TATA CARA PELAKSANAAN TRADISI MAROSOK DALAM PROSES JUAL BELI HEWAN TERNAK OLEH MASYARAKAT MINANGKABAU DI MUARO PANEH KECAMATAN BUKIT SUNDI KABUPATEN SOLOK.
Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses Jual Beli
Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
ISMAIL EDFAR
NIM : 3133122021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
ABSTRAK
Ismail Edfar. NIM. 3133122021. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok
dalam Proses Jual Beli Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di
Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pelaksanaan dari tradisi Marosok
pada Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok, serta pandangan dan sejarah tradisi Marosok pada masyarakat
Muaro Paneh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat
deskriptif dengan tujuan untuk dapat memahami dan mengetahui suatu kegiatan
atau tradisi secara tepat sehingga mendapatkan data yang akurat. Penelitian
kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi
wawancara, dokumentasi dan study kepustakaan. Penelitian ini memakai subjek
dan objek penelitian sebagai pengganti sampel dan populasi. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa tradisi Marosok merupakan tradisi jual beli hewan ternak
seperti sapi, kambing atau kerbau yang dilakukan menggunakan komunikasi non
verbal dalam arti bahwa menggunakan simbol-simbol tangan dengan aturan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Tata cara dan proses pelaksanaan tradisi Marosok
itu sendiri pada masyarakat minangkabau khususnya di Muaro Paneh adalah
bahwa telunjuk merupakan induk atau pusat dari transaksi ini, dimana telunjuk
dapat bernilai 1 juta atau 10 juta sesuai perkiraan harga yang dilakukan sebelum
melakukan transaksi. Setelah itu dalam menambah atau mengurang harga dapat
dilakukan dengan aturan, bahwa memutar jari berarti mengurang harga dan ketika
hanya memegang jari berarti tidak mengurang harga. Tradisi Marosok hanya
dilakukan di daerah Sumatera Barat, salah satunya adalah di pasar ternak Muaro
Paneh dan tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan tidak diketahui secara
pasti kapan tradisi ini mulai digunakan. Tradisi ini tetap dipertahankan sampai
sekarang disamping mengandung nilai budaya dan ekonomi, juga terdapat sikap
hidup bertoleransi dan saling memberi antar sesama walaupun ada persaingan
diantara mereka dan tradisi ini diwariskan secara turun-temurun kepada anak
ataupun orang yang ingin belajar tradisi Marosok ini. Kesadaran masyarakat akan
hal itu membuat tradisi ini tetap ada sampai sekarang tanpa dipengaruhi oleh
zaman.
Kata Kunci: Marosok, tata cara, simbol
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah
memberika kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta kekuatan untuk
menyelesaikanskripsi : Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses Jual
Beli Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh Kecamatan
Bukit Sundi Kabupaten Solok
Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung, terutuama dan teristimewa
dipersembahkan kepada kedua orang tua, Edi Musri dan Ibunda Farida yang
senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak hentihentinya kepada penulis. Selanjutnya maka penulis dalam hal ini mengucapkan
terimakasih dan kerendahan hati kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan beserta jajarannya.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta
jajarannya.
3. Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi
4. Ibu Supsiloani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan
arahan serta masukan yang sangat berarti hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos., MSP selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Penguji I, bapak Drs.Payerli Pasaribu, M.Si sebagai penguji II,
ii
serta bapak Dr. Erond L. Damanik, M.Si sebagai penguji III. Serta ucapan
terimakasih juga kepada seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi
UNIMED.
6. Kepada kakak dan adik yang selalu memberikan dukungan agar cepat
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Bapak Camat Bukit Sundi, Bapak Wali Nagari Muaro Paneh beserta staf
yang telah memberi izin penelitian dan data yang dibutuhkan penulis
untuk menyelesaikan skripsi..
8. Seluruh Informan,, pak Zulkifli, Sayuti, Muhammad Nur,serta informan
lainnya yang telah memberi kebanyak informasi yang menyangkut
penelitian penulis
9. Sahabat-sahabat penulis Elvi Rahmi, afdhal dan Vero Kurniawan yang
telah menemani, memberi semangat, membantu penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini dan insyaAllah pertemanan ini tetap berlanjut
seterusnya.
10. Teman-teman penulis Sovian, siddik ilham, ridho, endi dan lainnya yang
selalu memberi motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis, juga
untuk seluruh kakak dan abang stambu, 2009, 2011,2010, 2011, 2012,
penulis ucapkan terimakasih
11. Kakanda Ayu Febryani, M.Si selaku pegawai di Prodi Antropologi, terima
kasih atas segala bantuan kepada penulis.
Kiranya semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa membalas
segala kebaikan yang telah diberikan dan semoga segala kerja keras dalam
iii
penyelesaian skripsi ini kelak dapat memberikan hasil yang bermanfaat
bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam penulisan skripsi ini olehkarenanya segala kritik dan saran yang
membangun, akan penulis terima sebagai perbaikan yang positif. Semoga
Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin ya Rabbal’alamin.
