PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF,PREFERENSI RISIKO EKSEKUTIF DAN KARAKTERISTIK TERHADAP PRNGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN.

(1)

Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF EXECUTIVE COMPENSATION, EXECUTIVE STOCK OWNERSHIP, EXECUTIVE RISK PREFERENCES, AND CHARACTERISTICS OF THE EXECUTIVE AGAINST CORPORATE

TAX AVOIDANCE

(An Empirical Study On Company Property, Real Estate, And Building Construction Are Listed On Stock Exchanges In Indonesia 2011-2015)

SKRIPSI

Oleh : SETYOWATI

20130420172

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

iii

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKESEKUTIF, PREFERENSI RISIKO EKSEKUTIF, DAN KARAKTERISTIK

EKSEKUTIF TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN (Studi empiris pada perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF EXECUTIVE COMPENSATION, EXECUTIVE STOCK OWNERSHIP, EXECUTIVE RISK PREFERENCES, AND

CHARACTERISTICS OF THE EXECUTIVE AGAINST CORPORATE TAX AVOIDANCE

(An Empirical Study On Company Property, Real Estate, And Building Construction Are Listed On Stock Exchanges In Indonesia 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : SETYOWATI

20130420172

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya ,

Nama : Setyowati

Nomor Mahasiswa : 20130420172

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF,

PREFERENSI RISIKO EKSEKUTIF DAN KARAKTERISTIK

EKSEKUTIF TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN “ tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahunan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau yang pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 30 November 2016


(4)

v

Motto

Man Jadda Wa Jadda

“ Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkannya” “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan orang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Sabar,Ikhlas, Jujur, dan Yakin adalah kunci kebahagiaan hidup” (Muhammad Syakur)

“Tiada sukses diraih tanpa keterlibatan orang lain. Pandai membawa diri di setiap pergaulan adalah ilmu hidup mutlak orang yang mau sukses”

( Andrie Wongso)

“Bermimpilah setinggi langit, jika engkau terjatuh maka engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”


(5)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbilalamin akhirnya aku sampai ke titik ini, sepercik keberhasilan yang engkau hadiahkan kepadaku ya Rab, tak henti hentinya aku mengucap syukur kepadamu ya Rab, serta shalawat dan salam kepada idolaku Rasullulah

SAW dan para sahabatnya, karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

Mamah ( Ibu Sofiyah)

Terimakasih atas segala pengorbanan dan perjuangan mamah untuk putrimu ini. Atas doa mamah yang jarang orang lain miliki akan mengiringi di setiap langkahku. Terimakasih atas kasih sayang dan cinta yang mamah berikan padaku selama ini dan terimakasih juga untuk nasihat dan dukungan baik moril maupun materil sehingga putrimu bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. I LOVE YOU mamah.

Terimakaish atas segalanya papah, atas doa dan nasihat yang papah berikan, atas arti semangat dan berjuang yang papah ajarkan agar sukses untuk dunia maupun akhirat. Semoga Papah selalu tersenyum bahagia di surga dengan melihat anakmu yang akan selalu membahagiakanmu. Terimakasih papah , semoga papah selalu bahagia disana. Amin.

-dosenku , terutama dosen pembimbingku Bpk Drs. Afrizal Tahar, S.H.,M.Acc.,CA.,Ak yang telah memeberikan bimbingan dan arahan kepadaku dengan penuh kesabaran


(6)

vii

yang telah kalian berikan kepadaku, terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku, kalian LUAR BIASA..

tri, Sarah, Niken, Yuli, Diaz, Nurul, mbak Farah, mbak Nury ) terimakasih senantiasa menjadi penyemangat dan menemani setiap hariku, terutama untuk Atri Dan Niken yang hampir setiap hari aku rusuhin, hehe. Terimakasih buat kalian

telah mengajarkan arti persahabatan yang

sesungguhnya. Kalian ISTIMEWA

-teman KKN 017 UMY ( Dhila, Winda, Endri, Revli, Fiska, Fia, Umi, Ira, Dzaky, Boneh, Rafi, Arif, Ageng ) terimakasih kalian telah memberikan pengalaman yang luar biasa selama kurang lebih 1 bulan, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya , karena kalian aku jadi mengerti apa itu yang namanya persahabatan sesungguhny, terimakasih keluarga KKN 017 UMY.

-teman Akuntansi angkatan 2013 UMY, dan para sahabat seperjuangan di Kampus UMY tercinta.


(7)

viii

Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta mereka yang mengemban sunnah-Nya sampai akhir zaman.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan ramhat serta karunia-nya serta kemudahan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh kompensai eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi risiko eksekutif dan karakteristik eksekutif terhadap penghindaran pajak perusahaan ( studi empiris pada perusahaan property, real estate and building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahu 2011-2015)”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan serta kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Bapak Drs. Afrizal Tahar, S.H.,M.Acc.,CA.,Ak selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.


(8)

ix

3. Bapak (Almarhum), Ibu, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan, serta perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Sebagai kata akhir, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diharapkan untuk kedalaman karya tulis dengan topik yang sama seperti yang penulis teliti.

Yogyakarta,27 Desember 2016


(9)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12


(10)

xi

2.Teori Atribusi ... 14

3.Teori of Reasoned Action ... 16

4.Pajak ... 18

5.Penghindarann Pajak ... 24

6.Kompensasi Eksekutif ... 27

7.Kepemilikan Saham Eksekutif ... 31

8.Preferensi Risiko Eksekutif ... 33

9.Karakteristik Eksekutif ... 35

B.Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 37

C.Model Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A.Obyek Penelitian ... 44

B.Jenis Data ... 44

C.Teknik Pengambilan Sampel ... 45

D.Teknik Pengumpulan Data ... 46

E.Definisi Operasional Variabel ... 46

F.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 55

B.Hasil dan Analisis Data ... 57

1.Uji Statistik Deskriptif ... 58

2.Uji Asumsi Klasik ... 59


(11)

xii

4.Pembahasan ... 70 BAB V KESIMPULAN

A.Simpulan ... 77 B.Keterbatasan ... 78 C.Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA ...


(12)

13

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ... 56

Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif... 58

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data ... 60

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 61

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas ... 63

Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas ... 64

Tabel 4.7 Uji Nilai F ... 66

Tabel 4.8 Uji Nilai T ... 67


(13)

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peningkatan Penerimaan Pajak ... 19 Gambar 2.2 Model Penelitian ... 43


(14)

(15)

(16)

(17)

viii

eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi risiko eksekutif dan karakteristik eksekutif terhadap penghindaran pajak perusahaan. populasidalam penelitian ini adalah perusahaan property, real estate and building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun2011-2015. Sampel diperoleh melalui teknik purposive sampling, sebanyak 104. Teknik analisis data menggunakan regresi liniear berganda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompensasi eksekutif dan kepemilikian saham eksekutif tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sedangkan preferensi risiko eksekutif dan karakteristik eksekutif juga tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan.

Kata kunci :Penghindaran pajak, kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi risiko eksekutif, karakteristik eksekutif.


(18)

ix ABSTRACK

This study aims to analyze the influence of executive compensation, executive stock ownership, executive risk preferences and characteristics of the executive against corporate tax evasion. The object this research is company property, real estate and building construction are listed in the Indonesia Stock Exchange in 2011-2015. Samples were obtained through purposive sampling technique, as many as 104. The data were analyzed using multiple linear regression.

Based on the analysis that have been made the result that executive compensation and executive stock ownership no have significant effect on corporate tax avoidance. While the executive risk preferences and characteristics of the executives no have significant effect on corporate tax avoidance.

Keywords: Tax avoidance, executive compensation, executive stock ownership, executive risk preferences, characteristics of the executive.


