ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009- 2015)

(1)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF TOURISTS VISIT, TOTAL POPULATION, AND REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT TOWARD

THE LOCALLY-GENERATED REVENUE

(A Case Study in Districts / Cities in Yogyakarta Special Province In 2009-2015)

Oleh

IMAN BAEHAQI 20120430181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF TOURISTS VISIT, TOTAL POPULATION, AND REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT TOWARD

THE LOCALLY-GENERATED REVENUE

(A Case Study in Districts / Cities in Yogyakarta Special Province In 2009-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Program Studi Ilmu

Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

IMAN BAEHAQI 20120430181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

Nama : Iman Baehaqi

Nomor Mahasiswa : 20120430181

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH: (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut referensinya. Dan apabila dikemudia hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima sanksi atau hukuman apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta 7 Desember 2016


(4)

iii

(Al-Baqarah: 153)

“Harga kebaikan manusia adalah di ukur menurut apa yang telah dilaksanakan/diperbuatnya”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah” (HR. Turmudzi)

Jadilah seperti orang asing atau perantau di dunia ini”

(HR. Al-Bukhari)

“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita

juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah”

(Kahlil Gibran)

“Hidup ini penuh dengan penyesalan, tetapi tidak harus terus melihat kebelakang”

(Zinedine Zidane)

“ Tidak ada Batasan dari perjuangan untuk meraih kesuksesan” (Iman Baehaqi)


(5)

iv

dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat yang diberikan untuk penulis. Sehingga tiada alasan bagi penulis untuk berhenti bersyukur. “Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah”

2. Nabi Muhammad SAW yang memberikan teladan kepada seluruh umatnya. Termasuk penulis, dimana mendorong penulis untuk selalu ingin menjadi orang yang lebih baik lagi.

3. Bapak dan ibu saya, yang tidak pernah berhenti mendoakan anaknya, mengingatkan untuk sholat dan mengaji, yang menjadi tempat diskusiku, yang selalu sabar, terimakasih atas segala cinta, kasih sayang yang amat sangat tulus untukku. Doa yang selalu panjatkan untuk kebaikan dan kebahagianku, inspirasiku, motivasiku, dan guru terbaikku,

4. Saudara-saudaraku tercinta kakak terbaik, yang menjadi teladan bagiku, yang selalu memberikan saran bagiku.

5. Bapak Ahmad Ma’ruf. SE.,M.Si yang selalu sabar dalam membimbing atas penyelesaian skripsi ini. Bapak bukan hanya sebagai dosen melainkan orangtua yang terbaik. Doa yang tak pernah henti untuk Bapak agar selalu 6. diberi kesehatan, kebaikan, dan kebahagiaan.


(6)

v

untukku. Suka duka yang kita alami bersama akan tersimpan rapi dimemoriku.

9. Seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 2012 yang selalu berbagi ilmu yang bermanfaat.


(7)

vi

yang tidak pernah hentinya kalian berikan untuk ku.

Saudara-saudaraku tercinta kakak terbaik, yang menjadi teladan bagiku,

yang selalu memberikan saran bagiku.

Teman-teman Ku semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu Persatu,

Terima Kasih atas semua doa, dukungan, dan semangatnya. Semoga kita semua dipermudah segalah urusan dan semoga ilmu yang kita miliki berguna bagi masyarakat sekitar.


(8)

vii

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji sykur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang atas segala rahmat dan hidayahNya dan tak lupa juga penulis haturkan puji syukur kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan penerangan di muka bumi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH: (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2015)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata-1 program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian penelitihan ini tidak akan berjalan lancar tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat melewati semua hambatan sampai terselesai skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian penelitian ini, khususnya kepada:


(9)

viii

Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Imammudin Yuliaddi, SE.,M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Ahmad Ma’ruf. SE.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan, membimbing, memotivasi, meluangkan waktunya dan memberikan arahan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas semua ilmu, arahan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

6. Seluruh staff tata usaha dan perpustakaan atas segalah bantuan selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

7. Kedua orang tua saya dan kakak saya yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat terima kasih atas kasih sayang, cinta, perhatian dan pengorbanan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulisan untuk menyelesaikan penelitian ini.

Pada akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutukan dan menambah pengetahuan bagi kita semua.


(10)

ix

maupun materi dan semoga Allah membalas semuanya Amin. Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta 7 Desember 2016


(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 1. Konsep dan Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 14

2. Jumlah Kunjungan Wisatawan ... 22

3. Jumlah Penduduk ... 25

4. Produk Domestik Regional Bruto ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 31

C. Hipotesis ... 41


(12)

xi

D. Definisi Operasional Variabel ... 45

1. Variabel Independent ... 46

2. Variabel Dependent ... 47

E. Alat Analisis ... 47

F. Metode Penelitian ... 47

G. Uji Kualitas Data ... 48

1. Uji Multikolineritas ... 48

2. Uji Heteroskedastisitas ... 50

H. Uji Hipotesis dan Analsis Data Panel ... 51

a. Model Pooled Least Square (Common Effect) ... 53

b. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)... 53

c. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect) ... 54

1. Uji Lagranger Multiplier (LM) ... 55

2. Uji Chow ... 56

3. Uji Hausman ... 57

4. Uji Parameter Model ... 58

a. Uji Koefisien Determinasi (R-square) ... 58

b. Uji F-Statistik ... 59

c. Uji Parsial (t-Statistik) ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis ... 61

1. Kondisi Umum Daerah Istimewa Yogyakarta ... 61

2. Letak Geografis ... 63

3. Iklim ... 64

4. Kependudukan... 64

B. Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 65


(13)

xii

A. Uji Kualitas Data ... 72

a. Uji Heteroskedastisitas ... 72

b. Uji Multikolinearitas ... 73

B. Pemilihan Model Analisis ... 74

a. Uji Chow ... 74

b. Uji Hausman ... 75

C. Analisis Model Terbaik ... 76

D. Hasil Estimasi Model Data Panel... 77

E. Uji Statistik ... 82

1. Koefisien Determinasi ... 82

2. Uji Keseluruhan (F-Statistik) ... 83

3. Uji signifikansi individual (t-Satistik) ... 83

F. Pembahasan (Interpretasi) ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

C. Keterbatasan Penelitian ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiii

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY

Tahun 2010-2015 ... 6

Tabel 1.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimeawa Yogyakarta Tahun 2010-2015 ... 7

