Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal (Studi Tentang Strategi Manajemen Media Di Stasiun Padangtv Dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

(1)

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI

SWASTA LOKAL

(Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV

dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan

Budaya Lokal )

TESIS

Oleh:

DEFHANY

(127045001)

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI

SWASTA LOKAL

(Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV

dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan

Budaya Lokal )

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DEFHANY

(127045001)

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Telah diuji pada

Tanggal: 23 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Hendra Harahap, M.Si.

Anggota : 1. Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si. 2. Emilia Ramadhani, S.Sos., M.A

3. Dra. Lusiana Andriani Lubis,M.A,.Ph.D 4. Rahmanita Ginting Ph.D


(5)

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI SWASTA LOKAL

(Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

ABSTRAK

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi manajemen media di stasiun PadangTV dalam menyusun manajemen program acara televisi yang disesuaikan dengan muatan daerah dimana televisi lokal ini berada. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 sampai dengan 2 Agustus 2014. Teori yang digunakan berkaitan dengan manajemen media penyiaran televisi dan strategi eksistensi televisi lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan informan yang terdiri dari manajer program, manajer produksi dan executive produser dibagian redaksi, koordinator liputan serta beberapa kru dari stasiun PadangTV. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara. Data-data dianalisis dengan metode kualitatif meliputi reduksi data, data display dan

conclusion drawing. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hambatan dalam proses manajemen media dalam memproduksi budaya lokal dalam penelitian ini adalah beberapa pekerjaan karyawan seringkali masih membuat para pekerjanya merangkap beberapa posisi dan pada saat peliputan, mengalami beberapa hambatan di antaranya narasumber yang sulit dijumpai (batal untuk bertemu), narasumber seperti masyarakat yang merasa malu untuk diwawancarai dan faktor kendala cuaca serta topografi yang cukup luas dikarenakan daerah Sumatera Barat yang berbukit-bukit. Strategi yang dilakukan oleh stasiun PadangTV untuk tetap bertahan dengan televisi lokal lainnya di daerah tersebut dan televisi nasional di Jakarta dengan cara tetap mempertahankan program acara yang bercirikan kearifan lokal seperti menggunakan bahasa daerah dan isi berita yang selalu berusaha meliput berita terkini di daerah yang tidak terjadi di stasiun lokal lainnya serta dalam beberapa program acara seperti program acara hiburan, presenter menggunakan baju adat yang diiringi musik tradisional serta beberapa karyawan di stasiun PadangTV merekrut tenaga kerja yang memang berasal dari daerah Sumatera Barat yang mengenal daerah Sumatera Barat. Walaupun terdapat kendala dalam memproduksi program kearifan lokal seperti kurangnya modal terutama minimnya iklan yang masuk pada setiap program di stasiun PadangTV. Permasalahan program ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi sebagian besar televisi lokal, sehingga membutuhkan usaha yang maksimal untuk tetap bertahan di masa yang akan datang.

Kata Kunci: Manajemen Media Televisi , Produksi Program Muatan Budaya Lokal


(6)

TELEVISION BROADCAST MEDIA MANAGEMENT LOCAL PRIVATE

(Studies in Media Management Strategy PadangTV Station in Producing Television Program With Content Local Culture)

ABSTRAC

The purpose of this study is the management strategy determines the media in PadangTV in management station television programs that are tailored to the local area where local television is located. This study was conducted on June 25, 2014 until August 2, 2014. The theory used in connection with television broadcasting media management and strategies existence of local television. The method used in this study is a qualitative research informants comprised of program managers, production managers and executive producer of the editorial section, the coordinator of the coverage as well as some of the crew of the station PadangTV. Data collection techniques conducted by interview. The data were analyzed with qualitative methods include the reduction of the data, the data display and conclusion drawing. Based on the research that in the process of media management in producing local culture in this study are some employees work often still make workers concurrently several positions and at the time of reporting, encountered some resistance among speakers that are difficult to find (fail to meet), speakers such as community who feel embarrassed to be interviewed and weather constraints and topographical factors are quite broad due West Sumatra hilly. Strategy undertaken by the Padang TV stations to stick with other local television and national television in the area in Jakarta by way of retaining programs characterized by local knowledge such as using local languages and news content are always trying to cover the latest news in an area that does not occur in other local stations as well as in some programs such as entertainment programs, presenters using traditional dresses accompanied by traditional music as well as some of the employees at the station PadangTV recruit labor is derived from the familiar areas of West Sumatra West Sumatra. Although there are obstacles in producing a program of local wisdom as lack of capital, especially the lack of advertising that goes on every program distasiun PadangTV. Problems of this program is one of the obstacles faced by most of the local television, so it requires maximum effort to stay afloat in the future.

Keywords: Media Management Television, Production Programs Culture Content Local


(7)

PERNYATAAN

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI

SWASTA LOKAL

(Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV

dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan

Budaya Lokal )

Dengan ini penulis menyatakan bahwa :

1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.

2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, February 2015 Penulis,


(8)

KATA PENGANTAR

Terima Kasih kepada kedua orang tua saya, Papa dan Mama tercinta dan tersayang: Amur, SE dan Erlinda A.md yang telah dimudahkan rezeki dan kesehatan oleh Allah SWT, sehingga diberikan kekuatan untuk mendukung, mendoakan, serta tidak luput memberikan nasehat yang tiada hentinya dengan rasa cinta dan kasih sayang.

Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya selama pengerjaan tesis ini yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial adan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D, selaku Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, serta selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

4. Bapak Drs. Hendra Harahap,M.Si, selaku Wakil Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr.Iskandar Zulkarnaen, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan tesis ini.

6. Ibu Emilia Ramadhani,S.Sos,M.A. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan tesis ini.

7. Ibu Rahmanita Ginting Ph.D selaku Komisi Pembanding atas saran kritik yang diberikan.


(9)

8. Seluruh staf Pengajar dan Administrasi Departemen Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

9. Semua informan di stasiun PadangTV yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar dan baik.

10.Kepada adik-adikku tersayang Dio,Ryan dan Fadli serta keluarga besarku di Padang, terima kasih atas doa dan bantuannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam hal pengerjaan tesis ini, dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, dalam kesempurnaan tesis ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Medan, Februari 2015

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRAC ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAS ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………. 1

1.2Rumusan Masalah ……… 10

1.3Tujuan Penelitian ………. 11

1.4Manfaat Penelitian ……….. 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Paradigma Konstruktivis ... 13

2.2 Penelitian Terdahulu ... 15

2.3 Regulasi Media Penyiaran ... 32

2.4 UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran ... 35

2.5 Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS).. 35

2.6 Fungsi Media Menurut UU No.32 Thn 2002 ... 38

2.7 Manajemen Media Penyiaran Televisi ... 38

2.7.1 Manajer Program ... 44

2.7.2 Perencanaan Program ... 45

2.7.3 Analisis dan Strategi Program... 46

2.8 Strategi Eksistensi Televisi Lokal ... 48

2.8.1 Jenis Program ... 54

2.8.2 Produksi Program Lokal ... 55

2.8.3 Tujuan Program ... 56

2.8.4 Karakteristik Fungsi Programming ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan ... 59

3.2 Informan Penelitian ...………... 60


(11)

3.4 Teknik Analisis Data ………... 62

3.5 Uji Keabsahan Data ……… 63

3.6 Lokasi Penelitian ... 65

3.7 Waktu Penelitian ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Stasiun PadangTV 4.1.1 Visi dan Misi PT. Padang Media Televisi ... 67

4.1.2 Struktur Organisasi PadangTV ... 68

4.1.3 Coverage Area Stasiun PadangTV ... 69

4.1.4 Jobs Description dari Kru Stasiun PadangTV ... 70

4.1.5 Daftar Program Acara di Stasiun PadangTV ... 84

4.2 Profil Informan ... 88

4.3 Hasil Penelitian ... 89

4.3.1 Manajemen Stasiun Lokal PadangTV... 89

. BAB V PEMBAHASAN 5.1 Sistem Manajemen di Stasiun Televisi Lokal ... 120

5.1.1 Manajemen Program di Stasiun PadangTV ... 123

5.1.2 Manajemen SDM ... 139

5.1.3 Manajemen Keuangan ... 143

5.1.4 Manajemen Pemasaran ... 146

5.1.5 Manajemen Teknik ... 149

5.1.6 Kebijakan Institusi PadangTV ... 150

5.2 Manajemen PadangTV Mempertahanakan Eksistensi dengan Televisi Lokal Lain ... 153

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 168

6.2 Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA ……… 171


(12)

Daftar Tabel

1. Struktur Organisasi di Stasiun PadangTV. 2. Informan dari stasiun PadangTV.


(13)

Daftar Gambar

1. Coverage Area dari Stasiun PadangTV.

2. Model Manajemen kinerja dalam memproduksi program acara lokal televisi.


(14)

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN TELEVISI SWASTA LOKAL

(Studi Tentang Strategi Manajemen Media di Stasiun PadangTV dalam Memproduksi Program Televisi Dengan Muatan Budaya Lokal )

