Biografi Ringkas Ulama Fiqih Terkemuka
F. Biografi Ringkas Ulama Fiqih Terkemuka
Uyun Kamiluddin (2006 : 50) mengulas tentang biografi ulama fiqih terkemuka. Secara ringkas dapat penulis paparkan sebagai berikut :
1. Imam Hanafi
Imam Hanafi, sebagai peletak dasar pemikiran hukum Mazhab Hanafiyyah, adalah salah seorang ulama yang cukup besar dan luas pengaruhnya dalam pemikiran hukum Islam. Nama kecilnya adalah an-Nu'man bin Tsabit ibn Zauta yang kemudian lebih populer dengan sebutan Abu Hanifah. Beliau dilahirkan di Kufah pada tahun 80 H/699 M dan wafat 150 H/767 M.
Abu Hanifah banyak mengemukakan masalah-masalah baru sehingga ia banyak menetaplan hukum-hukum yang belum terjadi dan menerangkan hukum- hukum bagi kejadian-kejadian memungkinkan terjadi.
Dalam beristinbath hukum, Abu Hanifah selalul berpegang pada sumber dalil yang sistematis. Dari sistematika atau tertib urutan sumber dalil itu tampak jelas bahwa Abu Hanifah menempatkan Alquran pada urutan pertama, lalu Sunnah, dan seterusnya secara berurutan, yakni Qaul Shahabi, al-Ijma', al-Qiyas, al-Istihsan, dan terakhir al-'Urf. Ketika terjadi pertentangan antara qiyas dan istihsan, sementara qiyas tidak dapat dilakukan, ia mengabaikan qiyas dan berpegang kepada istihsan, karena pertimbangan maslahat. Dengan kata lain, qiyas dapat diterapkan sepanjang memenuhi persyaratan. Jika qiyas tidak mungkin dilakukan terhadap kasus-kasus yang dihadapi, pilihan alternatifnya adalah istihsan karena alasan maslahat.
2. Imam Malik
Nama lengkap Imam Malik adalah Malik bin Anas bin Abi Amr. Belaiu dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H dan meninggal pada 179 H di tempat kelahirannya. Diceritakan bahwa Imam Malik tidak pernah pindah atau meninggalkan kota Madinah sampai akhir hayatnya sehingga beliau digelari Imam Dar al-Hijrah. Itulah sebabnya watak corak kehidupannya sangat dipengaruhi oleh suasana lingkungan kota Madinah yang masyarakatnya bersahaja dan jauh dari pengaruh kebudayaan luar ketika itu.
Malik adalah seorang yang cerdas dan jenius. Ia mempunyai hafalan yang kyat. Jika ia mendengar sesuatu, ia bisa langsung menghafalnya dan tidak pernah lupa. Suatu kali, ia mendengar empat puluh hadits sekaligus. Esok harinya, ia mengemukakan kembali hapalan tersebut kepada gurunya dan tidak satu pun yang luput dari ingatannya. Kekuatan hapalan Imam Malik memang luar biasa yang melebihi teman-temannya ketika itu. Juga, kebiasaan Malik dalam belajar sangat baik. Ia selalu menulis kembali hapalannya dalam buku catatannya sehingga ini pula yang menjadikannya semakin kuat karena menghapal sekaligus aktif menulis. Dengan kecerdasannya itu, dalam usia yang relatif muda, Malik telah mendapat kepercayaan dan izin dari gurunya untuk mengajar di Masjid Madinah.
Pemikiran Imam Malik dan dasar istinbatnya berkembang cukup luas di masyarakat Islam yang menajdi pegangan dan dasar pijakan bagi Mazhab Ushul Maliki. Dasar-dasar istinbath (thuruq istinbath) yang digariskan oleh Imam Malik, seperti yang di kutip oleh Ramli S.A. adalah Alquran, Sunnah, Ijma', Qiyas, amal
Ahli Madinah, al-masahalih al-mursalah, Qaul Shahabi, Istihsan, al-Dzara'i, al- 'Urf dan al-Istishab.
Dalam prakteknya, dalil-dalil yang disebutkannya menjadi dasar pijakan Mazhab (ushul al-madzhab) Maliki dalam beristinbath hukum. Perbedaannya dengan metodologi pengambilan hukum yang dipakai oleh Imam Hanifah (Mazhab Hanafiyah) bukan saja dari sumber dalil, melainkan juga segi penerapan dalil, terutama berkaitan dengan dalil ijtihadiyah. Misalnya, tentang dalil amal ahli Madinah. Bagi kalangan Malikiyah, dalil ahli Madinah merupakan salah satu dalil yang mereka pegangi. Bahkan, menurut catatan Hassan Abu Thalib, seperti yang dikutip Ramli A.S. kalangan Malikiyyah lebih mendahulukan penggunaan amal ahli Madinah daripada Qiyas. Juga, mereka meninggalkan hadits Ahad bila tidak sejalan atau tidak menguatkan amal ahli Madinah.
