yang padat dan dapat menyerap pencemar udara dari gas emisi kendaraan dan kebisingan. Manajemen berupa perubahan penggunaan lahan.


(17)

2. Tanaman Peneduh Jalan

Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau cahaya matahari dan penyerap polutan (www.usu.ac.id, 2015).

3. Tanaman Sebagai Pengarah

Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin adalah jenis tanaman yang berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan satu komposisi membentuk kelompok (www.pu.go.id,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014).

4. Tanaman Sebagai Pembentuk Ruang

Tanaman berfungsi sebagai penghalang pandangan terhadap objek yang kurang menarik. Dengan ketinggian tertentu, tanaman dapat difungsikan sebagai pengatur ruang pribadi (Rustam Hakim, 2005). Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural berarti tanaman itu fungsinya lebih ditingkatkan sebagai pembentuk ruang. Membentuk ruang berarti mengolah bidang ataupun unsur pembentuk ruang, yaitu unsur lantai, unsur dinding dan unsur atap (Zoer’aini, 2005).


(18)

C. Tanaman Sebagai Penambah Nilai Estetika

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga) bentuk fisik tanaman (batang, percabangan dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman.

Nilai estetis tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya. Nilai estetika dan eksotika bermanfaat buat manusia dalam hal penyembuhan stress, menenangkan dan menyejukkan hati, menikmati keindahannya, sebagai kebanggaan, rasa puas kalau dapat merawatnya dengan baik sampai berbunga, serta meningkatkan pendapatan (https://banyuagung.wordpress.com/mylandscape/fungsi-peran-tanaman-dalam-lanskap/).

1. Memberikan Nilai Estetika dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan

Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabang, tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetis dari tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan element lansekap lainnya. Dalam konteks lingkungan, kesan estetis itu menyebabkan nilai kualitasnya akan bertambah.


(19)

2. Warna

Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna seperti telah diuraikan sebelumnya, yaitu warna cerah memberikan rasa senang, gembira serta hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Dan bila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetis.

3. Bentuk

Bentuk tanaman dapat digunakan untuk menunjukan bentuk 2 atau 3 dimensi, memberikan kesan dinamis, indah, sebagi aksen, kesan lebar/luas, dan sebagainya.

4. Tekstur

Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh : cabang batang, ranting, daun, tunas dan jarak pandangterhadap tanaman tersebut.

5. Skala

Skala/proposi tanaman adalah perbandingan tanaman dengan tanaman lain atau perbandingan tanaman lain atau perbandingan tanaman dengan lingkungan sekitarnya.


(20)

D. Tanaman Sebagai Pelestari Lingkungan

Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan, fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Menyegarkan Udara dan Sebagai Paru-Paru Lingkungan

Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil Karbondioksida (CO2) dalam proses fotosintesis dan menghasilkan Oksigen (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. Fotosistesis adalah proses mendasar yang sangat penting untuk tanaman hortikultura karena 90-95% dari berat basah tanaman merupakan hasil langsung dari aktivitas fotosintesis.

Fotosintesis adalah proses metabolisme tumbuh-tumbuhan berhijau daun yang sangat dinamis, tanggap terhadap panjangnya hari dan faktor-faktor iklim. Kemampuan melepaskan O2 tergantung kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. O2 sebagai hasil dari fotosintesis, sebagian dimanfaatkan kembali oleh tanaman untuk berjalannya proses respirasi (pernapasan)(Zoer’aini, 2005).

2. Mengontrol Iklim Mikro

Kelembaban udara menunjukkan kandungan uap air di atmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Kelembaban udara berhubungan dengan keseimbangan energi dan merupakan ukuran banyaknya energi radiasi berupa panas laten yang dipakai untuk menguapkan air yang


(21)

terdapat di permukaan yang menerima radiasi. Semakin banyak air yang diuapkan, semakin banyak energi yang terbentuk panas laten dan makin lembap udaranya. Uap air di atmosfer berfungsi sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang.

Evaporasi dipengaruhi oleh suhu dan merupakan pertukaran antara panas laten dan panas yang terasa. Tanaman yang tinggi, laju evapotranspirasinya lebih besar. Kehilangan panas karena terjadi evaporasi akan menyebabkan suhu di sekitar tanaman lebih sejuk(Zoer’aini, 2005). 3. Sebagai Ruang Hidup Satwa

Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhuk hidup lainnya, contohnya burung. Burung sebagai komponen ekositem mempunyai peranan penting, diantaranya adalah mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan penyebaran biji.

4. Penyanggah dan Perlindungan Permukaan Tanah dari Erosi

Fungsi jalur hijau lainnya yaitu sebagai penyanggah dan pelindung permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegah erosi (Zoer’aini, 2005).Erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan tanah, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Di daerah beriklim tropika basah, seperti sebagian besar daerah di Indonesia, air hujan merupakan penyebab utama terjadinya erosi sehingga pembahasannya dibatasi erosi tanah yang disebabkan oleh air (Foth, 1995).


(22)

Menurut Sitanala Arsyad (1989), erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air. Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan.

Tanah dengan penutup tanah yang baik berupa vegetasi, mulsa residu tanaman akan memperkecil erosi dan run off (www.pu.go.id,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014).

E. Pemilihan jenis tanaman dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut Bentuk Tanaman

Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat, dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat


(23)

merupakan tanaman pohon, tanaman perdu, tanaman semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain adalah :

a. Perakaran tidak merusak konstruksi jalan b. Mudah dalam perawatan

c. Batang/percabangan tidak mudah patah d. Daun tidak mudah rontok/gugur.

Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman lansekap jalan, maka untuk menentukan pemilihan jenis tanamannya ada dua hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Dari contoh-contoh berikut ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemilihan jenis tanaman lansekap jalan, dan disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta rendah evapotranspirasinya.

Tabel 1. Fungsi dan jenis tanaman

No. Fungsi Persyaratan Jenis Tanaman

1 Peneduh a. Ditempatkan pada jalur tanaman ( minimal 1,5 m) b. Percabangan 2 m di atas

tanah.

c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk.

d. Bermassa daun padat. e. Ditanam secara berbaris.

• Kiara Payung (Filicium decipiens) • Tanjung (Mimusops elengi) • Angsana (Ptherocarphus indicus) 2 Penyerap polusi udara

a. Terdiri dari pohon, perdu/semak.

b. Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara. c. Jarak tanam rapat.

d. Bermassa daun padat.

• Angsana (Ptherocarphus indicus)

• Akasia daun besar (Accasia

mangium)

• Oleander(Nerium oleander)


(24)

• Bogenvil

(Bougenvillea Sp) 3 Penyerap

kebisingan

a. Terdiri dari pohon, perdu/semak. b. Membentuk massa. c. Bermassa daun rapat. d. Berbagai bentuk tajuk.

• Tanjung

(Mimusops elengi) • Kiara payung

(Filicium decipiens)

• Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) • Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa sinensis) • Bogenvil

(Bogenvillea sp) • Oleander(Nerium

oleander) 4 Pemecah angin a. Tanaman tinggi,

b. Perdu / semak. c. Bermassa daun padat d. Ditanam berbaris atau

membentuk massa. e. Jarak tanam rapat <3m.