(19)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dunia ini terdiri dari negara-negara yang dikelompokan berdasarkan perkembangan ekonomi negara masing-masing, yaitu negara maju, negara berkembang maupun negara belum berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan setiap negara tersebut dibutuhkan sumber penerimaan negara. Untuk mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan negara sangatlah penting dan mempuyai kedudukan yang sangat strategis. Berjalannya roda pemerintahan dan kelancaran pelaksanaan pembangunan akan sangat membutuhkan dukungan dana, baik yang berasal dari luar negeri maupun yang berasal dari dalam negeri. Selain mengupayakan peningkatan penerimaan dari ekspor non migas, pemerintah juga mulai mengandalkan penerimaan dalam negeri lainnya untuk senantiasa diupayakan untuk terus meningkat, salah satunya adalah dari sektor pajak. Dimana sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak. Pemerintah yang berada di setiap negara di dunia ini menaruh perhatian lebih dan serius pada sektor pajak. (Budileksmana,2015)

Menurut undang-undang perpajakan nasional, pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan. Dilihat dari grafik penerimaan


(20)

2

negara pada sektor pajak dari tahun ke tahun menunjukkan tren positif, hal ini tidak terlepas dari semakin baiknya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya peranan pajak dalam menopang pembangunan bangsa dan negara. Pertumbuhan penerimaan yang semakin baik ini juga kongruen dengan kondisi perekonomian baik ekonomi makro maupun mikro yang mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat juga semakin baik dan ini sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan penurunan angka kemiskinan, tentunya berimbas pada persentase tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya serta belanja untuk pembelian alat pertahanan negara diantaranya dari sektor migas dan sektor pajak, kondisi saat ini pendapatan dari migas tidak bisa selalu diandalkan karena cadangan migas akan habis sehingga penerimaan yang paling besar adalah dari sektor pajak.( Amaliyah dan Murtin,2010 )

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU KUP pasal 1 ayat 1). Namun bagi masyarakat, pajak adalah beban karena menguragi penghasilan mereka, terlebih lagi tidak mendapatkan imbalan langsung ketika membayar pajak. Hal inilah yang menyebabkan banyak dari masyarakat bahkan perusahaan yang melakukan penghindaran pajak


(21)

(tax avoidance). Kewajiban dan hak perpajakan pemerintah yaitu mengatur penerimaan dan pengeluaran serta pemungutan pajak. Rakyat mempunyai kewajiban membayar pajak dan berhak untuk mengawasi penggunaan pembayaran pajak (Tahar dan Rachman,2014)

Pajak merupakan primadona penerimaan negara yang sangat dominan dalam struktur APBN, data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kontribusi pajak mencapai 69,73% dan pada tahun 2012 mencapai 74,82% (www.anggaran.depkeu.go.id;). Meningkatnya komposisi penerimaan pajak ini sangat berhubungan dengan tingkat kepatuhan pajak di Indonesia. Data statistik menunjukkan bahwa jumlah badan usaha yang terdaftar sebanyak 5 juta sedangkan yang terdaftar sebagai WP hanya 1,9 juta dan yang membayar SPT hanya 520 ribu badan usaha (www.pajak.go.id, 11 Desember 2013). Rendahnya tingkat kepatuhan pajak tersebut merupakan salah satu indikasi adanya praktek penghindaran pajak, baik yang dilakukan secara legal maupun ilegal.

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Penghidaran pajak ini dapat dikatakan persoalan yang rumit dan unik karena disatu sisi diperbolehkan, tetapi tidak diinginkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam melakukan kewajiban perpajakannya antara lain yaitu Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan Saham Eksekutif, Preferensi Resiko Eksekutif dan Karakteristik Eksekutif.


(22)

4

Menurut Houlder (2010) Perusahaan publik di Amerika Serikat diwajibkan untuk membayar pajak atas pendapatan dan pajak ini merupakan jumlah terbesar bagi perusahaan-perusahan di berbagai industri. Oleh karena itu mencari cara untuk mengurangi atau melakukan penghindaran pajak dapat membantu perusahaan menyimpan lebih banyak keuntungan. Karena ini mungkin awalnya berpikir bahwa semua perusahaan ingin meminimalkan pajak perusahaan. Fakta ini bagaimanapun telah mengabaikan bahwa penghindaran pajak dapat mengekspos perusahaan untuk banyak jenis risiko.

Menurut Shopar dan Yenni (2013) strategi penghindaaaran pajak (tax avoidance) ini merupakan cara yang diperkenankan undang-undang namun strategi yang diterapkan perusahaan ini tetap merugikan negara. Terkait dengan penghindaran pajak ini di Indonesia pada tahun 2010 terdapat 750 perusahaan penanaman modal asing yang ditenggarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi dalam lima tahun berturut-turut tidak membayar pajak (Bapenas, 2013).

Fenomena penghindaran pajak lain yang terjadi di Indonesia adalah dimuat di berita online (www.detik.com) pada tanggal 14 Agustus 2013. Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso angkat bicara soal itu. Pihaknya yakin jika kasus pengurangan pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) tidak dilakukan oleh anggotanya. Meskipun ia tak menutup kemungkinan perlu adanya pemeriksaan terhadap pengembang yang fokus menggarap properti komersial atau non subsidi yang


(23)

jumlahnya mencapai 40% dari anggota REI. Dari sedikitnya total anggota REI berjumlah 3.000 pengembang, sekitar 60% memang sudah melakukan pembayaran pajak secara benar karena porsi ini menjual rumah tipe sederhana alias rumah subsidi. Pada transaksi penjualan rumah subsidi relatif sudah terukur harganya. Berbeda dengan penjualan properti komersial dijual memakai mekanisme pasar. Sebanyak 40% pengembang properti anggota REI berjual properti komersial.

Menurut Arnold (2008) secara umum dikenal dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk memerangi praktik penghindaran pajak. Pertama dengan pendekatan tanpa menggunakan ketentuan khusus dalam peraturan melalui judicial general anti avoidance doctrine (judicial doctrine) yang dikembangkan terutama oleh putusan pengadilan, kedua melalui statutory general anti avoidance rule (GAAR) yaitu ketentuan khusus dalam peraturan yang memberikan kewenangan kepada otoritas pajak untuk membatalkan manfaat dari transaksi yang memenuhi kriteria sebagai penghindaran pajak.

Menurut Budiman (2012) penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tentu saja melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri. Pimpinan perusahaan sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dalam perusahaan tentu memiliki karakater yang berbeda-beda. Seorang pemimpin perusahaan bisa saja memiliki karakter risk taker

atau risk averse yang tercermin dari besar kecilnya risiko perusahaan . Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat


(24)

6

risk taker dan semakin rendah risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk averse.

Perusahaan real estate dan property merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri real estate dan property begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri real estate dan property mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an, industri real estate dan property sudah mulai terdaftar di BEI. Adapun jumlah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI pada tahun 2003 berjumlah 30 perusahaan dan pada tahun 2009 terdapat 41 perusahaan.

Mengingat perusahaan yang bergerak pada sektor real estate dan

property tersebut adalah perusahaan yang sangat peka terhadap pasang surut perekonomian, maka seiring perkembangannya sektor real estate dan

property dianggap menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari kondisi ekonomi secara makro di Indonesia. Terbukti dengan semakin banyaknya sektor real estate dan property yang memperluas landbank

(aset berupa tanah), melakukan ekspansi bisnis, dan hingga tahun 2012 sektor real estate dan property yang terdaftar di BEI bertambah menjadi 55 perusahaan.

