Pengaruh Dinamika Partai Politik Terhadap Stabilitas Politik dan Sistem Pemerintahan Di Indonesia.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai politik dalam era demokrasi modern, saat ini dipandang sebagai salah satu pilar dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Indonesia adalah salah satu negara yang juga menerapkan sistem politik demokrasi dalam menjalankan roda pemerintahannya. Dalam sistem politik demokrasi modern, partai politik adalah institusi yang dianggap penting dan sine qua non dalam mengiplementasikan prinsip kedaulatan rakyat.1 Mahfud MD mengatakan bahwa negara demokrasi merupakan negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.2 Jika ditinjau dari sudut organisasi, partai politik berarti suatu pengorganisasian yang dilakukan oleh rakyat dalam sebuah negara untuk menjalankan kehendak bersama.

Oleh Henry B. Mayo, sebagaimana dikutip oleh Mahfud MD, mengemukakan pengertian tentang sistem politik demokrasi, mengatakan bahwa:3

A democratic political system is one in which public politicies are made on a majority basis, by representatives subject to effective popular control at periodic elections which are conducted on the principle of political equality and under conditions of political freedom.

1 Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 44

2 Mahfud MD. 1993. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Yogyakarta. Liberty. Hal 19.


(2)

2

(Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik).

Penjelasan tersebut diatas menggambarkan bahwa, sistem politik demokrasi merupakan konsep dari perwujudan kedaulatan rakyat dalam sebuah negara. Atas dasar itulah, partai politik merupakan bagian terpenting untuk mengoperasionalkan prinsip demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjalanan demokrasi suatu bangsa sangat ditentukan dari dinamika kehidupan partai politiknya. Partai politik sebagai salah satu pilar negara demokrasi merupakan “roh” dalam mewujudan konsepsi kedaulatan rakyat. Partai politik dianggap sebagai penghubung antara kehendak rakyat disatu pihak dan negara atau pemerintahan dipihak yang lain.

Urgensi menjaga dinamika kehidupan partai politik saat ini menjadi tantangan berat oleh setiap aktor dalam masyarakat. Sebab bila dinamika kehidupan partai politik kurang harmonis, maka yang terjadi adalah stabilitas politik dalam pemerintahan menjadi konsekuensinya. Mekanisme kelembagaan sistem pemerintahan pun juga ikut terancam apabila dinamika partai politik kurang harmonis. Untuk itu mekanisme penataan dinamika partai politik perlu segera dibenahi, agar partai politik tetap menjadi pilar dalam sebuah negara demokrasi.

Partai politik merupakan sekelompok masyarakat yang tergabung dalam wadah organisasi, yang telah menyatukan visi dan misi untuk berhimpun dengan maksud dan tujuan menciptakan tatanan kehidupan


(3)

3

masyarakat adil dan makmur, mengembangkan kehidupan demokrasi yang modern sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, serta mewujudkan cita-cita bangsa dan negara yang lebih bermartabat. Partai politik pada mulanya muncul di abad awal ke-19.4 Partai politik yang dimaksud pada saat itu tentu sangat jauh berbeda dengan partai politik yang dikenal dalam era demokrasi modern seperti saat ini. Maka dari itu perlu untuk mengetahui yang dimaksud dengan partai politik dalam pengertian modern.

Menarik untuk dipahami apa yang diutarakan oleh Giovani Sartori tentang partai politik, seperti yang dikutip oleh Miriam Budiarjo, mengatakan bahwa Partai politik adalah; 5

A party is any political group that present at elections, and is capable of placing through elections candidates for public office.

(Partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik).

Apa yang disampaikan oleh Giovanni Sartori memberi penjelasan bahwa partai politik dibentuk untuk terlibat dalam proses pemilihan umum. Melalui pemilihan umum tersebut, partai politik akan mendistribusikan kader-kader terbaiknya untuk bertarung menarik simpati masyarakat. Partai politik pemenang pemilihan umumlah yang dapat mendudukkan kadernya pada jabatan publik.

Kemudian bagi Sigmund Neumann yang dikutip oleh Miriam Budiarjo,memberikan definisi tentang partai politik yaitu; 6

4 Firmanzah. Op.Cit. Hal. 56

5 Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 404.


(4)

4

A political party is the arulate organization of society’s active political agents; those who are concerned with the control of governmental polity power, and who compete for popular support with other group or groups holding divergenst view.

(Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan satu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda). Sementara menurut La Palombara dan Weiner yang dikutip oleh Firmanzah, mengindentifikasi empat karakteristik dasar yang merupakan ciri khas organisasi yang dikategorikan partai politik. Keempat karakteristik dasar dari partai politik adalah:7

1. Organisasi jangka panjang. 2. Struktur organisasi

3. Tujuan berkuasa

4. Dukungan publik luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan Partai politik merupakan kelompok warga masyarakat yang terorganisasi. Warga masyarakat yang terorganisasi, memiliki tujuan untuk menguasai dan menentukan jalannya pemerintahan. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa partai politik merupakan pengelola beragam ide, gagasan, kepentingan, dan tujuan poitik dalam satu wadah organisasi, berpartisipasi dalam pemilihan umum untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan, dan menjadi supporting system dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai politik di Indonesia saat ini, partai politik dikatakan sebagai organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia

6 Miriam Budiarjo. Ibid. Hal. 404. 7 Firmanzah. Ibid. Hal. 68.


(5)

5

secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.8 Memperhatikan defenisi partai politik dalam ketentuan undang-undang tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa tujuan pertama dibentuknya partai politik adalah untuk memperjuangkan dan membela kepentingan anggota, barulah kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara menyusul.

Dinamika partai politik yang terjadi begitu kuat dalam negara disebabkan karena partai-partai politik saling berebut kepentingan. Kepentingan yang pertama kali dibela adalah kepentingan anggota dan kelompok. Selanjutnya barulah menyusul kepentingan yang lebih luas yaitu bangsa dan negara. Jejak pendapat Kompas melaporkan kepuasan dari masyarakat terhadap kinerja partai politik sangat buruk. Laporan tersebut menyampaikan, bahwa 83,5 % masyarakat menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja partai politik saat ini.9 Hestu Cipto Handoyo menyampaikan bahwa rumusan undang-undang dalam mengartikan partai politik ternyata lebih mendahulukan kepentingan anggota.10 Pernyataan Handoyo tersebut didasari pada “penafsiran gramatikal”11 yang digunakan dalam

8 Pasa 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

9 Jekak Pendapat Kompas. Rapor Merah Kinerja Partai Politik. Koran Kompas. Edisi 23 Desember

2013. Hal. 8.

10 Hestu Cipto Handoyo. 2009. Hukum Tata Negara Indonesia Menuju Konsolidasi Sistem Demokrasi.Yogyakarta. Universitas Atma Jaya. Hal. 268

11Penafsiran gramatikal (objektif) merupakan penafsiran yang didasarkan pada bahasa, dengan


(6)

6

menginterpretasi undang-undang partai politik. Interpretasi (penafsiran) gramatikal akan menghasilkan penjelasan bahwa seharusnya kepentingan yang lebih luas dahulu diperjuangkan barulah kepentingan anggota. Atas dasar itu, terjadi kekeliruan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

Perkembangan pengaruh dinamika partai politik dapat diketahui dengan melihat perkembangan ketatanegaraan yang terjadi di Indonesia. Di awal kemerdekaan, pada masa demokrasi parlementer (17 Agustus 1945-14 November 1945), sistem pemerintahan yang dianut saat itu adalah sistem pemerintahan presidensil. Saat itu, sistem pemerintahan presidensil merupakan sistem yang diterapakan dalam UUD 1945 dengan sistem satu partai. Pada saat itu gagasan partai tunggal muncul dari Soekarno. Soekarno mengemukakan perlunya partai pelopor melalui tulisannya yang berjudul “Mentjapai Indonesia Merdeka” pada tahun 1933 dan pidato Soekarno yang menyampaikan keputusan PPKI pada 23 Agustus 1945. 12

Sistem satu partai yang dibentuk saat itu bertujuan sebagai partai negara dan partai pelopor dalam menjalankan pemerintahan di awal kemerdekaan. Namun hal itu mengalami kegagalan akibat perbedaan pandangan antara Soekano dengan Sjahrir. Pandangan yang menentang

defenisi leksikalnya. Lihat dalam Shidarta. Hukum Penalaran dan Penalaran Hukum. Yogyakarta.

