Indikator kepuasan terhadap teknik resolusi konflik RESOLUSI
merugikan 9 kasus, dan konflik 33 kasus. Diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Interaksi pemanfaatan pertambangan dengan perikanan tangkap
Di Kabupaten Kotabaru terdapat banyak sekali pertambangan batubara dan biji besi antara lain PT Bahari Cakrawala Sebuku, PT Sebuku Iron Lateralitic
Ores, PT Trans Coalindo, PT Adibara Bransastra, PT Borneo Internusa, PT Arutmin Indonesia, PT Multi Usaha Pratama Saijaan BUMD, PT Batu Besar
Mega Nusantara. Pengerukan lahan dilakukan untuk pembangunan pelabuhan sebagai tempat untuk mendistribusikan hasil pertambangan biji besi dan batubara
mengakibatkan perairan laut tercemar, hal ini terlihat perubahan warna air laut. Nelayan merasa resah dan mengeluh karena terjadi penurunan hasil tangkap.
Lumpur hasil pengerukan untuk pendalaman alur pelabuhan perusahaan dan alat rongsokan dikapal-kapal yang jatuh ke laut mengganggu keamanan dan
kemudahan operasional alat tangkap karena memberatkan alat tangkap yang diangkat nelayan akibat tersangkut lumpur dasar laut akibat pembuangan besi dan
batu-batuan. Beberapa nelayan trammel net dan lampara dasar merasa kesal karena jaring masuk lubang kerokan dan robek, bukan hasil tangkapan yang
didapat tapi ban bekas dan batuan yang tersangkut jaring bahkan jaring putus dan hancur.
Selain pencemaran laut, lampu penerangan pelabuhan yang memiliki intensitas yang tinggi mengalahkan kekuatan lampu yang digunakan sebagai
atraction pada bagan tancap untuk penangkapan ikan teri. Nelayan pengguna
bagan tancap merasa resah karena hasil tangkapan ikan teri mengalami penurunan.
2 Interaksi perikanan tangkap dengan transportasi
Lalu lintas perairan Kotabaru khususnya alur Selat Pulau Laut, Alur Selat Muara Batuan dan Selat Makasar adalah alur perdangangan lokal dan nasional
transportasi domestik yang melayani kapal penumpang dan barang dari dan menuju pelabuhan-pelabuhan. Selain itu terdapat juga alur laut kepulauan
Indonesia ALKI yang diperuntukkan kapal-kapal mancanegara melintasi Selat Makasar. Dengan demikian kapal yang melewati alur tersebut terdiri dari kapal
perikanan, kapal barang, tongkang dan kapal penumpang dengan berbagai ukuran.
Kegiatan transportasi laut tersebut meningkatkan perekonomian lokal berupa arus barang dan manusia dari dan menuju pelabuhan-pelabuhan. Disisi
lain, buangan limbah domestik dari kapal berpotensi menurunkan kualitas air laut. Perebutan fungsi laut yang mana bagi perusahaan merupakan jalur lalu-lintas
perdagangan sementara bagi nelayan merupakan wilayah fishing ground. Kondisi ini sering terjadinya konflik antara nelayan dan kapal-kapal yang melalui alur
tersebut. Kasus yang terjadi yaitu ditabraknya perahu nelayan oleh kapal-kapal
perusahan tambang, tabrakan perahu nelayan dengan speed boat
dan
terganggunya nelayan pada saat melakukan penangkapan ikan.
Disepanjang pantai Pulau Tabuan sudah terlihat kepingan-kepingan batubara yang mengendap akibat frekuansi lalu lintas dan loading batubara.
Konflik terjadi karena wilayah tangkap ikan yang dimiliki nelayan tradisional secara turun-temurun kini semakin sempit dan kualitasnya pun makin berkurang.
3 Interaksi antara pemanfaatan lahan budidaya dan penangkapan ikan
Penebangan hutan bakau menyebabkan tempat pemijahan beberapa jenis ikan rusak. Penurunan fungsi ekologi laut terlihat dengan menurunnya hasil
tangkap ikan bagi nelayan. Konflik ini memperlemah ikatan solidaritas nelayan tradisional dan petani tambak.
4 Interaksi pertambangan dengan petani tambak
Mengeluhnya petani tambak udang akibat adanya pelabuhan yang mencemari perairan laut yang menjadi sumber air tambak tersebut.
Kualitas air yang menurun mengakibatkan kerugian bagi petani tambak bahkan matinya usaha
tambak di daerah sekitar pertambangan.