Partisipasi Perempuan Tani Dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus Di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)
PARTISIPASI PEREMPUAN TANI DALAM MENCAPAI
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)
HAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Partisipasi
Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus di
Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Hayati
NIM I361100011
_____________________
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama degan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN
HAYATI. Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah
Tangga (Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat).
Dibimbing oleh SITI AMANAH, AIDA VITALAYA S HUBEIS, dan
PRABOWO TJITROPRANOTO.
Kualitas konsumsi pangan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur masih
rendah yang ditunjukkan oleh rendahnya capaian PPH (73.3 persen) pada tahun
2010. Hal ini dikarenakan tingginya potensi perempuan tani dalam mencapai
ketahanan pangan rumah tangga belum didukung oleh kemampuan perempuan
tani yang memadai, partisipasi perempuan tani yang optimal pada setiap
tahapannya, serta perempuan tani menghadapi sejumlah kendala dalam
menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai
ketahanan pangan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani,
tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan rumah tangga,
serta menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi
perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian
dilakukan di dua kecamatan yang memiliki rumah tangga tani terbanyak (Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan/BP4K, Kabupaten
Lombok Timur 2011), dan tergolong rawan pangan di Kabupaten Lombok Timur
yaitu Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Terara, serta empat desa yaitu Desa
Aikmel dan Desa Lenek Pasiraman untuk Kecamatan Aikmel, Desa Terara dan
Desa Rarang Selatan untuk Kecamatan Terara (Peta ketahanan dan Kerentanan
Pangan Nusa Tenggara Barat 2010). Penelitian lapang berlangsung sejak bulan
Juni hingga November 2013. Jumlah sampel penelitian diambil sebanyak 300
rumah tangga, dengan rincian Kecamatan Terara sebanyak 160 rumah tangga, dan
Kecamatan Aikmel sebanyak 140 rumah tangga.
Data mengenai karakteristik pribadi perempuan, sosial ekonomi rumah
tangga, dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber
daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, kemampuan perempuan tani,
partisipasi perempuan tani, status pangan (indeks ketahanan pangan) dianalisis
secara statistik deskriptif. Analisis statistik inferensial korelasi Pearson digunakan
untuk menganalisis hubungan antara peubah. Analisis Food Processor untuk
mendapatkan tingkat konsumsi energi yaitu rasio antara konsumsi energi dengan
angka kecukupan energi/zat gizi yang dianjurkan. Analisis statistik inferensial
yaitu Model Persamaan Struktural (structural equation modeling/SEM) digunakan
untuk menganalisis faktor dominan yang memengaruhi kemampuan perempuan
tani, partisipasi perempuan tani, status ketahanan pangan rumah tangga, serta
melihat kecocokan model empirik penelitian.
Karakteristik pribadi perempuan tani dicirikan dengan usia perempuan tani
tergolong usia dewasa awal yang berkisar 18-40 tahun dengan rata-rata 38 tahun,
memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah
tangga, dan mempunyai peranan yang penting untuk mengambil keputusan dalam
rumah tangga. Perempuan tani memperoleh dukungan yang rendah dari keluarga,
kelompok yang ada, tokoh masyarakat dalam hal memberikan bantuan, bimbingan
dan arahan terkait dengan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga;
adanya hubungan yang baik antara tokoh masyarakat dengan perempuan tani
namun belum mendukung perempuan tani untuk mencapai ketahanan pangan
rumah tangga; nilai budaya yang berlaku tidak menghambat perempuan tani
melaksanakan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga, tetapi terdapat persoalan
ketidakadilan gender yang berlaku di masyarakat; perempuan tani memperoleh
akses yang rendah terhadap sumber daya; dan perempuan tani memiliki
pandangan terhadap dukungan penyelenggaraan penyuluhan yang sedang pada
aspek kompetensi penyuluh tetapi rendah pada aspek materi, metode dan media,
waktu dan tempat, sikap penyuluh terhadap perempuan tani. Perempuan tani
memiliki kemampuan teknis yang relatif lebih baik dari kemampuan manajerial
dan kemampuan sosial.
Analisis korelasi Pearson menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan
positif dan nyata dengan kemampuan perempuan tani adalah: karakteristik pribadi
perempuan tani (pendidikan non formal, motivasi, tanggungan keluarga), sosial
ekonomi rumah tangga (luas lahan dan pengambilan keputusan dalam rumah
tangga), lingkungan sosial budaya masyarakat (dukungan keluarga, nilai budaya
dan keadilan jender), akses terhadap sumber daya (lahan, teknologi, informasi,
dan pasar), dukungan penyelenggaraan penyuluhan (kesesuaian materi, metode
dan media, waktu dan tempat penyuluhan, sikap penyuluh yang positif, intensitas
penyuluhan dan kompetensi penyuluh).
Tingkat partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan
rumah tangga, pada semua tahap di komponen ketersediaan pangan, akses pangan,
dan pemanfaatan pangan belum berkembang optimal untuk mencapai ketahanan
pangan rumah tangga. Partisipasi perempuan tani di setiap tahap adalah lebih
tinggi pada komponen akses pangan dan perolehan manfaat karena terkait dengan
pembagian kerja berdasarkan jender dalam rumah tangga. Analisis terhadap status
ketahanan pangan rumah tangga, status pangan rumah tangga tergolong kurang
tahan pangan (82.3 persen), yang dicirikan oleh selalu tercukupi makan makanan
pokok (nasi) setiap kali makan, tetapi tidak selalu mengkonsumsi protein hewani
(daging, ayam, ikan atau telur) setiap hari dalam seminggunya. Kondisi ini
didukung oleh status energi rumah tangga yang tergolong defisit tingkat berat
(sangat rawan pangan) sebanyak 42.7 persen hingga defisit tingkat sedang dan
ringan (golongan rawan pangan) sebanyak 39.0 persen.
Analisis korelasi Pearson menjelaskan secara simultan tingkat kemampuan
perempuan tani berhubungan positif dan sangat nyata pada α=0.01 dengan tingkat
partisipasi perempuan tani dan indeks ketahanan pangan rumah tangga, dan
berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 dengan TKE rumah tangga. Tingkat
partisipasi perempuan tani berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 hanya
dengan indeks ketahanan pangan, tidak dengan TKE rumah tangga.
Analisis SEM menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
kemampuan perempuan tani adalah dukungan penyelenggaraan penyuluhan
(metode dan media, sikap penyuluh, kompetensi penyuluh), akses terhadap
sumber daya (akses informasi), dan dukungan lingkungan sosial budaya
masyarakat (dukungan keluarga); yang memengaruhi tingkat partisipasi
perempuan tani adalah sosial ekonomi rumah tangga (pengambilan keputusan
dalam rumah tangga), akses terhadap sumber daya (akses informasi), kemampuan
perempuan tani (kemampuan manajerial dan sosial), dan karakteristik pribadi
perempuan (usia dan pengalaman usaha); yang memengaruhi status ketahanan
pangan rumah tangga adalah karakteristik pribadi perempuan (usia dan
pengalaman usaha), kemampuan perempuan tani (kemampuan manajerial dan
sosial), dan akses terhadap sumber daya (akses informasi).
Strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani akan
dilakukan melalui serangkaian sosialisasi kesadaran akan pentingnya makanan
yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas; kegiatan
penyuluhan dan pelatihan untuk menguatkan kemampuan perempuan tani dan
meningkatkan partisipasi perempuan tani; kegiatan pendampingan kepada
perempuan tani untuk menjamin keberlanjutan program. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan penyuluhan partisipatif yang mengacu pada teori
pembelajaran Paulo Freire. Sebelum penyuluhan atau pelatihan diberikan kepada
perempuan tani, terlebih dahulu dilakukan peningkatan kompetensi penyuluh, dan
peningkatan kemampuan kelayan strategis sebagai mitra penyuluh dan sebagai
sumber informasi. Kemampuan kelayan strategis dibutuhkan untuk mendukung
peranannya dalam melakukan kegiatan sosialisasi kesadaran akan pentingnya
makanan yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas,
serta melakukan pendampingan kepada perempuan tani baik secara individu
maupun kelompok. Pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut didukung oleh
tersedianya sumber informasi yang sesuai dan mudah di akses oleh perempuan
tani, baik itu media cetak maupun elektronik.
Kata kunci: kemampuan perempuan tani, ketahanan pangan rumah tangga,
partisipasi perempuan tani, strategi pengembangan partisipasi
perempuan tani
SUMMARY
HAYATI. Participation of Female Farmers in Achieving Household Food
Security (Case in East Lombok District of West Nusa Tenggara Province).
Supervised by SITI AMANAH, AIDA VITALAYA S HUBEIS, PRABOWO
TJITROPRANOTO.
Quality of food consumption in East Lombok was still low, which indicated
by the low value of PPH (73.3 percent) in 2010. This was due to the high potential
of female farmers in achieving household food security has not been supported by
proper skill and optimal participation of female farmers, also female farmers to
face some obstacles to strengthen their ability and increase their participation to
achieve household food security.
This research aims to analyze the level of ability and participation of female
farmers, analyze the status of household food security and to prepare inputs for
the formulation of strategy to increase the participations of female farmers in
order to achieve household food security. The research was held in two subdistrict that have most farm household (Extension Executive Agency of
Agriculture, Fisheries and Forestry, East Lombok 2011), and categorized as food
insecurity in East Lombok District, which are Aikmel Sub-district and Terara
Sub-district, as well as four villages which are Aikmel village and Lenek
Pasiraman for Aikmel Sub-district, Terara Villages and South Rarang Sela Village
for Terara Sub-district (Map of Food Security and Vulnerability, West Nusa
Tenggara 2010). Field research was conducted from June until November 2013.
The number of research samples taken were 300 households, with details 160
households for Terare Sub-district and 140 household for Aikmel Sub-district.
Data on individual characteristics, socio-economic of household, support of
socio-cultural society, access to natural resources, support of extension service,
the ability of female farmers, the participation of female farmers, food status (food
security index) were analyzed by descriptive statistics. Pearson correlation
inferential statistics were used to analyze the relationship between variables. Food
Processor Analysis aimed to get the level of energy consumption which was the
ratio between the energy consumption with energy minimum level which were
recommended. Structural equation modeling (SEM) was used to analyze dominant
factor which affect the ability and participation of female farmers, food security
status in household, and analyse the compatibility of research empirical model.
Personal characteristics of female farmers are characterized by the age of
female farmers belong to the early adult age range 18-40 years with an average
was 38 years, had high enough motivation to fulfill food needed of household, and
had an important rule to take a decision in household. Female farmers do not
receive enough support from socio-cultural environment (family, existing groups,
community leaders) in terms of providing assistance, guidance and directives
related to the implementation of household food security; there is a good relations
between community leaders with female farmers but do not support female
farmers to achieve household food security; prevailing cultural values do not
impede women farmers conducting household food security, but there is the issue
of gender inequality in society; female farmers have limited access to resources;
female farmers have moderate view to support the implementation of the
extension on aspects of extension worker competence but low on material,
methods and media, time and place, extension worker attitude aspects towards
female farmers. Female farmers have better technical ability than managerial
ability and social ability.
Pearson correlation analysis shows that the factors positively and
significantly correlate with the ability of female farmers are: personal
characterization of female farmers (non-formal education, motivation, dependent
family), socio-economic of household (land area and decision making within
household, socio-cultural environment (family support, cultural value, gender
equity), access to resources (access to land, technology, information, and market).