Genta Publishing. Hal. 169.

12 Muchamad Ali Safa’at. Pembubaran Partai Politik: Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai


(7)

7

konsep partai monolitik berkembang dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dimana Sjahrir sebagai ketuanya pada saat itu.13

Legitimasi kehadiran partai politik dengan sistem multi-partai di awali sejak dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Maklumat tesebut dikeluarkan atas desakan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Isi dari maklumat tersebut adalah untuk mendirikan sebanyak-banyaknya partai poltik. Maklumat tersebut berintikan bahwa partai politik hendaknya memperkuat perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan serta menjamin keamanan masyarakat.14 Atas dasar itulah pemerintah menyukai kehadiran partai-partai politik, melalui maklumat pemerintah yang ditanda tangani oleh Muhammad Hatta. Namun disisi yang lain sebenarnya Soekarno tidak menyukai dengan banyaknya partai politik.

Semasa demokrasi parlementer (14 November 1945 - Agustus 1949) sistem pemerintahan saat itu menganut sistem pemerintahan parlementer. Sistem parlementer tersebut lahir dari akibat Maklumat Pemerintah pada tanggal 14 Novemeber 1945. Pengaruh partai politik pada saat itu sangat kuat dalam pemerintahan parlementer. Pada tanggal 31 Desember 1949 dilaksanakan Konferensi Meja Bundar. Kesepakatan yang dihasilkan dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar adalah bentuk negara Indonesia adalah bentuk negara serikat dengan UUD RIS dijadikan sebagai konstitusi.

13Ibid.


(8)

8

Doniminasi partai politik pada saat itu masih tetap kuat baik dalam parlemen dan maupun eksekutif.15

Kuatnya pengaruh dinamika partai politik dalam pemerintahan juga disertai dengan konflik antar partai politik. Jika konflik antar partai politik terjadi, maka akan mengancam stabilitas politik dan sistem pemerintahan. Semasa Orde Lama, konflik tersebut muncul akibat penambahan anggota KNIP, perjanjian Linggarjati, perjanjiaan Renville dan penerimaan hasil perjanjian Konferensi Meja Bundar. Dominasi partai politik saat berlakunya UUD RIS dengan bentuk negara serikat, yang berlaku cuma kurang dari satu tahun, cukup merepotkan jalannya pemerintahan diparlemen dan eksekutif pada saat itu.

Untuk mengetahui pengaruh dinamika yang ditimbulkan oleh partai politik semasa demokrasi liberal, dapat diketahui dengan pergantian kabinet yang demikian cepat. Menurut Arbi Sanit, yang dikutip oleh Rusli Karim, saat itu selama Indonesia merdeka tak kurang dari 25 kabinet yang telah memerintah Indonesia. Dari angka tersebut hanya 7 kabinet yang berhasil memerintah selama 12-23 bulan, 12 kabinet berumur antara 6 sampai 11 bulan dan 6 buah kabinet hanya mampu bertahan 1 sampai 4 bulan.16 Keadaan ini merupakan contoh dari ketidakstabilan politik dalam pemerintahan saat itu.

Keadaan tersebut terjadi akibat dari pengaruh dinamika partai politik pada saat itu sangat kuat. Dalam parlemen tidak ada partai politik dengan suara mayoritas. Setiap partai politik dalam kabinet selalu ingin menang

15Muchamad Ali Safa’at. Op.Cit. Hal. 134.

16 Rusli Karim. 1983. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret pasang-surut. Jakarta. Rajawali Press. Hal.113.


(9)

9

sendiri dengan latar belakang ideologi masing-masing. Sementara keadaan pada saat itu, negara masih dalam keadaan mempertahankan kemerdekaan.

Selanjutnya Demokrasi Terpimpin muncul sebagai reaksi terhadap sistem multi-partai dengan sistem pemerintahan parlementer yang dijalankan sebelumnya. Menurut Adnan Buyung Nasution, dikutip oleh Ali Safa’at, yang mengakibatkan lahirnya demokrasi terpimpin pada saat itu diakibatkan oleh tiga kondisi yang saling berkaitan yaitu; kemerosotan ekonomi, perpecahan bangsa yang semakin meruncing, dan bangkitnya Angkatan Darat sebagai kekuatan negara.17

Di masa pemerintahan Orde Lama dengan Demokrasi Terpimpinnya, terdapat tiga kekuatan politik, yaitu; PKI, TNI AD dan Presiden Soekarno. Pada masa itu dua kekuatan antara PKI dan TNI AD saling berebut simpati dari kepemimpinan Soekarno. Namun posisi PKI sedikit diatas angin dengan kedudukan D.N. Aidit memimpin panitia kerja DPA. Dalam kabinet Dwikora, PKI berhasil mendudukan beberapa tokohnya dalam jajaran menteri koordinator dan menteri.

Pada akhirnya konflik antara PKI dengan TNI AD tak dapat dihindarkan setelah beberapa peristiwa. Peristiwa yang dimaksud yaitu:

pertama, ditemukannya dokumen PKI, yang berisi program rahasia berjudul

Resume Program dan Kegiatan PKI Dewasa ini (1963). Dokumen tersebut memuat rencana PKI untuk merebut pimpinan Indonesia. Kedua, terkait dengan gagasan pembentukan Angkatan Kelima pada tanggal 14 Januari 1965.


(10)

10

Gagasan itu terkait dengan usulan D.N. Aidit untuk mempersenjatai buruh dan tani dalam rangka melakukan konfrontasi dengan Malaysia.18

Pecahnya peristiwa Gerakan 30 September/PKI (G. 30 S/PKI), terjadinya krisis politik dan krisis ekonomi menandai awal dari berakhirnya era Orde Lama. Menurut Soekarno sendiri, seperti yang dikutip oleh Ali Safa’at, pada saat itu peristiwa 30 September 1965 disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:19 “keblingeran” pimpinan PKI, kelihaian subversi Neokolim dan adanya oknum-oknum yang tidak benar. Pasca peristiwa Gerakan. 30 September/PKI, terjadi krisis politik.

Pada saat itu, krisis politik terus meningkat yang ditandai dengan demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa selama 60 hari di ibukota.20 Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat itu, membawa sebuah tuntutan besar. Mahasiswa menuntut agar dilakukan pembubaran PKI,

retooling kabinet Dwikora dan penurunan harga (perbaikan ekonomi) atau yang dikenal istilah Tritura (tiga tuntutan rakyat). Akibat dari kirisis politik yang berlarut-larut, Soekarno terpaksa mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang ditujukan kepada Soeharto.21

Supersemar itu dikeluarkan bertujuan untuk atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pimpinan Besar Revolusi. Supersemar dikeluarkan agar mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan

18Ibid. Hal. 179 19Ibid. Hal. 182

20 Mahfud MD. Op.Cit. Hal 60.


(11)

11

dan jalannya revolusi. Supersemar juga bertujuan, menjamin kesalamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pimpinan Besar Revolusi/Mandataris MPRS demi untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Maksud dari Supersemar untuk melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pimpinan Besar Revolusi. Surat Perintah 11 Maret itulah yang menjadi titik awal lahirnya Orde Baru.22 Diawal perjalanan Orde Baru, Soeharto membuat berbagai strategi agar dapat melanjutkan amanah dari Soekarno.