Medan,
Penulis
April 2017
Ismail Edfar
NIM. 3133122021
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................... 5
1.4 Perumusan Masalah ....................................................................... 6
1.5 Tujuan penelitian ........................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 8
2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 10
2.2.1 Teori interaksionalisme simbolik...............................................10
2.3 Kerangka Konseptual ....................................................................... 14
2.3.1 Tata Cara atau Prosedur .............................................................. 14
2.3.2 Tradisi Marosok ......................................................................... 15
2.3.3 Jual Beli ..................................................................................... 17
2.3.4 Masyarakat Minangkabau.................................................................19
2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................... 22
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 23
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................... 23
3.3 Penentuan Informan ...................................................................... 24
3.4 Teknik Pengumpulan data ............................................................. 25
3.5 Teknik Analisa Data ...................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................29
4.1.1 Letak dan kondisi Geografis.................................................29
4.1.2 Kondisi Nagari.....................................................................30
4.1.3 Kondisi Geografi...................................................................31
4.1.4 Kondisi Demografi...............................................................33
4.1.5 Pendidikan............................................................................34
4.1.6 Mata Pencarian Masyarakat..................................................35
4.2 Hasil Penelitian.................................................................................35
4.2.1 Tradisi Marosok........................................................................35
4.2.2 Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok...................................40
4.2.3 Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Marosok.................53
4.3 Pembahasan......................................................................................55
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................61
5.2 Saran.................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah dan luas Daerah Nagari MuaroPaneh Tahun 2010..................32
Tabel 2. Jumlah Penduduk Per Jorong Tahun 2016.......................................... 33
Tabel 3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Usia..................................................34
Tabel 4 mata pencaharian masyarakat..........................................................35
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir. .......................................................................... 22
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup
tanpa bantuan manusia lain dan selalu membutuhkan bantuan orang lain agar
dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tersebut, muncul berbagai macam bentuk interaksi dan
kegiatan dalam kehidupan manusia agar dapat bertahan hidup. Salah satu kegiatan
yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yaitu interaksi jual
beli. Jual beli merupakan hubungan yang telah lama berlaku dalam kehidupan
manusia, pada zaman dahulu manusia melakukan sistem barter dalam proses jual
beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.
Pada dasarnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia selalu
berusaha mendapatkan sesuatu sesuai kebutuhannya, bahkan lebih dari itu ada
manusia menginginkan sesuatu yang lebih dari kebutuhannya dan tidak
berdasarkan kebutuhan yang digunakan untuk bertahan hidup, melainkan hanya
sebatas keinginan dan nafsu. Salah satu cara manusia dalam memperoleh
kebutuhan dan keinginannya adalah dengan melakukan kegiatan jual beli, seorang
pembeli atau penjual misalnya berusaha menemukan harga serendah dan setinggi
mungkin baik itu dengan melakukan transaksi antara penjual dan pembeli. Hal ini
tentu secara tidak langsung menimbulkan persaingan antar sesama penjual demi
1
2
mendapatkan seorang pembeli. Banyak usaha yang dilakukan untuk menarik
perhatian pembeli oleh penjual, seperti memberikan potongan harga yang lebih
murah dari penjual lainnya ataupun memberikan bonus kepada pembeli
Jual beli adalah salah satu kegiatan yang selalu dapat kita temui dalam
kehidupan manusia, terlebih lagi di era modern dan zaman globalisasi seperti saat
ini, dimana pemanfaatan alat –alat yang canggih maupun media seperti internet,
telepon genggam, dan iklan di berbagai tempat marak dilakukan untuk
mempromosikan berbagai macam barang yang ingin kita jual. Tranksasi yang
dilakukan antara penjual dan pembeli biasanya dengan tawar menawar harga
barang kita inginkan dan menggunakan media komunikasi yang dapat dimengerti
oleh keduanya, namun di wilayah Sumatera Barat terdapat sebuah tradisi yang
unik dan menarik.
Tradisi ini dilakukan dalam proses transaksi jual beli, seperti yang kita
lihat di pasar-pasar, yang membuat tradisi ini menjadi unik adalah cara
pelaksanaan nya. Biasanya komunikasi dalam sebuah proses jual beli adalah
menggunakan kata-kata, tapi tidak pada tradisi ini komunikasi yang digunakan
adalah komunikasi non verbal. Tradisi unik ini hanya ada dilakukan oleh suku
Minangkabau dan di wilayah Sumatera Barat, nama tradisi ini adalah tradisi
marosok, arti kata marosok sendiri dalam bahasa indonesia disebut juga dengan
meraba-raba. Tradisi ini dilakukan khusus untuk pembelian dan penjualan hewan
ternak saja, tradisi ini merupakan sebutan untuk cara jual beli tanpa menggunakan
3
kata-kata. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi non verbal. Tradisi ini
bisa dilihat di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok.
Seluruh daerah di Minangkabau yang masih memegang kuat adat istiadat,
sehingga mereka masih melakukan tradisi marosok ini, dalam melakukan
transaksi jual beli hewan ternak. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini, karena
tradisi marosok ini sudah berlangsung dari sejak masa kerajaan di Minangkabau
sampai sekarang dan tradisi ini tetap bertahan dan dilestarikan oleh masyarakat
minang.