Support of extension services implementation (the availability of materials,
methods and media, time and place of extension services, positive attitude of
extension worker, the intensity of extension services and the competence of
extension worker)
Female farmers participation rate in achieving household food security, at
all stages in food availability component, food access and utilization has not been
developed optimally to achieve household food security. Female farmers
participation in each stage is higher in food the component of food access and
food utilization due to the relation of work distribution based on gender in
household. Analysis of food security status of household, shows that the food
security status in household is classified as food insecurity (76.7 percent), status
of household energy is classified very vulnerable (42.7 percent) to the group of
food insecurity (39.0 percent).
Pearson analysis correlation explained simultaneously the level of female
farmers was positevely and significantly related at α=0.01 with the level of
women farmers participation and food index of household, and significantly and
postively related with household TKE. The level of female farmers participation
was postitively and significantly related at α=0,05 only with food security index,
not with household TKE.
SEM analysis shows three mains results. First, the ability of female farmers
is affected by support from extension services, access to resources (information
access) and the support of socio-cultural environment (family support). Second,
the level of female farmers participation are socio-economics of house hold
(decision making process in household), access to information, ability, and
personal characteristics of women (age and length of time in business). Third, the
status of household food security is affected by personal charateristic of women
(age and length of time in business), abilty and access to information.
Extension strategy to increase the participation of female farmers will
conduct through the activities of socialization awareness of the importance of
qualified food to female farmers, male/husbands, and society; extension services
activities and training to strengthen the ability of female farmers and increase the
participation of female farmers; activity of mentoring to female farmers to ensure
program sustainability. Learning activity used participative extension services
approach which refered to the learning theory of Paulo Freire. Before extension
services or training is implemented, the competence of extension worker need to
be increased and the enhancement of strategic clients skills (informal leaders,
caders) are extension worker partner and information source. Strategic clients
skills are (informal leaders, caders) needed to support the role in socialization
awareness of the importance of qualified food to female farmers, husband and
society, as well as mentoring to the female farmers individually or group. In
overall of extension servives towards the food securitu at household level should
be supported by availability of information and innovation that can be accessed
and practiced by female farmers.
Keywords : Ability of female farmers, food security of household, participation of
female farmers, strategy of participation development.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentimgan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PARTISIPASI PEREMPUAN TANI DALAM MENCAPAI
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)
HAYATI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Prof (R) Dr Ign Djoko Susanto, SKM,APU
2. Dr Ir Herien Puspitawati, MSc
Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr Ir Rosiady Sayuti, MSc
2. Prof Dr Ir Sumardjo, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemampuan dan kekuatan hingga karya ilmiah ini, yang berjudul
“Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga
(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)” berhasil
diselesaikan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti
Amanah, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Prof Dr Ir Aida Vitayala S
Hubeis dan Bapak Dr Prabowo Tjitropranoto, MSc selaku Anggota Komisi
Pembimbing, yang dengan sabar dan tulus ikhlas mengarahkan dan membimbing
penulis, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh responden dan informan dalam penelitian ini yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan juga kepada para enumerator; PPL dan aparat kantor desa di
lokasi penelitian; kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Kecamatan Aikmel dan Terara beserta staf; Kepala Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lombok
Timur beserta staf; kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB beserta staf,
kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur beserta staf, yang
telah membantu selama pengumpulan data.
Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa BPPS yang
diberikan. Terima kasih penulis kepada teman-teman mahasiswa Ilmu Penyuluhan
Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana IPB angkatan 2010 (Zahron, Taufik,
Hamzah, Meilvis, Megawati), angkatan 2011 (Akrab, Iwan, Darojat), temanteman di perpustakaan IPB (Ainia, Yeni, dan lainnya), temen satu kos (Woro,
Yetty, Cuwi) untuk kebersamaannya dan turut mendukung penyelesaian disertasi
ini. Khusus kepada sahabat tercinta Megawati Simanjuntak, terima kasih banyak
yang tak terhingga atas segala bantuan yang sangat berarti bagi penulis. Terima
kasih banyak juga saya sampaikan kepada Mbak Desiar Ismoyowati, AMd atas
segala bantuan dan pertolongannya yang telah dilakukan kepada penulis selama
ini demi kelancaran penyelesaian disertasi ini. Ungkapan terima kasih yang tiada
terkira atas doa, dukungan dan kasih sayangnya disampaikan kepada Ayahanda H
Zakaria Marzuki, SH dan Ibunda Hj. Yayah Rohayah yang penulis hormati dan
cintai, putra putri yang hebat dan tercinta Husni Jayadi, Zata Yumni Awanis, dan
M. Rafdi Ghani, adik-adik kandung beserta suami yang penulis sayang dan cinta,
Artati dan Humaedi, Sri Wahyuni dan Ade Husen, Indah Wati dan Hasnop, Sari
Kusumawati dan Arman, Siti Lestari dan Doly, Hairani dan Yudi, dan Fitri
Kurniati dan Benny, serta kepada sahabat, kerabat yang terkasih dan tercinta yang
tak dapat dituliskan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Hayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
LLatar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
II TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Perempuan Tani dalam Ketahanan Pangan Rumah
Tangga
Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Peningkatan Partisipasi
Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah
Tangga
Penelitian Pendahuluan dan Kebaruan Penelitian
III KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN
Definisi Operasional dan Konsep
IV METODE PENELITIAN
V TINGKAT KEMAMPUAN PEREMPUAN TANI DALAM
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
VI TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TANI DAN STATUS
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
VII STRATEGI PENGEMBANGAN PARTISIPASI PEREMPUAN
TANI UNTUK PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN
RUMAH TANGGA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
7 PEMBAHASAN UMUM
8 SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
xvi
xvi
1
1
3
4
4
4
8
8
11
12
14
16
19
21
21
23
24
48
50
50
52
53
65
67
67
70
73
99
101
108
111
119
145
DAFTAR TABEL
4.1 Populasi dan sampel penelitian
5.1 Sebaran perempuan tani menurut karakteristik pribadi perempuan tani
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.2 Sebaran perempuan tani menurut profil sosial ekonomi rumah tangga
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.3 Sebaran perempuan tani menurut profil sosial budaya masyarakat di
Kabupaten Lombok Timur
5.4 Sebaran perempuan tani menurut profil akses terhadap sumber daya
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.5 Pandangan perempuan tani terhadap penyelenggaraan penyuluhan
ketahanan pangan di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.6 Sebaran perempuan tani menurut tingkat kemampuan di Kabupaten
Lombok Timur, 2013
5.7 Rataan skor komponen-komponen kemampuan perempuan tani
dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten
Lombok Timur, 2013
5.8 Koefisien korelasi antara profil sosial ekonomi dan sosial budaya
dengan tingkat kemampuan perempuan tani di Kabupaten Lombok
Timur, 2013
6.1 Sebaran perempuan tani menurut tahap-tahap partisipasi di
Kabupaten Lombok Timur, 2013
6.2 Sebaran perempuan tani menurut tahap-tahap partisipasi pada
komponen ketahanan pangan rumah tangga
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
6.3 Sebaran perempuan tani menurut status ketahanan pangan rumah
tangga di Kabupaten Lombok Timur, 2013
6.4 Koefisien korelasi antara tingkat kemampuan perempuan tani dengan
tingkat partisipasi perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur
6.5 Koefisien korelasi antara tingkat kemampuan perempuan tani dengan
status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur
6.6 Koefisien korelasi antara tingkat partisipasi perempuan tani dengan
status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur
7.1 Dekomposisi pengaruh antar peubah peningkatan partisipasi
perempuan tani
7.2 Komponen-komponen penyuluhan untuk peningkatan partisipasi
perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga
7.3 Rancangan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Timur
19
25
28
30
35
38
41
42
44
55
56
61
62
63
64
74
91
94
DAFTAR GAMBAR
3.1 Hubungan antar peubah penelitian
7.1 Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian
7.2 Estimasi parameter hybrid model peningkatan partisipasi perempuan
tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga
7.3 Skema strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga
7.4 Skema strategi penyuluhan untuk penguatan kemampuan dan
peningkatan partisipasi perempuan tani dalam rangka mencapai
ketahanan pangan rumah tangga
8.1 Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan perempuan tani dan
partisipasi perempuan tani
17
72
75
89
98
104
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
Definisi operasional, pengukuran dan pengolahan data variabel- 119
variabel penelitian
Tahapan dan hasil analisis SEM (Lisrel 8.70)
126
Abstrak penelitian
142
72
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara sosial budaya, perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur
merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pencapaian ketahanan pangan
rumah tangga. Oleh karenanya, keberhasilan pencapaian ketahanan pangan rumah
tangga di Kabupaten Lombok Timur, tidak dapat mengabaikan peran perempuan
tani. Potensi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga
harus didukung oleh kemampuan perempuan tani yang memadai, partisipasi
perempuan tani yang optimal pada setiap tahapannya, serta menghilangkan dan
mencari solusi dari sejumlah kendala yang dihadapi perempuan dalam rangka
menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai
ketahanan pangan rumah tangga.
Perempuan tani berperan penting dalam ketahanan pangan rumah tangga,
baik pada komponen ketersediaan pangan, akses pangan maupun pemanfaatan
pangan. Perempuan tani melakukan pekerjaan-pekerjaan penting pada produksi
pertanian pangan, seperti penanaman, penyiangan, pemanenan, pemupukan,
pemberantasan hama penyakit tanaman, penanganan pasca panen, penyimpanan,
pemasaran (Food and Agriculture Organization/FAO 2008). FAO (2011)
menguatkan bahwa di lima wilayah di dunia, perempuan tani berkontribusi
sebagai tenaga kerja di sektor pertanian. Pada tahun 2010, di Amerika Latin dan
Karibia terdapat tenaga kerja perempuan di sektor pertanian sekitar 20 persen, di
Near East dan North Africa dan Sub-Saharan Afrika hampir 50 persen, di South
Asia sekitar 35 persen, dan di East dan Southeast Asia hampir 50 persen.
Perempuan tani juga melakukan pemeliharaan ternak kecil dan menanam di lahan
pekarangan atau halaman belakang rumah.
Perempuan tani juga bertanggung jawab untuk merencanakan, mengolah,
mempersiapkan, dan hingga menghidangkan makanan untuk keluarga (Arumsari
dan Rini 2008, Karl 2013). Perempuan tani secara eksklusif bertanggung jawab
terhadap gizi keluarga, sebagai produsen dan penyedia makanan bagi keluarga
(Hubeis 2010). Perempuan tani juga membeli pangan dengan menggunakan
pendapatan yang diperolehnya dari bekerja (Ibnouf 2009; Ogunlela dan Mukhtar
2009; FAO 2011; Hubeis 2012; Karl 2013). The International Centre for
Research on Women/ICRW menyatakan bahwa perempuan tani juga merupakan
bagian integral dalam upaya mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi karena
perempuan tanilah yang bertanggung jawab untuk memastikan tersedianya,
diaksesnya makanan yang bergizi seimbang bagi keluarga mereka. Perempuan
tani juga melakukan strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan
(coping ability indicator) (Brown et al. 2001; Arumsari dan Rini 2008; Ibnouf
2009; World Bank 2009; Baliwati et al. 2010; Hubeis 2012).
