PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, DAN KOMPENSASI EKSEKUTIF TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX

  Vol. 2, No. 4, (2017) Halaman 84-92

E-ISSN 2581-1002

  

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, DAN

KOMPENSASI EKSEKUTIF TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA

  Putri Meilia* 1,2 1 , Adnan *2

  Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala e-mail: pmeilia@gmail.com

  • *1 , adnan_bensaadi@unsyiah.ac.id *2

  

Abstrak

The research examines the effect of financial distress, executive characteristics, and executive compensation on tax

avoidance. The sample of this research was taken from companies listed on Jakarta Islamic Index (JII) at 2011-2015.

  

The sample was taken using purposive sampling. The sample used was 14 companies. In order to test the hypothesis,

the statistical methods used was multiple linear regression analysis.The type of data used in this study is secondary

data which is financial statement. Data analyzed by statistical analysis using multiple regression analysis. Then, data

processed by IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) program. Partially the result of this research shows

that financial distress, executive characteristics, and executive compensations have significant influence on tax

avoidance. Meanwhile in the simultaneous test, the three independent variables are seen to have significant

influences to the tax avoidance.

  

Keywords: Tax avoidance, financial distress, executive characteristics, corporate risk, and executive compensations.

  ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX

1. Pendahuluan

  Banyak perusahaan Indonesia lebih memilih kantor di Singapura padahal sumber penghasilannya berada di Indonesia dengan varian pembayaran jasa, royalti ke kantor pusat. Pada situs resmi Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) dikatakan bahwa tarif

  corporate tax Indonesia sudah diturunkan pada tahun

  2010, namun tarif ini relatif tinggi apabila dibandingkan dengann negara tetangga di Association

  Indonesia disebutkan bahwa dari total realisasi pendapatan negara pada tahun 2015, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.235,8 triliun, atau 83% dari target APBN-P tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.489,3 triliun. Disisi lain, pada tahun 2016 total wajib pajak yang terdaftar per 2016 berjumlah 20 juta wajib pajak. Akan tetapi, wajib pajak yang membayar pajak berjumlah 12,5 juta wajib pajak. Hal ini sangat disayangkan, dengan adanya 8 juta wajib pajak yang tidak membayar pajak, maka akan berdampak pada tidak tercapainya target penerimaan pajak sebagaimana yang telah direncanakan. Pada tahun 2016 negara mengalami kerugian sebesar Rp 200 triliun dikarenakan oleh praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu (jakartaglobe.co.id).

  Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa pajak merupakan salah satu instrumen untuk mengurangi kesenjangan pendapatan. Namun, sangat disayangkan bahwa realisasi penerimaan pajak pada tahun 2016 belum mencapai target. Berdasarkan data yang diperoleh dari website Kementerian Keuangan

  Dewasa ini, pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara. Pajak mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian melalui pembangunan infrastruktur yang memadai (jalan, jembatan, rumah sakit, sekolah, dan lainnya). Tanpa pajak, proses pembangunan tersebut sulit untuk direalisasikan. Selain itu, dana yang diperoleh dari pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka menciptakan rasa aman bagi masyarakat, mensubsidi barang kebutuhan masyarakat hingga membayar utang negara ke luar negeri. Disamping fungsi budgetair, pajak juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan dari warga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi kepada warga yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih rendah. Oleh karena itu, kepatuhan wajib pajak dalam melakukan administrasi perpajakannya sangat diperlukan guna tercapainya fungsi redistribusi pendapatan.

ISSN: 1978-1520

  

  yaitu 25%, Thailand 20%, Vietnam 22% dan Singapura mematok tarif 17%.

  Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak seperti corporate governance, profitabilitas, corporate

  risk (Maharani dan Suardana (2014), Dewi dan Sari

  (2014)).Financial distress, karakteristik eksekutif dan kompensasi eksekutif.Financial Distress ialah kesulitan keuangan atau likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan.penelitian yang dilakukan Feizi et al.(2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara financial distress dengan tax avoidance. Peningkatan financial distress dalam suatu perusahaan mengarah kepada peningkatan penghindaran pajak perusahaan.