Kegiatan marosok ini dilakukan saat transaksi jual beli hewan ternak
seperti kerbau, sapi, maupun kambing saja. Tradisi marosok itu sendiri yang
membuat unik adalah cara pelaksanaan nya. Berbeda umumnya dengan transaksi
jual beli, dalam tradisi marosok dilakukan dalam diam. Transaksi dilakukan
berdua antara penjual dan pembeli dengan menggunakan bahasa isyarat tangan.
Tanpa omongan. Pedagang dan pembeli saling berjabat tangan, dan memainkan
masing-masing jari tangan untuk bertransaksi. Uniknya 'permainan tangan' ini
juga tertutup bagi orang lain, karena biasanya si penjual dan pembeli menutupi
tangan mereka dengan sarung, baju, kopiah atau benda lain.
Tujuan dari sikap ini adalah agar orang lain tak mengetahui proses
transaksi tersebut. Sehingga harga ternak yang diperdagangkan, hanya diketahui
oleh si penjual dan pembeli.Saat tawar menawar berlangsung, penjual dan
pembeli saling menggenggam, memegang jari. Sesekali mereka menggoyang
tangannya ke kiri dan ke kanan. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling
4
melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat
tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati. Dalam
marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan
jutaan rupiah. Pelaksanaan tradisi ini tidak cuma menarik, namun ada nilai sosial
yang terkandung di dalam tradisi ini seperti sikap saling menghargai antara
sesama pedangang hewan, sehingga hal ini membuat persaingan antara pedagang
yang dapat berujung konflik dapat dikurangi, karena dalam tradisi ini yang
mengetahui jumlah harga hanya penjual dan pembeli saja. Tradisi yang terus
dijaga ini membuktikan bahwa bagaimana peran masyarakat terhadap generasi
selanjutnya agar tidak kehilangan identitas diri mereka, dengan mengajarkan
tradisi dan menurunkannya kepada generasi selanjutnya. Penulis tertarik
melakukan penelitian tentang tradisi ini seperti yang telah penulis jelaskan dalam
uraian latar belakang diatas, penulis melaksanakan penelitian dengan judul; ”Tata
Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses Jual Beli Hewan Ternak
Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok.”
5
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan
pemaparan
latar
belakang
di
atas
penulis
mengidentifikasi hal yang ingin diketahui oleh penulis dalam penelitian yang
akan dilakukan, sebagai berikut:
1. Makna tradisi marosok bagi masyarakat minang di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi.
2. Cara atau aturan yang digunakan dalam tradisi marosok
3. Konsep pendidikan generasi muda dalam melestarikan tradisi
marosok.
4. Falsafah dan pandangan marosok bagi mayarakat minangkabau.
5. Nilai yang dipertahankan dalam tradisi marosok.
6. Nilai budaya, toleransi, dan menghargai dalam tradirisi marosok.
7. Alasan datang nya wisatawan untuk melihat tradisi marosok.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis
membatasi masalah yang akan diteliti pada “Tata Cara Pelaksanaan Tradisi
Marosok dalam Proses Jual Beli hewan ternak Oleh Masyarakat di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok”.
6
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tradisi marosok bagi masyarakat minang di Muaro
Paneh?
2. Bagaimana tata cara dan proses pelaksanaan tradisi masosok itu sendiri
dalam kehidupan masyarakat minangkabau khususnya di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok ?
3. Bagaimana pandangan masyarakat Muaro Paneh terhadap tradisi
marosok ini ?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu tradisi marosok
2. Untuk mengetahui tata cara dan proses pelaksanaan tradisi marosok
dalam kehidupan masyarakat miangkabau khususnya di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
3. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap tradisi marosok
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1
Manfaat Teoritis
1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan,
memperluas
pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai
cara dan proses pelaksanaan tradisi marosok, sehingga dapat
memberikan gambaran mengenai tradisi marosok itu sendiri.
7
2. Memberikan gambaran tentang
budaya tentang marosok pada
masyarakat minang di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok
1.6.2. Manfaat Praktis
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan
pembaca tentang tradisi marosok.
2. Sebagai bahan perbandingan studi mendatang bagi peneliti
yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang
sama.
3. Memberikan gambaran tentang pandangan masyarakat terhadap
tradisi marosok, pengaruh terhadap kehidupan sosialnya serta
perkembangannya sesuai dengan tuntutan kebutuhan, sehingga
diketahui bagaimana kondisinya pada saat ini dan perubahan
yang terjadi sesuai dengan jamannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisi yang telah dilakukan terhadap data yang
sudah diperoleh mengenai Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses
Jual Beli Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok, maka penulis memaparkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sejarah tradisi marosok bagi masyarakat minang di Muaro Paneh ini tidak
diketahui secara pasti kapan masyarakat mulai melaksanakannya, namun
menurut beberapa informan tradisi ini sudah ada sebelum Indonesia
merdeka. Tradisi marosok merupakan tradisi jual beli hewan ternak yang
dilakukan menggunakan komunikasi non verbal dalam arti menggunan
simbol-simbol tertentu dalam pelaksanaannya
2. Tata cara dan proses pelaksanaan tradisi masosok itu sendiri pada
masyarakat minangkabau khususnya di Muaro Paneh adalah bahwa
telunjuk merupakan induk atau pusat dari transaksi ini, dimana telunjuk
dapat bernilai 1 juta atau 10 juta sesuai perkiraan harga yang dilakukan
sebelum melakukan transaksi. Seteleh itu dalam menambah atau
mengurang harga dapat dilakukan dengan aturan, bahwa memutar jari
berarti mengurang harga dan ketika hanya memegang jari berarti tidak
mengurang harga. Setelah harga disepakati ada lagi aturan tersirat dalam
61
62
tradisi ini yaitu kebiasaan penjual menerima uang muka terlebih dahulu
dan penjual tidak akan menerima pembelian dengan cara lansung dibayar,
namun menunggu waktu zuhur.