Uraian di atas, menguatkan bahwa partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga, tidak saja terkait dengan peningkatan
produksi pangan dan penyedia pangan melainkan juga dengan peningkatan
pangan dan gizi anggota rumah tangga. Keselarasan harus terjadi antara
peningkatan produksi pangan dan pendapatan dengan peningkatan status pangan
dan gizi rumah tangga (Berg 1986; Baliwati et al. 2010; Anonim 2012; Karl
2
2013). Hal ini mendukung pendapat bahwa ketahanan pangan rumah tangga
adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan bagi
anggotanya agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari
yang tercermin dari konsumsi zat gizi (energi dan protein) yang memenuhi
norma kecukupan (Maxwell dan Franksenberg 1992; Sumarwan dan Sukandar
1998; Jayaputra 2001). Menurut Kusharto dan Hardinsyah (2012) usaha untuk
mencapai ketahanan pangan rumah tangga dapat ditempuh melalui peningkatan
pengetahuan pangan dan gizi untuk menjaga keselarasan antara ketersediaan
pangan dengan kualitas konsumsi pangan masyarakat.
Fakta di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan bahwa telah
terjadi peningkatan rata-rata produksi padi sebesar 5.75 persen sejak tahun 20072011 dan surplus beras setiap tahunnya. Pada tahun 2011, ketersediaan pangan
dalam bentuk energi mencapai 3 343.04 kalori/kapita/hari dan protein sebesar
114.49 gram/kapita/hari. Jumlah ini melebihi ketersediaan energi dan protein
minimal yang harus disediakan sebesar 2 200 kalori/kapita/hari dan 57
gram/kapita/hari. Keberhasilan ini belum diiringi dengan peningkatan kualitas
konsumsi pangan masyarakat. Menurut Laporan Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Provinsi NTB (2010) masih terdapat kecamatan-kecamatan di NTB yang
tergolong rawan dan rawan pangan. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di NTB
pada tahun 2010 baru mencapai 76.7 persen yang memberikan makna bahwa
tingkat keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan penduduk relatif masih rendah
(BKP NTB 2011). Rata-rata asupan energi harian pada tahun 2009 adalah 1 956
yang berarti lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi Nasional yaitu 2 000
kkal/kapita/hari (BKP NTB 2010).
Kondisi kerawanan pangan tersebut mencerminkan bahwa ketahanan pangan
rumah tangga belum tercapai. Menurut Karl (2013) ketahanan pangan rumah
tangga akan tercapai jika pengoptimalan peranan perempuan tani dalam ketahanan
pangan rumah tangga dan pemberdayaan perempuan tani (pengembangan
kemampuan) dirasakan sebagai suatu kebutuhan dan serius dilakukan. Hal ini
dikarenakan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa perempuan tani
memainkan peranan yang penting dalam setiap komponen ketahanan pangan
rumah tangga. Pentingnya peran perempuan tani dalam pencapaian ketahanan
pangan rumah tangga, menyebabkan perempuan tani harus dipandang sebagai
masyarakat yang aktif, memiliki inisiatif, kemauan dan kemampuan dalam upaya
mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Mengacu pada pendapat Uphoff et al
(1979), partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah
tangga tidak hanya sekedar berpartisipasi pada aspek melaksanakan kegiatan,
melainkan juga partisipasinya pada aspek perencanaan, evaluasi dan perolehan
manfaat yang dirasakan perempuan tani dan anggota rumah tangganya sebagai
dampak partisipasinya pada upaya pencapaian ketahanan pangan dalam rumah
tangga.
Untuk meningkatkan partisipasi seseorang diperlukan persyaratan
kemampuan tertentu dalam pelaksanaannya (Ndraha 1990; Zimmerman dan
Rappaport 1995; Slamet 2003), dan menganalisis faktor-faktor sosial, ekonomi dan
budaya (karakteristik pribadi perempuan tani, sosial ekonomi rumah tangga, dukungan
lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber daya, dan dukungan
penyelenggaraan penyuluhan) yang memengaruhi kemampuan dan partisipasinya serta
mencarikan jalan keluarnya. Dukungan penyelenggaraan penyuluhan ketahanan
3
pangan bagi perempuan tani sangat diperlukan untuk menyukseskan ketahanan
pangan rumah tangga, karena penyuluh mempunyai peranan yang sangat strategis.
Penyuluh hendaknya tidak hanya memahami aspek produksinya saja melainkan
perlu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai dalam hal
pola konsumsi, distribusi makanan agar dapat memberikan informasi yang benar
kepada perempuan tani petani terkait dengan pola konsumsi dan distribusi
makanan (Suprapto 2010).
Tercapainya ketahanan pangan rumah tangga memberikan makna atas
terpenuhinya hak asasi semua individu dalam rumah tangga atas pangan yang
berkualitas (bermutu, bergizi seimbang) di sepanjang waktu serta dapat hidup
sehat dan aktif, seperti yang diamanahkan oleh Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Ketahanan pangan rumah
tangga akan menentukan tercapainya ketahanan pangan nasional bahkan global.
Ketahanan pangan dan gizi merupakan benang merah yang menghubungkan
berbagai elemen pembangunan masa depan yang berkelanjutan. Kerawanan
pangan dapat memiliki dampak jangka panjang yang negatif terhadap prospek
pertumbuhan seluruh masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah harus terus
memberikan perhatian terhadap perempuan tani sebagai pelaku utama pencapaian
ketahanan pangan rumah tangga di perdesaan.
Perumusan Masalah
Hingga saat ini, di Kabupaten Lombok Timur masih dijumpai daerah yang
tergolong rawan dan rawan pangan. Kualitas konsumsi pangan masyarakat masih
rendah yang terlihat dari capaian PPH sebesar 73.3 persen pada tahun 2010 (BKP
NTB 2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa: (1) partisipasi perempuan tani
belum berkembang optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, (2)
kemampuan perempuan tani belum memadai untuk mendukung tercapainya
ketahanan pangan rumah tangga, dan (3) perempuan tani menghadapi sejumlah
kendala menguatkan kemampuan dan meningkatkan
partisipasinya untuk
mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Selama ini, program ketahanan pangan yang dilakukan oleh BKP
Kabupaten Lombok Timur yang diperuntukkan bagi perempuan tani adalah
program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang sudah
dilakukan sejak tahun 2010. Salah satu kegiatannya adalah pemberdayaan
kelompok perempuan tani melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan.
Prakteknya di lapangan, kegiatan ini menyangkut kegiatan pembibitan tanaman
sayur-sayuran, yang kemudian bibit sayuran itu dijual dan diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan perempuan tani. Kegiatan pendampingan yang
dilakukan oleh PPL sama sekali tidak menyentuh aspek distribusi, pentingnya
pangan dan gizi bagi semua anggota rumah tangga.
Sumardjo (1999) menyatakan bahwa perilaku petani yang sesuai dengan
yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan petani dan akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Merujuk pendapat ini, maka
diperlukan perubahan perilaku pada diri perempuan tani di Kabupaten Lombok
Timur agar perempuan tani memiliki perilaku yang diharapkan di komponen
ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan, sehingga kemampuan perempuan
tani menguat dan kesejahteraan rumah tangga meningkat.
4
Untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Timur, penelitian tentang partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan
rumah tangga perlu dilakukan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung ketahanan
pangan rumah tangga?
2. Bagaimana tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan
rumah tangga?
3. Bagaimana rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan
tani yang berkontribusi dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Berdasarkan pada permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
Menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung
ketahanan pangan rumah tangga.
Menganalisis tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan
rumah tangga.
Menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi
perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
1.
2.
Manfaat hasil penelitian secara akademis adalah:
Memperkaya khasanah keilmuan tentang partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Memberikan informasi bagi penelitian serupa agar dapat melakukan
penyempurnaan demi kemajuan ilmu pengetahuan tentang karakteristik
pribadi perempuan tani, kondisi sosial ekonomi rumah tangga, kondisi
lingkungan sosial budaya masyarakat, akses perempuan tani terhadap sumber
daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, penguatan kemampuan
perempuan tani dan peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai
ketahanan pangan rumah tangga.
Menyiapkan bahan rumusan konsep model dan strategi peningkatan
partisipasi perempuan tani untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Manfaat hasil penelitian secara praktis adalah:
Sebagai tambahan informasi kepada para pengambil kebijakan dalam
merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani
dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Timur.
Sebagai referensi bagi penelitian tentang perilaku manusia terkait dengan
ketahanan pangan rumah tangga.
Ruang Lingkup Penelitian
Kajian pada partisipasi perempuan tani dan bagaimana mengoptimalkannya
agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga tak dapat dipisahkan dari
kajian mengenai bagaimana kondisi kemampuan perempuan tani itu sendiri, dan
bagaimana mengembangkannya. Strategi penyuluhan yang tepat dan dapat
5
berkontribusi terhadap pengembangan kemampuan perempuan tani juga harus
dirumuskan agar dapat mengoptimalkan partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Untuk menemukan model, penelitian
didisain berupa rangkaian penelitian yang terdiri dari tiga tahap penelitian.
Penelitian pertama yaitu “Tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung
ketahanan pangan rumah tangga”, penelitian kedua yaitu “Tingkat partisipasi
perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga”, dan penelitian
ketiga yaitu “Strategi peningkatan partisipasi perempuan tani untuk peningkatan
ketahanan pangan rumah tangga”.
Konsep yang melandasi penelitian ini adalah kemampuan dan partisipasi
yang keduanya sangat berkaitan dengan peranan penyuluh dalam penyelenggaraan
kegiatan penyuluhan dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan rumah
tangga. Dalam penelitian ini, dianalisis sejauhmana penyelenggaraan penyuluhan
ketahanan pangan yang ada telah menyentuh perempuan tani demi meningkatkan
kemampuan perempuan tani, yang kemudian akan mempengaruhi partisipasi
perempuan tani dalam ketahanan pangan rumah tangga.
Penelitian ini secara khusus berfokus pada kajian faktor penentu
kemampuan perempuan tani terhadap partisipasi perempuan tani dan status
ketahanan pangan rumah tangga, faktor penentu partisipasi perempuan tani
terhadap status ketahanan pangan rumah tangga, dan penyiapan bahan rumusan
strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani agar dapat mencapai
ketahanan pangan rumah tangga. Definisi operasional, pengukuran, dan
pengolahan data peubah-peubah penelitian dijelaskan dalam Lampiran 1.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Perempuan Tani dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketahanan pangan pada level individu, rumah tangga, nasional, regional dan
global akan tercapai ketika semua orang di sepanjang waktu, mempunyai akses
secara fisik, sosial dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi
untuk memenuhi kebutuhan makanan dan preferensi makanan untuk hidup yang
sehat dan aktif (FAO 2001). Ketahanan pangan tidak hanya memerlukan makanan
dan persediaan makanan, tetapi meliputi ketersediaan pangan (food availability),
akses pangan (food access), dan pemanfaatan pangan (food utilization) oleh
semua orang baik laki-laki maupun perempuan tani dari segala usia, etnis, agama,
dan tingkat sosial ekonomi (World Bank 2009).
Partisipasi merupakan bentuk keterlibatan aktif masyarakat mulai dari tahap
proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelaksanaan
kegiatan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Partisipasi haruslah meliputi empat tahap tersebut. Apabila partisipasi tidak
melibatkan semua tahap tersebut, dikatakan bahwa partisipasi hanya bersifat
parsial (Uphoff et al. 1979). Ketahanan pangan dalam rumah tangga memerlukan
dukungan atau peran serta laki-laki dan perempuan. Partisipasi perempuan tani
dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga tani dalam penelitian ini adalah
bagaimana keterlibatan perempuan tani dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
perolehan manfaat, dan evaluasi pada komponen ketersediaan pangan, akses
pangan dan pemanfaatan pangan.