  Karakteristik eksekutif membahas tentang pemimpin perusahaan yang biasanya memiliki karakter risk taker dan risk averse yang tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada (Budiman, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Suardana (2014) menyatakan bahwa risiko perusahaan yang merupakan proksi karakteristik perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

  Kompensasi eksekutif merupakan suatu penghargaan baik berupa material atau non material yang diberikan kepada eksekutif agar termotivasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan (Dewi dan Sari, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Sari (2015) menyatakan bahwa kompensasi eksekutif tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amstrong et al (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kompensasi eksekutif dan tax

  avoidance.

  corporate tax di Malaysia sama dengan Indonesia

  Penghindaran pajak (tax avoidance) menurut Dyreng et al. (2008) adalah segala sesuatu yang mengurangi ETR (effective tax rate) suatu perusahaan untuk waktu yang lama, misalnya 10 tahun.

  Ernest R. Mortenson mendefinisikan penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang- undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimalkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak (Zain, 2005:49).

  2.3 Financial Distress Financial distress merupakan kesulitan keuangan

  atau likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan. Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah untuk meramalkan kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi akan kontinuitas sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Dengan melihat bagaimana kondisi perusahaan, berada dalam kesulitan keuangan (financial distress condition) atau tidak, risiko kebangkrutan dapat dihindari. Selain itu, dengan analisis tingkat kesehatan keuangan, juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal, dan lain-lain serta memprediksi seberapa besar risiko kebangkrutan yang mungkin akan dialami (Haryetti, 2010).

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pajak

  Prinsip syariah dalam pasar modal di Indonesia mulai diperkenalkan pada bulan Juli tahun 2000 yang ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index (JII). Seiring dengan perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia, pada tahun 2011, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menerbitkan satu saham syariah berikutnya yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Azwar, 2015).

  2.4 Karakteristik Saham Syariah

  S.I. Djajadiningrat mengemukakan definisi dari pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Resmi, 2014).

ISSN: 1978-1520

  

  3.3.1 Tax Avoidance

  perusahaan. Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah eksekutif perusahaan termasuk dalam kategori risk taking atau risk averse, semakin besar risiko perusahaan menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut memiliki karakteristik risk taking,

  Depreciation, Amortization) dibagi dengan total aset

  Paliogrova (2010) untuk mengukur risiko perusahaan dapat dihitung dengan rumus deviasi standar dari EBITDA (Earnings Before Income Tax,

  3.3.3 Karakteristik Eksekutif

  Z = 0.012 X1 + 0.014 X2 + 0.033 X3 + 0.006 X4 + 0.010 X5

  perusahaan lemah dalam menghasilkan laba atau cenderung mengalami defisit. Z Score dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan (Dwijayanti, 2010). Rumus Altman Z Score:

  3.3.2 Financial Distress Financial distress ialah suatu keadaan dimana

  =

  Penghindaran pajak (tax avoidance) menurut Dyreng et al., (2010) menggunakan pengukuran CASH ETR (Cash Effective Rates) yang mana CASH ETR tersebut ialah kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Rumus untuk menghitung CASH ETR adalah sebagai berikut:

  3.3 Operasional Variabel

  Kebijakan perusahaan tidak lepas dari peran pemimpin perusahaan dalam membuat suatu kebijakan, demikian pula dengan penghindaran pajak. Pemimpin perusahaan mempunyai karakter yang berbeda dalam hal pengambilan keputusan dan kebijakan dalam perusahaan. Besar kecilnya risiko perusahaan merupakan cerminan karakteristik para pemimpin perusahaan yang bersifat risk taker ataupun risk averse (Budiman, 2012).

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2011-2015. Data sekunder ialah data yang diperoleh melalui sumber yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data sekunder biasanya bersumber dari publikasi pemerintah, informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan, dokumen perpustakaan, bulletin statistic, data online, website, dan internet (Sekaran, 2013:115).

