PERAN PARTAI GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK KADER (Studi Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Paser Kalimantan Timur)

(1)

PERAN PARTAI GOLKAR DALAM PENDI DI KAN POLI TI K KADER ( Studi Dew an Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Paser

Kalimantan Timur)

SKRI PSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu ( S1) Jurusan I lmu Pemerintahan

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun oleh : Agung Kurniaw an 201010 050311043

Jurusan I lmu Pemerintahan

Fakultas I lmu Sosial dan I lmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang


(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

Jl. Raya Tlogomas No 246 Tlp (0341) 460948, Malang 65144 Pes.132 Malang

LEMBAR PENGESAHAN Telah Dipertahankan Dihadapan

Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 03 Mei 2014

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan Dewan Penguji

1. Drs. Krishno Hadi, MA. (………..) 2. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (………..) 3. Yana S. Hijri, S,IP, M.IP (………..)

4. Dra. Su’adah, M.Si (………..)

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dr. Asep Nurjaman, M.Si SKRI PSI


(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

Jl. Raya Tlogomas No 246 Tlp (0341) 460948, Malang 65144 Pes.132 Malang

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Agung Kurniawan NIM : 201010050311043

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : PERAN GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Pada Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar

Kabupaten Paser Kalimantan Timur)

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yana S. Hijri, S,IP, M.IP Dra. Su’adah, M.Si Mengetahui,

Dekan Fisip UMM Kajur Ilmu Pemerintahan


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

Halaman I. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 11

C. Tujuan Penelitian 11

D. Manfaat Penelitian 12

E. Tinjauan Pustaka 13

1. Pendidikan Politik 13

2. Teori Sosialisasi Politik 15

F. Metode Penelitian 16

1. Jenis Penelitian 16

2. Sumber Data 16

3. Lokasi Penelitian 17

4. Tehnik Pengumpulan Data 18

5. Pemeriksaan Keabsahan Data 21

G. Tehnik Analisis Data 23


(5)

II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Partai Politik 24

1. Definisi Partai Politik 24

2. Jenis-jenis Partai Politik 31

3. Klasifikasi Partai Politik 33

B. Peran dan Fungsi Partai Politik 35

C. Pendidikan Politik 38

1. Definisi Pendidikan Politik 38

2. Definisi Sosialisasi Politik 41

3. Proses Sosialisasi Politik 42

4. Bentuk Sosialisasi Politik 44

5. Pelaku / Agen Sosialisasi Politik 47

III. BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Paser 53

1. Sejarah Kabupaten Paser 54

2. VISI dan MISI Kabupaten Paser 55

B. Letak Geografis dan Topografis 59

C. Demografis 62

1. Jumlah Penduduk 62

2. Pendidikan 64

3. Lapangan Pekerjaan 66

4. Gambaran Perpolitikan di Kabupaten Paser 68


(6)

1. Sejarah Partai Golkar 72

2. VISI Partai Golkar 75

3. MISI Partai Golkar 76

4. Program Umum Partai Golkar 76

5. Struktur Partai Golkar Kabupaten Paser 77 6. Program Kerja DPD Partai Golkar Kabupaten Paser 78 7. Program Kegiatan DPD Partai Golkar Kabupaten Paser 78 8. Program Kegiatan Tambahan Partai Golkar Kabupaten Paser 79

IV. BAB IV PEMBAHASAN dan ANALISIS DATA

A. Peran Partai Politik dalam Pendidikan Politik 80 B. Peran Partai Golkar dalam Pendidikan Politik 84 C. Analisis Kritis Peran Partai Golkar dalam Pendidikan Politik 109

V. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 116


(7)

DAFTAR TABEL

Table 3.C.1 Rekapitulasi Jumlah Kursi Dewan berdasarkan perolehan suara Pemilu 2009

68

Tabel 4.B.1 Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Golkar 85 Tabel 4.B.2 Rekapitulasi perolehan suara Partai Golkar 89


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 3.B.1 Peta Wilayah Kabupaten Paser 60

Gambar. 3.B.2 Pemetaan Luas Wilayah Kabupaten Paser menurut Luas Perkecamatan 61

Gambar 3.C.1 Jumlah Pendudukan berdasarkan tabulasi 10 kecamatan yang tesebar di

Wilayah Kabupaten Paser Kalimantan Timur 63

Gambar. 3.C.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Kabupaten Paser, 2012 65

Gambar. 3.C.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan

Usaha Kabupaten Paser, 2012 67

Gambar 3.C.4 Rekapitulasi Hasil Kegiatan DPRD yang melahirkan Peraturan, Sumber

Sekretariat DPRD Kabupaten Paser 69

Gambar 4.B.1 Proses Pengambilan Data dan Wawancara pada Sekretariat DPD Partai

Golkar 87

Gambar 4.B.2 Hearing dan Evaluasi Kader dan Konstituen di Kecamatan Tanah Grogot

98

Gambar 4.B.3 Sosialisasi Pemilu dan Bakti Sosial Tanggal 9 November 2013 99 Gambar 4.B.4 Sosialisasi Pemilu Tanggal 11 November di Hotel Bumi Paser 99


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Ichlasul, Teori-teori Mutakhir Partai Politik, 2012 (edisi 2),Yogyakarta :Tiara Wacana Hlm XV

Moleong, Lexy j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya

Toni Adrianus Pito, Kemal Fasyah, dan Efriza, Mengenal Teori-teori Politik, Cetakan Pertama, 2005, Depok, Hal 3

Kencana,Inu Pengantar Ilmu Pemerintahan, (cetakan kedua) 2001, Jatinangor Bandung Hlm 20

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta , Rineka Cipta hlm. 9-10.

Michels Robert, Partai Politik, Kecenderungan Oligarkis dalam Birokrasi, (edisi terjemahan) 1984, Jakarta:CV.Rajawali. Hlm 25

Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar; teori, kritik, dan nalar, Klik R, Jogjakarta, 2002). Soelistyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984)

Naning Ramdlon, Pendidikan Politik dan Regenerasi, 1982 Yogyakarta:Liberty . Hlm 56-58

Sumantri, Endang dkk, Pendidikan Politik, 2003, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Phillip, Michael Pengantar Sosiologi Politik,(cetakan kesepuluh) 2003, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Hlm 25-26


(10)

Gaffar,Afan, Politik Indonesia, 2006,Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, Hal 95-96 Kartini Kartono, Pendidikan Politik, Bandung : Mandar Maju, 1989.