Kajian tentang pengaruh karakteristik eksekutif terhadap penghindaran pajak telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain


(25)

yang dilakukan oleh Dewi dan Jati (2014) ,Budiman dan Setiyono (2012), Swingly dan Sukartha(2015),Maharani dan Suardana(2014) yang menunjukkan bahwa karakteristik berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rego dan Wilson (2009), tentang Executive Compensation, Tax Reporting Aggresiveness, and Future Firm Performance menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan, selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Minnick dan Noga (2010) menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan , Amstrong Et Al (2012) juga meneliti mengenai kompensasi eksekutif terhadap penghindaran pajak perusahaan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amstrong Et Al menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Timothy (2010 ) tentang Effects of Corporate Governance on Tax Aggressiveness menunjukkan bahwa kepemilikan saham eksekutif berpengaruh sigifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan , penelitian yang dilakukan Irawan dan Faramita (2012) tentang pengaruh kompensasi manajemen dan corporate governance terhadap manajemen pajak perusahaan menunjukkan hasil bahwa kepemiliakan saham eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014)mengenai analisis pengaruh kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, dan


(26)

8

preferensi risiko eksekutif terhadap penghindaran pajak perusahaan menunjukkan hasil bahwa kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif dan preferensi risiko eksekutif berpengaruh signifikan dan positif terhadap penghindaran pajak perusahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik melakukan penelitian lanjutan dengan judul penelitian “ANALISIS

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN

SAHAM EKSEKUTIF , PREFERENSI RESIKO EKSEKUTIF DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE, DAN BUILDING CONSTRUCTION PERIODE TAHUN 2011-2015”.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi

Hanafi dan Puji Harto dengan judul “Pengaruh Kompensasi Eksekutif,

Kepemilikan Saham Eksekutif dan Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan Pada Perusahaan Property, Real Estate, dan Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012”. Karena dalam penelitian ini peneliti menambahkan variabel independen yaitu karakteristik eksekutif dan menambahkan periode penelitian, penelitian sebelumnya hanya menggunakan tiga tahun penelitian sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode selama lima tahun penelitian .


(27)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peniliti tidak akan membahas terlalu jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada :

1. Analisis pengaruh kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi resiko eksekutif dan karakteristik eksekutif. 2. Penelitian ini hanya pada perusahaan property, real estate, dan

building construction.

3. Tahun penelitian hanya dari 2011 sampai 2015.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah Kompensasi Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan ?

2. Apakah Kepemilikan Saham Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan ?

3. Apakah Preferensi Risiko Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan ?

4. Apakah Karakteristik Eksekutuf berpengaruh posiif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan ?


(28)

10

D. Tujuan Penelitian

1) Untuk menguji secara empiris apakah Kompensasi Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan.

2) Untuk menguji secara empiris apakah Kepemilikan Saham Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan.

3) Untuk menguji secara empiris apakah Preferensi Risiko Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan.

4) Untuk menguji secara empiris apakah Karakteristik Eksekutif berpengaruh positif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan dan dapat menambah referensi atau studi pustaka mengenai pengaruh kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi risiko eksekutif dan karakteristik eksekutif terhadap penghindaran pajak perusahaan .

2. Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan

Dapat memberikan referensi yang diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu terkait dengan perpajakan dan penghindaran pajak


(29)

Sebagai masukan agar pemerintah dapat mengetahui mengenai penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.

c. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai masukan atau referensi untuk mahasiswa atau pembaca untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang.


(30)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Theory Of Planned Behavior

Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensiintervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangadekuatan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA (Zakarija Achmat).

Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.


(31)

Theory of reason action mengatakan terdapat dua faktor penentu intensi yaitu sikap pribadi dan norma subyektif. Pengembangan dari teori ini yaitu theory of planned behavior menemukan faktor lain yaitu

perceived behavioral control. Sehingga menurut ajzen (2005) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi intensi individu untuk melakukan suatu perilaku, yaitu :

1. Sikap Pribadi

Sikap merupakan suatu posisi untuk merespon secara positif atau negatif suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh behavioral belief, yaitu menghubungkan perilaku dengan hasil yang bisa didapat dari perilaku tersebut.

2. Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan persepsi individu tentang tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Norma subjektif ditentukan oleh normative belief dan motivation to comply, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

3. Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku atau perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan suatu perilaku. Kontrol perilaku ditentukan oleh kombinasi antara control belief dan perceived power control, yaitu keyakinan individu mengenai faktor pendukung atau penghambat untuk memunculkan sebuah perilaku


(32)

14

dan kekuatan perasaan individu akan setiap faktor pendukung atau penghemat tersebut.

Ketiga faktor tersebut dapat menentukan individu untuk melakukan suatu perilaku yang selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan niat atau maksud seseorang untuk berperilaku dan kemudian seseorang akan mulai melakukan suatu perilaku. Berkaitan dengan penelitian ini adalah bahwa perilaku wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak atau penghindaran pajak dipengaruhi oleh niat wajib pajak itu sendiri.

2. Teori Atribusi

Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses di mana orang menarik kesimpulan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku orang lain. Kajian tentang atribusi awalnya dilakukan oleh Heider tahun 1958.

Teori atribusi berkembang dari tulisannya yang berjudul “Native Theory of Action”, yaitu kerangka kerja konseptual yang digunakan orang untuk

menafsirkan, menjelaskan, dan meramalkan tingkah laku seseorang. Menurut Heider (1958), setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu.


(33)

Teori ini menjelaskan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, individu tersebut berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins dan Judge, 2008). Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi seorang individu. Perilaku yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku yang dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar, yaitu individu tersebut dianggap telah dipaksa berperilaku demikian oleh situasi.

Menurut Robbins dan Judge (2008) untuk menetukan apakah perilaku disebabkan secara internal atau eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini :

1. Kekhususan merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku- perilaku yang berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda. 2. Konsensus merujuk pada apakah semua individu yang menghadapi

situasi yang serupa merespon dengan cara yang sama.

3. Konsistensi merujuk pada apakah individu selalu merespons dalam cara yang sama.

Teori atribusi mengelompokkan dua hal yang dapat memutarbalikkan arti dari atribusi. Pertama, kekeliruan atribusi mendasar yaitu kecendrungan untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal daripada internalnya. Kedua, prasangka layanan dari seseorang cendrung menghubungkan kesuksesannya karena akibat faktor-faktor internal, sedangkan kegagalan dihubungkan dengan faktor-faktor eksternal.


(34)

16

Teori ini menggambarkan komunikasi pada seseorang yang berusaha untuk menelaah, menilai dan menyimpulkan penyebab dari suatu kejadian menurut persepsi individu. Teori atribusi menurut Robbins (1996) dalam Mukharoroh (2014), menyatakan bahwa bila seorang individu mengamati perilaku seseorang, maka mereka akan mencoba untuk menentukan apakah perilaku tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang dipengaruhi dari dalam diri individu, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar individu, artinya individu akan berperilaku bukan karena keinginannya sendiri, melainkan karena desakan atau keadaan yang tidak bisa terkontrol. Teori atribusi sangat relevan untuk menjelaskan penelitian ini, sebab perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakan ditentukan oleh suatu keadaan, baik dari faktor internal maupun eksternal.

2. Teori Of Reasoned Action

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980. Teori of Reasoned Action berasumsi bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Jogiyanto (2007), sikap adalah jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan dapat diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluative dua kutub, contohnya


(35)

baik atau jelek, menerima atau menolak dan sebagainya. Selanjutnya norma-norma subyektif didefinisikan sebagai persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan(Jogiyanto, 2007).

Teori of reasoned action berusaha untuk menetapkan faktor-faktor apa yang dapat menentukan konsistensi sikap dan perilaku. Teori ini berasumsi bahwa orang yang berperilaku secara cukup rasional. Didalam teori of reasoned action atau teori tindakan beralasan mempunyai tiga langkah, yaitu:

1. Model teori ini memprediksi perilaku seseorang dari maksudnya. 2. Maksud perilaku dapat diprediksi dari dua variabel utama yaitu sikap

seseorang terhadap perilaku dan mengenai persepsinya tentang apa yang seharusnya orang lain.

