Metode Penelitian
3.2. Potret Religiusitas Muslim Langsa
3.2.1. Dimensi Keimanan
Dimensi ini terdiri dari seperangkat kepercayaan yang wajib diyakini dan diimani oleh seorang Muslim. Seperti agama lainnya, struktur kepercayaan Islam dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berkaitan dengan iman terhadap Tuhan beserta segala sifat-sifat-Nya. Bagian kedua menjelaskan tentang tujuan Tuhan dan peran orang mukmin dalam tujuan tersebut. Bagian ketiga menjelaskan tentang dasar etika agama. Menurut Stark dan Glock, kepercayaan ini dalam wacana sosiologi acapkali disebut sebagai iman yang sahih (warranting belief), iman yang memiliki tujuan (pupossive belief), dan iman
yang diamalkan (implementing belief). 4 Penelitian ini menggunakan indikator tunggal untuk mengukur dimensi keimanan
orang Langsa, yakni percaya terhadap Allah. Seseorang kadang-kadang bisa percaya kepada Tuhan dan kadang pula tidak. Bagi beberapa kalangan, atau malah sebagian besar orang, iman bukanlah kondisi yang konstan. Untuk itu peneliti mengukur keyakinan kepada Allah dengan sejauh mana seseorang percaya kepada Allah dengan menggunakan indikator berskala nominal: (1) percaya Allah itu ada, dan tidak pernah ragu sedikitpun; (2) saya percaya Allah itu ada, tapi kadang-kadang ragu; (3) saya percaya Allah itu ada, tapi sering ragu; dan (4) saya tidak pernah percaya kepada Allah.
Temuan dari menginformasikan bahwa sebanyak 97% responden memilih opsi yang percaya kepada Allah dan mengatakan mereka tidak pernah ragu sedikitpun tentang keberadaan Allah. Hasil ini tidak berbeda dengan temuan dalam survey berskala nasional
dimana sebanyak 97,2 responden mengaku percaya kepada Allah. 5 Berdasarkan data ini
4 Riaz Hasan, Keragaman Iman: Studi Koparatif Masyarakat Muslim, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 49
5 Saiful Mujani, h. 92 5 Saiful Mujani, h. 92
Indikator pendamping untuk mengidentifikasi dimensi iman orang Langsa adalah keyakinan terhadap Mukjizat dan keyakinan hanya umat Muhammad yang akan masuk surga. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 90,8% orang Langsa meyakini kebenaran mukjizat sebagaimana yang diceritakan al-Qur’an. Hanya 2,6% responden yang berpandangan bahwa Mukjizat merupakan peristiwa alam yang dapat dijelaskan secara rasional. Data ini memperlihatkan kuatnya skripturalistik dalam pemahaman keagamaan orang Islam di Langsa. Mereka cenderung menolak melakukan rasionalisasi mukjizat.
Terkait dengan indikator bahwa hanya orang yang beriman kepada Nabi Muhammad yang akan masuk surga, penelitian ini menemukan sebanyak 76,7% orang Langsa meyakini secara pasti bahwa hanya umat Muhammad yang akan masuk surga. Ketika rumusan pertanyaan dalam penelitian ini diungkapkan dengan mengganti kata “Muhammad” dengan kata “Islam”, penelitian menemukan sikap yang serupa (81%) orang Langsa berkeyakinan bahwa hanya Islamlah agama yang benar. Hanya 15% yang berpandangan bahwa umat dari agama lain juga berkemungkinan masuk surga.
3.2.1. Ibadah Wajib
Selain beriman kepada Allah, kaum Muslim diwajibkan untuk melakukan sejumlah ibadah. Dua dari ibadah itu adalah shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Shalat lima waktu adalah shalat subuh, zuhur, ashar, magrib dan isya. Praktik ibadahnya sangat ketat dan intensitas pelaksanaan ibadah dalam studi ini menjadi ukuran dalam ketaatan seorang Muslim. Hasilnya, sebanyak 89% orang Langsa mengaku sering atau sangat sering melaksanakan shalat lima waktu, dan hanya sekitar 11% yang melaporkan jarang melaksanakannya. Terkait dengan puasa Ramadhan, sebanyak 92% orang Langsa mengaku Selain beriman kepada Allah, kaum Muslim diwajibkan untuk melakukan sejumlah ibadah. Dua dari ibadah itu adalah shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Shalat lima waktu adalah shalat subuh, zuhur, ashar, magrib dan isya. Praktik ibadahnya sangat ketat dan intensitas pelaksanaan ibadah dalam studi ini menjadi ukuran dalam ketaatan seorang Muslim. Hasilnya, sebanyak 89% orang Langsa mengaku sering atau sangat sering melaksanakan shalat lima waktu, dan hanya sekitar 11% yang melaporkan jarang melaksanakannya. Terkait dengan puasa Ramadhan, sebanyak 92% orang Langsa mengaku
Mujani dilaporkan pernah melakukan penelitian dengan pendekatan serupa untuk mengukur intensitas muslim di Indonesia dalam melaksanaan shalat dan puasa Ramadhan. Apabila data ini dibandingkan dengan temuan Mujani, survey religiusitas masyarakat Kota Langsa menemukan bahwa intensitas pelaksanaan shalat dan puasa Ramadhan orang Langsa lebih kurang sama dari orang Indonesia umumnya. Ini artinya
bahwa intensitas pelaksanaan shalat wajib dan puasa Ramadhan di kalangan orang Langsa relatif sama dengan orang Indonesia sebagaimana temuan suvey sebelumnya.
Survey ini cenderung mendukung temuan-temuan yang dilakukan sebelumnya tentang dimensi keberagamaan orang Aceh seperti yang dilakukan Hurgronye dan John R
Bowen. 6 Bowen menulis antusiasme orang dataran tinggi Gayo dalam mempraktikkan ajaran Islam. Snouck Hurgronye mengatakan bahwa orang Aceh, demikian pula orang
Langsa, adalah muslim yang memiliki emosi keislaman yang kuat. Hurgronye melaporkan saat bulan Ramadhan orang Aceh memperlihatkan antusiasme dalam menjalankan puasa, dan kalaupun tidak berpuasa maka tidak berani menampakkannya secara terang-terangan
di depan umum. 7 Kenyataan bahwa intensitas pelaksanaan shalat dan puasa Ramadhan di Kota Langsa
relatif sama dengan temuan survey nasional Mujani menarik dicermati. Karena sebagai mana diketahui semua orang bahwa orang Aceh memiliki emosi keagamaan kuat. Ada beberapa kemungkinan yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan kenyataan ini. Pertama, asumsi pertama dikarenakan populasi Langsa plural secara etnisitas, seperti halnya pluralitas masyarakat Indonesia umumnya. Untuk membuktikan ini, peneliti
6 Lihat, Bowen, John R., Muslims through Discourse: Relogion and Ritual in Gayo Society, (Princeton: Princeton University Press, 1993) 6 Lihat, Bowen, John R., Muslims through Discourse: Relogion and Ritual in Gayo Society, (Princeton: Princeton University Press, 1993)
Tabel 3.1. Analisis Korelasi r Pearson antara unsur Ibadah Wajib dengan Faktor
Lainnya
Pendapa Pendidik
Shalat Wajib
Pekerja tan
Wajib
Bangsa
an terakhir
an keluarga /bulan
Suku Bangsa
Pendidikan terakhir
.142(*) Pendapatan kotor
.386(**) .169(**) /bulan Kemampuan
-.011 -.261(**) -.051 -.224(**) membaca Pentingnya agama
-.077 .048 -.026 Pentingnya syariat
-.081 .016 -.111 Islam Sedekah
-.031 .057 -.097 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Hasilnya, intensitas pelaksanaan puasa orang Langsa yang beretnis asli Aceh memang lebih tinggi dibandingkan dengan non-Aceh yang tinggal di daerah ini. Namun data yang tersedia ini menunjukkan adanya korelasi negatif (-,010) antara intensitas shalat dengan latar belakang etnisitas. Ini artinya, asumsi bahwa rendahnya intensitas pelaksanaan shalat wajib dan puasa dikalangan orang Langsa dibandingkan Indonesia dikarenakan latar belakang etnisitas ini tidak dapat dibuktikan secara empirik.
Kedua, data yang tersedia menunjukkan justru memperlihatkan bahwa intensitas pelaksanaan shalat berkorelasi positif terhadap pandangan tentang urgensi agama dalam kehidupan dan pentingnya pelaksanaan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Data yang tersedia dalam tabel berikut merupakan hasil analisis bivariat antara shalat dan puasa dengan variabel lainnya.
7 Hurgronye, Aceh di Mata Kolonial, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981), h. 259
3.2.2. Ibadah Sunnah
Selain ibadah wajib, orang Islam juga dianjurkan untuk melaksanakan ibadah yang sifatnya sunnah, yang dalam studi ini disebut ibadah sunnah. Penelitian ini, sebagaimana alasan-alasan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu merumuskan bahwa yang termasuk ibadah sunnah adalah membaca al-Qur’an, berdoa sebelum bekerja, shalat berjamaah, shalat sunnah, puasa sunnah, menghadiri pengajian dan memberi sedekah.
Adalah pandangan umum bahwa keberagamaan seorang muslim dalam ibadah sunnah tidaklah homogen. Proporsi orang Langsa yang melakukan ibadah sunnah secara signifikan bervariasi: sekitar 56% melaporkan sering atau sangat sering membaca al- Qur’an, sekitar 70% mengaku sering atau sangat sering berdoa sebelum bekerja atau beraktivitas, sekitar 46,2% sangat sering atau sering shalat berjamaah, sekitar 39,7 sangat sering atau sering melakukan shalat sunnah, sekitar 32,2% sangat sering atau sering melakukan puasa sunnah, dan sekitar 47,2% melaporkan sangat sering atau sering menghadiri pengajian. Memberi sedekah seperti barang atau uang atas nama agama kepada orang yang membutuhkan merupakan praktik keagamaan yang dianjurkan. Terlepas dari berapa banyak barang atau uang yang disedekahkan, sekitar 70,2% orang Langsa mengaku sangat sering atau sering melakukan sedekah.
Menarik dicermati bahwa intensitas pelaksanaan ibadah sunnah orang Langsa lebih rendah dibandingkan muslim di Indonesia. Setidaknya inilah temuan apabila data ini dibandingkan dengan temuan Saiful Mujani dalam survey yang berskala nasional. Berikut ini
ditampilkan perbandingan
hasil survey di Langsa (2010) dengan survey yang dilakukan Mujani yang dilakukan sebanyak dua kali (2001 dan 2002). Data di bawah ini memperlihat
akan intensitas pelaksanaan ibadah sunnah orang Langsa lebih rendah dibandingkan orang Indonesia hampir disemua indikator.
3.2.3. Ibadah Nahdliyin
Mujani dalam mengukur religiusitas muslim Indonesia membedakan antara model ibadah orang yang berafiliasi dengan ormas keagamaan NU dan muslim lainnya. Menurutnya, praktik keagamaan seperti (1) memohon didoakan kyai untuk mencapai maksud tertentu, (2) mengunjungi makam para wali, ulama atau kyai, (3) tahlil, (4) acara tujuh hari kematian anggota keluarga, dan (5) melaksanakan haul atau upacara memperingati seratus hari kematian anggota keluarga; merupakan model ritual peribadatan yang khas orang NU. Peneliti menggunakan indikator ini untuk membuktikan apakah temuan Mujani berlaku dalam kasus muslim di Langsa. Asumsinya bahwa meskipun di Aceh NU tidak berkembang luas sebagaiamana di pulau Jawa, praktik ibadah sebagaimana indikator yang digunakan Mujani banyak ditemukan di Langsa, bahkan merupakan bagian dari tradisi keagamaan.
Penelitian ini menemukan bahwa sekitar 22% orang Langsa mengaku sering atau sangat sering minta didoakan secara khusus oleh kyai, ulama atau tengku. Bagi masyarakat muslim di Kota Langsa, ulama atau tengku merupakan pribadi pemegang otoritas keagamaan yang sangat populer, diyakini bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi juga pemimpin informal yang berkharisma dan ditaati. Namun berbeda dengan temuan pada skala nasional yang mengatakan 37% muslim memiliki kontak intensif dengan ulama atau tengku untuk minta didoakan, hal demikian tidak mendapatkan bukti empirik di Aceh. Sebanyak 33% orang Langsa mengaku tidak pernah minta didoakan orang ulama, dan 41% mengaku jarang melakukannya.
Perbedaan lainnya antara praktik keberagamaan Muslim di Langsa dengan Indonesia terlihat dalam soal mempraktikkan tahlil. Studi ini menemukan bahwa orang Langsa lebih sering melaksanakan Tahlil dibandingkan dengan muslim Indonesia. Terkait dengan hal ini, perlu peneliti sampaikan bahwa tahlil merupakan tradisi yang melekat dalam masyarakat Aceh meskipun orang bersangkutan tidak berafiliasi dengan organisasi NU. Ini berbeda dengan temuan Mujani yang mengatakan bahwa tahlil merupakan ibadah yang identik dengan tradisi NU. Pada kasus Langsa, peneliti menemukan seringkali orang mengaku tidak berafiliasi dengan organisasi NU, tetapi mempraktikkan tahlil, karena alasan bahwa tahlil merupakan tradisi orang Aceh. Analisis korelasi P Pearson dari data yang tersedia memperlihatkan identitas ke-NU-an tidak berkorelasi dengan pelaksanaan tahlil.
Adapun terkait dengan ziarah kubur, data di atas memperlihatkan bahwa intensitas melaksanakan ziarah kubur dikalangan orang Langsa sebesar 23%, tidak berbeda dengan temuan survey nasional sebesar 25-27%. Sebanyak 41,5% orang Langsa mengaku meskipun pernah melakukan ziarah kubur, meski hal tersebut jarang dilakukan, dan 30,5% lainnya mengatakan tidak pernah melakukannya. Ini artinya, pada kasus ziarah kubur, bahwa praktik peribadatan sebagaimana yang dilakukan NU mendapat dukungan di Kota Langsa.
Praktik ibadah lainnya yang biasa diasosiasikan dengan NU adalah upacara memperingati kematian anggota keluarga yang dilaksanakan pada hari ke tujuh (tujuh hari) dan hari ke seribu (haul). Anggota keluarga yang telah meninggal dunia mengundang kyai dan masyarakat sekitar untuk berdoa bagi keselamatan yang telah meninggal dunia di akhirat. Sekitar 71% orang Langsa mengaku sering melakukan atau menghadiri acara doa di hari ke tujuh kematian, dan sebanyak 52,6% orang Langsa mengaku sering menghadiri upacara haul. Angka-angka ini relatif tidak berbeda dengan temuan pada survey nasional mengenai hal serupa.
3.3. Islamisme dan Toleransi keberagamaan
3.3.1. Islamisme
Islamisme atau orientasi politik Islamis merupakan sesuatu yang krusial dalam mendefinisikan sejauhmana seseorang dianggap Islamis atau tidak. Para ahli tentang masyarakat Muslim seperti Bernard Lewis dan Ernest Gelner ataupun sarjana politik seperti Samuel P Huntington mencoba membuktikan bahwa Islamisme merupakan hal yang universal bagi kaum Muslim. Untuk melihat seberapa kuat klaim ini pada kasus masyarakat Muslim di Langsa, maka peneliti menggunakan indikator-indikator yang biasa digunakan para ahli untuk mengukur Islamisme.
Menurut Mujani, satu cara untuk mengukur Islamisme adalah menelusuri bagaimana para ideologi Islamis mendefinisikan Islam sebagai ideologi sosial politik. Setelah itu, baru definisi tersebut diverifikasi melalui data empirik, dengan melihat sejauh mana muslim kebanyakan mengikuti interpretasi mereka. Untuk sekedar contoh, ideologi Islamis seperti Maududi, Qutb dan Khumaini mengklaim bahwa Islam mengakui kedaulatan Ilahi di atas manusia. Muslim Liberal di sisi lain mengklaim sebaliknya, bahwa Tuhan telah Menurut Mujani, satu cara untuk mengukur Islamisme adalah menelusuri bagaimana para ideologi Islamis mendefinisikan Islam sebagai ideologi sosial politik. Setelah itu, baru definisi tersebut diverifikasi melalui data empirik, dengan melihat sejauh mana muslim kebanyakan mengikuti interpretasi mereka. Untuk sekedar contoh, ideologi Islamis seperti Maududi, Qutb dan Khumaini mengklaim bahwa Islam mengakui kedaulatan Ilahi di atas manusia. Muslim Liberal di sisi lain mengklaim sebaliknya, bahwa Tuhan telah
Peneliti menggunakan indikator-indikator berikut untuk mengukur dimensi Islamisme pada masyarakat Langsa: (1) Pemerintahan Islam yang terbaik untuk Langsa, (2) Negara mewajibkan pelaksanaan syariat Islam, (3) pemilu harusnya hanya untuk memilih wakil rakyat yang memperjuangkan syariat Islam, (4) aksi kekerasan dalam menegakkan syariat Islam sejalan dengan ajaran Islam, (5) setuju terorisme atas nama agama, (6) haram menabung di bank konvensional, dan (7) hanya Islamlah agama yang benar. Berdasarkan indikator tersebut responden diminta melaporkan mereka apakah
sangat setuju, setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju dengan ide- ide
tersebut. Peneliti
lalu mengkategorisasika n jawaban sangat setuju dan setuju sebagai
tendensi Islamis,
dan jawaban tidak setuju atau sangat tidak setuju sebagai tendensi penolakan Islamisme. Hasil sebagaimana penelitian terlihat dalam diagram berikut menunjukkan bahwa sebanyak 82% orang Langsa setuju atau sangat setuju dengan ide pemerintahan Islam, sebanyak 90% setuju atau sangat setuju dengan pelaksanaan syariat Islam oleh negara, dan sekitar pemilu harusnya hanya untuk memilih wakil rakyat yang memperjuangkan syariat Islam. Angka ini jauh melampaui temuan Mujani tentang sikap muslim Indonesia terhadap gagasan yang sama. Menurut temuan Mujani, sebanyak 63 persen orang Indonesia menyetujui pemerintahan Islami, dan 66% setuju atau sangat setuju dengan penegakan
syariat Islam oleh negara. 9 Terkait dengan data yang ditemukan pada kasus Langsa, angka-angka ini menurun
secara drastik ketika dikaitkan dengan dukungan terhadap aksi dakwah melalui kekerasan.
8 Saiful Mujani, h. 99-100 9 Saiful Mujani, h. 100
Tidak sampai separoh orang Langsa yang setuju atau sangat setuju dengan metode dakwah melalui aksi kekerasan dalam menegakkan syariat Islam sejalan dengan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan FPI, dan hanya minoritas atau sekitar 11% yang setuju atau sangat setuju dengan terorisme sebagaimaa yang menjadi metode perjuangan Noordin Top. Demikian pula, hanya 28% orang Langsa yang mendukung pandangan haramnya menabung di bank konvensional. Pandangan bahwa hanya Islamlah agama yang benar didukung oleh 81% orang Langsa, dan dukungan terhadap superioritas laki-laki sebesar 64%, dan setara dengan dukungan terhadap gagasan laki-laki lebih diutamakan dalam soal kesempatan mendapatkan pendidikan. Menarik dicatat bahwa pandangan yang mendukung superioritas laki-laki ini tidak hanya muncul dari laki-laki saja, tetapi didukung juga oleh perempuan.