• Cemara (Cassuarina-equisetifolia) • Angsana (Ptherocarphus indicus) • Tanjung (Mimusops elengi) • Kiara Payung

(Filicium decipiens) • Kembang sepatu

(Hibiscus rosa sinensis) 5 Pembatas

pandang

a. Tanaman tinggi, perdu/semak b. Bermassa daun padat

c. Ditanam berbaris atau membentuk massa d. Jarak tanam rapat.

• Bambu(Bambusa sp)

• Cemara (Cassuarina equisetifolia) • Kembang sepatu

(Hibiscus rosa sinensis)

• Oleander(Nerium oleander)

6 Penahan silau lampu

kendaraan (pada median)

a. Tanaman perdu/semak b. Ditanam rapat.

c. Ketinggian 1,5 m d. Bermassa daun padat

• Bogenvil

(Bogenvillea sp) • Kembang sepatu

(Hibiscus rosa sinensis)


(25)

• Oleander(Netrium oleander)

• Nusa Indah (Mussaenda sp) Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 2012

F. Penentuan Lokasi Penanaman Vegetasi

Lokasi penanaman jalan harus berdasarkan ketentuan teknis yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan bidang jalan. Bagian-bagian jalan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/prt /m /2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Bagian–bagian jalan

Dalam mempersiapkan perencanaan Lansekap Jalan selain merencanakan pemilihan jenis tanaman dan lokasi penempatannya, harus disertai dengan perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pemeliharaannya.


(26)

1. Jalur penanaman

Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang manfaat jalan. Pohon pada sistem jaringan jalan di dalam kota dapat ditanam di batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu. Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.

Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut letak jalur tanaman. Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lansekap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan sebagaimana diatur dalam peraturan Departemen Pekerjaan Umum No : 033/T/BM/1996 tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan adalah sebagai berikut :

a. Pada jalur tanaman Tepi dan Median

Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur tengah (median) disesuaikan dengan potongan melintang standar tergantung pada klasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan. Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan


(27)

kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 -6.00 meter Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan ("U - turn"), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan.

b. Jalan Arteri Primer

Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa

ditribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan

(www.wikipedia.org/jalan arteri primer, akses pada 14 Januari 2015).


(28)

Gambar 4. Jalan Arteri Primer c. Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan lokal atau kawasan-kawasan bersekala kecil dan atau pelabuhan regional dan pelabuhan lokal (www.wikipedia.org/jalan kolektor primer, akses pada 14 Januari 2015).

Gambar 5. Jalan Kolektor Primer d. Pada daerah tikungan

Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas


(29)

samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.

Gambar 6. Perletakan tanaman pada daerah tikungan e. Pada daerah persimpangan

Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lansekap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang.

Persimpangan adalah pertemuan jalan dari berbagai arah, yang dapat merupakan simpang sebidang yaitu simpang 3, simpang 4 atau lebih, dan atau bisa berupa simpang tidak sebidang (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).


(30)

Gambar 7. Perletakan tanaman pada daerah persimpangan 2. Peletakan tanaman

Tanaman jalan harus diletakkan pada tempat atau daerah yang sesuai dengan rencana dan tetap memperhatikan aspek fungsi, keselarasan, keharmonisan, keindahan dan keselamatan. Hal-hal utama yang perlu diperhatikan adalah jarak tanaman dengan perkerasan dan jarak antara tanaman di jalur tanam.


(31)

a. Jarak tanaman terhadap perkerasan

Peletakan tanaman dengan berbagai fungsi selalu akan berkaitan dengan letaknya di jalur tanaman, hal ini memperlihatkan bahwa kaitan titik tanam dengan tepi perkerasan perlu dipertimbangkan. Jarak titik tanam dengan tepi perkerasan mempertimbangkan pertumbuhan perakaran tanaman agar tidak mengganggu struktur perkerasan jalan.

Gambar 8. Jarak titik tanam pohon dengan tepi perkerasan


(32)

b. Jarak antar tanaman pohon

Tanaman pohon yang ditanam berbaris terutama pada jalur tanaman mempertimbangkan jarak titik tanam bagi tanaman pohon.

Gambar 10. Jarak tanam tidak rapat antar pohon

Gambar 11. Jarak tanam jarang pada pohon c. Jarak antar tanaman perdu

Tanaman perdu/semak ditanam berbaris pada jalur tanaman ditanam membentuk massa.


(33)

Gambar 13. Jarak titik tanam tidak rapat perdu

Gambar 14. Jarak titik tanam jarang perdu 3. Kriteria pengaturan penanaman

a. Tepi jalan

(i). Jenis tanaman tidak boleh melebihi tinggi kabel pada tiang listrik atau telepon atau menutupi rambu-rambu lalu lintas, tanpa harus memotong cabangnya terus menerus, selain itu jenis tanaman tidak boleh merusak struktur atau utiliti bawah tanah. Di perkotaan dengan lahan yang terbatas hanya rumput yang diperbolehkan.

(ii). Pohon yang ditanam harus diatur agar bayangan pohon tidak menutupi pancaran cahaya lampu jalanan.

(iii). Jarak atur tanaman minimum 9 meter dari tepi perkerasan untuk daerah luar perkotaan dan 4 meter untuk daerah


(34)

perkotaan, dan harus diperlihara untuk jalan yang berdekatan dengan utiliti umum.

(iv). Perdu/semak atau pohon dapat ditanam sepanjang pedestrian pada sisi jalan yang jauh dari jalur lalu lintas. b. Pada Median

(i). Hanya perdu/semak dan tanaman berbunga yang dapat ditanam pada median. Tinggi tanaman ini tidak boleh menghalangi lampu kendaraan. Untuk median yang kurang dari 1,5 meter dapat ditanam tanaman dengan ketinggian kurang dari 1,00 meter, dengan ketentuan tidak ada bagian dari cabang tanaman yang menghalangi badan jalan.

(ii). Pada median terbuka untuk belokan, ketinggian perdu/semak harus diatur pada 0,5 meter agar pengendara mempunyai daerah bebas pada garis pandang dan harus diatur 2,5 meter sebelum bukaan median untuk menghindari hambatan samping ketika kendaraan membelok, dan juga mempermudah pejalan kaki melihat kendaraan. Pohon besar dan rimbun harus dihindari agar tidak menjadi penghalang bagi pengendara dalam jarak dekat.

(iii). Jarak atur tanaman minimum adalah 0,5 meter dari garis tepi jalan.


(35)

c. Sepanjang Lengkung Horizontal/tikungan

(i). Pada sisi dalam tikungan, jarak atur tanaman ditampilkan pada Gambar 15. Jarak atur tanaman dimaksudkan untuk memberikan jarak pandang sepanjang tikungan dan menghilangkan penggunaan tanda dua garis (bukan daerah yang dilewati). Jarak atur tanaman secara berangsur-angsur menyempit seiring pertemuan sudut tikungan denganalinyemenruas jalan.

(ii). Ketinggian maksimum untuk semak/perdu 0,50 m dan ruang bebas minimum dari jalan ke tajuk pohon harus diatur minimal setinggi 5 m.

Gambar 15. Pengaturan penanaman pada daerah lengkungan horizontal/tikungan


(36)

31

Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan 71 dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Pantai selatan yang masuk dalam wilayah Tanjungsari yaitu Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Watu Kodok, Pantai Drini dan Pantai Krakal. Letak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul tersaji pada gambar 16 (www. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul, akses pada 15 Januari 2015).

