MANAJEMEN INVESTIGASI TINDAK KRIMINAL
MANAJEMEN INVESTIGASI TINDAK KRIMINAL
SEJARAH FORENSIK UMUM DAN DIGITAL FORENSIK
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Yudi Prayudi, M. Kom
disusun oleh:
Subektiningsih
15917225
PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016
SEJARAH FORENSIK UMUM DAN FORENSIK DIGITAL
I. Sejarah Forensik Umum
Forensik ini berasal dari bahasa Latin, yaitu forensis yang berarti “dari luar”, dan istilah
dalam bidang ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk membantu proses
penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu scientific method. Pada scientific Method and
Law (Hukum dan Metode Ilmiah) digunakan untuk menentukan sejarah permulaan ilmu
pengetahuan forensik, dengan mempertimbangkan evolusi proses hukum di Eropa, terutama
Inggris.
Penentuan bersalah atau tidaknya dari suatu tindak kejahatan dimulai dari peradilan
primitif melalui cobaan berat, proses inquisitorial, dan pada akhirnya ajaran dasar yurisprudensi
modern, yaitu praduga tak bersalah berdasarkan hukum Anglo-Saxon dan praduga bersalah
berdasarkan Napoleon Code. Metode ilmiah atau penyelidikan rasional menjadi bagian dari proses
peradilan pada abad ke-19, dan ilmu pengetahuan forensik berkembang dengan cepat pada abad
ke-20. Kemajuan teknologi terus mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan forensik. Forensik
ini juga bisa berarti sebuah bidang ilmu yang diterapkan untuk membantu proses pengungkapan
kejahatan sehingga bisa diajukan ke pengadilan.
Ilmu forensik adalah metode ilmiah yang digunakan untuk mengumpulan, memeriksa,
menyelidiki informasi. Kelompok ilmu forensic antara lain: ilmu fisika forensik, ilmu kimia
forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi forensik, ilmu
psikiatri forensik, hingga komputer forensik. Dalam ilmu forensik mempelajari suatu hal yang
berhubungan dengan barang bukti. Saat menganalisis barang bukti, para ahli forensik harus
mengamati, menggolongkan, membandingkan, menggunakan angka, mengukiur, memperkirakan,
menafsirkan data, dan kemudian menarik kesimpulan yang masuk akal berdasarkan barang bukti
yang ada. Ilmu forensik bersifat aktif dan menyelidiki hingga tuntas.
Barang bukti yang sudah diamankan dari tempat kejadian perkara dan harus dilakukan uji
forensic maka proses selanjutnya dikirim ke laboratorium forensic untuk dianalisis. Selanjutnya
ahli forensik akan melakukan penggolongan, perbandingan, pengamatan, dan rekonstruksi untuk
memeriksa barang bukti. Mereka bisa bekerja “buta”, yang berarti mereka tidak mengetahui
rincian lain tentang kejahatan tersebut. Barang bukti ini kemudian ditambahkan dengan informasi
yang dikumpulkan dari para saksi.
Ilmu forensik ini telah mengalami banyak evolusi. Berikut ini berbagai evolusi Forensik :
1. Tahun 1248 adanya buku forensik pertama yang berisi catatan tentang pengetahuan medis
yang digunakan untuk memecahkan kasus kriminal.
2. Tahun 1600 dibuatnya laporan pertama Forensik Pathology tentang penyebab kematian
seseorang.
3. Tahun 1784 barang bukti dalam bentuk fisik digunakan dalam kasus criminal. Pencocokan
bukti fisik dalam kasus pembunuhan (John Toms, Inggris). Bukti bukti yang ditemukan
adanya robekan koran di pistol yang cocok dengan koran yang ada didalam sakunya.
4. Tahun 1806 adanya invertigasi kasus keracunan. Valentin Ross adalah seorang ahli
kimawan jerman yang mengembangkan metode untuk mendeteksi racun dalam perut
korban sehingga dapat membantu proses investigasi kematian yang berkaitan dengan
racun.
5. Tahun 1836 James Marsh, seorang ahli kimia dari inggris menggunakan proses kimia untuk
menentukan arsenik penyebab kematian seseorang dalam sidang pembunuhan.
6. Tahun 1854-1859 Foto digunakan dalam investigasi untuk pertama kali. San Francisco
menggunakan foto untuk identifikasi kasus kriminal.
7. Tahun 1880 penemuan sidik jari. Henry Faulds and William James Herschel
mempublikasikan paper mengenai keunikan sidik jari. Kemuadin seorang ilmuwan yang
bernama Francis Galton, mengidentifikasikan pola sidik jari.