ABSTRAK

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi manajemen media di stasiun PadangTV dalam menyusun manajemen program acara televisi yang disesuaikan dengan muatan daerah dimana televisi lokal ini berada. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 sampai dengan 2 Agustus 2014. Teori yang digunakan berkaitan dengan manajemen media penyiaran televisi dan strategi eksistensi televisi lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan informan yang terdiri dari manajer program, manajer produksi dan executive produser dibagian redaksi, koordinator liputan serta beberapa kru dari stasiun PadangTV. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara. Data-data dianalisis dengan metode kualitatif meliputi reduksi data, data display dan

conclusion drawing. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hambatan dalam proses manajemen media dalam memproduksi budaya lokal dalam penelitian ini adalah beberapa pekerjaan karyawan seringkali masih membuat para pekerjanya merangkap beberapa posisi dan pada saat peliputan, mengalami beberapa hambatan di antaranya narasumber yang sulit dijumpai (batal untuk bertemu), narasumber seperti masyarakat yang merasa malu untuk diwawancarai dan faktor kendala cuaca serta topografi yang cukup luas dikarenakan daerah Sumatera Barat yang berbukit-bukit. Strategi yang dilakukan oleh stasiun PadangTV untuk tetap bertahan dengan televisi lokal lainnya di daerah tersebut dan televisi nasional di Jakarta dengan cara tetap mempertahankan program acara yang bercirikan kearifan lokal seperti menggunakan bahasa daerah dan isi berita yang selalu berusaha meliput berita terkini di daerah yang tidak terjadi di stasiun lokal lainnya serta dalam beberapa program acara seperti program acara hiburan, presenter menggunakan baju adat yang diiringi musik tradisional serta beberapa karyawan di stasiun PadangTV merekrut tenaga kerja yang memang berasal dari daerah Sumatera Barat yang mengenal daerah Sumatera Barat. Walaupun terdapat kendala dalam memproduksi program kearifan lokal seperti kurangnya modal terutama minimnya iklan yang masuk pada setiap program di stasiun PadangTV. Permasalahan program ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi sebagian besar televisi lokal, sehingga membutuhkan usaha yang maksimal untuk tetap bertahan di masa yang akan datang.

Kata Kunci: Manajemen Media Televisi , Produksi Program Muatan Budaya Lokal


(15)

TELEVISION BROADCAST MEDIA MANAGEMENT LOCAL PRIVATE

(Studies in Media Management Strategy PadangTV Station in Producing Television Program With Content Local Culture)

ABSTRAC

The purpose of this study is the management strategy determines the media in PadangTV in management station television programs that are tailored to the local area where local television is located. This study was conducted on June 25, 2014 until August 2, 2014. The theory used in connection with television broadcasting media management and strategies existence of local television. The method used in this study is a qualitative research informants comprised of program managers, production managers and executive producer of the editorial section, the coordinator of the coverage as well as some of the crew of the station PadangTV. Data collection techniques conducted by interview. The data were analyzed with qualitative methods include the reduction of the data, the data display and conclusion drawing. Based on the research that in the process of media management in producing local culture in this study are some employees work often still make workers concurrently several positions and at the time of reporting, encountered some resistance among speakers that are difficult to find (fail to meet), speakers such as community who feel embarrassed to be interviewed and weather constraints and topographical factors are quite broad due West Sumatra hilly. Strategy undertaken by the Padang TV stations to stick with other local television and national television in the area in Jakarta by way of retaining programs characterized by local knowledge such as using local languages and news content are always trying to cover the latest news in an area that does not occur in other local stations as well as in some programs such as entertainment programs, presenters using traditional dresses accompanied by traditional music as well as some of the employees at the station PadangTV recruit labor is derived from the familiar areas of West Sumatra West Sumatra. Although there are obstacles in producing a program of local wisdom as lack of capital, especially the lack of advertising that goes on every program distasiun PadangTV. Problems of this program is one of the obstacles faced by most of the local television, so it requires maximum effort to stay afloat in the future.

Keywords: Media Management Television, Production Programs Culture Content Local


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring berkembangnya dunia pertelevisian di Indonesia maka semakin banyak pula stasiun televisi yang bermunculan. Dari asalnya hanya stasiun televisi milik pemerintah yaitu TVRI, lalu berkembang dan bermunculan berbagai stasiun televisi swasta nasional seperti RCTI, SCTV, Indosiar, MetroTV, ANTV, TransTV,TV7 dan berubah menjadi Trans7, GlobalTV, TVOne, TPI yang berubah menjadi MNC pada saat ini. Seiring berjalannya waktu perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia pun berkembang ditandai dengan bermunculannya berbagai televisi lokal yang siarannya tidak berskala nasional, tetapi juga berskala lokal. Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002. Televisi lokal menjadi alternatif untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kemampuan dan menjadi media alternatif dalam muatan lokal. Kelebihan dari televisi lokal lebih memungkinkan penayangan tokoh, lembaga dan perusahaan lokal. Selain itu televisi lokal juga mampu menampung kearifan lokal dinamika masyarakat dan tayangan lebih dekat dengan emosional pemirsa. Televisi lokal juga masih menjadi alternative setelah televisi nasional.

(http://www.dotsemarang.com/televisi-lokal-media-alternatif-mengembangkan-budaya-pariwisata-daerah/)

Industri penyiaran di Indonesia diatur melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Aturan ini menyatakan bahwa asas penyiaran di Indonesia antara lain adalah asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab (Pasal 2 UU No. 32 Tahun 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi juga memberikan pengakuan terhadap adanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan berekspresi.


(17)

Pengakuan tersebut telah dituangkan dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia yaitu UUD 1945 pada pasal 28 yaitu : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Penyiaran sama artinya dengan broadcast yang dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran adalah “pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran”. Sedangkan Penyiaran yang disebut broadcasting

memiliki pengertian sebagai; “kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan mengunakan spektrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran”.

Pada proses penyiaran terdapat program yang akan disiarkan pada audien, program tersebut ada yang diproduksi dan dibeli. Program tersebut diteliti dan dikerjakan dengan seksama agar memliki kualitas siaran yang terbaik. Proses tersebut adalah administrasi penyiaran. Sedangkan proses pengaturan manusia-manusia penyiaran disebut dengan manajemen penyiaran. Oleh sebab itu manajemen penyiaran merupakan pengerak dari suatu lembaga penyiaran, yang bertujuan untuk mengelola operasionalisasi siaran secara kreatif dan dinamis, serta menghasilkan berbagai mata acara siaran yang diminati oleh sebagian besar khalayak penonton atau pemirsa.

Keberadaan lembaga penyiaran televisi lokal akan membuat isi siaran “terasa lebih lokal”. Masyarakat di luar Jakarta tidak akan dijejali lagi dengan informasi yang bersifat “Jakarta-sentris”. Keberadaan lembaga penyiaran lokal


(18)

bertujuan pada upaya penguatan partisipasi publik (warga lokal) dan melayani kepentingan publik. Secara filosofis, eksistensi lembaga penyiaran publik dibentuk atas dasar memenuhi kebutuhan khalayak warga lokal atas informasi dan hiburan serta berbagai program lainnya yang sesuai dengan kepentingan warga lokal, yang selama ini jarang diakomodasi oleh lembaga penyiaran swasta di Jakarta.

Sendjaja, Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia berkesimpulan bahwa liberalisasi di bidang pertelevisian telah mendorong terjadinya peningkatan secara tidak rasional dari jumlah media televisi di Indonesia. Apabila hal ini tidak diatur dan diawasi secara baik akan membawa kepada situasi: (1) persaingan yang tidak sehat, di mana dominasi televisi nasional dari Jakarta semakin meningkat sementara perkembangan televisi lokal semakin menurun, dan (2) kualitas tayangan relatif rendah dan relatif seragam karena terlalu berorientasi ke selera pasar (http://berita.upi.edu/2013/02/12/prof-sasa-persaingan-media-semakin-didominasi-komersialisasi/).

Potensi stasiun televisi lokal beroperasi secara optimal cukup besar. Hal ini didukung amanat UU No 32/2002, Pasal 6 ayat (2) yang menyebutkan bahwa dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. Menurut PP No 50 Tahun 2005, penyiaran diselenggarakan dalam suatu sistem penyiaran yang memiliki prinsip dasar keberagaman kepemilikan dan keberagaman program siaran dengan pola jaringan yang adil dan terpadu dalam pemberdayaan masyarakat daerah. Dengan spirit otonomi daerah, dampak kehadiran televisi lokal merupakan warna baru dunia penyiaran tanah air karena selama ini kearifan lokal kurang optimal diangkat dalam wujud audio visual.

Media televisi merupakan media yang sangat potensial. Sebagai media audio visual, televisi mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi kepada individu. Televisi mampu untuk membuat orang pada


(19)

umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat; walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum, orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah 3 jam kemudian, dan 65% setelah 3 hari kemudian. Potensi tersebut memposisikan televisi sebagai media nomor satu yang akan lebih diperhitungkan oleh siapapun. Pengiklan akan lebih suka menginvestasikan dananya pada media televisi dibandingkan media lainnya jika memiliki program acara yang disukai masyarakat. Para pesohor pun, lebih memilih media televisi sebagai basis eksistensialitasnya dibandingkan media lainnya. (Dwjer dalam Wibowo, 2007:27).

Mendirikan stasiun penyiaran seperti televisi berarti harus memiliki

sense of belonging terhadap kebudayaan masyarakat dari lokasi penyiaran tersebut. Seluruh hal tersebut harus diperhitungkan dahulu oleh pemilik media dalam mendapatkan gambaran jasa penyiaran seperti apa yang disukai oleh masyarakat dan mendapatkan keuntungan bagi stasiun penyiaran seperti televisi. Publik menaruh harapan sangat tinggi terhadap televisi lokal. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, pendidikan dan unsur kedaerahan menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam upaya optimalisasi pembangunan daerah. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk hal tersebut. Selain itu dalam perspektif Otonomi Daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme informasi dan bisnis. Kehadiran televisi lokal membuat pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup global yang dihadirkan oleh televisi nasional. Pemirsa atau penonton televisi lokal akan lebih banyak menyaksikan berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Oleh karena itu, media penyiaran televisi lokal merupakan kebutuhan masyarakat di daerah dalam proses menyeimbangkan informasi, termasuk untuk mengangkat kearifan lokal sebagai ciri yang kental dari masyarakat Indonesia.