  3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

  sampling. Teknik purposive sampling adalah secara tidak acak (Indriantoro dan Supomo, 2013:131).

  Populasi dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tercatat sebagai saham JII pada tahun 2011- 2015. Pengambilan sampel menggunakan purposive

  2015.

  2015. H 4 : Kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan JII tahun 2011-

  H 2 : Financial distress berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan JII tahun 2011- 2015. H 3 : Karakteristik eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan JII tahun 2011-

  H 1 : Financial Distress, karkateristik eksekutif, dan kompensasi eksekutif bersama-sama berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2011- 2015

  2.7 Hipotesis

  Kompensasi eksekutif berkaitan erat dengan hubungan keagenan serta konflik keagenan antara principal dan agent. Kompensasi eksekutif merupakan suatu penghargaan baik berupa material maupun non- material yang diberikan kepada eksekutif agar termotivasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Secara umum, kompensasi eksekutif harus didasarkan pada kinerja untuk menghilangkan masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Kompensasi sering dilihat sebagai sebuah instrumen untuk meluruskan kepentingan manajerial (agen) dengan pemegang saham (Banghoj et al, 2010).

  2.6 Kompensasi Eksekutif

3. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

ISSN: 1978-1520

3.3.4 Kompensasi Eksekutif

  70 ,004 ,076 ,026 ,015 70 ,009 ,121 ,044 ,028 70 22,108 27,726 25,206 1,114 70 ,100 ,664 ,302 ,114

4.2 Uji Asumsi Klasik

  b.

  Calculated from data.

  a.

  ed Residual Test distribution is Normal.

  ,105

  70 ,0000000 ,09397912 ,105

  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  70 Financial Distress Karakteristik Eksekutif Kompensasi Eksekutif Tax Avoidance Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

  4.2.2 Uji Multikolonieritas

Descriptive Statistics

  

  Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,418. Dikarenakan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka nilai residual tersebut telah normal.

  4.2.1 Uji Normalitas Tabel 4.2 Uji Normalitas-One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test

  Berdasarkan table 4.1 dapat dilihat nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi untuk masing-masing variabel dengan jumlah sampel 70.

  4.1 Uji Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Keterangan: Y = Tax Avoidance α = Konstanta β i:i = 1, 2, 3= Koefisien Regresi X1 = Financial Distress X2 = Karakteristik Eksekutif X3 = Kompensasi Eksekutif e = error

  Y = α + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e

  KE = LN (Total Kompensasi)

  Kompensasi didefinisikan sebagai total kompensasi yang diterima oleh direktur dan komisaris. Bangoj et al. (2010) menggunakan logaritma natural dari kompensasi untuk mengatasi masalah heterogenitas. Rumus logaritma natural adalah:

  menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut memiliki karakteristik sebagai risk averse. Jika nilai risiko perusahannya diatas rata-rata, artinya eksekutif merupakan risk taker.

  • ,080 ,882 ,418 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardiz
ISSN: 1978-1520  Hasil Uji Multikolonieritas a

  Coefficients Standard ized

  Unstandardized Coefficie Collinearity Coefficients nts Statistics Std. Toler Model B Error Beta t Sig. ance

  VIF 1 (Constant)

  • ,766 ,276 -2,773 ,007 Financial Distress 2,186 ,887 ,286 2,465 ,016 ,773 1,294 Karakteristik Eksekutif 1,234 ,490 ,300 2,518 ,014 ,730 1,370 Kompensasi Eksekutif ,038 ,011 ,372 3,533 ,001 ,936 1,069 a.

  Dependent Variable: Tax Avoidance Nilai tolerance untuk semua variabel bebas berada terjadi gejala multikolonieritas.

  diatas 0,10 serta nilai VIF variabel bebas bernilai lebih kecil dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

  4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas a Coefficients

  Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) -,155 ,183 -,847 ,400 Financial Distress ,572 ,587 ,132 ,975 ,333

  Karakteristik Eksekutif

  • ,457 ,324 -,196 -1,409 ,164 Kompensasi Eksekutif ,009 ,007 ,156 1,273 ,207 a.