Kecenderungan kalangan Islamis untuk melibatkan pemerintah dalam masalah agama dapat diukur dengan banyak item termasuk kewajiban yang secara khusus disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah. Sebagian besar orang Islam dimana saja akan sepakat bahwa mereka diwajibkan menunaikan lima rukun Islam. Shalat lima waktu dan puasa Ramadan adalah dua dari lima rukun Islam tersebut. Kalangan Islamis berpendapat bahwa pemerintah harus bertanggung-jawab atas pelaksanaan rukun itu. Dalam survey ini, peneliti menemukan sebanyak 70,2% orang Langsa setuju agar orang yang tidak melaksanakan puasa Ramadan dihukum oleh pemerintah. Ini menegaskan sikap sebelumnya mengenai dukungan terhadap intervensi Negara dalam pelaksanaan ajaran Islam.
3.3.2. Toleransi Keberagamaan
Toleransi, dalam tradisi Islam dirumuskan dalam kaitan dengan hubungan Muslim dengan kaum Yahudi dan Kristen. Corak hubungan tersebut mengambil bentuk beragam, sejalan dengan pola hubungan sosial politik yang terjalin. Keragaman itu pula yang antara lain mewarnai pemaknaan Islam, sebagaimana tersurat dalam al-Qur’an, terhadap mereka yang didefinisikan sebagai non-Muslim. Beberapa ayat al-Quran memberikan batas demarkasi yang tegas antara orang non-Muslim dan Muslim yang berujung pada pernyataan “untukmu agamamamu, untukku agamamaku” (Qs:109:5).
Ayat-ayat dengan kecenderungan serupa akan banyak ditemukan dalam al-Qur’an. Beberapa ayat al-Qur’an menyediakan kaum Muslim suatu ajaran untuk bersikap tidak toleran terhadap non-Muslim, tepatnya Yahudi dan Kristen. Paling tidak ayat-ayat tersebut Ayat-ayat dengan kecenderungan serupa akan banyak ditemukan dalam al-Qur’an. Beberapa ayat al-Qur’an menyediakan kaum Muslim suatu ajaran untuk bersikap tidak toleran terhadap non-Muslim, tepatnya Yahudi dan Kristen. Paling tidak ayat-ayat tersebut
Namun di pihak lain, al-Qur’an juga memiliki persediaan melimpah terkait dengan ayat-ayat yang menekankan toleransi. Salah satu istilah dalam al-Qur’an yang menekankan aspek toleransi adalah penggunaan istilah ahlu kitab untuk merujuk pada Yahudi dan Kristen. Istilah ahlu kitab digunakan dalam al-Qur’an antara lain sebagai ungkapan penghargaan tinggi terkait konsistensi mereka berpegang pada ketuhanan yang monotheistik. Al-Qur’an dengan demikian mengandung ajaran yang menekankan baik toleransi maupun intoleransi sekaligus.
Toleransi keberagamaan merupakan indikator penting untuk mengukur dimensi keberagamaan seorang Muslim. Toleransi adalah sikap individu yang muncul ketika seseorang berhadapan dengan sejumlah perbedaan, dan bahkan pertentangan baik di tingkat sikap, pandangan, keyakinan, dan juga tindakan yang tumbuh di tengah
masyarakat. 10 Para ahli politik Islam seperti Huntington dan Lewis selalu berpandangan bahwa toleransi di kalangan Muslim sangat rendah. Kedua sarjana ini bahkan mengklaim
unversitas intoleransi Islam terhadap penganut agama lain atau kebudayaan selain Islam. Untuk membuktikan kebenaran ataupun barangkali bantahan atas pandangan sarjana ini, peneliti akan mengemukakan sejumlah data empirik dalam skala Langsa.
Namun sebelum lebih jauh menelusuri toleransi beragama di kalangan Muslim Langsa, studi tentang toleransi biasanya tidak mengarah pada suatu kelompok tertentu, seperti katakanlah non-Muslim atau Kristen, tetapi lebih mengarah pada kelompok
manapun yang tidak disukai. 11 Strategi “pengukuran dengan isi berkontrol” ini lebih merupakan strategi untuk mengukur toleransi keagamaan orang Langsa terhadap orang
non-Muslim atau Kristen. Berdasarkan pertimbangan ini, peneliti menggunakan delapan indikator untuk mengidentifikasi kecenderungan toleransi di kalangan Muslim Langsa, dengan meminta responden melaporkan sejauh mana mereka setuju dengan dengan ide-ide berikut, apakah sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Delapan indikator tersebut adalah: (1) membina hubungan pertemanan dengan non- Muslim mengurangi iman dan takwa, (2) nilai budaya masyarakat non-Muslim tidak boleh mempengaruhi budaya masyarakat Muslim, (3) dalam membangun mesjid dibenarkan menerima sumbangan dari umat non-Muslim, (4) seorang Muslim diperbolehkan
10 John L. Sullivan, James Pierson dan George E. Marcus, Political Tolerance and American Democracy, (Chicago: University of Chicago Press, 1982), h. 82 10 John L. Sullivan, James Pierson dan George E. Marcus, Political Tolerance and American Democracy, (Chicago: University of Chicago Press, 1982), h. 82
Diagram berikut ini memperlihatkan sikap Muslim Langsa yang sangat setuju atau setuju dengan ide-ide sebagaimana yang menjadi indikator toleransi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mayoritas orang Langsa (66%) tidak mempersoalkan pertemanan dengan dengan non-Muslim. Mereka dengan kata lain menolak pandangan bahwa membina hubungan pertemanan dengan umat non-Muslim mengurangi iman atau takwa.
Meskipun tidak mempersoalkan pertemanan dengan non-Muslim, orang Langsa mayoritas menolak indikator toleransi yang dirumuskan dalam penelitian ini. Terhadap pengaruh budaya non-Muslim, hanya 20% orang Langsa tidak mempersoalkan terjadinya
adaptasi budaya non- Muslim.
Sebanyak 64,2%
responden menolak secara tegas. Angka ini tampaknya sejalan
dengan anggapan
yang berkembang luas di kalangan
masyarakat Aceh, Langsa serta kalangan skripturalis bahwa selama ini sumber kemunduran umat Islam adalah pengaruh budaya asing di kalangan masyarakat Muslim. Khutbah yang disampaikan dalam pengajian atau momen-momen keagamaan lainnya selalu berisi peringatan kepada masyarakat agar bersikap waspada terhadap pengaruh budaya dari luar. Hasilnya, sebagaimana yang dikemukakan dalam penelitian ini.
Demikian pula, dukungan terhadap toleransi di kalangan Muslim Langsa sangat rendah apabila menggunakan indikator-indikator lainnya. Hanya 38% orang Langsa mentoleransi pembangunan mesjid dari dana yang sumbernya berasal dari sumbangan non- Muslim. Hanya 29% orang Langsa yang tidak mempermasalahkan mengucapkan selamat natal kepada non-Muslim, sebanyak 27% membolehkan orang Islam sekolah atau kuliah di lembaga pendidikan yang dikelola non-Muslim, dan 13% bisa memahami kehadiran gereja
11 John L. Sullivan, h. 82 11 John L. Sullivan, h. 82
Temuan-temuan di atas tampaknya semakin mengukuhkan klaim Huntington dan Lewis tentang universalitas intoleransi di kalangan Muslim. Toleransi umat Islam terhadap non-Muslim berdasarkan temuan-temuan tersebut sangat rendah, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan survey serupa yang dilakukan dalam skala nasional. Untuk sekedar contoh, perbandingan hasil survey skala nasional tahun 2002 dengan survey yang dilakukan dalam skala Langsa terkait kehadiran gereja di lingkungan mereka adalah sebesar 37,%, berbanding dengan 13%. Ini artinya, hanya sekitar empat dari sepuluh Muslim Indonesia miliki sikap toleransi, dan hanya satu orang dari sepuluh orang Langsa bersikap toleran atas kehadiran gereja di lingkungan mereka. Beberapa responden yang peneliti wawancarai mengatakan penolakan mereka atas kehadiran gereja dikarenakan mereka berada di wilayah Aceh, negeri serambi Mekah, dan sebagian tidak mempermasalahkan apabila gereja dibangun di luar Aceh.
3.4. Pola Hubungan di antara Dimensi-dimensi Islam
Menurut tradisi ilmu sosial, agama sering kali diklaim sebagai satu sumber bagi tumbuhnya konservatisme politik. Semakin saleh mereka, maka semakin konservariflah mereka. Samuel Huntington, Bernard Lewis dan sarjana-sarjana lainnya, seperti kalangan Islamis percaya bahwa Islam merupakan cara hidup yang menyeluruh, dan karenanya setiap unsur Islam pastilah berkaitan erat dengan unsur-unsur lainnya. Ini berarti bahwa mereka yang melaksanakan ibadah Islam sangat mungkin juga aktif dalam organisasi Islamisme.
Banyak studi, khususnya studi tentang Indonesia yang menyatakan bahwa ada perbedaan keagamaan Islam antara kelompok tradisionalis dan modernis yang membuat gambaran Islam tidak sederhana. Kaum modernis diyakini punya kecenderungan terhadap skripturalisme, yakni kecenderungan untuk mengacu langsung dan literal pada al-Quran dan Sunnah dalam menjalankan kehidupan pribadi atau sosial politiknya. Kecenderungan ini hampir sama atau bahkan sama dengan Islamisme. Yang dimaksud modernisme dalam konteks Indonesia adalah Muhammadiyah.
Tetapi menarik untuk dicermati bahwa kecenderungan skripturalistik ini mendapat dukungan pada kasus survey di Langsa. Meskipun hanya sekitar 6% orang Langsa mengidentifikasi diri sebagai Muhammadiyah, 13,5% lebih suka mengidentifikasi sebagai orang al-Washliyah dan 24,3% mengidentifikasi diri sebagai orang NU; kenyataannya Tetapi menarik untuk dicermati bahwa kecenderungan skripturalistik ini mendapat dukungan pada kasus survey di Langsa. Meskipun hanya sekitar 6% orang Langsa mengidentifikasi diri sebagai Muhammadiyah, 13,5% lebih suka mengidentifikasi sebagai orang al-Washliyah dan 24,3% mengidentifikasi diri sebagai orang NU; kenyataannya
Survey ini mengungkapkan beberapa pola hubungan di antara dimensi-dimensi Islam. Pertama, salat wajib sebagaimana sudah diduga, mempunyai hubungan yang signifikan dan langsung dengan dimensi ibadah sunnah, terkecuali pada variable membaca al-Quran dan berdoa sebelum bekerja atau beraktifitas. Namun, cukup mengejutkan bahwa puasa Ramadhan tidak memiliki korelasi dengan unsur-unsur ibadah sunnah yang digunakan dalam penelitian ini. Ini artinya, kalau diasumsikan intensitas seseorang dalam melaksanakan ibadah sunnah dikatakan sebagai refleksi religiusitas, maka pada kasus di Kota Langsa ditemukan bahwa bukan faktor ini yang mendorong seseorang untuk melakukan puasa Ramadan.
Tabel 3.2. Korelasi r Pearson antara Ibadah dengan Unsur Islamisme
Jamaah Sunnah Sunnah an
Pemerintahan Islam
.097 .088 .138(*) Penerapan syariat Islam
.133(*) .175(**) .178(**) .228(**) Pemilu hanya untuk memilih yang
.060 .049 .100 pro-syariat Setuju metode gerakan FPI
.054 .050 -.026 Setuju metode gerakan Noordin Top
.066 .066 -.021 Haram menabung di bank
-.041 -.044 -.025 konvensional Superioritas laki-laki atas perempuan
-.013 -.017 -.007 Perioritas laki-laki dalam pendidikan
.088 .076 .123(*) Berteman dengan non-muslim
-.029 -.035 -.024 mengurangi iman Anti infiltrasi budaya non-Islam
.061 .050 .095 Hanya Islam agama yang benar
-.013 -.007 -.007 Sumbangan non-Muslim untuk
.055 .051 -.029 bangun mesjid Boleh mengucapkan selamat Natal
.074 .077 .102 Belajar di sekolah/universitas non
.075 .076 .105 Muslim Menerima kehadiran gereja
.116(*) .110 .141(*) Mengusir orang asli Aceh yang
.066 .065 .094 murtad Sedekah
.057 -.097 -.019 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Kedua, ibadah wajib dan ibadah sunnah tidak ada hubungan yang kuat terhadap variabel Islamisme dan toleransi. Ini artinya bahwa kedua variabel ibadah ini tidak bertanggung-jawab atas menguatnya Islamisme dan intoleransi di kalangan Muslim. Ini membantah klaim Huntington tentang unversalitas intoleransi dalam Islam. Kenyataan bahwa intoleransi dan Islamisme mendapatkan dukungan kuat di kalangan Muslim Langsa memang mendapatkan pembenaran empirik dalam penelitian ini. Tetapi, pada saat bersamaan, penelitian ini juga menemukan bahwa ibadah sunnah dan ibadah wajib bukan variabel yang memiliki pengaruh terhadap sikap tersebut. Karena itu, penelitian ini membantah klaim Huntinton yang lebih kurang mengatakan “semakin rajin seseorang melakukan ibadah wajib dan shalat sunnah, maka semakin intoleranlah mereka”.
3.5. Korelasi Unsur Islam dengan Faktor Sosial
Beberapa versi dalam teori modernisasi mengklaim bahwa agama merupakan fenomena masyarakat tradisional yang cenderung akan kehilangan peran seiring dengan berkembangnya masyarakat industri modern. Akar-akar agama dipandang terdapat dipedesaan dan dalam masyarakat kelas sosial bawah. Pada kasus Islam di Indonesia, beberapa kecenderungan dan perilaku keagamaan seringkali dihubungkan dengan kelas- kelas sosial. Clifford Geerzt misalnya, percaya bahwa kelompok Islam tradisionalis atau NU berasal dari desa atau kelas sosial bawah, sedangkan kelompok Islam modernis seperti Muhammadiyah adalah orang-orang kota dan berasal dari kelas sosial menengah.
Beberapa studi tentang gerakan Islamis juga mengklaim gerakan-gerakan tersebut merupakan fenomena kota dan kelas menengah, dan karena itu, orientasi politik Islamis diyakini berasal dari kelas sosial itu. Para Islamis di Indonesia, juga secara umum, diyakini berasal dari kota dengan latar belakang sosial ekonomi menengah. Mereka tampak menonjol di universitas umum negeri. Mereka aktif memberdayakan mesjid kampus. Islamisme memang berkembang di kalangan mahasiswa kampus sejak 1980-an, dan mereka adalah pendukung utama partai politik Islam, PKS.
Mujani meyakini adanya korelasi antara beberapa unsur Islam dengan beberapa dimensi Islam, utamanya bila dikaitkan dengan unsur ibadah wajib. Menurutnya, Islam yang didefinisikan menurut unsur pelaksanaan ibadah wajib, pada kenyataannya adalah fenomena kota dan kelas menengah. Ibadah ini memiliki korelasi positif dan signifikan dengan populasi kota, bukan desa, dengan warga yang berpendidikan lebih tinggi dan Mujani meyakini adanya korelasi antara beberapa unsur Islam dengan beberapa dimensi Islam, utamanya bila dikaitkan dengan unsur ibadah wajib. Menurutnya, Islam yang didefinisikan menurut unsur pelaksanaan ibadah wajib, pada kenyataannya adalah fenomena kota dan kelas menengah. Ibadah ini memiliki korelasi positif dan signifikan dengan populasi kota, bukan desa, dengan warga yang berpendidikan lebih tinggi dan
wajib. 12 Peneliti tertarik untuk menguji tesis Mujani dengan melihat masyarakat Muslim
Langsa. Langsa, sebagaimana telah disebutkan dalam bagian pendahuluan penelitian ini salah satu wilayah administratif di Propinsi Aceh. Dalam sistem administratif pemerintahan di Indonesia, Langsa memiliki status administratif kota. Tetapi secara faktual, sebagian berstatus desa. Selain itu, status geografis Langsa yang berada di kawasan perbatasan (frontier area) antara Aceh dan Medan, menjadikan analisa tentang pengaruh demografi terhadap ekspresi keberagamaan orang Langsa menjadi menarik. Sebagai bagian dari wilayah Aceh, bagaimanapun, baik secara kultural maupun politik, Langsa merupakan daerah dengan ekspresi Islam yang kuat. Namun, kosmopolitanisme, budaya pop dan tradisi keterbukaan masyarakat Medan diperkirakan turut mempengaruhi dinamika keberagamaan masyarakat Langsa, sehingga membedakannya dengan misalnya Aceh Barat dan Banda Aceh.
Tabel 3.3. Korelasi r Pearson antara Religiusitas dengan Faktor Demografi
Pendidi Profes Pendapat Memb
i an aca Shalat Wajib
Puasa Ramadan
Membaca al-Quran
-.092 -.047 -.003 Doa sebelum kerja
.001 -.057 -.031 Shalat Jamaah
.004 -.057 -.017 Shalat Sunnah
.037 -.138(*) .074 Puasa Sunnah
.063 -.101 -.020 Pengajian
.070 -.094 -.034 Mohon didoakan kyai
-.033 -.077 -.043 Tahlilan
.047 -.157(**) -.039 Haul mengenang
.062 .020 -.070 Selamatan tujuh hari
.080 -.131(*) .100 Sedekah
.057 -.097 -.019 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
12 Saiful Mujani, h. 111
Berbeda dengan temuan Mujani yang mengatakan bahwa semakin mapan seseorang secara ekonomi, maka semakin besar intensitasnya dalam melaksanakan ibadah wajib; tampaknya pendangan tersebut tidak mendapatkan dukungan empirik di Langsa. Data survey di Langsa memperlihatkan kebalikannya, bahwa tidak ada korelasi antara intestitas melaksanakan ibadah wajib dengan faktor demografi desa-kota, pendapatan ekonomi yang mapan, warga yang berpendidikan lebih tinggi dan berpenghasilan lebih tinggi, dengan kelas yang memperoleh pemasukan lewat gaji bulanan (salaried class). Demikian pula latar belakang sosial-ekonomi dan demografi juga tidak berkorelasi dengan intensitas pelaksanaan ibadah sunnah maupun ibadah yang oleh Saiful Mujani diidentikkan dengan ibadah NU, seperti tahlil dan haul.
Temuan ini cenderung menggugurkan klaim-klaim yang lebih besar dari teori modernisasi, karena survey ini menunjukkan bahwa berdasarkan indikator religiusitas yang dirumuskan, mayoritas Muslim di Langsa tergolong saleh. Demikian pula, temuan Saiful Mujani yang mengatakan adanya korelasi antara kemapanan sosial ekonomi dengan intensitas pelaksanaan ibadah wajib cenderung ditolak.