Pada komponen ketersediaan pangan (food availability), perempuan tani
melakukan kegiatan on farm hingga off farm. Perempuan tani memproduksi
tanaman pangan dan mengontrol penggunaan atau penjualan hasil produksi
pangan yang tumbuh di lahan yang mereka kelola (Brown et al. 2001; FAO 2008;
World Bank 2009; Ibnouf 2009; Hubeis 2010; FAO 2011). Partisipasi perempuan
tani pada komponen ketersediaan pangan dalam penelitian ini adalah keterlibatan
perempuan tani pada tahap perencanaan, pelaksanaan, perolehan manfaat, dan
evaluasi dalam kegiatan produksi pangan yang terdiri dari kegiatan diversifikasi
tanaman dan pangan, budidaya tanaman baik di lahan usahatani maupun di lahan
pekarangan dan budidaya ternak, kegiatan pemasaran dan memanfaatkan hasil
panen.
Pada komponen akses pangan (food access) perempuan tani bertindak
sebagai gatekeeper ketahanan pangan rumah tangga, yaitu sebagai orang yang
bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga yaitu kebutuhan
konsumsi dan gizi yang memadai bagi setiap anggota keluarganya (Hubeis 1985).
Analisis ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dikondisikan oleh kemampuan
untuk memproduksi pangan sendiri untuk anggota rumah tangga dan untuk
pembelian makanan yang berkualitas dan beragam di pasar. Perempuan tani
sering menggunakan pendapatan yang diperolehnya untuk membeli pangan bagi
keluarganya sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap keluarganya.
Perempuan tani juga melakukan strategi rumah tangga untuk memenuhi
kekurangan pangan (coping ability indicator) (Brown et al. 2001; Arumsari dan
Rini 2008; World Bank 2009; Ibnouf 2009; Baliwati et al. 2010; FAO 2011;
7
Hubeis 2012; Karl 2013). Partisipasi perempuan tani pada komponen akses
pangan dalam penelitian ini mencakup keterlibatan perempuan tani pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penerimaan manfaat dalam kegiatan: (1)
mengambil bahan makanan yang ditanam di sawah/ladang/kebun/lahan
pekarangan rumah milik sendiri, dan lahan garapan/sewa, (2) membeli bahan
makanan yang berkualitas dan beragam di pasar lokal, desa, kecamatan,
kota/kabupaten, (3) menerima bantuan pangan, (4) menggunakan pendapatannya
(pendapatan perempuan tani) untuk memenuhi kebutuhan makanan anggota
keluarga dan pendidikan anak, (5) memberikan akses yang tinggi kepada anggota
rumah tangga terhadap konsumsi pangan, dan (6) melakukan strategi rumah
tangga untuk memenuhi kekurangan pangan (coping ability indicator).
Pada komponen pemanfaatan pangan (food utilization), perempuan tani
bertanggung jawab bagi kebutuhan gizi bagi seluruh anggota rumah tangga
mereka. Perempuan tani memastikan bahwa pangan yang dikonsumsi adalah
pangan yang beraneka ragam dan berkualitas serta memberikan kontribusi untuk
perkembangan fisik dan kognitif yang baik, mengolah dan menyediakan pangan
sesuai dengan kebutuhan anggota rumah tangga, termasuk memberi makanan
pada bayi dan balita (Brown et al. 2001; Arumsari dan Rini 2008; World Bank
2009; Ibnouf 2009; Karl 2013). Partisipasi perempuan tani pada komponen
pemanfaatan pangan dalam penelitian ini adalah keterlibatan perempuan tani pada
tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penerimaan manfaat dalam
kegiatan: (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) distribusi makanan bagi anggota
keluarga yang sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizi, (3) penyediaan pangan
yang dikonsumsi anggota rumah tangga yang sesuai dengan kebutuhan pangan
dan gizi, (4) pemberian makanan terhadap bayi dan balita.
Partisipasi masyarakat berkorelasi erat dengan kemampuannya (Ndraha
1990; Zimmerman dan Rappaport 1995; Slamet 2003). Robbins (2003)
mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai kecakapan individu yang
dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktik
yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas melalui suatu tindakan.
Kemampuan yang dimaksud meliputi kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Hal yang sama disampaikan oleh Klausmeier dan
Goodwin (1975) bahwa kemampuan manusia dielaborasikan menjadi
kemampuan pada ranah kognitif (kemampuan intelektual), mental dan
psikomotorik (kemampuan fisik). Kemampuan intelektual adalah kapasitas
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kerja mental,
sedangkan kemampuan fisik adalah kapasitas untuk melaksanakan tugastugas yang menuntut adanya stamina, ketangkasan atau keterampilan.
UNESCO (2005) mengkategorikan empat kemampuan dasar yang perlu
dimiliki oleh individu untuk menghadapi tantangan dalam hidupnya dan dalam
masyarakat, yaitu: (1) Learning to be yang dapat dinyatakan sebagai kemampuan
personal, (2) Learning to live together yang identik dengan kemampuan sosial
(relasional) yaitu yang memungkinkan individu membangun hubungan dengan
orang lain (interpersonal competency) dan masyarakat lainnya (social
competency), (3) Learning to know yang dapat dinyatakan sebagai kemampuan
kognitif yaitu kemampuan dalam menggunakan, meningkatkan dan
mendayagunakan intelektual, (4) Learning to do yang dapat dinyatakan sebagai
kemampuan produktif yaitu kemampuan yang terkait dengan upaya individu
8
membangun dirinya menjadi individu yang produktif, kreatif dan inovatif.
Kemampuan produktif terekspresi dalam bentuk kemampuan manajerial.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suprayitno (2011) menemukan
bahwa partisipasi petani dalam pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten
Maros Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia dipengaruhi oleh kemampuan teknis,
manajerial dan sosial petani, dan Erwiantono (2013) yang menemukan bahwa
partisipasi masyarakat nelayan dalam pengelolaan areal perlindungan laut
berbasis masyarakat di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta juga dipengaruhi oleh
kemampuan manajerial, sosial dan teknis. Oleh karenanya, peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap perempuan tani terkait dengan ketahanan
pangan merupakan suatu kebutuhan. Perubahan perilaku ini dapat dilakukan
melalui pendekatan pendidikan non formal atau penyuluhan (Sumardjo 1999,
Slamet 2000; Amanah 2007) agar perempuan tani memiliki kemampuan yang
memadai untuk mengelola dan mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Menurut Tjitropranoto (2005) perempuan tani yang berkemampuan adalah
perempuan tani yang penuh percaya diri karena menguasai pengetahuan dalam
bidangnya, memiliki keterampilan serta sikap yang positif dalam mengerjakan
hal-hal yang terkait dengan ketahanan pangan rumah tangga sesuai dengan tata
nilai dan ketentuan yang telah ditetapkan. Kemampuan merupakan faktor yang
harus dimiliki oleh perempuan tani agar dapat menjalankan pekerjaan dengan
baik.
Kemampuan perempuan tani merupakan perpaduan dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang terakumulasi pada diri perempuan tani yang membuatnya
sanggup berpartisipasi secara optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah
tangga, yaitu meliputi kemampuan teknis, kemampuan manajerial dan
kemampuan sosial. Kemampuan teknis berkaitan dengan kaidah-kaidah teknis
dalam mengelola dan menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan
pemanfaatan pangan di tingkat rumah tangga. Kemampuan manajerial yaitu
kemampuan merencanakan, mengatur, menggerakkan/mengarahkan, dan
mengevaluasi kegiatan ketahanan pangan rumah tangga atau kegiatan dalam
menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan dalam
rumah tangga. Kemampuan sosial adalah kemampuan membangun dan menjalin
hubungan dengan pihak lain.
Selain kemampuan, yang harus diperhatikan dan dicarikan jalan keluarnya
adalah faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang meliputi: (1) Karakteristik
pibadi perempuan yang dicirikan oleh: usia (Chizari et al. 1997), pengalaman
usaha (Oladejo et al. 2011), rendahnya pendidikan (Ibnouf 2009; Elizabeth 2008),
rendahnya motivasi dan rasa percaya diri (Elizabeth 2008), jumlah anggota
keluarga (Ibnouf 2009), pendidikan non formal atau penyuluhan atau pelatihan
(Emma 2008; Hubeis 2012; Ibnouf 2009; Khudori 2005; World Bank 2009); (2)
Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dicirikan oleh: luas lahan (Lionberger
1960; Chizari et al. 1997; Sajogyo 2010), pendapatan (Lionberger 1960; Chizari
et al. 1997; Hubeis 2012; Brown et al. 2001; World Bank 2009; Arumsari dan
Rini 2008), pengambilan keputusan dalam rumah tangga (Emma 2008, Hubeis
2012, Ibnouf 2009, Khudori 2005,World Bank 2009); (3) Dukungan lingkungan
sosial budaya yang dicirikan oleh: dukungan keluarga (Hubeis 2010; Hubeis
2012; Pini 2002; Mudukuti dan Miller 2002), dukungan kelompok (Hubeis 2012;
Ariningsih dan Rachman 2008; Ibnouf 2009; Gulcubuk 2010; Ramakrishna et al.
9
2012), dukungan tokoh masyarakat (Handayani 2008), nilai budaya (Ogunlela dan
Mukhtar 2009; Oladejo et al. 2011), keadilan jender (Elizabeth 2008; Hubeis
2012; Ibnouf 2009); (4) Akses terhadap sumber daya yang dicirikan oleh akses
terhadap lahan (Brown et al. 2001; Prakash 2003; Damisa et al. 2007; Mudukuti
dan Miller 2002), akses terhadap kredit (Brown et al. 2001; Oladejo et al. 2011;
Damisa et al. 2007), akses terhadap sarana produksi pertanian (Brown et al. 2001;
Emma 2008; World Bank 2009; Damisa et al. 2007), akses terhadap teknologi
tepat guna (World Bank 2009; Ariningsih dan Rachman 2008; Elizabeth 2008),
akses terhadap informasi (Hubeis 2012; World Bank 2009; Richardson et al.
2003), dan akses terhadap pasar (World Bank 2009); dan (5) Dukungan
penyelenggaraan penyuluhan yang dicirikan oleh pandangan perempuan tani
terhadap penyelenggaraan penyuluhan oleh penyuluh, yang terdiri dari: materi
(Mudukuti dan Miller 2002), metode dan media (Sumardjo 1999; Ibrahim et al.
2003), waktu dan tempat (Pini 2002; Mudukuti dan Miller 2002; Akeredolu 2009;
Jiggins et al. 1997), sikap penyuluh (Jiggins et al. 1997; Khudori 2005), intensitas
penyuluhan dan kompetensi penyuluh (Elizabeth 2008; Khudori 2005).
Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Peningkatan partisipasi Perempuan
Tani dalam Mencapai Ketahahan Pangan Rumah Tangga
Peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan
rumah tangga, mengacu pada pendidikan berbasis masyarakat yang menganut
tradisi pendidikan Freire (1970) adalah pendidikan untuk membangkitkan
kesadaran kritis (critical consciousness) masyarakat. Pendidikan berbasis
masyara
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)
HAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Partisipasi
Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus di
Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Hayati
NIM I361100011
_____________________
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama degan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN
HAYATI. Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah
Tangga (Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat).