Ningtyas Sari, Pendidikan Politik , Skripsi 2013 Hal 11 Modul Karakterdes, 2011 Hlm 114

Modul Golkar 2011 Hlm 115

Modul Pendidikaan dan Latihan Kader Penggerak Teritorial Desa. 2011, Hlm117 Perolehan suara Golkar pada masa pemilu 1997, Orde Baru. Modul Karakterdes,

DPP Partai Golkar 2011 hlm 114

Pemerintah Kabupaten Paser. 2012. Buku Profil Daerah dan Topografi Kabupaten Paser 2012

Harian Tribun Kaltim 22 November 2013. “Menurunnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Parpol” hal 10.

Materi Perkaderan Partai Golkar Tingkat Kabupaten/Kota, DPP Partai Golkar Hlm 27-29

Pemerintah Kabupaten Paser. 2012. Buku Profil Daerah dan Topografi Kabupaten Paser 2012

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik Undang-Undang Partai Politik 2008: 3

Humas Pemkab Paser, melalui wawancara dengan Bagian Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Paser-Penggalian informasi geografi dan topografi Kabupaten Paser 2013. Tanggal 21 Februari 2014 Pukul 10.59


(11)

Wawancara dengan Sekretaris DPD Partai Golkar (Arifin Taher) pada tanggal 12 Februari 2014 pukul 12.30

Wawancara dengan Ketua Bagian Pemenangan Partai Golkar Kabupaten Paser (H. Amiruddin) pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 09.30

Wawancara dengan Pengurus Harian DPD Partai Golkar (Bapak Syamsudin Cukur) pada 17 Februari 2014 pukul 09.00

Wawancara dengan Sekretariat DPD Partai Golkar (Bapak Arifin Taher pada 12 Februari 2014 pukul 12.30

Wawancara dengan Ketua Bidang Kaderisari DPD Partai Golkar Kabupaten Paser (Bapak Bakrie) pada 14 Februari pukul 08.30

Wawancara Ketua Umum DPD Partai Golkar Kabupaten Paser (H. Kaharuddin) pada 11 Februari 2014 Pukul 09.45

Wawancara dengan Pengurus Harian DPD Partai Golkar (Bapak SyamsudinCukur) pada Feb 2014

Wawancara dengan Pimpinan Sekretariat KPUD Kabupaten Paser (Ibu Hermin) pada 12 Februari 2014 pukul 09.15

Wawancara dengan pengurus partai Golkar Tingkat Kecamatan (Maspuah) pada 17 Februari 2014 pukul 16.30

Wawancara dengan pengurus sekretariat DPD Partai Golkar Kabupaten Paser (Lina) pada 18 Februari pukul 09.23

Wawancara dengan sekretaris Partai Golkar Kabupaten Paser (Arifin Taher) pada 12 Februari 2014 pukul 12.30


(12)

Wawancara Lanjutan dengan Ketua Pengurus Harian DPD Partai Golkar (Bapak Syamsudin Cukur) pada 24 April 2014 pukul 16.14

Wawancara Ketua Harian Partai Golkar (Syamsudin Cukur) pada 17 Februari 2014,pukul 09.00

KPUD Kabupaten Paser, 18 Januari 2014 Panwaslu Kabupaten Paser, 24 Januari 2014

INTERNET

http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada bulan September 2013 pukul 08:20

(http://www.portalkbr.com/search.html?q=Sejak+Pemilu+1999+Hi&task=search &option=com_search&Itemid=9999diskusi.pemilu.2014. Diakses pada 18 November 2013, pukul 22.30).

http//parametersolution.com-id-article/Pendidikan-Politic. Diakses juni 2013;14.50

http://sutrisnodoswar.wordpress.com/2009/09/30/pendidikan-politik/diakses tanggal 23 Januari 2014: 13.20

http: //ahmadh arianto silabn.blogspot.com //2012//08/sistem-kepartaian-dan-sistem pemilu.html. Diakses pada 22 April 2014 pukul 12.30

http://www.psychologymania.com/2012/12/proses-sosialisasai-politik- mohtar mas’oed.html diakses 22 Maret 2014 Pukul 12.22

Susanto,Sosiologi Politik. http//Susanto-Sosiologi-Politik.Blogspot.co.id. diakses 11 Februari 2014 Pukul 16.22


(13)

Imam Hoedy Pendidikan Politik untuk masa depan bangsa http://Belajarpolitik-pendidikanpolitik.blogspot.com/diakses pada 12 April 2014 pukul 13.30 http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada bulan

September 2013 pukul 08:20

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya diakses 12 Maret 2014 pukul 07.20

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-partai-politik-menurut-ahli.html.diakses pada 20 April 2014 pukul 11.59

Naskah Publikasi Arie Sunandar dalam ejurnal.umrah.ac.id diakses pada 22 Januari 2013 pukul 12.30


(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Reformasi yang digulirkan pada tahun 1998 merupakan era baru dalam gelanggang kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan masa penataan kembali nilai-nilai berbangsa,bernegara dan bermasyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan semangat dan jiwa yang terkandung pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu Masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila. Dalam rangka melaksanakan normalisasi sistem negara dari zaman orde baru ke zaman Reformasi dengan kembali menegakan demokrasi, yang berasaskan kerakyatan yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, dimana disesuaikan dengan cita-cita UUD 1945 diperlukan sebuah lembaga politik yang disebut dengan partai politik (Parpol) yang berguna untuk benar-benar mewadahi masyarakat dalam partisipasi politik di era multi partai, seperti saat sekarang ini. Pada era sebelum reformasi, partai politik sangat di batasi ruang geraknya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya, dimana partai politik seakan di belenggu dengan adanya peraturan yang berlaku saat itu, yang terejawantahkan dalam UU No 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya. Partai Politik kala itu hanya berfungsi sebagai pelengkap sistem demokrasi bangsa ini, tanpa ada gerakan nyata sebagai perwujudan tugas dan fungsi partai politik sebagaimana mestinya. Terdegradasinya kekuatan Partai Politik yang seharusnya berfungsi sebagai sarana masyarakat dalam mengartikan fungsi dan perannya sebagai perwujudan


(15)

kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dalam mengembangkan kehidupan demokrasi, di perkuat dengan adanya Lima Paket Undang-Undang masa orde baru1. Adanya Lima Paket Undang-Udang tersebut semakin membuat kekuatan sosial masyarakat melemah, dalam penegakan fungsi-fungsi Demokrasi.