  Dependent Variable: abs_res

  Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa nilai independen dalam penelitian ini tidak terjadi signifikansi pada variabel independen lebih besar dari heteroskedastisitas. α = 0,333 > 0,05, α = 0,164 > 0,05 dan α = 0,207 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel

  4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

  4.3.1 Hasil Uji t Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik t a Coefficients

  Standard ized Unstandardized Coefficie Collinearity Coefficients nts Statistics

  Std. Toler Model B Error Beta t Sig. ance

  VIF 1 (Constant)

  • ,766 ,276 -2,773 ,007 Financial Distress 2,186 ,887 ,286 2,465 ,016 ,773 1,294 Karakteristik Eksekutif 1,234 ,490 ,300 2,518 ,014 ,730 1,370 Kompensasi Eksekutif ,038 ,011 ,372 3,533 ,001 ,936 1,069 a.

  Dependent Variable: Tax Avoidance Vol. 2, No. 4, (2017) Halaman 84-92

E-ISSN 2581-1002

  ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

  Berdasarkan tabel 4.5 variabel financial

  distress (X 1 ) memiliki nilai signifikan 0,016 lebih kecil

  dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa financial

  distress berpengaruh terhadap tax avoidance.Karakteristik eksekutif (X 2

  ) memiliki nilai signifikansi 0,014 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik eksekutif ber3pengaruh terhadap tax avoidance.Dan kompensasi eksekutif (X 3 ) memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap tax avoidance.

  4.3.2 Hasil Uji F Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F

  

ANOVA

b ,281 3 ,094 10,132 ,000 a ,609

1 Sum of Squares df Mean Square F Sig.

4.4 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

  Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel financial distress memiliki tingkat signifikansi 0,016. Hasil tersebut menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh terhadap tax avoidance.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Feizi et al. (2016). Feizi et al (2016) menyatakan bahwa intensifikasi

  distress, karakteristik eksekutif, dan kompensasi

  Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi ialah sebesar 0,000 atau sama dengan 0. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen, yaitu financial distress, karakteristik eksekutif dan kompensasi eksekutif, secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tax

  Dependent Variable: Tax Avoidance b.

  Predictors: (Constant), Kompensasi Eksekutif, Financial Distress, Karakteristik Eksekutif a.

  69 Regression Residual Total Model

  66 ,009 ,890

  avoidance.

  2. Financial distress berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan JII tahun 2011-2015.

  avoidance pada perusahaan JII.

  eksekutif secara bersama-sama menunjukkan hubungan yang saling berpengaruh terhadap tax

  1. Untuk tahun pengamatan 2011-2015, financial

  financial distress di dalam suatu perusahaan akan

  5.1 Kesimpulan

  5. KESIMPULAN

  yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2006) kompensasi tinggi yang diberikan kepada eksekutif mampu menaikkan tingkat penghindaran pajak perusahaan menjadi besar.

  avoidance.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

  4.4.1 Pengaruh financial distress terhadap tax avoidance

  4.4.3 Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Tax Avoidance

  penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012) menyatakan bahwa karakteristik eksekutif secara signifikan mempengaruhi tax avoidance.

  avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan

  Berdasarkan hasil pengujian statistik uji t dapat dilihat bahwa variabel karakteristik eksekutif dengan tingkat signifikansi 0,014.Dikarenakan oleh tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka karakteristik eksekutif berpengaruh terhadap tax

  4.4.2 Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap Tax Avoidance

  menggiring perusahaan untuk melakukan tax avoidance.

  Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji t dapat dilihat bahwa variabel kompensasi eksekutif dengan tingkat signifikansi 0,001 yang berada dibawah 0,05. Angka 3,533 yang ditunjukkan oleh kompensasi eksekutif yang berarti bahwa variabel kompensasi eksekutif memiliki pengaruh terhadap tax

ISSN: 1978-1520

  Dewi, G. A. Pradnyanita, & M. M. R. Sari. 2015.

  Butje, S. & Elisa T. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif dan Koneksi terhadap Tax Avoidance.