Tabel 1.4 Laju pertumbuhan PDRB Di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2013-2015 ... 9

Tabel 2.1 Penalitian Terdahulu ... 34

Tabel 4.1 Pendapatan Asli Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013-2015 ... 66

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY Tahun 2010-2015 ... 68

Tabel 4.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimeawa Yogyakarta Tahun 2010-2015 ... 69

Tabel 4.4 Laju pertumbuhan PDRB Di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2013-2015 ... 71

Tabel 5.1 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ... 73

Tabel 5.2 Uji Multikolinearitas ... 74

Tabel 5.3 Uji Chow ... 75

Tabel 5.4 Uji Hausman ... 75

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Random Effect, Fixed Effect ... 76

Tabel 5.6 Model Fixed Effect ... 77

Tabel 5.7 Uji Koefisien Determinasi ... 82

Tabel 5.8 Uji Signifikansi Keseluruhan ... 83


(15)

(16)

(17)

yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Sumber utama pembangunan daerah harus dapat di biayai dari pendapatan asli sehingga daerah tidak bergantung dari subsidi pemerintah pusat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk dan produk domestik regional bruto terhadap pendapatan asli daerah. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah data time-series periode 2009-2015 dan data cross section Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi: Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman, Kota Yogyakarta. Model estimasi yang digunakan adalah regresi data panel model Fixed effect.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk, dan PDRB mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.


(18)

Local- generated revenue is one indicator that determines the lavel of independence of a local goverment. The main source of local area development has to be paid by loccaly-generated revenue so that local government does not depend on the subsidy from the central government.

This research aims at learning the analysis of the influence of tourist visit, total population, gross regional domestic product toward the locally-generated revenue . The data observed were time-series data 2009-2015 and cross section data District / City in Yogyakarta Special province that included Kulon Progo District, Bantul District, Gunung Kidul District, Sleman District and Yogyakarta City. The estimation model used was Fixed effect panel data regression.

The results pf the research indicated that the variable of the number of tourist visit, the total population and Gross Regional Domestic Product had positive and significant influence toward locally-generated revenue.

Keywords: locally-generated Revenue, Number of tourist visit, Total Population, Gross Regional Domestict Product, Data panel.


(19)

1

A.

Latar Belakang

Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan pembangunan maka berbagai sektor harus secara seiring dan berimbang demi mencapai suatu pembangunan yang merata disetiap daerah yang pada akhinya akan mempercepat pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk mengubah suatu perekonomian yang kurang maju, sangat tradisional dan berpendapatan rendah menjadi suatu perekonomian yang modern yang mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi. Sukirno (2012) pembangunan ekonomi hanya akan tercapai apabila pendapatan per-kapita masyarakat terus menerus bertambah secara cepat dalam jangka yang cukup panjang.

Peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan daerah terus diusahakan untuk lebih meningkatkan keselarasan dan kesinambungan dengan pembangunan nasional. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dinyatakan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanankan


(20)

dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional. Pemberian wewenang ini diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat daerah.

Pelaksanaan dalam upaya mempercepat pembangunan suatu daerah maka pemerintah pusat memberlakukan hak otonomi pada pemerintah daerah untuk menggali potensi yang sebesar-besarnya dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Kegiatan pembangunan nasional tidak lepas dari peran serta pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia didaerah masing-masing sebagai upaya memperbesar kemampuan daerah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan bersama mengambil inisiatif pembangunan daerah, oleh karena itu pemerintah beserta partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan sumberdaya–sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup, dan keterampilan, dengan bimbingan serta bantuan dari pemerintah.

Diberlakukannya UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004, secara umum menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia sebagai Negara kesatuan menganut asas desentralisasi


(21)

dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan keampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, sedangkan ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin sehingga pendapatan asli daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dari pendapatan keuangan daerah. Pengelolaan PAD yang baik adalah pengelolaan PAD yang mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan, seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa mengurangi alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan, dengan adannya pelaksanaan desentralisasi fiskal memberikan peluang pada pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsinya secara efektif, oleh sebab itu setiap pemerintah daerah berupaya untuk dapat meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan perolehan pendapatan asli daerah dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, daerah menjadi lebih mandiri, ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak milik daerah, dalam otonomi daerah sumber-sumber keuangan daerah atau pendapatan asli daerah merupakan salah satu tolak ukur yang nyata dinamis, serasi dan bertanggungjawab. Pada umumnya suatu daerah dikatakan siap untuk melakukan otonomi daerah apabila pendapatan asli daerahnya dapat memberikan sumbangan terhadap anggaran


(22)

pendapatan belanja daerah. Sumber utama pembangunan daerah harus dapat dibiayai dari pendapatan asli sehingga daerah tidak bergantung dari subsidi pemerintah pusat, oleh sebab itu dengan diberlakukannya desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal serta akan memacu kreativitas pemerintah daerah, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi didaerah akan teratasi.

Tabel 1.1

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2013-2015 (ribu rupiah)

No Kabupaten/Kota Tahun

2013 2014 2015

1 Kulon Progo 95.991.513 158.623.927 187.802.917 2 Bantul 224.197.863 357.411.064 312.419.914 3 Gunung kidul 83.427.448 159.304.338 145.856.403 4 Sleman 449.270.306 573.337.600 577.588.009 5 Yogyakarta 383.052.140 470.634.762 449.849.108 Jumlah 1.235.939.270 1.719.311.691 1.673.516.351 Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (data diolah 2016).

Tabel 1.1 menunjukan bahwa pendapatan disetiap Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kontribusi yang berbeda-beda. Dari lima Kabupaten tersebut yang memiliki kontibusi terbesar tahun 2015 yakni Kabupaten Sleman sebesar Rp577.588.009 ribu, kemudian diikuti oleh Kota Yogyakarta sebesar Rp449.849.108 ribu. Bila dilihat dari keseluruhan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/ Kota tersebut, maka PAD di Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahun terus meningkat hingga di tahun 2015 jumlah penerimaan PAD di seluruh Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp16.673.516.351 ribu.


(23)

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu Negara, terutama pemerintah daerah tempat obyek wisata itu berada, menurut UU Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tapi hanya semata untuk menikmati perjalanan tersebut untuk mencapai kepuasan.