3. Pandangan masyarakat Muaro Paneh terhadap tradisi marosok ini adalah
tradisi marosok ini memberikan kontribusi kepada masyarakat, dimana
terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat yang tidak mempunyai model
dalam perdagangan hewan ternak, namun memiliki keahlian untuk
menggunakan
tradisi
marosok.
Disamping
itu
masyarakat
juga
menganggap bahwa dalam tradisi ini tidak hanya terdapat nilai budaya dan
ekonomi, namun sikap masyarakat dalam hidup bertoleransi dan saling
memberi antar sesama walaupun ada persaingan diantara mereka. Tradisi
ini tetap dipertahankan karena memiliki nilai-nilai tersebut dan diwariskan
secara turun-temurun kepada anak ataupun orang yang ingin belajar tradisi
marosok ini. Kesadaran masyarakat akan hal itu membuat tradisi ini tetap
ada sampai sekarang tanpa dipengaruhi oleh zaman.
62
5.2 Saran
Dari hasil penulisan yang dilakukan, maka penulis merumuskan beberapa
hal yang diharapkan dapat menjadi saran dan masukan yaitu:
1. Penulis berharap kepada masyarakat muaro paneh kecamatan bukit sundi
agar selalu memberikan perhatian dan tetap melestarikan tradisi marosok
sebagai bentuk indentitas diri orang minangkabau.
2. Penulis berharap tradisi ini agar dapat tetap dilestarikan dan hal ini
dibutuhkan kerjasama masyarakat yang sudah paham tradisi marosok
untuk menurunkan atau mewariskan kepada generasi selanjutnya. Tidak
hanya sebagai bentuk cara dalam transaksi, namun juga sebagai bentuk
pelestarian warisan budaya.
3. Tradisi yang sudah diwariskan kepada generasi selanjutnya dapat
memandang tradisi ini sebagai bentuk kebudayaang yang penting untuk
dilestarikan
DAFTAR PUSTAKA
Amir.1997. Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta:
PT.Mutiara Sumber Widya
Agustina, Fira. 2014. Anjing Peliharaan (Siricih) Dalam Perspektif Masyarakat
Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera
Barat. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Citra, azzura.2013. Hukum Jual
Beli Online. https:/azzuracie.wordpress.
com/ 2013/ 04/25/hukum-jual-beli-online/. (diakses pada 9 april 2017 jam
19:48
Damanik, Erond L. 2015. Karya Tulis Ilmiah. Medan : Simetri Publisher
Haib Darwis. 1965. Seluk-beluk Adat Minangkabau. Percetakan
Bukittinggi.
nusantara
Hidayat, arif. Pengertian Jual Beli dan Ruang lingkupnya Menurut Islam.
http://www.bilvapedia.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html.
(diakses pada 7 oktober 2016 jam 20:45)
Hsb.M, Akbar Fahlevi. Komunikasi Non Verbal Dalam Pekan Ternak
“Marosok” di Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Skripsi. Universitas
Telkom.
Ibrahim, Adzikra. Pengertian Prosedur Menurut Para Ahli. https://pengertian
definisi.compengertian-prosedur-dan-aturan-aturan-yang-melekat-didalamnya /. (diakses pada 9 april 2017 jam 20:18).
Koentjaraningrat,dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres
Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Kencana
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: Bumi Aksara
Moleong, Lexy J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Reamaja
Rosdakarya
Naim, moctar. 1984. Persepsi Minangkabau Minang Rantau.
Madju.
Jakarta: PT.
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Putra, Yerri S. 2007. Minangkabau di Persimpangan Generasi. Limau Manis,
Padang: INSISTPress.
Putra, Made Somya.2012. Perjanjian Jual beli. https:/ lawyersinbali. wordpress.
com /2012 /03/31/perjanjian-jual-beli/. (diakses pada 9 april 2017 jam
20:02).
Putri, Jelly Dwi. 2015. Kontruksi Makna Marosok Dalam Transaksi Jual Beli
Ternak Di Desa Cubadak Kabupaten Tanah Datar. Jurnal. Universitas
Riau
Sikumbang, is. Adat Minangkabau. https:/palantaminang.wordpress.com/sejarahalam-minangkabau/c-adat-minangkabau/. (diakses pada 9 april 2017 jam
19:34).
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Thamrin, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Medan : Unimed Press
Wibowo. Reta Puspita. 2015. Pola-Pola Komunikasi Antara Penjual Dan
Pembeli Di Pasar Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi (Suatu Tinjauan Etnografi Komunikasi).Jurnal. Universitas
Jember.
Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
ISMAIL EDFAR
NIM : 3133122021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
ABSTRAK
Ismail Edfar. NIM. 3133122021. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok
dalam Proses Jual Beli Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di
Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pelaksanaan dari tradisi Marosok
pada Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok, serta pandangan dan sejarah tradisi Marosok pada masyarakat
Muaro Paneh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat
deskriptif dengan tujuan untuk dapat memahami dan mengetahui suatu kegiatan
atau tradisi secara tepat sehingga mendapatkan data yang akurat. Penelitian
kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi
wawancara, dokumentasi dan study kepustakaan. Penelitian ini memakai subjek
dan objek penelitian sebagai pengganti sampel dan populasi. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa tradisi Marosok merupakan tradisi jual beli hewan ternak
seperti sapi, kambing atau kerbau yang dilakukan menggunakan komunikasi non
verbal dalam arti bahwa menggunakan simbol-simbol tangan dengan aturan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Tata cara dan proses pelaksanaan tradisi Marosok
itu sendiri pada masyarakat minangkabau khususnya di Muaro Paneh adalah
bahwa telunjuk merupakan induk atau pusat dari transaksi ini, dimana telunjuk
dapat bernilai 1 juta atau 10 juta sesuai perkiraan harga yang dilakukan sebelum
melakukan transaksi. Setelah itu dalam menambah atau mengurang harga dapat
dilakukan dengan aturan, bahwa memutar jari berarti mengurang harga dan ketika
hanya memegang jari berarti tidak mengurang harga. Tradisi Marosok hanya
dilakukan di daerah Sumatera Barat, salah satunya adalah di pasar ternak Muaro
Paneh dan tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan tidak diketahui secara
pasti kapan tradisi ini mulai digunakan. Tradisi ini tetap dipertahankan sampai
sekarang disamping mengandung nilai budaya dan ekonomi, juga terdapat sikap
hidup bertoleransi dan saling memberi antar sesama walaupun ada persaingan
diantara mereka dan tradisi ini diwariskan secara turun-temurun kepada anak
ataupun orang yang ingin belajar tradisi Marosok ini. Kesadaran masyarakat akan
hal itu membuat tradisi ini tetap ada sampai sekarang tanpa dipengaruhi oleh
zaman.
Kata Kunci: Marosok, tata cara, simbol
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah
memberika kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta kekuatan untuk
menyelesaikanskripsi : Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses Jual
Beli Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh Kecamatan
Bukit Sundi Kabupaten Solok
Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung, terutuama dan teristimewa
dipersembahkan kepada kedua orang tua, Edi Musri dan Ibunda Farida yang
senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak hentihentinya kepada penulis. Selanjutnya maka penulis dalam hal ini mengucapkan
terimakasih dan kerendahan hati kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan beserta jajarannya.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta
jajarannya.
3. Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi
4. Ibu Supsiloani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan
arahan serta masukan yang sangat berarti hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos., MSP selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Penguji I, bapak Drs.Payerli Pasaribu, M.Si sebagai penguji II,
ii
serta bapak Dr. Erond L. Damanik, M.Si sebagai penguji III. Serta ucapan
terimakasih juga kepada seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi
UNIMED.
6. Kepada kakak dan adik yang selalu memberikan dukungan agar cepat
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Bapak Camat Bukit Sundi, Bapak Wali Nagari Muaro Paneh beserta staf
yang telah memberi izin penelitian dan data yang dibutuhkan penulis
untuk menyelesaikan skripsi..
8. Seluruh Informan,, pak Zulkifli, Sayuti, Muhammad Nur,serta informan
lainnya yang telah memberi kebanyak informasi yang menyangkut
penelitian penulis
9. Sahabat-sahabat penulis Elvi Rahmi, afdhal dan Vero Kurniawan yang
telah menemani, memberi semangat, membantu penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini dan insyaAllah pertemanan ini tetap berlanjut
seterusnya.
10. Teman-teman penulis Sovian, siddik ilham, ridho, endi dan lainnya yang
selalu memberi motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis, juga
untuk seluruh kakak dan abang stambu, 2009, 2011,2010, 2011, 2012,
penulis ucapkan terimakasih
11. Kakanda Ayu Febryani, M.Si selaku pegawai di Prodi Antropologi, terima
kasih atas segala bantuan kepada penulis.
Kiranya semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa membalas
segala kebaikan yang telah diberikan dan semoga segala kerja keras dalam
iii
penyelesaian skripsi ini kelak dapat memberikan hasil yang bermanfaat
bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam penulisan skripsi ini olehkarenanya segala kritik dan saran yang
membangun, akan penulis terima sebagai perbaikan yang positif. Semoga
Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin ya Rabbal’alamin.
