TINJAUAN YURIDIS PENYEMBUNYIAN IDENTITAS PELAKU TINDAK PIDANA OLEH PERS DALAM ACARA BERTEMA INVESTIGASI KRIMINAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi
masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses
informasi termudah saat ini, namun dalam skala usia pengguna, televisi
yang menduduki tingkat teratas.1 Televisi yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat merupakan media massa yang mempunyai peranan penting
dalam berbagai aspek kehidupan bangsa. Peranan televisi dalam kehidupan
masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas
bangsa Indonesia.
Jurnalistik selalu berhubungan dengan berita (news) yang tertulis,
atau proses penyampaian pesan tertulis kepada khalayak (banyak
komunikan atau penerima pesan). Kemunculan media massa internet baik
yang bersifat audio (pandang) maupun yang bersifat audio-visual
(pandang-dengar) menyebabkan berita dapat pula berbentuk lisan.2 Hal ini
masyarakat kita arti pers atau Jurnalistik biasa disamakan dengan
wartawan (press member)3. Karya jurnalistik atau tulisan dalam pers
secara umum dapat disebut sebagai berita. Berita adalah kabar atau warta
atau rencana yang disampaikan melalui media komunikasi. Wartawan


1

Eka,
Efek
Sosial
Media
Massa
Pada
Masyarakat
Multi
http//:ekawenats.kacaajaib.blogspot.com, Diakses Tanggal 30 Agustus 2014, Pukul 10.00 WIB.
2
A. Muis, 1999, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta, Dharu Anuttama, Hlm. 24.
3
Ibid., Hlm. 61.

1

Etnik,


2

berfungsi sebagai pengolah dan penyaji berita tersebut. Wartawan adalah
seorang yang melakukan tugas jurnalistik, yaitu orang yang menciptakan
laporan sebagai profesi untuk disebarluaskan atau dipublikasi dalam media
massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan
internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam
laporannya dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling
objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani
masyarakat.
Pers membutuhkan kebebasan dalam memberikan informasi
kepada masyarakat luas dan masyarakat membutuhkan berbagai informasi,
termsuk informasi mengenai berita kriminal. Salah satu fungsi berita
kiriminal adalah untuk mengetahui kejahatan apa yang sedang banyak
terjadi sehingga masyarakat dapat mengantisipasi kejahatan itu. Berita
kriminal tersebut antara lain adalah Reportase Investigasi, Sergap, Sidik,
Delik, dan masih banyak lagi. Tayangan-tayangan semacam itu saat ini
semakin marak di televisi, misalnya laporan investigasi penggelonggongan
daging, pembuatan kosmetik palsu, penyuntikan buah durian agar cepat

matang, pemalsuan balsem dan minyak kayu putih, pembuatan makanan
anak yang dicampur dengan bahan berbahaya, pembuatan minuman dingin
yang dicampur dengan es batu yang terbuat dari air sungai dan air mentah,
pembuatan bakso tikus, serta pembuatan telur palsu dan lain-lain.
Dalam menayangkan hasil investigasinya berupa wawancara
dengan pelaku kejahatan, Insan Pers menyamarkan wajah, nama, dan suara

3

dari si pelaku kejahatan tersebut dengan berpedoman pada hak tolak yang
dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (4) UU Pers dan Pasal 7 Kode Etik
Jurnalistik. Pasal 4 ayat (4) UU Pers sebagai pengaturan lex specialis
menyatakan bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di
depan hukum, wartawan mempunyai hak tolak. Pengertian dari hak tolak
itu sendiri adalah hak wartawan karena profesinya untuk menolak
mengungkapkan nama atau identitas lainnya dari sumber berita yang
dirahasiakannya. Pemberitaan demikian dapat memberikan kesan bahwa
Pers lebih mengutamakan kepentingan sendiri atau kepentingan pribadi
dengan menghidangkan berita secara sensasionil sehingga melupakan
kepentingan umum, yang dimana Pers juga harus mengabdikan diri.