Jumlah kunjungan wisatawan merupakan salah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan penerimaan daerah, baik dari kunjungan domestik maupun mancanegara. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang berlimpah dan bervariasi. Terdapat berbagai jenis obyek wisata di Kota ini, seperti wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah dan wisata pendidikan, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta yang relatif aman dan nyaman dengan keramah-tamahan masyarakatnya menjadikan yogyakarta menjadi tujuan wiasatawan serta memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.


(24)

TABEL 1.2

Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY Tahun 2010-2015

Tahun

Wisatawan Mancanegara

Wisatawan

Nusantara Jumlah

2010 415.204 7.855.784 8.270.988

2011 461.162 8.839.624 9.300.786

2012 499.515 10.880.125 11.379.640

2013 647.984 12.194.311 12.842.295

2014 572.617 16.201.618 16.774.235

2015 740.409 18.281.909 19.022.318

Sumber : Dinas Pariwisata DIY, (data diolah 2016)

Tabel 1.2 menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisatawan disetiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2010 sebesar 415.204 orang sampai tahun 2013 selalu mengalami peningkatan sebesar 647.984 orang, akan tetapi penurunan terjadi pada tahun 2014 sebesar 572.617 orang kemudian pada tahun 2015 mengalami peninkatan sebesar 740.409 orang, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara pada setiap tahunya mengalami peningkatan, pada tahun 2010 sebesar 7.855.784 orang meningkat menjadi 18.281.909 orang pada tahun 2015.

Selain jumlah kunjungan wisatawan, indikator lain yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah adalah Jumlah Penduduk. Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu adanya disparitas pendapatan antar daerah. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan, dan bukan satu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat merangsang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Faktor inilah yang akan menjadi


(25)

salah satu unsur penting pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah demi kemakmuran masyarakat. Pada sisi lain penduduk juga dapat dipotensikan juga sebagai subyek pembangunan yang tidak hanya menikmati tetapi juga berperan aktiv, oleh karena itu penduduk dipandang sebagai sentral dalam pembangunan suatu wilayah, hal ini akan meningkatkan tingkat produksi yang dihasilkan suatu daerah dengan adanya konsumen yang akan membeli dan mengkonsumsi barang yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang akan menimbulkan permintaan agregat. Jadi perkembangan ekonomi suatu wilayah akan ditentukan oleh adanya permintaan yang datang dari penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dengan adanya penigkatan jumlah tenaga kerja memungkinkan suatu wilayah akan menambah produksinya.

Tabel 1.3

Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2010-2015 (juta jiwa)

No Tahun Laki-laki Perempuan

Jumlah L+P (juta jiwa)

1 2010 1 710,9 1 756,5 3 467,4

2 2011 1 732.6 1 777,3 3 509,9

3 2012 1 754.2 1 798,1 3 552,4

4 2013 1 775,8 1 818,9 3 594,8

5 2014 1 839,7 1 839,7 3 637,1

6 2015 1 824,7 1 866,4 3 691,1

Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (data diolah 2016).

Berdasarkan tabel 1.3 jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 3.467,4 juta jiwa, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami


(26)

kenaikan sebesar 3.509,9 jiwa, pada tahun 2012 jumlahnya sebesar 3.552,4 juta jiwa, dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 3.594,8 juta jiwa, pada tahun 2014 mengalami kenaikan jumlah penduduk sebesar 3.637,1 juta jiwa, kemudian ditahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 3.691,1 juta jiwa, selain jumlah penduduk, keberhasilan pembangunan perekonomian suatu wilayah dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator lain dalam mengukur tingkat keberhasilan suatu daerah yaitu melalui pertumbuhan ekonomi secara agregat yang dihitung melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau wilayah tersebut dalam periode tertentu. PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah dan pergeseran struktur perekonomi daerah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan perkembangan rill perekonomian secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.

Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumberdaya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing daerah.


(27)

Tabel 1.4

Laju Pertumbuhan PDRB di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2013-2015 (Persen)

No Kabupaten/Kota Tahun

2013 2014 2015

1 Kulonprogo 15,56 15,60 15,65

2 Bantul 16,46 16,51 16,56

3 Gunungkidul 16,13 16,18 16,22

4 Sleman 17,04 17,10 17,15

5 Yogyakrta 16,82 16,87 16,92

Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (data diolah 2016).

Tabel 1.4 menunjukan PDRB di lima kabupaten Daerah istimewa Yogyakarta meningkat disetiap tahunnya meskipun tidak terlalu besar, dari lima kabupaten laju pertumbuhan terbesar berada di Kabupaten Sleman dengan laju pertumbuhan tahun 2013 sebesar 17,04 persen kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 17,10 persen peningkatan terakhir pada tahun 2015 sebesar 17,15 persen, kemudian disusul oleh Kota Yogyakarta dengan laju pertumbuhan di tahun 2015 sebesar 16,92 persen. Bila dilihat dari keseluruhan PDRB di Kabupaten/ Kota tersebut, maka PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahun terus meningkat hingga tahun 2015.

Alasan peneliti memilih seluruh Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai objek penelitian dikarenakan kabupaten atau kota di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam budaya baik dari kawasan wisata, maupun sumber daya alam yang dapat mendukung sektor industri dan perdagangan sebagai salah satu prioritas pembangunan penggerak ekonomi masyarakat, sehingga berpotensi menghasilkan


(28)

penerimaan daerah yang cukup besar guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu setiap tahunnya Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidaklah sama di masing-masing daerah kabupaten atau kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto berhubungan positif dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Mendorong dilakukannya penelitian serta mengkaji lebih dalam tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD), melalui penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2015)”.

B.

Batasan Masalah Penelitian

Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Maka penelitian ini akan dibatasi oleh beberapa faktor terpenting saja yang dianggap berpengaruh besar terhadap Pendapatan Asli Daerah, yaitu Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto. Data yang di gunakan adalah data tahunan yaitu pada periode tahun 2009-2015 Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(29)

C.

Rumusan Masalah penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Jumlah Kunjungan Wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apakah Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah IstimewaYogyakarta?

3. Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta?

4. Apakah variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto secara bersama-sama berpengaruh dan secara ststistik signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta?