3. Sikap terhadap perilaku dapat diprediksi dengan menggunakan kerangka nilai-harapan yang telah diperkenalkan.

Dalam perspektif model teori tindakan beralasan, norma subjektif merupakan sesuatu yang berkenaan dengan dasar perilaku yang merupakan fungsi dari keyakinan-keyakinan normatif dan keinginan untuk mengikuti keyakinan-keyakinan normatif itu sendiri.Norma subjektif menggambarkan persepsi individu tentang harapan-harapan orang-orang lain yang dianggapnya penting terhadap seharusnya ia berperilaku.


(36)

18

Teori tindakan beralasan mengemukakan bahwa yang menebabkan timbulnya suatu perilaku bukan sikap,tetapi niat untuk melaksanakan perilaku itu sendiri. Niat adalah pengambilan keputusan seseorang untuk melaksanakan suatu perilaku. Pengambilan keputusan oleh seseorang untuk melaksanakan suatu perilaku merupakan suatu hasil dari proses berpikir yang bersifat rasional. Menurut Gibbon et al(1998), proses berpikir yang bersifat rasional berarti bahwa dalam setiap perilaku yang bersifat sukarela maka akan terjadi proses perencanaan pengambilan keputusan yang secara kongkret diwujudkan dalam niat untuk melaksanakan suatu perilaku.

3. Pajak

Menurut Hardika (2007) pajak merupakan sumber pendapatan bagi negara, sedangkan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan dari fiskus yang menginginkan penerimaan pajak yang besar dan kontinyu tentu bertolak belakang dengan kepentingan dari perusahaan yang menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling tinggi, dimana setiap tahunnya mengalami peningkatan. Data pada tahun 2011 sampai tahun 2015 menunjukkan bahwa di sektor penerimaan pajak selalu terjadi peningkatan. Tabel dibawah ini menunjukkan peningkatan penerimaan negara di sektor perpajakan.


(37)

Tabel Peningkatan Penerimaan Negara Di Sektor Perpajakan

Sumber Penerimaan 2011 2012 2013 2014 2015

Penerimaan Perpajakan : 873.874 980.518,1 1.077.306,7 1.146.865,8 1.489.255,5 Pajak Dalam Negeri 819.752 930.865,8 1.029.850 1.103.217,6 1.439.998,6 Pajak Perdagangan

Internasional

54.122 49.656,3 47.456,6 43.648,1 49.256,9

Gambar 1. Peningkatan penerimaan negara di sector perpajakan pada Badan Pusat Statistik (bps.go.id)) tahun 2011-2015.

Menurut undang-undang perpajakan nasional pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan (seputarpengetahuan.com).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan sebagainya (kbbi.web.id).

Menurut pendapat para ahli tentang definisi pajak,beberapa diantaranya sebagai berikut:


(38)

20

1. Prof. Dr. PJA Andriani

Beliau pernah menjadi guru besar di sebuah Perguruan Tinggi Universitas Amsterdam. Menurutnya, pajak merupakan iuran rakyat atau masyarakat pada negara yang bisa dipaksakan dan terhutang bagi yang wajib membayarnya sesuai dengan peraturan UU dengan tidak memperoleh suatu imbalan yang langsung bisa ditunjuk serta digunakan untuk pembiayaan yang diperlukan pemerintah.

2. Dr. Soeparman Soemahamidjaya

Beliau mengemukakan pendapatnya mengenai pajak, dimana pajak merupakan iuran wajib bagi warga, baik berupa uang maupun barang yang dipungut oleh penguasa menurut norma-norma hukum yang berlaku guna untuk menutup segala biaya produksi barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

3. Anderson Herschel M, dkk

Pajak ialah pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah dan bukan suatu akibat dari pelanggaran tetapi sebuah kewajiban berdasarkan ketentuan yang berlaku tanpa adanya imbalan dan dilakukan untuk mempermudah pemerintah menjalankan tugasnya.

4. Prof. Dr. Djajaningrat

Mengemukakan bahwa pajak merupakan kewajiban untuk memberikan sebagian harta kekayaan kepada negara karena kejadian, keadaan juga perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu


(39)

dimana pungutan itu bukanlah sebuah hukuman, namun kewajiban berdasarkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dan bisa dipaksakan. Tujuannya tetap untuk memelihara kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

5. Dr. N.J. Fieldman

Pajak yaitu sebuah prestasi yang sifatnya paksaan sepihak kepada penguasa menurut norma yang ditetapkan tanpa adanya kontraprestasi dan gunanya untuk menutupi segala pengeluaran umum dari sebuah negara.

6. R.R.A. Seligman

Pajak ialah pemungutan yang sifanya memaksa kepada pemerintah atau penguasa untuk biaya segala pengeluaran yang berhubungan dengan masyarakat dan tanpa ditunjuk serta tidak ada keuntungan khusus yang diperoleh.

7. Leroy Beaulieu

Menyatakan bahwa pajak bantuan baik secara langsung atau tidak, dimana hal ini bisa dipaksakan oleh pemerintah kepada warga masyarakatnya yang gunanya untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara.

Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak yang merupakan sumber penerimaan negara memiliki dua fungsi utama, yaitu :


(40)

22

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeuarannya.

2. Fungsi Mengatur ( Regulerend )

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanaan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi

Dalam proses pemungutannya pajak mempunya tiga proses (Mardiasmo : 2011, 7-8), yaitu :

1. Official Assesment System

Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self Assesment System

Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Berdasarkan pengertian self assessment system jelas bahwa sistem ini memiliki sifat edukatif karena Wajib Pajak dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang perhitungan, penyetoran dan pelaporan besarnya pajak yang terutang. Kondisi ini memungkinkan masyarakat memiliki kecenderungan untuk tidak membayar pajak karena mungkin disebabkan sistem dan perhitungan pajak yang terlalu sulit dipahami (Tahar dan Sandy,2012).


(41)

3. With Holding System

Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajb pajak.

Menurut Mardiasmo (2011 :9-10) yang merupakan tarif pajak itu ada empat, yaitu :

1. Tarif sebanding/proporsional

Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3. Tarif progresif

Presentase tarif yang digunakan semakin besar bla jumlah yang dikenai pajak semakin besar.


(42)

24

Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

5. Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara. penghindaran pajak (tax avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan yang legal (misalnya meminimalkan beban pajak tanpa melawan ketentuan perpajakan) dan penyelundupan pajak (tax evasion/tax fraud) diartikan sebagai kegiatan yang ilegal (misalnya meminimalkan beban pajak dengan memanipulasi pembukuan).

Penghindaran pajak merupakan suatu usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun utuk menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku (Heru, 1997 dalam Budiman dan Sutiyono 2012). Senada dengan penelitian sebelumnya Jacob (2014)juga mendefinisikan penghindaran pajak sebagai suatu tindakan pengurangan atau meminimalkan kewajiban pajak dengan hati-hati mengatur sedemikian rupa untuk mengambil keuntungan dari celah-celah dalam ketentuan hukum pajak. Ini adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh wajib pajak untuk membayar kurang dari jumlah yang seharusnya dibayarkan kepada otoritas pajak.


(43)

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, khususnya badan dalam bentuk tax avoidance, memang dimungkinkan atau dalam hal ini tidak bertentangan dengan undang-undang atau ketentuan hukum yang berlaku, karena dianggap praktek-praktek yang berhubungan dengan tax avoidance lebih kepada pemanfaatan lubang-lubang atau celah-celah atau bisa juga kekosongan-kekosongan dalam undang-undang perpajakan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak tidak bisa berbuat apa-apa melakukan penuntutan secara hukum, meskipun praktek tax avoidance ini akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak. Praktek tax avoidance ini sebenarnya suatu dilema bagi pemerintah, karena wajib pajak melakukan pengurangan jumlah pajak yang harus dibayar, tetapi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Menurut Mortenson dalam Zain (1988) menyatakan bahwa tax avoidance merupakan pengaturan untuk meminimumkan atau menghilangkan beban pajak dengan mempertimbangkan akibat pajak yang ditimbulkannya. Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak.