Maka untuk menjawab tantangan dan tuntutan rakyat mengenai Reformasi, Presiden kala itu (B.J Habibie) mengeluarkan kebijakan yaitu mengganti Lima Paket UU menjadi Tiga Paket UU. Pergantian landasan hukum tersebut, dimaksudkan untuk memperbaiki sistem demokrasi yang carut-marut, pada Era Orde Baru.

Seiring dengan alasan tersebut, maka lahirlah UU No 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, yang juga termasuk dalam tiga paket Undang-Undang yang berhasil di keluarkan pasca runtuhnya orde baru2, pada intinya Undang-Undang tersebut berisikan Kedaulatan Partai Politik berada di tangan anggotanya dan setiap Partai Politik mempunyai kedudukan, fungsi, hak, dan kewajiban yang sama dan sedemikian. Dengan lahirnya UU No 2 Tahun 1999 tersebut maka sedemikian rupa, melemahkan struktur perpolitikan Golkar yang sebelumnya dilindungi UU No 3 Tahun 1975 Tentang Parpol dan Golkar dimana UU tersebut menerapkan kebijakan massa mengambang (floating mass) dimana secara struktural parpol tidak memiliki kepengurusan sampai ke tingkat pedesaan, dan basis masa di biarkan tidak mengetahui kebijakan-kebijakan yang di buat oleh kaum elit (politik

1

Lima Paket UU Masa Orba meliputi: UU Pemilu,UU Susduk, UU Partai dan Golkar, UU Ormas dan UU PBB.

2

Pasca Reformasi, Tiga Paket UU dikeluarkan untuk menggantikan Lima Paket UU masa Orba yang di anggap sudah tidak dapat menampung aspirasi politik yang berkembang sehingga kehidupan demokrasi di Indonesia tidak dapat berlangsung dengan baik.


(16)

3

akar rumput)3. Dengan di revisinya UU No 3 Tahun 1975 menjadi UU No 2 Tahun 1999, maka sedemikian rupa Golkar yang di dukung kekuatan politik kala itu, harus berubah agar dapat mempertahankan eksistensinya di bidang politik.

Dengan demikian melalui Musyawarah Luar Biasa (MUNASLUB) pada tahun 1998 Golkar bersiap menjadi partai politik dan pada tanggal 7 Maret 1999 di deklarasikanlah Golkar sebagai Partai Golkar. Pada pemilu 1999, Partai Golkar berkontribusi dalam Pemilu, berkompetisi bersama partai-partai baru di era multipartai. Untuk mempertahankan eksistensi Partai Golkar pada laga perpolitikan bangsa ini, Partai Golkar kembali berusaha membangkitkan semangat politik para kadernya melalui implementasi pendidikan politik, yang pada masa orde baru terkenal dengan pola pola pendidikan politik, yang terhimpun pada 7 kelompok induk organisasi yang meliputi: KOSGORO, SOKSI, MKGR, Profesi, Ormas Hankam, KAGARI, dan Gerakan Pembangunan4.

Pola Pendidikan politik yang dilakukan Partai Golkar era reformasi, dikenal dengan gerakan yang dilakukan oleh para kader penggerak partai (party builder/party fundriser) dimana upaya pendidikan politik tersebut dikembangkan mulai tingkat Pusat hingga tingkat kelurahan. Pendidikan politik yang dilakukan Partai Golongan Karya pada era reformasi, meliputi kampanye politik, seminar politik, diskusi politik, pendidikan dan latihan kader. Sasaran pendidikan politik partai Golongan Karya ini ditujukan kepada kelompok profesi baik yang sudah terorganisir maupun yang belum terorganisir dari kelompok masyarakat termasuk pedagang kecil, pengrajin sektor informal serta pendidikan internal partai, bentuk

3

Modul Karakterdes, 2011 Hlm 114

4


(17)

kegiatan yang dilakukan Partai Golongan Karya di lapangan adalah studi lapangan/praktek dan percobaan/percontohan. Keberhasilan pengembangan program kekaryaan kelompok profesi masyarakat sangat ditentukan oleh tingkat kepedulian kader partai Golongan Karya terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahtraan dan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu semua elemen organisasi partai golkar berusaha bersikap untuk mendukung terselenggaranya program ini, dalam rangka mengoptimalkan program pengembangan kekaryaan kelompok profesi masyarakat5.

Partai Golkar yang berusaha kembali mengeksistensikan kinerjanya sebagai sebuah lembaga partai politik, baik melalui upaya membangun kembali kepercayaan kadernya, meliputi kaderisasi atau penguatan kader melalui pendidikan dan pelatihan, tetapi pada pemilu pertama di Era Reformasi, yaitu pemilu tahun 1999, Partai Golkar mengalami penurunan suara dan berada di peringkat ke dua di bawah PDIP dengan perolehan 23,7 juta suara atau 22,4% suara.

Pada pemilu berikutnya, pemilu 2004 Partai Golkar dapat kembali unggul, meskipun saat itu ada perubahan UU dari UU No 2 Tahun 1999 direvisi menjadi UU No 31 tahun 2002 tentang Partai politik, hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi perolehan suara partai berlambang pohon beringin tersebut, dan pada pemilu legislatif 2004 Partai Golkar dapat kembali menjadi pemenang pemilu dengan perolehan 24.480.757 suara atau 21,6% suara sah. Beranjak pada pemilu 2009, Partai Golkar mengalami penurunan suara, dengan hasil rekapitulasi

5

Naskah Publikasi Arie Sunandar dalam ejurnal.umrah.ac.id diakses pada 22 Januari 2013 pukul 12.30


(18)

5

suara Partai Golkar turun ke posisi dua dengan perolehan suara 15,0 juta suara atau 14,5% suara sah. Pemenang pemilu saat itu dipegang oleh Partai Demokrat6.

Instabilitas suara Partai Golkar dalam Pemilu di tingkatan pusat juga terekam di suatu daerah kawasan wilayah tengah Indonesia, yaitu Kabupaten Paser. Kabupaten yang terletak di bagian Provinsi Kalimantan Timur tersebut, memiliki penduduk ±247.612 jiwa, atau memiliki kepadatan penduduk sekitar 15 jiwa/Km27. Kabupaten Paser merupakan wilayah Propinsi Kalimantan Timur yang terletak paling selatan, Luas Wilayah Kabupaten Paser saat ini adalah 11.603,94 km2, terdiri dari 10 Kecamatan dengan 106 buah Desa/Kelurahan dan empat buah UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi).