Apabila dorongan pada sensasi tersebut telah menyangkut
kepentingan

umum,

maka

persoalannya

dapat

menjadi

serius.

Permasalahan yang timbul adalah apabila penyembunyian identitas dengan
cara menyamarkan identitas pelaku kejahatan yang dilakukan oleh Insan
Pers dalam melakukan wawancara tidak dilanjuti dengan pemberitahuan
atau pelaporan kepada pejabat kehakiman


atau kepolisian. Dengan

menyamarkan dan merahasiakan identitas pelaku kejahatan yang telah
diwawancarai oleh Insan Pers, maka besar kemungkinan bahwa Insan Pers
tersebut dapat merugikan kepentingan umum, karena dengan mengetahui
adanya suatu kejahatan atau tindak pidana namun tidak ditindaklanjuti
dengan melaporkannya kepada pihak yang berwenang, yakni penyidik atau
polisi, tentunya hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

4

Dengan menyamarkan identitas pelaku kejahatan, dapat dikatakan secara
tidak langsung bahwa Insan Pers telah menyembunyikan identitas pelaku
kejahatan, khususnya kejahatan dalam Bab VII Buku II KUHP dan hal ini
bertentangan dengan Pasal 165 KUHP apabila Insan Pers tersebut tidak
menindaklanjuti dengan melaporkan pelaku kejahatan tersebut kepada
pejabat kehakiman atau kepolisian. sehingga dapat menjadi suatu
Persoalan karena di satu sisi dengan adanya Undang-Undang Pers pada
diri Insan Pers (wartawan) tersebut tidak terdapat kesalahan, sedangkan di
sisi lain dengan berpedoman pada Pasal 165 KUHP Insan Pers tersebut

dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana.
Kejahatan yang dilakukan oleh Pers atau disebut juga delik Pers
adalah tindak pidana yang bersangkut paut dengan pekerjaan pers.4 Istilah
delik Pers sendiri sebenarnya hanya istilah atau pengertian umum dan
bukan terminologi hukum. Pada pasal dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), tidak akan ditemui ketentuan umum yang dapat
digunakan mengaktualisasikan suatu perbuatan pidana sebagai delik pers,
termasuk delik khusus bagi insan pers.5 Istilah delik Pers sendiri
sebenarnya bukan merupakan hukum, melainkan hanya sebutan umum di
kalangan masyarakat, khususnya praktisi dan pengamat hukum, untuk
melakukan panamaan pasal-pasal KUHP yang berkaitan dengan Pers.

4

Junaedi. Fajar. 2013. Jurnalisme Penyiaran Dan Reportase Televisi. Jakarta : Kharisma Putra
Utama hlm 79
5
Oemar Seno Adjie. 1990 (I). Perkembangan delik pers di Indonesia. Jakarta : Erlangga hlm 24

5


Delik Pers sendiri bukanlah suatu delik yang berdiri sendiri,
melainkan bagian dari delik-delik khusus yang yang berlaku umum.
Tindak pidana itu disebut sebagai delik Pers karena yang sering
melakukan pelanggaran atas delik itu adalah Pers.6 Sebagai contoh adalah
pemberitaan mengenai pembuatan kosmetik palsu yang mengandung
banyak zat mercuri. Dalam pemberitaan tersebut ditayangkan hasil
wawancara dengan pelaku kejahatan, cara pembuatan kosmetik palsu yang
dipraktekkan oleh pelaku kejahatan, serta efek samping menggunakan
kosmetik palsu. Hasil wawancara dengan pelaku kejahatan ditayangkan
dengan cara menyamarkan nama, wajah, dan suara dari si pelaku
kejahatan. Penyamaran identitas pelaku kejahatan ini didasarkan pada hak
tolak sebagaimana terdapat dalam Pasal 4 ayat (4) UU Pers. Efek samping
menggunakan kosmetik palsu ini adalah kulit memerah, timbul bercakbercak atau flek-flek hitam khususnya di wajah. Mengedarkan atau
menjual kosmetik palsu adalah kejahatan yang melanggar Pasal 204
KUHP yang menyatakan bahwa barang siapa menjual, menawarkan,
menyerahkan atau membagi-bagikan barang, yang diketahui bahwa
membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat berbahaya itu
tidak diberitahukan, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun. Oleh karena kejahatan yang diberitakan tersebut termasuk

