STUDI PERILAKU HARIAN BURUNG BELIBIS BATU (Dendrocygna javanica HORSFIELD, 1821) LIAR DI HABITAT BUATAN.

STUDI PERILAKU HARIAN BURUNG BELIBIS BATU (Dendrocygna javanica
HORSFIELD, 1821) LIAR DI HABITAT BUATAN

Oleh :

Marwan Saputra
4121220008
Program Studi Biologi

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i

iii


STUDI PERILAKU HARIAN BURUNG BELIBIS BATU (Dendrocygna
javanica HORSFIELD, 1821) LIAR DI HABITAT BUATAN

Marwan Saputra (4121220008)
E-mail: marwansiregar118@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui perilaku dominan dan masingmasing persentase tempat perilaku harian burung belibis batu liar (Dendrocygna
javanica) di habitat buatan. Lokasi penelitian ini berada pada kawasan limbah
pabrik kelapa sawit di Desa Bandar Meriah, Bangun Purba, Sumatra Utara, waktu
pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2016. Sampel penelitian terdiri dari
burung belibis batu (Dendrocygna javanica) liar yang berjumlah 20 ekor.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Metode yang dilakukan ialah
pengamatan langsung terhadap perilaku burung belibis batu (Dendrocygna
javanica). Waktu pengamatan dibagi menjadi tiga waktu pengamatan yaitu, pagi
hari (07.00-10.00 W.I.B), siang hari (10.00-14.00 W.I.B), dan sore hari (14.0017.00 W.I.B) dengan total waktu pengamatan 10 jam (600 menit), pendataan
perilaku dilakukan setiap 5 menit sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perilaku harian yang dilakukan burung belibis batu di habitat buatan yaitu, Udara
(terbang), darat (membersihkan diri dan istirahat), perairan (berenang, bermain,

makan, dan istirahat). Perilaku harian yang dominan dilakukan burung belibis
batu yaitu istirahat di perairan sebesar 35%.

Kata Kunci: Perilaku, Burung, Dendrocygna javanica, Habitat Buatan

iv

STUDY OF DAILY ACTIVITIES WILD LESSER WHISTLING DUCK
(Dendrocygna javanica HORSFIELD, 1821)
IN ARTIFICIAL HABITAT

Marwan Saputra (4121220008)
E-mail: marwansiregar118@yahoo.co.id

ABSTRACT
This research aims to determine the behavior of dominant and each
percentage point of daily behavior wild lesser whistling duck (Dendrocygna
javanica) in artificial habitat. Location of the research is in the area of waste palm
oil mill in the village of Bandar Meriah, Bangun Purba, in North Sumatra, and the
research started from February 2016 until June 2016. Sample consisted of wild

lesser whistling duck (Dendrocygna javanica) totaling 20 birds. This research is
descriptive research. The method used is the direct observation of the behavior of
lesser whistling duck (Dendrocygna javanica). Observation time is divided into
thirth time observation, namely, in the morning (7:00 to 10:00 am), afternoon
(10:00 to 14:00 pm) and afternoon (14:00 to 17:00 pm) with a total observation
time of 10 hours (600 minutes), behavioral data collection is done every 5
minutes. The results showed that the daily behavior wild lesser whistling duck in
artificial habitat, namely, Air (fly), land (cleaning up and break), water
(swimming, play, eat, and rest). Daily dominant behavior performed wild lesser
whistling duck break at the water by 35%.

Key word: Behavior, Bird, Dendrocygna javanica, Artificial Habitat

v

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang berjudul “Studi

Perilaku Harian Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica Horsfield, 1821)
Liar di Habitat Buatan”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Juni 2016 di Kawasan Limbah PT. Tales Inti Sawit, Desa Bandar Meriah, Bangun
Purba, Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah memperoleh banyak
kritik, saran, dan motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Drs. Puji Prastowo, M.Si.
selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membantu dari segi material dan
non material terhadap penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si., Bapak Drs. Lazuardi, M.Si dan
Ibu Endang Sulistyarini Gultom, S.Si., M.Si. Apt. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan banyak saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama
masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H.
Hasruddin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Biologi, Ibu Dr. Melva Silitonga, M.S.,
selaku Ketua Program Studi Biologi Non Kependidikan, serta kepada seluruh
Bapak dan Ibu Dosen, beserta para pegawai di Jurusan Biologi yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa ucapan terimakasih untuk keluarga besar penulis yang selalu