Dinamika perpolitikan di Kabupaten Paser sendiri juga mengalami fenomena yang menghantui demokrasi bangsa ini, dibuktikan dengan salah satu indikator yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pesta demokrasi (Pemilu), menurut Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Paser yang terekam data partisipasi politik pada tahun 2004, partisipasi pemilih sekitar 84%, dan pada pemilu 2009 menurun menjadi 65% dan pada 2013 tercatat masyarakat Kalimantan Timur khususnya Masyarakat Kabupaten Paser ketika mengikuti Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur, terdata dengan angka partisipasi masyarakat merosot di angka 55%8, hal ini pastinya menyebabkan terganggunya stabilitas demokrasi yang ada di Kabupaten Paser tersebut. Angka

6

http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada bulan September 2013 pukul 08:20

7

Pemerintah Kabupaten Paser. 2012. Buku Profil Daerah dan Topografi Kabupaten Paser 2012

8

Sekretariat KPUD Kabupaten Paser (Bagian Hubungan Partisipasi Masyarakat) 26 Desember 2013


(19)

partisipan masyarakat dalam menyurakan hak pilihnya kurang lebih hanya mencapai angka 45%.

Mengerucut pada objek penelitian, yaitu salah satu partai pemenang pemilu, yang secara konsisten berturut-turut dari 1999, 2004 hingga 2009 memenangkan laga perpolitikan setiap lima tahunan (Pemilu), ialah Partai Golkar pada tingkat Kabupaten (Kabupaten Paser) partai yang berlambang pohon beringin tersebut, pada pemilu 1999 tercatat memperoleh kemenangan suara 65% suara, pada pemilu 2004 meraih 22.249 Suara (45%) dan pada pemilu 2009 menurun menjadi 13.620 Suara atau sekitar (30%) dari jumlah total daftar pemilih tetap ±175.0009. Tingginya angka non partisipasi masyarakat yang tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilihan umum (GOLPUT), dengan berbagai macam faktor, akan menjadi topik peneliti di bab selanjutnya.

Merosot tajamnya angka partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi, menurut cacatan lapangan peneliti, adanya kasus-kasus yang menciderai citra perpolitikan di Kabupaten Paser. Salah satunya menurut catatan lapangan peneliti dalam observasi awal, ditemukannya kasus Ijasah palsu yang dilakukan salah satu anggota calon legislatif (2004) dari partai pemenang pemilu, dimana saat itu mengakibatkan digugurkannya calon tersebut dari daftar suara. Padahal calon tersebut memperoleh suara terbanyak dalam pemilu legislatif tersebut. Ironisnya pada pemilu selanjutnya (2009) calon tersebut kembali maju dan saat ini memimpin kursi Legislatif. Pada wawancara terbuka, dengan salah satu anggota Panwaslu, menyatakan liarnya praktek Money Politic yang di gencarkan

9


(20)

7

menjelang pemilu, pada masyarakat lapisan bawah (buta politik). Menjadi salah satu indikator mengapa partai politik gagal dapat kembali terpilih dengan suara mutlak dan terus mengalami penurunan jumlah suara10.

Berkaca pada peran dan fungsi parpol sendiri seperti yang telah di amanahkan pada UU No 2 Tahun 2011 berbanding terbalik dengan realitas yang terjadi pada kehidupan masyarakat (Kabupaten Paser), dimana partai politik hanya berfungsi sebagai kendaraan politik oleh orang-orang yang berambisi menduduki kursi parlemen/eksekutif. Ambisi-ambisi individu maupun kelompok yang mayoritas kalangan ekonomi menengah keatas berusaha menunggangi partai-partai yang sejatinya mengusung kepentingan bersama malah berubah haluan menjadi pembela kepentingan kaum berkantong tebal, dan gerakan partai politik didaerah sedang mengalami degradasi elektabilitas di mata mayoritas masyarakat, dibuktikan dengan fenomena tingginya angka golput yang dari pemilu 1999 hingga 200911. Salah satu hal yang menyebabkan tersebut terjadi, dikarenakan figur yang diusung partai politik kurang tepat dimata masyarakat12.

Berkaca pada gambaran fenomena di atas, bahwa Pendidikan politik bagi masyarakat sangat di perlukan, agar mereka dapat menentukan pilihan politiknya secara cerdas dan dalam rangka menjamin kualitas hasil pemilu (Demokrasi), yang dimana kuantitas partisipan juga sangat mempengaruhi hasil pemilu. Persepsi masyarakat terhadap partai politik saat ini tidak terbangun dengan baik,

10

Panwaslu Kabupaten Paser, 24 Januari 2014

11

Harian Tribun Kaltim 22 November 2013. “Menurunnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap

Parpol” hal 10.

12

(http://www.portalkabar.com/search.html/Sejak+Pemilu+1999+diskusi.pemilu.2014. Diakses pada 18 November 2013, pukul 22.30).


(21)

akibat minimnya pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat, budaya politik yang bermakna moralitas menjadi realitas semata akibat perilaku segelintir kelompok yang hanya menjadi benalu pada kehidupan demokratis bangsa ini. Perilaku politik yang dilakukan partai politik saat ini seringkali hanya akan bergaung kembali pada saat masa-masa kampanye dan pemilu, dan pemilu yang dilakukan seringkali hanya euforia belaka, seperti bagi-bagi sembako, konvoi tanpa makna mengitari ruas-ruas jalan protokol, dan melakukan bagi-bagi sosial sekilas lainnya, daripada melakukan penegasan visi misi yang jelas dan tepat sasaran yang berguna untuk membangun dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menata dan memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini tentu saja sangat berbenturan dengan maksud pendidikan politik yang terkandung pada pasal 34 ayat (3b)13 yaitu Pendidikan politik meliputi pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun etika dan melalui pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan.