8. Tahun 1887 munculnya Sherlock Holmes. Penetapan bahwa koroner dapat digunakan
untuk menentukan penyebab kematian tiba-tiba, kekerasan dan ketidakwajaran kematian
sesorang. Arthur Conan Doyle juga menerbitkan cerita pertama Sherlock Homes.
9. Tahun 1892 digunakannya sidik jari dalam kasus kriminal. Juan Vucetich, seorang perwira
polisi Argentina menggunakan sidik jari sebagai bukti dalam penyelidikan pembunuhan.
Dia menciptakan sistem identifikasi sidik jari yang disebut daktiloscopy.
10. Tahun 1901 penyelidikan golongan darah. Karl Landsteiner mengelompokkan golongan
darah manusia ABO dan disesuaikan untuk digunkaan pada noda darah melalui Dieter Max
Richter. Dan Identifikasi pola sidik jari oleh Galton Henry system secara resmi digunakan
di Skotlandia.
11. Tahun 1903 identifikasi pola sidik jari oleh Galton Henry system secara resmi digunakan
di Skotlandia.
12. Tahun 1909 hadir sekolah forensik pertama didirikan oleh Rodolphe Archibald Reiss di
swiss.
13. Tahun 1910 penggunaan rambut dalam dunia forensik. Victor Balthazard and Marcelle
Lambert mempublikasi penelitian pertama tentang rambut. Dalam penelitiannya juga
mencantumkan kasus pertama yang mlibatkan rambut.
14. Tahun 1923 berdirinya Police Crime Lab di Los Angeles.
15. Tahun 1930 prototype polygraph, merupakan alat deteksi kebohongan yang diciptakan
oleh John Larson pada tahun 1921, dikembangkan dan digunakan di kantor polisi.
16. Tahun 1932 FBI membangun laboratorium forensik terkemudka didunia.
17. Tahun 1960 penggunakan rekaman suara yang dijadikan barang bukti di pengadilan.
18. Tahun 1967 FBI mendirikan National Crime Information Center.
19. Tahun 1974 teknologi yang di kembangkan oleh Aerospace Corporation yang dapat
menunjukan seberapa dekat tersangka dengan psitol yang digunakan.
20. Tahun 1975 FBI memasang pembaca sidik jari pertama.
21. Tahun 1979 Royal Canadian Mounted Police yang pertama kali menerapkan sistem
identifikasi sidik jari ortomatis.
22. Tahun 1984 Sir Alec Jeffreys mengembangkan teknik sidik jari DNA. Bahwa setiap DNA
setiap manuasia berbeda – beda.
23. Tahun 1987 penggunaan DNA dalam pengungkapan kasus criminal.
24. Tahun 1996 National Academy of Sciences mengumumkan bukti DNA dapat diandalkan
dalam proses penyelidikan.
25. Tahun 1999 FBI membangun sistem identifikasi sidik jari otomatis dan terintegrasi.
26. Tahun 2001 teknologi mempercepat waktu dalam identifikasi DNA dari 6 hingga 8 minggu
menjadi 1 hingga 2 hari.
27. Tahun 2007 Britain layanan ilmu forensik mengembangkan sistem pengkoden dan deteksi
alas kaki online.
28. Tahun 2008 Ilmuwan memvisualisasikan sidik jari yang telah dibersihkand dapat dideteksi
dan diidentifikasi kembali.
29. Tahun 2011 Universitas Negeri Michigan mengembangkan software yang secara otomatis
dapat mencocokan gambar yang sesuai dengan sketsa wajah yang tersimpan dalam databse.
Peneliti jepang mengembangkan sitem pencocokan x-ray gigi. Sistem ini secara otomatis
menyesuaikan x-ray gigi dalam databse.
II. Forensik Digital
Judd Robin yang juga seorang ahli komputer forensik dalam Abdullah (2007) juga
menyatakan bahwa “komputer forensik merupakan penerapan secara sederhana dari penyelidikan
komputer dan teknik analisisnya untuk menentukan bukti-bukti hukum yang mungkin”.
Digital forensik adalah kombinasi disiplin ilmu hukum dan pengetahuan komputer dalam
mengumpulkan dan menganalisa data dari sistem komputer, jaringan, komunikasi nirkabel, dan
perangkat penyimpanan sehingga dapat dibawa sebagai barang bukti di dalam penegakan hukum.
(Budhi Santoso).
Pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa digital forensik adalah
penggunaan teknik analisis dan investigasi untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa
dan menyimpan bukti atau informasi yang secara magnetis tersimpan/disandikan pada komputer
atau media penyimpanan digital sebagai alat bukti dalam mengungkap kasus kejahatan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Digital forensik juga merupakan salah satu cabang ilmu
forensik yang berkaitan dengan bukti legal yang ditemui pada komputer dan media penyimpanan
digital. Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan hampir 30 tahun.