dalam Bab VII KUHP, yakni kejahatan yang membahayakan nyawa orang,
maka berdasarkan Pasal 165 KUHP Insan Pers sebagai warga negara yang
6

Ibid. hlm 35

6

baik seharusnya menindaklanjuti pemberitaan tersebut dengan melaporkan
si pelaku kejahatan yang membuat dan mengedarkan kosmetik palsu
tersebut kepada pejabat kehakiman atau kepolisian.
Tindakan Insan Pers yang demikian bertentangan dengan Pasal 165
KUHP yang berisi tentang kewajiban bagi setiap warga negara yang
mengetahui tentang adanya suatu kejahatan untuk melaporkan kejahatan
tersebut kepada pejabat kehakiman atau kepolisian, sehingga dapat
menjadi suatu Persoalan karena di satu sisi dengan adanya UndangUndang Pers pada diri Insan Pers (wartawan) tersebut tidak terdapat
kesalahan, sedangkan di sisi lain dengan berpedoman pada Pasal 165
KUHP Insan Pers tersebut dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana.
Namun disamping itu kemerdekaan, kebebasan, yang disesuaikan dengan
tugas pers tersebut diatas tidak saja negatif dalam karakternya dan yang

merupakan kritik konstruktif, melainkan pula bersifat positif, dengan
menyampaikan inisiatif yang sah dan tujuan-tujuan yang baik dari
pemerintah kepada khalayak ramai. 7
Aspek-aspek yuridis dari beberapa persoalan mengenai pers
termasuk tugas dan perhatian para sarjana hukum. Perlu ditinjau mengenai
persoalan kebebasan pers beserta pembatasan-pembatasan yang dipandang
sah dan konstitusionil di samping pembatasan yang terlarang. Selain itu
juga perlu ditinjau mengenai persoalan pertanggungjawaban pidana atas isi
dari tulisan-tulisan dalam pers. Hak jawab dan hak ingkar wartawan
7

Oemar Seno Adji. 1977 (II). Mass Media dan Hukum. Jakarta : Erlangga. hlm 81

7

merupakan persoalan hukum pula yang perlu mendapatkan pemecahan
yang memuaskan.8
Memang disadari bahwa dalam penyelenggaraan pers yang
dilaksanakan oleh manusia yang tak luput dari segala kesalahan, maka
kadang-kadang di dalam pemberitaannya terjadi pula hal-hal yang

menimbulkan dampak negatif seperti pemberitaan tentang kejahatan yang
terlalu berlebih-lebihan, pemberitaan yang bersifat sensasional, pornografi
dan

lain-lainnya

sehingga

menimbulkan

keresahan

masyarakat.

Masyarakat banyak beranggapan bahwa lembaga pers lebih menyukai
berita-berita yang bersifat negatif daripada yang positif. Pers lebih gairah
menulis tentang kegagalan, konflik, pelanggaran atau ketidakberesan yang
terjadi dalam masyarakat yang dilakukan atau menimpa siapapun, daripada
memberitakan hal-hal yang positif, keberhasilan, kerukunan, prestasi dan
semacamnya.

Bahkan, ada pendapat yang sangat ekstrim mengenai hal ini, yakni
peristiwa-peristiwa baik di masyarakat bukanlah berita bagus untuk pers,
sebaliknya berita-berita buruk di masyarakat adalah berita bagus bagi pers.
Persepsi salah tentang pers di kalangan publik, ditambah gaya wawancara
wartawan yang kadang seperti seorang interogator memeriksa pesakitan,
kian memperparah ketidakyakinan kalangan eksekutif senior, pejabat
pemerintah atau tokoh organisasi untuk percaya bahwa pers bisa

8

ibid, hlm. 13.