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui:

1. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Darerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(30)

2. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Darerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Darerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis dan pembaca,

Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis dan pembaca untuk dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dibidang ekonomi khususnya mengenai Pendapatan Asli Daerah.

2. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya,

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah intelektualitas dan aktualitas diri serta sebagai referensi atau acuan bagi studi tentang Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto atau objek penelitian sejenis.

3. Bagi masyarakat,

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan berupa informasi yang berarti bagi masyarakat luas mengenai kondisi perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Bagi pemerintah terkait,

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan acuan pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah


(31)

dalam upaya mendorong perekonomian daerah sehingga dapat tercapai kesejahteraan yang adil dan makmur.


(32)

14

A.Landasan Teori

1. Konsep dan Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Setiap daerah mempunyai wewenang dan kewajiban untuk menggali sumber-sumber keuangan nya sendiri dengan melakukan segala upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan demikian pemerintah daerah dapat melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan yang semakin baik demi kesejahteraan masyarakatnya.

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keberhasilan pemerintah sebagai penyelenggara negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk mensejahterakan masyarakat. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah, oleh karena itu pemerintah harus memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan asli negara atau pendapatan asli daerah (PAD) yang merupakan alat untuk meningkatkan pendapatan asli masyarakat (PAM). Tugas pemerintah dibidang ekonomi publik adalah meningkatkan dan melindungi kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan, sedangkan


(33)

tugas diluar ekonomi adalah meningkatkan efisiensi dan efiktivitas pelayanan kepada masyarakat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diindikasikan oleh peningkatan pendapatan asli masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli negara atau derah melalui pengelolaan sumber daya ekonomi yang tergambar dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu berupa sistem keuangan daerah yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas dan tanggungjawab antar tingkat pemerintahan sesuai dengan pengaturan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah meliputi ruang lingkup pengaturan dari:

a. Prinsip-prinsip pembiayaan fungsi pemerintahan daerah.

b. Sumber-sumber pembiayaan fungsi dan tugas tanggungjawab daerah yang meliputi:

1) Pendapatan Asli Daerah. 2) Dana Perimbangan. 3) Pinjaman.

4) Pembiayaan pelaksanaan asas dekonsentrasi bagi provinsi. c. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. d. Sistem informasi keuangan daerah.


(34)

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 27, Jumlah DAU (Dana Alokasi Umum) ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen dari pendapatan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah, sedangkan yang dimaskud dengan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pendapatan daerah merupakan semua penerimaan uang melalui kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar dan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan yang di peroleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

a. Pajak Daerah

Merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak Negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah.


(35)

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 jenis-jenis pajak daerah terdiri dari:

1. Jenis Pajak Propinsi

a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. d. Pajak Air Permukaan, dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota a. Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

b. Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

c. Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan suatu daerah.

d. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan reklame.


(36)

Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak mineral bukan logam dan Batuan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam didalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut biaya.

h. Pajak Air Tanah

Pajak air tanah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pengambilan atau pemanfaatan air tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak sarang burung walet adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengembalian atau pengusahaan sarang burung walet.


(37)

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pajak daerah yang ada diatas tidak semua pajak dipungut oleh suatu daerah, karena jika potensi suatu daerah kurang memadai maka suatu daerah boleh tidak memungut pajak daerah sesuai dengan kebijakan daerah yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah.

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

1) Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2) Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial.


(38)

3) Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

c. Hasil Pengelolaan yang dipisahkan

Hasil pengelolaan yang dipisahkan merupakan perusahaan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan terdiri dari bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), bagian laba lembaga keuangan bank, bagian laba keuangan non bank, bagian laba perusahaan milik daerah lainya serta bagian laba atas pernyataan modal atau investasi kepada pihak ketiga. Dalam pasal 25 UU No. 25 tahun 1962 tercantum penggunaan laba bersih hasil perusahaan daerah yang perinciannya sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya dari kekayaan daerah yang dipisahkan:

a. Untuk pembangunan daerah sebesar 30 persen.


(39)

c. Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan sokongan yang besarnya masing-masing daerah berjumlah 45 persen.

2. Bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah dipisahkan setelah dikeluarkan zakat yang dipandang perlu:

a. Untuk dana pembangunan sebesar 8 persen dan untuk anggaran sebesar 7 persen.

b. Untuk pemegang saham 40 persen dibagi menurut perbandingan nilai nominal dari saham-saham.

c. Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan yang besarnya masing-masing ditentukan dalam peraturan daerah berjumlah 45 persen.

Pemerintah daerah di Indonesia mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atas dasar pertimbangan:

1. Menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.

2. Dianggap cara yang efisien untuk menyediakan layanan masyarakat. 3. Untuk menghasilkan penerimaan bagi pemerintah daerah.

BUMD mencakup berbagai kegiatan perekonomian yang luas, tidak hanya terbatas pada penyediaan kebutuhan dasar masyarakat daerah. Jenis dan kegiatan BUMD yang ada diberbagai darah meliputi meliputi penyediaan air minum pengelolaan persampahan, rumah


(40)

pemotongan hewan, pengelolaan pasar, pengelolaan objek wisata, pengelolaan sarana wisata, perbankan dan perkreditan, penyediaan sarana transportasi, industri lainnya, dan jasa-jasa lainnya.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah merupakan pendapatan asli daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah menurut UU No. 33 Tahun 2004 terdiri dari:

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. 2. Jasa giro.

3. Pendapatan bunga.

4. Keuntungan selisih nilai tukar terhadap mata uang asing.

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

2. Jumlah Kunjungan Wisatawan a. Pengertian Pariwisata

Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang pariwisata, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait dalam bidang tersebut. Wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, dengan demikian pariwisata meliputi:


(41)

(1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata,

(2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

(3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, angkutan wisata.

Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya permintaan wisatawan yang berupa barang dan jasa, untuk mengukur pengaruh pariwisata terhadap perekonomian suatu wilayah dapat dilakukan melalui pendekatan pengeluaran wisatawan (tourist expenditure) dan pendekatan permintaan wisatawan (tourist demand)terhadap barang dan jasa. Pengeluaran wisatawan adalah peneluaran yang dilakukan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. Pengeluaran wisata dapat berupa akomodasi, konsumsi makan, angkutan wisata, atau jasa-jasa lainnya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Daerah Sektor Pariwisata Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan daerah DIY dari sektor pariwisata:


(42)

a. Jumlah Wisatawan

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009), semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan, apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu Negeri yang bukan Negeri asalnya, wisatawan ini meliputi:

1) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, keperluan kesehatan dan sebagainya. 2) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konfrensi, musyawarah atau sebagai utusan dari instasi atau organisasi.

3) Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk bisnis.

4) Pejabat pemerintah dan militer beserta keluarganya yang ditempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan sebagai wisatawan (Pendit, 1994).

b. Jumlah Obyek Wisata

Menurut Mursid (dalam Lia, 2013), obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek


(43)

wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Obyek wisata umumnya berdasarkan pada:

a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

b) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

d) Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

e) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

3. Jumlah Penduduk

Kependudukan dalam bahasa Yunani “Demos” yang artinya rakyat atau penduduk yang merupakan hal penting didalam pembangunan ekonomi yang merupakan penggerak dan pelaksanaan ekonomi disamping sebagai sumber tenaga kerja. Penduduk dalam suatu wilayah dapat dilihat dan dari aspek positif dan negatif. Aspek positif dimana penduduk yang besar akan mampu mendorong pembangunan itu sendiri, jumlah penduduk yang besar yang tidak diiringi dengan perluasan wilayah kesempatan kerja yang semakin besar, oleh karena itu jumlah penduduk disuatu wilayah


(44)

mempunyai arti yang sangat penting terutama dengan membuat suatu perencanaan pembangunan, sehingga perencanaan yang dihasilkan lebih realistis. Dampak negatif pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya permintaan layanan sosial dan ekonomi untuk memenuhi hak-hak dasar mereka yang jumlahnya meningkat. Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah.

Todaro (2003) mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah. Pengaruh jumlah penduduk pada tingkat moderat pada dasarnya positif dan bermamfaat bagi pembangunan ekonomi, baik bagi negara-negara maju, maupun yang sedang berkembang. Semakin banyak orang, maka semakin banyak ide, semakin banyak orang yang mempunyai bakat dan kreativitas, semakin banyak tenaga ahli dan dengan demikian akan semakin berkembang teknologi, selanjutnya dalam jangka panjang penduduk merupakan suatu keuntungan.

Smith berpendapat bahwa dengan didukung bukti empiris bahwa pertumbuhan penduduk tinggi akan dapat meningkatkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar. Penumbuhan penduduk yang diiringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi didalam produksi. Penambahan penduduk merupakan suatu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya penduduk dapat mempengaruhi


(45)

pendapatan, jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat di tarik juga meningkat.

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

Menurut Sukirno (2012) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang, dari satu periode ke periode lainya kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung PDRB, yaitu:

1. Pendekatan Produksi (production approach).

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu wilayah atau daerah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.


(46)

Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB atau output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha, yaitu:

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan

d. Listriik, Gas, dan Air Minum e. Konstruksi/bangunan

f. Perdagangan, Restoran dan Hotel g. Pengangkutan dan Komunikasi

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2. Pendekatan Pendapatan (income approach)

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah atau region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya, dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.


(47)

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor), didalam suatu wilayah atau region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, dengan metode ini, penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

PDRB merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi PAD, dengan meningkatnya PDRB akan menambah penerimaan pemerintah dari pajak daerah, selanjutnya dengan bertambahnya penerimaan pemerintah akan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, begitu juga sebaliknya dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat, maka akan mendorong kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan pungutan lainnya. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan orang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah, dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Pengukuran


(48)

akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain:

a. Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar, baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuahan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di Negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto perkapita atau Pendapatan Perkapita, atau disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata. Produk Domestik Bruto Perkapita atau Produk Domestik Regional Bruto perkapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara atau suatu daerah yang bersangkutan.


(49)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau referensi, bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses penyusunan penelitian ini. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan penelitian ini dengan kata kunci “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah”. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu proses penyusunan penelitian ini:

Chakim (2011) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sli daerah Kabupaten Madiun tahun 1991-2010 penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, produk domestik regional bruto dan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan asli daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda dengan rentang waktu 1991-2010. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel independent secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

Fiqih (2011) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang pada tahun 2004-2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, pendapatan lain-lain yang sah terhadap realisasi penerimaan pendapatan asli daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda. Hasil


(50)

penelitian ini diperoleh bahwa variabel independent yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, pendapatan lain-lain yang sah secara simultan mampu menjelaskan dan berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.

Husna (2015) meneliti tentang Pengaruh PDRB, inflasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan asli daerah Kota se Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pendapatan Asli Daerah (PAD). PDRB, inflasi, pengeluaran pemerintah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh variabel PAD dapat dijelaskan oleh variabel PDRB, inflasi, pengeluaran pemerintah sebesar 66,9 persen. sehingga PAD dapat meningkat melalui penarikan pajak.

Prabwa (2009) meneliti tentang analisis fakor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (bagian laba BUMD), lain-Lain pendapatan asli daerah yang sah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Metode anlisis linear berganda. Hasil penelitian ini yang diperoleh dari variabel pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah baik baik secara bersama-sama/serentak maupun secara parsial memberikan pengaruh yang sangat signifikan positif terhadap PAD.


(51)

Kusrini (2015) meneliti tentang analisis pengaruh belanja langsung, PDRB dan jumlah penduduk terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010-2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode data panel. Hasil penelitian menyatakan variabel belanja langsung dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD, sedangkan jumlah penduduk tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap PAD.

Susanto (2013) meneliti tentang analisis pengaruh PDRB, penduduk, dan inflasi terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus Kota Malang tahun 1998-2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Analisis linear berganda. Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel PDRB, penduduk, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Malang.

(Gitaningtyas dan Kurrohman 2014) meneliti tentang pengaruh PDRB, jumlah penduduk dan investasi swasta terhadap realisasi pendapatan asli daerah pada Kabupaten/ Kotta di Provinsi Jawa Timur. Metode analisis menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel independen PDRB, jumlah penduduk dan investasi swasta berpengaruh positiv dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.