Namun demikian, data yang diangkat dari survey Langsa ini sejalan dengan temuan Saiful Mujani tentang bantahan atas klaim bahwa Islamisme adalah fenomena kota dan kelas menengah. Berkebalikan dari hal tersebut, survey ini secara meyakinkan memperlihatkan bahwa Islamisme merupakan fenomena desa. Dukungan terhadap penerapan syariat Islam, pemerintahan yang didasarkan al-Qur’an dan Sunnah di bawah kepeminpinan ulama, pemilihan wakil rakyat hanya dengan pertimbangan-pertimbangan syariat di kalangan orang desa mendapat dukungan empirik dalam penelitian ini. Hal ini yang barangkali menjadi penyimpangan Aceh dalam konstelasi keberagamaan Indonesia.
Tabel 3.4. Korelasi r Pearson antara Islamisme dengan Faktor Demografi
Bisa
an Membac a Pemerintahan Islam
Pendidik Pekarjaa Pendapat
Penerapan syariat Islam
.026 -.003 .111 Pemilu memilih pro-
-.013 .007 .159(**) Setuju metode FPI
-.037 .014 .068 Haram menabung di
Setuju terorisme
-.108 -.083 .200(**) Superioritas laki-laki
bank konvensional
-.020 -.044 .134(*)
Perioritas laki-laki - dalam pendidikan
Perlu ditegaskan di sini, meskipun beberapa unsur Islamisme memiliki korelasi dengan sosial ekonomi mendapat dukungan apabila dianalisis secara bivariat, sebagian unsur lainnya tidak memperlihatkan adanya korelasi. Semua unsur toleransi yang digunakan dalam penelitian ini tidak satupun yang berkorelasi dengan unsur sosial demografi dan ekonomi. Artinya, dalam soal toleransi tidak ada perbedaan sikap antara orang dengan latar belakang desa atau kota, status sosial ekonomi, pendapatan dan unsur lainnya yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.5. Korelasi r Pearson antara Toleransi dengan Faktor Demografi
Bisa Pendidi Pekarja Pendap
atan ca Berteman dengan
kan
an
-.084 -.071 .109 non-muslim
Anti budaya non-
.011 -.058 .073 Islam
Hanya Islam yang
-.009 -.060 .042 benar
-.016 -.112 .004 menyumbang
Mengucapkan Natal
.001 -.065 -.006 Belajar di lembaga
-.071 -.113(*) .077 non Muslim
Menerima kehadiran
-.013 -.059 .091 gereja
Mengusir orang Aceh
.057 -.097 -.019 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Berdasarkan temuan-temuan-temuan sebagaimana telah disampaikan terdahulu, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa masyarakat Langsa tergolong saleh. Agama memiliki peranan penting dalam berbagai dimensi kehidupan mereka. Mayoritas orang Langsa mengaku sering meminta petunjuk Tuhan untuk mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan aspek sosial kehidupan mereka. Namun apakah kesalehan orang Langsa merupakan faktor yang berkorelasi secara positif terhadap pelaknanaan syariat Islam di daerah daerah ini, maka pada pembahasan bab berikut ini akan mendiskusikan topik tersebut berdasarkan bukti-bukti lapangan yang tersedia.
BAB IV SIKAP ATAS PENERAPAN SYARIAT ISLAM DAN PERILAKU POLITIK
4.1. Pandangan Tentang Penerapan Syariat Melalui Negara
4.1.1. Dukungan Terhadap Pelembagaan Syariat Islam
Data survey yang tersedia memperlihatkan bahwa dukungan terhadap pelaksanaan syariat Islam di Langsa sangat besar. Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa sebanyak 90% orang Langsa menyatakan setuju penerapan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Ini artinya hanya satu dari sepuluh orang yang menolak penerapan syariat Islam oleh Negara. Proporsi yang sama juga didapatkan ketika orang Langsa dimintai pendapatnya tentang sistem pemerintahan Islam, atau pemerintahan yang didasarkan pada al-Qur’an dan hadis di bawah kepemimpinan ulama.
Untuk memastikan seberapa besar dukungan orang Langsa terhadap penerapan syariat Islam, peneliti meminta responden melaporkan pandangan mereka atas penetapan hukuman cambuk atas pelanggaran syariat Islam sebagai mana diatur dalam Qanun-qanun tentang syariat Islam yang diundangkan oleh pemerintah Aceh. Sanski hukuman cambuk dipilih sebagai indikator untuk mengukur sikap terhadap pelaksanaan syariat Islam, karena asumsinya bahwa persetujuan terhadap pasal-pasal sanksi yang diberikan atas pelanggaran syariat menunjukkan persetujuan terhadap regulasi tersebut. Sebaliknya, penolakan terhadap sanksi menunjukkan penolakan terhadap regulasi tersebut. Beberapa pasal sanksi sebagaimana dimaksud adalah sebagai mana berikut :
Tabel 4.1. Indikator Dukungan Terhadap Pelaksanaan Syariat Islam No
Indikator Dukungan Terhadap Sanksi Pelanggaran Syariat Islam
1. Orang yang tiga kali berturut-turut tidak melaksanakan shalat jum'at tanpa uzur syar'i dihukum penjara paling lama enam bulan atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak tiga kali 2. Orang yang makan atau minum di tempat /di depan umum pada siang hari bulan Ramadhan dihukum penjara paling lama empat bulan atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak dua kali 3. Orang yang menyediakan fasilitas/peluang kepada orang muslim yang tidak mempunyai uzur syar'i untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dihukum penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak tiga juta rupiah atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak enam kali dan dicabut izin usahanya 4. Orang yang tidak mengenakan busana Islami akan dikenai hukuman setelah melalui proses peringatan dan pembinaan oleh Wilayatul Hisbah (Polisi Syariat) 5. Orang yang terbukti menyebarkan ajaran sesat dikenai hukuman penjara paling lama dua tahun atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak 12 (dua belas) kali 6. Pemerintah berhak memberikan sanksi terhadap orang yang dengan sengaja keluar dari 1. Orang yang tiga kali berturut-turut tidak melaksanakan shalat jum'at tanpa uzur syar'i dihukum penjara paling lama enam bulan atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak tiga kali 2. Orang yang makan atau minum di tempat /di depan umum pada siang hari bulan Ramadhan dihukum penjara paling lama empat bulan atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak dua kali 3. Orang yang menyediakan fasilitas/peluang kepada orang muslim yang tidak mempunyai uzur syar'i untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dihukum penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak tiga juta rupiah atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak enam kali dan dicabut izin usahanya 4. Orang yang tidak mengenakan busana Islami akan dikenai hukuman setelah melalui proses peringatan dan pembinaan oleh Wilayatul Hisbah (Polisi Syariat) 5. Orang yang terbukti menyebarkan ajaran sesat dikenai hukuman penjara paling lama dua tahun atau hukuman cambuk di depan umum paling banyak 12 (dua belas) kali 6. Pemerintah berhak memberikan sanksi terhadap orang yang dengan sengaja keluar dari
Sumber : Qanun No 11/2002, 12/2003, 13/2002 dan 14/2002.
Berdasarkan indikator yang disusun di atas, penelitian ini menemukan bahwa mayoritas orang Langsa menyetujui sanksi hukum cambuk atas pelanggaran syariat Islam. Data sebagaimana diperlihatkan dalam diagram di bawah ini menunjukkan sebanyak 62% orang Langsa setuju kalau orang yang tidak melaksanakan shalat Jumat sebanyak tiga kali berturut-turut dihukum cambuk. Hanya 35% orang Langsa yang menolak hukuman cambuk bagi yang tidak shalat Jumat. Ini adalah dukungan paling minimal dibandingkan indikator lainnya yang dirumuskan.
Dukungan mendekati absolut ditunjukkan terhadap pemberian sanksi terhadap pelaku minum-minuan keras, pengedar atau orang yang memfasilitasi miras, zina, memfasilitasi zina, berjudi dan memfasilitasi perjudian. Terkait dengan indikator- indikator ini, rata-rata sekitar 83,4% orang Langsa memberikan dukungan terhadap pemberian sanksi atas pelanggaran syariat Islam. Ini artinya bahwa sekitar delapan dari sepuluh orang Langsa melaporkan persetujuan mereka atas pemberlakukan hukuman cambuk bagi pelanggar ketentuan syariat Islam. Kontroversi penerapan hukuman cambuk atas pelanggaran tampaknya tidak mendapatkan dukungan empirik di Langsa. Razia terhadap perempuan tidak mengenakan jilbab di tempat umum misalnya, meskipun di media massa acapkali diperdebatkan, berdasarkan temuan penelitian ini mendapatkan dukungan signifikan dari masyarakat.
Diagram 4.1. Perspesi Responden Terhadap Sanksi Hukum Cambuk atas Pelanggaran Syariat Islam
Apabila data ini dikomparasikan dengan temuan tentang survey berskala nasional, maka akan terlihat perbedaan signifikan antara pandangan keagamaan orang Langsa dengan pandangan keagamaan orang Indonesia dalam soal pemberlakukan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Angka-angka di atas jauh melampaui dukungan yang mampu dikumpulkan dalam survey dengan skala nasional. Dalam survey nasional, hanya sebagian dari Muslim Indonesia yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Trend dukungan ini, dalam studi-studi yang dilakukan LSI bahkan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Survey yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa dukungan terhadap hukuman rajam bagi pelaku zina sebesar 55% saat survey tahun 2005, dan secara konstan mengalami penurunan menjadi 48% pada tahun 2006, 43% pada tahun 2007. Sementara di Langsa, sebanyak 82% Muslim mendukung apabila pelaku zina dihukum cambuk. Barangkali secara konseptual orang akan memedakan hukum rajam dengan hukum cambuk. Namun menurut peneliti, secara prinsipil kedua hal tersebut memiliki keserupaan: bahwa keduanya sama-sama memberi ruang kepada
Negara untuk memutuskan sanksi atas pelanggaran batas-batas yang sudah ditetapkan agama.
Peneliti menemukan rumusan indikator yang digunakan LSI memiliki kemiripan sehingga berguna untuk membandingkan sikap orang Langsa dengan sikap Muslim di Indonesia terkait penerapan sanksi oleh Negara terhadap pelanggaran syariat. Perbandingan hasil survey dilakukan LSI tahun 2006 berikut ini dengan studi yang peneliti lakukan di Langsa barangkali cukup membantu menggambarkan dimana posisi sikap Muslim Langsa dalam meresponi model sanksi terhadap pelanggaran syariat Islam.
Tabel 4.2. Perbandingan Temuan Survey LSI dan Survey yang dilakukan di Langsa Berdasarkan Indikator-indikator yang memiliki kesamaan
Indikator % (Data Survey LSI)
Indikator
Duku
(Data Survey LP3EM) Duk
ngan
unga n
Polisi Jilbab 25 Tidak berjilbab dirazia 80 Rajam untuk pelaku zina
82 Polisi muhrim
43 Pelaku zina dicambuk
82 Murtad dibunuh
40 Larangan khalwat
18 Murtad dihukum oleh pemerintah 75 Keterangan : * Responden survey LSI di lakukan 2007 terhadap 1.200 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,8% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Responden dalam survey di Langsa 305 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 5 % pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling.
Meskipun orang Langsa memperlihatkan antusiasme terhadap pelaksanaan syariat Islam, namun hanya sedikit di antara mereka yang mengatakan adanya pengaruh atas pelaksanaan syariat dalam dimensi kehidupan sosial ekonomi. Ini cukup mengherankan. Hanya 33% orang Langsa yang mengatakan penerapan syariat Islam dalam satu dasawarsa terakhir meningkat religiusitas mereka, dan 42% lainnya mengatakan penerapan syariat Islam tidak memiliki pengaruh atas peningkatan religiusitas mereka. Demikian pula, hanya 29% orang Langsa yang berpandangan bahwa penerapan syariat Islam meningkatkan religiusitas orang Langsa, dan 48% lainnya mengatakan sebaliknya. Penerapan syariat Islam dalam pandangan orang Langsa juga tidak memiliki pengaruh atas peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pengurangan angka kriminalitas.
Data ini apabila dibaca bersama informasi lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa ada kesenjangan yang tinggi antara harapan masyarakat tentang syariat Islam dan kondisi yang mereka rasakan pada saat ini. Soal apakah syariat Islam berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat atau sebaliknya merupakan isu yang terus diperdebatkan. Para pendukung implementasi syariat melalui pendekatan kenegaraan memiliki pandangan yang konstan bahwa penerapan syariat Islam berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan. Penolak gagasan pelembagaan syariat Islam cenderung mengatakan sebaliknya. Warga Langsa, setidaknya sebagaimana yang ditemukan dalam penelitian ini sepertinya cenderung pada pandangan yang kedua.
Diagram 4.2. Pandangan Responden tentang Dampak Penerapan Syariat Islam Melalui Pendekatan Kenegaraan
Kenyataan tentang rendahnya pengaruh penerapan syariat Islam terhadap kehidupan sosial ekonomi orang Langsa di satu pihak, dan dukungan yang kuat atas pemberlakuan syariat Islam merupakan penanda adanya ketidak-seimbangan antara ekspektasi dan kenyataan. Masyarakat Langsa berharap pemberlakuan syariat Islam akan menimbulkan dampak positif, tetapi dipihak lain mereka menyaksikan bahwa selama ini penerapan syariat Islam belum mampu melayani harapan tersebut. Pada pembahasan bagian berikut ini, penulis akan memaparkan penilaian masyarakat Langsa Kenyataan tentang rendahnya pengaruh penerapan syariat Islam terhadap kehidupan sosial ekonomi orang Langsa di satu pihak, dan dukungan yang kuat atas pemberlakuan syariat Islam merupakan penanda adanya ketidak-seimbangan antara ekspektasi dan kenyataan. Masyarakat Langsa berharap pemberlakuan syariat Islam akan menimbulkan dampak positif, tetapi dipihak lain mereka menyaksikan bahwa selama ini penerapan syariat Islam belum mampu melayani harapan tersebut. Pada pembahasan bagian berikut ini, penulis akan memaparkan penilaian masyarakat Langsa
4.1.2. Koalisi Religiusitas dengan Penerapan Syariat
Peneliti akan membahas salah satu masalah pokok penelitian ini pada bagian ini, yakni melihat hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap pelaksanaan syariat Islam. Telah dikemukakan di bagian pendahuluan hipotesa bahwa religiusitas seorang Muslim mempengaruhi sikap mereka atas penerapan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Menggunakan ungkapan yang berbeda, semakin religius seseorang, maka cenderung akan semakin positif dukungan mereka atas pelembagaan syariat Islam oleh Negara. Sebaliknya semakin kurang saleh seseorang, maka cenderung semakin menolak pemberlakuan syariat Islam melalui Negara.
Untuk menguji hipotesa tersebut, sebagaimana telah disampaikan pada bagian terdahulu, peneliti menggunakan dua model analisa, pertama analisa statistik melalui Program SPSS, dan kedua melakukan verifikasi dengan uji statistik secara manual. Dibandingkan dengan model yang disebutkan kedua, model yang disebutkan pertama akan lebih banyak digunakan karena selain berdasarkan pertimbangan model ini lebih praktis atau lebih mudah dilakukan, juga karena alasan bahwa uji statistik dengan menggunakan program SPSS memungkinkan peneliti untuk menganalisa data yang tersedia dalam jumlah lebih banyak dari yang mampu dianalisa secara manual.
Untuk melihat korelasi antara indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesalehan atau religiusitas dengan sikap atas penerapan syariat Islam, model korelasi rank-order atau yang biasa disebut Spearman’s Rho Rank-Order Correelation kiranya cukup membantu, karena data yang tersedia berupa data ordinal. Berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun terkait dengan religiusitas dan sikap terhadap penerapan syaraiat Islam terlihat bahwa sebagian besar indikator tersebut tidak berkorelasi. Informasi lebih detail sebagaimana terlihat dalam table berikut ini.
Tabel 4.3. Korelasi Spearman atas Unsur Religiusitas dengan Sikap Penerapan Syariat Islam di Langsa
Ikut Memberi No Wajib
Shalat Membaca
Pengajian Sedekah
.016 .107 2 -.012
1 -.040
.088 .202(**) 3 -.009
.069 .057 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Ket :(1). Tidak shalat Jumat dicambuk, (2) Tidak puasa dicambuk, (3) Mamfasilitasi tidak puasa dicambuk, (4) Tidak berbusana Islami dirazia, (5) Menyebarkan ajaran sesat dihukum cambuk, (6) Negara memberi sanksi kepada yang murtad, (7) Minum miras dihukum cambuk, (8) Mengedarkan miras dicambuk, (9) Zina dicambuk, (10) Memfasilitasi zina dicambuk, (11) Berjudi dicambuk, (12) Memfasilitasi judian dicambuk.
Data di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesalehan tidak memiliki korelasi dengan unsur- unsur yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap penerapan syariat Islam. Shalat wajib tidak memiliki korelasi dengan satu item pun dari unsur-unsur sikap penerapan syariat Islam. Beberapa unsur ibadah sunnah memang memiliki korelasi, seperti membaca al-Qur’an berkorelasi signifikan dengan cambuk bagi orang yang tidak puasa, dan unsur razia bagi yang tidak berbusana Islami. Bersedekah berkorelasi dengan unsur tidak berpuasa dicambuk, tidak berbusana Islami dirazia dan menyebarkan ajaran sesat.
Meskipun dalam beberapa item ditemukan korelasi, namun sebagian besar unsur religiusitas tidak memiliki korelasi dengan unsur sikap penerapan syariat Islam. Hasil ini cukup mengherankan. Karena anggapan yang berkembang luas bahwa semakin saleh seseorang maka cenderung akan semakin setuju dengan penerapan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Namun hasil korelasi dari data-data yang berhasil dikumpulkan dalam studi mengatakan sebaliknya: tidak ada hubungan antara kesalehan dengan sikap terhadap penerapan syariat Islam.
Ini maknanya, bisa saja orang yang setuju dengan pemberlakuan syariat Islam adalah orang-orang yang rendah intensitasnya dalam melakukan ibadah baik wajib maupun sunnah. Tapi juga bisa saja sebaliknya: orang yang tinggi intensitasnya dalam beribadah menolak peberlakuan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Asumsi- asumsi seperti ini memang abasah dikemukakan, karena berdasarkan data ini: tidak ada korelasi antara unsur religiusitas dengan unsur sikap penerapan syariat Islam, Ini maknanya, bisa saja orang yang setuju dengan pemberlakuan syariat Islam adalah orang-orang yang rendah intensitasnya dalam melakukan ibadah baik wajib maupun sunnah. Tapi juga bisa saja sebaliknya: orang yang tinggi intensitasnya dalam beribadah menolak peberlakuan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Asumsi- asumsi seperti ini memang abasah dikemukakan, karena berdasarkan data ini: tidak ada korelasi antara unsur religiusitas dengan unsur sikap penerapan syariat Islam,
Untuk memverifikasi temuan melalui analisa per item ini, kiranya perlu dilakukan uji hipotesis secara manual dengan menggunakan rumus korelasi rank order (spearmen’s rho rank order correlations) sebagai berikut :
rho ρ 1
Keterangan: ρ (rho) : Koefisien korelasi rank order. Angka 1
: Angka 1, yaitu bilangan konstan.
6 : Angka 6, yaitu bilangan konstan.
d : Beda antara 2 pengamatan berpasangan, yaitu selisih nilai variabel religiusitas (X) dengan sikap penerapan syariat Islam (Y).