8

dimanfaatkan sebagai sarana pembentukan opini publik yang positif
tentang lembaga maupun citra produknya.
Para insan pers dalam hal ini wartawan pencari berita mendapatkan
perlindungan hukum dari pemerintah. Sesuai Pasal 8 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang dimaksud dengan “perlindungan
hukum” adalah :
“Jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada
wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan
peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.”
Oleh karena itu, berdasar hal-hal sebagaimana yang dijelaskan
diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS
PENYEMBUNYIAN IDENTITAS PELAKU TINDAK PIDANA OLEH
PERS DALAM ACARA BERTEMA INVESTIGASI KRIMINAL”.
B. Rumusan masalah
1. Apakah perbuatan insan pers (wartawan) yang menyembunyikan
identitas ini merupakan tindakan melanggar ketentuan hukum pidana?
2. Apakah insan pers (wartawan) yang melakukan peliputan investigasi
tersebut apabila tidak melaporkan kepada yang berwajib dapat
dikenakan pidana?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

9

1. Untuk

mengetahui

perbuatan

insan

pers

(wartawan)

yang

menyembunyikan identitas ini merupakan tindakan melanggar
ketentuan hukum pidana.
2. Untuk mengetahui apakah insan pers (wartawan) yang melakukan
liputan investigasi tersebut apabila tidak melaporkan kepada pihak
yang berwajib dapat dikenakan pidana.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Bagi penulis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum;
b. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis serta
memberikan manfaat bagi pembaca, dalam bidang hukum
jurnalistik terutama penerapan hukum pidana terhadap Insan Pers
yang ditinjau dari Undang-Undang No 40 Tahun 1999 Tentang Pers
dan KUHP.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan masukan kepada aparat hukum dan masyarakat
terkait dalam melaksanakan ketentuan hukum yang berhubungan
dengan Insan Pers.
b. Sebagai suatu bahan referensi bagi peneliti dan rekan mahasiswa
Fakultas Hukum yang berminat untuk mengetahui dan membahas
lebih lanjut dalam kaitannya dengan hukum jurnaistik serta
permasalahan Pers yang ditinjau dengan KUHP dan UndangUndang Pers.

10

E. Kegunaan Penelitian
Penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dalam
menambah wawasan kepada masyarakat maupun kepada mahasiswa untuk
mengetahui bagaimana pengaturan kebebasan pers dalam acara bertema
investigasi kriminal menurut undang-undang no. 40 tahun 1999 tentang
Pers dan KUHP.
F. Metode penulisan
1. Metode pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep
legis positivis yang menyatakan bahwa hukum adalah identik dengan
norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembagalembaga atau pejabat yang berwenang. Selain itu konsep ini juga
memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom,
tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat.
2. Sumber data
Data yang digunakan adalah data primer dan di dukung data
sekunder.
a. Data Primer
Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan

yang

ada

kaitannya

permasalahan ini, yaitu :
1. Undang- Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

dengan

11

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
3. Kode Etik Jurnalistik
b. Data sekunder
Bahan hukum sekunder diperoleh dengan cara melakukan
inventarisasi terhadap buku literatur, dokumen, artikel, dan berbagai
bahan yang telah diperoleh, dicatat kemudian dipelajari berdasarkan
relevansi-relevansinya dengan pokok permasalahan yang diteliti
yang selanjutnya dilakukan pengkajian sebagai satu kesatuan yang
utuh.
3. Metode Analisis Bahan Hukum
Bahan hukum

yang diperoleh kemudian dianalisis secara

kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan
merangkai data yang telah diperoleh dan disusun sistematis, kemudian
ditarik

kesimpulan.