Pendidikan Politik sendiri dapat di definisikan sebagai suatu perbuatan untuk melatih, memberi pelajaran serta bimbingan yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi manusia, melalui proses dialog yang dilakukan secara suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin, sehingga penerima pesan dapat memiliki kesadaran dalam berdemokrasi dalam

13


(22)

9

kehidupan berbangsa dan bernegara14. Untuk menumbuhkan partisipasi yang otonom dari setiap warga negara, maka pelaksanaan pendidikan politik yang baik dan benar mutlak diperlukan. Partai Politik sendiri seharusnya menjadi sebuah instrumen lapisan atas dalam pelaksanaan pendidikan politik kepada masyarakat, Partai Politik bukan hanya mengedepankan kepentingan elitis semata, dimana menurut pasal 34 ayat (3a) UU No 2 tahun 2011, partai politik sendiri mendapatkan fasilitas pendukung berupa pendanaan bantuan keuangan, yang dianggarkann dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota Partai Politik dan masyarakat15.

Pendidikan politik sendiri tidak hanya wajib diberikan para pemain politik (Parpol) kepada masyarakat melainkan peran pemerintah juga harus masif memberikan pendidikan politik, yang dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga formal, mulai tingkat dasar hingga menengah keatas. Pendidikan politik juga sangat perlu dilaksanakan melalui pendidikan non formal seperti pendidikan melalui organisasi-organisasi masyarakat sipil. Pendidikan politik dalam hal ini dapat dipahami sebagai perbuatan untuk memberi ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dari diri manusia, melalui proses dialog yang dilakukan dengan sukarela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin, sehingga para penerima pesan dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara. Pelaksanaan atas hak pendidikan sangat penting dalam memenuhi hak asasi manusia, seperti hak atas pekerjaaan, kesehatan, dan

14

http//parametersolution.com-id-article/Pendidikan-Politic. Diakses Juni 2013;14.50

15


(23)

partisipasi politik. Hak atas pendidikan dilandasi kenyataan bahwa pendidikan universal adalah salah satu tujuan pembangunan millenium yang harus dicapai pada tahun 201516.

Akan tetapi sangat di sayangkan Pendidikan Politik yang digunakan dan dilaksanakan Partai Politik saat ini, tak ubahnya pembodohan masal kepada masyarakat, dimana perilaku politik yang diajarkan para elite partai, semakin menampakan bahwa politik itu kotor dan selalu menghalalkan segala cara untuk mencapai kepentingan segelintir orang yang seringkali didominasi kepentingan kaum elite parpol. Sering kali partai politik cenderung mengutamakan dan membela hak-hak kepentingan partai politiknya dan mengesampingkan kepentingan umat yang pada dasarnya bernilai peningkatan kemajuan masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 alinea ke 4 yaitu Mewujudkan persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"17 .

Partai Golkar sendiri yang terkenal dengan Partai Kaderisasi, dimana termasuk salah satu partai yang mengutamakan pendidikan keder-kadernya untuk bisa berkembang. Partai berlambang pohon beringin ini juga sangat dikenal dengan kekuatan infrastrukturnya yang menyentuh dari pusat hingga daerah-daerah18. Akan tetapi mengapa tingkat keterpilihan masyarakat terhadap partai berlambang beringin ini menurun drastis.

16

Ningtyas Sari, Pendidikan Politik , Skripsi 2013 Hal 11

17

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

18


(24)

11

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat menjadi fenomena yang sangat menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian dimana menurunnya tingkat elektabilitas partai politik19 dimata masyarakat, di karenakan kurangnya pendidikan politik, dan hal tersebut dapat mengganggu stabilitas demokrasi

bangsa ini. Dengan alasan tersebut penulis mengangkat judul “Peran Golkar

dalam Pendidikan Politik Kader” (Studi DPD Partai Golkar di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tergambar di atas, dalam pembahasan ini ada permasalahan pokok yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain :

1. Bagaimana Peran DPD Partai Golkar Kabupaten Paser memberikan pendidikan politik?

2. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat DPD Partai Golkar Kabupaten Paser dalam melaksanakan pendidikan politik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Peran DPD Partai Golkar Kabupaten Paser dalam memberikan pendidikan politik

2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat DPD Partai Golkar dalam melaksanakan pendidikan politik.

19


(25)

D. Manfaat Penelitiaan

Penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis dan dapat pula bermanfaat secara praktis, dimana pemaknaan penelitian ini secara teoritis, dapat memberi sumbangsih terhadap perkembangan Ilmu Pemerintahan, dalam rangka penyelenggaraan demokrasi yang sehat dengan menjunjung tinggi asas Jurdil (Jujur dan Adil) dan dapat pula menjadi pendukung ilmu pengajaran di Jurusan

Ilmu Pemerintahan, yang termaktub dalam mata kuliah ”Sistem Kepartaian dan Pemilu Indonesia”. Dapat pula dijadikan referensi bagi peneliti lain yang mengambil tema tentang Pendidikan Politik, khususnya penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Paser Kalimantan Timur.

Penelitian ini dapat pula bermanfaat secara praktis bagi Pemerintah dengan cara dijadikannya penelitian ini suatu pedoman bagi pemerintah dalam upaya penyelenggaraan dan pengawalan Politik. Penelitian ini juga dapat berfungsi bagi Partai Politik untuk dapat dijadikan sebuah referensi dalam menggerakan roda perpolitikan melalui sebuah lembaga yang disebut dengan Partai Politik, dan menjadi Khasanah Ilmu yang bermanfaat kelak. Begitu pula bagi Masyarakat

umum penelitian dengan judul “Peran Golkar dalam Pendidikan Politik” (Studi

DPD Partai Golkar Kabupaten Paser Kalimantan Timur) dapat menjadi sebuah pegangan bagi masyarakat, dalam menyikapi fenomena perpolitikan yang kurang sehat, sehingga dapat merubah hal tersebut dan menularkan kepada masyarakat lainnya, sesuai artikulasi sosialisasi politik.


(26)

13 E. Tinjauan Pustaka

Untuk lebih memahami dan memperjelas tentang judul penelitian ”Peran

Partai Golkar dalam Pendidikan Politik Kader” (Studi DPD Partai Golkar Kabupaten Paser, Kalimantan Timur). Maka dibutuhkan dukungan teori-teori dari para pakar yang telah mendefinisikan terkait teori yang sesuai dengan tema penelitian, maka sebelum itu, akan saya definisikan terlebih dahulu mengenai tema besar pada judul penelitian, yaitu Pendidikan Politik.