: Sigma atau jumlah. N 1 : Jumlah individu dalam sampel.
Berdasarkan penghitungan atas unsur-unsur variabel X dan variabel Y (mengenai perhitungan variabel X dan Y ini lihat lampiran), maka didapatkan perhitungan sebagaimana berikut :
6 419004 rho 1
2514024 rho 1
2514024 rho 1
251024 rho 1 2843820
rho 1 0 , 884031 rho 1 0 , 884031
1 Rahmad Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada, 2006), h. 174
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat ditegaskan bahwa pengaruh religiusitas terhadap sikap atas penerapan syarait Islam tidak signifikan. Karena apabila nilai perhitungan di atas disesuaikan dengan koefisien korelasi dari Guilford, maka nilai tersebut lebih dari 0,11. Angka ini menandakan korelasi yang lemah, atau hampir tidak ada korelasi sama-sekali. Uji statistik ini memerlihatkan tidak adanya perbedaan dengan temuan analasis korelasi per item sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menjelaskan temuan ini. Temuan ini sesungguhnya bukan sesuatu yang mengejutkan, sebab dalam kenyataannya tidak sedikit orang-orang yang saleh atau intensif dalam melaksanakan dan intensif dalam melakukan hal-hal yang dalam studi ini dikatakan sebagai unsur religiusitas, pada kenyataannya memiliki sikap yang tegas dalam menolak pemberlakuan syariat melalui pendekatan kenegaraan. Intelektual Muslim seperti Harun Nasution, Abdurrahman Wahid, Amin Rais, Hasyim Muzadi, dan Syafii Ma’arif untuk sekedar menyebutkan beberapa contoh saja, banyak orang yang tidak mempersoalkan religiusitas mereka. Tetapi di pihak lain, para intelektual Muslim tersebut secara tegas dan konstan menolak pemberlakuan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Para intelektual Muslim tersebut setuju dan terus mendorong pemberkauan syariat Islam secara kultural, dan memilih tidak menggunakan pendekatan kenegaraan. Demikian pula, Abdullah Ahmed An-Naim, intelektual Muslim berkebangsaan Sudan yang saat ini menetap di Amerika dalam beberapa tulisannya menegaskan dia merasa tidak terusik keberislaman dan keimanannya karena menolak pemberlakuan syariat Islam.
Namun bisa saja hal ini dikarenakan bias pengukuran atau kesalahan terkait dengan alat ukur yang digunakan. Dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sesuatu secara moral-etik harus dilaksanakan masyarakat Langsa. Shalat wajib, shalat sunah, sedakah, tahlil, dan sejenisnya merupakan hal-hal yang tidak hanya merupakan keharusan agama, tetapi juga merupakan keharusan moral-kultural yang berlaku di masyarakat Langsa. Sehingga, ketika responden diminta untuk melaporkan sejauh mana frekuensi mereka dalam melaksanakan puasa, mereka cenderung melaporkan yang “baik-baik”, meskipun kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya.
Karena dalam pandangan masyarakat, menolak penerapan syariat Islam misalnya, merupakan sesuatu yang menyimpang dari kelaziman, orang cenderung mengaku, dia mendukung penerapan syariat Islam, meskipun sesungguhnya tidak demikian. Bias pengukuran seperti ini dalam tradisi penelitian kuantitatif disebut efek diabolisme, Karena dalam pandangan masyarakat, menolak penerapan syariat Islam misalnya, merupakan sesuatu yang menyimpang dari kelaziman, orang cenderung mengaku, dia mendukung penerapan syariat Islam, meskipun sesungguhnya tidak demikian. Bias pengukuran seperti ini dalam tradisi penelitian kuantitatif disebut efek diabolisme,
Kembali ke masalah hubungan uji statistik hubungan religiusitas dan sikap penerapan syariat Islam. Penelitian ini menemukan bahwa kedua variabel ini tidak berkorelasi satu sama lain. Karena itu, perlu ditelusuri apakah faktor-faktor demografi seperti tinggal di desa, etnisitas, pendapatan, umur, dan tingkat pendidikan mempengaruhi sikap seseorang terkait dengan syaraiat. Hasil analisa faktor sosial demografi dengan unsur penerapan syariat Islam dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Korelasi Pearson’s antara Sikap Penerapan Syariat Islam dengan Unsur Demografi
Pekerjaan Penda-
-.002 .098 Tidak puasa dicambuk
Tidak shalat Jumat dicambuk
-.021 .015 Memfasilitasi tidak puasa dicambuk
-.029 -.029 Tidak berbusana Islami dirazia
-.003 .025 Menyebarkan ajaran sesat dicambuk
.016 -.053 Negara menghukum orang murtad
-.051 .019 Meminum miras dicambuk
-.026 -.020 Mengedarkan miras dicambuk
.020 .005 Zina dicambuk
-.014 .015 Memfasilitasi zina dicambuk
-.006 -.025 Berjudi dicambuk
-.026 -.049 Memfasilitasi judian dicambuk
-.029 -.038 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Data di atas memperlihatkan bahwa unsur-unsur demografi seperti pendidikan, pekerjaan dan latar belakang etnisitas tidak berkorelasi terhadap sikap penerapan syariat Islam. Muslim dengan latar belakang pendidikan yang rendah bisa saja setuju dengan penerapan syariat Islam, tetapi bisa saja bersikap sebaliknya: orang dengan latar pendidikan yang tinggi setuju dengan penerapan syariat Islam. Demikian dalam hal pendapatan. Seseorang dengan pendapatan tinggi bisa saja setuju dengan penerapan syariat Islam, tetapi bisa saja mereka bersikap sebaliknya: menolak penerapan syariat Islam. Temuan ini paralel dengan anggapan yang berkembang secara luas bahwa faktor- Data di atas memperlihatkan bahwa unsur-unsur demografi seperti pendidikan, pekerjaan dan latar belakang etnisitas tidak berkorelasi terhadap sikap penerapan syariat Islam. Muslim dengan latar belakang pendidikan yang rendah bisa saja setuju dengan penerapan syariat Islam, tetapi bisa saja bersikap sebaliknya: orang dengan latar pendidikan yang tinggi setuju dengan penerapan syariat Islam. Demikian dalam hal pendapatan. Seseorang dengan pendapatan tinggi bisa saja setuju dengan penerapan syariat Islam, tetapi bisa saja mereka bersikap sebaliknya: menolak penerapan syariat Islam. Temuan ini paralel dengan anggapan yang berkembang secara luas bahwa faktor-
Menarik dikemukakan di sini bahwa unsur keacehan berkorelasi positif dengan sebagian unsur sikap atas penerapan syariat Islam. Beberapa unsur seperti mencambuk orang yang tidak puasa Ramadan, Negara menghukum orang yang murtad, mengedarkan minum-minuman keras, mencambuk pelaku zina dan memfasilitasi perzinahan, berkorelasi positif dan signifikan terhadap unsur keacehan. Sebaliknya, keacehan tidak berkorelasi dengan unsur-unsur seperti: tidak shalat Jumat dihukum cambuk, tidak puasa Ramadan dicambuk, merazia yang tidak berbusana Islami, meminum minuan keras, berjudi dan unsur memfasilitasi perjudian. Tabel berikut ini memaparkan hasil analisa tersebut.
Ada beberapa cara untuk menjelaskan temuan terkait adanya korelasi antara unsur keacehan dengan sikap penerapan syariat Islam. Paling tidak temuan ini semakin melestarikan ruang terhadap teori yang dikemukakan sebagian sarjana seperti Snouck Hurgronje. Terkait dengan hubungan antara Islam dengan adat tradisi di Aceh, Hurgronye dalam teorinya yang kontroversial mengatakan bahwa hukum Islam ditundukkan oleh adat dan tradisi, bukan sebaliknya. Pandangan Hurgronye ini menimbulkan reaksi keras dari orang Aceh dengan menegaskan bahwa adat dan tradisi Aceh yang sudah dikonversi menjadi Islam, bukan sebaliknya.
Meski studi ini tidak secara langsung menggunakan konsep adat atau tradisi, melainkan menggunakan konsep etnisitas Aceh-Non Aceh, perdebatan antara dua kutub ini terlihat dari analisa korelasi hubungan antara religiusitas dengan faktor etnisitas. Beberapa unsur dalam sikap penerapan syariat Islam memang tidak memiliki korelasi, sebagian berkorelasi terutama untuk unsur-unsur yang berhubungan model hukum Islam khas Aceh. Unsur-unsur yang khas Islam Aceh ini misalnya seperti mencambuk orang yang tidak puasa Ramadan, Negara menghukum orang yang murtad, mengedarkan minum-minuman keras, mencambuk pelaku zina dan memfasilitasi perzinahan; memperlihatkan hubungan yang sifnifikan atau sangat signifikan.
4.1.3. Korelasi Islamisme dan Toleransi dengan Sikap Terhadap Syariat
Agenda gerakan kalangan pendukung ideologi Islamisme yang paling utama, sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, adalah memperjuangkan pelembagaan Islam dalam pengaturan politik kenegaraan. Data yang tersedia dari suvey Agenda gerakan kalangan pendukung ideologi Islamisme yang paling utama, sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, adalah memperjuangkan pelembagaan Islam dalam pengaturan politik kenegaraan. Data yang tersedia dari suvey
Tabel 4.5. Korelasi Spearman antara Unsur Islamisme dengan Unsur Sikap Penerapan Syariat Islam
Haram
Penerap Memilih
Setuju menabu Superio
gerakan
Teroris ng di ritas
bank laki-laki umum
.166(**) .169(**) .016 Tidak puasa dicambuk
Tidak shalat Jumat dicambuk
.122(*) .226(**) .049 Mefasilitasi tidak puasa dicambuk
.120(*) .066 Tidak berbusana Islami dirazia
.339(**) .192(**) .174(**) .246(**) .030 Menyebarkan ajaran sesat
Negara menghukum orang murtad
.147(*) .216(**) .037 Meminum miras dicambuk
.181(**) .074 Mengedarkan miras dicambuk
.134(*) .067 Zina dicambuk
.230(**) .203(**) .153(**) .142(*) .049 Memfasilitasi zina dicambuk
.092 .121(*) Berjudi dicambuk
.124(*) .102 Memfasilitasi judi dicambuk
.110 .090 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Data di atas memperkuat pandangan yang berkembang selama ini bahwa kalangan Islamisme selalu pada posisi yang setuju dengan pemberlakuan syariat Islam melalui hukum positif. Ini bukan temuan yang sama sekali baru karena hanya memperkuat klaim yang telah meluas selama ini. Namun data ini memberikan informasi berharga karena menginformasikan bahwa di kalangan Muslim sendiri memang tersimpan energi untuk menempuh pola-pola kekerasan dan bahkan teror atas nama agama dalam kerangka mewujudkan tujuan-tujuan penerapan syariat Islam melalui politik kenegaraan. Penelitian ini menemukan bahwa pendukung jalan terorisme atas nama agama jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 9%, tetapi namun angka ini tetap merupakan gejala yang memperihatinkan.
Tabel 4.6. Korelasi P Spearmen antara Unsur Toleransi dengan Unsur Penerapan Syariat Islam
Sumbang
an dari
Menerim orang
pembang a asli Aceh
kehadira yang
n gereja murtad Tidak shalat Jumat dicambuk
ngi iman
-.054 -.138(*) .079 Tidak puasa Ramadan dihukum
.069 -.073 .152(**) Memfasilitasi tidak puasa
.010 -.050 .197(**) Tidak berbusana Islami dirazia
.030 -.030 .076 Menyebarkan ajaran sesat
-.003 -.092 .192(**) Meminum miras dicambuk
Negara menghukum orang murtad
.021 -.078 .063 Memfasilitasi Zina
.073 .049 .148(**) Berjudi dihukum cambuk
.042 .017 .066 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Terkecuali unsur-unsur Islamisme, unsur-unsur toleransi sebagian besar juga berpengaruh atas sikap penerapan syariat Islam. Detail informasi tersebut terlihat dalam tabel berikut ini. Artinya bahwa semakin tinggi intoleransi, maka semakin kuat dukungan terhadap penerapan syarait Islam. Data ini memperkuat klaim sarjana seperti Huntington yang mengatakan kalangan Islamis cenderung intoleran. Apabila para pendukung penerapan syariat Islam itu adalah orang-orang yang intoleran dan Islamis, maka hal ini merupakan gejalan sosial yang perlu mendapat perhatian serius. Namun diperlukan studi lebih lanjut mengenai hal ini, dan data yang tersedia tidak cukup spesifik untuk menyajikan analisa yang lebih mendalam terkait hal ini.
4.2. Syariat Islam dan Perilaku Politik Masyrakat Langsa
4.2.1. Popularitas Institusi Penerapan Syariat Islam
Untuk menelusuri lebih mendalam pemahaman orang Langsa terhadap pemberlakuan syariat Islam, responden diminta melaporkan apakah mereka secara umum pernah mengetahui atau mendengar Qanun-qanun yang terkait dengan syariat Islam. Hasil survey memperlihatkan bahwa sebanyak 73% orang Langsa mengakui mengetahui atau setidaknya pernah mendengar adanya Qanun 11/2002 tentang penerapan syariat Islam di Aceh, sebanyak 68% mengetahui atau pernah mendengar
Qanun 12/2003 tentang Larangan Perjudian, sebanyak 71% orang Langsa mengetahui atau pernah mendengar
Qanun 13/2003
tentang
Larangan Minum Minuman Keras, dan sebanyak 68% orang mengahui atau pernah
mendengar adanya Qanun tentang Khalwat. Hasil analisa korelasi memperlihatkan bahwa unsur mengetahui atau mendengar tentang Qanun syariat Islam berkorelasi dengan unsur pendidikan dan pendapatan. Data di bawah ini menunjukkan semakin rendah pengetahuan seseorang semakin rendah tingkat pengetahuan atau pernah mendengar Qanun Syariat Islam. Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bersar kemungkinan untuk mengatahui syariat Islam. Pengetahun tentang Qanun syarait Islam juga berkorelasi dengan pendapatan seseorang. Tetapi, data sosial demografi lainnya, seperti desa-kota, asal kesukuan, pekerjaan dan umur tidak memiliki korelasi dengan pengetahuan tentang syariat Islam.
Tabel 4.7. Hubungan Faktor Sosial Demografi dan Ekonomi dengan Unsur
Mendengar atau Mengetahui Secara Umum Qanun Syariat Islam
Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
.052 -.007 Qanun 12/2003
.043 -.012 Qanun 13/2002
-.014 -.281(**) Qanun 14/2003
-.040 -.316(**) ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Dibandingkan dengan Qanun tentang syariat Islam, orang Langsa lebih banyak yang mengetahui atau pernah mendengar tentang institusi-institusi yang terkait dengan pelaksanaan syariat Islam. Sebanyak 80% orang Langsa mengaku pernah mendengar atau mengatahui nama Dinas Syariat Islam, 71% pernah mengatahui atau mendengar nama Peradilan Syariat, sebanyak 70% mengetahui atau pernah mendengar nama MPU, dan yang paling popular adalah Wilayatul Hisbah karena diketahui keberadaannya oleh
85% orang Langsa. Hal ini barangkali karena lembaga yang disebutkan terakhir ini memiliki tugas yang langsung bersentuhan dengan masyarakat luas.
4.2.2. Tingkat Kepuasan Kondisi Pelaksanaan Syariat Islam
Meskipun dukungan terhadap pelaksanaan syariat Islam di Langsa sangat tinggi, namun masyarakat merasa belum puas terhadap kondisi pelaksanaan syariat Islam saat ini. Sebanyak 62% responden yang diwawancarai mengaku tidak puas dengan kondisi pelaksanaan syariat Islam di Langsa, dan hanya 28% yang mengatakan puas. Berdasarkan analisa korelasi ditemukan bahwa ketidak-puasan terhadap
pelaksanaan syarait Islam di Langsa berkorelasi dengan tingkat pendidikan. Penelitian ini menemukan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung semakin tidak puas dengan kondisi pelaksanaan syariat Islam di Langsa saat ini. Ini sebetulnya bukan sesuatu yang mengajutkan, karena sebagaimana umum diketahui semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka mereka cenderung semakin kritis dalam melihat realitas sosial di sekotarnya.
Analisa data korelasi juga menginformasikan bahwa tidak adanya perbedaan sikap antara orang yang tinggal di kota dengan mereka yang tinggal di desa dalam menilai Analisa data korelasi juga menginformasikan bahwa tidak adanya perbedaan sikap antara orang yang tinggal di kota dengan mereka yang tinggal di desa dalam menilai
Tabel 4.8. Hubungan Kepuasan Kondisi Penegakan Syariat dengan Faktor Sosial Demografi dan Ekonomi
Desa-Kota
Umur
Aceh - Non Aceh Pendidikan Rendah
Umur
Aceh - Non Aceh
- Kepuasan penegakan syariat
Pendidikan Rendah
** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Di samping tingkat kepuasan terhadap kondisi penegakan syariat secara umum, penelitian ini juga menelusuri tingkat kepercayaan orang Langsa terhadap institusi publik yang terkait dengan pelaksanaan syariat Islam di daerah ini. Survey ini menemukan bahwa tingkat kepercayaan terhadap kinerja pemerintah daerah baik ditingkat Langsa sendiri maupun Propinsi Aceh dalam nemegakkan syariat Islam, sangat rendah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan terlihat bahwa rata-rata hanya tiga dari sepuluh orang Langsa yang percaya kesungguhan DPR Aceh, Gubernur dan Wakil Gubernur dalam menegakkan syariat Islam. Hanya 34% orang Langsa yang mengaku percaya kesungguhan DPR Aceh dalam menengakkan syariat Islam, dan 43% lainnya mengatakan kurang percaya. Tingkat kepercayaan
orang Langsa atas kesungguhan Gubernur Irwandi Yusuf dan Wakil Gubernur Muhammad Nazar dalam menegakkan syariat Islam masing-masing hanya 35% dan
36%. Angka ini tentu sangat kontras apabila disandingkan dengan tingkat dukungan masyarakat atas pelaksanaan syariat Islam yang mencapai lebih dari 80%.
Tingkat kepercayaan terhadap kesungguhan pemerintah kota Langsa dalam menegakkan syariat Islam juga tergolong sangat rendah. Kepercayaan atas kesungguhan
institusi publik
di lingkungan pemerintah kota Langsa masing-masing 32% untuk DPR Kota, 37% untuk Walikota dan 41% untuk Wakil Walikota Langsa. Kalau dilihat dari perspektif politik, tingkat kepercayaan yang sebesar ini merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan apabila unsur kepercayaan atas kesungguhan dalam menegakkan syariat Islam ini memiliki korelasi dengan preferensi politik masyarakat.
Diagram 4.8.Tingkat Kepercayaan atas Kesungguhan Institusi-institusi Publik
dalam Memperjuangkan Penegakan Syariat Islam
Pararel dengan penilaian rendahnya atas kesungguhan DPRD, Walikota dan Wakil Walikota dalam menegakkan syariat Islam, orang Langsa juga cenderung tidak mempercayai kesungguhan lembaga-lembaga seperti Dinas Syariat Islam Langsa,
Wilayatul Hisbah, Peradilan Syariat, Ormas Islam dan bahkan Majelis Permusyawaran Ulama Kota Langsa. Namun masyarakat masih percaya atas kesungguhan sekolah atau Perguruan Tinggi dan Dayah dalam menegakkan syariat Islam. Temuan bahwa kepercayaan terhadap Dayah sangat signifikan atau sekitar 78% menandakan bahwa masyarakat lebih menaruh harapan atas lembaga ini dalam menegakkan syariat Islam.