Dan

kesimpulan

yang

diambil

dengan

menggunakan cara berpikir deduktif, yaitu dengan cara berpikir yang
mendasar pada hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik
kesimpulan secara khusus.
F. Rencana sistematika penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Pada masingmasing bab terbagi dalam sub bab, sehingga mempermudah pembaca untuk
mengetahui gambaran secara ringkas mengenai uraian yang dikemukakan dalam
tiap bab.

12

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi
masalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, tujuan dan kegunaan
penulisan, definisi operasional, kerangka teoritis, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERS DI INDONESIA
Dalam bab ini akan diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini, antara lain sejarah dan pengertian-pengertian,
perkembangan pers di Indonesia, fungsi dan peranan pers, ruang lingkup
peliputan dan liputan investigasi.
BAB III ANALISIS HUKUM MENGENAI TINDAKAN
MENYAMARKAN IDENTITAS PELAKU KEJAHATAN
OLEH PERS MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (TELEVISI)
Dalam bab ini akan dibahas mengenai keefektifan pelaksanaan pemberian
sanksi terhadap pers yang menyamarkan identitas pelaku kejahatan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah merupakan kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang ada, serta saran-saran yang diharapkan menjadi solusi
bagi permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

PENULISAN HUKUM
TINJAUAN YURIDIS PENYEMBUNYIAN IDENTITAS
PELAKU TINDAK PIDANA OLEH PERS DALAM ACARA
BERTEMA INVESTIGASI KRIMINAL
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:
FADEL MUHAMMAD HABIBIE
201010110311220

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
2015

i

PENULISAN HUKUM
TINJAUAN YURIDIS PENYEMBUNYIAN IDENTITAS
PELAKU TINDAK PIDANA OLEH PERS DALAM ACARA
BERTEMA INVESTIGASI KRIMINAL

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:
FADEL MUHAMMAD HABIBIE
201010110311220

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
2015

i

ii

iii

iv

HALAMAN MOTTO

Lakukan bagianmu semampu yang kamu bisa, Selanjutnya,
Biarkan tuhan melakukan hal yang tak kamu bisa !!!

Tersenyumlah agar segalanya nampak indah meski hidup ini tak
begitu mudah !!!

Jangan pernah menyerah untuk sesuatu yang penting bagimu dan
yang kamu cintai. Setiap kali kamu ingin menyerah, ingat kembali
kenapa kamu memulai. Ingat kembali untuk apa dan untuk siapa,
kamu mau melakukan semua itu.

v

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah hirabbil alamin, puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang
memberikan rahmat dan karunianya yang tidak terhingga kepada hambanya
sehingga penulisan tugas akhir ini terselesaikan. Dan tidak lupa shalawat dan
salam kepada Nabi menyempurna agama dan akhlaq manusia Rasullulah
Muhammad SAW sebagai yang telah memberikan pencerahan kepada ummat
manusia dengan risalah yang tidak tertandingi nilainya.
Dengan terselesaikannya skripsi ini merupakan sebuah proses yang cukup
berharga bagi penulis karena banyak pelajaran yang didapatkan dari seluruh
aktivitas penyelesaiannya. Dan tentunya skripsi ini memungkinkan terdapat
kelemahan dan perdebatan, maka penulis menyampaikan harapan untuk kritik dan
saran untuk membangun khazanah serta pengembangan akademik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Pada
civitas akademis Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (FHUMM) yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal
dan informal bagi penulis dalam pengembangan diri. Khususnya :
1. Ayahanda NOOR TAUFIK