B. Kondisi tanah dan iklim

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul (2014) Kecamatan Tanjungsari memiliki luas wilayah 71,63 kilometer persegi dan atau 4,82 persen dari luas wilayah Kabupaten Gunungkidul. Kondisi topografi Kecamatan Tanjungsari yakni kawasan berupa perbukitan karst dengan lapisan tanah yang tipis, memiliki kelerengan di atas 40 % serta pada ketinggian antar 100 – 300 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini merupakan wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 – 300 meter di atas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya berupa batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Jenis tanah di Jalur Jalan Lintas Selatan Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari ini kompleks latosol dan mediteran merah, dengan batuan induk batuan gamping, bentuk wilayah bergelombang


(37)

sampai berbukit yang di sajikan pada gambar 17 (www.gunungkidulkab.bps.go.id, akses pada 17 Desember 2014).

Secara morfologis daerah pegunungan selatan ini adalah satuan pegunungan kerucut, meliputi daerah sebelah timur Parangtritis memanjang ke timur melewati daerah Baron, terus ke arah timur melewati Punung hingga ke daerah Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit – bukit kecil berbentuk kerucut, tersusun oleh batu gamping, baik batu gamping terumbu maupun batu gamping klastik yang lain. Bentuk topografi wilayah ini yaitu bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan Tanjungsari (Gambar 18).

Pada musim kemarau, cuaca di wilayah ini terasa panas. Tanaman yang mampu bertahan hidup dengan baik di musim kemarau hanya tanaman tahunan yang memiliki perakaran yang mampu menembus batuan kapur seperti pohon Jati, Mahoni dan Akasia. Curah hujan rata-rata sebesar 1.382 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4-5 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 7-8 bulan.

Musim hujan dimulai pada bulan Oktober-November dan berakhir pada bulan Maret-April setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember-Februari. Suhu udara rata-rata harian Kecamatan Tanjungsari adalah 27,7°C, dengan suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4°C. Kelembaban nisbi berkisar antara 80-85% (www.gunungkidulkab.bps.go.id, pada 17 Desember 2014).


(38)

Gambar 16. Letak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul


(39)

Gambar 18. Peta bentuk Topografi wilayah Kabupaten Gunungkidul C. Administrasi

Secara administrasi, Kecamatan Tanjungsari dibagi menjadi 5 kelurahan, yaitu Desa Kemadang, Desa Kemiri, Desa Banjarejo, Desa Hargosari dan Desa Ngestirejo. Dari 5 kelurahan tersebut terdiri dari 71 padukuhan, 71 Rukun Warga (RW) dan 300 Rukun Tangga (RT). Kecamatan Tanjungsari sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Semanu, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tepus, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Saptosari dan Kecamatan Paliyan. Pada gambar 19 ditunjukkan peta administrasi Kecamatan Tanjungsari.


(40)

Gambar 19. Peta administrasi Kecamatan Tanjungsari

Berdasarkan pembagian wilayah padukuhan, jumlah RW dan RT Kecamatan Tanjungsari dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Pembagian Padukuhan, RW dan RT Kecamatan Tanjungsari tahun 2014

No. Kelurahan Padukuhan RW RT

1 Kemadang 17 17 59

2 Kemiri 11 11 48

3 Banjarejo 21 21 76

4 Hargosari 9 9 60

5 Ngestirejo 13 13 57

Jumlah 71 71 300

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014 D. Kondisi Sosial 1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014 tercatat sebesar 26.015 jiwa terdiri dari laki-laki 12.512 orang dan perempuan 13.503


(41)

orang. Dengan jumlah penduduk seperti di atas, menunjukkan bahwa penduduk menurut jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Pada tabel di bawah ini (Tabel 3) tersaji perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari berdasarkan jenis kelamin 2014

No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kemadang 3.193 3.307 6.500

2 Kemiri 2.026 2.325 4.351

3 Banjarejo 2.406 2.671 5.077

4 Hargosari 2.394 2.604 4.998

5 Ngestirejo 2.493 2.596 5.089

Jumlah 12.512 13.503 26.015

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul menurut usia tersaji dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari menurut usia pada tahun 2014 No. Kelompok Usia

(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 816 734 1.550

2 5-9 779 705 1.484

3 10-14 901 832 1.733

4 15-19 789 738 1.527

5 20-24 630 654 1.284

6 25-29 904 852 1.756

7 30-34 849 931 1.780

8 35-39 1.017 1.101 2.118

9 40-44 976 1.024 2.000

10 45-49 881 1.051 1.932

11 50-54 899 1.036 1.935

12 55-59 898 960 1.858

13 60-64 705 781 1.486

14 65+ 1.468 2.104 3.572

Jumlah 12.512 13.503 26.015


(42)

2. Kepadatan Penduduk

Dalam angka pada tahun 2014, Kecamatan Tanjungsari mengalami kenaikan kepadatan penduduk dalam kurun waktu satu tahun (2013-2014). Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kecamatan Tanjungsari tercatat 25.810 jiwa terbagi menjadi dua yaitu laki-laki 12.415 jiwa dan perempuan 13.395 jiwa. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kecamatan Tanjungsari tercatat 26.015 jiwa terbagi menjadi dua yaitu laki-laki 12.512 jiwa dan perempuan 13.503 jiwa. Dari data di atas, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun terjadi peningkatan penduduk sebesar 204 jiwa baik itu laki-laki dan perempuan. Kelurahan yang relatif padat penduduk yaitu di Desa Kemadang dengan jumlah penduduk 6.500 jiwa, Desa Ngestirejo 5.089 jiwa, Desa Banjarejo 5.077 jiwa, Desa Hargosari 4.998 dan Desa Kemiri 4.351 jiwa.

3. Mata Pencaharian

Tenaga kerja yang terdapat di Kecamatan Tanjungsari bervariatif, mengingat Kecamatan Tanjungsari berada di wilayah pesisir pantai. Kecamatan Tanjungsari mempunyai beragam mata pencaharian diantaranya Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, peternak dan lain sebagainya. Akan tetapi sebagian besar penduduk berpencaharian sebagai petani ladang dan pariwisata yaitu Pantai Baron, Kukup dan Drini. Perkembangan pariwisata pesisir pantai di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul memberikan peluang dan alternatif pekerjaan yang lebih menjanjikan bagi masyarakat di Kecamatan Tanjungsari. Pada tabel berikut ini (Tabel 5, tabel 6, tabel 7 dan tabel 8) menunjukkan hasil pertanian petani ladang di Kecamatan Tanjungsari menurut desa pada tahun 2014.