Apabila data ini dianalisa dengan menggunakan model analisa product moment (Person’s r), terungkap bahwa penilaian atas kepercayaan terhadap kesungguhan penegakan syariat ini berkorelasi dengan untuk sosial demografi dan ekonomi. Data di bawah ini memperlihatkan bahwa orang kota cenderung merasa tidak percaya atas kesungguhan Walikota, Dinas Syariat Islam, DPRD Langsa, Majlis Permusyawaratan Ulama dan Ormas Islam. Data ini, sebagaimana temuan-temuan yang telah dikemukakan di atas merupakan kecenderungan umum bahwa kelas menengah terdidik yang mayoritas mereka tinggal di perkotaan cenderung bersikap kritis atas kinerja institusi-institusi publik.
Tabel 4.9. Hubungan Faktor Sosial Demografi dan Ekonomi dengan Kepercayaan
Terhadap Kesungguhan Kinerja Institusi Publik dalam Memperjuangkan Penegakan Syariat
Desa- Kota
Etnis Aceh - Non Aceh
Pendidikan Rendah
Walikota
-.192(**) Wakil walikota
-.204(**) Dinas Syariat Islam
-.271(**) Wilayatul Hisbah
-.257(**) Peradilan syariat
-.222(**) DPRD Langsa
-.251(**) MPU Langsa
-.238(**) Ormas Islam Langsa
-.278(**) Sekolah/Universitas
-.237(**) Dayah/pesantren
-.124(*) DPRA Aceh
-.171(**) Wakil Gubernur
-.178(**) ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Kepercayaan atas kesungguhan intitusi publik di atas juga berkorelasi dengan unsur pendidikan. Data di atas memperlihatkan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung semakin kritis dalam menilai kesungguhan institusi-institusi publik dalam menegakkan syariat Islam. Ada berbagai cara untuk menjelaskan hal ini.
Warga negara yang lebih terdidik cenderung akan lebih mengikuti berbagai informasi di media massa atau peristiwa di sekitarnya dan lebih sadar akan konsekuensi dari kebijakan publik yang memungkinkan mempengaruhi hidup mereka sehari-hari. Mereka hidup dalam lingkungan yang mendorong untuk aktif dalam menyikap perbagai kebijakan negara, termasuk dalam soal penerapan syariat Islam. Hal ini pada gilirannya mengantarkan mereka untuk berpenilaian lebih kritis dibandingkan masyarakat dengan latar-belakang pendidikan lebih rendah dalam melihat kesungguhan institusi publik dalam menegakkan syariat Islam.
Analisa lain yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan rendahnya kepercayaan warga berpendidikan atas kesungguhan institusi publik dalam menegakkan syariat Islam menggambarkan sinisme mereka terhadap institusi-institusi tersebut. Orang yang lebih terdidik tahu bahwa pemerintah tidak dapat bekerja seperti yang mereka janjikan, sehingga mereka cenderung tidak memercayainya. Pada kasus di Langsa, kalangan terdidik tahu bahwa pemerintah misalnya hanya menekankan agar masyarakat mempraktikkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi di pihak lain, pemerintah tidak cukup berhasil menperlihatkan bahwa mereka juga bersungguh- sungguh dalam mempraktikkan syariat Islam. Tingginya korupsi di pemerintahan, dan berbagai kasus penyimpangan moral yang dilakukan sebagian pejabat publik semakin mereduksi tingkat kepercayaan warga terhadap pemerintah dalam menegakkan syariat Islam.
Demikian halnya pendidikan, latar belakang etnisitas memiliki korelasi terhadap unsure kepercayaan atas kesungguhan pemerintah dalam menegakkan syariat Islam. Orang dengan latar belakang etnis Aceh cenderung merasa tidak percaya atas kesungguhan institusi tersebut dalam menegakkan syariat Islam. Temuan ini menarik karena berhasil memecahkan anggapan sebagian orang yang selama ini berkembang bahwa orang Aceh cenderung memiliki komunalisme dan patronese terhadap elite mereka di pemerintahan. Temuan survey ini memperlihatkan bahwa orang Langsa yang beretnis Aceh cenderung bersikap kritis atas kinerja intitusi publik dalam menegakkan syariat Islam.
Dikatakan menarik, karena pimpinan institusi publik seperti DPRD, Walikota, Wakil Walikota ataupun lembaga lembaga di bawahnya yang terkait dengan penegakan syariat Islam di Langsa mayoritas dipegang oleh orang-orang dengan latar belakang etnis Aceh. Sehingga sikap kritis warga Langsa atas pemrintah dalam menegakkan Dikatakan menarik, karena pimpinan institusi publik seperti DPRD, Walikota, Wakil Walikota ataupun lembaga lembaga di bawahnya yang terkait dengan penegakan syariat Islam di Langsa mayoritas dipegang oleh orang-orang dengan latar belakang etnis Aceh. Sehingga sikap kritis warga Langsa atas pemrintah dalam menegakkan
Sentimen negatif juga ditunjukkan warga Langsa saat mereka diminta melaporkan apakah pemerintah daerah akan memperhatikan keluhan mereka terkait masalah penerapan syariat Islam. Sebanyak 21,3% responden yang dimintai pendapat memastikan pemerintah tidak akan memerhatikan keluhan mereka, 28,1% mengatakan pemrintah akan sedikit memperhatikan, dan hanya 7,6% yang mengatakan pemerintah akan cukup memperhatikan. Ini artinya, hanya sekitar tiga dari 40 orang Langsa berpandangan pemerintah akan memberikan perhatian apabila mereka mengeluhkan kondisi penegakan syariat Islam.
Temuan ini meneguhkan kecenderungan yang berkembang di masyarakat akhir- akhir ini bahwa orang Langsa, dan umumnya orang Aceh cenderung menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan pelanggaran syariat ini secara adat, atau di luar mekanisme yang telah disediakan Negara. Pelbagai pemberitaan media massa tentang penyelesaian masalah pelanggaran moral-syariat di beberapa tempat di Aceh yang diselesaikan secara adat mendapatkan dukungan teoritis melalui studi ini. Masyarakat cenderung memilih mengarak orang yang misalnya terbukti melakukan asusila (khalwat yang mengarah ke perbuatan mesum), dibandingkan dengan menyerahkannya ke pihak kepolisian.
4.3. Korelasi Dukungan Penerapan Syariat Terhadap Perilaku Politik di Pileg
DPRD Langsa Tahun 2009
Perilaku politik dalam studi ini dibatasi dengan partisipasi terkait pemberian suara pada Pemilu Legislatif untuk Kursi DPRD Langsa. Ini salah satu aspek perilaku politik yang dikenal dalam tradisi ilmu politik. Pembatasan ini karena studi ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap penerapan syariat Islam dengan preferensi politik warga Langsa dalam Pemilihan Umum, apakah sikap dukungan terhadap syariat Islam mempengaruhi pilihan politik mereka dalam pemilu.
Terkait dengan partai yang dalam pandangan warga dinilai paling serius memperjuangkan syariat Islam, studi ini menemukan bahwa sebanyak 13% warga menyatakan bahwa Partai Keadilan Sejartera (PKS) merupakan partai yang paling serius dalam memperjuangkan penegakan syariat Islam, disusul Partai Demokrat, Partai
Aceh, PPP, dan
Partai Golkar. Tidak sampai separoh responden yang diwawancarai mampu memberikan penilaian tentang partai yang dinilai serius dalam memperjuangkan syariat Islam, dan sebagian lainnya mengatakan memang tidak ada partai politik yang sungguh sungguh dalam memperjuangkan syariat Islam.
Diagram 4.8.Partai Politik Yang Dipilih pada Pemilu 2009 untuk Kursi Anggota
Legislatif Langsa
Memang secara konseptual, sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, mayoritas warga Langsa mengaku akan memilih para kanditat legislatif yang dinilai serius dalam memperjuangkan syariat Islam. Namun ketika pandangan tersebut dikomparasikan dengan pilihan politik mereka, akan terlihat kesenjangan yang sangat signifikan antara ucapan dengan tindakan politik. Hasil penelitian sebagaimana yang dikemukakan dalam diagram berikut ini memperlihatkan pengakuan responden tentang partai politik yang dipilih dalam pemilu Legislatif 2009 lalu, dimana mereka cenderung memilih partai-patrtai sekular dibandingkan dengan partai berasas Islam.
Data di atas memperlihatkan mayoritas responden memilih Partai Demokrat dan Partai Aceh saat pemilu Legislatif 2009 khususnya untuk kursi DPRD Langsa. Perlu diinformasikan, data lapangan ini sedikit berbeda dengan data resmi KPU tentang perolehan suara. Perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, hal ini kemungkinan dikarenakan kuisioner yang dianalisa belum seratus persen dari jumlah kuisioner yang direncanakan, melainkan hanya sekitar 75% kuisioner. Kedua, dilapangan responden sering sulit membedakan antara suara yang diberikan untuk kursi DPD, DPRA dan DPRK. Ketika ditanyakan tentang pilihan tentang partai untuk kursi DPRK Langsa, sebagian responden menginformasikan pilihan mereka untuk kursi DPR, dimana Partai Demokrat memang memenangkan pemilihan. Bagaimanapun data ini cukup membantu menjelaskan perilaku politik warga langsa terkait perilaku politik mereka dalam pemilu.
Tabel 4.10. Analisa r pearson sikap terhadap penegakan syariat dengan Partai
Politik yang dipilih pada Pemilu 2009 untuk kursi DPRD.
Perilaku Politik Berdasarkan Partai yang dipilih
Partai Islam atau non Islam
saat pemilu 2009
(Khusus Pemilu Legislatif
(Khusus Calon untuk
Legislatif Langsa) Tidak shalat Jumat dihukum
2009 DPRD Langsa)
.054 Tidak puasa Ramadan dihukum
.210(**) Membuka warung makan siang hari di Ramadan
.071 Tidak berbusana Islami dirazia
.202(**) Menyebarkan ajaran sesat dihukum cambuk
.175(**) Negara memberi sanksi kepada yang murtad
.139(*) Meminum minumak keras dihukum cambuk
.121(*) Mengedarkan minuman keras dihukum cambuk
.123(*) Hukuman cambuk bagi pelaku Zina
.040 Memfasilitasi khalwat dan pelacuran dikenai sanksi
.136(*) Berjudi dihukum cambuk
.092 Memfasilitasi perjudian dikenai cambuk
.018 ** dan * korelasi adalah signifikan masing-masing pada .01 dan .05
Menarik dicermati bahwa penelitian ini menemukan tidak korelasi antara sikap tentang penerapan syariat Islam dengan perilaku politik saat pemilu 2009 ketika partai politik dipilah antara partai Islam dan partai sekular. Ini bukan temuan yang sama-sekali baru, karena studi-studi tentang perilaku politik dalam pemilu di Indonesia yang dilakukan selama ini pararel dengan temuan ini. Meskipun orang Indonesia mengaku memiliki komitem keagamaan yang tinggi, namun hal tersebut tidak terefleksikan dalam pilihan politik mereka. Demikian pula studi yang ditemukan di Langsa: meskipun orang Langsa mengaku memiliki komitmen keagamaan (religiusitas) yang kuat, namun hal tersebut tidak terfleksikan dalam tindakan politik mereka.
Namun menariknya, ketika ideologi kepartaian tidak diperhitungkan, studi ini menemukan bahwa perilaku politik warga justru berkorelasi dengan sikap penerapan syariat Islam. Ini artinya meneguhkan pandangan sebelumnya bahwa pilihan politik warga tidak didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan syariat, melainkan faktor- faktor lain di luar faktor keagamaan. Peneliti tidak akan mengatakan hal demikian ini sebagai split kepribadian, melainkan merupakan gambaran rasionalitas warga dalam menentukan pilihan politik mereka dalam pemilihan umum.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan atas masalah penelitian dan analisa statistik sebagaimana dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini menyimpulkan sebagaimana berikut :
1. Penelitian ini menemukan tidak adanya korelasi antara unsur religiusitas dengan unsur sikap penerapan syarait Islam. Orang Langsa dapat dikategorikan sebagai religius ketika religiusitas didefinisikan sebagai intensitas melaksanakan ibadah
wajib dan ibadah sunnah. Namun meskipun tergolong religius dan memiliki komitmen keagamaan yang tinggi, ternyata unsur religiusitas tidak mempengaruhi sikap orang Langsa terkait dengan penerapan syariat Islam.
2. Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang berkorelasi dengan sikap penerapan syariat Islam adalah ideologi Islamisme, intoleransi dan unsur etnisitas.
Hampir semua unsur Islamisme berkorelasi positif dan signifikan terhadap sikap penerapan syariat Islam. Semakin setuju seseorang dengan ideologi Islamisme, maka semakin kuat dukungannya terhadap penerapan syariat Islam melalui pendekatan kenegaraan. Beberapa unsur terkait dengan toleransi tidak berkorelasi tetapi sebagian besar berkorelasi signifikan, tetapi sebagian besar unsur tersebut memiliki korelasi yang signifikan. Semakin kuat intoleransi, maka semakin positif dukungan atas penerapan syariat Islam. Adapun terkait dengan demografi, tidak semua unsur yang dirumuskan berkorelasi dengan sikap penerapan syariat Islam, hanya item keacehan yang berkorelasi kuat dan meyakinkan terhadap penerapan syariat Islam. Sementara item seperti pendapatan, pekerjaan, umur, dan desa-kota; tidak memperlihatkan pengaruh.
3. Meskipun religius dan dukungannya terhadap penerapan syariat Islam sangat kuat, penelitian ini menemukan bahwa perilaku politik orang Langsa dalam pemilihan
umum bersifat sekular. Studi ini tidak menemukan korelasi antara religiusitas dan sikap terhadap syariat Islam dengan preferensi politik orang Langsa dalam pemilihan umum. Analisa ini pararel dengan bukti empirik berupa kemenangan Partai Golkar umum bersifat sekular. Studi ini tidak menemukan korelasi antara religiusitas dan sikap terhadap syariat Islam dengan preferensi politik orang Langsa dalam pemilihan umum. Analisa ini pararel dengan bukti empirik berupa kemenangan Partai Golkar
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan sebagaimana disampaikan di atas, maka penelitian ini menyampaikan dua rekomendasi, pertama terkait dengan kebijakan publik, dan kedua terkait dengan perbaikan studi sejenis di masa mendatang.
1. Meskipun dukungan orang Langsa terhadap penerapan syariat Islam sangat kuat, namun mayoritas mereka merasa belum puas atas kondisi penegakan syariat Islam
melalui pendekatan kenegaraan. Mereka negatakan tidak mempercayai kesungguhan institusi publik- pemerintahan dalam menegakkan syariat Islam di Langsa. Orang Langsa juga mengaku belum merasakan pengaruh positif yang signifikan atas pemberlakuan syariat Islam dalam satu dasawarsa terakhir. Karena itu, institusi- institusi publik perlu melakukan kerja keras dan memperbaiki kinerja secara mendasar terkait dengan penegakan syariat Islam.
2. Studi tentang religiusitas dan sikap terhadap penerapan syariat Islam dimungkinkan masih mengandung sejumlah kelemahan. Meskipun studi ini diyakini telah
memberikan sumbangan akademis untuk mengidentifikasi perilaku keagamaan warga Langsa terkait dengan penerapan syariat Islam, studi ini masih mengandung sejumlah kelemahan-kelemahan konseptual, terutama terkait dengan alat ukur yang digunakan dan bagaimana pengukuran itu dilakukan. Ini terjadi karena adanya kesenjangan yang signifikan antara target yang ingin dicapai studi ini dengan kemampuan logistik yang tersedia. Karena itu, agar studi sejenis mendapatkan hasil yang lebih maksimal, diperlukan persiapan yang lebih matang dalam beberapa aspek terutama yang berkaitan dengan ketersediaan logistik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana: 1999)
Ansor, Muhammad, “Politik Pelembagaan Syariat: Strategi dan Argumentasi PPP, PBB dan PKS di Sidang Tahunan MPR 1999-2002”, dalam Jurnal Ulumuna, Volume IX, Edisi 16 Nomor 2 Juli-Desember 2005, h. 313-332
Babbie, Earl R., The Practice of Social Research. (Belmont, California: Wardsworth Publishing Company Inc, 1979).
Biro Pusat Statistik. Kota Langsa dalam Angka Tahun 2009. Langsa: Kerjasama BPS dan Bappeda Kota Langsa.
Bowen, John R., Muslims through Discourse: Relogion and Ritual in Gayo Society, (Princeton: Princeton University Press, 1993)
Djalil, Munawar A., Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh: Menjawab Mitos dan Mengungkap Realitas, artikel dipersiapkan untuk Jurnal Jurisprudensi STAIN Zawiyah Cot Kala, 2010.
Geerzt, Clifford, Santri, Priyai dan Abangan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983) Hefner, Robert W., Civil Islam: Islam dan Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: The Asia Foundation
dan ISAI, 2000) Hurgronje, Snouck, Aceh di Mata Kolonialis, (Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985) Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:, Kencana, 2006) Leege, David C dan Lyman A. Kellstedt, Agama dalam Politik Amerika, penerjemah: Debbide A.
Lubis dan A Zaim Rofiqi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Freedom Institute: 2006) Lewis, Bernard, Krisis Islam: Antara Jihad dan Teror Keji, (Jakarta: PT. Ina Publikatama, 2004 Mujani, Saiful, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia
Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia, 2007) Norris, Pippa dan Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali: Agama dan Politik di Dunia
Dewasa Ini, (Jakarta: Alvabet dan LSI, 2009) Othman, Norani, “Islamisasi dan Demokratisasi di Malaysia dalam Konteks Regional dan Global,
dalam Menggugat Otoritarianisme di Asia Tenggara: Perbandingan dan Pertautan antara Indonesia dan Malaysia, (Jakarta: KPG, 2004)
Rizal, Syamsul, “Perilaku Pacaran Anak Muda Kota Langsa – Aceh: Dalam Bayang-bayang Syariat”, dalam Irwan Abdullah, Ibn Mujib dan M Iqbal Ahnaf, Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM dan Pustaka Pelajar, 2008), h. 377-400
Roth, Dieter, Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode, (Jakarta: LSI, 2008)
Wald, Kenneth D., dan Corwin E. Smidt, “Strategi-strategi Pengukuran dalam Studi Agama dan Politik”, dalam Agama dan Politik di Amarika, David C. Leege dan Lyman A. Kellstedt, penerjemah: Debbide A. Lubis dan A Zaim Rofiqi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Freedom Institute: 2006), h. 43-83.
