Pola distribusi Klorofil a
4.2. Pola distribusi Klorofil a
Klorofil pigmen hijau terdapat di semua organisme yang mampu berfotosintesis sehingga parameter ini menunjukkan secara tidak langsung biomasa alga dan juga status kesuburan suatu perairan. Pertumbuhan fitoplankton disuatu perairan terkait dengan nutrien, suhu dan cahaya. Jadi konsentrasi klorofil-a ini berfluktuasi secara musiman bahkan harian tergantung kedalaman perairan dan perubahan lingkungan.
Hasil penelitian ini sebagaimana yang tersaji pada Gambar 4.3 menunjukkan pola distribusi klorofil-a menurut kedalaman pengambilan sampel pada setiap perairan situ. Pada gambar tersebut, Situ Rawa Kalong menunjukkan level kandungan klorofil-a tertinggi dibandingkan empat situ lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa Situ Rawa Kalong tergolong sebagai perairan eutrofik (subur) karena berada pada kisaran karakteristik
perairan eutrofik menurut Chapman (1996) yaitu 5-140 mg/m 3 . Kandungan klorofil-a pada kedalaman Secchi mencapai dua kali lipat lebih
tinggi dibandingkan pada permukaan, sedangkan klorofil-a di dasar situ Rawa Kalong sedikit lebih tinggi dibandingkan permukaan. Distribusi klorofil seperti ini adalah ciri khas untuk perairan dangkal dimana wind tinggi dibandingkan pada permukaan, sedangkan klorofil-a di dasar situ Rawa Kalong sedikit lebih tinggi dibandingkan permukaan. Distribusi klorofil seperti ini adalah ciri khas untuk perairan dangkal dimana wind
Urutan level kandungan klorofil-a (kesuburan perairan) pada lima situ adalah sebagai berikut: Situ Rawa Kalong>Situ Cibuntu>Situ Cikaret>Situ Tonjong>Situ Lido. Fakta ini menunjukkan bahwa Situ Cibuntu karena luas permukaannya paling kecil dan kedalamannya paling dangkal diantara empat situ lainnya menjadi lebih sensitif terhadap pengaruh lingkungan di sekitarnya. Situ terkecil ini dikelilingi oleh perkebunan palawija dan menerima input dari sungai kecil yang seringkali membawa banyak sekali sampah masuk ke dalam situ. Hal yang sebaliknya terjadi pada Situ Lido sebagai perairan situ yang terdalam dibandingkan empat situ lain yang diamati. (Tabel 3.1, Tabel 3.3, Gambar 3.1 dan Gambar 3.3). Sungai kecil ini melewati beberapa perkampungan penduduk yang cukup padat. Sumber air lainnya untuk Situ Cibuntu berasal dari run off perkebunan palawija yang dipupuk dengan urea dan pupuk kandang yang kaya dengan zat hara sehingga memicu terjadinya peningkatan kesuburan perairan. Sumber input bahan organik yang turut meningkatkan kesuburan adalah pakan ikan berupa sisa-sisa sayuran dan karena Situ Cibuntu dimanfaatkan masyarakat sekitarnya untuk areal pemancingan, terkadang ikan yang dibudidayakan di situ seringkali diberi pakan dari sisa sayuran.
Situ Rawa Kalong adalah situ dengan reputasi sebagai perairan yang eutrofik dan paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai tempat budidaya ikan dalam karamba apung dan jaring apung. Input nutrient kemungkinan datang dari perumahan yang cukup padat di sekitarnya, pabrik berbasis kimia di pinggiran situ, dan tempat penimbunan dan pembakaran sampah (sebanyak tiga buah point sources yang berjarak hanya 30 cm dari pinggir situ). Dapat dipastikan bahwa hasil perlindian tumpukan sampah mengalir hampir tanpa hambatan Situ Rawa Kalong adalah situ dengan reputasi sebagai perairan yang eutrofik dan paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai tempat budidaya ikan dalam karamba apung dan jaring apung. Input nutrient kemungkinan datang dari perumahan yang cukup padat di sekitarnya, pabrik berbasis kimia di pinggiran situ, dan tempat penimbunan dan pembakaran sampah (sebanyak tiga buah point sources yang berjarak hanya 30 cm dari pinggir situ). Dapat dipastikan bahwa hasil perlindian tumpukan sampah mengalir hampir tanpa hambatan
Kandungan klorofil-a diperairan Situ Cikaret termasuk dalam kelas moderat dibanding kedua situ yang telah dibahas sebelumnya meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan Situ Tonjong dan Situ Lido (Gambar 4.3). Tampaknya Situ Lido lebih aman dari ancaman bahaya timbulnya eutrofikasi karena secara fisik situ ini jauh lebih luas dan lebih dalam dibandingkan empat situ lainnya (Gambar 3.1 Tabel 3.1). Situ Tonjong juga memiliki kondisi lingkungan yang lebih baik dibandingkan Situ Cikaret misalnya, karena secara faktual saat pengambilan contoh dilakukan terlihat bahwa perumahan di sekitarnya tidak sepadat di Situ Cikaret serta perkebunan di sekitarnya tidak diolah seintensif perkebunan palawija di sekitar Situ Cibuntu. Gambar 4.2 juga menunjukkan bahwa titik pengambilan contoh pada Situ Tonjong relatif paling jauh dari sumber pencemar dibandingkan dengan empat situ lainnya.
Kedalaman Secchi (z SD )
3) 140 /m 120 mg 100 a( 80
fil- 60 ro 40
Klo 20
Cikaret Rawa Kalong 5-Oct-10
5-Oct-10 10-Nov-10
Kedalaman maksimum (z maks )
3) 90 m 80 g/ 70
60 a (m 50 40 il- 30 of 20 or 10 Kl 0
Rawa Kalong 5-Oct-10
5-Oct-10 10-Nov-10
Gambar 4.3. Distribusi klorofil-a menurut kedalaman pengambilan contoh