  Tax & Accounting Review, 4(2).

  Conway, Edmund. 2011. 50 Gagasan Ekonomi yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Erlangga. Damayanti, F., & T. Susanto. 2015. Pengaruh Komite

  Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return on Assets terhadap Tax Avoidance. Jurnal Bisnis dan Manajemen.

  5(2): 187-206. Darmadji. Tjiptono, & H. M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab.

  Jakarta: Salemba Empat. Desai, M.A., & D. Dharmpala. 2006. Corporate tax avoidance and high-powered incentives.

  Journal of Financial Economics.79(1): 145-179.

  Pengaruh Insentif Eksekutif, Corporate Risk dan Corporate Governance pada Tax Avoidance. E-

  Plenborg. 2010. Determinants of executives and Finance.50. 481-510.

  Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 13(1): 50-67.

  Dewi, K. & I. K. Jati. 2014. Pengaruh Karakter eksekutif, karakteristik perusahaan, dan corporate governance pada Tax avoidance di BursaEfek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.6(2): 249-260. Dewi, N.N.K., & I.K. Jati. 2014. Pengaruh karakter

  Eksekutif, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 6(2): 249-260. DJP Online. 2017. Melalui http://pajak.go.id/ (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). Dyreng, S., M. Hanlon, and E. Maydew. 2008. Long run corporate tax avoidance. The Accounting

  Review 83(1): 61-82.

  Feizi, M., E. Panahi, F. Keshavarz, S. Mirzaee & S.M.

  Mosavi. 2016. The Impact of the Financial Distress on Tax Avoidance in Listed Firms: Evidence from Tehran Stock Exchange (TSE).

  International Journal of Advanced Biotechnology and Research (IJBR), 7:373-382.

  Budiman, Judi, & Soetiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal Universitas Islam Sultan Agung.

  

  terhadap tax avoidance pada perusahaan JII tahun 2011-2015.

  Indonesia.

  4. Variabel kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan JII tahun 2011-2015.

  5.2 Keterbatasan

  1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya melihat 3 faktor saja yaitu

  financial distress, karakteristik eksekutif dan

  kompensasi eksekutif. Hal ini memungkinkan terabaikannya factor-faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas.

  2. Masih sangat terbatasnya referensi untuk variabel

  financial distress terutama pengaruhnya terhadap tax avoidance khususnya untuk penelitian di

  5.3 Saran

  Corporate Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Journal of Accounting and Economics. 60:1-17.

  5.3.1 Saran Praktis (Operasional)

  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam pengambilan keputusan penanaman modal pada suatu perusahaan, khususnya perusahaan JII.

  2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya di waktu yang akan datang oleh peneliti lain.

  5.3.2 Saran Akademis

  1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain seperti variabel non keuangan yang mempengaruhi profiitabilitas.

  2. Sebaiknya peneliti selanjutnya dapat memperluas objek penelitian dengan menambahkan tahun penelitian.

  Daftar Pustaka Amstrong, C.S., J.L. Blouin, A.D. Jagolinzer. 2015.

  Azwar. 2015. Model Prediksi Financial Distress dengan Binary Logit (Studi Kasus Emiten Jakarta Islamic Index). Journal of BKPP. 8. Banghoj, J.,G. Gabrielsen, C. Petersen., & T.

ISSN: 1978-1520

  

  Merdeka. 2017. Melalui http://Merdeka.com/ (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). Minnick, K., & T. Noga. 2010. Do Corporate

  Low, Angie. 2006. Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based

  Compensation. Fisher Collage of Business Working

  Paper. 03-003

  Maharani, I.G.A.C, K. A. Suardana. 2014. Pengaruh

  Corporate Governance, Profitabilitas dan

  Karakteristik Eksekutif pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.2: 525-539.

  Mc Guire, S., D. Wang, & R. Wilson. Dual Class Ownership and Tax Avoidance. American Taxation Midyear Meeting: Jata Conference.

  Paligorova, Teodora. 2010. Corporate Risk Taking and Ownership Structure. Bank of Canada Working Paper. 2010(3).