(52)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Metode Kesimpulan

Chakim Ali, 2011 Analisis Faktor- faktor yang Merpengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun Tahun 1991-2010 jumlah penduduk, PDRB dan Pengeluaran Pemerintah Regresi Linier Berganda Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel indepedent secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PAD Fiqih Abdul, 2011 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah(PAD) Kota Tangerang Pada Tahun 2004-2008 Pajak daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Pendapatan lain-lain yang sah Dengan mengguna kan analisis linear berganda Hasil penelitian yaitu Pajak daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Pendapatan lain-lain yang sah secara simultan mampu menjelaskan dan berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD Gitaningt yas dan Kurrohm an, 2014 Pengaruh PDRB, Jumlah Penduduk dan Investasi swasta terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten/ Kotta di Provinsi Jawa Timur. PDRB, Jumlah Penduduk, Investasi swasta, Pendapatan Asli Daerah Metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel independen PDRB, jumlah penduduk dan investasi swasta berpengaruh positiv dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.


(53)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) Husna Umdatul, 2015 Pengaruh PDRB, inflasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan asli daerah kota se Jawa Tengah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PDRB, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah Metode analisis ordinary least squares/ OLS Hasil penelitian yang diperoleh variabel PAD dapat dijelaskan oleh variabel PDRB, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah sebesar 66,9 persen. sehingga PAD dapat meningkat melalui penarikan pajak Prabwa Agus, 2009 Analisis Fakor-faktor Yang Mempengaru hi Tingkat pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banyumas Pajak Daerah Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (Bagian Laba BUMD), Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Metode anlisis linear berganda Hasil penelitian ini yang diperoleh dari variabel pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah baik secara bersama-sama/serentak maupun secara parsial memberikan pengaruh yang sangat signifikan positif terhadap PAD


(54)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) Kusrini Diyah, 2015 Analisis Pengaruh Belanja Langsung, PDRB dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota Provinsi Sematera Selatan Tahun 2010-2014) Belanja Langsung, PDRB, Jumlah, Penduduk Pendapatan Asli Daerah Metode data panel Hasil penelitian menyatakan variabel belanja langsung dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD. Sedangkan jumlah penduduk tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap PAD Susanto Iwan, 2013 Analisis Pengaruh PDRB, Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi kasus Kota Malang Tahun 1998-2012) PDRB, Penduduk, Inflasi, Pendapatan Asli Daerah Metode anlisis linear berganda Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel PDRB, penduduk, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap PAD kota Malang.

Berdasarkan Tabel 2.1 ada beberapa perbedaan dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel independen yaitu jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk, dan produk domestik regional bruto, selain itu penelitian ini juga menggunakan periode tahun yang berbeda yaitu pada kurun waktu


(55)

tujuh tahun 2009-2015, dengan menggunakan analisis data panel serta objek dan lokasi yang diteliti juga berbeda yaitu Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, karena potensi lokal yang dimiliki sangat memadai untuk digali dan lebih dikembangkan pengelolaanya, selain itu dilakukan objek penelitian dikarenakan Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam budaya dan ciri khas tersendiri baik dari kawasan wisata, maupun sumber daya, sehingga berpotensi menghasilkan penerimaan daerah yang cukup besar, kemudian penulis menjelaskan tentang teori dan hubungan antara variabel independen (Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto) terhadap variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah) masing-masing Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Hubungan antara Jumlah Kunjungan Wisatawan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sektor pariwisata memiliki peranan penting bagi pendapatan daerah dalam meningkatkan pembangunan daerah, semakin banyaknya jumlah kunjungan wisatawan akan meningkatkan pendapatan daerah melalui konsumsi dan hunian tempat tinggal bagi para wisatawan yang berkunjung. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang berlimpah, terdapat berbagai jenis obyek wisata di Kota ini, seperti wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah dan wisata pendidikan, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun


(56)

mancanegara, jika jumlah kunjungan wisatawan meningkat maka akan menaikan pendapatan daerah sekitar.

Secara teoritis (Apriori dalam Nasrul, 2010), semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut.

2. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Pendapatan Asli Daerah

Smith berpendapat bahwa dengan didukung bukti empiris bahwa pertumbuhan penduduk tinggi akan dapat meningkatkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar. Penambahan penduduk merupakan suatu hal yang di butuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya penduduk dapat mempengaruhi pendapatan. Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga meningkat, seperti halnya yang telah dilakukan penelitian oleh (Gitaningtyas dan Kurrohman 2014) semakin banyaknya jumlah penduduk maka pendapatan asli daerah akan semakin meningkat dari banyaknya iuran dari penduduk seperti pajak daerah atau retribusi daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2013) berpengaruh signifikan karena terdapat penduduk yang bekerja atau penduduk yang produktif yaitu mulai bekerja seperti pertanian, perdagangan, konstruksi,


(57)

keuangan, jasa-jasa dan lain sebagainya, semua itu jumlah penduduk yang sudah mempunyai pendapatan sendiri atau bisa dikatan jumlah penduduk mampu untuk menyumbang pendapatannya ke pemerintah daerah, penarikan pajak.

Todaro (2003) juga mencatat bahwa pertumbuhan penduduk juga merangsang pertumbuhan ekonomi, semakin besar jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap barang-barang konsumsi, selanjutnya akan mendorong economic of scale dalam berproduksi, sehingga akan menurunkan biaya produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan asli daerah, dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi, hal ini selanjutnya dapat mendorong peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan masyarakat akan cenderung meningkat, dengan adanya kecenderungan pertambahan penduduk pada gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Sukirno, 2003).

3. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Pendapatan Asli Daerah.

Nilai PDRB atau pendapatan perkapita diperoleh dari berbagai pendapatan nasional bruto atau pendapatan domestik bruto pada suatu


(58)

tahun tertentu dengan jumlah produk pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita menunjukkan kemampuan masyarakat untuk membayar pengeluarannya termasuk mengkonsumsi barang dan jasa, semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak. Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi kemakmuran suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi pada saat pendapatan meningkat, permintaan akan barang-barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2006)

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula permintaan barang dan jasa, hal ini mengakibatkan semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pajak dan retribusi yang ditarik pemerintah daerah, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

Keynes dalam teori konsumsinya mengatakan bahwa besar kecilnya pengeluaran konsumsi hanya didasarkan atas besar kecilnya tingkat pendapatan masyarakat. Keynes menyatakan bahwa ada pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat dan


(59)

pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan, secara teori apabila terjadi kenaikan pendapatan individu maka akan mendorong kenaikan konsumsi dari individu tersebut. Naiknya konsumsi masyarakat menyebabkan bertambahnya pembayaran pajak dan retribusi sehingga nantinya hal tersebut akan mampu meningkat pendapatan asli daerah. Penelitian ini sesuai dengan (Gitaningtyas dan Kurrohman 2014) yang menunjukan bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi pendapatan asli daerah, seiring dengan peningkatan PDRB, berkembangnya usaha perdagangan, hotel dan restoran juga akan meningkatkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu dugaan yang berifat sementara, dari permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan yang hendak dicapai serta berlandaskan pada teori-teori yang tersedia dalam penelitian ini.