HIDAYAT S.H. dan Ibunda BINTI

MUARIFAH, kakanda CLAUDIA KARTIKA NOVIA ANDINI S.E. serta
keluarga besar saya yang saya sayangi dan saya banggakan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang tidak pernah terputus curahan kasih sayang
dan doanya dalam setiap detiknya, serta dengan tulus memberikan

viii
vi

dukungan moril dan materil kepada penulis yang tidak ternilai harganya,
yang menjadi cambuk penyemangat bagi penulis dalam menuntut ilmu,
dan sejujurnya dari lubuk hati yang paling dalam penulis masih belum bisa
untuk membalas itu semua, kecuali secirca doa “jazaakumullah biahsan iljaza’ “amin….!!!
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Dr. Muhadjir Efendy.MAP
selaku motivator dan inspirator dalam penyelsaian tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.Si. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah mendorong penulis untuk segera
menyelesaikan tugas akhir dan banyak memberikan bantuan dalam
kelancaran penulisan tugas akhir.
4. Bapak Sidik Sunaryo S.H., M.Si., M.Hum. Selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Mokh. Najih S.H., M.Hum.selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan saran-saran konstruktif serta membuka
wawasan pemikiran bagi penulis.
5. Seluruh dosen, pejabat laboratorium dan para staff Tata usaha Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak pernah lelah
membakar api semangat dan sedikit banyak telah membantu kelancaran
serta selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik.
6. Kepada teman-teman angkatan 2010, Kasyful Qulub, Risky Wiyardi, Eka
Mozaldi, Harmawan Hatta, Wahyu Bhakti, Muharto, Mujadihidin Agung,
Fany, Danang dan lainna yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.

vii
ix

7. dan semua pihak yang telah memberikan informasi dan masukan dalam
penulisan skripsi
semoga tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua dan atas
segala kekhilafan dan kesalahan yang penulisan saya mohon maaf.
Billahitaufiq wal hidayah.
Wa Billahi Fosabilil Haq Fastabihul Khairaat.

Penulis

xviii

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Cover / Sampul Dalam ..........................................................................
Lembar Pengesahan ...........................................................................................
Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ....................................
Ungkapan Pribadi / Motto ..................................................................................
Abstraksi ............................................................................................................
Abstract ..............................................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................

i
ii
iv
v
vi
vii
viii
xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .........................................................................................
B. Permasalahan ..........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................
E. Metode Penelitian ....................................................................................

1
8
8
10
10

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pers ..........................................................................................
B. Tinjauan Tindak Pidana ...........................................................................
C. Tinjauan Reportase Investigasi ................................................................
D. Tinjauan Tentang Etika Jurnalistik Dalam Investigasi Kriminal ...............
E. Tata Cara Pembuatan Berita Investigasi Kriminal ...................................
F. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Dalam
Program Acara Investigasi Kriminal Di Televisi ......................................
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Perbuatan Insan Pers (Wartawan) Yang Menyembunyikan
Identitas Ditinjau Dari Perspektif Aturan Perundang-Undangan Dan
Pendapat Ahli Hukum (Doktrin) ..............................................................
1. Dari Perspektif Aturan Perundang-Undangan ......................................
2. Dari Perspektif Pendapat Ahli Hukum (Doktrin) .................................
B. Analisis Terhadap Tindakan Insan Pers (Wartawan) Yang Melakukan
Peliputan Investigasi Ditinjau Dari Perspektif Aturan PerundangUndangan Dan Pendapat Ahli Hukum (Doktrin) ......................................
1. Dari Perspektif Aturan Perundang-Undangan ......................................
2. Dari Perspektif Pendapat Ahli Hukum (Doktrin) .................................
3. Analisis Program Reportase Investigasi...............................................

xiix

13
17
22
26
33
43

46
46
60

70
72
77
81

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................
Index ..................................................................................................................