memberikan doa dan dukungan baik material maupun non material, yaitu
Ayahanda Mangada Siregar dan Ibunda Ir. Ifrah Hamid, adik Rinaldi Siregar,
Agustian Siregar, dan Annisa Siregar serta seluruh keluarga besar penulis.
Terimakasih juga kepada teman-teman terkasih penulis di Biologi
Nondik A dan B 2012, untuk kebersamaan yang terjalin hingga saat ini, terkhusus
untuk Lamhot Harianto Siagian, Fachrul Rozi Suherman, Azum Rizki HSB,

vi

Hotdiaman Damanik, serta Taufik Akbar Tanjung, yang telah memberi bantuan
dan motivasi kepada penulis. Terimakasih kepada kel. Besar Rahel N. Saragih
yang memberikan tempat tinggal selama penelitian, serta Sahabat/ Rekan
Revolusioner, komunitas SMART dan HMJ Biologi yang terus memotivasi.
Penulis berharap kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini, dan semoga bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aplikasi dalam kehidupan
bermasyarakat.

Medan,


Agustus 2016

Penulis

Marwan Saputra
NIM. 4121220008

vii

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak


iii

Abstract

iv

Kata Pengantar

v

Daftar Isi

vii

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel


x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Ruang Lingkup
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional

1
1
3
3

3
4
4
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)
2.2. Sebaran Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)
2.3. Habitat Belibis Batu (Dendrocygna javanica)
2.4. Populasi dan Status Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)
2.5. Perilaku Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)

6
6
7
8
9
10

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Teknik Analisi Data

12
12
12
12
12
13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi penelitian
4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

15
15

15
15

viii

4.2. Pembahasan

18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

23
23
23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Belibis Batu (Dendrocygna javanica)

7

Gambar 2.2. Peta Sebaran Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)

8

Gambar 2.3. Habitat Liar Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)

9

Gambar 4.1. Peta/ Lokasi P.T.Tales Inti Sawit dan Kolam Limbah Cair
Hasil Produksi Minyak Kelapa Sawit.

15

Gambar 4.2. Rata-rata persentase (%) Data Perilaku / Aktifitas Harian Burung
Belibis Batu (Dendrocygna javanica) Berdasarkan Tempat
Perilaku.
16
Gambar 4.3. Persentase (%) Aktifitas Burung Belibis Batu (Dendrocygna
javanica) Menurut Waktu Pengamatan (Pagi, Siang dan Sore)

17

Gambar 4.4. Persentase Keseluruhan Lokasi (Udara, Darat dan Perairan)
Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica) Melakukan
Aktifitas Harian

18

Gambar 4.5. Perilaku/Aktifitas Burung belibis Batu (Dendrocygna javnica)
Sedang Terbang di Rentang Waktu Pagi Hari.

19

Gambar 4.9. Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanicai) Melakukan
Istirahat

20

Gambar 4.10. Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica) Melakukan
Aktifitas/ Kegiatan Makan/ Menyosor, di Kolam Limbah

21

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Ethogram tingkah laku makan dan kawin unggas

10

Tabel 2. Format Pengamatan Aktifitas Harian Burung Belibis Batu
(Dendrocygna javanica) di Habitat Buatan

14

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Pengamatan Aktifitas (%) Burung Belibis Batu
(Dendrocygna javanica) Pada Pagi Hari
(07.00-10.00 W.I.B)

26

Lampiran 2. Data Pengamatan Aktifitas (%) Burung Belibis Batu
(Dendrocygna javanica) Pada Siang Hari
(10.00-14.00 W.I.B)

27

Lampiran 3. Data Pengamatan Aktifitas (%) Burung Belibis Batu
(Dendrocygna javanica) Pada Sore Hari
(12.00-14.00 W.I.B)

28

Lampiran 9. Data Pengamatan Keseluruhan Aktifitas (%)
Burung Belibis Batu (Dendrocygna javanica)
Berdasarkan Waktu dan Habitat/Lokasi

29

Lampiran 10. Kawasan Habitat Burung Belibis Batu (Dendrocygna
javanica) Melakukan Aktifitas di Perairan