1. Pendidikan Politik

Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara20. Pendidikan adalah suatu upaya mengubah sikap dan perilaku yang diinginkan, yang pelaksanaannya harus dilakukan secara terorganisir, berencana dan berlangsung terus menerus kearah membina manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan ideologi. Pendidikan harus dilakukan secara terus menerus, menunjukan bahwa pendidikan bukanlah proses yang terjadi disekolah saja, namun juga diluar sekolah, yakni dilingkungan pekerjaan dan pemukiman termasuk didalamnya pada lingkungan keluarga. Politik berkenaan dengan negara, termasuk didalamnya soal kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan serta pendistribusian dan pengalokasian nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia segala urusan yang berkenaan dengan negara

20


(27)

harus berlandaskan ideologi dan pandangan hidup, yakni Pancasila. Dengan demikian pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengubah sikap dan perilaku individu dan masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun dalam lingkung masyarakat dan negara dimana mereka berada. Pendidikan Politik dapat memfokuskan terhadap masalah yang berkaitan dengan: nilai moral dan etika, nilai-nilai keilmuan, nilai-nilai-nilai-nilai kemasyarakatan (kebangsaaan), organisasi kepemimpinan dan manajemen. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pendidikan, serta praktek langsung dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan, kebangsaan dan politik kenegaraan21. Tingkat pendidikan sangat berperan dalam daya penyerapan serta kemampuan komunikasi. Selanjutnya istilah politik berasal dari bahasa Yunani polis yang artinya kota atau Negara yang kemudian muncul kata-kata polities yang artinya warga Negara dan kata

politiko’s yang artinya kewarganegaraan.22 Berangkat dari pengertian diatas, pendidikan politik adalah aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan meumbuhkan orientasi-orientasi politik pada setiap individu yang meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, loyalitas, dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang membuat seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan dan sikap politik. Disamping itu, pendidikan politik bertujuan agar setiap individu mampu memberikan partisipasi politik yang aktif di masyarakatnya. Pendidikan politik

21

http://sutrisnodoswar.wordpress.com/2009/09/30/pendidikan-politik/diakses tanggal 23 Januari 2014: 13.20

22


(28)

15

merupakan aktivitas manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang bebas. Dengan demikian, pendidikan politik memiliki tiga tujuan yakni, membentuk kepribadian politik, kesadaran politik, dan partisipasi politik.

2. Teori Sosialisasi Politik

Dalam konsepsi Pendidikan politik, ada salah satu teori yang mendukung pendidikan politik adalah Teori Sosialisasi Politik dimana Sosialisasi Politik merupakan proses belajar warga masyarakat suatu kelompok kebudayaan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat itu. Dalam masyarakat sosialisasi sangat dibutuhkan karena pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Menurut Afan Gaffar23, sosialisasi merupakan segenap proses dengan mana individu yang dilahirkan dengan banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterimakan olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya, pada status hakikat dasarnya dimana manusia pasti membutuhkan orang lain untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Sosialisasi merupakan rujukan dari Istilah Sosiologi yang dikemukakan oleh Aguste Comte (1798-1857) dimana “Sosiologi” merupakan studi mengenai masyarakat yang dipandang melalui satu segi tertentu24. Sosialisasi politik sendiri merupakan sebuah instrumen yang berupaya melestarikan sebuah sistem politik. Melalui serangkaian

23

Gaffar, Afan. Politik Indonesia. Pustaka Pelajar.Hlm.118

24


(29)

mekanisme dalam sosialisasi politik, dimulai dari individu-individu generasi awal yang selanjutnya dididik untuk memahami definisi, cara, dan tujuan sistem politik yang berlangsung dalam suatu negara. Penyesuaian sosial diperlukan pada saat individu menghadapi kondisi dan situasi lingkungan baru yang memerlukan respon tertentu. Dalam perkembangan kebudayaan, sosialisasi berfungsi sebagai sarana internalisasi secara dinamis nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Melalui sosialisasi, kontrol sosial menjadi kontrol internal yang pada perkembangan berikutnya akan timbul kesadaran mandiri dalam diri generasi muda.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif yaitu dengan menggali data dan fakta yang ada di lapangan selain itu juga keterangan-keterangan faktual di lokasi penelitian, serta mendapatkan tanggapan/opini dari para nara sumber dalam topik tema penelitian yaitu “Peran Partai Golkar dalam

Pendidikan Politik”. menurut Denzim dan Lincoln (1987) dalam buku Moleong juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.25 Dari segi pengertian ini latar alamiah dari konsepsi penelitian ini adalah menafsirkan fenomena dan yang

25


(30)

17

dimanfaatkan untuk penelitian. Metode yang biasa di gunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode wawancara,pengamatan dan pemanfaatan dokumen. 2. Sumber Data

Sumber data dalam suatu penelitian kualitatif terbagi menjadi beberapa fokus bagian yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu sebagai berikut :

a. Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh peneliti atau didapatkan langsung dari subyek penelitian, yaitu KPUD Kabupaten Paser, terkait data-data seputar pemilu, Catatan sipil dan BPS Kabupaten Paser, terkait rekam data masyarakat Kabupaten Paser dan konstituen DPD Partai Golkar, terkait program-program yang telah di sahkan, sehingga dari hal tersebut, dapat ditarik sebuah penyataan terkait, peranan pendidikan politik oleh partai tersebut.

b. Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen–dokumen atau arsip-arsip, buku literatur, jurnal, maupun data-data faktual dari internet yang berkaitan dengan judul penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dibagi dalam dua lokasi yaitu: a. Lokasi Penelitian Utama :


(31)

- Kantor DPD Partai Golkar, terkait basis data yang akan di peroleh dalam penelitian, yang berkenaan dengan partai politik, meliputi pengambilan data hard copy, soft copy maupun wawancara.

b. Lokasi Penelitian Data Tambahan :

- Sekretariat KPUD Kabupaten Paser, berkenaan dengan data data hasil pemilihan umum.