Ada enam modus operan yang dilakukan perusahaan properti dalam menghindari pajak. Enam poin inilah yang menjadi fokus para pemeriksa pajak untuk menelisik dokumen dan mengecek fisik bangunan


(44)

26

di lapangan secara random (nasional.kontan.co.id). Enam modus tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pertama, menyiasati perbedaan kewajiban pajak dengan memecah unit usaha property berdasarkan fungsi. Contoh, memecah menjadi perusahaan konstruksi dan perusahaan pemasaran.

2. Kedua, pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN) ke negara seharusnya dilakukan pada saat ditandatangani akte jual beli. Tapi, perusahaan properti menghitungnya ketika penyerahan penguasaan fisik, pelunasan pembayaran, atau pengalihan hak sehingga penerimaan PPN tertunda.

3. Ketiga, melakukan penghindaran pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) melalui: (1) Luas bangunan di Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) berbeda dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan fisik bangunan. 2) Penambahan bangunan di luar spesifikasi awal dengan kontrak terpisah, seperti mengerjakan garasi dan kolam renang berbeda dengan kontraktor rumah. 3) Ada penyatuan unit secara vertikal dan horizontal yang tak dilaporkan. 4) Ada unsur bangunan landed house yang tidak dilaporkan sebagai penghitung komponen luas bangunan.

4. Keempat, menghindari pajak atas pesanan yang batal dengan dua cara: 1) PPN atas cicilan yang telah dibayar terhadap unit properti yang dibatalkan tak pernah dilaporkan ke Ditjen Pajak. 2)


(45)

Penghasilan dari penalty fee dan booking fee atas unit yang batal tidak pernah dilaporkan ke Ditjen Pajak.

5. Kelima, dari cara bayar, pengembang mengaku penjualan dilakukan secara mencicil sehingga pembayaran pajak disesuaikan dengan cicilan. Padahal, konsumen atau bank sudah membayar dengan lunas.

6. Keenam, cara membangun bangunan yang tidak dilakukan sendiri dibedakan-bedakan, tidak dilakukan secara keseluruhan dalam satu waktu oleh satu kontraktor. Cara ini agar ada perbedaan kewajiban perpajakan.

Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso mengatakan tidak terlalu mengetahui modus operan di penghindaran pajak di atas marak di kalangan anggotanya. "Kalau di REI itu tidak ada, mungkin yang lain atau pengembang properti yang pribadi," jelas Setyo.

6. Kompensasi Eksekutif

Garry Dessler (1997) mendefinisikan kompensasi sebagai segala bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan oleh perusahaan sebagai balas jasa atas kontribusi mereka kepada perusahaan. Menurut Mondy dan Neo (1998) balas jasa kepada karyawan dapat berupa kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi eksekutif biasanya berupa gaji dasar, bonus tahunan, opsi atau saham


(46)

28

untuk menghargai kinerja jangka panjang mereka, tunjangan dan proyek kesepakatan kontrol (Tonn, 2008).

Kompensasi eksekutif terdiri dari dua elemen, yaitu kompensasi dan tunjangan atau benefit, seperti pegawai pada umumnya. Tetapi, satu perbedaan yaitu paket kompensasi eksekutif menekankan pada reward yang bersifat jangka panjang. Komponen utama kompensasi eksekutif antara lain:

1. Kompensasi pokok tahunan

2. Kompensasi pokok yang ditangguhkan : kompensasi saham

3.Kompensasi pokok yang ditangguhkan : golden parachutes dan platinum parachutes

4. Benefit pegawai : program perlindungan yang ditingkatkan dan perkuisit/ penghasilan tambahan

5.Clawback provisions

Dalam kompensasi eksekutif juga terdapat komponen pokok. Komponen kompensasi pokok tersebut adalah sebagai berikut :

1. Gaji pokok

Merupakan elemen tetap kompensasi tunai tahunan yang diterima. Perusahaan yang menggunakan struktur penggajian formal tentunya sudah menetapkan tingkat dan jangkauan gaji untuk semua pegawai. Gaji pokok tahunan sering mencerminkan bagian kecil dari total kompensasi dengan dua alasan. Pertama, secara khusus butuh waktu bertahun-tahun sebelum hasil inisiatif stratejik CEO disadari. Kedua, IRS membatasi


(47)

jumlah gaji tahunan perusahaan mengecualikan sebagai pengeluaran bisnis.

2. Bonus

Empat jenis bonus yang umum diberikan kepada pegawai eksekutif yaitu :

1. Discretionary bonus

2. Performance-contingent bonus

3. Predetermined bonus

4. Target plan bonus

3. Insentif jangka pendek

Insentif ini diberikan untuk menilai berlangsungnya proses pemenuhan tujuan strategis kompetitif.

Dalam kompensasi eksekutif juga terdapat komponen tunjangan atau benefit. Tunjangan atau benefit yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Program perlindungan

Asuransi jiwa suplemental dan rencana pensiun suplemental eksekutif membedakan program perlindungan antara pegawai eksekutif dan pegawai lainnya. Tujuan perusahaan memberikan asuransi jiwa yaitu, pertama, meningkatkan nilai harta milik eksekutif untuk diwariskan jika dia meninggal. Kedua, program asuransi jiwa ini memberikan perlakuan


(48)

30

pajak yang baik bagi eksekutif. Program pensiun suplemental didesain untuk menyimpan benefit terbatas pada rencana terkualifikasi.

2. Perkuisit

Merupakan bagian integral kompensasi eksekutif, yang mencakup sebagian besar benefit, dari makan siang gratis sampai penggunaan jet perusahaan secara gratis. Perkuisit mempunyai dua tujuan, yang pertama benefit ini mengakui status yang diperoleh eksekutif. Kedua, eksekutif menggunakan tunjangan tersebut untuk kenyamanan pribadi atau alat perusahaan untuk melakukan bisnis.

Terdapat tiga teori alternatif yang menjelaskan prinsip dan proses dalam menetapkan kompensasi eksekutif, yaitu: agency theory, tournament theory, dan social comparison theory.

Agency theory, kepemilikan dibagi kepada banyak pemilik saham pada perusahaan besar dalam teori agen pemegang saham mendelegasikan kontrol pada eksekutif atas untuk mewakili kepentingan pemilik. Sebagai hasilnya eksekutif biasanya tidak memiliki kepentingan yang sama seperti pemegang saham. Fitur ini membuat adanya kemungkinan eksekutif mencari aktivitas yang memberikan manfaat pada mereka sendiri daripada pemegang saham. Hal itu juga disebut dengan permasalahan agen.


(49)

Tournament theory, memberikan keuntungan dengan kompensasi eksekutif sebagai hadiah dalam beberapa turnamen antara manajer menengah dan atas dimana berkeinginan menjadi CEO.

Social comparison theory, menurut teori ini individu membutuhkan evaluasi untuk prestasi mereka, dengan membandingkan mereka dengan individu lain. Dasar yang biasa digunakan yaitu karakteristik demografik dan pekerjaan masing- masing.

7. Kepemilikan Saham Eksekutif

Menurut Darmadji dan Fakhruddin dalam Deitiana(2011) yang dimaksud dengan saham adalah Sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin ( 2006 : 178 ) Saham dapat didefinisikan sebagai tanda atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.


(50)

32

Saham dikenal dengan karakteristik “ imbal hasil tinggi, resiko

tinggi ”. Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbalan hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun seiring berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan ( demand ) dan penawaran ( supplay ) atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham.

Presentase kepemilikan saham menentukan struktur kepemilikan di perusahaan, para pemegang sahama memiliki beberapa hak yang hanya terdapat pada kepemilikan saham biasa (Ross, Westerfield, dan Jordan, 2008), diantaranya adalah :

1) Hak suara dalam pemilihan langsung dewan direksi perusahaan. Jenis voting yang dapat dilakukan oleh pemegang saham ada dua jenis yaitu cumulative voting dan straight voting.

2) Hak proxy voting dimana pemegang saham dapat memberikan hak suaranya kepada pihak tertentu di dalam rapat pemegang saham.