30

Lampiran 11. Kawasan Habitat Burung Belibis Batu (Dendrocygna
javanica) Melakukan Aktifitas di Darat

31

Lampiran 12. Kawasan Habitat Burung Belibis Batu (Dendrocygna
javanica) Melakukan Aktifitas di Udara

32

Lampiran 13. Kegiatan Pengambilan Data Selama Penelitian

33

Lampiran 14. Dokumentasi arahan pembimbing dengan peneliti

34

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki keragaman burung air tertinggi di dunia yaitu berjumlah
184 spesies, dari 833 spesies burung air yang ada di dunia. Menurut Ruskanidar
(2007) Kehadiran burung air ini dijadikan sebagai indikator penting dalam
mengkaji mutu dan produktivitas suatu lahan basah.
Burung memiliki beberapa nilai estetika, ekologi dan ekonomi. Ditinjau dari
segi nilai estetika, burung memiliki keindahan dari corak bulu serta dari segi suara
berupa siulan yang dikeluarkan burung tersebut. Ditinjau dari nilai ekologi yaitu
salah satunya pemanfaatan burung untuk membasmi hama di pertanian. Ditinjau
dari aspek ekonomi, burung tersebut berfungsi sebagai sumber mata pencaharian
penduduk, yaitu salah satu diantaranya pemanfaatan burung sebagai sumber
makanan dan sebagai peliharaan. Hal ini tentu saja mempunyai dampak penting
yaitu, berkurangnya jumlah burung yang mengakibatkan keberadaan dari burung
tersebut terancam punah.
Diantara berbagai jenis burung air, salah satu yang menarik adalah burung
belibis. Burung belibis di Indonesia mempunyai nilai ekonomi yaitu kegunaan
dagingnya untuk dikonsumsi. Kompas (2015) melaporkan bahwa perburuan
burung belibis di daerah pedalaman Mahakam, Kalimantan Timur kerap terjadi.
Hal ini disebabkan karena permintaan dagingnya dari pedagang yang tinggi.
Dampak langsung dari terancamnya kelestarian burung belibis ini akan dirasakan
masyarakat Mahakam, Kalimantan Timur, mengingat burung tersebut berfungsi
sebagai motor produktifitas danau Mahakam dengan menyebarkan biji-biji rumput
serta berkontribusi memberikan nutrisi (kotoran) terhadap ikan. Indonesia terdapat
dua jenis burung belibis, yaitu burung belibis batu (Dendrocygna javanica) dan
burung belibis kembang (Dendrocygna acurata). Burung belibis tergolong dalam
burung air karena hidup burung ini berada di rawa-rawa, daerah pantai, ataupun
kolam dan danau. Pola sebaran burung belibis hampir meliputi seluruh daerah asia
tenggara, cina selatan hingga ke india.

1

2

Burung belibis batu (Dendrocygna javanica) merupakan jenis burung air
yang hidup secara liar. Karena bentuknya yang menyerupai itik, burung belibis
batu dikenal juga sebagai itik liar. Burung belibis batu mempunyai kaki yang
berselaput, hal ini membuat burung tersebut dapat bergerak cepat di perairan.
Burung belibis batu membuat sarang di rawa rawa atau di semak yang tinggi, hal
ini guna menghindari dari predator pemangsanya. Di beberapa daerah di Indonesia
burung belibis batu dijadikan menu utama hidangan makanan, hal ini dikarenakan
dagingnya yang lembut dan gurih.
Dalam katagori IUCN (International Union for Consevation of Nature),
burung belibis batu digolongkan kedalam golongan least concern atau dengan
kata lain burung belibis batu tidak berada dalam ambang batas kepunahan. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak kepunahan suatu spesies
ialah dengan cara konservasi. Menurut Peraturan Menteri kehutanan Republik
Indonesia tahun 2012 konservasi adalah langkah langkah pengelolaan tumbuhan
dan atau satwa liar yang diambil secara bijaksana dalam rangka memenuhi
kebutuhan generasi saat ini dan generasi mendatang.
Konservasi terbagi menjadi 2 yaitu konservasi ex-situ dan konservasi insitu. Konservasi ex-situ merupakan konservasi yang dilakukan diluar habitat alami
spesies tersebut dimana spesies tersebut diambil, dan dipelihara pada suatu tempat
tertentu yang dijaga keamanan dan kesesuaiannya. Sedangkan konservasi in-situ
merupakan konservasi yang dilakukan didalam habitat alami spesies tersebut.
Perilaku burung belibis batu akan sangat berbeda di tiap lingkungan tempat
dia tinggal, hal ini dikarenakan pola adaptasi yang dilakukan oleh burung tersebut.
Pentingnya mempelajari perilaku dalam upaya konservasi in-situ maupun ex-situ
yaitu berguna untuk mengetahui perilaku dari hewan tersebut sebagai data dasar
acuan bahwa adaptasi hewan tersebut sangat tergantung dari habitat mereka
tinggal dan hidup. Begitu pula dengan habitat alami dengan habitat buatan.
Habitat alami adalah suatu lingkungan yang terjadi secara alami tanpa campur
tangan manusia, sedangkan habitat buatan merupakan suatu habitat yang terjadi