(43)

Tabel 5. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi padi ladang menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 426 2257,8 5,3

2 Kemiri 300 1410,0 4,7

3 Banjarejo 509 2443,2 4,8

4 Ngestirejo 340 1768,0 5,2

5 Hargosari 258 1264,2 4,9

Jumlah 1833 9142,2 4,9

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 6. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi jagung menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 485 17.760 36,62

2 Kemiri 424 15.600 36,79

3 Banjarejo 563 20.620 36,63

4 Ngestirejo 549 20.270 36,92

5 Hargosari 457 16.700 36,54

Jumlah 2.478 90.950 36,70

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 7. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi ketela pohon menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 455 9.737,0 21,4

2 Kemiri 424 9.031,6 21,3

3 Banjarejo 563 12.386,0 22,0

4 Ngestirejo 492 10.578,0 21,5

5 Hargosari 413 9.003,4 21,8

Jumlah 2.347 50.736,0 21,62

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 8. Luas panen, produksi rata-rata dan produksi kacang tanah menurut desa di Kecamatan Tanjungsari pada tahun 2014

No. Nama Desa Luas Panen

(Hektar) Produksi (Ton)

Rata-rata produksi

1 Kemadang 240 2.455 10,23

2 Kemiri 210 2.255 10,74

3 Banjarejo 250 2.520 10,08


(44)

5 Hargosari 195 2.070 10,41

Jumlah 1.110 11.555 10,41

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Sedangkan di sektor pariwisata, Kecamatan Tanjungsari memiliki beberapa tempat bersejarah (situs) pada tabel 9 dan objek wisata pantai (Tabel 10) yang dikomersilkan yang terbagi di beberapa Desa di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul.

Tabel 9. Bangunan bersejarah menurut desa di Kecamatan Tanjungsari 2014

No. Nama Desa Bangunan Bersejarah Pengelola

1 Kemadang Resan Guyangan Non pemerintah

2 Kemiri Gunung Tanjung Non pemerintah

Resan Guyangan Non pemerintah

3 Banjarejo Resan Guyangan Non pemerintah

4 Ngestirejo -

-5 Hargosari -

-Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 10. Objek wisata komersil menurut Desa di Kecamatan Tanjungsari 2014

No. Nama Desa Objek Wisata Komersil Pengelola

1 Kemadang Pantai Baron Pemerintah

Pantai Kukup Pemerintah

2 Kemiri -

-3 Banjarejo Pantai Drini Pemerintah

4 Ngestirejo -

-5 Hargosari -

-Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014 4. Pedidikan

Tingkat pendidikan Kecamatan Tanjungsari ini tergolong masih rendah, dari data di bawah ini hanya beberapa orang yang melanjutkan pendidikannya kejenjang lebih tinggi. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan terendah tidak sekolah mencapai angka 4.987, sedangkan pendidikan tertinggi Strata III hanya 5 orang. Berikut data tentang tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan


(45)

Tanjungsari Kabupaten Gunugkidul pada tahun 2014 yang tersaji pada tabel 11 dan tabel 12.

Tabel 11. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari menurut tingkat pendidikan terendah sampai dengan SLTA pada masing-masing desa pada tahun 2014

No. Nama Desa Tidak

Sekolah

Belum tamat SD

Tamat

SD SLTP SLTA

1 Hargosari 1.038 239 2.244 1.148 450

2 Kemiri 1.152 301 1.578 941 404

3 Kemadang 1.016 628 2.332 1.399 559

4 Banjarejo 1.025 430 2.239 1.115 413

5 Ngestirejo 756 417 2.390 1.060 367

Jumlah 4.987 2.015 10.783 5.663 2.193

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Gunungkidul 2014

Tabel 12. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungsari menurut tingkat pendidikan Diploma I sampai dengan Strata III pada masing-masing desa pada tahun 2014.

No. Nama Desa Diploma I dan II Diploma III Diploma IV dan Strata I

Strata II Strata III

1 Hargosari 13 8 31 3 3

2 Kemiri 28 21 40 1

-3 Kemadang 26 20 37 2 2

4 Banjarejo 15 16 26 1

-5 Ngestirejo 26 15 38 2 1

Jumlah 108 80 172 9 5


(46)

41

sampai dengan Desember 2015 di sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jarak 7 kilometer.

B. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, pelaksanaannya menggunakan metode survei untuk mendapat data primer, pengumpulan data dari penduduk setempat, pengguna jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), pengunjung lokasi wisata Pantai Baron, serta pengambilan data sekunder dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan desa yang dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) sebagai penghubung lokasi obyek wisata Pantai Baron dan Pantai Ngrenehan, maka kenyamanan masyarakat setempat dan pengguna jalan yang akan menuju lokasi obyek wisata juga harus diperhatikan. Jalur hijau dapat difungsikan sebagai peneduh bagi pengguna jalan, menjadikan pandangan yang indah, nuansa asri, selaras dengan pegunungan di sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul.


(47)

2. Metode Pemilihan sampel.

Menurut Soeratno dan Lincolin (1993) metode pemilihan sampel dilakukan untuk memuat sejumlah pertanyaan kepada responden dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Metode pemilihan responden dilakukan dengan teknik Non-Probability Sampling yaitu pengambilan sampel penelitian secaranon-random(tidak acak) (Supardi, 2005).

Responden yang dipilih adalah masyarakat yang berdomisili di Desa Kemadang sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) sebanyak 100 responden. Metode wawancara diberikan kepada pengguna jalan dan pengunjung obyek wisata yang mengakses Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang ini. Pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan pola pemikiran masyarakat terhadap keberadaan jalur hijau.

Dari sampel tersebut diharapkan dapat memberikan masukan agar tercapai penelitian ini. Hal ini diperlukan untuk mengetahui tingkat dukungan pengguna jalan terhadap perencanaan kawasan yang akan dibuat, sebab penelitian ini bersinggungan dengan kepentingan banyak pengguna.

C. Jenis Data

Jenis data yang disajikan yaitu secara deskripsi dan gambar atau poster dari keadaan lingkungan sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) baik sebelum dilakukan perencanaan dan setelah dilaksanakan perencanaan. Jenis data dapat dibagi menjadi berikut :


(48)

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari lapangan melalui wawancara dan kuisioner yang diberikan kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor pemerintah BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul, Dinas Pekerjan Umum dan Dinas Tata Kota.

Penelitian dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung ke lokasi penelitian, mendokumentasikan, studi literatur dan pengumpulan informasi dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian disajikan dalam tabel 13 berikut :

Tabel 13. Jenis Data Penelitian

No. Jenis Data Ruang Lingkup Bentuk Data Sumber Data

1 Peta Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)

Soft Copy Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN)Wilayah Provinsi DI Yogyakarta 2 Rencana Tata

Ruang Wilayah

Soft Copy BAPPEDA

3 Geografi wilayah Batas Wilayah Luas Wilayah Ketinggian Tempat

Soft Copy BAPPEDA

4 Iklim Curah Hujan,

Suhu, Kelembaban relatif

Soft Copy BAPPEDA

5 Kondisi sosial Jumlah

Penduduk, Pendidikan, Kepadatan penduduk, Pekerjaan


(49)

6 Inventarisasi Tanaman Tepi Jalan

Jenis tanaman tepi jalan

Hard Copy Observasi langsung 7 Persepsi

Masyarakat

Kuisioner Kuisioner Masyarakat

Desa Kemadang D. Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan cara deskriptif, analisis deskriptif yaitu meneliti status kelompok manusia, suatu objek, penempatan suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan dan uraian berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada penelitian baik data primer dan data sekunder. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan cara editing, tabulasi dan evaluasi. Tujuan dari analisis data yaitu dapat dijadikan suatu kajian untuk meningkatkan dan menciptakan Jalur Hijau khususnya di Jalan Jalur Jalan Lintas Selatan, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul.

E. Luaran Penelitian

Dalam bagian ini disampaikan bentuk luaran (produk) penelitian, yaitu berupa naskah akademik (skripsi) dan display poster berukuran 90 cm x 60 cm.