3) Hak mendapatkan dividen apabila perusahaan memutuskan untuk membagi dividen pada periode tertentu.

4) Hak ambil bagian dalam likuidasi aset perusahaan setelah perusahaan memenuhi kewajibannya kepada pemegang obligasi.


(51)

5) Hak suara dalam rapat pemegang saham luar biasa yang menentukan masa depan perusahaan misalkan merjer, akuisisi, dan lain-lain.

6) Hak memiliki saham yang diterbitkan oleh perusahaan.

8. Prefererensi Risiko Eksekutif

Menurut Jones (2004) risiko merupakan kemungkinan pendapatan yang diterima, dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan. Semakin besar penyimpanan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, maka semakin besar risiko yang akan ditanggung.

Ada beberapa definisi risiko , dibawah ini merupakan 3 definisi risiko (ngapackers.blogspot.co.id) antara lain yaitu :

1) Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).

Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure

(keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.

2) Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).


(52)

34

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

3) Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective.

Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.

Menurut Hartono (2008) risiko pasti ada kaitanya dengan return yang diperoleh oleh suatu perusahaan, bahwa risiko adalah suatu penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin besar deviasi antara outcome yang diterima dengan yang diekspektasikan maka dapat mengindikasikan semakin besar pula resiko yang ada. Seseorang investor akan menghadapi risiko investasi berupa suatu kemungkinan terjadinya perbedaan hasil yang diharapkan dengan hasil yang benar-benar terjadi (Penman, 2007).

Preferensi risiko eksekutif merupakan konsekuensi yang akan dimiliki eksekutif sebagai akibat tindakan yang diambilnya. Tindakan eksekutif sebagai penentu keputusan akan mempertimbangkan berbagai aspek.


(53)

Eksekutif (pemimpin) yang mempunyai preferensi risk taker memiliki suatu keberanian lebih dalam menentukan kebijakan meskipun mengasilkan risiko yang tinggi. Tetapi, risk taker dengan keberaniannya tersebut juga dituntut untuk menghasilkan cash flow yang tinggi. Hal seperti itu dilakukan untuk menyeimbangkan risiko yang ditimbulkan atas keberaniannya dalam mengambil suatu tindakan dan juga suatukeputusan. Di antara berbagai keputusan eksekutif, terdapat suatu keputusan yaitu untuk melakukan penghindaran pajak.

Menurut Budiman dan Setiyono (2012) menjelaskan bahwa preferensi risiko dapat dibedakan menjadi risk taker dan risk averse yaitu dengan cara mengukur risiko perusahaan yang dipimpinnya. Preferensi risiko akan berpengaruh dalam pelaksanaan tugas seorang eksekutif. Berdasarkan suatu teori yaitu teori tindakan beralasan, eksekutif dapat menentukan keputusan berdasarkan informasi yang ada. Selain itu, adanya alternatif pilihan serta kendali yang dimiliki eksekutif dalam proses pengambilan keputusan membuat teori tindakan beralasan semakin menjelaskan alasan preferensi risiko eksekutif (Hanafi dan Harto, 2014).

9. Karakteristik Eksekutif

Eksekutif merupakan individu yang menempati sebuah posisi penting dalam sistem kepemimpinan sebuah perusahaan atau suatu organisasi. Eksekutif dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk mencapai


(54)

36

tujuan suatu perusahaan dengan memberikan pengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya sehingga dapat memiliki pengaruh yang cukup besar kepada perusahaan serta pengaruh dalam pengambilan keputusan memiliki resiko.

Ada 9 karakteristik yang dimiliki oleh eksekutif (gudangonline.blogspot.co.id), antara lain sebagai berikut :

1) Keterusterangan 2) Kejelasan

3) Keterbukaan 4) Keinginan besar 5) Sikap tenang 6) Percaya diri 7) Ketulusan 8) Penuh pemikiran 9) Hangat

Menurut Low (2006) menyebutkan bahwa, eksekutif dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan, memiliki dua karakter yaitu sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker merupakan eksekutif yang lebih berani mengambil keputusan dalam bisnisnya dan biasanya mempunyai dorongan yang kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Eksekutif yang memiliki sifat risk taker tidak pernah ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari


(55)

hutang (Lewellen, 2003), hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh lebih cepat.

Tidak seperti risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse merupakan eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih rendah (Low, 2006). Biasanya eksekutif yang mempunyai sifat risk averse memiliki usia yang lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Dibandingkan dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitik beratkan pada suatu keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih besar.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Hubungan antara kompensasi Eksekutif dengan Penghindaran Pajak

Berdasarkan teori kepatuhan yang menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada seorang wajib pajak yang secara sukarela atau secara cuma-Cuma membayar pajak karena bagi wajib pajak hal tersebut merupakan suatu beban karena dapat mengurangi penghasilan. Berdasarkan hal tersebut seorang eksekutif sebagai pimpinan perusahaan akan membuat suatu kebijakan penghindaran pajak jika ia mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Oleh karena itu memberikan kompensasi


(56)

38

tinggi kepada eksekutif merupakan salah satu cara terbaik sebagai upaya pelaksanaan efisiensi pajak perusahaan

Penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2006) menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif tinggi maka dapat menaikkan penghindaran pajak perusahaan yang dipimpinnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rego dan Wilson (2009) menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan (2012) menemukan bukti bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Harto (2014) menunjukkan hasil bahwa kompensasi eksekutif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014) menunjukkan hasil bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh signifikan dan positif terhadap penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka diturunkan hipotesis pertama yaitu :

H1 : Kompensasi Eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran

pajak perusahaan

2. Hubungan antara Kepemilikan Saham Eksekutif dengan Penghindaran Pajak


(57)

Disini kepemilikan saham dijelaskan oleh teori kepatuhan dimana suatu perusahaan oleh eksekutif mampu mempengaruhi penghindaran pajak perusahaan. Teori ini berasumsi bahwa eksekutif sebagai seorang individu akan melaksanakan sesuatu jika ia mendapatkan keuntungan dari hal yang dilakukan tersebut. Dengan adanya kepemilikan saham, seorang eksekutif juga menjadi bagian dari pemilik perusahaan. Sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung, aliran cash flow perusahaan yang baik menjadi harapan eksekutif agar ia mendapat keuntungan yang lebih tinggi. Aliran kas perusahaan yang baik salah satunya dapat dicapai dengan melakukan efisiensi beban pajak melalui penghindaran pajak perusahaan.

Tolok ukur variabel kepemilikan saham menurut Irawan dalam Hanafi dan Harto(2014) merupakan persentase kepemilikan saham oleh eksekutif yang diungkapkan pada annual report perusahaan. Kepemilikan saham eksekutif diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan diantaranya melalui penghindaran pajak perusahaan sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014) menemukan hasil bahwa kepemilikan saham eksekutif berpengaruh signifikan dan positif terhadap penghindaran pajak perusahaan dan penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2011), dalam penelitiannya di Cina, menemukan hasil bahwa ada hubungan positif antara proporsi pemegang saham pengendali dengan penghindaran pajak perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan


(58)

40

Harto (2014) yang menunjukkan hasil bahwa kepemilikan saham memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham, maka perusahaan semakin agresif dalam pengambilan keputusan dan hal ini berimplikasi pada penghindaran pajak yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis kedua dari penelitian ini adalah:

H2 : Kepemilikan saham perusahaan oleh eksekutif berpengaruh

positif terhadap penghindaran pajak perusahaan

3. Hubungan antara Preferensi Risiko Eksekutif dengan Penghindaran Pajak

Eksekutif yang memiliki preferensi risk taker akan mempunyai keberanian yang lebih dalam menentukan kebijakan meskipun risikonya tinggi. Tetapi, risk taker dengan keberaniayang tinggi tersebut juga dituntut untuk menghasilkan cash flow yang tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk menyeimbangkan risiko yang ditimbulkan atas keberaniannya dalam mengambil suatu tindakan dan suatu keputusan. Di antara berbagai keputusan yang dilakukan eksekutif, terdapat suatu keputusan untuk melakukan penghindaran pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012) menunjukkan hasil bahwa eksekutif yang mempunyai preferensi risk taker berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan dan hasil penelitian yang