Secara matematis memang kalau ada 100 saja TV lokal lahir, dan masing-masing bersiaran 1 jam berita lokal, maka akan ada 100 jam produksi


(20)

local news. Kemudian, bila dalam 1 jam ada 10 saja berita lokal, maka akan ada 1000 berita yang bisa ditransmisikan kepada masyarakat Indonesia yang berguna untuk kepentingan lokal. Dengan demikian, nantinya pusat jaringan juga tidak hanya di Jakarta. Dari monosentris ke polisentris, bisa di Medan, Padang dan provinsi lainnya.

Televisi lokal yang memiliki positioning sebagai media daerah, memuat

content (berita, musik, hiburan, program kesenian, kebudayaan, hingga potensi ekonomi lokal) dan mengemas penyajian dengan mengedepankan kearifan lokal yang mencakup permasalahan daerah, baik dari isu yang dibawa maupun dari bahasa yang digunakan. Walaupun mempunyai ciri khas dari segi pengemasan isu maupun bahasa, pada perkembangannya televisi lokal masih belum mampu untuk menjadi alternatif tontonan bagi pemirsa. Padahal publik sesungguhnya menaruh harapan begitu tinggi terhadap televisi lokal. Kehadirannya di dunia penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang tertampung dalam tayangan televisi. Keterbatasan investasi dan lemahnya daya saing terhadap televisi nasional menjadi kendala tersendiri bagi televisi lokal untuk bersaing dengan televisi nasional, hal ini kemudian mengakibatkan televisi lokal kesulitan di dalam mengembangkan dirinya. Popularitas televisi lokal di tengah masyarakat yang kalah jauh dibanding televisi nasional menjadi faktor bagi minimnya sponsor dan investasi pengiklan untuk ikut menghidupi televisi lokal. Fenomena televisi lokal ini terjadi disetiap daerah di Indonesia.

Lembaga penyiaran memiliki pengaruh besar dalam pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak. Karena itu, setiap lembaga penyiaran memiliki tanggung jawab dalam menjaga nilai moral, tata susila, budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa. Lembaga penyiaran juga mempunyai tugas sosial untuk menjaga integrasi nasional. Televisi lokal sebagai lembaga penyiaran di daerah, dituntut mampu menyukseskan amanah otonomi daerah


(21)

dengan mengembangkan muatan atau isi positif berbasis kearifan lokal daerah untuk pengembangan dan pembangunan daerah.

Lembaga penyiaran media televisi memiliki ideologi dalam segala bentuk yang ditampilkan akan berdampak pada persepsi seseorang atau masyarakat yang melihat eksistensinya sebagai alat penyebar peradaban. Ideologi yang dimiliki media bukan hanya untuk meyakini realitas, namun juga cara dasar untuk mendefinisikan realitas, sehingga ideologi tidak hanya berhubungan dengan persoalan politik. Dalam isi media, para pakar menterjemahkan ideologi sebagai sistem makna yang membantu menjelaskan dan mendefinisikan realitas dan membantu dalam membuat nilai-nilai pembenaran atas realitas itu. Ideologi terkait dengan konsep-konsep seperti “pandangan dunia”, “sistem keyakinan” dan “nilai-nilai”. Namun, makna ideologi lebih luas dari konsep itu. Media menjual produk sekaligus gagasan, kepribadian dan juga pandangan, ide-ide dan nilai-nilai kultural yang diproduksi media massa itu secara fundamental tidak lebih adalah untuk mencari penerimaan publik (public acceptance).

Sebagai masyarakat yang telah memiliki identitas sendiri dengan nilai-nilai tersendiri, karena dengan semakin masuknya nilai-nilai asing melalui globalisasi media, mau tidak mau akan pula meminggirkan nilai lokal hingga merubah identitas asli lokal. Sebut saja penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa yang dianggap moderen, dan lain sebagainya. Menghadapi kenyataan di atas maka muncullah bentuk-bentuk siaran regional. Salah satu yang telah menggejala adalah munculnya stasiun televisi lokal. Seiring dengan hadirnya perspektif teori baru dalam media dan masyarakat, maka komunikasi tidak lagi masif dan berjalan searah.

Masyarakat memiliki derajat konsumsi yang tinggi terhadap media televisi, sehingga mau tidak mau, media televisi harus seoptimal mungkin menjadi produk informasi yang produktif dan edukatif. Kebutuhan akan sumberdaya manusia dalam memenuhi kebutuhan informasi ini juga turut


(22)

memajukan dunia pendidikan dalam rangka terus melahirkan mereka-mereka yang dibutuhkan keahliannya dalam bidang komunikasi. Masyarakat lokal juga dapat mempunyai akses yang lebih mudah untuk menjangkau media, mereka dapat memanfaatkan media televisi lokal untuk dijadikan ruang publik (public sphere) guna mendiskusikan persoalan-persoalan di wilayahnya.

Pembatasan isi siaran yang 60% harus merupakan mata acara yang berasal dari dalam negeri ataupun bersifat lokal akan mendorong munculnya industri-industri kreatif untuk mengisi program-program tayangan televisi. Akibatnya adalah banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam bidang yang berkaitan dengan industri penyiaran televisi di daerah-daerah dimana lembaga penyiaran televisi lokal berada. Dengan demikian, daerah tidak lagi hanya “dititipi” tiang pemancar tetapi juga dapat mengambil manfaat secara ekonomi dari keberadaan lembaga penyiaran televisi lokal (Efendi,1993: 63).

Globalisasi juga memberikan dampak pada TV lokal di Indonesia yang mau tidak mau harus menampilkan produk impor agar lebih diminati oleh pemirsanya. Dan minimnya kreatifitas dari pelaku-pelaku penyiaran televisi lokal membuat program-program yang dihasilkan masih belum mencukupi untuk keseluruhan volume materi program yang harus diisi. Walaupun 40% siarannya bisa didapatkan dengan membeli program acara dari luar atau bersifat budaya barat namun, diharapkan masih ada konten atau siaran barat tersebut yang bersifat edukatif dan sesuai dengan budaya lokal di Indonesia.

Persaingan dalam industri media televisi tidak hanya terjadi pada stasiun televisi nasional, namun juga pada stasiun televisi lokal. Untuk daerah Kota Padang terdapat 4 stasiun televisi, yaitu TVRI Sumbar, Padang TV, Favorit TV (FaTV), dan Minang TV. Meskipun pemirsa televisi di Kota Padang lebih banyak menonton siaran televisi nasional, namun masing-masing stasiun tersebut tetap bersaing satu sama lain dalam meraih pemirsa lokal di Kota Padang dan sekitarnya. Sebagai sedikit gambaran, TVRI Sumbar merupakan stasiun televisi milik pemerintah yang merupakan bagian dari TVRI nasional.


(23)

Untuk siarannya, TVRI Sumbar diberikan waktu siaran lokal dari pukul 15.00 sampai 19.30 waktu Indonesia bagian barat. Dengan begitu TVRI Sumbar lebih banyak menyiarkan siaran TVRI nasional dibandingkan program-program lokal. Begitu juga Minang TV, stasiun televisi ini belum banyak memiliki program sendiri dan lebih banyak menayangkan program nasional yang diberikan oleh stasiun televisi afiliasinya, yaitu Sun TV dalam jurnal Wiska dan Lukman (2013:2).

Berbeda dengan FaTV, stasiun televisi lokal ini hampir keseluruhannya merupakan program sendiri, walaupun belum terlalu banyak memiliki program televisi. Tidak jauh berbeda dengan Favorit TV, Padang TV juga memiliki program sendiri yang cukup diminati masyarakat Kota Padang dan sekitarnya. Dengan variasi program yang lebih banyak Padang TV menjadi stasiun televisi lokal yang paling diminati di Kota Padang menurut Lembaga Survei Indonesia. Padang TV melakukan siaran perdananya pada tanggal 1 Maret 2008, dan merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Riau Pos Group, yang merupakan anak perusahaan regional dari Jawa Pos Grup serta tergabung dalam jaringan Jawa Pos Media Corporation (JPMC). Dalam persaingannya dengan stasiun televisi lokal lain, Padang TV sedikit lebih unggul dengan program-programnya yang membuat stasiun televisi ini lebih digemari masyarakat kota Padang. Selain itu Padang TV juga memiliki beberapa live event menarik yang membuat posisi Padang TV sebagai pemimpin pasar semakin kuat dalam jurnal Wiska dan Lukman (2013:3).

Padang TV merupakan pemimpin pasar dalam industrinya, namun Padang TV harus tetap mewaspadai pesaingnya. Kuatnya posisi Padang TV tentunya harus dipertahankan dengan terus membuat gebrakan-gebrakan. Terlebih lagi dengan situasi dan kondisi ekternal dalam industri ini yang cepat berubah. Posisi Padang TV sebagai pemimpin pasar dalam industri pertelevisian tersebut belum berarti menunjukkan bahwa Padang TV sebagai perusahaan yang sehat yang dapat memenangkan persaingan dalam jangka panjang.


(24)

Bisnis penyiaran akhir akhir ini terlihat semakin marak, terbukti dengan bermunculannya lembaga-lembaga penyiaran baik radio maupun televisi, seiring dengan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang seakan tidak bisa terbendung. Padang TV ini resmi mengudara sejak 1 Maret 2007 di Kota Padang yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat saat itu, Gamawan Fauzi bersamaan dengan meluncurnya situs Padang-today.com. Padang TV merupakan salah satu media informasi sekaligus menjadi aset Sumatera Barat, Padang TV terus bergerak dan berkembang untuk memperlihatkan jati dirinya. Dalam kaitan sebagai televisi lokal, Padang TV selalu komit memberikan kenyamanan tontotan bagi masyarakat Sumatera Barat yang sangat kuat dalam ruang lingkup kehidupan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.