Medan,
Penulis
April 2017
Ismail Edfar
NIM. 3133122021
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................... 5
1.4 Perumusan Masalah ....................................................................... 6
1.5 Tujuan penelitian ........................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 8
2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 10
2.2.1 Teori interaksionalisme simbolik...............................................10
2.3 Kerangka Konseptual ....................................................................... 14
2.3.1 Tata Cara atau Prosedur .............................................................. 14
2.3.2 Tradisi Marosok ......................................................................... 15
2.3.3 Jual Beli ..................................................................................... 17
2.3.4 Masyarakat Minangkabau.................................................................19
2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................... 22
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 23
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................... 23
3.3 Penentuan Informan ...................................................................... 24
3.4 Teknik Pengumpulan data ............................................................. 25
3.5 Teknik Analisa Data ...................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................29
4.1.1 Letak dan kondisi Geografis.................................................29
4.1.2 Kondisi Nagari.....................................................................30
4.1.3 Kondisi Geografi...................................................................31
4.1.4 Kondisi Demografi...............................................................33
4.1.5 Pendidikan............................................................................34
4.1.6 Mata Pencarian Masyarakat..................................................35
4.2 Hasil Penelitian.................................................................................35
4.2.1 Tradisi Marosok........................................................................35
4.2.2 Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok...................................40
4.2.3 Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Marosok.................53
4.3 Pembahasan......................................................................................55
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................61
5.2 Saran.................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah dan luas Daerah Nagari MuaroPaneh Tahun 2010..................32
Tabel 2. Jumlah Penduduk Per Jorong Tahun 2016.......................................... 33
Tabel 3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Usia..................................................34
Tabel 4 mata pencaharian masyarakat..........................................................35
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir. .......................................................................... 22
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup
tanpa bantuan manusia lain dan selalu membutuhkan bantuan orang lain agar
dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tersebut, muncul berbagai macam bentuk interaksi dan
kegiatan dalam kehidupan manusia agar dapat bertahan hidup. Salah satu kegiatan
yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yaitu interaksi jual
beli. Jual beli merupakan hubungan yang telah lama berlaku dalam kehidupan
manusia, pada zaman dahulu manusia melakukan sistem barter dalam proses jual
beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.
Pada dasarnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia selalu
berusaha mendapatkan sesuatu sesuai kebutuhannya, bahkan lebih dari itu ada
manusia menginginkan sesuatu yang lebih dari kebutuhannya dan tidak
berdasarkan kebutuhan yang digunakan untuk bertahan hidup, melainkan hanya
sebatas keinginan dan nafsu. Salah satu cara manusia dalam memperoleh
kebutuhan dan keinginannya adalah dengan melakukan kegiatan jual beli, seorang
pembeli atau penjual misalnya berusaha menemukan harga serendah dan setinggi
mungkin baik itu dengan melakukan transaksi antara penjual dan pembeli. Hal ini
tentu secara tidak langsung menimbulkan persaingan antar sesama penjual demi
1
2
mendapatkan seorang pembeli. Banyak usaha yang dilakukan untuk menarik
perhatian pembeli oleh penjual, seperti memberikan potongan harga yang lebih
murah dari penjual lainnya ataupun memberikan bonus kepada pembeli
Jual beli adalah salah satu kegiatan yang selalu dapat kita temui dalam
kehidupan manusia, terlebih lagi di era modern dan zaman globalisasi seperti saat
ini, dimana pemanfaatan alat –alat yang canggih maupun media seperti internet,
telepon genggam, dan iklan di berbagai tempat marak dilakukan untuk
mempromosikan berbagai macam barang yang ingin kita jual. Tranksasi yang
dilakukan antara penjual dan pembeli biasanya dengan tawar menawar harga
barang kita inginkan dan menggunakan media komunikasi yang dapat dimengerti
oleh keduanya, namun di wilayah Sumatera Barat terdapat sebuah tradisi yang
unik dan menarik.
Tradisi ini dilakukan dalam proses transaksi jual beli, seperti yang kita
lihat di pasar-pasar, yang membuat tradisi ini menjadi unik adalah cara
pelaksanaan nya. Biasanya komunikasi dalam sebuah proses jual beli adalah
menggunakan kata-kata, tapi tidak pada tradisi ini komunikasi yang digunakan
adalah komunikasi non verbal. Tradisi unik ini hanya ada dilakukan oleh suku
Minangkabau dan di wilayah Sumatera Barat, nama tradisi ini adalah tradisi
marosok, arti kata marosok sendiri dalam bahasa indonesia disebut juga dengan
meraba-raba. Tradisi ini dilakukan khusus untuk pembelian dan penjualan hewan
ternak saja, tradisi ini merupakan sebutan untuk cara jual beli tanpa menggunakan
3
kata-kata. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi non verbal. Tradisi ini
bisa dilihat di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok.
Seluruh daerah di Minangkabau yang masih memegang kuat adat istiadat,
sehingga mereka masih melakukan tradisi marosok ini, dalam melakukan
transaksi jual beli hewan ternak. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini, karena
tradisi marosok ini sudah berlangsung dari sejak masa kerajaan di Minangkabau
sampai sekarang dan tradisi ini tetap bertahan dan dilestarikan oleh masyarakat
minang.
Kegiatan marosok ini dilakukan saat transaksi jual beli hewan ternak
seperti kerbau, sapi, maupun kambing saja. Tradisi marosok itu sendiri yang
membuat unik adalah cara pelaksanaan nya. Berbeda umumnya dengan transaksi
jual beli, dalam tradisi marosok dilakukan dalam diam. Transaksi dilakukan
berdua antara penjual dan pembeli dengan menggunakan bahasa isyarat tangan.