Zakaria, Fareed, Masa Depen Kebebasan: Penyimpangan Demokrasi di Amerika dan Negara Lain, (Jakarta: PT. Ina Publikatama, 2004)
PROFIL SOSIAL DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN
Kumulatif Valid
Desa Kelurahan
Presentasi
Persentase
Kumulatif Valid
99.7 100.0 Missing System
Nama Kecamatan
Presentasi
Persentase
Kumulatif Valid
Langsa Kota 74 24.2 24.3 24.3 Langsa Timur
41 13.4 13.4 37.7 Langsa Lama
59 19.3 19.3 57.0 Langsa Baro
82 26.8 26.9 83.9 Langsa Barat
Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Presentasi
Persentase
Kumulatif Valid
Istri 90 29.4 29.5 85.9 Anak
43 14.1 14.1 100.0 Total
99.7 100.0 Missing
System
Total
Suku Bangsa
Presentasi
Persentase
Kumulatif Valid
Gayo 7 2.3 2.3 59.0 Jawa
Status responden
Presentasi
Persentase
Kumulatif Valid
99.7 100.0 Missing System
Umur Responden
Presentasi
Persentase
Kumulatif Valid
17 - 19 Tahun 18 5.9 5.9 5.9 20 - 29 Tahun
76 24.8 24.9 30.8 30 - 39 Tahun
97 31.7 31.8 62.6 40 - 49 Tahun
55 18.0 18.0 80.7 50-59 Tahun
40 13.1 13.1 93.8 60-69 Tahun
13 4.2 4.3 98.0 70 Tahun
6 2.0 2.0 100.0 Lebih
99.7 100.0 Missing System
Total
Total
Kumulatif Valid
99.7 100.0 Missing System
Pendidikan terakhir
Presentasi Persentase
Valid Kumulatif Valid
Frekuensi Persentase
Tidak pernah sekolah 7 2.3 2.3 2.3 Tidak tamat SD sederajat
20 6.5 6.6 8.9 Tamat SD sederajat
67 21.9 22.0 30.8 Tidak tamat SLTP sederajat
8 2.6 2.6 33.4 Tamat SLTP sederajat
39 12.7 12.8 46.2 Tidak tamat SLTA sederajat
20 6.5 6.6 52.8 Tamat SLTA sederajat
33.0 33.1 85.9 Mahasiswa/diploma/PT
41 13.4 13.4 99.3 Total
99.7 100.0 Missing System
Pendapatan kotor dalam sebulan
Presentasi
Persentase Kumulatif Valid
Kurang dari 17 5.6 5.6 5.6 200 ribu
200 - 499 ribu 36 11.8 11.8 17.4 500 - 999 ribu
96 31.4 31.5 48.9 1 jt - 1,999 jt
97 31.7 31.8 80.7 2 jt - 2,999 jt
28 9.2 9.2 89.8 3 jt - 3,999
13 4.2 4.3 94.1 juta
4 jt - 5,999 jt 10 3.3 3.3 97.4 6 jt - 10 jt
4 1.3 1.3 98.7 Lebih 10 jt
Missing System
Total
Kegiatan utama / pekarjaan
Frekuen
Presentasi Persentase
Valid Kumulatif Valid
si
Persentase
Petani/buruh tani 44 14.4 14.4 14.4 Nelayan
7 2.3 2.3 16.7 Peternak
.7 17.4 Buruh pabrik/bangunan
12 3.9 3.9 21.3 Pedagang sektor informal
15 4.9 4.9 26.2 Supir angkot/tukang ojek
4 1.3 1.3 27.5 Kerja tidak tetap
25 8.2 8.2 35.7 Pegawai/Karyawan swasta
29 9.5 9.5 45.2 Pedagang warung/took
22 7.2 7.2 52.5 Pedagang besar/grosir dengan sejumlah pegawai
9 2.9 3.0 55.4 Pengacara/Dokter
.3 55.7 PNS Struktural
17 5.6 5.6 61.3 PNS Guru/Dosen
9 2.9 3.0 64.3 Belum bekerja
19 6.2 6.2 70.5 Bukan salah satu di atas
88 28.8 28.9 99.3 TT/TJ
.3 100.0 Total
99.7 100.0 Missing System
Responden bisa membaca
Presentasi Valid Persentase Kumulatif Valid
Missing System
Total
LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA NAMA KECAMATAN
LANGSA BARAT
NO GP. TERPILIH JUMLAH GAMPONG
9 KUOTA GAMPONG
LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA NAMA KECAMATAN
LANGSA BARO
NO GP. TERPILIH JUMLAH GAMPONG
9 KUOTA GAMPONG
LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA NAMA KECAMATAN
LANGSA KOTA
NO GP. TERPILIH JUMLAH GAMPONG
10 KUOTA GAMPONG
LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA NAMA KECAMATAN
LANGSA LAMA
NO GP. TERPILIH JUMLAH GAMPONG
9 KUOTA GAMPONG
LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA LEMBAR ACAK PEMILIHAN GAMPONG DI KOTA LANGSA NAMA KECAMATAN
LANGSA TIMUR
NO GP. TERPILIH JUMLAH GAMPONG
14 KUOTA GAMPONG
STAIN COT KALA LANGSA NOMOR KUESIONER SURVEY RELIGIUSITAS DAN PERILAKU POLITIK MASYARAKAT KOTA LANGSA
I N STRUM EN SURVEI RELI GI U SI TAS D AN PERI LAKU POLI TI K M ASYARAKAT KOTA LAN GSA
SEPTEM BER 2 0 1 0
PERHATIAN UNTUK PEWAWANCARA
1. PAHAMI BETUL SETIAP PERTANYAAN SEBELUM BERTANYA. 2. SILANGLAH JAWABAN DENGAN JELAS. 3. ISI PERTANYAAN TERBUKA DENGAN TULISAN YANG JELAS DAN TERBACA. 4. JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN TIDAK TAHU ATAU TIDAK MAU MENJAWAB KEPADA RESPONDEN.
JAWABAN INI HANYA UNTUK PEWAWANCARA. IA HANYA DIISI SECARA RAHASIA KALAU RESPONDEN MEMANG BETUL-BETUL TIDAK TAHU ATAU BETUL-BETUL TIDAK MAU MENJAWAB.
5. TIDAK PERLU MEMBACAKAN TULISAN YANG ADA DI DALAM TANDA KURUNG, KECUALI JIKA RESPONDEN TIDAK PAHAM ATAU MEMINTA CONTOH.
A. Nom or Kuisioner
B. Gender
1. Laki- laki 2. Per em puan
C. Kat egori Desa/ Kot a
1. Desa 2. Kelur ahan
D. Nam a Gam pong ……………………………………………………… E. Jum lah Dusun di Gam pong Ter pilih
……………………… Dusun
F. Jum lah KK di DusunTer pilih
……………………… KK
G. Nam a Kecam at an ( Lingkar i sesuai t em pat
2. Langsa Tim ur yang didat angi)
1. Langsa Kot a
3. Langsa Lam a
4. Langsa Bar o
5. Langsa Bar at
Kon t r ol Ku e sion e r
Pewawancar a Ar ea Koor dinat or Dat a Ent r i
PAN D UAN UN TUK PEW AW AN CARA:
Assalam u’alaikum , selam at pagi/ siang/ sor e, saya at as nam a STAI N COT KALA LAN GSA sedang m engadakan penelit ian t ent ang Re ligiu sit a s da n Pe r ila k u Polit ik M a sy a r a k a t Kot a La n gsa . Penelit ian ini unt uk
kepent ingan ilm iah dan bahan m asukan bagi pem er int ah dalam m enet apkan kebij akan st r at egis. Yang akan diwawancar ai dalam penelit ian ini adalah war ga negar a yang ber um ur 17 t ahun at au lebih, at au yang t elah m enikah. Yang akan diw awancar ai dipilih secar a acak. Saya m ohon diperkenankan unt uk wawancar a ini. SEM UA JAW ABAN I BU/ BAPAK D I JAM I N KERAH ASI AAN N YA OLEH KAM I .
PERH ATI AN UN TUK PEW AW AN CARA: Ur ut kan nam a anggot a keluar ga yang ber um ur 17 t ahun at au lebih, per em puan ATAU laki- laki, dar i yang paling t ua hingga yang paling m uda. Pem bant u, or ang indekos, dll., yang t idak t er m asuk di dalam Daft ar Kar t u Keluar ga t idak diwawancar ai , kar ena it u t idak dim asukkan dalam daft ar kish gr id di bawah ini.
Pe m ilih a n Re spon de n ( Kish Gr id) da la m Ru m a h Ta n g ga
H . Nam a Responden Ter pilih : I . Hubungan r esponden dengan Kepala Keluar ga ( KK) :
J. Alam at Lengkap :
No Rum ah: K. No. Telpon/ HP Responden : L. Jum lah or ang yang t e r da f t a r di k ish gr id ( hany a anggot a keluar ga yang sudah m epunyai hak pilih, laki-
Nam a Dusun:
laki saj a, a t a u per em puan saj a) : ___________________ M . Jum lah se lu r u h a n gg ot a k e lu a r ga y a n g pu n y a h a k pilih ( laki- laki da n per em puan) : ____________ N . St at us r esponden:
1 . Asli
2 . Pe n gga n t i
O. M u la i W a w a n ca r a Pu k u l : …………………………… W I B
1. Ber apa um ur I bu/ Bapak/ Sdr / I sekar ang? TULI SKAN ( ………TANGGAL ... ... .. BULAN .. .... ... .... TAHUN . .... .. .. 2. TUN JUKKAN KARTU BAN TU A. Mohon diinfor m asikan, I bu/ Bapak / Sdr / I t er m asuk ke dalam suku- bangsa
apa? Misalnya, Suk u Aceh ( dan sub suk u di dalam ny a) , Melayu, Bat ak , Jawa, Minang, dan lainnya.? 1. Aceh
4. Jawa 5. Minangkabau
2. Melayu Tam iang
3. Gayo
8. Cina 9. Lainnya, sebut kan ……
6. Bat ak
7. Melayu
3. TUN JUKKAN KARTU BAN TU B. Mohon diinfor m asikan, diant ar a dua sebut an ber ikut ini, I bu/ Bapak/ Sdr / I lebih suka/ t er biasa ( at au m er asa bangga) m enyebut dir i sebagai bagian kelom pok yang m ana, apakah or ang I ndonesia, at au or ang Aceh?
1. Or ang I ndonesia
2. Or ang Aceh
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
4. TUN JUKKAN KARTU BAN TU C. Apa I bu/ Bapak/ Sdr / I sudah m enikah? 1. Sudah m enikah
2. Sudah ber cer ai
3. Belum m enikah → LAN GSUN G KE N OM OR 8
5. Kalau sudah m enikah, t olong sebut kan ber apa j um lah anak I bu/ Bapak/ Sdr / I ? TULI SKAN ……… ORANG. 6. TUN JUKKAN KARTU BAN TU D . Sudah ber apa lam a I bu/ Bapak/ Sdr / I ber dom isili di Kot a Langsa?
1. Lebih 10 Tahun
2. 5- 9 Tahun
3. 2- 4 Tahun
4. Di bawah 2 Tahun
7. TUN JUKKAN KARTU BAN TU E. Mohon diinfor m asikan, apa agam a yang I bu/ Bapak/ Sdr / I anut ? 1. I slam
2. Kr ist en Pr ot est an
3. Kr ist en Kat olik
4. Budha
5. Hindu
6. Kong Hu Chu
JI KA RESPON D EN N ON - M USLI M , LAN JUTKAN KE PERTAN YAAN N OM O 1 1 7 !
8. TUN JUKKAN KARTU BAN TU F. I zinkan saya m enget ahui, seber apa pent ing agam a bagi kehidupan I bu/ Bapak / Sdr / I ?
1. Sangat pent ing
3. Tidak begit u pent ing 4. Sam a sekali t idak pent ing
2. Agak pent ing
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
TUN JUKKAN KARTU BAN TU G. I zinkan saya m enget ahui seber apa sering I bu/ Bapak/ Sdr / I m elakukan ibadah- ibadah ber ikut ini? Apakah sangat ser ing at au biasa m elakukannya secar a t er at ur , ser ing, j ar ang, at au t idak per nah?
Sa n ga t
Tida k TT/
PERTAN YAAN
se r in g
Se r in g Ja r a n g pe r n a h TJ
9. Salat lim a wakt u
10. Puasa Ram adan
11. Mem baca al- Qur ’an
12. Ber doa sebelum beker j a at au akt ivit as lainnya di luar
ibadah keagam aan 13. Salat ber j am aah ( selain salat Jum ’at bagi laki- laki)
14. Salat sunnah
15. Puasa sunnah
16. Pengaj ian, seper t i m aj lis t aklim , cer am ah agam a
17. Mohon di doakan ulam a/ k yai.
18. I kut t ahlilan
19. Melakukan haul at au selam at an unt uk m engenang wafat nya anggot a keluar ga seper t i or ang t ua,
nenek/ kakek, dan lainnya yang m eninggal dunia 20. Selam at an t uj uh har i bagi anggot a keluar ga yang
m eninggal dunia 21. Ber sedekah dalam bent uk uang, m akanan dan lainny a
22. Ber ziar ah ke kubur an wali at au ulam a/ kyai/ t engku
23. Ber obat ke “ or ang pint ar ” ( dukun) ket ika sakit
24. TUN JUKKAN KARTU BAN TU H . Manakah dar i per nyat aan ber ikut ini yang paling dekat dengan dengan keyakinan I bu/ Bapak/ Sdr / I t ent ang per caya kepada Allah?
1. Saya per caya Allah it u ada, 2. Saya per caya Allah it u ada, 3. Saya per caya Allah it u ada, t idak per nah r agu sedikit pun
t api ser ing r agu 4. Saya t idak per nah per caya keber adan Allah
t et api kadang- kadang r agu
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab 25. TUN JUKKAN KARTU BAN TU I . Al- Qur ’an banyak ber cer it a t ent ang m ukj izat yang dim iliki oleh Nabi
Muham m ad dan j uga nabi- nabi lainnya. Secar a um um , per nyat aan ber ikut ini, m ana yang m endekat i keper cayaan I bu/ Bapak/ Sdr / I t ent ang m ukj izat dalam I slam ?
1. Saya per caya m ukj izat t er j adi seper t i yang 2. Saya per caya m ukj izat dapat dij elaskan dicer it akan al- Qur ’an
m elalui hukum alam .
3. Saya t idak per caya m uj izat .
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
26. TUN JUKKAN KARTU BAN TU J. Bagaim ana penilaian I bu/ Bapak/ Sdr / I t er hadap per nyat aan ber ikut : Hanya or ang yang ber im an kepada Nabi Muham m ad yang akan m asuk sur ga.
1. Past i benar
3. Tidak yakin 4. Mungkin t idak benar
2. Mungkin benar
5. Past i t idak benar
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
27. TUN JUKKAN KARTU BAN TU K. KH USUS D I TAN YAKAN PAD A RESPON D EN PEREM PUAN . I zinkan saya m enget ahui apakah I bu/ Sdr i dalam kehidupan sehar i- har i biasanya m engenakan Jilbab ket ika ber ada di depan um um at au di luar r um ah?
1. I ya m engenakan j ilbab. 2. Mengenakan j ilbab hanya diacar a keagam aan saj a.
3. Tidak m engenakan j ilbab.
88. Tidak t ahu/ t idak j awab
28. TUN JUKKAN KARTU BAN TU L. D I TAN YAKAN KEPAD A RESPON D EN LAKI - LAKI D AN PEREM PUAN .
Diant ar a m odel berbusana ber ikut ini, m anakah yang lebih dekat dengan sikap at au pandangan I bu/ Bapak / Sdr / I t ent ang t at acar a m enut up aur at bagi per em puan ket ika ber ada di depan um um at au di luar r um ah?
1. Mem akai cadar dan ber pakaian yang longar 2. Mem akai j ilbab ukur an panj ang dan pakaian ( m enut up sem ua bagian t ubuh kecuali m at a) .
longar at au t idak ket at . 3. Mem akai j ilbab, dan t idak m asalah kalau 4. Bebas
m odel pakaian yang dipadukan dengan baj u at au celana ket at .
m em ilih
dikehendaki, t idak ada kehar usan ber j ilbab. 88. Tidak t ahu/ t idak j awab
29. TUN JUKKAN KARTU BAN TU M . Or ang m uslim ser ing m em punyai per t im bangan yang ber beda- beda t er kait dengan alasan m elaksanak an shalat lim a wakt u. Diant ar a per nyat aan ber ikut ini, m anakah yang lebih dekat dengan sikap at au pandangan I bu/ Bapak/ Sdr / I t ent ang alasan m elaksanakan shalat ? PI LI H
SALAH SATU SAJA!
1. Shalat m er upakan kebut uhan seor ang m uslim 2. Shalat m er upakan kewaj iban seor ang m uslim 3. Shalat m er upakan ident it as seor ang m uslim
88. Tidak t ahu/ t idak j awab
30. TUN JUKKAN KARTU BAN TU N . Diant ar a per nyat aan ber ikut , m anakah yang paling sesuai unt uk m enggam bar kan dir i at aupun posisi r eligiusit as
I bu/ Bapak/ Sdr / I m er asa t er golong or ang yang sangat r eligius, r eligius, r eligius m oder at , set idaknya r eligius, t idak r eligius?
I bu/ Bapak / Sdr / I : apakah
1. Saya sangat r eligius
3. Saya r eligius m oder at 4. Saya sedikit r eligius
2. Saya r eligius
5. Saya t idak r eligius
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
31. TUN JUKKAN KARTU BAN TU O. I zinkan say a m enget ahui, seber apa pent ing pe la k sa n a a n sy a r ia t
I sla m bagi kehidupan I bu/ Bapak/ Sdr / I ? 1. Sangat pent ing
3. Tidak begit u pent ing 4. Sam a sekali t idak pent ing
2. Agak pent ing
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
TUN JUKKAN KARTU BAN TU P. Apakah sebelum ini I bu/ Bapak/ Sdr / I m enget ahui/ m endengar / m em baca bahwa Pem er int ah Pr opinsi Aceh sudah m ener bit kan Qanun at au Per at ur an Daer ah t ent ang hal - hal ber ikut ini?
PERN YATAAN
Ya
Tida k TT/ TJ
32. Qanun No 11/ 2002 t ent ang pener apan Syar iat I slam di Pr opinsi Aceh
33. Qanun No 12/ 2003 t ent ang lar angan m engonsum si dan m em pr oduksi m inum - m inum an ker as ( kham r )
34. Qanun No 13/ 2003 t ent ang lar angan per j udian dan m em fasilit asi
kegiat an per j udian 35. Qanun No 14/ 2003 t ent ang lar angan ber khalwat bagi pasangan non m ukhr im yang ber lainan j enis kelam in yang belum m enikah
TUN JUKKAN KARTU BAN TU Q. Apakah sebelum ini I bu/ Bapak/ Sdr / I m enget ahui/ m endengar / m em baca bahwa unt uk m enyukseskan pener apan Syar iat I slam di Kot a Langsa, pem er int ah daer ah m em bent uk lem baga- lem baga ber ikut ini?