(http://starlife73.blogspot.com/2011/12/televisi-di-indonesia-padangtv.html)

Sebagai televisi lokal pertama di Indonesia yang memperoleh izin dari Menkominfo, dan sebagai televisi terpopuler di Sumatera Barat (Berdasarkan hasil survey Lembaga Survei Indonesia/ LSI pada tahun 2009), maka PadangTV lebih memilih segmen sebagai TV informasi bermuatan lokal. Artinya, PadangTV lebih mengedepankan informasi sebagai segmennya. Informasi tersebut dikemas dalam beragam format, yang sasaran akhirnya adalah memberikan penguatan-penguatan terhadap produk lokal yang pernah ada sebelumnya mau pun yang sedang dan akan berlangsung.

(http://starlife73.blogspot.com/2011/12/televisi-di-indonesia-padangtv. html)

Persaingan usaha di bidang media massa, khususnya televisi, membuat para pelaku media berlomba-lomba mencari agar program acaranya laku dan ditonton oleh masyarakat. Berbagai macam program televisi, yang disiarkan oleh PadangTV, dikemas dengan berbagai macam bentuk program televisi agar dapat menarik perhatian masyarakat dan dapat dinikmati oleh pemirsanya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku media.


(25)

Berbagai keunggulan program pun ditawarkan. Hal ini dilakukan semata-mata agar stasiun televisi tersebut bisa bertahan hidup. Program yang ditayangkan PadangTV ini mengangkat budaya atau adat Minang. diantaranya yaitu Paco-paco, Detak Mudiak, Galanggang, Galatiak Rang Mudo, Saluang Dendang, Kaliliang Kampuang,Dendang Minang, Musik Rancak. (http://starlife73.blogspot.com /2011/12/televisi-di-indonesia-padangtv.html)

Mengacu pada keunikan industri media massa (televisi) dan melihat kondisi dilematis wajah industri penyiaran televisi lokal inilah kemudian menjadi dasar pemikiran mengapa persoalan memproduksi program televisi yang bersifat budaya lokal bisa menjadi ajang persoalan bisnis dan idealisme media televisi yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Atas penjelasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Manajemen Media Penyiaran Televisi Swasta Lokal di stasiun PadangTV.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah strategi manajemen media televisi lokal PadangTV dalam menyusun manajemen program acara televisi yang disesuaikan dengan muatan daerah dimana televisi lokal itu berada ?

2. Bagaimanakah manajemen media televisi lokal PadangTV dalam mempertahankan eksistensinya pada persaingan industri penyiaran televisi lokal lainnya di daerah tersebut dan industri penyiaran televisi pusat ?


(26)

3. Seperti apakah hambatan yang dialami oleh televisi lokal PadangTV dalam proses manajemen memproduksi program acara bermuatan lokal?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran manajer dari media televisi lokal dalam menyusun memanajemen program acara televisi yang disesuaikan dengan muatan daerah dimana televisi lokal itu berada.

2. Untuk mengetahui manajemen media televisi lokal PadangTV dalam mempertahankan eksistensinya pada persaingan industri penyiaran televisi lokal lainnya di daerah tersebut dan industri penyiaran televisi pusat.

3. Untuk mengetahui hambatan dalam menyusun memanajemen media televisi lokal dalam memanajemen program acara televisi yang disesuaikan dengan muatan daerah dimana televisi lokal itu berada.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa dengan adanya media penyiaran televisi lokal, kebutuhan informasi masyarakat lokal dapat terpenuhi yang ingin bersifat muatan kedaerahan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan memperkaya kajian ilmu komunikasi terutama dibidang Komunikasi Massa dan Manajemen Media Massa dalam Keberadaan media massa


(27)

seperti televisi yang memiliki pengaruh besar dalam perilaku khalayak pada muatan atau isi media massa dan bentuk struktur media massa itu sendiri seperti televisi.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi manajer dan karyawan di media penyiaran televisi lokal agar lembaga penyiaran di media komunikasi massa ini (televisi) mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol serta perekat sosial. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi

manajer dan karyawan di media penyiaran televisi lokal agar lembaga penyiaran televisi menyiarkan siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak, yang bertanggung jawab dalam menjaga nilai, moral, tata susila, budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Konstruktivisme

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran (Arifin, 2012: 140).Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.

Menurut Dedy (2004) Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sitematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap perilaku sosial yang bersangkutan dalam menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia pekerjaan yang mereka geluti (Arifin, 2012: 159).

Menurut Patonn (2002) para peneliti konstruktivisme mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain. Dalam konstruktivis, setiap


(29)

individu memiliki pengalaman yang unik (Arifin,2012:139). Dengan demikian, penelitian dengan strategi ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.

Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri. Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti (Arifin,2012:185)

Paradigma konstruktivisme merupakan respon terhadap paradigma positivis dan memiliki sifat yang sama dengan positivis, dimana yang membedakan keduanya adalah objek kajiannya sebagai start-awal dalam memandang realitas sosial. Positivis berangkat dari sistem dan struktur sosial, sedangkan konstruktivisme berangkat dari subjek yang bermakna dan memberikan makna dalam realitas tersebut. Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkunstuksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap perilaku mereka sendiri.

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman mengenai konstruksi dari manajemen media penyiaran televisi lokal yaitu PadangTV.


(30)

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai landasan pemikiran dalam melakukan penelitian ini, peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang menyinggung aspek manajemen media penyiaran televisi dan konten televisi lokal. Penelitian terdahulu ini dicantumkan sebagai literatur berdasarkan kebutuhan penulis. Untuk mengetahui sejauh mana bentuk manajemen media penyiaran televisi yang dilakukan oleh stasiun televisi lokal di Indonesia dengan menggunakan teori dari Manajemen Media Massa.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hartinah Sanusi, Djabir Hamzah dan Andi Alimuddin Unde pada tahun 2010 yang berjudul Riset mengenai Manajemen Media Televisi Fajar TV : Antara Bisnis dan Idealisme. Dengan hasil penelitian yaitu : Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas manajemen dan performa organisasi media televisi Fajar TV yang beroperasi di antara kepentingan bisnis dan idealisme, kepentingan publik dalam ranah penyiaran di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Informan penelitian ini adalah direktur utama,direktur pemberitaan/pemimpin redaksi, kepala program, produser eksekutif dan produser berita, serta reporter/kamerawan Fajar TV di Makassar, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Data dianalisis dengan analisis model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas manajemen media Fajar TV terkait isu dorongan pasar, isu-isu kepentingan publik, dan isu-isu-isu-isu jurnalisme penyiaran televisi cenderung berorientasi pada kepentingan bisnis. Organisasi media penyiaran Fajar TV belum menunjukkan performa organisasi yang diharapkan. Hasil penelitian tidak cukup membuktikan bahwa kecenderungan yang kuat pada kepentingan bisnis berarti mengabaikan aspek kepentingan publik di dalamnya ataupun sebaliknya memberikan efek yang simultan pada terpenuhinya kepentingan publik dan berpengaruh pada efisiensi dan efektifitas performa organisasi media penyiaran


(31)

Fajar TV. Aktivitas-aktivitas yang cenderung mengarah pada kepentingan bisnis lebih merupakan sebuah pilihan kebijakan strategis manajemen Fajar TV. Pada penelitian terdahulu ini peneliti mendapatkan cara pandang bahwa setiap media televisi tidak terlepas dari bisnis dan ideologi pemimpin dari media televisi dan pihak yang memiliki media televisi tersebut.

Penelitian terdahulu selanjutnya yang dilakukan oleh Sarah Anabarja pada tahun 2011 yang berjudul Peran Televisi Lokal dalam Mempertahankan Identitas Lokal di Era Globalisasi Informasi, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif, dengan hasil penelitian adalah Perkembangan dunia pertelivisian di Indonesia tidak lepas dari perkembangan media global. Hal ini tentu menjadi sebuah keniscayaan mengingat media nasional juga merupakan bagian dari media global. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali kiblat dari media global ini adalah negara-negara barat yang menjadi pencetus pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Jika media global memiliki nilai dan pengaruh dari negara barat yang dominan maka tak dapat dihindari pula pengaruhnya terhadap pemirsanya.

Jika media global memiliki nilai dan pengaruh dari negara barat yang dominan maka tidak dapat dihindari pula pengaruhnya terhadap pemirsanya. Globalisasi media yang semakin memudahkan nilai-nilai pembuatnya- negara barat. Dengan semakin mudahnya nilai-nilai tersebut untuk masuk ke dalam masyarakat dunia termasuk masyarakat lokal di Indonesia, maka pengaruhnya akan pula dirasakan oleh mereka. Padahal, nilai-nilai dan ide merupakan suatu yang vital dalam pembentukan identitas suatu masyarakat. Dengan masuknya nilai-nilai barat maka identitas lokal pun pasti akan terpengaruh. Pengaruh tersebut antara lain adalah identifikasi diri mereka menjadi bagian dari masyarakat dunia seperti yang pernah diungkapkan oleh Mc.Luhan melalui

Global Village-nya.