Dibimbing oleh SITI AMANAH, AIDA VITALAYA S HUBEIS, dan
PRABOWO TJITROPRANOTO.
Kualitas konsumsi pangan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur masih
rendah yang ditunjukkan oleh rendahnya capaian PPH (73.3 persen) pada tahun
2010. Hal ini dikarenakan tingginya potensi perempuan tani dalam mencapai
ketahanan pangan rumah tangga belum didukung oleh kemampuan perempuan
tani yang memadai, partisipasi perempuan tani yang optimal pada setiap
tahapannya, serta perempuan tani menghadapi sejumlah kendala dalam
menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai
ketahanan pangan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani,
tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan rumah tangga,
serta menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi
perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian
dilakukan di dua kecamatan yang memiliki rumah tangga tani terbanyak (Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan/BP4K, Kabupaten
Lombok Timur 2011), dan tergolong rawan pangan di Kabupaten Lombok Timur
yaitu Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Terara, serta empat desa yaitu Desa
Aikmel dan Desa Lenek Pasiraman untuk Kecamatan Aikmel, Desa Terara dan
Desa Rarang Selatan untuk Kecamatan Terara (Peta ketahanan dan Kerentanan
Pangan Nusa Tenggara Barat 2010). Penelitian lapang berlangsung sejak bulan
Juni hingga November 2013. Jumlah sampel penelitian diambil sebanyak 300
rumah tangga, dengan rincian Kecamatan Terara sebanyak 160 rumah tangga, dan
Kecamatan Aikmel sebanyak 140 rumah tangga.
Data mengenai karakteristik pribadi perempuan, sosial ekonomi rumah
tangga, dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber
daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, kemampuan perempuan tani,
partisipasi perempuan tani, status pangan (indeks ketahanan pangan) dianalisis
secara statistik deskriptif. Analisis statistik inferensial korelasi Pearson digunakan
untuk menganalisis hubungan antara peubah. Analisis Food Processor untuk
mendapatkan tingkat konsumsi energi yaitu rasio antara konsumsi energi dengan
angka kecukupan energi/zat gizi yang dianjurkan. Analisis statistik inferensial
yaitu Model Persamaan Struktural (structural equation modeling/SEM) digunakan
untuk menganalisis faktor dominan yang memengaruhi kemampuan perempuan
tani, partisipasi perempuan tani, status ketahanan pangan rumah tangga, serta
melihat kecocokan model empirik penelitian.
Karakteristik pribadi perempuan tani dicirikan dengan usia perempuan tani
tergolong usia dewasa awal yang berkisar 18-40 tahun dengan rata-rata 38 tahun,
memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah
tangga, dan mempunyai peranan yang penting untuk mengambil keputusan dalam
rumah tangga. Perempuan tani memperoleh dukungan yang rendah dari keluarga,
kelompok yang ada, tokoh masyarakat dalam hal memberikan bantuan, bimbingan
dan arahan terkait dengan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga;
adanya hubungan yang baik antara tokoh masyarakat dengan perempuan tani
namun belum mendukung perempuan tani untuk mencapai ketahanan pangan
rumah tangga; nilai budaya yang berlaku tidak menghambat perempuan tani
melaksanakan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga, tetapi terdapat persoalan
ketidakadilan gender yang berlaku di masyarakat; perempuan tani memperoleh
akses yang rendah terhadap sumber daya; dan perempuan tani memiliki
pandangan terhadap dukungan penyelenggaraan penyuluhan yang sedang pada
aspek kompetensi penyuluh tetapi rendah pada aspek materi, metode dan media,
waktu dan tempat, sikap penyuluh terhadap perempuan tani. Perempuan tani
memiliki kemampuan teknis yang relatif lebih baik dari kemampuan manajerial
dan kemampuan sosial.
Analisis korelasi Pearson menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan
positif dan nyata dengan kemampuan perempuan tani adalah: karakteristik pribadi
perempuan tani (pendidikan non formal, motivasi, tanggungan keluarga), sosial
ekonomi rumah tangga (luas lahan dan pengambilan keputusan dalam rumah
tangga), lingkungan sosial budaya masyarakat (dukungan keluarga, nilai budaya
dan keadilan jender), akses terhadap sumber daya (lahan, teknologi, informasi,
dan pasar), dukungan penyelenggaraan penyuluhan (kesesuaian materi, metode
dan media, waktu dan tempat penyuluhan, sikap penyuluh yang positif, intensitas
penyuluhan dan kompetensi penyuluh).
Tingkat partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan
rumah tangga, pada semua tahap di komponen ketersediaan pangan, akses pangan,
dan pemanfaatan pangan belum berkembang optimal untuk mencapai ketahanan
pangan rumah tangga. Partisipasi perempuan tani di setiap tahap adalah lebih
tinggi pada komponen akses pangan dan perolehan manfaat karena terkait dengan
pembagian kerja berdasarkan jender dalam rumah tangga. Analisis terhadap status
ketahanan pangan rumah tangga, status pangan rumah tangga tergolong kurang
tahan pangan (82.3 persen), yang dicirikan oleh selalu tercukupi makan makanan
pokok (nasi) setiap kali makan, tetapi tidak selalu mengkonsumsi protein hewani
(daging, ayam, ikan atau telur) setiap hari dalam seminggunya. Kondisi ini
didukung oleh status energi rumah tangga yang tergolong defisit tingkat berat
(sangat rawan pangan) sebanyak 42.7 persen hingga defisit tingkat sedang dan
ringan (golongan rawan pangan) sebanyak 39.0 persen.
Analisis korelasi Pearson menjelaskan secara simultan tingkat kemampuan
perempuan tani berhubungan positif dan sangat nyata pada α=0.01 dengan tingkat
partisipasi perempuan tani dan indeks ketahanan pangan rumah tangga, dan
berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 dengan TKE rumah tangga. Tingkat
partisipasi perempuan tani berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 hanya
dengan indeks ketahanan pangan, tidak dengan TKE rumah tangga.
Analisis SEM menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
kemampuan perempuan tani adalah dukungan penyelenggaraan penyuluhan
(metode dan media, sikap penyuluh, kompetensi penyuluh), akses terhadap
sumber daya (akses informasi), dan dukungan lingkungan sosial budaya
masyarakat (dukungan keluarga); yang memengaruhi tingkat partisipasi
perempuan tani adalah sosial ekonomi rumah tangga (pengambilan keputusan
dalam rumah tangga), akses terhadap sumber daya (akses informasi), kemampuan
perempuan tani (kemampuan manajerial dan sosial), dan karakteristik pribadi
perempuan (usia dan pengalaman usaha); yang memengaruhi status ketahanan
pangan rumah tangga adalah karakteristik pribadi perempuan (usia dan
pengalaman usaha), kemampuan perempuan tani (kemampuan manajerial dan
sosial), dan akses terhadap sumber daya (akses informasi).
Strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani akan
dilakukan melalui serangkaian sosialisasi kesadaran akan pentingnya makanan
yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas; kegiatan
penyuluhan dan pelatihan untuk menguatkan kemampuan perempuan tani dan
meningkatkan partisipasi perempuan tani; kegiatan pendampingan kepada
perempuan tani untuk menjamin keberlanjutan program. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan penyuluhan partisipatif yang mengacu pada teori
pembelajaran Paulo Freire. Sebelum penyuluhan atau pelatihan diberikan kepada
perempuan tani, terlebih dahulu dilakukan peningkatan kompetensi penyuluh, dan
peningkatan kemampuan kelayan strategis sebagai mitra penyuluh dan sebagai
sumber informasi. Kemampuan kelayan strategis dibutuhkan untuk mendukung
peranannya dalam melakukan kegiatan sosialisasi kesadaran akan pentingnya
makanan yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas,
serta melakukan pendampingan kepada perempuan tani baik secara individu
maupun kelompok. Pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut didukung oleh
tersedianya sumber informasi yang sesuai dan mudah di akses oleh perempuan
tani, baik itu media cetak maupun elektronik.
Kata kunci: kemampuan perempuan tani, ketahanan pangan rumah tangga,
partisipasi perempuan tani, strategi pengembangan partisipasi
perempuan tani
SUMMARY
HAYATI. Participation of Female Farmers in Achieving Household Food
Security (Case in East Lombok District of West Nusa Tenggara Province).
Supervised by SITI AMANAH, AIDA VITALAYA S HUBEIS, PRABOWO
TJITROPRANOTO.
Quality of food consumption in East Lombok was still low, which indicated
by the low value of PPH (73.3 percent) in 2010. This was due to the high potential
of female farmers in achieving household food security has not been supported by
proper skill and optimal participation of female farmers, also female farmers to
face some obstacles to strengthen their ability and increase their participation to
achieve household food security.
This research aims to analyze the level of ability and participation of female
farmers, analyze the status of household food security and to prepare inputs for
the formulation of strategy to increase the participations of female farmers in
order to achieve household food security. The research was held in two subdistrict that have most farm household (Extension Executive Agency of
Agriculture, Fisheries and Forestry, East Lombok 2011), and categorized as food
insecurity in East Lombok District, which are Aikmel Sub-district and Terara
Sub-district, as well as four villages which are Aikmel village and Lenek
Pasiraman for Aikmel Sub-district, Terara Villages and South Rarang Sela Village
for Terara Sub-district (Map of Food Security and Vulnerability, West Nusa
Tenggara 2010). Field research was conducted from June until November 2013.
The number of research samples taken were 300 households, with details 160
households for Terare Sub-district and 140 household for Aikmel Sub-district.
Data on individual characteristics, socio-economic of household, support of
socio-cultural society, access to natural resources, support of extension service,
the ability of female farmers, the participation of female farmers, food status (food
security index) were analyzed by descriptive statistics. Pearson correlation
inferential statistics were used to analyze the relationship between variables. Food
Processor Analysis aimed to get the level of energy consumption which was the
ratio between the energy consumption with energy minimum level which were
recommended. Structural equation modeling (SEM) was used to analyze dominant
factor which affect the ability and participation of female farmers, food security
status in household, and analyse the compatibility of research empirical model.
Personal characteristics of female farmers are characterized by the age of
female farmers belong to the early adult age range 18-40 years with an average
was 38 years, had high enough motivation to fulfill food needed of household, and
had an important rule to take a decision in household. Female farmers do not
receive enough support from socio-cultural environment (family, existing groups,
community leaders) in terms of providing assistance, guidance and directives
related to the implementation of household food security; there is a good relations
between community leaders with female farmers but do not support female
farmers to achieve household food security; prevailing cultural values do not
impede women farmers conducting household food security, but there is the issue
of gender inequality in society; female farmers have limited access to resources;
female farmers have moderate view to support the implementation of the
extension on aspects of extension worker competence but low on material,
methods and media, time and place, extension worker attitude aspects towards
female farmers. Female farmers have better technical ability than managerial
ability and social ability.
Pearson correlation analysis shows that the factors positively and
significantly correlate with the ability of female farmers are: personal
characterization of female farmers (non-formal education, motivation, dependent
family), socio-economic of household (land area and decision making within
household, socio-cultural environment (family support, cultural value, gender
equity), access to resources (access to land, technology, information, and market).