PERN YATAAN
Ya
Tida k TT/ TJ
36. Dinas Syar iat I slam Kot a Langsa
37. Wilayat ul Hisbah ( Polisi Syar iat ) Kot a Langsa
38. Mem bent uk Mahkam ah Sy ar iah at au Per adilan Syar iah
39. Maj elis Per m usyawar at an Ulam a ( MPU) Kot a Langsa
TUN JUKKAN KARTU BAN TU R. Sej auh m ana I bu/ Bapak/ Sdr / I set uj u dengan ide- ide ber ikut ? Apakah sangat set uj u ( SS) , set uj u( S) , t idak set uj u ( TS) , at au sam a sekali t idak set uj u ( SSTS) ?
PERN YATAAN
SS
TS SSTS TT/ TJ
40. Pem er int ahan I slam , yak ni pem er int ahan yang didasar kan pada al- Qur ’an dan Sunnah di bawah kepem im pinan ulam a
adalah yang t er baik bagi Aceh at au Langsa.
41. Negar a m ewaj ibkan pelaksanaan Syar iat I slam bagi sem ua Muslim dan Muslim ah dan m enet apkan sanksi bagi y ang
m elanggar ket ent uan syar iat I slam . 42. Pem ilihan um um sehar usnya hanya unt uk m em ilih w akil-
wakil r akyat yang m enger t i dan m em per j uangkan t egaknya
Syar iat I slam di Aceh dan at au Kot a Langsa 43. Met ode ger akan at au or ganisasi I slam seper t i Fr ont Pem bela
I slam ( FPI ) unt uk m enegakkan syar iat I slam dalam
pem er int ahan dan m asyar akat sej alan dengan aj ar an I slam 44. Met ode per j uangan ger akan I slam ism e seper t i yang
dilakukan alm . Nor Din M Top, Azhar i dk k., al- Qaidah dan
sej enisnya sesuai dengan aj ar an I slam . 45. Seor ang m uslim / m uslim ah waj ib m em buka r ekening
t abungan diper bankan I slam , at au har am huk um nya
m em iliki r ekening di bank konvensonal. 46. Pada um um nya laki- laki lebih unggul dar ipada per em puan
dalam ber bagai hal
47. Dalam sat u keluar ga ada dua anak, anak laki- laki dan anak per em puan, sem ent ar a kem am puan ekonom i unt uk
m engkuliahkan hanya sat u anak . Dalam kasus seper t i ini, yang har us dik uliahkan adalah anak laki- laki.
48. Jika seor ang per em puan m endapat kan lebih banyak uang dibandingkan suam inya, ham pir dipast ikan t im bul m asalah
dalam keluar ga t er sebut . 49. Kebij akan pem er int ah m em bolehkan per kawinan poligam i
dengan beber apa syar at t elah sesuai dengan aj ar an I slam .
50. Dalam pem bagian har t a w ar is dar i or ang t ua, anak - anak per em puan har us m endapat separ uh dar i bagian anak laki-
laki. 51. Mem bina hubungan per saudar aan dengan or ang yang
ber beda agam a m engur angi im an dan ket akwaan 52. Nilai budaya m asyar akt non I slam t idak boleh
m em pengar uhi budaya m asyar akat Muslim
53. Seor ang m uslim yang baik har us per caya bahwa hanya
I slam lah agam a yang benar , sem ent ar a agam a lain salah 54. Dalam m em bangun m esj id dibenar kan m ener im a
sum bangan dana dan bar ang dar i um at non- m uslim 55. Or ang I slam diper bolehkan m em ber i ucapan selam at
kepada pem eluk agam a lain yang sedang m er ayak an har i
besar agam anya 56. Or ang m uslim diper bolehkan belaj ar di sekolah/ univ er sit as
yang dikelola um at non- Muslim 57. Bisa m em aham i kalau di gam pong t em pat t inggal saya
dibangun ger ej a, apabila m em ang ada sedikit nya 60 or ang
Kr ist en yang t inggal di gam pong ini. 58. Or ang yang ber dar ah asli Aceh ( at au ber et nis Aceh) yang
keluar dar i agam a I slam pant as t idak diakui sebagai or ang
Aceh.
TUN JUKKAN KARTU BAN TU S. Di kalangan m asyar akat banyak diper debat kan beber apa pasal isi Qanun t ent ang pelaksanaan Syar iat I slam di Aceh. Qanun t ent ang pelaksanaan Syar iat I slam sebagaim ana dim aksud ant ar a lain : ( 1 ) Qanun Nom or 11 Tahun 2002 t ent ang Pelaksanaan Syar i’ah I slam bidang’ Aqidah, I badah dan Syiar I slam ; ( 2 ) Qanun Nom or 12 Tahun 2003 t ent ang Lar angan Kham ar dan sej enisnya; ( 3 ) Qanun Nom or
13 Tahun 2003 t ent ang Lar angan Maisir ( Judi) ; ( 4 ) Qanun Nom or 14 Tahun 2003 t ent ang Lar angan Khalwat ( Mesum ) . Saya akan bacakan beber apa isi pasal dari Qanun dim aksud. Apakah isi Qanun t ent ang pelaksanaan
Syar iat I slam yang saya bacakan ini, sudah sangat sesuai ( SS) , cukup sesuai ( CS) , k ur ang sesuai ( KS) at au t idak sesuai sam a sekali ( TSS) dengan keinginan / har apan I bu/ Bapak?
PERN YATAAN
59. Or ang yang t iga kali ber t ur ut - t ur ut t idak m elaksanak an shalat j um ’at t anpa uzur syar ’i dihuk um penj ar a paling lam a
enam bulan at au hukum an cam buk di depan um um paling banyak t iga kali
60. Or ang yang m akan at au m inum di t em pat / di depan um um pada siang har i bulan Ram adhan dihukum penj ar a paling lam a em pat bulan at au hukum an cam buk di depan um um
paling banyak dua kali. 61. Or ang yang m enyediakan fasilit as/ peluang kepada orang
m uslim yang t idak m em punyai uzur syar ’i unt uk t idak ber puasa pada bulan Ram adhan dihukum penj ar a paling lam a sat u t ahun at au denda paling banyak t iga j ut a r upiah
at au hukum an cam buk di depan um um paling banyak enam kali dan dicabut izin usahanya.
62. Or ang yang t idak m engenakan busana I slam i akan dikenai huk um an set elah m elalui pr oses per ingat an dan pem binaan
oleh Wilayat ul Hisbah ( Polisi Syar iat ) . 63. Or ang yang t er bukt i m enyebar kan aj ar an sesat dikenai
huk um an penj ar a paling lam a dua t ahun at au huk um an
cam buk di depan um um paling banyak 12 ( dua belas) kali 64. Pem er int ah ber hak m em ber ikan sanksi t er hadap or ang yang
dengan sengaj a keluar dar i agam a I slam ( m ur t ad) .
65. Or ang yang m inum m inum an ker as ( kham r ) dan yang sej enisnya diancam dengan huk um an 40 ( em pat puluh) kali
cam buk. 66. Or ang at au badan usaha y ang m em pr oduksi/ t ur ut ser t a
m em pr oduksi, m enyediakan, m enj ual, m em asuk kan, m engedar kan, m engangk ut , m enyim pan, m enim bun, m em per dagangkan, m enghadiahkan dan m em pr om osikan m inum an kham ar dan sej enisnya diancam a huk um an
kur ungan paling lam a sat u t ahun, paling singkat t iga bulan dan/ at au denda paling banyak Rp 75.000.000, - ( t uj uh puluh lim a j ut a r upiah) , paling sedikit Rp 25.000.000, - ( dua puluh lim a j ut a r upiah)
67. Khalwat adalah per buat an ber sunyi- sunyi ant ar a dua or ang dewasa at au lebih yang ber lainan j enis kelam in yang bukan
m uhr im at au t anpa ikat an per kawinan. Akt ivit as khalwat biasanya m engar ah pada t er j adinya per buat an m esum .
68. Pem er int ah m elar ang dua or ang dewasa at au lebih y ang ber lainan j enis kelam in yang bukan m uhr im at au t anpa
ikat an per kawinan ber dua- duaan di t em pat sepi 69. Dua or ang dewasa at au lebih yang t er bukt i m elakuk an
khalwat dikenai hukum an cam buk paling t inggi sem bilan sem bilan kali, paling r endah sedikit t iga kali dan/ at au denda paling banyak Rp. 10.000.000, - ( sepuluh j ut a r upiah) ,
paling sedikit Rp. 2.500.000, - ( dua j ut a Lim a r at us inibu r upiah)
70. Or ang at au kelom pok m asyar akat , at au apar at ur pem er int ahan dan badan usaha yang m em ber ikan kem udahan dan/ at au m elindungi or ang m elakuk an khalwat / m esum diancam dengan huk um an kur ungan paling
lam a enam bulan, paling singkat dua bulan dan/ at au denda paling banyak Rp. 15.000.000, - ( Lim a belas j ut a r upiah) , paling sedikit Rp 5.000.000, - ( Lim a j ut a r upiah) .
71. Per j udian adalah kegiat an dan/ at au per buat an yang ber sifat t ar uhan ant ar a dua pihak at au lebih dim ana pihak y ang
m enang m endapat kan bay ar an. 72. Or ang yang t er bukt i m elakukan per j udian, diancam dengan
huk um an cam buk di depan um um paling banyak 12 ( dua
belas) kali dan paling sedikit 6 ( enam ) kali 73. Or ang at au badan hukum at au badan usaha pem er int ah/
non- Pem er int ah yang m enyelenggar akan dan/ at au m em ber ikan fasit it as kepada or ang yang akan m elakukan per buat an m aisir diancam dengan huk um an at au denda
paling banyak Rp. 35.000.000 ( t iga puluh Lim a j ut a r upiah) , paling sedikit Rp 15.000.000 ( Lim a belas j ut a r upiah)
TUN JUKKAN KARTU BAN TU T. Dalam LI M A TAH UN TERAKH I R, apakah I bu/ Bapak/ Sdr / I per nah m elakukan hal- hal ber ikut ini:
Ya , Tida k TT
PERN YATAAN
pe r n a h pe r n a h / TJ
74. M EN GH UBUN GI salah sat u kant or , par t ai polit ik, pem er int ah, polit isi at au pej abat pem er int ah ( baik dit ingkat Gam pong, Kecam at an at au Kot a) , unt uk m em bicar akan m asalah yang m enyangkut upaya/ kesuksesan
penegakan Syar iat I slam di Kot a Langsa at aupun lingkungan dim ana I bu/ Bapak / Sdr / I t inggal.
75. M EN GI KUTI per t em uan/ r apat unt uk m em ecahkan suat u m asalah yang ber kait an dengan penegakan Syar iat I slam di Kot a Langsa at aupun lingkungan di m ana I bu/ Bapak/ Sdr / I t inggal ( baik dit ingkat Gam pong,
Kecam at an at au Kot a/ Pr opinsi) . 76. M EN GORGAN I SASI per t em uan/ r apat unt uk m enyelesaikan suat u
m asalah yang ber kait an dengan penegakan Syar iat I slam di Kot a Langsa
at aupun lingkunan di m ana I bu/ Bapak/ Sdr / I t inggal ( Gam pong/ Dusun) . 77. M EN GI KUTI dem onst r asi at au m enanda- t angani per nyat aan ber sam a
unt uk m enduk ung kesuk sesan penegakan Syar iat I slam di Kot a Langsa
at au pun Aceh um um nya. 78. M EN GORGAN I SI R dem onst r asi at au t er libat akt if sebagai salah sat u
inisiat or per nyat aan ber sam a unt uk m endukung penegakan Syar iat I slam
di Kot a Langsa at au pun Aceh um um nya. 79. M EN EGUR/ M EN ASI H ATI SECARA LAN GSUN G ket ika
m enem ukan/ m elihat seseor ang/ kelom pok yang m elakukan pelanggar an Qanun t ent ang Syar iat I slam , se pe r t i k h a lw a t pa sa n ga n n on - m u h r im ,
se da n g m in u m - m in u m a n k e r a s, se da n g be r j u di, pe r e m pu a n 1 2 88 be r pa k a ia n k e t a t / t ida k be r j ilba b, a t a u pe la n g g a r a n sy a r ia t
la in n y a .
80. M ELAPORKAN KE PI H AK YAN G BERW EN AN G ket ika m enem ukan/ m elihat seseor ang/ kelom pok yang m elakukan pelanggar an Qanun t ent ang Syar iat I slam , se pe r t i k h a lw a t pa sa n ga n n on - m u h r im ,
1 2 88 m in u m - m in u m a n k e r a s, be r j u di, pe r e m pu a n be r pa k a ia n k e t a t / t ida k be r j ilba b, a t a u pe la n gg a r a n sy a r ia t la in n y a .
TUN JUKKAN KARTU BAN TU U. Ber dasar kan per at ur an dan per undang- undangan di Aceh, inst it usi polit ik seper t i Walikot a/ Wakil Walikot a, Dinas Syar iat I slam , Wilayat ul Hisbah, Per adilan Syar iat , DPRDK Langsa, DPRD Aceh, Guber nur / Wakil Guber nur , Maj lis Per t im bangan Ulam a, Or m as I slam , Lem baga Pendidikan I slam For m al, dan Dayah; ber t anggung- j awab at as keber hasilan penegakan syar iat I slam di Kot a Langsa. Apakah
I bu/ Bapak / Sdr / I Sangat Per caya ( SP) , Per caya ( P) , Kur ang Per caya ( KP) , at au Sangat Tidak Per caya ( STP) ; I n st it u si Te r se bu t Be r sun gg u h - Su n gg u h M e n e g a k k a n Sy a r ia t I sla m di Kot a Langsa.?
PERN YATAAN
81. Walikot a
82. Wakil Walikot a
83. Dinas Syar iat I slam Kot a Langsa
84. Wilayat ul Hisbah Kot a Langsa.
85. Per adilan Syar iat Kot a Langsa.
86. DPRK Langsa.
87. Maj elis Per m usyawar at an Ulam a Kot a Langsa.
88. Or m as I slam ( Per t i/ al- Washliah/ Muham m adiyah/ NU/
LDI I / PI I , dll) di Kot a Langsa. 89. Lem baga Pendidikan I slam For m al ( Sekolah, Per gur uan
Tinggi I slam ) di Kot a Langsa.
90. Lem baga Pendidikan I slam Tr adisional ( D a y a h / Pe sa n t r e n )
di Kot a Langsa.
TUN JUKKAN KARTU BAN TU V . Ber dasar kan per at ur an dan per undang- undangan di Aceh, inst it usi polit ik seper t i Guber nur / Wakil Guber nur Aceh ber t anggung - j awab at as keber hasilan penegakan syar iat I slam di Aceh dan Langsa khususnya. Apakah I bu/ Bapak/ Sdr / I Ham pir Selalu Per caya ( HSP) , Kadang - kadang Per caya ( KP) , Sangat Jar ang Per caya ( SPJ) , at au Tidak Per nah Per caya ( TPP) ; I N STI TUSI TERSEBUT BERSUN GGUH -
SUN GGUH M EN EGAKKAN SYARI AT I SLAM ?
91. D PRA Ace h sungguh- sungguh ber usaha m enegakk an Syar iat I slam di Aceh Um um nya.
92. Gu be r n u r Aceh sungguh- sungguh ber usaha m enegakkan Syar iat I slam di Aceh Um um nya.
93. W a k il Gu be r n u r Ace h sungguh- sungguh ber usaha
m enegakkan Syar iat I slam di Aceh Um um nya.
94. TUN JUKKAN KARTU BAN TU W .Apakah I bu/ Bapak/ Sdr / I sudah sangat puas, cuk up puas, k ur ang puas, at au t idak puas sam a sek ali dengan sit u a si pe n e ga k a n sy a r ia t I sla m di Kot a La n gsa sekar ang ini?
1. Sangat puas
3. Kur ang Puas 4. Tidak puas sam a sekali
2. Puas
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
95. TUN JUKKAN KARTU BAN TU
X . Banyak or ang ber beda pandangan t erhadap kabij akan- kebij akan pem er int ah Aceh/ Langsa t er kait dengan penegakan syar iat di Kot a Langsa? Menur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I , apakah pem ber ian sanki oleh pem er int ah ( negar a) kepada yang m elanggar ket ent uan syar iat I slam it u sudah sangat sesuai ( SS) , cuk up sesuai ( CS) , kur ang sesuai ( KS) at au t idak sesuai sam a sekali dengan har apan/ keinginan I bu/ Bapak/ Sdr / I ?
1. Sangat sesuai
3. Kur ang sesuai 4. Tidak sesuai sam a sekali
2. Cuk up sesuai
88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
96. TUN JUKKAN KARTU BAN TU Y. Kalau I bu/ Bapak/ Sdr / I PUN YA KELUH AN TEN TAN G M ASALAH YAN G
BERKAI TAN D EN GAN M EM PERI H ATI N KAN N YA SI TUASI PEN EGAKAN SYARI AT I SLAM di Kot a Langsa, dan m engem ukakan keluhan it u kepada PEGAWAI / PEJABAT PEMERI NTAH DAERAH, apak ah m enur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I pegawai/ pej abat t er sebut akan m em per hat ikan keluhan t er sebut ?
1. Sam a sekali t idak 2. Akan m em per hat ikan, t et api 3. Akan cuk up m em per hat ikan akan m em per hat ikan
t idak banyak
4. Akan banyak m em per hat ikan 88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
97. TUN JUKKAN KARTU BAN TU Z. Kalau I bu/ Bapak/ Sdr / I PUN YA KELUH AN TEN TAN G M ASAAH YAN G
BERKAI TAN D EN GAN M EM PERI H ATI N KAN N YA SI TUASI PEN EGAKAN SYARI AT I SLAM di Kot a Langsa, dan m engem ukakan keluhan it u kepada MAJELI S PERTI MBANGAN ULAMA, PI MPI NAN DAYAH, ATAU ORMAS KEAGAMAAN, apak ah m enur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I pegawai/ pej abat t er sebut akan m em per hat ikan keluhan t er sebut ?
1. Sam a sekali t idak 2. Akan m em per hat ikan, t et api 3. Akan cuk up m em per hat ikan akan m em per hat ikan
t idak banyak
4. Akan banyak m em per hat ikan 88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab 98. TUN JUKKAN KARTU BAN TU AA. Menur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I , SEBERAPA BESAR PEN GARUH kegiat an
dan per at ur an t ent ang penegakan syar iat I slam , t er hadap pe n in g k a t a n r e ligiu sit a s ( a t a u k e t a k w a a n da n k e im a n a n ) I b u / Ba pa k / Sd r / I se ca r a pr iba di sekar ang ini, apakah sangat besar , cukup besar , sedikit at au t idak ada pengar uhnya sam a sekali?
1. Sangat besar
2. Cuk up besar
3. Sedikit
4. Tidak ada pengar uhnya sam a sekalai 88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab 99. TUN JUKKAN KARTU BAN TU AA. Menur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I , SEBERAPA BESAR PEN GARUH kegiat an
dan per at ur an t ent ang penegakan syar iat I slam , t er hadap pe n in g k a t a n r e ligiu sit a s ( a t a u k e t a k w a a n da n k e im a n a n ) M a sy a r a k a t Kot a La n gsa sekar ang ini, apakah sangat besar, cukup besar , sedikit at au t idak ada pengar uhnya sam a sekali?