Ada beberapa kebijakan strategi yang dikeluarkan pada masa awal pemerintahan Orde Baru, yaitu:23

1. Orientasi program

2. Pergumulan menjelang pemilu. 3. Pengangkatan anggota DPR.

4. Penggarapan partai dan penguatan Golkar.

Setelah keberhasilan menggarap UU Pemilu yang menandai terbentuknya format politik baru. Maka langkah berikutnya yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru adalah penyederhanaan sistem kepartaian dalam rangka memperkecil peta konflik. Berikut langkah yang ditempuh oleh pemerintah Orde Baru dalam upaya memperkuat stabilitas politik, yaitu:

1. Penggarapan Partai Kuat 2. Penguatan Golkar

3. Penyedehanaan Sistem Kepartaian 4. Pancasila Sebagai Satu-satunya Azas

22 Istilah “Orde Baru” adalah istilah untuk sistem poltik yang dilawankan dengan sistem pemerintahan

Soekarno sejak akhir lima puluhan sampai 1965; dimaksudkan sebagai tatanan masyarakat yang bertekat meletakkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.


(12)

12

Itulah beberapa strategi yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan dibawah kendali Soeharto sebagai upaya untuk melakukan konsolidasi demokrasi. Akibat dari strategi tersebut, dinamika partai politik kalah bersaing dengan pengaruh ABRI dan Golkar sebagai kekuatan politik Orde Baru. Hal tersebut menandakan bahwa partai politik pada masa Orde Baru kehilangan eksistensinya akibat peran pemerintah yang sangat dominan.

Perjalanan demokrasi kepartaian di era Orde Baru, ditandai dengan dinamika partai politik sangat sulit berkembang. Kesulitan partai politik dalam dinamikanya merupakan konsekuensi rezim kekuasaan Soeharto yang begitu otoriter (machtstaat). Padahal konstitusi menjamin demikian bahwa, kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya.24 Jika berani bertentangan dengan “tafsir pancasila milik rezim Soeharto” (Rule of Man), maka akibatnya akan menjadi “tahanan politik”.

Pada tanggal 21 Mei 1998 rezim Orde Baru diruntuhkan oleh sekelompok mahasiswa bersama rakyat. Kemunduran Soeharto dari puncak kekuasaan presiden menjadi awal dari dibukanya “keran” demokrasi seluas-luasnya. Di masa transisi tersebut, tatanan demokrasi dan ketatanegaraan mengalami masa peralihan dari era Orde Baru menuju suatu era baru yang cita-citakan lebih baik dari era-era sebelumnya. Era tersebut dikenal dengan istilah era Reformasi.


(13)

13

Salah satu tuntutan Reformasi pada saat itu adalah melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuannya agar sistem politik berdasar desain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dapat dikonsolidasikan. Menerima serta mengarahkan beban dinamika politik sejalan dengan arah demokrasi dan reformasi yang berkelanjutan.

Terdapat dua memontum penting yang kemudian mengubah dan mempengaruhi dinamika dan struktur kepartaian pada saat itu.25 Perubahan pertama adalah, diterbitkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik. Perubahan kedua adalah, Amandemen UUD 1945 sebagaimana diawal telah disebutkan sebagai salah satu tuntutan Reformasi.

Terkait dengan dasar pembentukan partai politik pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik, menjadikan dinamika pembentukan partai politik diberi kebebasan seluas-luasnya. Kebebasan mendirikan partai politik seperti di masa awal kemerdekaan sebelumnya bertumbuh dan hidup kembali. Kecuali tetap pada pelarangan partai dan organisasi untuk berpaham atau berafiliasi dengan ideologi komunis. Itulah salah satu cita-cita dan tuntutan reformasi untuk membuka “keran” demokrasi seluas-luasnya.

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang mengisyaratkan perubahan pada sistem demokrasi. Perubahan terjadi pada sistem pemilihan umum. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD,

25 Sigit Pamungkas. 2012. Patai Politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta. Institute for Democracy and Welfarism. Hal. 156.


(14)

14

Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.26 Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik.27 Pasangan Presiden dan Wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum.28

Perubahan selanjutnya pada desain dan kompisisi diparlemen. Yang dimaksud pada desain dan kompisisi parlemen adalah diadopsinya “sistem trikameral”29 dan meletakkan MPR bukan lagi sebagai lembaga tertinggi negara tetapi sekedar sebagai join season. Dianutnya sistem trikameral di parlemen membuat ruang gerak atau “manuver” politik dibatasi. Dinamika politik oleh partai politik untuk dapat menjatuhkan presiden dengan alasan politis dibatasi dengan aturan yang ketat.

Perkembangan partai politik di Indonesia dari era Orde Lama hingga di awal Reformasi mengalami banyak hambatan dan tantangan. Hambatan dan tantangan tersebut adalah mencari dan menemukan format terbaik untuk menciptakan stabilitas politik dan sistem pemerintahan yang kuat. Keterpaduan antara sistem kepartaian dengan sistem pemerintahan sangat dominan pengaruhnya dalam menciptakan pemerintahan yang kuat dan stabil. 30

Oleh karena itu, sistem kepartaian yang baik juga sangat menentukan bekerjanya sistem pemerintahan yang baik. Sistem pemerintahan yang didasarkan pada prinsip checks and balances dalam arti yang luas. Sebaliknya,

26 UUD NRI 1945 pasal 22E ayat 2 (amandemen ke-3) 27 UUD NRI 1945 pasal 22E ayat 3 (amandemen ke-3) 28 UUD NRI 1945 pasal 6A ayat 2 (amandemen ke-3)

29 Jimly Asshiddiqie tentang Lembaga Perwakilan dan Permusyawaratan Rakyat Tingkat Pusat 30 Jimly Asshidiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 154.


(15)

15

efektif bekerjanya fungsi-fungsi kelembagaan negara sesuai prinsip checks and balances berdasarkan konstitusi juga sangat menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang dikembangkan di suatu negara.

Perjalanan 16 tahun reformasi dalam realita kontemporer, partai politik bahkan mengalami penilaian “skeptis” dari masyarakat. Penilaian tersebut terjadi akibat dari banyaknya anggota partai politik yang terlibat kasus hukum. Mulai dari kasus yang dilakukan oleh anggota DPR yaitu korupsi wisma atlet SEA GAMES di Palembang, melibatkan mantan bendahara Partai Demokrat, Nazaruddin. Berikutnya korupsi proyek pengadaan Al Quran di Kementerian Agama yang menyeret politisi partai Golkar, Zulkarnaen Djabar. Suap proyek pengurusan kouta impor daging sapi di Kementerian Pertanian yang menyeret mantan Presiden partai PKS.31 Bahkan yang terbaru adalah penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar – juga merupakan mantan anggota salah satu partai politik – yang diduga menerima suap untuk memenangkan perkara sengketa pemilukada di Mahkamah Kontitusti.

Beberapa hasil survei dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei, menunjukkan adanya kecenderungan “skeptisme” masyarakat Indonesia terhadap partai politik saat ini. Misalnya jejak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas dengan tema Yang Lahir Dari Partai Politik, menunjukkan bahwa 87,8 persen memandang belum terlihat upaya dari partai politik dalam melahirkan politisi bersih.32 Sebuah ironi dari perjalanan partai

31 Edisi Khusus (Sorotan) Diskusi Caleg: Moralpun Ditinggalkan Di Gudang. Koran Kompas.14 Juni

2013.Hal. 48.


(16)

16

politik di Indonesia saat ini. Kasus lain yang terkait dengan problematika dinamika partai politik di Indonesia saat ini adalah, selama era reformasi setiap penyelenggaraan pemilu selalu diadakan perubahan terhadap komponen undang-undang pemilu.