Awalnya, hakim menerima bukti tersebut tanpa melakukan pembedaan dengan bentuk bukti
lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi komputer, perlakuan serupa dengan bukti tradisional
akhirnya menjadi bermasalah.
Bukti komputer mulai masuk kedalam dokumen resmi hukum lewat US Federal Rules of
Evidence pada tahun 1976. Selanjutnya dengan berbagai perkembangan yang terjadi muncul
beberapa dokumen hukum lainnya, antara lain adalah The Electronic Communications Privacy Act
tahun 1986, berkaitan dengan penyadapan peralatan elektronik. The Computer Security Act tahun
1987 yang berkaitan dengan keamanan sistem komputer pemerintahan. Economic Espionage Act
tahun 1996 berhubungan dengan pencurian rahasia dagang.
Pembuktian dalam dunia maya memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini dikarenakan sifat
alami dari teknologi komputer memungkinkan pelaku kejahatan untuk menyembunyikan jejaknya.
Karena itulah salah satu upaya untuk mengungkap kejahatan komputer adalah lewat pengujian
sistem dengan peran sebagai seorang detektif dan bukannya sebagai seorang user. Kejahatan
computer (cybercrime) tidak mengenal batas geografis, aktivitas ini bisa dilakukan dari jarak
dekat, ataupun dari jarak ribuan kilometer dengan hasil yang serupa. Secara umum kebutuhan
digital forensik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Keperluan investigasi tindak kriminal dan perkara pelanggaran hukum.
2. Rekonstruksi duduk perkara insiden keamanan komputer.
3. Upaya-upaya pemulihan kerusakan sistem.
4. Troubleshooting yang melibatkan hardware maupun software.
5. Keperluan untuk memahami sistem ataupun berbagai perangkat digital dengan lebih baik.
III. Daftar Pustaka
Marcella, A. J. & Greenfiled, R. S. 2002. “Cyber Forensics a field manual for collecting,
examining, and preserving evidence of computer crimes”, Florida: CRC Press LLC.
Prayudi, Y & Afrianto, D. S. 2007. Antisipasi Cyber Crime menggunakan Teknik Komputer
Forensik.
Http://sonywirayudha.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-ilmu-forensic.html
SEJARAH FORENSIK UMUM DAN DIGITAL FORENSIK
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Yudi Prayudi, M. Kom
disusun oleh:
Subektiningsih
15917225
PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016
SEJARAH FORENSIK UMUM DAN FORENSIK DIGITAL
I. Sejarah Forensik Umum
Forensik ini berasal dari bahasa Latin, yaitu forensis yang berarti “dari luar”, dan istilah
dalam bidang ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk membantu proses
penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu scientific method. Pada scientific Method and
Law (Hukum dan Metode Ilmiah) digunakan untuk menentukan sejarah permulaan ilmu
pengetahuan forensik, dengan mempertimbangkan evolusi proses hukum di Eropa, terutama
Inggris.
Penentuan bersalah atau tidaknya dari suatu tindak kejahatan dimulai dari peradilan
primitif melalui cobaan berat, proses inquisitorial, dan pada akhirnya ajaran dasar yurisprudensi
modern, yaitu praduga tak bersalah berdasarkan hukum Anglo-Saxon dan praduga bersalah
berdasarkan Napoleon Code. Metode ilmiah atau penyelidikan rasional menjadi bagian dari proses
peradilan pada abad ke-19, dan ilmu pengetahuan forensik berkembang dengan cepat pada abad
ke-20. Kemajuan teknologi terus mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan forensik. Forensik
ini juga bisa berarti sebuah bidang ilmu yang diterapkan untuk membantu proses pengungkapan
kejahatan sehingga bisa diajukan ke pengadilan.
Ilmu forensik adalah metode ilmiah yang digunakan untuk mengumpulan, memeriksa,
menyelidiki informasi. Kelompok ilmu forensic antara lain: ilmu fisika forensik, ilmu kimia
forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi forensik, ilmu
psikiatri forensik, hingga komputer forensik. Dalam ilmu forensik mempelajari suatu hal yang
berhubungan dengan barang bukti. Saat menganalisis barang bukti, para ahli forensik harus
mengamati, menggolongkan, membandingkan, menggunakan angka, mengukiur, memperkirakan,
menafsirkan data, dan kemudian menarik kesimpulan yang masuk akal berdasarkan barang bukti
yang ada. Ilmu forensik bersifat aktif dan menyelidiki hingga tuntas.