(50)

45

Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu simpul jaringan transportasi yang sangat penting yakni sebagai jalur penghubung antar kota di lintas jalur selatan Jawa khususnya penghubung antara Provinsi Jawa Tengah dengan DIY bagian tenggara, juga sebagai simpul antar pergerakan di dalam wilayah DIY. Perkembangan Kabupaten Gunungkidul yang semakin meningkat menuntut eksistensi sarana prasarana transportasi yang mampu melayani kebutuhan akan jasa transportasi baik untuk pergerakan orang maupun untuk pergerakan barang atau jasa dalam dan antar wilayah. Penyelenggaraan angkutan jalan sebagai ujung tombak dinamika perekonomian wilayah Kabupaten Gunungkidul dituntut dapat mendorong dan mengendalikan keseimbangan, dan kesinambungan pelayanan transportasi jalan.

Kabupaten Gunungkidul dilalui oleh Jaringan Jalan Kolektor Primer sebagai Jalan Strategis dengan nama Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang direncanakan mencapai panjang 81,092 km. Jalur Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan kota-kota di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa diupayakan ditingkatkan fungsinya, tidak saja fungsi untuk melayani pergerakan internal wilayah, namun ke depan diarahkan untuk melayani pergerakan antar kota antar provinsi, agar pesisir selatan Pulau Jawa dapat berkembang sebagaiman jalur pantura (Pantai utara Jawa). Sasaran yang diharapkan adalah terwujudnya alternatif jalan JJLS agar kondisi pariwisata pantai di Gunungkidul dapat terus berkembang.


(51)

Menurut Bambang Sughaib (2015) selaku Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan Bina Marga Dinas PUP-ESDM DIY, Jalur Jalan Lintas Selatan yang melewati wilayah Gunungkidul sebagian sudah berhasil diselesaikan, seperti dari Desa Planjan sampai dengan pintu masuk obyek wisata Pantai Baron Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul (www.radarjogja.co.id, akses pada 10 November 2015).

Kondisi jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang merupakan lokasi penelitian dari Desa Planjan sampai dengan Desa Kemadang memiliki ukuran lebar keseluruhan 7 meter, terbagi menjadi tiga bagian yaitu 5 meter pada badan jalan, lebar 1 meter pada sisi kiri dan sisi kanan sebagai bahu jalan ditampilkan pada Gambar 20 di bawah ini.

Gambar 20. Potongan melintang bentuk jalan JJLS


(52)

Menurut Satuan Kerja Penanganan Jalan Nasional (Staker PJN) Propinsi DIY selaku pelaksana jalan nasional, ukuran lebar jalan di Jalur Jalan Lintas Selatan telah disesuaikan dengan standart teknis jalan kolektor primer. Akan tetapi dengan melihat bentuk topografi di daerah pegunungan selatan yakni kawasan perbukitan karst dengan kelerengan di atas 40 % serta pada ketinggian antar 100 – 300 meter di atas permukaan laut, serta bentuk permukaan naik turun dan kelokan tajam maka tidak memungkinkan dibentuk jalan empat jalur karena membahayakan pengguna jalan kendaraan bermotor.

Data lalu lintas harian pengguna jalan Jalur Jalan Lintas Selatan Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul diperoleh dari hasil perhitungan secara langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum dan dikalkulasi rata-rata hariannya. Berikut data lalu lintas harian rata-rata-rata-rata (LHR) pada tabel 14 selama lima tahun terakhir.

Tabel 14. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) No. No. Ruas Tahun Nama Ruas Jalan Kecamatan yang dilalui Panjang jalan (km) Lebar jalan (m) (LHR)

1 37 2011 Planjan-Baron

Saptosari-Tanjungsari 7 5 496

2 37 2012 Planjan-Baron

Saptosari-Tanjungsari 7 5 516

3 37 2013 Planjan-Baron

Saptosari-Tanjungsari 7 5 690

4 37 2014 Planjan-Baron

Saptosari-Tanjungsari 7 5 741

5 37 2015 Planjan-Baron

Saptosari-Tanjungsari 7 5 907

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Gunungkidul 2015

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terjadi peningkatan pengguna jalan. Dari tahun 2011 rata-rata pengguna


(53)

jalan yang melintas di Jalur Jalan Lintas Selatan Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari yaitu 496. Tahun 2012 lalu lintas harian rata-ratanya yaitu 516, tahun 2013 lalu lintas harian rata-ratanya 690, tahun 2014 lalu lintas harian rata-ratanya 741 dan tahun 2015 lalu lintas harian rata-ratanya 907.

Dengan melihat data lalu lintas harian rata-rata tersebut dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pengguna jalan, secara umum kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Sudah seharusnya pengguna jalan dan masyarakat setempat mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Keamanan masyarakat sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan dari resiko pengguna jalan khususnya kendaraan bermotor juga terpenuhi, dengan adanya jalur hijau bisa dijadikan pagar dan pembatas ruang. Tingkat kebisingan kendaraan dapat diminimalisir dengan adanya jalur hijau serta polusi kendaraan bermotor. Bentuk tajuk serta dari bunga tanaman tepi jalan, dapat menjadikan pemandangan yang indah memberikan kenyamanan pengguna jalan.

B. Keberadaan Tanaman Tepi Jalan

Keberadaan tanaman sebagai jalur hijau di Jalur Jalan Lintas Selatan dirasa masih belum tertata. Dari hasil observasi di lapangan terdapat beberapa tanaman yang tumbuh di pinggir jalan baik itu tanaman liar maupun tanaman yang sengaja ditanam. Dari hasil peninjauan tanaman secara langsung ini harapannya dapat digunakan sebagai referensi perencanaan jalur hijau yang mampu tumbuh secara baik di daerah ini. Berikut keberadaan tanaman di Jalur Jalan Lintas Selatan Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari.


(54)

1. Tanaman Teh-tehan pangkas(Duranta Erecta.)

Tanaman Teh-tehan atau sering disebut Sinyo Nakal umum dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik sebagai tanaman hias maupun untuk pagar (Gambar 22. A). Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dari dataran rendah dekat pantai sampai pegunungan, pada ketinggian 5 sampai 2.000 meter dpl, berbunga hampir sepanjang tahun dan pemanenan sebaiknya setelah buah masak atau berwarna kuning. Kultivar yang memiliki warna daun cerah dikenal sebagai teh-tehan karena menjadi tanaman pangkas seperti di perkebunan teh. Tumbuhan berasal dari Amerika Tengah ini sekarang menyebar di semua tempat tropis, di beberapa tempat bahkan mulai menjadi gulma.

Gambar 22. (A) Tanaman Teh-tehan, (B) buah Teh-tehan, (C) daun Teh-Tehan, (D) bunga Teh-tehan

Teh-tehan merupakan semak atau perdu tahunan, kadang berupa pohon yang dapat mencapai 6 meter tingginya. Buahnya berwarna kuning (hijau ketika


(55)

muda), bulat, dengan diameter dapat mencapai 1 cm (Gambar 22. B).Tumbuhan dewasa dapat memiliki duri yang tumbuh sewaktu tumbuhan masih muda. Daun berbentuk oval atau elips, bergelombang pada tepinya, tersusun berpasangan, warnanya mulai dari kuning cerah hingga hijau agak pekat (Gambar 22. C) tergantung lingkungan tumbuh (lebih terang, warna daun lebih cerah). Bunga berwarna biru sampai ungu dengan rona putih, tersusun dalam satu cabang yang keluar dari ketiak cabang atau ujung cabang, berbunga sepanjang tahun (Gambar 22. D) Tumbuhan ini tidak banyak memerlukan perhatian untuk tumbuh baik. Pemangkasan adalah hal yang perlu diperhatikan karena pertumbuhannya cepat dan mudah membentuk semak yang tebal.