Support of extension services implementation (the availability of materials,
methods and media, time and place of extension services, positive attitude of
extension worker, the intensity of extension services and the competence of
extension worker)
Female farmers participation rate in achieving household food security, at
all stages in food availability component, food access and utilization has not been
developed optimally to achieve household food security. Female farmers
participation in each stage is higher in food the component of food access and
food utilization due to the relation of work distribution based on gender in
household. Analysis of food security status of household, shows that the food
security status in household is classified as food insecurity (76.7 percent), status
of household energy is classified very vulnerable (42.7 percent) to the group of
food insecurity (39.0 percent).
Pearson analysis correlation explained simultaneously the level of female
farmers was positevely and significantly related at α=0.01 with the level of
women farmers participation and food index of household, and significantly and
postively related with household TKE. The level of female farmers participation
was postitively and significantly related at α=0,05 only with food security index,
not with household TKE.
SEM analysis shows three mains results. First, the ability of female farmers
is affected by support from extension services, access to resources (information
access) and the support of socio-cultural environment (family support). Second,
the level of female farmers participation are socio-economics of house hold
(decision making process in household), access to information, ability, and
personal characteristics of women (age and length of time in business). Third, the
status of household food security is affected by personal charateristic of women
(age and length of time in business), abilty and access to information.
Extension strategy to increase the participation of female farmers will
conduct through the activities of socialization awareness of the importance of
qualified food to female farmers, male/husbands, and society; extension services
activities and training to strengthen the ability of female farmers and increase the
participation of female farmers; activity of mentoring to female farmers to ensure
program sustainability. Learning activity used participative extension services
approach which refered to the learning theory of Paulo Freire. Before extension
services or training is implemented, the competence of extension worker need to
be increased and the enhancement of strategic clients skills (informal leaders,
caders) are extension worker partner and information source. Strategic clients
skills are (informal leaders, caders) needed to support the role in socialization
awareness of the importance of qualified food to female farmers, husband and
society, as well as mentoring to the female farmers individually or group. In
overall of extension servives towards the food securitu at household level should
be supported by availability of information and innovation that can be accessed
and practiced by female farmers.
Keywords : Ability of female farmers, food security of household, participation of
female farmers, strategy of participation development.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentimgan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PARTISIPASI PEREMPUAN TANI DALAM MENCAPAI
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)
HAYATI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Prof (R) Dr Ign Djoko Susanto, SKM,APU
2. Dr Ir Herien Puspitawati, MSc
Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr Ir Rosiady Sayuti, MSc
2. Prof Dr Ir Sumardjo, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemampuan dan kekuatan hingga karya ilmiah ini, yang berjudul
“Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga
(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)” berhasil
diselesaikan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti
Amanah, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Prof Dr Ir Aida Vitayala S
Hubeis dan Bapak Dr Prabowo Tjitropranoto, MSc selaku Anggota Komisi
Pembimbing, yang dengan sabar dan tulus ikhlas mengarahkan dan membimbing
penulis, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh responden dan informan dalam penelitian ini yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan juga kepada para enumerator; PPL dan aparat kantor desa di
lokasi penelitian; kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Kecamatan Aikmel dan Terara beserta staf; Kepala Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lombok
Timur beserta staf; kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB beserta staf,
kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur beserta staf, yang
telah membantu selama pengumpulan data.
Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa BPPS yang
diberikan. Terima kasih penulis kepada teman-teman mahasiswa Ilmu Penyuluhan
Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana IPB angkatan 2010 (Zahron, Taufik,
Hamzah, Meilvis, Megawati), angkatan 2011 (Akrab, Iwan, Darojat), temanteman di perpustakaan IPB (Ainia, Yeni, dan lainnya), temen satu kos (Woro,
Yetty, Cuwi) untuk kebersamaannya dan turut mendukung penyelesaian disertasi
ini. Khusus kepada sahabat tercinta Megawati Simanjuntak, terima kasih banyak
yang tak terhingga atas segala bantuan yang sangat berarti bagi penulis. Terima
kasih banyak juga saya sampaikan kepada Mbak Desiar Ismoyowati, AMd atas
segala bantuan dan pertolongannya yang telah dilakukan kepada penulis selama
ini demi kelancaran penyelesaian disertasi ini. Ungkapan terima kasih yang tiada
terkira atas doa, dukungan dan kasih sayangnya disampaikan kepada Ayahanda H
Zakaria Marzuki, SH dan Ibunda Hj. Yayah Rohayah yang penulis hormati dan
cintai, putra putri yang hebat dan tercinta Husni Jayadi, Zata Yumni Awanis, dan
M. Rafdi Ghani, adik-adik kandung beserta suami yang penulis sayang dan cinta,
Artati dan Humaedi, Sri Wahyuni dan Ade Husen, Indah Wati dan Hasnop, Sari
Kusumawati dan Arman, Siti Lestari dan Doly, Hairani dan Yudi, dan Fitri
Kurniati dan Benny, serta kepada sahabat, kerabat yang terkasih dan tercinta yang
tak dapat dituliskan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Hayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
LLatar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
II TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Perempuan Tani dalam Ketahanan Pangan Rumah
Tangga
Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Peningkatan Partisipasi
Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah
Tangga
Penelitian Pendahuluan dan Kebaruan Penelitian
III KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN
Definisi Operasional dan Konsep
IV METODE PENELITIAN
V TINGKAT KEMAMPUAN PEREMPUAN TANI DALAM
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
VI TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TANI DAN STATUS
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
VII STRATEGI PENGEMBANGAN PARTISIPASI PEREMPUAN
TANI UNTUK PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN
RUMAH TANGGA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
7 PEMBAHASAN UMUM
8 SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
xvi
xvi
1
1
3
4
4
4
8
8
11
12
14
16
19
21
21
23
24
48
50
50
52
53
65
67
67
70
73
99
101
108
111
119
145
DAFTAR TABEL
4.1 Populasi dan sampel penelitian
5.1 Sebaran perempuan tani menurut karakteristik pribadi perempuan tani
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.2 Sebaran perempuan tani menurut profil sosial ekonomi rumah tangga
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.3 Sebaran perempuan tani menurut profil sosial budaya masyarakat di
Kabupaten Lombok Timur
5.4 Sebaran perempuan tani menurut profil akses terhadap sumber daya
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.5 Pandangan perempuan tani terhadap penyelenggaraan penyuluhan
ketahanan pangan di Kabupaten Lombok Timur, 2013
5.6 Sebaran perempuan tani menurut tingkat kemampuan di Kabupaten
Lombok Timur, 2013
5.7 Rataan skor komponen-komponen kemampuan perempuan tani
dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten
Lombok Timur, 2013
5.8 Koefisien korelasi antara profil sosial ekonomi dan sosial budaya
dengan tingkat kemampuan perempuan tani di Kabupaten Lombok
Timur, 2013
6.1 Sebaran perempuan tani menurut tahap-tahap partisipasi di
Kabupaten Lombok Timur, 2013
6.2 Sebaran perempuan tani menurut tahap-tahap partisipasi pada
komponen ketahanan pangan rumah tangga
di Kabupaten Lombok Timur, 2013
6.3 Sebaran perempuan tani menurut status ketahanan pangan rumah
tangga di Kabupaten Lombok Timur, 2013
6.4 Koefisien korelasi antara tingkat kemampuan perempuan tani dengan
tingkat partisipasi perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur
6.5 Koefisien korelasi antara tingkat kemampuan perempuan tani dengan
status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur
6.6 Koefisien korelasi antara tingkat partisipasi perempuan tani dengan
status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur
7.1 Dekomposisi pengaruh antar peubah peningkatan partisipasi
perempuan tani
7.2 Komponen-komponen penyuluhan untuk peningkatan partisipasi
perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga
7.3 Rancangan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Timur
19
25
28
30
35
38
41
42
44
55
56
61
62
63
64
74
91
94
DAFTAR GAMBAR
3.1 Hubungan antar peubah penelitian
7.1 Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian
7.2 Estimasi parameter hybrid model peningkatan partisipasi perempuan
tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga
7.3 Skema strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga
7.4 Skema strategi penyuluhan untuk penguatan kemampuan dan
peningkatan partisipasi perempuan tani dalam rangka mencapai
ketahanan pangan rumah tangga
8.1 Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan perempuan tani dan
partisipasi perempuan tani
17
72
75
89
98
104
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
Definisi operasional, pengukuran dan pengolahan data variabel- 119
variabel penelitian
Tahapan dan hasil analisis SEM (Lisrel 8.70)
126
Abstrak penelitian
142
72
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara sosial budaya, perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur
merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pencapaian ketahanan pangan
rumah tangga. Oleh karenanya, keberhasilan pencapaian ketahanan pangan rumah
tangga di Kabupaten Lombok Timur, tidak dapat mengabaikan peran perempuan
tani. Potensi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga
harus didukung oleh kemampuan perempuan tani yang memadai, partisipasi
perempuan tani yang optimal pada setiap tahapannya, serta menghilangkan dan
mencari solusi dari sejumlah kendala yang dihadapi perempuan dalam rangka
menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai
ketahanan pangan rumah tangga.
Perempuan tani berperan penting dalam ketahanan pangan rumah tangga,
baik pada komponen ketersediaan pangan, akses pangan maupun pemanfaatan
pangan. Perempuan tani melakukan pekerjaan-pekerjaan penting pada produksi
pertanian pangan, seperti penanaman, penyiangan, pemanenan, pemupukan,
pemberantasan hama penyakit tanaman, penanganan pasca panen, penyimpanan,
pemasaran (Food and Agriculture Organization/FAO 2008). FAO (2011)
menguatkan bahwa di lima wilayah di dunia, perempuan tani berkontribusi
sebagai tenaga kerja di sektor pertanian. Pada tahun 2010, di Amerika Latin dan
Karibia terdapat tenaga kerja perempuan di sektor pertanian sekitar 20 persen, di
Near East dan North Africa dan Sub-Saharan Afrika hampir 50 persen, di South
Asia sekitar 35 persen, dan di East dan Southeast Asia hampir 50 persen.
Perempuan tani juga melakukan pemeliharaan ternak kecil dan menanam di lahan
pekarangan atau halaman belakang rumah.
Perempuan tani juga bertanggung jawab untuk merencanakan, mengolah,
mempersiapkan, dan hingga menghidangkan makanan untuk keluarga (Arumsari
dan Rini 2008, Karl 2013). Perempuan tani secara eksklusif bertanggung jawab
terhadap gizi keluarga, sebagai produsen dan penyedia makanan bagi keluarga
(Hubeis 2010). Perempuan tani juga membeli pangan dengan menggunakan
pendapatan yang diperolehnya dari bekerja (Ibnouf 2009; Ogunlela dan Mukhtar
2009; FAO 2011; Hubeis 2012; Karl 2013). The International Centre for
Research on Women/ICRW menyatakan bahwa perempuan tani juga merupakan
bagian integral dalam upaya mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi karena
perempuan tanilah yang bertanggung jawab untuk memastikan tersedianya,
diaksesnya makanan yang bergizi seimbang bagi keluarga mereka. Perempuan
tani juga melakukan strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan
(coping ability indicator) (Brown et al. 2001; Arumsari dan Rini 2008; Ibnouf
2009; World Bank 2009; Baliwati et al. 2010; Hubeis 2012).