Barang bukti yang sudah diamankan dari tempat kejadian perkara dan harus dilakukan uji
forensic maka proses selanjutnya dikirim ke laboratorium forensic untuk dianalisis. Selanjutnya
ahli forensik akan melakukan penggolongan, perbandingan, pengamatan, dan rekonstruksi untuk
memeriksa barang bukti. Mereka bisa bekerja “buta”, yang berarti mereka tidak mengetahui
rincian lain tentang kejahatan tersebut. Barang bukti ini kemudian ditambahkan dengan informasi
yang dikumpulkan dari para saksi.
Ilmu forensik ini telah mengalami banyak evolusi. Berikut ini berbagai evolusi Forensik :
1. Tahun 1248 adanya buku forensik pertama yang berisi catatan tentang pengetahuan medis
yang digunakan untuk memecahkan kasus kriminal.
2. Tahun 1600 dibuatnya laporan pertama Forensik Pathology tentang penyebab kematian
seseorang.
3. Tahun 1784 barang bukti dalam bentuk fisik digunakan dalam kasus criminal. Pencocokan
bukti fisik dalam kasus pembunuhan (John Toms, Inggris). Bukti bukti yang ditemukan
adanya robekan koran di pistol yang cocok dengan koran yang ada didalam sakunya.
4. Tahun 1806 adanya invertigasi kasus keracunan. Valentin Ross adalah seorang ahli
kimawan jerman yang mengembangkan metode untuk mendeteksi racun dalam perut
korban sehingga dapat membantu proses investigasi kematian yang berkaitan dengan
racun.
5. Tahun 1836 James Marsh, seorang ahli kimia dari inggris menggunakan proses kimia untuk
menentukan arsenik penyebab kematian seseorang dalam sidang pembunuhan.
6. Tahun 1854-1859 Foto digunakan dalam investigasi untuk pertama kali. San Francisco
menggunakan foto untuk identifikasi kasus kriminal.
7. Tahun 1880 penemuan sidik jari. Henry Faulds and William James Herschel
mempublikasikan paper mengenai keunikan sidik jari. Kemuadin seorang ilmuwan yang
bernama Francis Galton, mengidentifikasikan pola sidik jari.
8. Tahun 1887 munculnya Sherlock Holmes. Penetapan bahwa koroner dapat digunakan
untuk menentukan penyebab kematian tiba-tiba, kekerasan dan ketidakwajaran kematian
sesorang. Arthur Conan Doyle juga menerbitkan cerita pertama Sherlock Homes.
9. Tahun 1892 digunakannya sidik jari dalam kasus kriminal. Juan Vucetich, seorang perwira
polisi Argentina menggunakan sidik jari sebagai bukti dalam penyelidikan pembunuhan.
Dia menciptakan sistem identifikasi sidik jari yang disebut daktiloscopy.
10. Tahun 1901 penyelidikan golongan darah. Karl Landsteiner mengelompokkan golongan
darah manusia ABO dan disesuaikan untuk digunkaan pada noda darah melalui Dieter Max
Richter. Dan Identifikasi pola sidik jari oleh Galton Henry system secara resmi digunakan
di Skotlandia.
11. Tahun 1903 identifikasi pola sidik jari oleh Galton Henry system secara resmi digunakan
di Skotlandia.
12. Tahun 1909 hadir sekolah forensik pertama didirikan oleh Rodolphe Archibald Reiss di
swiss.
13. Tahun 1910 penggunaan rambut dalam dunia forensik. Victor Balthazard and Marcelle
Lambert mempublikasi penelitian pertama tentang rambut. Dalam penelitiannya juga
mencantumkan kasus pertama yang mlibatkan rambut.
14. Tahun 1923 berdirinya Police Crime Lab di Los Angeles.
15. Tahun 1930 prototype polygraph, merupakan alat deteksi kebohongan yang diciptakan
oleh John Larson pada tahun 1921, dikembangkan dan digunakan di kantor polisi.
16. Tahun 1932 FBI membangun laboratorium forensik terkemudka didunia.
17. Tahun 1960 penggunakan rekaman suara yang dijadikan barang bukti di pengadilan.
18. Tahun 1967 FBI mendirikan National Crime Information Center.
19. Tahun 1974 teknologi yang di kembangkan oleh Aerospace Corporation yang dapat
menunjukan seberapa dekat tersangka dengan psitol yang digunakan.
20. Tahun 1975 FBI memasang pembaca sidik jari pertama.
21. Tahun 1979 Royal Canadian Mounted Police yang pertama kali menerapkan sistem
identifikasi sidik jari ortomatis.