2. Tanaman Akasia (Acacia auriculiformis)

Tanaman Akasia termasuk tumbuhan dikotil yang berakar tunggang berwarna putih kotor dan biji berkeping dua berbentuk lonjong pipih. Batangnya berkambium dengan bentuk bulat lurus dan bercabang banyak (simpodial) yang berkulit tebal agak kasar hingga berduri (Gambar 23. A). Akasia memiliki daun majemuk yang menyirip, dengan bentuk lonjong dan tepi rata (Gambar 23. B). Buah tanaman Akasia merupakan sejenis polong-polongan berwarna hijau saat masih muda dan berubah menjadi coklat setelah tua (Gambar 23. C). Bunga berkelamin ganda dengan warna putih atau kuning (Gambar 23. D). Akasia mampu tumbuh mencapai ketinggian 15 meter.

Para ahli botani menyimpulkan bahwa tanaman Akasia berasal dari Australia. Akasia dapat bertumbuh dengan cepat karena tanaman akasia tidak memiliki syarat tumbuh yang sulit. Akasia dapat hidup di lahan miskin dan tidak


(56)

subur, lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah gambut serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2) sepanjang berada pada ketinggian tidak lebih dari 300 m, dengan curah hujan antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun dengan cahaya matahari yang cukup.

Gambar 23. (A) Tanaman Akasia, (B) daun Akasia, (C) buah Akasia, (D) bunga Akasia

3. Tanaman Kersen / Talok(Muntingia calabura L.)

Kersen merupakan jenis tanaman perdu yang memiliki daun selalu hijau pada saat musim kemarau, berbunga dan berbuah sepanjang tahun (Gambar 24. A). Tanaman Kersen atau sering disebut dengan Talok dapat tumbuh di media tanah yang tidak subur atau kurang subur bebatuan. Tanaman ini tumbuh dengan


(57)

ketinggian antara 3 sampai 8 meter kulit kayu berwarna putih kecoklatan, cabang-cabang mendatar membentuk naungan yang rindang.

Daun tanaman ini memiliki pertulangan yang menyirip, daunnya tunggal, berbentuk bundar telur, pada bagian tepi daun bergerigi, lembaran daun sebelah bawah berbulu kelabu. (Gambar 24. B). Bunga berisi 1-3 kuntum berwarna putih dan terletak di ketiak daun. Bunga yang mekar menonjol keluar ke atas helaian daun, tetapi setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu sampai dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya (Gambar 24. C). Buah buni bertangkai panjang, berbentuk bulat dengan ukuran 1 cm sampai dengan 1,5 cm, warna hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan. (Gambar 24. D).

Gambar 24. (A) Tanaman Kersen, (B) daun Kersen, (C) bunga Kersen, (D) buah Kersen


(58)

Pohon kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan. Pohon kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat membesar sebagai pohon naungan. Sebab itulah pohon kersen sering ditemukan di wilayah perkotaan, di tepi trotoar dan di tempat-tempat yang biasa kering berkepanjangan.

4. Tanaman Ketapang(Terminalia catappa L.)

Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin dan tahan terhadap percikan air laut, sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar matahari penuh atau naungan sedang. Mampu bertahan hanya pada daerah-daerah tropis atau daerah dekat tropis dengan iklim lembab. Pada habitat alaminya curah hujan tahunan berkisar 3000 mm. Tumbuh baik pada semua jenis tanah dengan drainase baik. Umumnya dibudidayakan pada ketinggian sampai 800 m.

Pohon berukuran moderat, daun mudah gugur, bentuk seperti pagoda, terutama bila pohon masih muda (Gambar 25. A). Batang sering berbanir pada pangkal, pepagan coklat abu-abu tua, melekah, cabang tersusun dalam deretan bertingkat dan melintang. Daun berseling, bertangkai pendek, mengumpul pada ujung cabang, biasanya membundar telur sungsang, menjorong, mengertas sampai menjangat tipis, mengkilap (Gambar 25. B). Bunga berbulir tumbuh pada ketiak daun, sebagian besar adalah bunga jantan, bunga biseksual terdapat ke arah pangkal, warna putih kehijauan dengan cakram berjanggut (Gambar 25. C). Buah pelok membulat telur atau menjorong, pipih, hijau ke kuning dan merah ketika


(59)

masak. Buah batu dikelilingi lapisan daging berair setebal 3-6 mm (Gambar 25. D).

Gambar 25. (A) Tanaman Ketapang, (B) daun Ketapang, (C) bunga Ketapang, (D) buah Ketapang

5. Tanaman Mahoni(Switenia Macrophylla)

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua (Gambar 26. A). Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning


(60)

kecoklatan (Gambar 26. C). Memiliki tajuk yang berbentuk kubus dengan daun hijau tua, rapat dan dapat menggugurkan daun sehingga beberapa hari sesudah gugur muncul kembali daun muda yang berwarna hijau muda. Daun majemuk, menyirip genap, bentuk daun bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, pertulangan daun menyirip, daun muda warna merah dan setelah tua berwarna hijau (Gambar 26. B).

Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat (Gambar 26. D). Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang berasal dari India Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budidaya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.

Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman penjajahan Belanda mahoni dan Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh


(61)

terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan.

Gambar 26. (A) Tanaman Mahoni, (B) daun Mahoni, (C) bunga Mahoni, (D) buah Mahoni

6. Tanaman Glodokan Tiang(Polyathia Longifolia).

Polyathia Longifolia atau yang biasa kita sebut dengan pohon Glodokan Tiang merupakan salah satu jenis tanaman yang berguna sebagai tanaman peneduh (Gambar 27. A). Pohon Glodokan Tiang ini memiliki daun berbentuk lanset dan memanjang, pada bagian pinggir daun bergelombang, pertulangan daun menyirip serta berwarna hijau (Gambar 27. B). Tanaman Glodokan mempunyai bunga yang kecil dan berwarna kuning kehijauan. Jumlah kelopak bunga 5 helai dan berbentuk menyerupai bintang lima (Gambar 27. C). Tanaman Glodokan juga memiliki buah yang berjenis buah buni, yang berbentuk lonjong atau bulat


(62)

memanjang dengan warna buahnya coklat (Gambar 27. D). Untuk bagian akar, biasanya pohon glodokan tiang memiliki akar berukuran dari sedang hingga besar yang terdapat di dalam tanah dan terkadang sebagian di luar tanah, apabila pohon ini tidak terawat dan tidak sehat maka sering sekali terdapat sarang semut di batangnya yang dapat membuat batang dari pohon peneduh yang satu ini menjadi terkelupas dan rusak.