- Sekretariat PANWASLU Kabupaten Paser, berkenaan dengan tanggapan/opini terkait fenomena perpolitikan di Kabupaten Paser. - Dinas Catatan Sipil dan BPS, terkait rekam data masyarakat

Kabupaten Paser secara faktual. 4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif sumber data dipilih dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Proses pengumpulan data mengutamakan perspektif emic dimana responden dapat menafsirkan keadaan sekitar. Sesuai dengan jenis data, penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Ketiga metode pengumpulan data ini merupakan ciri khas penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (1982 : 2) dalam buku Moleong menyatakan dalam analisis data kualitatif, upaya yang dilakukan adalah bekerja dengan data, mulai dari mengorganisir data, memilah-milah data, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola data dan memutuskan data yang cocok dalam penelitian26. Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

26


(32)

19 a. Pengamatan/Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang kondisi di lapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku yang terjadi selama berlangsungnya penelitian. Dalam pengertian sempit observasi berarti pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Menurut Darmiyati Zuchdi (1997) pengamatan mempunyai maksud bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti dengan subyek penelitian maupun informan dalam suatu setting selama pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan diri sebagai peneliti27. Dengan cara seperti ini antara peneliti dan yang diteliti berinteraksi secara timbal balik. Agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat, maka setiap permasalahan yang berkaitan dengan hasil observasi selalu dicatat. Sehingga dalam pengamatan ini peneliti menggunakan alat tulis sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pengamatan. Sedangkan dalam membuat catatan di lapangan, akan dibedakan menjadi dua bagian yang meliputi bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif mencatat rincian kejadian-kejadian yang tidak bersifat evaluatif. Deskripsi ini meliputi dimensi-dimensi misalnya fisik, aktifitas dan perilaku, pikiran serta perasaan peneliti pada waktu pengamatan. Bagian reflektif dari hasil catatan lapangan mencatat tentang kerangka pikir, ide, dan perhatian peneliti yang berisi penambahan ide, hubungan antar data, metode, konflik dan dilematik serta hal-hal yang sifatnya memperjelas bagian yang tidak jelas. Catatan lapangan28 dilakukan pada saat antara waktu selesainya pengamatan dengan pengamatan berikutnya.

27

Ibid. 174

28


(33)

Pencatatan antar waktu ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan antara hasil pengamatan yang satu dengan pengamatan yang berikutnya, serta untuk menghindari masuknya konsep-konsep yang tidak berasal dari hasil pengamatan. Perpaduan antara catatan-catatan singkat dengan hasil diskusi dalam pengamatan yang sama, peneliti anggap sebagai hasil catatan lapangan yang sudah sempurna. Pada penelitian ini, penulis berusaha melakukan pengamatan yang di lengkapi dengan catatan lapangan, terkait fenomena-fenomena yang terjadi di Kabupaten Paser, baik melakukan pengamatan sosial maupun politiknya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung berhadapan atau melalui media. Keduanya berkomunikasi secara langsung baik terstruktur maupun tidak terstruktur atau dilakukan dengan persiapan maupun tanpa persiapan terlebih dahulu. Sehingga antara pertanyaan dengan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam suatu konteks kejadian secara timbal balik. Dengan demikian wawancara dalam penelitian merupakan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan subyek penelitian, informan, maupun key informan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data atau informasi. Wawancara dimaksudkan antara lain, mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang29.

29


(34)

21

Wawancara mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan masih terpenuhinya prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara langsung dapat diarahkan dan memihak pada persoalan-persoalan yang diteliti. Walaupun draft wawancara digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku. Seperti halnya dalam teknik pengumpulan data dengan observasi, maka dalam wawancara inipun hasilnya dicatat dan direkam untuk

menghindari terjadinya kesesatan “recording”. Di samping itu peneliti juga

menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian jawaban dari responden. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama, maka data dapat disebut sudah final. Pada penelitian yang mengangkat judul”Peran Golkar dalam

Pendidikan Politik ”Studi DPD Partai Golkar Kabupaten Paser. Peneliti

menggunakan dua tehnik wawancara, yaitu langsung dan tidak langsung, dimana langsung dilakukan dengan wawancara tatap muka, sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan dengan sistem komunikasi telepon dimana suara narasumber direkam, yang digunakan untuk pengecekan faliditas data pada saat terjadi wawancara. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan target wawancara pada kelompok elit di lingkar konsep penelitian, yaitu : Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Paser, Sekretaris Jendral Partai, Ketua Harian Partai, Ketua Tim Kemenangan Partai, Ketua Tim Kaderisasi Partai. Dan peneliti juga akan


(35)

melakukan wawancara sebagai pendukung data dengan mewawancarai Panwaslu juga KPUD Kabupaten Paser.

5. Pemeriksaan Keabsahan Data

Berdasarkan landasan penulis, pada penelitian ini yang menggunakan tehnik penelitian kualitatif, maka peneliti mencoba menelaah penelitian kualitatif yang seringkali diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data30, yaitu:

a. Kredibilitas adalah istilah yang dipilih untuk mengganti konsep validitas, dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas terletak pada keberhasilanya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Konsep kredibilitas juga harus mampu mendemonstrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan antar aspek, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat. b. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

situasi yang lain.

30

Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2009 hlm 326:345


(36)

23

c. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

d. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

G. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data diperlukan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi ketika melakukan penelitian terkait pendidikan politik yang dilakukan partai politik. Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto-foto kegiatan (baik kegiatan penelitian maupun kegiatan partai politik sebagai objek penelitian), laporan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya baik cetak maupun elektronik. Mengutip langkah-langkah yang digunakan pada metode analisis data yaitu berdasarkan Analysis Hierarchy Process (Saaty, 2008)31 adalah sebagai berikut: a. Mengindentifikasi masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, melalui

diskusi dengan para pakar yang mengetahui permasalahan serta melakukan

31


(37)

kajian referensi hingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

b. Menyusun struktur hirarki yang dimulai dari tujuan umum, sub-tujuan, kriteria hingga penentuan sejumlah alternatif di dasarkan pada permasalahan yang dihadapi, untuk penentuan kriteria dan alternatif diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan pakar.

c. Langkah selanjutnya kemudian, dari prioritas kriteria dan alternatif yang telah didapatkan tersebut digunakan untuk menyusun penelitian.