Sebagai masyarakat yang telah memiliki identitas sendiri dengan nilai-nilai tersendiri, tentunya hal diatas dapat dikatakan sebagai masalah karena,


(32)

dengan semakin banyak masuknya nilai-nilai asing melalui globalisasi media, mau tidak mau akan pula meminggirkan nilai-nilai lokal hingga merubah identitas asli lokal. Sebut saja penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa yang dianggap modern dan bahasa yang lainnya. Menghadapi kenyataaan tersebut maka muncullah bentuk-bentuk siaran regional. Dengan kemunculan stasiun televisi lokal tersebut maka, dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan salah satu bentuk usaha untuk menghasilkan budaya tandingan (counter culture) dan universalitas dalam berbagai performa informasi dan komunikasi dalam media massa.

Memang membahas mengenai globalisasi media juga tidak terlepas dari kepentingan kapitalisme, di dalamnya kapitalisme tidak hanya mengubah dunia benda, akan tetapi juga mengubah dunia tindakan budaya atau action culture

suatu masyarakat. Oleh karena itu, ancaman kapitalisme terhadap budaya lokal tidak hanya pada tingkat macro culture seperti keyakinan, paham, dan ideologi saja. Ia juga mengancam hingga ke micro culture yang mencakup cara berpakaian, bertingkah laku, dan sebagainya.

Beberapa akibat yang dapat terjadi kemudian adalah fenomena

dehumanisasi dan alienasi. Itulah dampak yang mungkin timbul sebagai konsekuensi dari globalisasi media massa dan informasi. Akibat yang lebih jauh lagi adalah sulitnya mengendalikan arus nilai-nilai kosmopolit (asing) di suatu negara, khususnya pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Meskipun globalisasi informasi dan media massa tidak lagi terlalu relevan untuk dipersoalkan dari sudut isu ketimpangan arus informasi dan komunikasi dunia internasional, tetapi muncul masalah lain yaitu siapakah yang mengontrol nilai budaya dan apa yang dominan dalam globalisasi media itu.

Letak perbedaan pada penelitian terdahulu ini peneliti ingin menggali lebih dalam pada manajemen media penyiaran televisi komersial di PadangTV dengan menggunakan studi kasus yang lebih eksploratori karenanya penelitian pada studi kasus mencari identifikasi berbagai tema atau kategori perilaku dan


(33)

kejadian. Karenanya melibatkan pengumpulan dan analisis informasi dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumen. Studi kasus terkadang juga menuntut peneliti menyediakan waktu lebih dalam pada lingkungan yang diinvestigasi.

Penelitian terdahulu selanjutnya oleh Agus Sunarto Zainal A. Hasibuan tahun 2007 adalah mengenai Model Perencanaan Strategi Sistem Informasi pada Industri Penyiaran Televisi dengan Pendekatan Blue Ocean Strategy dan Balanced Scorecard. Dengan hasil penelitian yaitu Semakin tingginya persaingan perusahaan media penyiaran di Indonesia saat ini, khususnya televisi, memunculkan kebutuhan strategi bisnis untuk bertahan. Hampir semua media penyiaran memanfaatkan TI dalam kegiatan operasionalnya. Akan tetapi kemampuan perencanaan, pengelolaan dan implementasi SI/TI yang dikaitkan dengan strategi bisnis perusahaan masih kurang diterapkan. Hal ini terlihat dari

output program siaran dari setiap stasiun TV memilik corak dan ragam yang sama. Diferensiasi dan inovasi produk tidak muncul dimana antara satu stasiun dengan stasiun lainnya menghasilkan produk yang serupa tapi tak sama. Padahal audien mereka terdiri dari berbagai lapisan, budaya dan latar belakang sosial, yang pasti mempunyai selera yang berbeda dan ini merupakan peluang yang perlu digarap lebih cermat.

Perencanaan Strategis Sistem Informasi kini merupakan salah satu kunci dalam pencapaian sasaran perusahaan, karena harus selaras dengan strategi bisnis yang dijalankan. Model Perencanaan Strategis Sistem Informasi yang akan dibahas dalam kajian ini adalah menggunakan strategi bisnis Blue Ocean Strategy (BOS) diintegrasikan dengan Balanced Scorecard (BSC). Dengan sifat-sifat pada BOS dan BSC, model ini menjawab kebutuhan model Perencanaan Strategis Sistem Informasi pada industri media televisi yang berkarakteristik dinamis, inovatif, dan tingkat persaingan tinggi dengan hasil pencapaian yang terukur dan komprehensif. Model ini di implementasikan dalam TV Anak Space Toon. Hasil kajian menunjukkan bahwa industri penyiaran TV yang selaras


(34)

dengan strategi bisnisnya. Komponen-komponen industri penyiaran yang tertangkap dalam kurva nilai BOS dipetakan kedalam 4 perspektif BSC, yaitu persepektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil pemetaan ini selanjutnya mengelaborasi kebutuhan SI/TI sejalan dengan strategi bisnis BOS menggunakan empat perspektif BSC. Kebutuhan SI/TI yang muncul kemudian di inventarisir untuk dijalankan sesuai dengan manajemen strategis SI/TI-nya.

Pada penelitian terdahulu ini, peneliti mendapatkan informasi bahwa dunia usaha saat ini termasuk media televisi sangat membutuhkan suatu strategi informasi (SI) dan teknologi informasi (IT) yang sangat membantu perusahaan dalam mengembangkan usaha bisnisnya dan memperluas informasi kepada masyarakat. Dengan adanya perencanaan strategi SI atau IT ini dapat memberikan arahan dan konsentrasi pada usaha industri media televisi dalam mencapai target. Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti tulis adalah peneliti ingin membahas tentang manajemen strategi yang digunakan atau dilakukan oleh manajer program bekerja dalam memproduksi suatu acara yang bermuatan budaya lokal yang tidak terlepas dari budaya atau adat istiadat yang dianut pada masyarakat setempat dimana stasiun televisi lokal ini berada dan mampu menarik perhatian masyarakat pada acara atau program televisi yang dibuat oleh media PadangTV.

Penelitian terdahulu selanjutnya oleh Erni Herawati Universitas Bina Nusantara tahun 2012mengenai Keterkaitan Isi Siaran Televisi di Indonesia dan keadilan Informasi. Dengan hasil penelitian yaitu Dunia pertelevisian Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan pertumbuhan yang cukup pesat, baik dari segi jumlah stasiun televisi maupun program. Kenyataannya, hampir semua lembaga penyiaran swasta nasional hanya menyiarkan program mengenai Jakarta. Artikel menganalisis fungsi media massa, termasuk penyiaran yang berkaitan dengan isi media yang disampaikan. Isi media tidak hanya ditentukan oleh faktor internal media tetapi juga faktor eksternal. Kepemilikan media


(35)

akhirnya menentukan bagaimana isi media yang diproduksi dan dibentuk. Oleh karena itu, agar informasi tidak hanya dimonopoli oleh satu golongan dan masyarakat mendapat pilihan informasi yang beragam dan sesuai dengan yang dibutuhkan maka perlu dipastikan agar keberagaman itu dimulai dari kepemilikan dari media. Disimpulkan, aturan main dalam dunia penyiaran harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat sehingga akan membawa keadilan informasi bagi masyarakat khususnya di Indonesia.

Berdasarkan penelitian terdahulu ini peneliti mendapatkan informasi bahwa dengan mulai banyaknya stasiun televisi yang muncul didaerah-daerah maka informasi tidak hanya dimonopoli oleh satu media televisi saja atau informasi yang terpusat di stasiun penyiaran televisi yang ada di Jakarta sehingga akan terbentuk adanya keadilan informasi bagi masyarakat. Letak perbedaan pada penelitian terdahulu ini adalah isi siaran yang peneliti teliti nantinya sebatas tentang muatan budaya lokal yang ada di daerah dimana stasiun televisi lokal yang akan diteliti nantinya.

Peneliti juga menambahkan beberapa jurnal internasional tentang konten lokal yaitu, Berita Utama: Nasional Swasembada Program Penyiaran Televisi Sebuah Studi Empiris Tentang Nasional Swasembada Pemrograman Penyiaran Televisi: Memprediksi Saham Domestik Versus Program Acara Buatan AS Oleh Xuexin Xu and W. Wayne Fu Nanyang Technological University Joseph D. Straubhaar dari University of Texas at Austin. Studi ini mengkaji masing-masing negara swasembada program televisi siaran, memiliki tujuan yang universal dan menyeluruh mengenai kebijakan kepercayaan dalam layanan siaran nasional atau domestik. Ini menelusuri dan memprediksi saham siaran pada program domestik dan program Amerika, dengan menggunakan data longitudinal yang diambil selama kurun waktu 1962 - 2001 untuk 20 negara atau teritori di seluruh dunia. Membangun teori ekonomi dan budaya tentang aliran media yang transnasional dan resepsi. Penulis ini berhipotesis bahwa penyiaran terestrial suatu negara tertentu yang mengudara untuk program buatan sendiri


(36)

relatif terhadap program acara yang diimpor dari negara televisi pengekspor dominan (seperti Amerika Serikat) yang mempengaruhi bagi penonton dalam negeri pada aspek ekonomi dan jarak budaya importir-eksportir. Analisis regresi, pada data selama 1962-2001, mengungkapkan bahwa pangsa siaran program buatan sendiri adalah fungsi peningkatan ukuran dan kemakmuran penonton domestik negara itu.