Uraian di atas, menguatkan bahwa partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga, tidak saja terkait dengan peningkatan
produksi pangan dan penyedia pangan melainkan juga dengan peningkatan
pangan dan gizi anggota rumah tangga. Keselarasan harus terjadi antara
peningkatan produksi pangan dan pendapatan dengan peningkatan status pangan
dan gizi rumah tangga (Berg 1986; Baliwati et al. 2010; Anonim 2012; Karl
2
2013). Hal ini mendukung pendapat bahwa ketahanan pangan rumah tangga
adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan bagi
anggotanya agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari
yang tercermin dari konsumsi zat gizi (energi dan protein) yang memenuhi
norma kecukupan (Maxwell dan Franksenberg 1992; Sumarwan dan Sukandar
1998; Jayaputra 2001). Menurut Kusharto dan Hardinsyah (2012) usaha untuk
mencapai ketahanan pangan rumah tangga dapat ditempuh melalui peningkatan
pengetahuan pangan dan gizi untuk menjaga keselarasan antara ketersediaan
pangan dengan kualitas konsumsi pangan masyarakat.
Fakta di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan bahwa telah
terjadi peningkatan rata-rata produksi padi sebesar 5.75 persen sejak tahun 20072011 dan surplus beras setiap tahunnya. Pada tahun 2011, ketersediaan pangan
dalam bentuk energi mencapai 3 343.04 kalori/kapita/hari dan protein sebesar
114.49 gram/kapita/hari. Jumlah ini melebihi ketersediaan energi dan protein
minimal yang harus disediakan sebesar 2 200 kalori/kapita/hari dan 57
gram/kapita/hari. Keberhasilan ini belum diiringi dengan peningkatan kualitas
konsumsi pangan masyarakat. Menurut Laporan Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Provinsi NTB (2010) masih terdapat kecamatan-kecamatan di NTB yang
tergolong rawan dan rawan pangan. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di NTB
pada tahun 2010 baru mencapai 76.7 persen yang memberikan makna bahwa
tingkat keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan penduduk relatif masih rendah
(BKP NTB 2011). Rata-rata asupan energi harian pada tahun 2009 adalah 1 956
yang berarti lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi Nasional yaitu 2 000
kkal/kapita/hari (BKP NTB 2010).
Kondisi kerawanan pangan tersebut mencerminkan bahwa ketahanan pangan
rumah tangga belum tercapai. Menurut Karl (2013) ketahanan pangan rumah
tangga akan tercapai jika pengoptimalan peranan perempuan tani dalam ketahanan
pangan rumah tangga dan pemberdayaan perempuan tani (pengembangan
kemampuan) dirasakan sebagai suatu kebutuhan dan serius dilakukan. Hal ini
dikarenakan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa perempuan tani
memainkan peranan yang penting dalam setiap komponen ketahanan pangan
rumah tangga. Pentingnya peran perempuan tani dalam pencapaian ketahanan
pangan rumah tangga, menyebabkan perempuan tani harus dipandang sebagai
masyarakat yang aktif, memiliki inisiatif, kemauan dan kemampuan dalam upaya
mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Mengacu pada pendapat Uphoff et al
(1979), partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah
tangga tidak hanya sekedar berpartisipasi pada aspek melaksanakan kegiatan,
melainkan juga partisipasinya pada aspek perencanaan, evaluasi dan perolehan
manfaat yang dirasakan perempuan tani dan anggota rumah tangganya sebagai
dampak partisipasinya pada upaya pencapaian ketahanan pangan dalam rumah
tangga.
Untuk meningkatkan partisipasi seseorang diperlukan persyaratan
kemampuan tertentu dalam pelaksanaannya (Ndraha 1990; Zimmerman dan
Rappaport 1995; Slamet 2003), dan menganalisis faktor-faktor sosial, ekonomi dan
budaya (karakteristik pribadi perempuan tani, sosial ekonomi rumah tangga, dukungan
lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber daya, dan dukungan
penyelenggaraan penyuluhan) yang memengaruhi kemampuan dan partisipasinya serta
mencarikan jalan keluarnya. Dukungan penyelenggaraan penyuluhan ketahanan
3
pangan bagi perempuan tani sangat diperlukan untuk menyukseskan ketahanan
pangan rumah tangga, karena penyuluh mempunyai peranan yang sangat strategis.
Penyuluh hendaknya tidak hanya memahami aspek produksinya saja melainkan
perlu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai dalam hal
pola konsumsi, distribusi makanan agar dapat memberikan informasi yang benar
kepada perempuan tani petani terkait dengan pola konsumsi dan distribusi
makanan (Suprapto 2010).
Tercapainya ketahanan pangan rumah tangga memberikan makna atas
terpenuhinya hak asasi semua individu dalam rumah tangga atas pangan yang
berkualitas (bermutu, bergizi seimbang) di sepanjang waktu serta dapat hidup
sehat dan aktif, seperti yang diamanahkan oleh Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Ketahanan pangan rumah
tangga akan menentukan tercapainya ketahanan pangan nasional bahkan global.
Ketahanan pangan dan gizi merupakan benang merah yang menghubungkan
berbagai elemen pembangunan masa depan yang berkelanjutan. Kerawanan
pangan dapat memiliki dampak jangka panjang yang negatif terhadap prospek
pertumbuhan seluruh masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah harus terus
memberikan perhatian terhadap perempuan tani sebagai pelaku utama pencapaian
ketahanan pangan rumah tangga di perdesaan.
Perumusan Masalah
Hingga saat ini, di Kabupaten Lombok Timur masih dijumpai daerah yang
tergolong rawan dan rawan pangan. Kualitas konsumsi pangan masyarakat masih
rendah yang terlihat dari capaian PPH sebesar 73.3 persen pada tahun 2010 (BKP
NTB 2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa: (1) partisipasi perempuan tani
belum berkembang optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, (2)
kemampuan perempuan tani belum memadai untuk mendukung tercapainya
ketahanan pangan rumah tangga, dan (3) perempuan tani menghadapi sejumlah
kendala menguatkan kemampuan dan meningkatkan
partisipasinya untuk
mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Selama ini, program ketahanan pangan yang dilakukan oleh BKP
Kabupaten Lombok Timur yang diperuntukkan bagi perempuan tani adalah
program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang sudah
dilakukan sejak tahun 2010. Salah satu kegiatannya adalah pemberdayaan
kelompok perempuan tani melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan.
Prakteknya di lapangan, kegiatan ini menyangkut kegiatan pembibitan tanaman
sayur-sayuran, yang kemudian bibit sayuran itu dijual dan diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan perempuan tani. Kegiatan pendampingan yang
dilakukan oleh PPL sama sekali tidak menyentuh aspek distribusi, pentingnya
pangan dan gizi bagi semua anggota rumah tangga.
Sumardjo (1999) menyatakan bahwa perilaku petani yang sesuai dengan
yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan petani dan akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Merujuk pendapat ini, maka
diperlukan perubahan perilaku pada diri perempuan tani di Kabupaten Lombok
Timur agar perempuan tani memiliki perilaku yang diharapkan di komponen
ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan, sehingga kemampuan perempuan
tani menguat dan kesejahteraan rumah tangga meningkat.
4
Untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Timur, penelitian tentang partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan
rumah tangga perlu dilakukan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung ketahanan
pangan rumah tangga?
2. Bagaimana tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan
rumah tangga?
3. Bagaimana rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan
tani yang berkontribusi dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Berdasarkan pada permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
Menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung
ketahanan pangan rumah tangga.
Menganalisis tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan
rumah tangga.
Menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi
perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
1.
2.
Manfaat hasil penelitian secara akademis adalah:
Memperkaya khasanah keilmuan tentang partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Memberikan informasi bagi penelitian serupa agar dapat melakukan
penyempurnaan demi kemajuan ilmu pengetahuan tentang karakteristik
pribadi perempuan tani, kondisi sosial ekonomi rumah tangga, kondisi
lingkungan sosial budaya masyarakat, akses perempuan tani terhadap sumber
daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, penguatan kemampuan
perempuan tani dan peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai
ketahanan pangan rumah tangga.
Menyiapkan bahan rumusan konsep model dan strategi peningkatan
partisipasi perempuan tani untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Manfaat hasil penelitian secara praktis adalah:
Sebagai tambahan informasi kepada para pengambil kebijakan dalam
merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani
dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Timur.
Sebagai referensi bagi penelitian tentang perilaku manusia terkait dengan
ketahanan pangan rumah tangga.
Ruang Lingkup Penelitian
Kajian pada partisipasi perempuan tani dan bagaimana mengoptimalkannya
agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga tak dapat dipisahkan dari
kajian mengenai bagaimana kondisi kemampuan perempuan tani itu sendiri, dan
bagaimana mengembangkannya. Strategi penyuluhan yang tepat dan dapat
5
berkontribusi terhadap pengembangan kemampuan perempuan tani juga harus
dirumuskan agar dapat mengoptimalkan partisipasi perempuan tani dalam
mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Untuk menemukan model, penelitian
didisain berupa rangkaian penelitian yang terdiri dari tiga tahap penelitian.
Penelitian pertama yaitu “Tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung
ketahanan pangan rumah tangga”, penelitian kedua yaitu “Tingkat partisipasi
perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga”, dan penelitian
ketiga yaitu “Strategi peningkatan partisipasi perempuan tani untuk peningkatan
ketahanan pangan rumah tangga”.
Konsep yang melandasi penelitian ini adalah kemampuan dan partisipasi
yang keduanya sangat berkaitan dengan peranan penyuluh dalam penyelenggaraan
kegiatan penyuluhan dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan rumah
tangga. Dalam penelitian ini, dianalisis sejauhmana penyelenggaraan penyuluhan
ketahanan pangan yang ada telah menyentuh perempuan tani demi meningkatkan
kemampuan perempuan tani, yang kemudian akan mempengaruhi partisipasi
perempuan tani dalam ketahanan pangan rumah tangga.
Penelitian ini secara khusus berfokus pada kajian faktor penentu
kemampuan perempuan tani terhadap partisipasi perempuan tani dan status
ketahanan pangan rumah tangga, faktor penentu partisipasi perempuan tani
terhadap status ketahanan pangan rumah tangga, dan penyiapan bahan rumusan
strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani agar dapat mencapai
ketahanan pangan rumah tangga. Definisi operasional, pengukuran, dan
pengolahan data peubah-peubah penelitian dijelaskan dalam Lampiran 1.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Perempuan Tani dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketahanan pangan pada level individu, rumah tangga, nasional, regional dan
global akan tercapai ketika semua orang di sepanjang waktu, mempunyai akses
secara fisik, sosial dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi
untuk memenuhi kebutuhan makanan dan preferensi makanan untuk hidup yang
sehat dan aktif (FAO 2001). Ketahanan pangan tidak hanya memerlukan makanan
dan persediaan makanan, tetapi meliputi ketersediaan pangan (food availability),
akses pangan (food access), dan pemanfaatan pangan (food utilization) oleh
semua orang baik laki-laki maupun perempuan tani dari segala usia, etnis, agama,
dan tingkat sosial ekonomi (World Bank 2009).
Partisipasi merupakan bentuk keterlibatan aktif masyarakat mulai dari tahap
proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelaksanaan
kegiatan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Partisipasi haruslah meliputi empat tahap tersebut. Apabila partisipasi tidak
melibatkan semua tahap tersebut, dikatakan bahwa partisipasi hanya bersifat
parsial (Uphoff et al. 1979). Ketahanan pangan dalam rumah tangga memerlukan
dukungan atau peran serta laki-laki dan perempuan. Partisipasi perempuan tani
dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga tani dalam penelitian ini adalah
bagaimana keterlibatan perempuan tani dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
perolehan manfaat, dan evaluasi pada komponen ketersediaan pangan, akses
pangan dan pemanfaatan pangan.