Itulah beberapa contoh kasus hukum yang melibatkan anggota partai politik dalam dinamika perjalanan ketatanegaraan Indonesia. Anggota partai politik yang terlibat dan berasal dari beberapa lembaga negara, menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pembinaan dalam internal partai politik. Kesalahan pembinaan atau perkaderan dalam internal mendorong badan legislasi untuk melakukan upaya perbaikan dalam sistem pelembagaan partai politik.33

Jika pejabat-pejabat negara yang berasal dari partai politik terlibat kasus hukum, maka dapat menimbulkan indikasi kinerja dari lembaga negara terhambat atau terganggu. Lembaga-lembaga negara tidak berfungsi dengan baik, kinerjanya tidak efektif atau lemah dan rusaknya wibawa kelembagaan akibat perilaku korupsi, dan yang sering terjadi adalah beberapa partai politik yang rakus atau ektrimlah akan mengambil alih dan mengendalikan segala proses-proses penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan.34

Yang terjadi sekarang adalah partai politik memegang peranan sentral dalam perumusan berbagai kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah. Seperti yang dikutip oleh Mukthie Fadjar, menurut Mark N. Hugopian mengatakan bahwa partai politik adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk

33 Lihat Naskah Akademik RUU Tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik,

Badan Legislasi DPR-RI 2010 34 Jimly Asshiddiqie. Loc.Cit


(17)

17

mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partasipasi rakyat dalam pemilihan.35

Sementara itu, perwakilan anggota partai politik secara langsung terlibat dalam pengusulan nama-nama pejabat publik yang mengisi jabatan-jabatan strategis di tingkat nasional dan daerah. Partai politik juga yang bersangkut paut dalam menghasilkan pemimpin atau pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Partai politiklah yang bertanggung jawab baik buruknya roda pemerintahan. Bahkan partai politik juga, melalui wakil-wakilnya di parlemen dapat menerjemahkan konstitusi – Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 – menjadi undang-undang. Atas berbagai pertimbangan tersebut maka sangat wajar dan logis apabila partai politiklah yang bertanggung jawab penuh atas berbagai kerusakan yang menimpa bangsa Indonesia hari ini.

Dengan demikian partai politik memiliki posisi strategis dalam perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perwakilan partai politik ikut menyeleksi orang-orang yang akan menduduki jabatan penting dalam negara. Partai politik juga turut mengawasi setiap pengambilan kebijakan presiden yang sifatnya ekternal. Hal itu dapat kita lihat dalam pasal 11 ayat UUD NRI 1945, Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.


(18)

18

Semisal dalam hal mengangkat duta dan konsulat untuk Indonesia di luar negeri, partai politik juga memiliki kewenangan didalamnya untuk memberikan pertimbangan kepada presiden.36 Partai politik juga berpengaruh dalam menentukan “pengampunan” seseorang, apakah dapat atau tidak dapat diberikannya amnesti dan abolisi oleh presiden.37 Dari beberapa akses tersebut, partai politik melaui wakil-wakilnya di parlemen, partai politik menjadi semacam the invisible government dalam setiap negara demokrasi.

Dinamika partai politik memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan ketatanegaraan. Pengaruh dinamika dari partai politik merupakan eksistensi partai politik itu sendiri. Dalam konteks hukum tata negara, keberadaan partai politik jelas tidak mungkin untuk dinafikan, mengingat struktur atau anatomi organisasi kekuasaan tentu membutuhkan perangkat atau piranti untuk melengkapi anatomi tersebut. Partai politik merupakan salah satu dari sekian piranti yang dibutuhkan dalam membangun atau membentuk anatomi oganisasi kekuasaan yang disebut negara.38 Sebab partai politik merupakan perangkat untuk membangun anatomi organisasi kekuasaan (negara). Negara sebagai organisasi kekuasaan muncul karena adanya paham demokrasi atau perwujudan dari teori legitimasi kekuasaan, yaitu kedaulatan rakyat.

Oleh karena itu, eksistensi partai politik dapat dilihat dari sejauh mana peraturan perundang-undangan yang mengatur terkait dengan mekanisme pendirian dan pembubaran partai politik. Abdul Mukthie Fadjar mempertegas

36 Pasal 13 ayat 2 UUD NRI 1945 37 Pasal 14 ayat 2 UUD NRI 1945 38 Hestu Cipto Handoyo. Op.cit. Hal. 266


(19)

19

bahwa Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen telah memberikan jaminan dan rambu-rambu konstitusional bagi eksistensi partai politik di Indonesia. 39 Eksistensi tersebut di manisfestasikan dalam bentuk undang-undang partai politik dan harus dipatuhi oleh setiap partai politik apabila tetap ingin eksis.

Eksistensi dari partai politik dalam kehidupan demokrasi yang modern saat ini, lebih terjamin dan dijagah agar tetap menjadi kekuatan perjuangan rakyat dalam mengisi kemerdekaan dan mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Keberadaan partai politik dalam kehidupan ketatanegaraan modern tidak lain adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan kenegaraan yang lebih beradab. Mengingat dalam sejarahnya, perebutan kekuasaan pemerintahan dalam suatu negara sering dilakukan dengan cara kekerasan yang menyebabkan terjadinya konflik vertikal dan konflik horizontal.40

Ada stigma yang terjadi pada saat ini yang menggambarkan keberadaan partai politik di dua periode pra reformasi. Partai-partai politik dipandang sebagai sumber konflik dan instabilitas politik yang merintangi “revolusi yang belum selesai” pada era Soekarno dan “menghambat pembangunan” pada era Soeharto.41 Mohammad Hatta menyetujuai bahwa salah satu masalah yang mengakibatkan pembangunan demokrasi terlantar adalah pertentangan antarpartai.42 Maka dari itu, paradigma yang harus

39 Abdul Mukthie Fadjar, Op.cit. Hal. 107 40 Hestu Cipto Handoyo. Loc.Cit.

41 Lihat Naskah Akademik RUU tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik,

Badan Legislasi DPR-RI 2010


(20)

20

dibangun adalah partai politik sebagai sine qua non dan tiang penyanggah demokrasi.

Realita kekinian sekitar tiga tahun terakhir, pengaruh dinamika partai politik sangat domininan. Saat ini, kuatnya pengaruh dinamika partai politik dapat mengancam stabilitas politik dan sistem pemerintahan. Mengapa hal itu terjadi?, sebab pengaruh dinamika partai politik kini telah mempengaruhi setiap proses pengambilan kebijakan dalam lembaga eksekutif, legislatif dan bahkan yudikatif.

DPR dalam menjalankan fungsi legislasinya, banyak peraturan perundanng-undangan yang dihasilkannya kurang maksimal dan bahkan cenderung bertentangan dengan konstitusi sehingga sering terjadi judicial review. DPR dalam menjalankan fungsi anggarannya, banyak penganggaran yang disetujui oleh DPR tidak pro rakyat dan bahkan cenderung untuk di korupsi. DPR dalam menjalankan fungsi pengawasannya, ketika DPR berseberangan dengan pemerintah, saat itu juga terkadang menimbulkan instabilitas dan deadlock dalam memutuskan kebijakan yang akan diambil.

Di pemerintahan misalnya, beberapa menteri yang berasal dari partai politik cenderung kurang memiliki kemampuan profesinalisme dalam mengelola kementerian. Pengangkatan menteri pada dasarnya merupakan hak mutlak dari seorang presiden. Menteri mendapat mandat sebagai pembantu presiden dalam menjalankan roda pemerintahan.43 Namun jika ada menteri


(21)

21

yang terlibat kasus korupsi, maka roda pemerintahan di kementerian tersebut juga ikut terciderai.

Begitupun dengan pejabat-pejabat publik yang berada di lembaga yudikatif. Secara langsung maupun tidak langsung, partai politik menentukan baik-buruknya kinerja lembaga yudikatif. Pengangkatan hakim, baik dari Mahkamah Agung maupun Mahkamah Konsitusi harus melewati “pintu” DPR. Kondisit tersebut memungkinkan adanya kesepakatan-kesepakatan (deal) politik antara anggota DPR dengan para hakim yang terpilih. Sehingga, ketika ada hakim yang terlibat perkara hukum, maka lembaga dan anggota DPR akan mendapat sorotan dari masyarakat.

Bagaimanapun juga partai politik memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Oleh karena itu, hal inilah yang menjadi latar belakang mengapa penulis melakukan penelitian hukum ini. Adapun judul penelitian yang dikaji oleh penulis adalah Pengaruh Dinamika Partai Politik Terhadap Stabilitas Politik Dan Sistem Pemerintahan Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh dinamika partai politik terhadap stabilitas politik di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh dinamika partai politik terhadap sistem pemerintahan di Indonesia?


(22)

22 C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh dinamika partai politik terhadap stabilitas di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh dinamika partai politik terhadap sistem ketatanegaraan di Indonesia.