Tanpa omongan. Pedagang dan pembeli saling berjabat tangan, dan memainkan
masing-masing jari tangan untuk bertransaksi. Uniknya 'permainan tangan' ini
juga tertutup bagi orang lain, karena biasanya si penjual dan pembeli menutupi
tangan mereka dengan sarung, baju, kopiah atau benda lain.
Tujuan dari sikap ini adalah agar orang lain tak mengetahui proses
transaksi tersebut. Sehingga harga ternak yang diperdagangkan, hanya diketahui
oleh si penjual dan pembeli.Saat tawar menawar berlangsung, penjual dan
pembeli saling menggenggam, memegang jari. Sesekali mereka menggoyang
tangannya ke kiri dan ke kanan. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling
4
melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat
tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati. Dalam
marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan
jutaan rupiah. Pelaksanaan tradisi ini tidak cuma menarik, namun ada nilai sosial
yang terkandung di dalam tradisi ini seperti sikap saling menghargai antara
sesama pedangang hewan, sehingga hal ini membuat persaingan antara pedagang
yang dapat berujung konflik dapat dikurangi, karena dalam tradisi ini yang
mengetahui jumlah harga hanya penjual dan pembeli saja. Tradisi yang terus
dijaga ini membuktikan bahwa bagaimana peran masyarakat terhadap generasi
selanjutnya agar tidak kehilangan identitas diri mereka, dengan mengajarkan
tradisi dan menurunkannya kepada generasi selanjutnya. Penulis tertarik
melakukan penelitian tentang tradisi ini seperti yang telah penulis jelaskan dalam
uraian latar belakang diatas, penulis melaksanakan penelitian dengan judul; ”Tata
Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses Jual Beli Hewan Ternak
Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok.”
5
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan
pemaparan
latar
belakang
di
atas
penulis
mengidentifikasi hal yang ingin diketahui oleh penulis dalam penelitian yang
akan dilakukan, sebagai berikut:
1. Makna tradisi marosok bagi masyarakat minang di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi.
2. Cara atau aturan yang digunakan dalam tradisi marosok
3. Konsep pendidikan generasi muda dalam melestarikan tradisi
marosok.
4. Falsafah dan pandangan marosok bagi mayarakat minangkabau.
5. Nilai yang dipertahankan dalam tradisi marosok.
6. Nilai budaya, toleransi, dan menghargai dalam tradirisi marosok.
7. Alasan datang nya wisatawan untuk melihat tradisi marosok.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis
membatasi masalah yang akan diteliti pada “Tata Cara Pelaksanaan Tradisi
Marosok dalam Proses Jual Beli hewan ternak Oleh Masyarakat di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok”.
6
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tradisi marosok bagi masyarakat minang di Muaro
Paneh?
2. Bagaimana tata cara dan proses pelaksanaan tradisi masosok itu sendiri
dalam kehidupan masyarakat minangkabau khususnya di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok ?
3. Bagaimana pandangan masyarakat Muaro Paneh terhadap tradisi
marosok ini ?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu tradisi marosok
2. Untuk mengetahui tata cara dan proses pelaksanaan tradisi marosok
dalam kehidupan masyarakat miangkabau khususnya di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
3. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap tradisi marosok
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1
Manfaat Teoritis
1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan,
memperluas
pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai
cara dan proses pelaksanaan tradisi marosok, sehingga dapat
memberikan gambaran mengenai tradisi marosok itu sendiri.
7
2. Memberikan gambaran tentang
budaya tentang marosok pada
masyarakat minang di Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok
1.6.2. Manfaat Praktis
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan
pembaca tentang tradisi marosok.
2. Sebagai bahan perbandingan studi mendatang bagi peneliti
yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang
sama.
3. Memberikan gambaran tentang pandangan masyarakat terhadap
tradisi marosok, pengaruh terhadap kehidupan sosialnya serta
perkembangannya sesuai dengan tuntutan kebutuhan, sehingga
diketahui bagaimana kondisinya pada saat ini dan perubahan
yang terjadi sesuai dengan jamannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisi yang telah dilakukan terhadap data yang
sudah diperoleh mengenai Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Marosok dalam Proses
Jual Beli Hewan Ternak Oleh Masyarakat Minangkabau di Muaro Paneh
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok, maka penulis memaparkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sejarah tradisi marosok bagi masyarakat minang di Muaro Paneh ini tidak
diketahui secara pasti kapan masyarakat mulai melaksanakannya, namun
menurut beberapa informan tradisi ini sudah ada sebelum Indonesia
merdeka. Tradisi marosok merupakan tradisi jual beli hewan ternak yang
dilakukan menggunakan komunikasi non verbal dalam arti menggunan
simbol-simbol tertentu dalam pelaksanaannya
2. Tata cara dan proses pelaksanaan tradisi masosok itu sendiri pada
masyarakat minangkabau khususnya di Muaro Paneh adalah bahwa
telunjuk merupakan induk atau pusat dari transaksi ini, dimana telunjuk
dapat bernilai 1 juta atau 10 juta sesuai perkiraan harga yang dilakukan
sebelum melakukan transaksi. Seteleh itu dalam menambah atau
mengurang harga dapat dilakukan dengan aturan, bahwa memutar jari
berarti mengurang harga dan ketika hanya memegang jari berarti tidak
mengurang harga. Setelah harga disepakati ada lagi aturan tersirat dalam
61
62
tradisi ini yaitu kebiasaan penjual menerima uang muka terlebih dahulu
dan penjual tidak akan menerima pembelian dengan cara lansung dibayar,
namun menunggu waktu zuhur.