Gambar 27. (A) Tanaman Glodokan Tiang, (B) daun Glodokan Tiang, (C) bunga Glodokan Tiang, (D) biji Glodokan tiang

Pada umumnya pohon Glodokan Tiang tumbuh menjulang ke atas, namun bisa juga tumbuh seperti pohon cemara. Pohon glodokan bisa tumbuh mencapai ketinggian 5 sampai 8 meter. Tanaman ini dapat hidup dengan baik walau ditempatkan dibawah sinar matahari secara langsung, perawatan pohon Glodokan Tiang juga sangat mudah dan tidak merepotkan. Pohon Glodokan Tiang sering


(63)

dimanfaatkan sebagai penetralisir udara yang sudah tercemar di kota – kota besar, tanaman ini juga dapat berperan sebagai peredam suara.

7. Tanaman Turi (Sesbania grandiflora.)

Turi merupakan pohon yang berkayu lunak dan berumur pendek. Tingginya dapat mencapai 5-12 meter. Akarnya berbintil-bintil dan berguna untuk menyuburkan tanah. Bunganya besar dan keluar dari rantingnya. Bunganya apabila mekar, berbentuk seperti kupu-kupu. Warna bunga ada yang merah (Gambar 28. A) dan putih (Gambar 28. B). Letaknya menggantung dengan 2-4 bunga dan bertangkai, kuncupnya berbentuk sabit. Rantingnya menggantung, kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan. Kulit luarnya ini tidak rata dengan alur membujur dan melintang tidak beraturan dengan lapisan gabus yang mudah terkelupas.

Gambar 28. (A) bunga Turi warna Putih, (B) bunga Turi warna Merah Pada bagian dalam, batangnya berlendir dan berair berwarna merah (Gambar 29. A). Memiliki daun majemuk, panjang tangkai daun 20–30 cm. Tangkainya pendek, dan setiap tangkai berisi 20-40 pasang anak daun (Gambar


(64)

29. B). Buahnya berbentuk polong, menggantung, bersekat, dengan panjang 20-55 cm, sewaktu muda berwarna hijau, dan sudah tua berwarna kuning (Gambar 29. D). Sedangkan bijinya berbentuk bulat panjang, dan berwarna coklat muda.

Di Indonesia tumbuhan ini ditanam sebagai tumbuhan hias di halaman rumah dan di sawah sebagai tanaman pelindung. Tanaman ini dapat pula hidup pada tanah asam dan juga tumbuh subur di tanah berair. Daun-daun turi juga dapat dipergunakan untuk makanan ternak dan pupuk hijau. Kayu Turi menjadi sumber kayu bakar yang populer di pedesaan karena lekas tumbuh dan telah menghasilkan kayu pada umur setahun. Turi dapat mencapai tinggi 2 meter dalam 12 minggu, dan 4–5 m dalam setahun.


(65)

Turi juga ditanam untuk berbagai kegunaan yaitu sebagai peneduh, pagar hidup, penahan angin, pohon rambatan, pohon hias dan juga untuk menghijaukan lahan kritis. Bintil-bintil akar pada turi mengikat nitrogen dalam tanah, dengan demikian memperbaiki kesuburan tanah. Daun, bunga dan buah yang berjatuhan menjadi mulsa dan pupuk hijau yang baik.

8. Tanaman Johar(Sennasiamea)

Pohon Johar termasuk dalam tanaman tahunan dengan tinggi 2-20 m, batang lurus dan pendek, kulit batang berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda, percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat, akar pohon Johar berjenis akar tunggang (Gambar 30. A). Dedaunan rimbun yang hijau, pohon johar (sennasiamea) selain memberikan keteduhan pun terlihat indah. Pohon johar kerap dijadikan pohon peneduh (penghijauan), tanaman penaung, hingga tanaman hias dengan bunga khas berwarna kuning.

Daun tumbuhan Johar menyirip genap. Berwarna hijau gelap dan mengkilat pada sisi atas dan hijau kusam dan berambut halus di sisi bawah. Panjang daun berkisar 10 – 35 cm. Anak daun 4 – 16 pasang, dengan bentuk jorong hingga bulat telur (Gambar 30. B).

Bunga Johar berupa malai yang muncul di ujung ranting. Panjang malainya antara 15 – 60 cm. Setiap malai berisi 10 – 60 kuntum bunga yang terbagi dalam beberapa tangkai. Kelopak bunga 5 buah, tebal dan berambut halus (Gambar 30. C). Buahnya berbentuk polong dengan panjang sekitar 15 – 30 cm. Terdiri atas 20 – 30 biji. Biji bundar telur pipih, berwarna coklat terang mengkilap (Gambar 30. D).


(66)

Gambar 30. (A) pohon Johar, (B) daun Johar, (C) bunga Johar, (D) buah Johar

Johar merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan Selatan.Tumbuh mulai dari Indonesia, Thailand, Malaysia, Myanmar, hingga India dan Sri Lanka. Di Indonesia banyak tumbuh di pulau Sumatera dan Jawa. Johar mampu tumbuh baik pada dataran rendah tropis dengan iklim muson yang memiliki curah hujan antara 500 – 2.800 mm pertahun dan temperature antara 20 – 31 °C.

9. Tanaman Wedusan/Bandotan (Ageratum Conyzoides L.).

Wedusan atau sering disebut Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar (Gambar 31. A). Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang, helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung


(67)

runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau (Gambar 31. B). Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih (Gambar 31. C).

Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl).


(68)

C. Identifikasi Tanaman Tepi Jalan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul

Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama. Identifikasi adalah penunjukan, penentuan, atau pemastian nama yang benar dan penempatannya didalam sistem klasifikasi. Hasil identifikasi tanaman di sepanjang area Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul yang disajikan pada tabel 15 menunjukkan bahwa vegetasi yang ada merupakan jenis tanaman pohon, perdu dan semak yang berfungsi sebagai peneduh, pembatas dan pengarah.

Tabel 15. Jenis Tanaman di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang No Nama Tanaman Jenis Tanaman Bentuk tajuk dan ciri

tanaman Fungsi

1 Akasia Pohon • Tinggi >5 meter

• Bentuk tajuk membulat • Daun berwarna

hijau dan berbentuk sabit • Bunga berwarna

kuning • Buah berupa

polong,

berwarna hijau saat mudan dan berwarna coklat setelah tua

Peneduh

2 Kersen/talok Perdu • Tinggi 3-8 meter

• Bentuk tajuk melebar dan bertingkat • Batang berwarna

putih kecoklatan • Daun berwarna

hijau dan

berwarna kuning


(69)

setelah

tua/gugur, tepi daun bergerigi dan berbulu • Buah berwana

hijau pada saat muda dan berwarna merah setelah tua

3 Ketapang Pohon • Tinggi 5-10

meter

• Tajuk melebar dan bertingkat • Daun tunggal

dan tersebar • Daun berwarna

hijau dan

berubah menjadi jingga ketika gugur

• Buah batu

Peneduh

4 Mahoni Pohon • Tinggi 35-40

meter

• Bentuk tajuk kubus • Warna daun

merah pada saat muda dan hijau pada saat tua. Bentuk daun membulat • Batang berkayu

berbentuk bulat • Bunga berwarna

kuning

• Buah berwarna coklat, berlekuk 5, berbentuk oval.