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Penelitian.

a. Bagi Penulis.

Bagi penulis sendiri, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan cakrawala penulis dalam pengembangan keilmuan, khususnya dinamika parta politik dalam perspektif hukum tata negara. Serta sebagai prasyarat dalam menyelesikan studi kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

b. Bagi Masyarakat.

Bagi masyarakat dan khalayak umum, penelitian ini diharapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan, pemahaman dan pencerahan tentang dinamika partai politik dalam perspektif Hukum Tata Negara. Khususnya peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap dinamika partai politik dalam perkembangan ketatanegaraan di Indonesia.


(23)

23

Bagi pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan menjadi masukan dalam proses pengambilan kebijakan dan penyusunan peraturan perundang-undangan. Diharapkan memberikan manfaat dan dapat menjadi acuan pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan proses pengisian jabatan publik. Diharapkan bermanfaat dan menjadi pedoman dalam penyusunan perturan perundang-undangan yang terkait dengan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum, khususnya pada pengembangan hukum tata negara. Serta penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan teori-teori pengetahuan tentang partai politik dalam perspektif hukum tata negara di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.44 Sehingga penelitian hukum pada dasarnya suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun


(24)

24

doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.45 Sasaran penelitian hukum pada dasarnya adalah hukum atau kaidah (norm).

Meneliti pada hakikatnya berarti mencari (search). Pencarian dalam penelitian hukum adalah kaidah, norm atau das sollen.46 Oleh karena itu penelitian ini merupakan upaya mencari kebenaran untuk menjawab permasalahan yang sedang terjadi berdasarkan pada metode penelitian. Maka dari itu jenis penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif (normative legal research).

Berikut sistematika dari metode penelitan yang digunakan: 1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan dari ruang lingkup dan identifikasi permasalahan, untuk mengkaji secara komperhensif penelitian hukum normatif (normative legal research), penulis akan menggunakan beberapa pendekatan dalam melakukan penelitian.

Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah:47 Pendekatan historis (historical approach) yaitu, pendekatan yang dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari isu hukum yang akan diteliti. Satjipto Raharjdo mengatakan bahwa penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan sejarah memungkinkan seorang peneliti untuk memahami hukum secara lebih mendalam tentang suatu sistem atau lembaga, atau suatu pengaturan hukum tertentu, sehingga dapat

45 Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana. Hal. 35.

46 Sudikno Mertokusumo. 2009. Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Liberty. Hal. 29.


(25)

25

memperkecil kekeliruan, baik dalam pemahaman maupun penetapan suatu lembaga atau ketentuan hukum tertentu.48 Pendekatan undang-undang (statute approach) yaitu, pendekatan yang dilakukan dengan menelaah konstitusi dan peraturan perundang-undangan dibawahnya sebagai dasar penyelenggaraan sistem ketatanegaraan. Khususnya yang terkait dengan topik yang akan diteliti. Pendekatan konsep (conceptual approach) yaitu, pendekatan yang beranjak dari pandangan dan dokrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum. Pendekatan ini bertujuan untuk menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep hukum, dan asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang diteliti.

2. Bahan Hukum

Berikut beberapa bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya yang mempunyai otoritas atau yang memiliki kekuatan hukum mengikat.Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, maupun putusan mahkamah konstitusi. Adapun bahan hukum primer yang digunakan adalah:

1. UUD Negara Republik Indonesia 1945.

48 Satjipto Rahardjo. 1986. Ilmu Hukum. Bandung. Alumni.Hal. 32. dalam Mukti Fajar dan Yulianto

Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 189.


(26)

26

2. UU Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

3. UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. 4. UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD, DPRD.

5. UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

6. UU No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. 7. UU No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR

, DPR, DPD, dan DPRD.

8. UU No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. b. Bahan hukum sekunder.

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu rancangan peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, thesis, desertasi, hasil seminar, surat kabar (koran) dan lain-lain

c. Bahan hukum tersier.

Bahan hukum yang dapat memberi informasi, petunjuk, dan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dari berbagai istilah yang terkait dengan obyek penelitian. Diantaranya


(27)

27

adalahkamus bahasa, kamus hukum, kamus politik, kamus filsafat, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Metode pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi pustaka dan studi dokumen hukum (library research). Dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal, surat kabar dan lapran penelitian lain yang terkait dengan topic penelitian. Penelusuran bahan hukum di perpustakaan merupakan teknik atau cara menggali dan mengumpulkan serta mengkaji data atau bahan hukum secara proporsional sesuai yang kebutuhkan untuk keperluan penelitian ini. Pengumpulan bahan hukum juga dilakukan dengan menggunakan metode searching di situs-situs internet.

4. Analisa Bahan Hukum

Analisa bahan hukum dalam penelitian hukum normatif, menggunakan metode analisa deskriptif-kualitatif dan preskriptif, yaitu menganalisa terhadap isi (content analysis) peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur terkait dengan kajian penelitian. Metode deskriptif-kualitatif yaitu sebuah penelitian yang berusaha mengungkap keadaan yang bersifat alamiah secara holistik. Sedangkan metode preskriptif digunakan untuk memberikan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi atau berupa penilaian mengenai benar atau salah, atau apa yang


(28)

28

seyogianya menurut hukum. Metode analisis preskriptif memang sesuai dengan karakter penelitian hukum sesungguhnya. Bahwa ilmu hukum merupakan ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Ilmu hukum selalu berkaitan dengan apa seyogianya dan apa yang seharusnya.49 Dalam ilmu hukum yang bersifat preskriptif, jawaban yang diharapkan penelitian hukum adalah right, appropriate, inappropriate, atau wrong.50

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian hukum yang penulis lakukan ini, penulis membagi dalam 4 (empat) bab dan masing-masing dari bab tersebut terdiri atas sub bab yan bertujuan untuk mempermudah dalam memberikan pemahaman.

Berikut sistematika dan alur dari pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, akan diuraikan tentang latar belakang, yaitu memuat tentang faktor-faktor yang menjadi alasan pentingnya permasalahan hukum tersebut untuk diangkat dalam topik pembahasan penelitian. Permasalahan-permasalah hukum tersebut menjadi acuan dalam membuat rumusan masalah berdasarkan sinkronisasi antara judul penelitian, latar belakang masalah dan rumusan masalah. Sehingga tujuan dilakukannya penelitian dapat tercapai secara maksimal dan memberikan manfaat serta kegunaan bagi pengembangan keilmuan hukum baik secara

49 Peter Mahmud Marzuki. Op.Cit. Hal. 26. 50 Loc.Cit. Hal. 35.


(29)

29

praktis maupun secara akademis khususnya dibidang Hukum Tata Negara. Manfaat dan kegunaan penelitian, uraian tentang manfaat dan kegunaan secara teoritis dan praktis. Metode penelitian, menguraikan tentang metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian, jenis dan bahan hukum yang digunakan, teknik pengumpulan bahan hukum dan teknik analisisnya serta akan menguraikan sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan landasan konsep dan teori yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang akan diteliti. Pertama,

menggunakan teori tentang partai politik yang didalamnya akan membahas tentang definisi partai politik, fungsi partai politik, serta sistem kepartaian. Kedua, menggunakan teori tentang sistem kepartaian dan sistem pemerintahan yang didalamnya akan membahas hubungan antara sistem kepartaian dengan sistem pemerintahan (sistem parlementer, sistem presidensial dan sistem campuran). Ketiga, menggunakan konsep atau teori tentang stabilitas politik, yang akan mendeskripsikan tentang variabel atau indikator stabilitas politik.

3. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan dan memaparkan gambaran hasil penelitaan yang beranjak dari rumusan masalah. Rumusan masalah pertama yang diangkat pada penelitian ini adalah pengaruh dinamika partai politik terhadap stabilitas politik Indonesia dan pengaruh dinamika partai politik terhadap sistem pemerintahan di Indonesia.