Ada perbedaan antara film dan program televisi, yang dapat menyebabkan perbedaan besar terhadap pengaruh ekonomi dan budaya pada aliran internasional dari dua jenis konten media. Pertama-tama, dibandingkan dengan industri film, industri televisi adalah industri dalam negeri dengan lebih orientasi lokal. Hampir setiap negara memiliki produksi program televisi dan siaran sistem sendiri, yang beroperasi di bawah peraturan negara dan sensor (Bielby dan Harrington, 2008). Pemerintah memainkan peran yang lebih penting dan lebih besar dalam mengatur isi dan perdagangan program televisi daripada film (Wildman & Siwek, 1988). Dalam pengertian ini, industri televisi lebih nasionalis dari industri film, dan aliran internasional program televisi merupakan subjek penting dalam produksi program. Kedua, film yang dikonsumsi dalam beberapa jam, sedangkan serial televisi dapat berjalan selama bertahun-tahun. Karena kehidupan berkepanjangan pada program televisi, penonton memiliki cukup waktu untuk dapat akrab dengan konteks budaya program, yang dapat bekerja untuk memoderasi setiap ketidaksesuaian budaya antara negara-negara pengekspor dan pengimpor, menciptakan keakraban budaya yang besar dari waktu ke waktu. Iwabuchi (2002) mencatat bahwa kedekatan budaya yang dinamis dari waktu ke waktu, yang mencerminkan hubungan perubahan budaya, seperti pertumbuhan ekspor budaya populer Jepang di tahun 1990-an ke negara-negara di Asia Timur.

Seperti isi media dari produk budaya yang menyampaikan ide tertentu, keyakinan, nilai-nilai, dan identitas dari pasar produksi, faktor budaya akan memainkan peran penting dalam menjelaskan konsumsi di seluruh dunia tentang


(37)

produk konten audiovisual. Straubhaar (1991) berpendapat bahwa konsumen konten media secara aktif mengejar kedekatan budaya, yaitu, penonton lebih memilih produk budaya dalam negeri atau produk dari budaya asing. Dengan demikian, perbedaan budaya antara sumber produk dan target pasar luar negeri akan menghasilkan diskon budaya, yaitu, penurunan nilai konten media ke khalayak di pasar luar negeri (Cantor & Cantor, 1986; Hoskins & Mirus, 1988; Waterman, 1988). Semakin besar jarak budaya dari pasar ke pasar yang berasal untuk dikonsumsi, semakin besar penurunan nilai produk.

Temuan menegaskan efek pasar rumah di program siaran televisi buatan sendiri di masing-masing negara. Hasil menunjukkan bahwa ukuran basis penonton suatu negara berhubungan positif dengan program yang disiarkan oleh program televisi buatan sendiri dan negatif dengan pangsa program buatan AS, baik selama sepanjang hari dan pada saat siaran primetime. Dengan penonton yang lebih besar mengindikasikan kebutuhan nasional untuk program televisi, yang merangsang produksi program serta menarik lebih banyak iklan untuk mendukung industri penyiaran. Dalam hal ini, lembaga penyiaran lokal dengan penonton lebih dapat memberikan lebih banyak program dan / atau program berkualitas tinggi, dan pada gilirannya program impor yang lebih sedikit dari pasar AS. Ini menunjukkan bahwa skala pasar domestik memainkan peran penting dalam penyiaran program televisi buatan sendiri dan buatan AS, yang konsisten dengan model ekonomi perdagangan media internasional. Artinya, industri televisi dalam negeri mempunyai keunggulan kompetitif dalam memproduksi dan menyiarkan program-program buatan sendiri, dan dengan demikian membuat negara kurang bergantung pada impor program televisi Amerika selama siaran sepanjang hari. Hal ini memberikan dukungan tambahan untuk model ekonomi perdagangan media internasional.

Selain itu, penelitian ini mengungkapkan tren waktu yang relatif jelas dalam program siaran televisi buatan sendiri dan buatan AS di negara-negara


(38)

dan wilayah masing-masing di lima puluh tahun terakhir. Saham program buatan sendiri di sepanjang hari-waktu dan penyiaran penurunan siaran di primetime

dari waktu ke waktu, sedangkan saham program Amerika meningkat. Ini berarti kecenderungan globalisasi dan kecenderungan pertukaran budaya, yang dapat berfungsi untuk memperkaya kehidupan hiburan rakyat (Buonano, 2007). Namun, ini juga dapat menyebabkan dominasi Amerika dan homogenisasi, yang akan membahayakan keseimbangan dan keragaman budaya yang berbeda (Schiller, 1971).

Temuan penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi para pembuat kebijakan tentang bagaimana mengembangkan swasembada produksi Program dalam mempertahankan keragaman budaya. Sebuah negara dengan industri televisi dalam negeri lebih besar dan cenderung lebih kuat untuk menyiarkan program yang lebih tentang buatan sendiri dan lebih sedikit program buatan AS.Secara khusus, isi media yang telah didistribusikan melalui Internet dan situs televisi online telah menjadi komponen penting dari industri program televisi negara. Tren ini membutuhkan lebih banyak dukungan keuangan pada pengembangan layanan televisi online dalam negeri, terutama pada peningkatan kualitas dan kuantitas program televisi untuk kembali dirilis secara online. Investasi tersebut di program televisi online akan membantu dalam memperbesar ukuran penonton dengan menarik penonton yang lebih muda, yang pada gilirannya menguntungkan industri program televisi dalam negeri.

Membuat konten pemasaran untuk pasar penonton yang diperluas, dengan demikian dapat memperkuat kemampuannya untuk memproduksi dan pemrograman acara. Hal ini membutuhkan seperangkat korporasi antara bakat ,penulis, aktor, seniman, produser dan eksekutif jaringan untuk membuat program yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan norma-norma dalam negeri, dan akibatnya menarik penonton dalam negeri. Salah satu contoh penting adalah jenis yang berbeda dari program televisi yang disebut telenovela, yang sering


(39)

mencerminkan budaya, ekonomi dan politik dari negara-negara Amerika Latin dan dengan demikian sangat populer di wilayah tersebut. Dengan cara ini, penyiaran domestik dapat mengembangkan industri program televisi sendiri dan mempertahankan swasembada, yang membantu dalam mempromosikan keragaman budaya.

Program televisi genre yang berbeda berhubungan dengan kemampuan yang tidak sama untuk mengatasi hambatan budaya dan diekspornya program acara tersebut. Genre sinetron dan action-adventure yang relatif lebih mudah diangkat melintasi perbatasan, dengan alasan bahwa sinetron mengeksplorasi tema global yang memegang daya tarik universal dan action-adventure

menekankan pada tindakan daripada dialog atau karakter. Namun, genre komedi situasi yang lebih spesifik budaya sehingga kurang menarik bagi penonton internasional (Bielby dan Harrington, 2008). Oleh karena itu, genre program dapat mempengaruhi aliran internasional program televisi dan swasembada nasional. Straubhaar (2007) telah menunjukkan bahwa perdagangan budaya dalam wilayah budaya-linguistik semakin besar dan berkembang, terutama di Amerika Latin, Asia dan Timur Tengah. Salah satu contoh penting adalah ekspor drama Korea Selatan dan Hong Kong TVB komedi di Cina, Singapura, Taiwan, dan di tempat lain di Asia. Dalam hal ini, fokus hanya pada saham siaran program buatan sendiri dan buatan AS mungkin tidak cukup untuk mengungkapkan kompleksitas gambaran global siaran program televisi. Arus program televisi di daerah-daerah budaya-linguistik yang pantas diselidiki. Penelitian di masa depan harus mencakup arus televisi intra-regional.

Penelitian terdahulu selanjutnya adalah Masalah kepemilikan: Lokalisme, Lokal Televisi Berita & FCC.Pada penelitian ini membahas tentang Tiga prinsip-prinsip regulasi media dan pembuatan kebijakan di Amerika Serikat adalah persaingan, keragaman dan lokalisme. Keputusan itu dibuat oleh Federal Communications Act of 1934. Beberapa peraturan (seperti stasiun koran-televisi


(40)

aturan kepemilikan silang) karena FCC menyatakan bahwa tindakan tersebut akan mempromosikan lokalisme. Peraturan lainnya (seperti jumlah stasiun televisi yang dimiliki oleh satu perusahaan di industri penyiaran) karena FCC percaya bahwa relaksasi mereka tidak akan secara signifikan membahayakan lokalisme karena beragam media yang tersedia di sebagian besar pasar industri penyiaran (Napoli, 2004). Temuan penelitian ini menegaskan bahwa kepemilikan itu penting dalam produksi berita dan berita lokal pada siaran berita televisi lokal. Ada statistik hubungan signifikan yang terkait jumlah konten berita dan konten berita lokal untuk profil kepemilikan. Dalam penelitian ini stasiun ini disebut "independen". Secara umum, stasiun independen menyiarkan konten yang lebih lokal pada siaran berita daripada stasiun yang lain.Singkatnya, kepemilikan media konsolidasi negatif mempengaruhi produksi konten lokal pada siaran berita televisi lokal.

Fungsi media sebagai komunikator informasi politik atau sebagai lembaga politik, itu akan memiliki efek terkuat di tempat-tempat lokal karena praktek politik yang luar biasa di Amerika Serikat terjadi di tingkat lokal. Isu-isu kebijakan publik seperti zonasi, pendidikan, kejahatan, keadilan, transportasi, pengelolaan sampah, kemiskinan, perumahan di antara banyak lainnya adalah "hal-hal" keputusan politik lokal. Oleh karena itu, lokalisme sebagai prinsip kebijakan tertanam di banyak bidang kebijakan publik (Briffault, 1988, 1990).

Dalam demokrasi modern, tanggung jawab besar untuk menginformasikan warga mengenai isu-isu kebijakan publik ada pada media massa. Bahkan, ada kewajiban eksplisit (oleh undang-undang untuk media elektronik dan dengan standar jurnalistik untuk media cetak) untuk melayani kepentingan publik (Napoli, 2001; Graber, 2001). Ada bukti substansial yang menunjukkan pentingnya konten berita lokal untuk hasil politik dan ekonomi lokal (Georgedan Waldfogel, 2003; Stromberg, 2004). Namun, produksi berita, baik elektronik atau cetak, tunduk pada kalkulus yang memperlakukan informasi sebagai komoditas (Hamilton, 2004; Adilov, Alexander & Brown, 2006).