Peneduh

5 Teh-tehan Perdu/Semak • Tinggi 1-2 meter

• Daun berwarna hijau pekat dengan tepian bergerigi • Percabangan


(70)

rapat

• Buah berwarna kuning dan jingga

• Bunga berwarna ungu keputihan

6 Glodogan Tiang Pohon • Tinggi 5-10

meter • Daun hijau

mengkilap, tepi daun berombak, bergerombol membentuk bulatan besar • Bunga kecil

berwarna kuning kehijauan

Pengarah

7 Turi Pohon • Tinggi 2-12

meter

• Bentuk tajuk melebar menyerupai payung • Warna daun

hijau pada saat muda dan

berwarna kuning saat tua. Bentuk daun bulat telur. • Batang berkayu,

bulat dan berwarna abu-abu.

• Bunga berwarna merah dan putih. • Buah polong

panjang 20-55cm. Biji bulat telur berwarna coklat Peneduh, pembatas dan pemecah angin.

8 Johar Pohon • Tinggi 2-20

meter. • Bentuk tajuk

padat dan bulat.


(71)

• Daun berbentuk bulat telur, berwarna hijau mengkilap. • Percabangan rapat.

• Batang pohon bulat berwarna hitam

kecoklatan. • Bunga berwarna

kuning. • Buah polong,

berwarna hijau ketika muda dan coklat setelah tua.

9 Wedusan/Bandotan Semak • Tinggi 1-1,5

meter

• Bentuk tajuk bulat

• Daun berbentuk bulat telur, tepi bergerigi. • Batang bulat,

berambut panjang

• Bunga berwarna putih

• Buah warna hitam

Pembatas

Tanaman yang difungsikan sebagai tanaman peneduh jenis vegetasinya meliputi pohon Akasia, Kersen, Ketapang, Johar, Turi dan Mahoni. Tanaman-tanaman ini difungsikan sebagai peneduh karena memiliki percabangan 2 meter di atas tanah, bentuk percabangan batang tidak merunduk, bermasa daun padat dan ditanam secara berbaris. Tanaman yang difungsikan sebagai pengarah yaitu tanaman Glodogan Tiang. Tanaman ini memiliki bentuk tajuk mengerucut, tinggi


(72)

tanaman antara 10-15 meter, tanaman ini menyerupai tiang dan dapat memberikan tanda atau arahan dengan penanaman yang rapat. Vegetasi jenis perdu yang difungsikan sebagai pembatas antara area jalan dengan pekarangan rumah yaitu tanaman Teh-tehan. Tanaman ini memiliki masa daun padat, tinggi tanaman 1-2 meter, bentuk percabangan merunduk, ditanam berbaris, jarak tanamn rapat, dan tidak memerlukan pemeliharaan intensif.

Jenis tanaman semak diarea ini yang dapat kita lihat adalah tanaman Bandotan/Wedusan. Tanaman dengan tinggi antara 1-1,5 meter, bertajuk bulat, bermasa daun padat dan hidup secara berkelompok. Tananam yang tumbuh secara liar ini terdapat di pinggiran jalan, meski tumbuh liar tanaman ini dapat berfungsi sebagai pembatas antara jalan dengan lahan kosong/tegalan.

D. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2030 Tentang Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Ruang wilayah Kabupaten Gunungkidul dengan keanekaragaman ekosistemnya sebagai bagian wilayah Negara Republik Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Ruang wilayah Kabupaten Gunungkidul selain memiliki potensi juga keterbatasan, oleh karena itu di dalam memanfaatkan ruang wilayah Kabupaten Gunungkidul baik untuk kegiatan pembangunan maupun untuk kegiatan lain perlu dilaksanakan secara bijaksana, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan azas terpadu, tertib, serasi, seimbang dan lestari. Dengan demikian baik ruang sebagai wadah kehidupan dan penghidupan maupun sebagai sumber daya perlu dilindungi guna mempertahankan kemampuan daya dukung dan daya tampung bagi kehidupan manusia. Agar pemanfaatan dan perlindungan


(73)

ruang dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna perlu dirumuskan penetapan struktur dan pola ruang wilayah, kebijaksanaan, strategi pengembangan dan pengelolaannya di dalam suatu RTRW Kabupaten Gunungkidul yang merupakan penjabaran dari RTRWN dan RTRW Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan acuan penyusunan rencana rinci kawasan. Atas dasar hal-hal tersebut dan demi kepastian hukum, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2030.

Ruang wilayah sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, berhasil guna, dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Secara geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.

Tujuan penataan ruang wilayah adalah terwujudnya wilayah kabupaten sebagai pusat pengembangan usaha yang bertumpu pada pertanian, perikanan, kehutanan, dan sumberdaya lokal untuk mendukung destinasi wisata menuju masyarakat yang berdaya saing, maju, mandiri dan sejahtera. Dalam jangka waktu 20 tahun kedepan diharapkan Kabupaten Gunungkidul berkembang menjadi pusat pengembangan berbagai usaha baik usaha mikro, kecil, menengah dan besar yang


(74)

saling bersinergi bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan kehutanan serta sumber daya lokal lainnya dalam rangka mendukung keberadaan Kabupaten Gunungkidul sebagai pusat tujuan wisata utama dan unggulan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bahkan di tingkat nasional.

Kabupaten Gunungkidul mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata yang mendukung terwujudnya daerah tujuan wisata unggulan dengan orientasi penyediaan fasilitas pelayanan pada ekowisata, agrowisata, desa wisata dengan objek wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus secara terpadu.

Mengembangkan objek-objek wisata dan mengintegrasikan jalur kawasan wisata secara optimal, sinergi dengan perkembangan wilayah dan meningkatkan aksesibilitas untuk mengurangi kesenjangan wilayah desa. Strategi peningkatan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, prasarana lingkungan yang handal dan memadai sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan dan menyediakan sistem jaringan prasarana transportasi darat yang mendukung terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan wilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi, mendorong investasi dan membuka desa terisolir.

2. Meningkatkan kualitas jaringan jalan dan prasarana pendukung sesuai fungsi serta mengembangkan manajemen transportasi secara terpadu berdasarkan analisa dampak lalu lintas.

3. Pengembangan dan peningkatan desa dalam satu kesatuan kawasan Desa Pusat Pertumbuhan yang selanjutnya disebut DPP merupakan desa yang


(75)

memiliki kecenderungan pertumbuhan pembangunan dalam aspek sosial dan ekonomi tinggi yang dicirikan dengan adanya kegiatan perdagangan dan jasa.

4. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana kawasan koridor jalur Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul.

5. Mengembangkan sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari sistem jaringan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

6. Pemanfaatan ruang wilayah untuk jaringan prasarana dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berwenang mengurusi prasarana perwujudan sistem jaringan transportasi, pembangunan jalan Pantai Selatan (PANSELA), pengembangan pelayaran wisata (wisata bahari).

E. Persepsi Masyarakat

Keberhasilan suatu penelitian, tidak lepas dari keterlibatan masyarakat. Dukungan serta masukan masyarakat sangat membantu dalam pemecahan suatu permasalahan dalam penelitian. Masyarakat yang merupakan objek utama dalam pemanfaatan jalan bertujuan untuk mengetahui fungsi secara umum, masyarakat sekitar jalan lintas selatan memberikan persepsi dan pemikiran agar apa yang diharapkan demi kemajuan infrastruktur jalan lintas selatan dapat terpenuhi.

Berikut ini data persepsi masyarakat sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang mengenahi jalur hijau (Tabel 16) berupa kuisioner penelitian yang diambil dari 100 sampel.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Gambar 9. Penempatan tanaman jenis pohon

Gambar 10. Penempatan tanaman jenis perdu