3. Pandangan masyarakat Muaro Paneh terhadap tradisi marosok ini adalah
tradisi marosok ini memberikan kontribusi kepada masyarakat, dimana
terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat yang tidak mempunyai model
dalam perdagangan hewan ternak, namun memiliki keahlian untuk
menggunakan
tradisi
marosok.
Disamping
itu
masyarakat
juga
menganggap bahwa dalam tradisi ini tidak hanya terdapat nilai budaya dan
ekonomi, namun sikap masyarakat dalam hidup bertoleransi dan saling
memberi antar sesama walaupun ada persaingan diantara mereka. Tradisi
ini tetap dipertahankan karena memiliki nilai-nilai tersebut dan diwariskan
secara turun-temurun kepada anak ataupun orang yang ingin belajar tradisi
marosok ini. Kesadaran masyarakat akan hal itu membuat tradisi ini tetap
ada sampai sekarang tanpa dipengaruhi oleh zaman.
62
5.2 Saran
Dari hasil penulisan yang dilakukan, maka penulis merumuskan beberapa
hal yang diharapkan dapat menjadi saran dan masukan yaitu:
1. Penulis berharap kepada masyarakat muaro paneh kecamatan bukit sundi
agar selalu memberikan perhatian dan tetap melestarikan tradisi marosok
sebagai bentuk indentitas diri orang minangkabau.
2. Penulis berharap tradisi ini agar dapat tetap dilestarikan dan hal ini
dibutuhkan kerjasama masyarakat yang sudah paham tradisi marosok
untuk menurunkan atau mewariskan kepada generasi selanjutnya. Tidak
hanya sebagai bentuk cara dalam transaksi, namun juga sebagai bentuk
pelestarian warisan budaya.
3. Tradisi yang sudah diwariskan kepada generasi selanjutnya dapat
memandang tradisi ini sebagai bentuk kebudayaang yang penting untuk
dilestarikan
DAFTAR PUSTAKA
Amir.1997. Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta:
PT.Mutiara Sumber Widya
Agustina, Fira. 2014. Anjing Peliharaan (Siricih) Dalam Perspektif Masyarakat
Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera
Barat. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Citra, azzura.2013. Hukum Jual
Beli Online. https:/azzuracie.wordpress.
com/ 2013/ 04/25/hukum-jual-beli-online/. (diakses pada 9 april 2017 jam
19:48
Damanik, Erond L. 2015. Karya Tulis Ilmiah. Medan : Simetri Publisher
Haib Darwis. 1965. Seluk-beluk Adat Minangkabau. Percetakan
Bukittinggi.
nusantara
Hidayat, arif. Pengertian Jual Beli dan Ruang lingkupnya Menurut Islam.
http://www.bilvapedia.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html.
(diakses pada 7 oktober 2016 jam 20:45)
Hsb.M, Akbar Fahlevi. Komunikasi Non Verbal Dalam Pekan Ternak
“Marosok” di Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Skripsi. Universitas
Telkom.
Ibrahim, Adzikra. Pengertian Prosedur Menurut Para Ahli. https://pengertian
definisi.compengertian-prosedur-dan-aturan-aturan-yang-melekat-didalamnya /. (diakses pada 9 april 2017 jam 20:18).
Koentjaraningrat,dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres
Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Kencana
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: Bumi Aksara
Moleong, Lexy J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Reamaja
Rosdakarya
Naim, moctar. 1984. Persepsi Minangkabau Minang Rantau.
Madju.
Jakarta: PT.
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Putra, Yerri S. 2007. Minangkabau di Persimpangan Generasi. Limau Manis,
Padang: INSISTPress.
Putra, Made Somya.2012. Perjanjian Jual beli. https:/ lawyersinbali. wordpress.
com /2012 /03/31/perjanjian-jual-beli/. (diakses pada 9 april 2017 jam
20:02).
Putri, Jelly Dwi. 2015. Kontruksi Makna Marosok Dalam Transaksi Jual Beli
Ternak Di Desa Cubadak Kabupaten Tanah Datar. Jurnal. Universitas
Riau
Sikumbang, is. Adat Minangkabau. https:/palantaminang.wordpress.com/sejarahalam-minangkabau/c-adat-minangkabau/. (diakses pada 9 april 2017 jam
19:34).
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Thamrin, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Medan : Unimed Press
Wibowo. Reta Puspita. 2015. Pola-Pola Komunikasi Antara Penjual Dan
Pembeli Di Pasar Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi (Suatu Tinjauan Etnografi Komunikasi).Jurnal. Universitas
Jember.