  Governance Characteristics Influence Tax Avoidance. Journal of Corporate Finance.16: 703-718.

  Perusahaan Jasa Asal Singapura. Melalui

  Prasetyono, Sunar Dwi. 2002. Buku Pintar Pajak.

  Jakarta: Laksana Rego, S. & R. Wilson. 2009. Executives

  Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and Future Firm Performance. Working Paper

  The University of Iowa.

  Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta.

  Resmi, Siti. 2016. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Kesembilan. Jakarta, Salemba Empat

  Richardson, G., G. Taylor & R. Lanis. 2014. The Impact of Financial Distress on Corporate Tax Avoidance Spanning The Global Financial Crisis:

  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/ 04/ 06/203829826/Terkuak.Modus.Penghindaran.Paja k.Perusahaan.Jasa.Kesehatan.Asal.Singapura (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB).

  Kompas. 2016. Terkuak Modus Penghindaran Pajak

  Multinasional Sebabkan Negara Berkembang Kehilangan 100 Milyar per Tahun. Melalui

  International Journal of Economics, Finance and Management. Vol. 3, No. 3.

  Harun, N. Nahar. 2014. Indentifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked Companies (GLC).

  http://forumpajak.org/penghindaran-pajak- perusahaan-multinasional-sebabkan-negara- berkembang-kehilangan-100-milyar-per-tahun / (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). . 2017. IKEA Terjerat Kasus Penghindaran

  Pajak. Melalui http://forumpajak.org/ikea-

  terjerat-kasus-penghindaran-pajak/(diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate

  dengan Program IBM SPSS

21. Semarang: Undip

  Jakarta Globe. 2017. Indonesia Crack Corporate Tax

  Kompensasi Manajemen dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak Perusahaan. SNA XV.

  Avoidance. Melalui

  Forced to Pay Fine. Melalui

  http://www.hsiconsulting.co.id/trending- topics/157-mengenal-penghindaran-pajak-tax- avoidance (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). Independent. 2017. Google Tax Penalty Indonesia

  Tax Avoidance. Melalui

  FourthEdition. NewYork: McGraw Hill. His Consulting. 2017. Mengenal Penghindaran Pajak

  Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics.

  http://jakartaglobe.id/business/indonesia-crack- corporate-tax-avoidance/ (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB)

  Kamaluddin. 2011. Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur Pendekatan Model Regresi Logistik. Jurnal Ilmiah STIE MDP.1(1) Kementerian Keuangan. 2017. Artikel Pajak 170513.

  Melalui http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Art ikel_Pajak_170513.pdf (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB).

  . 2017. Melalui http://kemenkeu.go.id/ (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB).

  http://www.independent.co.uk/news/business/new s/google-tax-penalty-indonesia-forced-to-pay- fine-a7318456.html (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). Irawan, H.P., & A. Farahmita. 2012. Pengaruh

  ISSN: 1978-1520  Modelling,44: 44-53.

  Syaifullah, Ahmad. 2017. Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Karakteristik Perusahaan dan Sistem Perpajakan terhadap Penghindaran Pajak. E- theses UIN Malang.

  Schmittdiel, Heiner. 2014. Are CEOs Incentivized to Avoid Corporate Taxes? – Empirical Evidence on Managerial Bonus Contracts. Tinbergen Institute Discussion Paper. 48.

  Sekaran, Uma., & Bougie. R. 2013. Research Methods

  for Business: A Skill-Building Approach. Sixth Edition. USA: Wiley.

  Sindo News. 2017. Lotte Dihantam Kasus

  Penghindaran Pajak. Melalui

  https://ekbis.sindonews.com/read/1148568/35/lott e-dihantam-kasus-penggelapan-dan- penghindaran-pajak-1476885876 (diakses pada 22 februari 2017 11.30 WIB). Suandy, Erly. 2014. Perencanaan Pajak. Jakarta: SalembaEmpat, Edisi Kelima. Waluyo. 2016. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, Edisi : Keduabelas. Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan.

  Jakarta: Salemba Empat.