3. Imam Syafi'i
Imam Syafi'i bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Idris ibni Abbas ibn Usman ibn Syafi'i. Dilihat dari asal usul keturunannya, beliau berasal dari suku Quraisy. Beliau dilahirkan di Gazah, negri yang termasuk Palestina, pada tahun 150 H, dan wafar pada 204 H di Mesir. Diceritakan, kelahiran Syafi'i bersamaan waktu dengan wafatnya Imam Abu Hanifah, tokoh pembangun Mazhab Hanafi. Atas usaha dan dorongan ibunya, Syafi'i belajar membaca dan menghapal Alquran. Karena ketekunan dan kecerdasan otaknya, dalam usia yang maíz relatif muda, Syafi'i berhasil menghapal Alquran.
Dalam hal prinsip-prinsip beristinbath atas hukum, Syafi'i menetapkan langkah-langkah berikut : Alquran, Sunnah, Ijma', Qiyas dan Istishhab. Dalam hal Sunnah, Syafi'i menggunakan khabar Ahad bila perawinya tsiqah (kyat terpercaya) dan tidak mensyaratkan harus masyhur sebagaimana Imam Malik. Syafi'i tidak menggunakan al-Istihsan sebagaimana Abu Hanifah. Bahkan, beliau mengingkari al-Istihsan sebagai dalil hukum yang dengan tegas mengatakan bahwa man istahsana faqad syarra'a, orang yang berpegang dan menggunakan al- Istihsan, ia adalah telah membuat hukum.
Menurut A. Hanafi, istinbath hukum yang dilakukan oleh Syafi'i seperti yang disebut olehnya dalam ar-Risalah dan al-Umm adalah Alquran dan Sunnah Rasul yang shahih, termasuk Hadits Ahad, lalu Ijma'. Bila ketiga sumber itu tidak Menurut A. Hanafi, istinbath hukum yang dilakukan oleh Syafi'i seperti yang disebut olehnya dalam ar-Risalah dan al-Umm adalah Alquran dan Sunnah Rasul yang shahih, termasuk Hadits Ahad, lalu Ijma'. Bila ketiga sumber itu tidak
4. Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Ahmad bernama lengkap Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal ibn Hilal ibn Asad asy-Syaibani yang lebih populer disebut Ahmad bin Hanbal. Ia dilahirkan di Baghdad pada 164 H/780 M dan meninggal di kota itu pula pada 241 H/855 M. Diriwayatkan, ayahnya meninggal ketika Ahmad ibn Hanbal masih kecil. Selanjutnya, ia diasuh oleh ibunya. Ayahnya termasuk salah seorang tokoh pejuang. Bahkan kakeknya, Hanbal ibn Hilal, pernah menjabat sebagai gubernur di daerah Sarkhas pada masa Dinasti Umayah, serta menjadi juru dakwah ketika tampilnya golongan Abasiyah.
Imam Ahmad lebih dikenal sebagai seorang ulama yang banyak menekuni hadits, meskipun ia juga seorang ahli fiqih dan mujtahid mustaqil (mujtahid yang tidak terkait dengna mazhab pendahulunya). Bahkan, ia mengembangkan mazhab sendiri. Meskipun ia mengembangkan pola pemikiran sendiri, jalan istinbath yang diambilnya lebih dekat dengan apa yang ditempuh oleh gurunya, Imam Syafi'i. Ini tidak heran karena Ahmad ibn Hanbal banyak belajat kepada Imam Syafi'i, baik ketika di Mekah maupun ketika gurunya berada di Baghdad untuk kedua kalinya. Imam Syafi'i sangat kagum kepada Ahmad ibn Hanbal dan memuji kewaraann, kezuhudan dan kedalaman illmunya.
Mengutip tulisan Hasan Abu Thalib, Romli A.S. menyebutkan bahwa dalam beristinbath atas hukum, Ahmad ibn Hanbal menggariskan dasar-dasar ushul fiqihnya: Alquran, Sunnah, Ijma', Qiyas, al-Istishab, al-Mashalihul Mursalah, dan Syad al-Dzari'ah. Berkenaan dengan hadits, Ahmad ibn Hanbal dan pengikutnya menggunakan hadits mursal dan hadits dho'if. Penggunaan hadits mursal dan hadits dho'if ini lebih didahulukan daripada Qiyas. Bagi Imam Ahmad, Mengutip tulisan Hasan Abu Thalib, Romli A.S. menyebutkan bahwa dalam beristinbath atas hukum, Ahmad ibn Hanbal menggariskan dasar-dasar ushul fiqihnya: Alquran, Sunnah, Ijma', Qiyas, al-Istishab, al-Mashalihul Mursalah, dan Syad al-Dzari'ah. Berkenaan dengan hadits, Ahmad ibn Hanbal dan pengikutnya menggunakan hadits mursal dan hadits dho'if. Penggunaan hadits mursal dan hadits dho'if ini lebih didahulukan daripada Qiyas. Bagi Imam Ahmad,
Jelaslah bahwa Ahmad ibn Hanbal lebih mengutamakan nash dan formalistik dalam istinabth hukum. Hasan Abu Thalib seperti yang dikutip oleh Romli A.S. menyebutkan bahwa karakter pemikiran fiqih Hanbali berusaha sejauh mungkin untuk tidak menggunakan ro'yu dalam istinbath hukum. Dengan kata lain, teori pemikiran ushul fiqh lebih banyak mennggunakan pendekatan tekstual dalam menghadapi berbagai persoalan fiqih.