Adapun Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. H1: Jumlah Kunjungan Wisatawan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD.

Yogyakarta sebagai salah satu tujuan destinasi wisata yang banyak dikunjungi baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara. Parawisatawan umumnya tertarik pada wisata budaya dan sejarah serta keindahan alam Daerah Istimewa Yogyakarta, dari jumlah kunjungan wisatawan, dalam hal ini pemerintah daerah mengenakan pajak atau


(60)

retribusi pada obyek-obyek wisata, adanya pengenaan ratribusi dan pajak akan memebrikan keuntungan terhadap penerimaan pendapatan daerah. Semakin banyak jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan menginap dihotel, semakin tinggi pula penerimaan dari retribusi obyek wisata dan pajak hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ho : α2 = 0 Artinya, Jumlah Kunjungan Wisatawan tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : α2 ≠ 0 Artinya, Kunjungan Wisatawan berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. H2: Jumlah Penduduk diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD. Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu adanya disparitas pendapatan antar daerah. Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ho : α2 = 0 Artinya, jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ha : α2 ≠ 0

3. H3: Produk Domestik Regional Broto diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD. Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu.


(61)

Ho : α2 = 0 Artinya, PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : α2 ≠ 0 Artinya, PDRB berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pembahasan ini kerangka pemikiran di buat untuk mempermudah pemahaman mengenai keseluruhan rangkaian dalam penelitian ini, dengan harapan agar pembaca lebih mudah memahami isi penelitian ini maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Dalam Perekonomian suatu daerah ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan asli daerah, salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan alsi daerah dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk, dan produk domestik regional bruto.

Jumlah Kunjungan Wisatawan (+)

PDRB (+) Jumlah Penduduk

(+)


(62)

44 A. Objek dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

1. Objek penelitian

Daerah Penelitian yang digunakan adalah seluruh Kabupaten dan Kota Madya yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu:

a. Kabupaten Bantul

b. Kabupaten Gunung Kidul c. Kabupaten Kulonprogo d. Kabupaten Sleman e. Kota Yogyakarta 2. Subjek penelitian

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto.


(63)

B. Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan data sekunder berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta serta sumber lain yang terkait dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan oleh penulis dengan menggunakan metode library research atau kepustakaan yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan ilmiah, artikel, jurnal, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitan ini dengan melakukan pencatatan secara langsung berupa data time series dan crooss series dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

D. Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatau yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk objek yang berbeda. Mengacu pada judul di atas, maka terdapat dua variabel yaitu:


(64)

1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain, dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain:

a. Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)

Variabel Kunjungan Wisatawan dalam penelitian ini menggunakan data tahunan didapat dari Dinas Pariwisata DIY, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta yang relatif aman dan nyaman serta dengan keramah-tamahan masyarakatnya terhadap siapapun menjadikan daerah ini banyak diminati orang atau wisatawan untuk berkunjung, tidak mengherankan bahwa jika setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) yang datang ke Daeeah Istimewa Yogyakarta terus meningkat.

b. Jumlah Penduduk (X2)

Penduduk dalam penelitian ini adalah semua warga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial dan budaya.

c. Produk Domestik Regional Bruto (X3)

Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha


(65)

dalam wilayah tertentu, dalam penelitian ini Pertumbuhan PDRB Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga konstan dan merupakan data tahunan yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. 2. Variabel Terikat/tergantung ( Dependent Variabel )

Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya, membesar-mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada variabel lain.

Variabel Pendapatan Asli Daerah dalam penelitian ini ditujukan dalam rangka optimalisasi Pendapatan Asli Daerah secara proporsional. Penelitian menggunakan data tahunan menurut Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. Alat Analisis

Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi data panel, sementara itu pada pengolahan regresi penulisan menggunakan program komputer E-Views 7.0.

F. Metode Penelitian

Model ekonometrika digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan timbal balik antara formulasi teori, pengujian dan estimasi empiris. Metode analisis data penelitian ini menggunakan software Eviews 7. Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinassi dari data time series dan


(66)

cross section, dengan model informasi baik yang terkait variabel-variabel cross section maupun time series :

Y = f (JKW, JP, PDRB)

Adanya model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Original Area incomet = βo + β1LogKWit + β2LogJPit + β3LogPDRBit+ ε

Keterangan:

Original Area income = Pendapatan Asli Daerah

Βo = Konstanta

β123 = Koefisien variabel

LogJKW = Jumlah Kunjungan Wisatawan LogJP = Jumlah Penduduk

LogPDRB = Produk Domestik Regional Bruto

i = Kabupaten/Kota

t = Periode Waktu

ε = Error Term

G. Uji Kualitas Data 1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Suatu model regresi dikatakan menghadapi masalah multikolinearitas bila terjadi hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan bias dalam melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang di jelaskan. Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari


(67)

nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam hasil analisis regresi pada output program spss. Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi (Agus Tri Basuki dan Imamudin Yuliadi, 2014).

Adapun Beberapa cara mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu: a. R2 cukup tinggi (0,7-0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing koefisien

regresinya tidak signifikan

b. Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup tetapi bukan yang syarat yang perlu untuk terjadinya multikoliniearitas, sebab pada R2 yang rendah < 0,5, bisa juga terjadi multikolinearitas.

c. Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel independen yang lain, kemudian menghitung R2 dengan uji F:

Jika F hitung > F tabel berarti Ho di tolak, ada multikolinearitas Jika F hitung < F tabel berarti Ho di terima, tidak ada multikolinearitas Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien hasil output dari komputer. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikoliearitas.

Uji ini untuk mengatasi masalah multikolinearitas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam ini model fixed effect yang ditransformasikan ke dalam model GLS, model ini sudah diantisipasi dari terjadinya multikolinearitas.