(41)

Mengingat peran politik dan informasi berita dan urusan konten publik di tempat-tempat lokal, kekhawatiran FCC mengenai lokalisme dalam pembuatan kebijakan yang dianganggap sangat penting. Meskipun konsep lokalisme yang belum terdefinisi dengan baik, peneliti mempunyai ide bahwa lokalisme mengacu pada tempat-tempat lokal yang memiliki batas-batas geografis fisik. Yang konsisten dengan definisi lokalisme yang dimaksud oleh FCC yang tampaknya berakar pada gagasan masyarakat (Alexander & Brown, 2006).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji sejauh mana konten lokal pada siaran berita yang diproduksi secara lokal dan untuk memeriksa apa efek dari kepemilikan media dalam konten lokal. Untuk melakukan analisis itu, peneliti berfokus pada kisah-kisah individu mengenai siaran berita. Metodologi dasar untuk penelitian ini adalah analisis isi (Krippendorf, 1980). Ini adalah metode yang menghasilkan gambaran yang sistematis dan objektif tentang konten informasi. Sampel penelitian ini dikembangkan dari siaran berita televisi lokal direkam oleh Proyek Keunggulan dalam Jurnalisme (PEJ) pada tahun 2002. Secara khusus, siaran disajikan pada bulan Maret, April dan Mei 2002. dimana Nielsen menetapkan ukuran penonton dalam menentukan harga iklan di stasiun penyiaran. Jelas, semakin besar penonton, semakin stasiun dapat biaya dari pemasukan iklan.

Program acara mengenai kejahatan menyumbang proporsi yang paling signifikan dari cerita dan disiarkan dalam waktu (28,2 dan 29,2 persen, masing-masing). Bahkan, siaran tentang kejahatan menyumbang waktu siaran lebih dari dua jenis cerita ( seperti isu-isu publik, 19% dan kebakaran / kecelakaan / bencana, 8,1%) yang dikombinasikan. Yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Yanich, 2004). Ini perlu untuk dicatat bahwa kategori isu-isu publik berisi semua isu publik (perumahan, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dll).


(42)

Temuan analisis dari jumlah total konten berita dan jumlah konten berita lokal pada siaran. Hasil analisis regresi yang menguji hubungan antara konten dan stasiun karakteristik lokal juga disajikan. Variabel dependen yang ditentukan dalam penelitian ini sebagai: (1) proporsi siaran yang ditujukan untuk berita, dan (2) proporsi siaran yang lokal konten. Yang berbeda dari variabel dependen yang ditentukan oleh peneliti FCC. ini digunakan sebagai variabel dependen: (1) jumlah berita yang disiarkan sebanyak berapa detik dan (2) jumlah detik berita lokal. setiap pendekatan mengukur jumlah berita total dan jumlah berita lokal pada siaran berita.

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk standar sebagai proporsi. Standarisasi yang dikembangkan karena jumlah siaran dikaitkan dengan pemilik yang bervariasi karena mereka memiliki perbedaan dalam jumlah stasiun. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki tiga stasiun penyiaran, hal ini akan lebih banyak waktu untuk berita secara umum dan untuk berita lokal pada khususnya. Akibatnya, jumlah berita umum dan konten berita lokal harus dihitung dalam bentuk standar untuk membuat perbandingan di seluruh stasiun pemilik. Yang dilakukan dengan menyatakan variabel dependen sebagai proporsi daripada jumlah total waktu yang dihabiskan untuk berita atau berita lokal. Dalam setengah jam siaran berita kebijaksanaan konvensional adalah bahwa 22,5 menit siaran yang tersedia untuk berita. 7,5 menit lainnya dikhususkan untuk iklan. Dalam penelitian ini, pemberitaan mengenai cuaca sehari-hari dan pemberitaan mengenai olahraga dari siaran berita tidak dimasukkan dalam analisis karena mereka fitur struktural siaran.

Sejauh ini, faktor terkuat yang mempengaruhi isi berita lokal adalah apakah stasiun ini dimiliki dan dioperasikan oleh jaringan dan bahwa itu adalah bagian dari kepemilikan duopoli. Ketika itu terjadi, konten berita lokal turun lebih dari enam persen (-6,494%). Ketika profil kepemilikan stasiun dimiliki dan


(43)

dioperasikan hanya, konten berita lokal turun lebih dari dua persen (-2,330%). Status kepemilikan duopoli-satunya juga memiliki efek negatif pada konten berita lokal, penurunan itu sekitar satu-setengah dari satu persen (-.453%). Jumlah pasar di mana pemilik memiliki stasiun televisi dan stasiun radio dan jumlah stasiun televisi yang dimiliki oleh pemilik semua memiliki efek negatif pada proporsi muatan lokal pada siaran, -.274%, -.216% dan -. 118%,. Sebaliknya, dua variabel memiliki efek positif pada jumlah konten berita lokal. Jika pemilik stasiun memiliki sebuah surat kabar di DMA lain, isi berita lokal meningkat lebih dari enam persen (6,24%). dengan hanya lebih dari satu persen (-1,253%). Jumlah stasiun radio yang dimiliki oleh perusahaan media televisi sangat sedikit meningkat kandungan lokal (0,096%).

Duopoli hanya status dalam karakteristik kepemilikan yang berbeda-beda mempengaruhi jumlah berita total dan proporsi konten berita lokal. Kepemilikan stasiun penyiaran yang Duopolies menghasilkan total berita hampir sepuluh persen lebih dan lebih dari enam persen lebih sedikit memuat konten lokal dari stasiun yang tidak duopolies atau dimiliki dan dioperasikan oleh jaringan. Dua dari tiga pemilik yang memiliki stasiun penyiaran yang duopolies seperti CBS dimiliki di Los Angeles dan Boston dan General Electric NBC duopolies dimiliki di Los Angeles dan New York. Kepemilikan koran di DMA selain pasar di mana pemilik memiliki sebuah stasiun televisi, juga mempengaruhi produksi berita (meningkat lebih dari satu persen). Namun, pengaturan itu juga sedikit mempengaruhi proporsi muatan lokal pada siaran dari stasiun (sekitar satu setengah dari satu persen).

Penelitian ini merupakan pemeriksaan hubungan potensial antara isi siaran berita lokal dan karakteristik kepemilikan. Ini merupakan perpanjangan dari analisis yang dilakukan oleh FCC dan Televisi Lokal Berita Media Project di University of Delaware. Sebuah fitur penting dari penelitian ini adalah bahwa konten yang sebenarnya dari program berita lokal dianalisis. Pemeriksaan ini


(44)

mengungkapkan hubungan antara kepemilikan dan berita televisi konten. Seperti yang dikatakan sebelumnya, hal kepemilikan diatur dengan cara tertentu. Kepemilikan konsolidasi mempengaruhi proporsi konten lokal pada siaran berita televisi lokal. Analisis ini, konsisten dengan temuan penelitian FCC (federal communication communities) sendiri.

Penelitian jurnal internasional yang selanjutnya adalah Aturan Konten lokal dalam Penyiaran Disusun oleh Ken Bhattacharjee, Legal Officer, dan direvisi oleh Toby Mendel, Kepala Program Hukum mengenai negara memiliki aturan konten lokal di sektor penyiaran untuk melindungi dan mempromosikan program lokal. Dikatakan bahwa aturan ini diperlukan karena pasar internasional mendukung negara-negara besar dan berkembang dengan penyiaran dan produksi sektor program yang dapat dengan mudah menggantikan program lokal di negara-negara yang lebih kecil, seperti negara yang kurang berkembang. Namun, pada saat yang sama, aturan ini kadang-kadang dikritik karena pelanggaran atas jaminan kebebasan berekspresi, perdagangan yang menahan dan mengatur arus informasi asing ke suatu negara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji standar internasional dan praktik terbaik tentang perbandingan aturan konten lokal dan status mereka dalam kaitannya dengan jaminan kebebasan berekspresi.

Menurut hukum internasional, bahwa pluralisme merupakan aspek penting kebebasan berekspresi. Dengan demikian, aturan konten lokal yang mempromosikan keragaman Ekspresi bisa konsisten dengan kebebasan berekspresi. Menurut Agarsah, aturan konten lokal harus: a). Bertujuan untuk mempromosikan pluralisme; b).Dilaksanakan dengan cara hukum yang tepat; c).Realistis dan praktis, dan berdasarkan kriteria yang sesuai, dalam arti yang disesuaikan dengan sektor penyiaran secara khusus dan kebutuhan khusus mereka; dan d). Dilaksanakan secara progresif.


(1)

penyuluhan dan informasi publik, sebab sebuah pesan yang tidak memiliki nuansa informatif bisa menimbulkan kesalahan persepsi. Programming (penyusunan acara), dalam langkah ini pikirkan pesan apa yang seharusnya termuat dalam setiap program acara yang disiarkan oleh stasiun PadangTV, dengan memahami tipe khalayak atau penonton dan tujuan yang ingin dicapai, maka seorang manajer dan kru tv harus mampu memilih pesan apa yang sesuai dengan kebutuhan, dan

pengalaman khalayak yang menjadi target sasaran. Pesan yang diangakat juga harus mencerminkan arah perubahan yang sesuai dengan tujuan program yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan penyusunan kata yang bisa menyentuh, membumi dan mudah dipahami oleh penonton. Pemilihan kata biasanya dibuat oleh orang-orang yang memiliki keahlian dalam bahasa, yakni memilih bahasa yang mudah dipahami,menggugah rasa ingin tahu penonton. Sebaiknya, pemilihan kata atau pesan yang diujicobakan dulu dengan mendengar para pakar dan juga beberapa orang yang dijadikan sampel target sasaran.