(1)

19

a. Pengamatan/Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang kondisi di lapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku yang terjadi selama berlangsungnya penelitian. Dalam pengertian sempit observasi berarti pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Menurut Darmiyati Zuchdi (1997) pengamatan mempunyai maksud bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti dengan subyek penelitian maupun informan dalam suatu setting selama pengumpulan data harus

dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan diri sebagai peneliti27. Dengan

cara seperti ini antara peneliti dan yang diteliti berinteraksi secara timbal balik. Agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat, maka setiap permasalahan yang berkaitan dengan hasil observasi selalu dicatat. Sehingga dalam pengamatan ini peneliti menggunakan alat tulis sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pengamatan. Sedangkan dalam membuat catatan di lapangan, akan dibedakan menjadi dua bagian yang meliputi bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif mencatat rincian kejadian-kejadian yang tidak bersifat evaluatif. Deskripsi ini meliputi dimensi-dimensi misalnya fisik, aktifitas dan perilaku, pikiran serta perasaan peneliti pada waktu pengamatan. Bagian reflektif dari hasil catatan lapangan mencatat tentang kerangka pikir, ide, dan perhatian peneliti yang berisi penambahan ide, hubungan antar data, metode, konflik dan dilematik serta hal-hal

yang sifatnya memperjelas bagian yang tidak jelas. Catatan lapangan28 dilakukan

pada saat antara waktu selesainya pengamatan dengan pengamatan berikutnya.

27

Ibid. 174

28


(2)

20

Pencatatan antar waktu ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan antara hasil pengamatan yang satu dengan pengamatan yang berikutnya, serta untuk menghindari masuknya konsep-konsep yang tidak berasal dari hasil pengamatan. Perpaduan antara catatan-catatan singkat dengan hasil diskusi dalam pengamatan yang sama, peneliti anggap sebagai hasil catatan lapangan yang sudah sempurna. Pada penelitian ini, penulis berusaha melakukan pengamatan yang di lengkapi dengan catatan lapangan, terkait fenomena-fenomena yang terjadi di Kabupaten Paser, baik melakukan pengamatan sosial maupun politiknya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung berhadapan atau melalui media. Keduanya berkomunikasi secara langsung baik terstruktur maupun tidak terstruktur atau dilakukan dengan persiapan maupun tanpa persiapan terlebih dahulu. Sehingga antara pertanyaan dengan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam suatu konteks kejadian secara timbal balik. Dengan demikian wawancara dalam penelitian merupakan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan subyek penelitian, informan, maupun key informan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data atau informasi. Wawancara dimaksudkan antara lain, mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, memproyeksikan

kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang29.

29


(3)

21

Wawancara mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan masih terpenuhinya prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara langsung dapat diarahkan dan memihak pada persoalan-persoalan yang diteliti. Walaupun draft wawancara digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku. Seperti halnya dalam teknik pengumpulan data dengan observasi, maka dalam wawancara inipun hasilnya dicatat dan direkam untuk

menghindari terjadinya kesesatan “recording”. Di samping itu peneliti juga

menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian jawaban dari responden. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama, maka data dapat

disebut sudah final. Pada penelitian yang mengangkat judul”Peran Golkar dalam

Pendidikan Politik ”Studi DPD Partai Golkar Kabupaten Paser. Peneliti

menggunakan dua tehnik wawancara, yaitu langsung dan tidak langsung, dimana langsung dilakukan dengan wawancara tatap muka, sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan dengan sistem komunikasi telepon dimana suara narasumber direkam, yang digunakan untuk pengecekan faliditas data pada saat terjadi wawancara. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan target wawancara pada kelompok elit di lingkar konsep penelitian, yaitu : Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Paser, Sekretaris Jendral Partai, Ketua Harian Partai, Ketua Tim Kemenangan Partai, Ketua Tim Kaderisasi Partai. Dan peneliti juga akan


(4)

22

melakukan wawancara sebagai pendukung data dengan mewawancarai Panwaslu juga KPUD Kabupaten Paser.

5. Pemeriksaan Keabsahan Data

Berdasarkan landasan penulis, pada penelitian ini yang menggunakan tehnik penelitian kualitatif, maka peneliti mencoba menelaah penelitian kualitatif yang seringkali diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh

karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data30, yaitu:

a. Kredibilitas adalah istilah yang dipilih untuk mengganti konsep validitas,

dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas terletak pada keberhasilanya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Konsep kredibilitas juga harus mampu mendemonstrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan antar aspek, penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat.

b. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

situasi yang lain.

30

Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2009 hlm 326:345


(5)

23

c. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan

peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

d. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

G. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data diperlukan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi ketika melakukan penelitian terkait pendidikan politik yang dilakukan partai politik. Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto-foto kegiatan (baik kegiatan penelitian maupun kegiatan partai politik sebagai objek penelitian), laporan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya baik cetak maupun elektronik. Mengutip langkah-langkah yang digunakan pada metode analisis data yaitu

berdasarkan Analysis Hierarchy Process (Saaty, 2008)31 adalah sebagai berikut:

a. Mengindentifikasi masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, melalui

diskusi dengan para pakar yang mengetahui permasalahan serta melakukan

31


(6)

24

kajian referensi hingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

b. Menyusun struktur hirarki yang dimulai dari tujuan umum, sub-tujuan,

kriteria hingga penentuan sejumlah alternatif di dasarkan pada permasalahan yang dihadapi, untuk penentuan kriteria dan alternatif diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan pakar.

c. Langkah selanjutnya kemudian, dari prioritas kriteria dan alternatif yang


Dokumen yang terkait

Peran Partai Politik Dalam Pemenangan Pilkada (Studi Analisis Partai Golkar Sebagai Kendaraan Politik dalam Pilkada Kabupaten Rokan Hilir 2006)

2 42 102

PELAKSANAAN FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN POLITIK (Studi Di Kantor Partai Golkar Dan Partai PDI Kabupaten Nunukan)

0 38 30

PELAKSANAAN REKRUTMEN KADER PARTAI DALAM PARTAI POLITIK (Studi Penelitian Di Kantor DPC Partai PDIP Dan DPD Partai Golkar Kota Tarakan)

0 4 31

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MERAIH DUKUNGAN PEMILIH PEMULA (Studi Penelitian di DPD Partai Golkar Kota Tarakan Kalimantan Timur)

6 52 26

STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2005 (STUDI DI DPD PARTAI GOLKAR KABUPATEN MALANG)

0 7 2

Eksistensi partai Golkar dalam politik lokal : studi kasus dewan pimpinan daerah partai Golkar kabupaten Simalungun tahun 2004-2009

1 6 127

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 17

PENDAHULUAN Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

2 11 6

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 12

STRATEGI KADER PARTAI POLITIK DALAM PENDIDIKAN POLITIK BAGI MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF KETRAMPILAN KEWARGANEGARAAN (Studi terhadap kader Partai Golkar Kabupaten Sragen).

0 0 17