Pada komponen ketersediaan pangan (food availability), perempuan tani
melakukan kegiatan on farm hingga off farm. Perempuan tani memproduksi
tanaman pangan dan mengontrol penggunaan atau penjualan hasil produksi
pangan yang tumbuh di lahan yang mereka kelola (Brown et al. 2001; FAO 2008;
World Bank 2009; Ibnouf 2009; Hubeis 2010; FAO 2011). Partisipasi perempuan
tani pada komponen ketersediaan pangan dalam penelitian ini adalah keterlibatan
perempuan tani pada tahap perencanaan, pelaksanaan, perolehan manfaat, dan
evaluasi dalam kegiatan produksi pangan yang terdiri dari kegiatan diversifikasi
tanaman dan pangan, budidaya tanaman baik di lahan usahatani maupun di lahan
pekarangan dan budidaya ternak, kegiatan pemasaran dan memanfaatkan hasil
panen.
Pada komponen akses pangan (food access) perempuan tani bertindak
sebagai gatekeeper ketahanan pangan rumah tangga, yaitu sebagai orang yang
bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga yaitu kebutuhan
konsumsi dan gizi yang memadai bagi setiap anggota keluarganya (Hubeis 1985).
Analisis ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dikondisikan oleh kemampuan
untuk memproduksi pangan sendiri untuk anggota rumah tangga dan untuk
pembelian makanan yang berkualitas dan beragam di pasar. Perempuan tani
sering menggunakan pendapatan yang diperolehnya untuk membeli pangan bagi
keluarganya sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap keluarganya.
Perempuan tani juga melakukan strategi rumah tangga untuk memenuhi
kekurangan pangan (coping ability indicator) (Brown et al. 2001; Arumsari dan
Rini 2008; World Bank 2009; Ibnouf 2009; Baliwati et al. 2010; FAO 2011;
7
Hubeis 2012; Karl 2013). Partisipasi perempuan tani pada komponen akses
pangan dalam penelitian ini mencakup keterlibatan perempuan tani pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penerimaan manfaat dalam kegiatan: (1)
mengambil bahan makanan yang ditanam di sawah/ladang/kebun/lahan
pekarangan rumah milik sendiri, dan lahan garapan/sewa, (2) membeli bahan
makanan yang berkualitas dan beragam di pasar lokal, desa, kecamatan,
kota/kabupaten, (3) menerima bantuan pangan, (4) menggunakan pendapatannya
(pendapatan perempuan tani) untuk memenuhi kebutuhan makanan anggota
keluarga dan pendidikan anak, (5) memberikan akses yang tinggi kepada anggota
rumah tangga terhadap konsumsi pangan, dan (6) melakukan strategi rumah
tangga untuk memenuhi kekurangan pangan (coping ability indicator).
Pada komponen pemanfaatan pangan (food utilization), perempuan tani
bertanggung jawab bagi kebutuhan gizi bagi seluruh anggota rumah tangga
mereka. Perempuan tani memastikan bahwa pangan yang dikonsumsi adalah
pangan yang beraneka ragam dan berkualitas serta memberikan kontribusi untuk
perkembangan fisik dan kognitif yang baik, mengolah dan menyediakan pangan
sesuai dengan kebutuhan anggota rumah tangga, termasuk memberi makanan
pada bayi dan balita (Brown et al. 2001; Arumsari dan Rini 2008; World Bank
2009; Ibnouf 2009; Karl 2013). Partisipasi perempuan tani pada komponen
pemanfaatan pangan dalam penelitian ini adalah keterlibatan perempuan tani pada
tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penerimaan manfaat dalam
kegiatan: (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) distribusi makanan bagi anggota
keluarga yang sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizi, (3) penyediaan pangan
yang dikonsumsi anggota rumah tangga yang sesuai dengan kebutuhan pangan
dan gizi, (4) pemberian makanan terhadap bayi dan balita.
Partisipasi masyarakat berkorelasi erat dengan kemampuannya (Ndraha
1990; Zimmerman dan Rappaport 1995; Slamet 2003). Robbins (2003)
mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai kecakapan individu yang
dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktik
yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas melalui suatu tindakan.
Kemampuan yang dimaksud meliputi kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Hal yang sama disampaikan oleh Klausmeier dan
Goodwin (1975) bahwa kemampuan manusia dielaborasikan menjadi
kemampuan pada ranah kognitif (kemampuan intelektual), mental dan
psikomotorik (kemampuan fisik). Kemampuan intelektual adalah kapasitas
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kerja mental,
sedangkan kemampuan fisik adalah kapasitas untuk melaksanakan tugastugas yang menuntut adanya stamina, ketangkasan atau keterampilan.
UNESCO (2005) mengkategorikan empat kemampuan dasar yang perlu
dimiliki oleh individu untuk menghadapi tantangan dalam hidupnya dan dalam
masyarakat, yaitu: (1) Learning to be yang dapat dinyatakan sebagai kemampuan
personal, (2) Learning to live together yang identik dengan kemampuan sosial
(relasional) yaitu yang memungkinkan individu membangun hubungan dengan
orang lain (interpersonal competency) dan masyarakat lainnya (social
competency), (3) Learning to know yang dapat dinyatakan sebagai kemampuan
kognitif yaitu kemampuan dalam menggunakan, meningkatkan dan
mendayagunakan intelektual, (4) Learning to do yang dapat dinyatakan sebagai
kemampuan produktif yaitu kemampuan yang terkait dengan upaya individu
8
membangun dirinya menjadi individu yang produktif, kreatif dan inovatif.
Kemampuan produktif terekspresi dalam bentuk kemampuan manajerial.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suprayitno (2011) menemukan
bahwa partisipasi petani dalam pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten
Maros Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia dipengaruhi oleh kemampuan teknis,
manajerial dan sosial petani, dan Erwiantono (2013) yang menemukan bahwa
partisipasi masyarakat nelayan dalam pengelolaan areal perlindungan laut
berbasis masyarakat di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta juga dipengaruhi oleh
kemampuan manajerial, sosial dan teknis. Oleh karenanya, peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap perempuan tani terkait dengan ketahanan
pangan merupakan suatu kebutuhan. Perubahan perilaku ini dapat dilakukan
melalui pendekatan pendidikan non formal atau penyuluhan (Sumardjo 1999,
Slamet 2000; Amanah 2007) agar perempuan tani memiliki kemampuan yang
memadai untuk mengelola dan mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Menurut Tjitropranoto (2005) perempuan tani yang berkemampuan adalah
perempuan tani yang penuh percaya diri karena menguasai pengetahuan dalam
bidangnya, memiliki keterampilan serta sikap yang positif dalam mengerjakan
hal-hal yang terkait dengan ketahanan pangan rumah tangga sesuai dengan tata
nilai dan ketentuan yang telah ditetapkan. Kemampuan merupakan faktor yang
harus dimiliki oleh perempuan tani agar dapat menjalankan pekerjaan dengan
baik.
Kemampuan perempuan tani merupakan perpaduan dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang terakumulasi pada diri perempuan tani yang membuatnya
sanggup berpartisipasi secara optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah
tangga, yaitu meliputi kemampuan teknis, kemampuan manajerial dan
kemampuan sosial. Kemampuan teknis berkaitan dengan kaidah-kaidah teknis
dalam mengelola dan menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan
pemanfaatan pangan di tingkat rumah tangga. Kemampuan manajerial yaitu
kemampuan merencanakan, mengatur, menggerakkan/mengarahkan, dan
mengevaluasi kegiatan ketahanan pangan rumah tangga atau kegiatan dalam
menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan dalam
rumah tangga. Kemampuan sosial adalah kemampuan membangun dan menjalin
hubungan dengan pihak lain.
Selain kemampuan, yang harus diperhatikan dan dicarikan jalan keluarnya
adalah faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang meliputi: (1) Karakteristik
pibadi perempuan yang dicirikan oleh: usia (Chizari et al. 1997), pengalaman
usaha (Oladejo et al. 2011), rendahnya pendidikan (Ibnouf 2009; Elizabeth 2008),
rendahnya motivasi dan rasa percaya diri (Elizabeth 2008), jumlah anggota
keluarga (Ibnouf 2009), pendidikan non formal atau penyuluhan atau pelatihan
(Emma 2008; Hubeis 2012; Ibnouf 2009; Khudori 2005; World Bank 2009); (2)
Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dicirikan oleh: luas lahan (Lionberger
1960; Chizari et al. 1997; Sajogyo 2010), pendapatan (Lionberger 1960; Chizari
et al. 1997; Hubeis 2012; Brown et al. 2001; World Bank 2009; Arumsari dan
Rini 2008), pengambilan keputusan dalam rumah tangga (Emma 2008, Hubeis
2012, Ibnouf 2009, Khudori 2005,World Bank 2009); (3) Dukungan lingkungan
sosial budaya yang dicirikan oleh: dukungan keluarga (Hubeis 2010; Hubeis
2012; Pini 2002; Mudukuti dan Miller 2002), dukungan kelompok (Hubeis 2012;
Ariningsih dan Rachman 2008; Ibnouf 2009; Gulcubuk 2010; Ramakrishna et al.
9
2012), dukungan tokoh masyarakat (Handayani 2008), nilai budaya (Ogunlela dan
Mukhtar 2009; Oladejo et al. 2011), keadilan jender (Elizabeth 2008; Hubeis
2012; Ibnouf 2009); (4) Akses terhadap sumber daya yang dicirikan oleh akses
terhadap lahan (Brown et al. 2001; Prakash 2003; Damisa et al. 2007; Mudukuti
dan Miller 2002), akses terhadap kredit (Brown et al. 2001; Oladejo et al. 2011;
Damisa et al. 2007), akses terhadap sarana produksi pertanian (Brown et al. 2001;
Emma 2008; World Bank 2009; Damisa et al. 2007), akses terhadap teknologi
tepat guna (World Bank 2009; Ariningsih dan Rachman 2008; Elizabeth 2008),
akses terhadap informasi (Hubeis 2012; World Bank 2009; Richardson et al.
2003), dan akses terhadap pasar (World Bank 2009); dan (5) Dukungan
penyelenggaraan penyuluhan yang dicirikan oleh pandangan perempuan tani
terhadap penyelenggaraan penyuluhan oleh penyuluh, yang terdiri dari: materi
(Mudukuti dan Miller 2002), metode dan media (Sumardjo 1999; Ibrahim et al.
2003), waktu dan tempat (Pini 2002; Mudukuti dan Miller 2002; Akeredolu 2009;
Jiggins et al. 1997), sikap penyuluh (Jiggins et al. 1997; Khudori 2005), intensitas
penyuluhan dan kompetensi penyuluh (Elizabeth 2008; Khudori 2005).
Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Peningkatan partisipasi Perempuan
Tani dalam Mencapai Ketahahan Pangan Rumah Tangga
Peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan
rumah tangga, mengacu pada pendidikan berbasis masyarakat yang menganut
tradisi pendidikan Freire (1970) adalah pendidikan untuk membangkitkan
kesadaran kritis (critical consciousness) masyarakat. Pendidikan berbasis
masyara