xiix

87
89
91
93

DAFTAR PUSTAKA
Adam Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana bagian 1, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada
C.S.T. Kansil dan Christie S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana,Pradnya
Paramita, Jakarta
Fajar Junaedi, 2013, Jurnalisme Penyiaran Dan Reportase Televisi, Jakarta,
Kencana Prenada Media Group
H. M. Hamdan, 2012, Alasan Penghapusan Pidana (Teori dan Studi Kasus),
Bandung, PT Refika Aditama
Junaedi. Fajar. 2013. Jurnalisme Penyiaran Dan Reportase Televisi. Jakarta :
Kharisma Putra Utama
Morrisan, 2010, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group
Muis, 1999, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta, Dharu Anuttama
Nasrullah. 2010. JEJAK PERS : Sebuah Mimpi Menuju Pers Profesional. Malang
: Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang
Oemar Seno Adjie. 1990 (I). Perkembangan delik pers di Indonesia. Jakarta :
Erlangga
Oemar Seno Adji. 1977. Mass Media dan Hukum. Jakarta : Erlangga
Oemar Seno Adji. 1987 (III). Perkembangan Delik Pers Di Indonesia. Jakarta :
Erlangga.
R. Achmad Soemana Di Pradja, 1982, Asas-Asas Hukum Pidana, Bandung,
Penerbit Alumni
Sedia Willing Barus, 2010, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita, Jakarta,
Erlangga
Sobur, Alex. (2001). Etika Pers Profesionalisme dengan Nurani. Bandung :
Humaniora Utama Press
Tim Aji Jakarta, 2014, Pedoman Perilaku Jurnalis, Jakarta, Aliansi Jurnalis
Independen
Tom E. Rolnicki, 2008, Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism),
Jakarta, Kencana Prenada Media Group

xi

William C. Gaines, 2006, Etika Jurnalisme : Debat Global, Jakarta, AP Photo dan
LA Times
Wiryono projodikoro, 2003, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia,
Bandung, PT. Refika Aditama
Wiryono Projodikoro, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta,
PT.ERESCO
Internet :
Eka, Efek Sosial Media Massa Pada Masyarakat Multi Etnik,
http//:ekawenats.kacaajaib.blogspot.com, Diakses Tanggal 30 Agustus 2014,
Pukul 10.00 WIB.
http://google.com/Unsur-unsur_tindak_pidana_dalam_hukum_pidana/2013,
diakses pada 18 November 2014, pukul 15.45 Wib
http://google.com_CelotehKu_Analisis_Buku_Peliputan_Investigasi_Dandhy_Dw
i_Laksono.html , diakses pada tanggal 6 November 2014, pada pukul 16.45
WIB.
Perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Peraturan lainnya :
Kode Etik Jurnalistik

xii

Indeks

A

M

Asas, 21, 31, 77, 78

Media, 1, 7, 14, 15, 16, 17, 26, 27,
33, 46

B
Berita, 1, 2, 15, 24, 31, 32, 74, 83
Bukti, 43

N
Narasumber, 17, 44, 54, 71
Norma, 34, 46

D
Delik, 2, 5, 23, 56, 66

P
Penyidik, 70, 74
Penyidikan, 79
Peristiwa, 19, 23
Pidana, 4, 11, 14, 19, 20, 21, 23, 50,
77, 81
Polisi, 76, 77
Prinsip, 31, 46

H
Hak Tolak, 52, 53, 60, 63, 73
I
Identitas, 48
Informasi, 32, 33, 78
Insan Pers, 3, 6, 9, 10, 48, 74
Investigasi, 2, 24, 35, 42, 43, 44, 51,
74, 83

R
Reportase, 2, 4, 14, 24, 25, 26, 27, 83

J

S

Jurnalistik, 1, 3, 11, 14, 15, 17, 24,
28, 30, 31, 33, 46, 57, 61, 68, 74,
75, 84, 85, 86, 87, 90

Sanksi, 80
Subyektif, 22
T

K

Tindak Pidana, 23

Karya, 1, 26, 45
Kejahatan, 4, 53
Kepentingan, 56
Kode Etik, 3, 11, 28, 30, 31, 33, 34,
46, 57, 60, 61, 68, 75, 84, 85, 86,
87, 90

W
Wartawan, 2, 16, 33, 36, 37, 38, 39,
41, 48, 61, 71, 74, 85

xiii