3

dengan campur tangan manusia salah satu contohnya ialah kawasan pembuangan
limbah pabrik kelapa sawit.
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian atau studi tentang
perilaku burung belibis batu (Dendrocygna javanica) di habitat buatan seperti
kawasan limbah PT. Tales Inti Sawit.

1.2. Ruang Lingkup
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas adapun ruang lingkup dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Burung belibis batu (Dendrocygna javanica) jenis burung yang tergolong least
concern dalam konservasi.
2. Belibis batu (Dendrocygna javanica) adalah jenis burung yang banyak
melakukan perilaku disekitar perairan.
3. Belibis batu (Dendrocygna javanica) jenis burung yang sulit dibiakkan karena
sifat liarnya.
4. Perilaku belibis batu sangat spesifik tergantung pada habitat tempat hidupnya.

1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, supaya masalah tidak terlalu
meluas, dalam penelitian ini, masalah dibatasi:
1. Jenis burung yang diamati adalah burung belibis batu (Dendrocygna javanica).
2. Habitat yang diamati adalah di habitat buatan.
3. Aspek yang diamati adalah perilaku burung belibis batu (Dendrocygna
javanica).

1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah didalam penelitian yang akan dilakukan meliputi:
1. Perilaku harian apa saja yang dilakukan oleh burung belibis batu di habitat
buatan?
2. Perilaku harian apakah yang paling dominan dilakukan oleh burung belibis
batu (Dendrocygna javanica) di habitat buatan?

4

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, adapun tujuan
penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui:
1. Perilaku harian yang dilakukan oleh burung belibis batu di habitat buatan.
2. Perilaku harian yang paling dominan dilakukan oleh burung belibis batu
(Dendrocygna javanica) di habitat buatan.

1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah:
1. Sebagai dasar ilmu pengetahuan.
2. Sebagai bekal dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan tentang
pola perilaku burung belibis batu (Dendrocygna javanica).
3. Sebagai bekal dasar bagi peneliti dalam mendalami ilmu ekologi dan etologi
sebagai calon ilmuan biologi.
4. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang burung belibis batu
(Dendrocygna javanica) dan juga sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi
yang bergerak di bidang konservasi.
5. Sebagai informasi pendukung bagi peneliti lain yang berhubungan dengan
peneliti.

1.7. Definisi Operasional
Berdasarkan latar belakang dari penelitian yang akan dilaksanakan Untuk
menghindari perbedaan persepsi berikut ini merupakan beberapa istilah yang
digunakan, yaitu:
1.

Perilaku adalah tindakan atau aksi yang yang berupa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh hewan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

2.

Habitat buatan merupakan tempat ataupun lingkungan yang terjadi tidak
secara alami atau berupa kolam kolam penampungan.

3.

Perilaku harian adalah merupakan tindakan atau berupa aksi selama satu hari
(jam 07.00 WIB sampai 17.00 WIB).

5

4.

Makan adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara memasukkan paruh
kedalam air dan menangkap pakan yang ada di daratan (menyosor).

5.

Terbang adalah aktifitas yang dilakukan dengan cara mengepakkan sayap
sampai burung tersebut mengudara.

6.

Berenang adalah aktifitas yang dilakukan ketika burung tersebut berada di air
untuk berpindah tempat.

7.

Kawin adalah interaksi yang dilakukan sepasang burung belibis dengan cara
sang jantan menindih betina dari atas dan dilakukan di daratan.

8.