(1)

Hasil Estimasi Model

fixed Effect

Dependent Variable: LOG(PAD?)

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 08/24/16 Time: 15:33

Sample: 2009 2015 Included observations: 7 Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 35

Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -131.2665 35.37195 -3.711034 0.0009 LOG(JKW?) 0.279440 0.083131 3.361445 0.0023 LOG(JP?) 8.443695 3.904485 2.162563 0.0396 LOG(PDRB?) 2.022633 1.127535 1.793853 0.0840 Fixed Effects (Cross)

_KULONPROGO--C 5.465343 _BANTUL—C -3.193266 _GUNUNGKIDUL--C -0.597435 _SLEMAN—C -5.422914 _YOGYAKARTA--C 3.748272

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.983839 Mean dependent var 20.82227 Adjusted R-squared 0.979649 S.D. dependent var 6.607409 S.E. of regression 0.135938 Sum squared resid 0.498935 F-statistic 234.8065 Durbin-Watson stat 2.047459 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.976914 Mean dependent var 18.85934 Sum squared resid 0.512076 Durbin-Watson stat 1.942541


(2)

Hasil Estimasi Model

Random Effect

Dependent Variable: LOG(PAD?)

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 08/24/16 Time: 15:35

Sample: 2009 2015 Included observations: 7 Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 35

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -25.20493 6.245061 -4.035978 0.0003 LOG(JKW?) 0.432179 0.082802 5.219412 0.0000 LOG(JP?) -0.743385 0.556441 -1.335964 0.1913 LOG(PDRB?) 2.920431 0.375512 7.777202 0.0000 Random Effects (Cross)

_KULONPROGO--C 1.867260 _BANTUL--C 0.121374 _GUNUNGKIDUL--C 0.264587 _SLEMAN--C -1.005944 _YOGYAKARTA--C -1.247278

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.470195 0.9220

Idiosyncratic random 0.136799 0.0780

Weighted Statistics

R-squared 0.851211 Mean dependent var 2.061449 Adjusted R-squared 0.836812 S.D. dependent var 0.522232 S.E. of regression 0.210964 Sum squared resid 1.379678 F-statistic 59.11605 Durbin-Watson stat 0.689097 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared -1.022963 Mean dependent var 18.85934 Sum squared resid 44.87250 Durbin-Watson stat 0.021187


(3)

Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 75.740757 (4,27) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOG(PAD?)

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 08/24/16 Time: 15:34

Sample: 2009 2015 Included observations: 7 Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 35 Use pre-specified GLS weights

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.876105 2.376077 1.210443 0.2353 LOG(JKW?) 0.689151 0.185177 3.721590 0.0008 LOG(JP?) -0.197872 0.231150 -0.856029 0.3986 LOG(PDRB?) 0.529948 0.320105 1.655545 0.1079

Weighted Statistics

R-squared 0.802494 Mean dependent var 20.82227 Adjusted R-squared 0.783380 S.D. dependent var 6.607409 S.E. of regression 0.443498 Sum squared resid 6.097409 F-statistic 41.98567 Durbin-Watson stat 0.301012 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.786284 Mean dependent var 18.85934 Sum squared resid 4.740549 Durbin-Watson stat 0.308313


(4)

Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PANEL

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 45.724505 3 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LOG(JKW?) 0.253660 0.432179 0.002058 0.0001 LOG(JP?) 6.160641 -0.743385 14.836790 0.0731 LOG(PDRB?) 2.667471 2.920431 1.033206 0.8035

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: LOG(PAD?)

Method: Panel Least Squares Date: 08/24/16 Time: 15:36 Sample: 2009 2015

Included observations: 7 Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 35

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -110.8867 36.46980 -3.040508 0.0052 LOG(JKW?) 0.253660 0.094416 2.686614 0.0122 LOG(JP?) 6.160641 3.891840 1.582964 0.1251 LOG(PDRB?) 2.667471 1.083612 2.461647 0.0205

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.977221 Mean dependent var 18.85934 Adjusted R-squared 0.971315 S.D. dependent var 0.807712 S.E. of regression 0.136799 Akaike info criterion -0.942976 Sum squared resid 0.505277 Schwarz criterion -0.587468 Log likelihood 24.50209 Hannan-Quinn criter. -0.820255 F-statistic 165.4707 Durbin-Watson stat 1.913147 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: LOG(RES2)

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 12/06/16 Time: 01:36

Sample: 2009 2015 Periods included: 7 Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 35

Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -31.77259 284.8369 -0.111547 0.9120 LOG(JKW) 0.911405 0.819049 1.112760 0.2756 LOG(JP) 2.136167 30.50665 0.070023 0.9447 LOG(PDRB) 1.456505 8.527530 0.170800 0.8657

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.330612 Mean dependent var 36.43356 Adjusted R-squared 0.157067 S.D. dependent var 8.192640 S.E. of regression 1.107419 Sum squared resid 33.11215 F-statistic 1.905049 Durbin-Watson stat 2.372730 Prob(F-statistic) 0.107960

Unweighted Statistics

R-squared 0.232235 Mean dependent var 33.80830 Sum squared resid 34.78130 Durbin-Watson stat 2.229044


(6)

Hasil Uji Multikolinearitas

PAD

JKW

JP

PDRB

PAD

1.000000

0.853463

0.311617

0.830758

JKW

0.853463

1.000000

0.233793

0.834298

JP

0.311617

0.233793

1.000000

0.535126

PDRB


Dokumen yang terkait

ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BANGKALAN DENGAN TEREALISASINYA JEMBATAN SURAMADU

1 30 20

ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN BANGKALAN DENGAN TEREALISASINYA JEMBATAN SURAMADU

0 16 20

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAN SUKU BUNGA TABUNGAN TERHADAP JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2000.I-2006.IV

0 28 15

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAN SUKU BUNGA TABUNGAN TERHADAP JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2000.I-2006.IV

0 15 15

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAN SUKU BUNGA TABUNGAN TERHADAP JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2000.I-2006.IV

0 16 15

DERAJAT KAPASITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN KAITANNYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KABUPATEN JEMBER

0 9 65

PENGARUH INVESTASI PERMANEN DAN ASET TETAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 13 48

PENGARUH INVESTASI PERMANEN DAN ASET TETAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 7 12

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

0 6 17

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

0 19 74