(30)

30 4. BAB IV PENUTUP

Pada bab yang terakhir dari penulisan penelitian hukum ini, penulis akan memaparkan kesimpulan-kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Serta pada bab ini juga penulis akan memberikan saran dan rekomendasi terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan harapan memberi manfaat bagi seluruh pihak yang konsentrasi pada partai politik dan pemerintahan.


(31)

i

PENULISAN HUKUM

PENGARUH DINAMIKA PARTAI POLITIK TERHADAP STABILITAS POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

AKMALUDDIN RACHIM 09400226

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(32)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

PENGARUH DINAMIKA PARTAI POLITIK TERHADAP STABILITAS POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Disusun dan diajukan oleh: AKMALUDDIN RACHIM

NIM : 09400226

Telah disetujuai oleh Pembimbing untuk dilakukan Ujian Penulisan Hukum


(33)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

PENGARUH DINAMIKA PARTAI POLITIK TERHADAP STABILITAS POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Disusun dan diajukan oleh: AKMALUDDIN RACHIM

NIM : 09400226

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum Pada Tanggal : 24 Mei 2014


(34)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Akmaluddin Rachim

Nim : 09400226

Program Studi : Ilmu Hukum Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa : 1. Tugas Akhir Penulisan Hukum dengan judul:

PENGARUH DINAMIKA PARTAI POLITIK TERHADAP

STABILITAS POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Adalah hasil karya saya, dan dalam naskah Tugas Akhir Penulisan Hukum ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian atau keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka

2. Apabila ternya di dalam Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir Penulisan Hukum ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


(35)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, ALLAH SWT. Pemilik kerajaan langit dan bumi, pemilik kehidupan, yang memberikan rahmat dan rezki-Nya, hidayah dan ampunan kepada hambanya. Penulisan skripsi ini tidak dapat dilepaskan dari ketentuan-ketentuan Ilahi. Proses pengerjaan skripsi yang membutuhkan kosentrasi tingkat tinggi, disadari oleh penulis bahwa hal tersebut merupakan jihad dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, penulis sangat bersyukur bisa sampai pada tahap sejauh ini. Sebuah jalan panjang untuk menggapai cita. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin.

Shalawat dan salam kepada Sang Utusan Tuhan, MUHAMMAD SAW, yang telah memperjuangkan Agama Islam sehingga penulis dapat mengenal, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, berbangsa dan bernegara. Sesungguhnya Muhammad SAW adalah insan kamil, sang inspirasi sejati bagi ummatnya. Penulisan skirpsi adalah upaya untuk menegakkan keadilan dimuka bumi. Sebuah ijtihad dalam upaya membangun peradaban madani.

Memasuki tahap sampai pada skripsi adalah sebuah perjuangan dan perjalanan panjang sebagai seorang manusia yang mengamalkan salah satu amalan dalam Islam, menuntut ilmu. Penulis sangat sadar bahwa atas bimbingan, dorongan semangat, dan bantuan serta masukan oleh banyak pihak, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:


(36)

vi

1. Kedua Orang Tua penulis (H. Abd Rachim dan Hj. Hafidah Yahya) atas do’a dan bimbingan serta kasih sayangnya yang begitu sangat berharga dan tak ternilai.

2. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan nasihat dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.Si. dan Ibu Catur Widu Haruni. S.H., M.Si., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing I dan II yang selalu membimbing, memberikan nasihat dan memberikan solusi kepada penulis serta sebagai guru yang memberikan ruang dialetika penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ibu Cekli Sety Pratiwi, S.H., LL.M., selaku Pembantu Dekan (PD) III, pada saat itu yang selalu memberikan perhatian dan pujiannya kepada penulis untuk kembali ke “jalan yang lurus” (memaksaku untuk potong rambut), selalu memberikan motivasi dan dorongan untuk lebih giat lagi dalam belajar dan berorganisasi dan sebagai Majelis Penguji dalam sidang skripsiku.

5. Bapak Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum., dosen yang pertama kali “menemukan” saya rambut gondrong dan sebagai Majelis Penguji, beliau sangat detail dalam mencari kesalahanku, walaupun saya membantahnya sebagai kekeliruan.

6. Kesempatan selanjutnya saya ucapkan terima kasih yang tak ternilai kepada Keluarga Besar IKAMI SULSEL CABANG MALANG.


(37)

vii

Sebagai rumah rantau penulis, sebagai rumah adat dan rumah inspirasi penulis dalam menempuh pendidikan di Malang. Ku ucapkan terima kasih kepada The Legend Kakanda Brek sang ideolog dan sang inspirasi yang memiliki kharisma dalam setiap dialetika yang disajikan; kakanda Aris Widots yang selalu memberikan nasihat; Prof Dharno, begitulah orang-orang menyebutnya, sang sastrawan ulung. Saudara-saudara seperjuangan penulis, Rahim sang pendekar keadilan; Taslum patner diskusi yang terbaik; Adamry yang selalu mengaku sebagai saudara kribo; Mifta juga teman diskusi yang baik; Riqar dengan celotehan gilanya tanpa ada duanya; Hamka saudara di “gubuk penderiataan” yang memiliki semangat pantang menyerah seperti naruto; Fahry sang komandan perang, yang memiliki wawasan musik sangat luas, kakanda Arifudding kakak paling senior yang berasal dari kampong yang sama; Kafy sang ketua umum yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, serta saudara-saudara Ikami Sulsel Cabang Malang lainya yang belum sempat masuk dalam daftar diatas. Kalian sungguh luar biasa. EWAKO!

7. Keluarga Besar HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG MALANG KOMISARIAT HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG. Sebagai kawah candradimuka, rumah perkaderan, rumah ide 47. Ku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sang empu konstitusi kakanda Cak Hari yang selalu memberikan nasihatnya, bang Faris yang memberikan


(38)

viii

keparcayaan kepada penulis, bang Ogam dengan perkataannya yang memberikan tantangan kepada penulis, bang Henry Chao yang selalu mendampingi dan membimbing penulis dalam parkaderan, bang Yosep sapaan akrab yang dimiliki bang Yusuf yang selalu memberikan motivasi, bang Cholis yang menemukan saya dalam buku the god failed, bang Jefry yang menemukan penulis dan mencetak penulis sebagai salah satu pemateri sejarah perjuangan HMI, bang Jafar, bang Salman, bang Lukman, bang Dhani, mbak Hesti, yang telah mengelola perkaderan dengan baik, terima kasih atas bimbingan, nasihat dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis, bang Wawan yang juga selalu memberikan nasihat dan membimbingan penulis dalam menempuh pendidikan dengan baik, bang Chakim yang selalu memantau perkembangan penulis, bang Samsul dan bang Anam, yang selalu memberikan nasihat dan pendampingan perkaderan kepada penulis, bang Imam dan bang Engky yang mendampingi, membimbing dan memberikan arahan selama menjadi pengurus komisariat, terima kasih abang. Kawan-kawan seperjuangan dan seperguruan Alungsyah sang ketua umum yang memiliki semangat pantang menyerah dalam menempuh pendidikan dan meraih cita-citanya, cak met sapaan akrab yang dimiliki oleh bung Slamet yang rela mengabdikan dirinya dengan perkaderan, yang memiliki cerita jenaka, bro Ayus sapaan akrab Mahrus yang selalu mendampingi penulis semenjak dari komisi pemilu raya fakultas, judicial watch, forum dinamika mahasiswa dan yang


(39)

ix

terakhir pada kepengurasaan komisariat, maaf bro saya tidak sempat mendampingi dirimu di kepengurusan korkom, Okta yang memiliki sejuta buku yang tidak pernah didiskusikan, bundo Eben bunda kita semua, yang memiliki jiwa besar serta kawan Ryan yang menjadi teman yang baik. Serta abang-abang dan kawan-kawan lainya yang belum sempat masuk dalam daftar nama, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga karena telah mendidik penulis dalam dunia perkaderan hijau-hitam HMI. YAKUSA!