22. Tahun 1984 Sir Alec Jeffreys mengembangkan teknik sidik jari DNA. Bahwa setiap DNA
setiap manuasia berbeda – beda.
23. Tahun 1987 penggunaan DNA dalam pengungkapan kasus criminal.
24. Tahun 1996 National Academy of Sciences mengumumkan bukti DNA dapat diandalkan
dalam proses penyelidikan.
25. Tahun 1999 FBI membangun sistem identifikasi sidik jari otomatis dan terintegrasi.
26. Tahun 2001 teknologi mempercepat waktu dalam identifikasi DNA dari 6 hingga 8 minggu
menjadi 1 hingga 2 hari.
27. Tahun 2007 Britain layanan ilmu forensik mengembangkan sistem pengkoden dan deteksi
alas kaki online.
28. Tahun 2008 Ilmuwan memvisualisasikan sidik jari yang telah dibersihkand dapat dideteksi
dan diidentifikasi kembali.
29. Tahun 2011 Universitas Negeri Michigan mengembangkan software yang secara otomatis
dapat mencocokan gambar yang sesuai dengan sketsa wajah yang tersimpan dalam databse.
Peneliti jepang mengembangkan sitem pencocokan x-ray gigi. Sistem ini secara otomatis
menyesuaikan x-ray gigi dalam databse.
II. Forensik Digital
Judd Robin yang juga seorang ahli komputer forensik dalam Abdullah (2007) juga
menyatakan bahwa “komputer forensik merupakan penerapan secara sederhana dari penyelidikan
komputer dan teknik analisisnya untuk menentukan bukti-bukti hukum yang mungkin”.
Digital forensik adalah kombinasi disiplin ilmu hukum dan pengetahuan komputer dalam
mengumpulkan dan menganalisa data dari sistem komputer, jaringan, komunikasi nirkabel, dan
perangkat penyimpanan sehingga dapat dibawa sebagai barang bukti di dalam penegakan hukum.
(Budhi Santoso).
Pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa digital forensik adalah
penggunaan teknik analisis dan investigasi untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa
dan menyimpan bukti atau informasi yang secara magnetis tersimpan/disandikan pada komputer
atau media penyimpanan digital sebagai alat bukti dalam mengungkap kasus kejahatan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Digital forensik juga merupakan salah satu cabang ilmu
forensik yang berkaitan dengan bukti legal yang ditemui pada komputer dan media penyimpanan
digital. Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan hampir 30 tahun.
Awalnya, hakim menerima bukti tersebut tanpa melakukan pembedaan dengan bentuk bukti
lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi komputer, perlakuan serupa dengan bukti tradisional
akhirnya menjadi bermasalah.
Bukti komputer mulai masuk kedalam dokumen resmi hukum lewat US Federal Rules of
Evidence pada tahun 1976. Selanjutnya dengan berbagai perkembangan yang terjadi muncul
beberapa dokumen hukum lainnya, antara lain adalah The Electronic Communications Privacy Act
tahun 1986, berkaitan dengan penyadapan peralatan elektronik. The Computer Security Act tahun
1987 yang berkaitan dengan keamanan sistem komputer pemerintahan. Economic Espionage Act
tahun 1996 berhubungan dengan pencurian rahasia dagang.
Pembuktian dalam dunia maya memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini dikarenakan sifat
alami dari teknologi komputer memungkinkan pelaku kejahatan untuk menyembunyikan jejaknya.
Karena itulah salah satu upaya untuk mengungkap kejahatan komputer adalah lewat pengujian
sistem dengan peran sebagai seorang detektif dan bukannya sebagai seorang user. Kejahatan
computer (cybercrime) tidak mengenal batas geografis, aktivitas ini bisa dilakukan dari jarak
dekat, ataupun dari jarak ribuan kilometer dengan hasil yang serupa. Secara umum kebutuhan
digital forensik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Keperluan investigasi tindak kriminal dan perkara pelanggaran hukum.
2. Rekonstruksi duduk perkara insiden keamanan komputer.
3. Upaya-upaya pemulihan kerusakan sistem.
4. Troubleshooting yang melibatkan hardware maupun software.
5. Keperluan untuk memahami sistem ataupun berbagai perangkat digital dengan lebih baik.
III. Daftar Pustaka
Marcella, A. J. & Greenfiled, R. S. 2002. “Cyber Forensics a field manual for collecting,
examining, and preserving evidence of computer crimes”, Florida: CRC Press LLC.
Prayudi, Y & Afrianto, D. S. 2007. Antisipasi Cyber Crime menggunakan Teknik Komputer
Forensik.
Http://sonywirayudha.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-ilmu-forensic.html