(59)

dilakukan oleh Chandra (2014) menunjukkan bahwa preferensi resiko eksekutif berpengaruh positif signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014) juga menemukan bukti bahwa preferensi risiko eksekutif berepengaruh signifikan dan positif terhadap penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka diturunkan hipotesis ketiga yaitu :

H3 : Preferensi Risiko Eksekutif berpengaruh positif terhadap

Penghindaran Pajak Perusahaan

4. Hubungan antara Karakteristik Eksekutif dengan Penghindaran Pajak

Karakter seorang eksekutif dibedakan menjadi dua yaitu risk taker

dan risk averse yang tercermin dari besar kecilnya risiko suatu perusahaan. Risk taker eksekutif memiliki keberanian yang tinggi dan berani mengambil risiko sedangkan Risk Averse cenderung tidak memiliki keberanian sehingga tidak berani mengambil risiko yang tinggi. Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung akan bersifat risk taker sehingga semakin tinggi kecenderungan melakukan penghindaran pajak dengan ditandai nilai CETR yang rendah (Mutaqqin, 2014). Sebaliknya semakin rendah risiko suatu perusahaan maka eksekutif cenderung bersifat risk averse (Kristiani dan Jati, 2014)

Penelitian yang dilakukan Budiman dan Setiyono(2012); Dewi dan Jati(2014); Swingly dan Sukartha(2015); dan Maharani dan


(60)

42

Suardana(2015) menunjukkan hasil bahwa karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak . Semakin eksekutif bersifat risk taker maka akan semakin tinggi pula aktivitas penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian dari Indarti dan Winoto (2015) yang menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Tingkat risiko perusahaan yang lebih rendah mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk averse, dimana seorang eksekutif cenderung tidak menyukai risiko sehingga kurang berani atau tidak berani dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan penghindaran pajak. Berdasarkan uraian tersebut maka diturunkan hipotesis ke empat yaitu : H4: Karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak


(61)

C. Model Penelitian

+ + + +

Gambar 2. Model Penelitian

Kompensasi Eksekutif (X1)

Kepemilikan Saham Eksekutif ( X2)

Preferensi Risiko Eksekutif (X3)

Karakteristik Eksekutif (X4)

Penghindaran Pajak Perusahaan


(62)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah wilayah generalisasi yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dietapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:389). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan property, real estate dan building construction

yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2015. Pemilihan sampel didasarkan karena faktor tingginya pertumbuhan sektor property,real estate and building construction dibanding dengan sektor usaha lain seperti perkebunan dan pertambangan. Namun pertumbuhan sektor tersebut tidak membuat penerimaan negara dari pajak property mengalami kenaikan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010:12). Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang yang didapat atau dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada dalam artian peneliti sebagai tanda kedua


(63)

(Rahmawati, Fajarwati dan Fauziah, 2014:4). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dari data kepemilikan perusahaan dan data keuangan perusahaan dari laporan keuangan perusahaan

property, real estate and building construction yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan website Bursa Efek Indonesia

www.idx.co.id tahun 2011-2015. C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, terutama pertimbangan yang diberikan oleh sekelompok pakar atau expert (Sanusi,2013). Dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut adalah :

1. Laporan keuangan perusahaan property, real estate and building construction yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015.

2. Perusahaan dengan data keuangan yang lengkap, atau perusahaan yang pada tahun dimaksud melakukan aktivitas. 3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah, agar

kriteria pengukuran nilai mata uangnya sama. 4. Perusahaan yang memiliki laba positif


(64)

46

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dokumentasi yaitu suatu metode dengan cara mempelajari dokumen yang berkaitan dengan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian. Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang barang tertulis Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti laporan keuangan perusahaan serta dokumen lain dalam perusahaan yang relevan dengan kepentingan penelitian. Dari data perusahaan yang dikumpulkan dan memenuhi kriteria selama periode pengamatan akan digabungkan dan dijadikan sampel penelitian.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan Saham Eksekutif, Preferensi Risiko Eksekutif dan Karakteristik Eksekutif. Variabel dependen yang digunakan adalah Penghindaran Pajak.

1. Variabel Dependen a. Penghindaran pajak


(1)

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property, real estate dan building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan pasa tingginya pertumbuhan sektor property, real estate and building construction dibandingkan dengan sektor usaha lain. Namun pertumbuhan sektor tersebut tidak membuat penerimaan negara dari pajak property mengalami kenaikan.

Periode penelitian yang digunakan adalah 5 (lima) tahun yaitu dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Alasan pemilihan tahun tersebut karena pada tahun tersebut tarif flat wajib pajak badan telah diterapkan dan data yang digunakan juga menggambarkan kondisi yang relatif baru. Dengan perlakuan peraturan yang sama pada tahun sampel serta data yang relatif baru, diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi aktual penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia.. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi yaitu suatu metode dengan cara mempelajari dokumen yang berkaitan dengan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y= A+β X1+ βX2+ βX3 +

βX4 + e Keterangan :

Y = Penghindaran Pajak Perusahaan

Α = Konstanta

β = Koefisien Regresi X1 = Kompensasi Eksekutif

X2 = Kepemilikan Saham Eksekutif

X3 = Preferensi Risiko Eksekutif X4 = Karakteristik Eksekutif

e =Standar error

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Deskripsi sampel dan Variabel Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terdapat 245 perusahaan property, real estate dan building construction. Sebanyak 141 perusahaan tidak memenuhi kriteria sampel sehingga tidak dapat digunakan dalam penelitian. Sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 104 perusahaan.

Berdasarkan tabel analisis deskriptif dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) berjumlah 104. Rata-rata dari data variabel penghindaran pajak diketahui adalah -0,1770 dengan standar deviasi sebesar 0,10919. Pada data variabel kompensasi eksekutif diketahui rata-ratanya 9,8981 dengan standar deviasi sebesar 0,73466. Rata-rata yang diketahui pada variabel kepemilikan saham eksekutif sebesar 0,54373 dengan standar deviasi sebesar 1,480817. Pada data variabel preferensi risiko eksekutif diketahui rata-ratanya 0,0453 dengan standar deviasi sebesar


(2)

0,18401 dan pada variabel karakateristik eksekutif diketahui rata-ratanya 0,2374 dengan standar deviasi sebesar 0,40983.

Tabel 1 Uji Statistik Deskriptif N Minim

um

Maxim um

Mean Std. Deviati

on Penghindaran Pajak 104 -.46 .10 -.1770 .10919 Kompensasi Eksekutif 104 7.04 10.98 9.8981 .73466 Kepemilikan Saham

Eksekutif

104 -1.571 1.571 .54373 1.4808 17 Preferensi Risiko

Eksekutif

104 .00 .79 .0453 .18401 Karakteristik Eksekutif 104 .01 1.56 .2374 .40983 Valid N (listwise) 104

Uji Model

Uji model dalam penelitian ini meliputi uji koefisien determinasi dan uji pengaruh simultan (Uji F). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,....Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Uji pengaruh simultan atau uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Pengolahan data yang dilakukan memberikan nilai adjusted R2 sebesar 0.237. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen (penghindaran pajak) yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen (kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi risiko eksekutif dan karakteristik eksekutif) hanya sebesar 23,7%. Sisanya, yaitu 72,3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 8,989 dengan signifikansi 0,000. Ini berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi penghindaran pajak perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif dan preferensi risiko eksekutif dan karakteristik eksekutif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan

Pembahasan Hasil Penelitian

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa keempat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai CETR yang tinggi karena apabila nilai CETR semakin tinggi maka penghindaran pajaknya semakin rendah.

Pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel kompensasi eksekutif memiliki nilai t sebesar 3,002, dan nilai koefisien regresi sebesar 0,040. Sedangkan nilai sig yang didapat sebesar 0,003 yang lebih kecil dari a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kompensasi eksekutif memiliki pengaruh positif terhadap penghindaran pajak, sehingga hipotesis 1 ditolak karena apabila CETR semakin tinggi maka penghindaran pajaknya semakin rendah.


(3)

Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bawa variabel kepemilikan saham eksekutif memiliki nilai t sebesar 2,352, dan nilai koefisien regresi sebesar 0,015. Sedangkan nilai sig yang didapat sebesar 0,021 yang lebih kecil dari a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan saham eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, oleh karena itu hipotesis 2 ditolak karena apabila CETR semakin tinggi maka tingkat penghindaran pajaknya semakin rendah.

Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel preferensi risiko eksekutif memiliki nilai t sebesar 3,488 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,180. Sedangkan nilai sig yang didapat sebesar 0,001 yang lebih kecil dari nilai a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi risiko eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, sehingga hipotesis 3 ditolak karena apabila CETR semakin tinggi maka tingkat penghindarannya semakin rendah.

Pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel karakteristik eksekutif memiliki nilai t sebesar 2,494 dan nilai koefisien regresi sebesar0,057. Sedangkan nilai sig yang didapat sebesar 0,014 lebih kecil dari a 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel karakteristik eksekutif berpengarh positif terhadap penghindaran pajak, Oleh karena itu hipotesis 4 ditolak karena apabila CETR semakin tinggi maka tingkat penghindaran pajaknya semakin rendah.

KESIMPULAN DAN

KETERBATASAN

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif, preferensi risiko eksekutif, dan karakteristik eksekutif bersama-sama tidak pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan dikarenakan dalam penelitian ini nilai CETR tinggi maka sehingga penghindaran pajaknya semakin rendah.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini hanya menggunakan sampel dari perusahaan property, real estate dan building construction yang ada di Indonesia sehingga hasil penelitian tidak dapat digunakan secara umum untuk industri lain di Indonesia. Kedua, penelitian menggunakan Cash Effective Tax Rates (CETR) sebagai satu-satunya proksi penghindaran pajak.

Berdasarkan keterbatasan tersebut, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar menggunakan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian lebih mampu untuk

menggambarkan keadaan

penghindaran pajak di Indonesia. Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan pengukuran lain sebagai proksi penghindaran pajak. Misalnya perhitungan boox tax differences, GAAP effective tax rates,dan tax sheltering. Ketiga, penelitian selanjutnya dapat menambah variabel yang lebih mampu menggambarkan karakteristik eksekutif seperti usia dan pendidikan.


(4)

REFERENSI

Anggaran Departemen Keuangan. 2016. www.anggaran.depkeu.go.id. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2016

Armstrong, C. S., Jennifer L.Blouin, dan David F.Larcker. 2012. "The incentives for tax planning".Journal of Accounting and Economics Vol 53, 391–411.

Arnold. 2008. Pendekatan Memerangi Praktik Penghindaran Pajak.

Bappenas. 2005. Tak Mungkin Lima Tahun Terus Merugi.

Budiman, J. (2012). Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Budiman, Judi dan Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) .jurnal.Universitas Islam Sultan Agung.

CompensatingExecutive.2014.http://arekm ekitik.blogspot.co.id/2014/04/resume-

chapter-12-compensating-executive.html. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2016

Dessler, Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa : Benyamin Molan, Penyunting Triyana Iskandarsyah, Edisi ke-7. Page 192-226

Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

Faccio, Mara. 2006. Politically Connected Firms. The American Economic Review, 96 (1): 369-386.

Fenomena Penghindaran Pajak.2013. www.detik.com. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2016

Hanafi, U., & Harto, P. (2014). Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan Saham Eksekutif Dan Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting, 3(2),1162-1172.

Hartono, J. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 5, BPFE UGM, Yogyakarta.

Houlder V. 2010. Tax claims hit reputation as well as coffers. Financial Times 8 November. Available at: http://www.ft.com (accessed 14 March 2013).

Jones, C.P. (2004) Investments: Analysis and Management (ninth edition). John Wiley and Sons, Inc.

Irawan, H. P. dan A. Farahmita. 2012. Pengaruh kompensasi manajemen dan corporate governance terhadap manajemen pajak perusahaan. Paper Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin. Leuz, C., and F. Oberholzer-Gee. 2006.

Political Relationships, Global Financing, and Corporate Transparency: Evidence from Indonesia.Journal of Financial Economics,81 (2): 411-439.


(5)

Lewellen, Katharina. 2003. Financing Decisions When Managers Are Risk Averse. Working Paper, Mit Sloan School of Management.

Low, Angie. 2006. Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based Compensation. Fisher College of Business Working Paper September 2006, 03-003.

Maccrimon, Kenneth R., and Donald A. Wehrung. 1990. Characteristics of Risk Taking Executives. Management Science. Pp 442

Merdeka. 2016. www.merdeka.com. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2016 Minnick & Noga (2010). Pengaruh

Kompensasi Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Mondy, R.W. & Noe, R.M. (1998). Human

Resource Management. Sixth Edition, Allyn&Bacon Inc, USA.

Ngapakers.2016. ngapakers.blogspot.co.id. Diunduh pada tanggal 20 Mei 206 Pengertian Pajak. 2016. www.pajak.go.id.

Diunduh pada tangal 20 Mei 2016 Penman, S. H., & Penman, S. H. (2007).

Financial statement analysis and security valuation (p. 476). New York: McGraw-Hill.

Rachmawati, Andri.,Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X.Makassar.

Rego, S., and R.Wilson. 2009. Executive Compensation, Tax Reporting Aggresiveness, and Future Firm Performance. Working Paper. Universuty of Iowa

Ross, Westerfield., & Jordan. 2008. Hak Para Pemegang Saham.

Sanusi, 2013, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Shopar ,& Yenni. (2013). Strategi Penghindaran Pajak.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, cv.

Suwito, Edy.,Herawaty, Arleen. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

Swingly, C., & Sukartha, I. (2015). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,10(1), 47-62. Tahar, Afrizal dan Rachman, Arnain

Kartika, 2014,”Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi dan Investasi

Timothy, Y.C.K. 2010. “Effects of Corporate Governance on Tax Aggressiveness.”

Hong Kong Baptist University. Diakses

tanggal 19 Mei 2016 dari

lib-sca.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/07014341.pd f .

Tonn, R. 2008. The Brave New World of Executive Compensations Plans. Colorado Springs Bussines Journal. Jully 25

Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1 Ayat 1. 2016. http://pojokpajak.wikia.com/wiki/Und


(6)

ang-Undang_Ketentuan_Umum_Perpajaka n. Diunduh pada tanggal 21 Mei 2016


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

4 15 113

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF,PREFERENSI RISIKO EKSEKUTIF DAN KARAKTERISTIK TERHADAP PRNGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN.

8 42 129

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Karakteristik Eksekutif terhadap Agresivitas Pajak.

0 0 24

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, DAN KOMPENSASI EKSEKUTIF TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX

2 5 9

Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan Manajerial, preferensi risiko eksekutif, Leverage dan ukuran perusahaan Terhadap penghindaran pajak - Perbanas Institutional Repository

1 2 21

Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan Manajerial, preferensi risiko eksekutif, Leverage dan ukuran perusahaan Terhadap penghindaran pajak - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan Manajerial, preferensi risiko eksekutif, Leverage dan ukuran perusahaan Terhadap penghindaran pajak - Perbanas Institutional Repository

0 0 24

Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan Manajerial, preferensi risiko eksekutif, Leverage dan ukuran perusahaan Terhadap penghindaran pajak - Perbanas Institutional Repository

0 3 8

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE

4 14 18

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN LEVERAGE TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE)

1 1 16