8. Terakhir keluarga besarku dikampung. Ayah dan Ibuku, terima kasih telah melahirkan, membesarkan, mendidik serta kasih sayang selama ini. puang Elly yang membantu selama proses pendaftaran hingga pendidikan selama di UMM, terima kasih banyak puang Elly. Puang titi dan puang anshar, puang harsid dan puang sri yang selalu memotivasi dan memberikan nasihat kepada penulis. Saudara-saudaraku; asfar, fandi, cicca, k’jama, acwar, ikki, k’tia, terima kasih telah menemani dan mengisi kehidupan penulis dari kecil hingga saat ini. kak umma yang telah membantua orang tua penulis dalam membesarkkanku. Serta keluarga besarku dari puang tata dan keluarga besarku di patimpeng. Terima kasih semuanya.

Billahitaufiq wal Hidayah

Malang, 7 Mei 2014


(40)

x DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iv

Motto Dan Persembahan ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 22

C. Tujuan Penelitian ... 22

D. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian ... 23

1. Manfaat Penelitian ... 23

2. Kegunaan Penelitian ... 24

E. Metode Penelitian ... 24

F. Sistematika Penelitan ... 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Partai Politik ... 32

1. Defenisi Partai Politik ... 32

2. Fungsi Partai Politik ... 39

3. Sistem Kepartaian ... 47

B. Tinjauan Umum Tentang Sistem Pemerintahan dan Hubungan Sistem Pemerintahan dengan Sistem Kepartaian ... 52

1. Sistem Pemerintahan ... 52

a. Sistem Pemerintahan Parlementer ... 55

b. Sistem Pemerintahan Presidensial ... 57

c. Sistem Pemerintahan Campuran ... 62

2. Hubungan Sistem Pemerintahan dengan Sistem Kepartaian ... 66

C. Tinjauan Umum Tentang Stabilitas Politik ... 71

BAB III PEMBAHASAN A. Pengaruh Dinamika Partai Politik Terhadap Stabilitas Politik Di Indonesia ... 81

1. Pengaruh Dinamika Partai Politik Era Orde Lama Terhadap Stabilitas Politik ... 84

a. Demokrasi Liberal Parlementer ... 94

b. Demokrasi Terpimpin ... 107

2. Pengaruh Dinamika Partai Politik Era Orde Baru Terhadap Stabilitas Politik ... 127


(41)

xi

3. Pengaruh Dinamika Partai Politik Era Reformasi Terhadap

Stabilitas Politik ... 140

B. Pengaruh Dinamika Partai Politik Terhadap Sistem Pemerintahan Di Indonesia ... 168

1. Pengaruh Dinamika Partai Politik Era Orde Lama Terhadap Sistem Pemerintahan ... 171

a. Demokrasi Liberal Parlementer ... 173

b. Demokrasi Terpimpin ... 176

2. Pengaruh Dinamika Partai Politik Era Orde Lama Terhadap Sistem Pemerintahan ... 182

3. Pengaruh Dinamika Partai Politik Era Reformasi Terhadap Sistem Pemerintahan ... 187

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 205

B. Saran ... 211

DAFTAR PUSTAKA ... 213

INDEKS ... 218


(42)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tipe-tipe sistem kepartaian ... 49 Tabel 2. Ciri pokok sistem presidensial menurut Giovani Sartori ... 61 Tabel 3. Perbedaan sistem pemerintahan presidensial dan sistem

pemerintahan menurut Douglas V. Verney... 61 Tabel 4. Dinamika partai politik era demokrasi liberal parlementer ... 95 Tabel 5. Dinamika partai politik era demokrasi terpimpin ... 111 Tabel 6. Pengaruh dinamika partai politik era orde lama terhadap stabilitas

Politik di Indonesia ... 124 Tabel 7. Dinamika partai politik era pemerintaha orde baru ... 128 Tabel 8. Pengaruh dinamika partai politik era orde baru terhadap stabilitas

Politik di Indonesia ... 138 Tabel 9. Dinamika partai politik era reformasi ... 142 Tabel 10. Pengaruh dinamika partai politik era reformasi terhadap

stabilitas politik di Indonesia ... 162 Tabel 11. Perkembangan sistem pemerintahan dan sistem kepartaian di

Indonesia ... 170 Tabel 12. Pengaruh dinamika partai politik era orde lama terhadap sistem

pemerintahan di Indonesia ... 179 Tabel 13. Pengaruh dinamika partai politik era orde baru terhadap sistem

pemerintahan di Indonesia ... 185 Tabel 14. Dinamika politik dalam sekretariat gabungan ... 195 Tabel 15. Pengaruh dinamika partai politik era reformasi terhadap sistem


(43)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Partai Politik Era Orde Lama Lampiran 2. Partai Politik Era Orde Baru Lampiran 3. Partai Politik Era Reformasi Lampiran 4. Surat Tugas

Lampiran 5. Berita Acara Seminar Proposal Tugas Akhir Lampiran 6. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir


(44)

xiv

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Abdul Malik Fadjar. (et.al.,). 2005. Begawan Muhammadiyah Bunga Rampai Pidato Pengukuhan Guru Besar Tokoh Muhammadiyah. Jakarta. Pusat Studi Agama dan Peradaban.

Abdul Mukthie Fadjar. 2012. Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia. Malang. Setara Press.

Arbi Sanit. 1995. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan. Jakarta. Rajawali Pers.

Bintan Regen Saragih. 2006. Politik Hukum. Bandung. CV. Utomo.

Burhanuddin Muhtadi. 2013. Peran Bintang 2014: Kontelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres. Jakarta. Noura Books.

Carlton Clymer Rodee. (et.al.,). 1995. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta. Rajawali Pers.

Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2010. Pengantar Ilmu Politik. Malang. UMM Press.

Djayadi Hanan. 2014. Menakar Presidensialism Multipartai Di Indonesia: Upaya Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis dalam Konteks Indonesia. Jakarta. Mizan.

Deliar Noer. 1999. Partai Islam Di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembanga Politik Indonesia 1945-1965. Bandung. Mizan.

Deny Indrayana. 2007. UUD 1945: Antara Mitos & Pembongkaran. Jakarta. Mizan.

. 2008. Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan. Jakarta. Kompas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.


(45)

xv

Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik Di Era Demokrasi.Jakarta.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Harianto Santoso. 2013. Buku Pintar Kompas 2012. Jakarta. Kompas

Hestu Cipto Handoyo. 2009. Hukum Tata Negara Menuju Konsolidasi Sistem Demokrasi.Yogyakarta. Universitas Atma Jaya.

Ichlasul Amal (ed.). 2012. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Jack C. Plano. (et.al.,). Kamus Analisa Politik. Jakarta. Rajawali Pers.

Janedjri M. Gaffar. 2012. Demokrasi Konstitusional: Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta. Konstitusi Press Jimly Asshidiqie. 1994. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. , 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.

Jakarta. Konstitusi Press.

, 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II.Jakarta. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

, 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta.Konstitusi Press.

Mahfud MD. 1993. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan.Yogyakarta. Liberty.

,1993. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta. Rineka Cipta

Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Edisi Revisi.

Muchamad Ali Safa’at. 2011. Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik dalam Pergulatan Republik. Jakarta. Rajawali Press.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(46)

xvi

Pataniari Siahaan. 2012. Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta. Konpress.

Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana. Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. PT Geramedia

Widiasarana Indonesia.

Rusli Karim. 1983. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang Surut.Jakarta. Rajawali Press.

Saldi Isra. 2010. Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam Sistem Presidensial. Jakarta. Rajawali Pers

Shidarta. 2013. Hukum Penalaran dan Penalaran Hukum. Yogyakarta. Genta Publishing.

Sigit Pamungkas. 2012. Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia.

Yogyakarta. Edisi Revisi. Institute for Democracy and Welfarism. Soegeng Sarjadi. 1994. Kaum Pinggiran Kelas Menengah Qua Vadis. Jakarta.

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Soerjono Soekanto. 1984. Pengatar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. Sudikno Mertokusumo. 2009. Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar.

Yogyakarta. Liberty.

Sulardi. 2012. Menuju Sistem Pemerintahan Murni. Malang. Setara Press. Yasni. 1980. Bung Hatta Menjawab. Jakarta. PT Gunung Agung.