1. Sangat besar
2. Cuk up besar
3. Sedikit
4. Tidak ada pengar uhnya sam a sekalai 88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab 100. TUN JUKKAN KARTU BAN TU AA. Menur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I , SEBERAPA BESAR PEN GARUH kegiat an
dan per at ur an t ent ang penegakan syar iat
I slam , t er hadap pe n y e le sa ia n
m a sa la h sosia l
k e m a sy a r a k a t a n M a sy a r a k a t Kot a La n gsa sekar ang ini, apakah sangat besar , cukup besar , sedikit at au t idak ada pengar uhny a sam a sekali?
1. Sangat besar
2. Cuk up besar
3. Sedikit
4. Tidak ada pengar uhnya sam a sekalai 88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
101. TUN JUKKAN KARTU BAN TU AA. Menur ut I bu/ Bapak / Sdr / I , SEBERAPA BESAR PEN GARUH
keber hasilan penegakan syar iat I slam , t er hadap pe n in gk a t a n k e se j a h t e r a a n e k on om i m a sy a r a k a t Kot a La n gsa sekar ang ini, apakah sangat besar , cukup besar , sedikit at au t idak ada pengar uhnya sam a sekali?
1. Sangat besar
2. Cuk up besar
3. Sedikit
4. Tidak ada pengar uhnya sam a sekalai 88. Tidak Tahu/ Tidak Jaw ab
102. TUN JUKKAN KARTU BAN TU BB. Diant ar a Par t ai- par t ai polit ik ber ikut ini, par t ai m ana yang m enur ut I bu/ Bapak / Sdr / I PALI N G SUN GGUH - SUN GGUH D ALAM M EM PERJUAN GKAN PEN EGAKAN SYARI AT I SLAM di Kot a Langsa?
8 8 . Tida k Ta h u / Tida k Ja w a b
TUN JUKKAN KARTU BAN TU CC. Dalam sat u t ahun t er akhir , seber apa sering Anda m engikut i berit a- ber it a yang ber kait an dengan m asalah sosial- polit ik, pem er int ahan, m aupun sosial keagam aan m elalui m edia ber ikut ini?
Ja r a n g M ED I A
Se t ia p
3-4 hari
1-2 hari
( t ida k Tida k TT/ T
103. Kor an Har ian
104. Maj alah
107. Mem baca buku keislam an
108. Per cakapan dengan Keluar ga at au t et angga
109. Diskusi/ per cakapan di lingkungan ler j a
110. TUN JUKKAN KARTU BAN TU D D . Dar i beber apa or ganisasi keagam aan ber ikut , Anda lebih suka m engelom pokkan dir i ke dalam or ganisasi m ana?
1. Nahdlat ul Ulam a
3. Al- Washliyah 4. PERTI
2. Muham m adiyah
5. Or ganisasi Agam a Khusus Aceh
6. Lainnya, sebut kan __________
TUN JUKKAN KARTU BAN TU EE. Beber apa or ang m er asa sangat dekat , cukup dekat , k ur ang dekat , at au t idak dekat sam a- sekali dengan or ganisasi keagam aan t er t ent u. Kalau boleh t ahu, seber apa dekat Anda dengan or ganisasi sosial keagam aan ber ikut ini?
ORM AS KEAGAM AAN
Tida k de k a t Tida k
sa m a se k a li jawab
111. Nahdlat ul Ulam a
112. Muham m adiyah
113. Al- Washliyah
115. Or ganisasi Agam a Khusus Aceh
116. TUN JUKKAN KARTU BAN TU FF. Apa I bu/ Bapak/ Sdr / I per nah m enem puh pendidikan agam a di Dayah at au Pesant r en?
1. I ya, lebih dar i 6 t ahun
2. I ya, 3- 6 t ahun
3. I ya, k ur ang dar i 3 t ahun 4. Tidak per nah sam a sekali 88. Tidak Tahu/ t idak j awab
PERTAN YAAN BERI KUT D AN SETERUSN YA D I TUJUKAN KEPAD A SEM UA RESPON D EN ( M USLI M D AN
N ON M USLI M ) . TUN JUKKAN KARTU BAN TU GG. Saya ingin m enget ahui pendapat I bu/ Bapak/ Sdr / I t ent ang keadaan ekonom i r um ah t angga I bu/ Bapak/ Sdr / I dan keadaan ekonom i m asyar akat Kot a Langsa um um nya dalam t iga t ahun t er akhir dibandingkan keadaan sebelum nya, dan j uga k eadaan ekonom i t ahun depan dibandingkan t ahun sekar ang; apakah m enj adi j auh lebih baik ( JLB) , lebih bur uk ( LBK) , t idak ada per ubahan ( TAP) , lebih bur uk ( LBRK) , j auh lebih bur uk ( JLBK) ?
PERN YATAAN
LBRK JLBRK TT/ TJ
117. Bagaim anakah I bu/ Bapak/ Sdr / I m elihat keadaan e k on om i r u m a h t a n gga I bu/ Bapak / Sdr / I t ahun ini
( 2010) dibandingkan t ahun sebelum nya? 118. Bagaim anakah I bu/ Bapak/ Sdr / I m elihat keadaan
e k on om i m a sy a r a k a t Kot a La n gsa I t ahun ini
( 2010) dibandingkan t ahun sebelum nya? 119. Bagaim anakah keadaan ek onom i
1 2 3 4 5 88 se be lu m a da n y a pe n a n d a t a n ga n pe r d a m a ia n
I bu / Ba pa k / Sdr / I t ahun ini dibandingkan
di H e lsin k i? 120. Bagaim anakah keadaan ek onom i m a sy a r a k a t
Kot a Langsa t ahun ini dibandingkan se be lu m 1 2 3 4 5 88 a da n y a pe n a n da t a n ga n pe r da m a ia n di
H e lsin k i?
121. Tolong I bu/ Bapak/ Sdr / I SEBUTKAN SATU M ASALAH PALI N G UTAM A yang har us seger a diselesaikan pem er int ah Kot a Langsa sekar ang ini? _________________________________________________________________________________
122. TUN JUKKAN KARTU BAN TU
H H . Menur ut I bu/ Bapak/ Sdr / I , diant ar a per m asalahan- per m asalahan ber ikut , kir a- kir a apa m asalah ut am a yang ada di Kot a Langsa? PI LI H H AN YA SATU YAN G D I AN GGAP
M ASALAH PALI N G UTAM A!
1. Biaya kesehat an/ obat - obat an m ahal. 2. Biaya sekolah/ pendidikan m ahal. 3. Sar ana/ pr asar ana
( j alan, 4. Menghadir kan invest or unt uk m enanam kan j em bat an, pelabuhan, dan sej enisnya) .
t r anspor t asi
m odal.
5. Peningkat an kesej aht er aan Pegawai Neger i 6. Keam anan, ket er t iban at au per dam aian 7. Pem ber ant asan Kor upsi
8. Penegakan huk um t idak j alan dengan baik 9. Pem im pin t idak ada yang bisa diper caya.
10. Pem ber ant asan j udi, m ir as dan nar koba. 11. Pengadaan j ar ingan list r ik .
12. Pengadaan sar ana air ber sih 13. Mener t ibkan t at acar a ber pakaian agar I slam i 14. Masalah
at au kegiat an yang ( t er ut am a j ilbab dan pakaian ket at ) .
khalwat
m engar ah t er j adinya per buat an m esum . 15. Har ga- har ga kebut uhan pokok m ahal
16. Penganggur an/ lapangan k er j a.
17. Sulit nya m endapat kan pupuk. 18. BBM ( Bahan Bakar Minyak ) m ahal 19. Jur ang sosial ant ar a m iskin dan kaya
20. Kenakalan r em aj a
21. Lainnnya. Tuliskan ……………………………
88. Tidak t ahu/ t idak j awab
123. TUN JUKKAN KARTU BAN TU BB. Jika Pem ilihan Um um Anggot a Legislat if DPRK Kot a Langsa dila k sa n a k a n h a r i in i, par t ai apa yang I bu/ Bapak/ Sdr / I pilih?
8 8 . Tida k Ta h u / Tida k Ja w a b
124. Kalau boleh t ahu, apakah I bu/ Bapak/ Sdr / I m em ilih pada pada pem ilu legislat if 2009? 1. Ya, m em ilih
2. Tidak m em ilih → LAN GSUN G KE N OM OR 1 1 1
125. TUN JUKKAN KARTU BAN TU D D . D I TAN YAKAN BAGI YAN G M EN GGUN AKAN H AK PI LI H . Par t ai apa at au Anggot a Legislat if dar i Par t ai apa yang I bu/ Bapak/ Sdr / I pilih dalam Pem ilu anggot a DPRK Kot a Langsa Apr il 2009?
126. Seandainya pem ilihan langsung Wali Kot a Langsa dila k sa n a k a n pa da h a r i in i, siapa yang akan
I bu/ Bapak / Sdr / I pilih sebagai Walikot a? Sebut kan nam anya : _________ _____________________
127. TUN JUKKAN KARTU BAN TU I I . Seandainya pem ilihan langsung Walikot a Langsa dila k sa n a k a n pa d a
h a r i in i, siapa yang akan I bu/ Bapak/ Sdr / I pilih sebagai Walikot a dar i nam a- nam a ber ikut ? 1. AB Tanj ung
2. Abdullah Gade
3. Anwar Hasan
4. Azm an Usm ar uddin
5. I skandar
6. Jauhar i Am in
7. Muham m ad Zulham
8. Syahyuzar
9. Syaifuddin Razali
10. T Hidayat
11. Tgk. Syeh Muhaj ir
12. Zulkainaini
13. Zulkiflli Zainon 14. Lainnya [ sebut kan nam a! ] ... .... ... .... 88. Tidak t ahu/ r ahasia
UN TUK N O 1 2 8 - 1 5 3 : Saya akan bacakan nam a- nam a di bawah ini, apakah I bu/ Bapak m e n ge n a l n a m a n y a
( per nah m elihat , m em baca, dll.) ? Ka la u m e n ge n a l, apakah I bu/ Bapak su k a at au t ida k dengannya? Apakah I bu/ Bapak k e n a l at au pe r n a h m e n de n ga r nam a-
Apakah I bu/ Bapak su k a at au t ida k ? nam a di baw ah ini at au t idak?
NO N AM A
TI D AK TT/ TJ 128.
AB Tanj ung
1 Langsung ke 115 2
Abdullah Gade
1 → Langsung ke 117
Anwar Hasan
→ 88 Langsung ke 119 133. 1 2
Azm an Usm ar uddin
1 Langsung ke 121
I skandar
→ Langsung ke 123
Jauhar i Am in
1 Langsung ke 125
Muham m ad Zulham
1 Langsung ke 127 2
1 Langsung ke 129
Syaifuddin Razali
1 → Langsung ke 131
T Hidayat
1 → Langsung ke 133
Tgk. Syeh Muhaj ir
1 → Langsung ke 135
→ 88 Langsung ke 137 151. 1 2
Zulkiflli Zainon
1 → Langsung ke 139
154. TUN JUKKAN KARTU BAN TU JJ. Saya ingin m enget ahui pendidikan for m al I bu/ Bapak/ Sdr / I . Apa pendidikan for m al I bu/ Bapak/ Sdr / I ?
1. Tidak per nah sekolah
2. Tidak t am at SD
3. Tam at SD 4. Tidak t am at SMP/ SLTP/ MTs 5. Tam at SMP/ SLTP/ MTs
6. Tidak t am at SMA/ SLTA/ Madr asah Aliyah 7. Tam at SMA/ SLTA/ Madr asah Aliyah
8. Tam at Diplom a/ S1 at au lebih t inggi 155. TUN JUKKAN KARTU BAN TU KK. Apa PEKERJAAN UTAM A I bu/ Bapak/ Sdr / I saat ini?
1. Pet ani/ Bur uh Tani
3. Pet er nak 4. Bur uh pabr ik/ bangunan
2. Nelayan
5. Pedagang kaki lim a/ sekt or 6. Tukang Oj ek/ Supir angkot
infor m al
9. Pedagang di war ung/ t oko 10. Pedagang
7. Ker j a t idak t et ap
8. Pegawai/ kar yawan swast a
( pengacar a, 12. Pegawai Neger i Sipil ( PNS) dengan sej um lah pegawai
besar / grosir 11. Pr ofesional
dokt er , dll)
13. Gur u/ Dosen
14. Belum dapat peker j aan
15. Bukan salah sat u di at as
156. TUN JUKKAN KARTU BAN TU LL. Rat a- r at a dalam sebulan, ber apa r upiah kir a- kir a PEN D APATAN
KOTOR KELUARGA I bu/ Bapak/ Sdr / I ? H I TUN G SEM UA PEN D APATAN KOTOR D ALAM SEBULAN !
1. Di bawah 200 r ibu
3. Lebih 500 r ibu – 999 r ibu 1. 1 j ut a – 1,999 j ut a
2. Lebih 200 r ibu –499 r ibu
3. Lebih 3 j ut a – 3,999 j ut a 4. Lebih 4 j ut a - 5,999 j ut a
2. Lebih 2 j ut a –2,999 j ut a
5. Lebih 6 j ut a – 10 j ut a
12. Lebih dar i 10 j ut a
TERI M A KASI H ATAS W AKTU D AN KESEM PATAN YAN G TELAH I BU/ BAPAK BERI KAN
EV ALUASI PEW AW AN CARA
P. Apakah r esponden bisa m em baca? 1. Ya, bisa m em baca
2. Tidak bisa m em baca
Q. Apakah r esponden ini dicek/ dim onit or m elalui t elpon oleh koor dinat or at au asist ennya? 1. Ya, dim onit or / dicek
2. Tidak dim onit or / dicek
R. Apakah sekit ar r um ah r esponden t er dapat sinyal t elpon selular apa saj a? LI HAT HP ANDA DAN CARI I NFORMASI TENTANG PROVI DER LAI NNYA MELALUI RESPONDEN ATAU WARGA SEKI TAR!
1. Telkom sel
2. Sat elindo
3. Plexi
6. Tidak ada sinyal S. Apakah wawancar a dilakuk an dengan bahasa I ndonesia at au bahasa lain? 1. Bahasa I ndonesia
4. Exel
5. Pr ovider lainnya
2. Bahasa Lainnya
3. Cam pur an bahasa I ndonesia dan bahasa lainnya. T. Apakah ada or ang lain dalam wawancar a t er sebut ? 1. Ya, ada
2. Tidak ada → LAN GSUN G KE POI N T Z
U. Siapakah or ang lain t er sebut ? JAWABAN BI SA LEBI H DARI SATU! 1. Suam i/ I st r i/ anggot a keluar ga lainnya dalam sat u r um ah t inggal 2. Tent angga
3. Apar at Gam pong/ Kadus/ Keplor / RT/ RW dan sej enisnya V. Apakah or ang lain t er sebut ikut cam pur dalam pr oses wawancar a? 1. Ya, ikut cam pur
2. Tidak, ikut cam pur
W. Apakah r esponden t er lihat m au beker j a sam a dengan pewawancar a? 1. Kur ang m au.
2. Cuk up m au
3. Ant usias
X. Secar a um um apakah r esponden kesulit an m em aham i per t anyaan yang diaj uk an ? 1. Mem aham i sem ua
3. Ya, t api kir a- kir a set engahnya per t anyaan
2. Ya, t api sebagian besar
m em aham i 4. Ya, t api kir a- kir a
m em aham i
6. Ya, t api di bawah 10 per sen seper em pat nya
5. Ya, kir a- kir a 10 per sen
m em aham i m em aham i
m em ham i
Y. Menur ut penilaian Anda, seber apa j uj ur r esponden m enj awab per t anyaan Anda? 1. Sangat j uj ur
4. Tidak j uj ur Z. Mohon pewawancar a m engam at i apakah dir um ah r esponden ada list r ik at au t idak ? 1. Ya, ada
2. Juj ur
3. Kur ang j uj ur
2. Tidak ada
AA. Mohon pewawancar a m engam at i, m ana yang paling cocok deng an kondisi r um ah r esponden? 1. Rum ah per m anen
2. Rum ah papan, t api bagus
3. Rum ah papan, seder hana
BB. W a w a n ca r a se le sa i j a m : ……………………………. W I B
PERNYATAAN SURVEYOR
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SAYA TELAH MELAKUKAN WAWANCARA DENGAN JUJUR TERHADAP RESPONDEN TERPILIH SESUAI DENGAN METODOLOGI YANG DITENTUKAN, SERTA INSTRUKSI YANG TELAH DIBERIKAN. SAYA BERTANGGUNG-JAWAB ATAS HASIL WAWANCARA INI, DAN BILA TERJADI KESALAHAN SAYA BERSEDIA MEMPERBAIKI. APABILA BILA TERJADI KECURANGAN/PENIPUAN DALAM WAWANCARA INI, SAYA
BERSEDIA MENERIMA SANKSI DARI TIM PENYELENGGARA KEGIATAN PENELITIAN.
NAMA PEWAWANCARA : _______________________ TANDA TANGAN PEWAWANCARA : HP PEWAWANCARA : _______________________
PERN YATAAN SURV EYOR : LEM BAR KON TROL
" Dengan ini saya m eny at akan bahwa saya t elah m elakukan waw ancar a dengan j uj ur
SURV EI RELI GI USI TAS D AN PERI LAKU
t er hadap r esponden t erpilih sesuai dengan
POLI TI K D I KOTA LAN GSA
m et odologi sur vei, ser t a inst r uksi yang t elah diberikan. Saya ber t anggungj awab at as hasil wawancar a ini dan bila t er j adi kesalahan, saya
SEPTEM BER 2 0 1 0
ber sedia m em per baikinya." Nam a int er viewer :
No. Kuesioner : ... ... .... ...
I bu/ Bapak Yt h.
Tandat angan int er viewer : Ter im akasih at as par t isipasi I bu/ Bapak dalam sur vei ini. Kam i m ohon I bu/ Bapak m enyim pan lem bar an ini. Dalam wakt u dekat ini pet ugas kam i akan m enghubungi I bu/ Bapak kem bali unt uk m em ast ikan bahwa I bu/ Bapak t elah diwawancar ai. Lem bar an ini boleh I bu/ Bapak buang j ika dalam j angka wakt u 2 m inggu set elah
I bu/ Bapak diw awancar i t idak ada
pet ugas kam i yang dat ang. Sem ua dat a yang I bu/ Bapak ber ikan kam i
j am in ker ahasiaannya. Ter im a
kasih at as ker j asam a I bu/ Bapak, sem oga part isipasi I bu/ Bapak akan m em ber i m anfaat bagi upaya kit a ber sam a dalam
SURV EI RELI GI USI TAS D AN PERI LAKU
m endor ong
peningkat an kualit as
POLI TI K D I KOTA LAN GSA
keber agam aan m asyar akat di Kot a Langsa.
SEPTEM BER 2 0 1 0
Nam a & TTD Pewawancar a
LEMBAR KONTROL
NO. KUESIONER : __________________ Nama Responden : __________________
(--------------------------) Nama KK
: __________________ Alamat lengkap
: __________________
Nam a r esponden
Telpon : __________________ ________________________
Nama & TTD Pewawancara
Nam a Kepala Keluar ga :
______________________ __
Le m ba r in i h a r u s t e t a p m e n e m pe l di k u e sion e r