Membersihkan diri adalah aktifitas yang dilakukan dengan cara menelisik
bulu, dan mengibaskan bulu.

9.

Fighting merupakan interaksi yang dilakukan untuk mempertahankan
wilayah, kelompok ataupun pakan

10. Istirahat adalah aktifitas perilaku diam, atau mendekam.
11. Bermain merupakan perilaku burung saling berkejaran satu sama lain,
aktifitas ini dilakukan di darat dan di air.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.

Perilaku harian yang dilakukan oleh burung belibis batu di habitat buatan
yaitu Udara (terbang), Darat (membersihkan diri dan istirahat) dan perairan
(berenang, bermain, makan, dan istirahat).

2.

Perilaku harian burung belibis batu (Dendrocygna javanica) yang paling
dominan adalah perilaku istirahat di perairan sebesar 35%.

5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan dari penelitian yang telah dilakukan ialah
perlu dilakukannya metode sampling lainnya, yaitu; Focal Animal Sampling untuk
mengetahui perbandingan ataupun berupa tambahan data untuk parameter suara.
Dan untuk penelitian lanjutan penting untuk dilakukan penelitian/ studi perilaku di
tempat penangkaran dan habitat liar alami untuk mengetahui adanya perbandingan
setiap perilaku burung belibis batu (Dendrocygna javanica) dan studi daerah
jelajah burung belibis batu guna mengetahui cangkupan daerah jelajah dari burung
belibis batu tersebut.

23

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S., (2002), Pengelolaan Satwa Liar. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan, Bogor.
Appleby MC, Mench JA, Hughes BO., (2004), Poultry Behaviour and Welfare.
Center of Agriculture Bioscientific (CAB) Publishing. London.
Elfida, S., (2005), Pengaruh Perbedaan Lokasi Mencari Makan Terhadap
Keragaman Mangsa Tiga Jenis Kuntul di Cagar Alam Pulau Dua Serang:
Casmerodius albus, Egretta garzetta, Bubulcus ibis., Makara Sains 9(1): 712.
Elfida, S., Junardi., (2006), Keragaman Burung Air di Kawasan Hutan Mangrove
Peniti, Kabupaten Pontianak, Biodiversitas 7(1): 63-68.
Ewing SA, Lay DC, Von-Borell E., (1995), Farm Animal Well Being: Stress
Physiology, Animal Behaviour and Environmental Design. Practice Hall
New Jersey.
MacKinon, J., (1993), Burung-Burung di Jawa dan Bali, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Orzech K., (2005), Sample ethogram. http://tolweb.org/online contributors [17
November 2015].
Putra, Andhika, Watiniasih, dan Nuyana., (2014), Perilaku Harian Burung Jalak
Bali (leucopsar rothschildi) Periode Breeding Pada Relung Yang Berbeda di
Bali Bird Park, Gianyar, Bali. Jurnal Biologi 18(1).
Ruskhanidar, dan Hambal, M., (2007), Kajian Tentang Keanekaragaman Spesies
Burung di Hutan Mangrove Aceh Besar Pasca Tsunami 2004, Jurnal
Kediaman Hewan 1(2): 76-83.
Saerang JLP. 2010. Kajian biologis maleo (Marcocephalon maleo) yang
dipelihara secara ex-situ. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Suryana., dan Yasin, M., (2013), Studi Tingkah Laku Pada Itik Aabio (Anas
platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Selatan.
Takandjandji, Kayat dan Njurumana., (2010), Perilaku Burung Bayan Sumba
(eclectus roratus cornelia bonaparte) di Penangkaran Hambala, Sumba
24

Timur, Nusa Tenggara Timur. Jurnal penelitian hutan dan konservasi alam.
(7)4.
Takandjandji, dan Mite, M., (2008), Perilaku Burung Beo Alor di Penangkaran
Olisonbai, Nusa Tenggara Timur. Buletin Plasma Nutfah. 14(1).
Thohari, M., (1987), Gejala Inbreeding dalam Penangkaran Satwa Liar. Media
Konservasi. 1(4).
Warsono IU., (2009), Sifat biologis dan karakteristik karkas dan daging bandikut
(Echymipera kalubu). [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Wiens, J. A., (1989), The Ecology of Birds Communities (Volume 2, Processes
and Variations). Cambridge University Press, Cambridge.

25