Yusril Ihza Mahendra. 1996. Dinamika Tatanegara Indonesia. Jakarta. Gema Insani Press.

B. Tesis

Ilham Habibie. 2009. Pengaruh Konstalasi Politik Terhadap Sitem Presidensial Indonesia. Tesis.

Muliansyah Abdurrahman. 2012. Eksistensi dan Hegemoni Partai Golkar di Indonesia. Tesis


(47)

xvii C. Artikel

Jimly Asshiddiqie Tentang Lembaga Perwakilan dan Permusyawaratan Rakyat Tingkat Pusat.

D. Peraturan Perundang-undangan

Naskah Akademik RUU tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, Badan Legislasi DPR-RI 2010

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyatan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Indonesia Bagi PKI dan Larangan Setiap Kegiatan atau Menyebarkan atau Mengembangkan Paham atau Ajaran Komunisme/Marxisme/Leninisme.

Ketatapn MPRS Nomor XXII/MPRS/1966 Tentang Kepartaian, Keoramasan dan Kekaryaan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik.

Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik

Undang Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Tentang Susunan dan

Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1985 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum Anggota- Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat


(48)

xviii

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 Tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tentang Partai Politik Maklumat Pemerintah 3 November 1945 Tentang Partai Politik

E. Majalah/Koran/Jurnal

Catur Wido Haruni. 2009. Sistem Pemerintahan Pasca Amandemen UUD 1945 dan Implikasinya Terhadap Sistem Pemerintahan Daerah. Malang. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol. II No. 2 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Edisi Khusus (Sorotan) Diskusi Caleg: Moral pun ditinggalkan digudang.

Koran Kompas. 14 Juni 2013.

Jejak Pendapat Kompas. Yang Lahir Dari Partai Politik. Koran Kompas. 27 Mei 2013.

Jejak Pendapat Kompas. Rapor Merah Kinerja Partai Politik. Koran Kompas. 23 Desember 2013.

F. Internet

Salman. 2011. “Pengaruh Partai Politik Terhadap Pelaksanaan Prinsip Pemisahan

Kekuasaan di

Indonesia”.

http://salmantabir.wordpress.com/2011/11/26/pengaruh-partai-politik-terhadap-pelaksanaan-prinsip-pemisahan-kekuasaan-di-indonesia/.


(1)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Partai Politik Era Orde Lama Lampiran 2. Partai Politik Era Orde Baru Lampiran 3. Partai Politik Era Reformasi Lampiran 4. Surat Tugas

Lampiran 5. Berita Acara Seminar Proposal Tugas Akhir Lampiran 6. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir


(2)

xiv

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Abdul Malik Fadjar. (et.al.,). 2005. Begawan Muhammadiyah Bunga Rampai Pidato Pengukuhan Guru Besar Tokoh Muhammadiyah. Jakarta. Pusat Studi Agama dan Peradaban.

Abdul Mukthie Fadjar. 2012. Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia. Malang. Setara Press.

Arbi Sanit. 1995. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan. Jakarta. Rajawali Pers.

Bintan Regen Saragih. 2006. Politik Hukum. Bandung. CV. Utomo.

Burhanuddin Muhtadi. 2013. Peran Bintang 2014: Kontelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres. Jakarta. Noura Books.

Carlton Clymer Rodee. (et.al.,). 1995. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta. Rajawali Pers.

Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2010. Pengantar Ilmu Politik. Malang. UMM Press.

Djayadi Hanan. 2014. Menakar Presidensialism Multipartai Di Indonesia: Upaya Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis dalam Konteks Indonesia. Jakarta. Mizan.

Deliar Noer. 1999. Partai Islam Di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembanga Politik Indonesia 1945-1965. Bandung. Mizan.

Deny Indrayana. 2007. UUD 1945: Antara Mitos & Pembongkaran. Jakarta. Mizan.

. 2008. Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan. Jakarta. Kompas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.


(3)

xv

Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik Di Era Demokrasi.Jakarta.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Harianto Santoso. 2013. Buku Pintar Kompas 2012. Jakarta. Kompas

Hestu Cipto Handoyo. 2009. Hukum Tata Negara Menuju Konsolidasi Sistem Demokrasi.Yogyakarta. Universitas Atma Jaya.

Ichlasul Amal (ed.). 2012. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Jack C. Plano. (et.al.,). Kamus Analisa Politik. Jakarta. Rajawali Pers.

Janedjri M. Gaffar. 2012. Demokrasi Konstitusional: Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta. Konstitusi Press Jimly Asshidiqie. 1994. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. , 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.

Jakarta. Konstitusi Press.

, 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II.Jakarta. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

, 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta.Konstitusi Press.

Mahfud MD. 1993. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan.Yogyakarta. Liberty.

,1993. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta. Rineka Cipta

Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Edisi Revisi.

Muchamad Ali Safa’at. 2011. Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik dalam Pergulatan Republik. Jakarta. Rajawali Press.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(4)

xvi

Pataniari Siahaan. 2012. Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta. Konpress.

Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana.

Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. PT Geramedia Widiasarana Indonesia.

Rusli Karim. 1983. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang Surut.Jakarta. Rajawali Press.

Saldi Isra. 2010. Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam Sistem Presidensial. Jakarta. Rajawali Pers

Shidarta. 2013. Hukum Penalaran dan Penalaran Hukum. Yogyakarta. Genta Publishing.

Sigit Pamungkas. 2012. Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta. Edisi Revisi. Institute for Democracy and Welfarism.

Soegeng Sarjadi. 1994. Kaum Pinggiran Kelas Menengah Qua Vadis. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Soerjono Soekanto. 1984. Pengatar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press.

Sudikno Mertokusumo. 2009. Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Liberty.

Sulardi. 2012. Menuju Sistem Pemerintahan Murni. Malang. Setara Press.

Yasni. 1980. Bung Hatta Menjawab. Jakarta. PT Gunung Agung.

Yusril Ihza Mahendra. 1996. Dinamika Tatanegara Indonesia. Jakarta. Gema Insani Press.

B. Tesis

Ilham Habibie. 2009. Pengaruh Konstalasi Politik Terhadap Sitem Presidensial Indonesia. Tesis.

Muliansyah Abdurrahman. 2012. Eksistensi dan Hegemoni Partai Golkar di Indonesia. Tesis


(5)

xvii C. Artikel

Jimly Asshiddiqie Tentang Lembaga Perwakilan dan Permusyawaratan Rakyat Tingkat Pusat.

D. Peraturan Perundang-undangan

Naskah Akademik RUU tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, Badan Legislasi DPR-RI 2010

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyatan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Indonesia Bagi PKI dan Larangan Setiap Kegiatan atau Menyebarkan atau Mengembangkan Paham atau Ajaran Komunisme/Marxisme/Leninisme.

Ketatapn MPRS Nomor XXII/MPRS/1966 Tentang Kepartaian, Keoramasan dan Kekaryaan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik.

Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik

Undang Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1985 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum Anggota- Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat


(6)

xviii

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 Tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tentang Partai Politik

Maklumat Pemerintah 3 November 1945 Tentang Partai Politik

E. Majalah/Koran/Jurnal

Catur Wido Haruni. 2009. Sistem Pemerintahan Pasca Amandemen UUD 1945 dan Implikasinya Terhadap Sistem Pemerintahan Daerah. Malang. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol. II No. 2 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Edisi Khusus (Sorotan) Diskusi Caleg: Moral pun ditinggalkan digudang. Koran Kompas. 14 Juni 2013.

Jejak Pendapat Kompas. Yang Lahir Dari Partai Politik. Koran Kompas. 27 Mei 2013.

Jejak Pendapat Kompas. Rapor Merah Kinerja Partai Politik. Koran Kompas. 23 Desember 2013.

F. Internet

Salman. 2011. “Pengaruh Partai Politik Terhadap Pelaksanaan Prinsip Pemisahan

Kekuasaan di

Indonesia”.

http://salmantabir.wordpress.com/2011/11/26/pengaruh-partai-politik-terhadap-pelaksanaan-prinsip-pemisahan-kekuasaan-di-indonesia/.