Produksi program TV

Dalam produksi sebuah program tv terdapat tahap-tahap produksi yang meliputi aspek-aspek seperti persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir yang merupakan rangkaian dari proses produksi sebuah program tv. Adapun langkah-langkah proses produksi program tv yaitu:

d. Praproduksi, merupakan sebuah tahapan yang meliputi segala persiapan yang berkaitan dengan kegiatan sebelum menuju kelapangan atau studio pada hari produksi. Di dalam proses pra produksi dibagi menjadi 2 tahap dimana pada tahap yang 1 menekankan pada konsep atau dasar pemikiran sampai dengan

kepada pembuatan naskah produksi. Sedangkan yang termasuk dalam tahap ke 2 didalam kegiatan pra produksi meliputi detail produksi seperti pemilihan lokasi, kru dan peralatan yang akan digunakan pada produksi nanti. Tahapan dalam pra produksi program tv ini adalah menentukan ide atau konsep acara, rekruitmen kru, engkoordinasikan kru, dan menentukan pembawa acara dan bintang tamu.

e. Produksi, pada tahap produksi merupakan tahap dimana dilakukan semua kegiatan yang telah dipersiapkan mulai dari latihan terakhir sampai kepada pengambilan gambar baik didalam maupun diluar


(2)

studio. Termasuk didalamnya penggunaan segala peraltan dan para kru yang mengoperasikan serta kegiatan tapping atau perekaman. f. Pasca Produksi, sebuah bagian terpenting dari semua rangkaian

produksi. Pasca produksi menitikberatkan kepada proses video dan audio editing. Maksud dari dilakukannya proses video dan audio editing ini adalah untuk mengkoreksi hasil produksi, dengan cara menambahkan elemen-elemen tambahan seperti background music dan spesial effect.

Perencanaan program siaran

Mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah dan panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran untuk mendapatkan tujuan program dan tujuan keuangannya. Pelaksanaannya berkaitan dengan kegiatan produksi, pemilihan serta penjadwalan program untuk dapat menarik minat audien atau penonton sebanyak mungkin.

Bagian yang bertanggung jawab dalam perencanaan program ini biasanya dipegang oleh manajemen puncak pada stasiun penyiaran, utamanya manajer program dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan manajer pemasaran sebagai bagian yang nantinya akan memasarkan program kepada para pemasang iklan, serta memberikan pertimbangan dan pandangan mengenai prospek, rating acara.

2. Apakah ada pihak sponsor dalam program acara di stasiun PadangTV? Jawaban: ADA sponsor yang ikut menentukan program acara, setiap program acara sebisa mungkin ada sponsornya baik itu dalam program acara news (berita) maupun program acara yang non news (hiburan) Kalau dalam program news (berita) yang disajikan berupa dialog kritis seperti mengapresiasikan liputan kegiatan pemerintahaan sumatera barat sedangkan dalam program non news (hiburan), kalau dalam acara kucindan minang jika ada artis lokal yang ingin mempromosikan albumnya jadi artias tersebut harus bayar kepada stasiun PadangTV. 3. Apakah semua program acara diproduksi sendiri oleh stasiun PadangTV?


(3)

4. Rating program acara apa yang cukup tinggi saat ini di stasiun PadangTV?

Jawaban: rating yang tinggi untuk program acara non news yaitu kucindan minang dan program acara news yaitu detak sumbar. 5. Berapa lama kira-kira proses produksi program acara di stasiun

PadangTV?

Jawaban: proses produksi program acara di stasiun PadangTV bisa sekitar 1-2 hari bisa juga sampai 3 hari itu maksimalnya, ya tergantung tingkat kesulitannya. Kalo tapping bisa juga disiarkan hari ini juga tapi tergantung pada orderan yang minta duluan. Sedangkan siaran LIVE atau langsung seperti kucindan minang dan detak sumbar itu bisa disiarkan secara langsung.

Jika pagi hari produksi bisa siang atau sore hari disiarkan seperti program acara detak sumbar (program news) sedangkan kucindan minang kita hanya menampilkan host saja dan bisa langsung siar. Untuk program mingguan rata-tata membutuhkan 3- 4 hari untuk praproduksinya (kalo tayangannya disiarkan hari rabu atau kamis, proses produksinya sudah dari hari senin, karena kameramen ada 4 orang (laki-laki semua), kameramen tersebut milik semua program acara (kameramen bisa digunakan untuk beberapa program acara) jadi pembagian jadwalnya sangat ketat.

6. Siapa saja target penonton di stasiun PadangTV ini?

Jawaban: target penonton dari stasiun PadangTV ini adalah semua segmen.

Program acara CERIA untuk anak-anak ada sekitar 15 %, program acara (musik,kampusku) bagi anak kuliah dan SMA ada sekitar 30%, untuk segmen Dewasa yang paling banyak ada sekitar 55% yang biasanya ditonton oleh ibu rumah tangga dan pegawai kantoran.

7. Apa semboyan dari stasiun PadangTV ini?


(4)

8. Siapa yang ikut dalam rapat redaksi?

Jawaban: rapat redaksi bisa dilakukan pada setiap hari yang diikuti oleh koordinator liputan dan kameramen sedangkan dalam rapat redaksi mingguan sudah menyeluruh untuk para pegawai seperti produser, executive produser, reporter dan koordinasi liputan.

9. Apa saja hambatan dalam proses produksi program acara di stasiun PadangTV ?

Jawaban: hambatan yang dialami pada proses produksi program acara yaitu kendala yang jauh untuk keluar kota dalam meliput suatu acara di daerah, dan peralatan yang biasa atau standar (tidak terlalu canggih), jumlah alat dan teknologi yang kurang serta juga SDM (kru PadangTV) yang sedikit sehingga ada beberapa staf yang merangkap kerja pada bagian lain seperti produser news juga bisa sebagai bagian dari marketing di PadangTV.

10.Apakah ada pengeluaran yang berlebihan dalam setiap memproduksi program acara?

Jawaban: biaya pada PadangTV cukup sedikit atau kecil (sehingga untuk memproduksi banyak program acara tidak bisa terlalu banyak), biaya yang sangat rutin dikeluarkan untuk biaya konsumsi dan

transportasi para kru PadangTV.

11.Dibagian mana yang mencari iklan di stasiun PadangTV?

Jawaban: bagian yang mencari iklan di PadangTV tidak hanya dibagian marketing tetapi seluruh karyawan di PadangTV juga ikut terlibat karena jika hanya satu divisi saja yang mencari iklan, kita tidak akan dapat gaji, jadi semua harus ikut.

12.Apakah ada bentuk kerjasama stasiun PadangTV dengan pihak ketiga? Jawaban: PadangTV bekerjasama dengan pemerintah Sumatera Barat seperti agenda pemerintah Sumatera Barat berupa dialog (menyampaikan program-program kerja dari pemerintah disampaikan lewat televisi, dan sosialisasi pemerintah, biasanya kami mengkombinasi dengan yang ada).


(5)

13.Strategi apa yang dilakukan stasiun PadangTV untuk bisa tetap eksis dengan televisi lokal lainnya?

Jawaban: kami selalu mempertahankan program konten budaya lokal dari provinsi Sumatera Barat, dan strategi dalam membidik audien atau penonton dengan lebih spesifik dengan cara menempatkan program acara sesuai dengan segmen penonton yang telah dibedakan, diseleksi

kemudian terpilih segmen penonton yang menyukai program acara yang menarik bagi mereka.

14.Berapa persen program konten lokal yang disiarkan oleh stasiun PadangTV?

Jawaban: 80% lokal dan 20 % lagi bersifat umum.

15.Adakah stasiun PadangTV membeli siaran program dari stasiun televisi lain?

Jawaban: PadangTV bekerja sama dengan JTV, jadi ada program yang sharing bersama, jika ada siaran yang di JTV memiliki unsur edukasi, budaya, dan informasi, biasanya kami merelay dengan cara mengirim surat atau aggreement dengan JTV seperti acara Harmoni Indonesia (Talk Show dengan Pejabat Menteri)

16.Apasaja kegiatan yang dilakukan oleh kru dan manajer dalam merevisi program acara di stasiun PadangTV?

Jawaban: evaluasi merupakan keharusan pada setiap akhir kegiatan (program) untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi program acara. Berdasarkan hasil evaluasi itu apakah kegiatan bisa dilanjutkan,

dihentikan atau dilanjutkan dengan melakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan. Pada saat menguji suatu eksistensi program acara, produser melakukan survei secara khusus, jika tidak ada yang menonton acara tersebut maka dilakukan evaluasi pada program acara tersebut. Dan mengukur keberhasilan yang dicapai, pada tahap ini, program acara yang sudah dijalankan perlu dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang diperoleh. Apakah penonton sudah menerima informasi atau tidak, apakah penonton mengerti isi pesan yang disampaikan, dan apakah ada perubahan perilaku dan sikap pada khalayak yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh tujuan dibuatnya program tersebut, ataukah ada hal-hal baru yang unik dan


(6)

menarik yang ditemui dilapangan yang ditidak pernah diantisipasi sebelumnya.

Penetapan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam setiap program. Sebab jika penetapan strategi salah atau keliru maka jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan bisa gagal, terutama kerugian dari segi waktu, materi dan tenaga.