Mediasi Penal sebagai Upaya Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Berdasarkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang Penanganan Kasus Melalui ADR (Alternative Dispute Resolution)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya kasus tindak pidana ringan yang terjadi di Indonesia dan sering
menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan
ancaman hukuman pidana biasa dirasa sangat tidak adil karena tidak sebanding
dengan kerugian yang ditimbulkan, hal ini dikarenakan sejak tahun 1960 belum
terdapat pembaharuan dalam KUHP terkait dengan batasan tindak pidana ringan yaitu
sebesar Rp 250,- akan tetapi nominal tersebut sudah tidak sesuai dengan nilai mata
uang saat ini, karena pada saat ini sudah hampir tidak ada barang yang bernilai
dibawah Rp 250,-.
Setelah dikeluarkannya PERMA nomor 2 tahun 2012 tentang Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, jika sebelumnya yang disebut
tindak pidana ringan yang nilainya kurang dari Rp 250,- kini diubah menjadi Rp 2,5
juta dan ancaman hukuman maksimalnya adalah 3 (tiga) bulan penjara dengan
menggunakan acara pemeriksaan cepat serta hakim tunggal sebagaimana yang
disebutkan dalam pasal 205-210 KUHAP sehingga keadilan bagi pelaku tindak
pidana ringan terpenuhi. Namun karena tindak pidana ringan ini ancaman hukuman
maksimalnya adalah dibawah 1 (satu) tahun maka tidak dapat dilakukan upaya
hukum kasasi sehingga keadilan bagi korban masih belum terpenuhi.


1

Kita

sadari

bersama,

KUHAP

lebih

mengutamakan

hak-hak

tersangka/terdakwa.1 Hal ini dapat kita lihat dari beberapa penjelasan KUHAP yang
sebagian besar adalah mengutamakan hak-hak tersangka atau terdakwa daripada hakhak dan kepentingan korban yang dalam hal ini telah dicederai oleh pelaku tindak
pidana sehingga seharusnya posisi korban juga harus diutamakan demi terciptanya

rasa keadilan bagi semua pihak.
Dalam KUHAP juga memunculkan kesan bahwa perlindungan terhadap
pelaku kejahatan memperoleh porsi lebih besar dibandingkan dengan korban
kejahatan sehingga muncul kesan bahwa korban kejahatan belum memperoleh
perlindungan yang memadai.2 Hal ini dikarenakan keadilan dirasa sudah terpenuhi
ketika pelaku tindak pidana telah mempertanggungjawabkan perbuatannya secara
hukum tanpa memperhatikan kepentingan dan keadilan untuk korban.
Dalam tindak pidana ringan, pengadilan bukanlah satu-satunya cara yang
dapat ditempuh untuk menyelesaikan suatu masalah demi mempertanggungjawabkan
perbuatan pelaku, selain melalui pengadilan juga terdapat suatu bentuk upaya
penyelesaian alternatif yaitu Alternatif Dispute Resolution yang untuk selanjutnya
disebut dengan ADR.

1

Bambang Waluyo. 2011. Viktimologi Perlindungan Korban & Saksi. Jakarta. Sinar Grafika.
Hal. 36.
2

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom. 2006. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan.

Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Hal. 173

2

ADR adalah sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi untuk
memberi alternatif atau pilihan suatu cara penyelesaian sengketa melalui bentuk ADR
agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak.3 Salah satu bentuk ADR
yang paling dikenal oleh masyarakat yaitu mediasi. Dalam Pasal 1 ayat (7) PERMA
Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dijelaskan bahwa yang
dimaksut dengan mediasi yaitu:
“Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator”.
Mediasi tidak hanya terdapat dalam kasus perdata saja akan tetapi dalam
kasus pidana juga dimungkinkan adanya upaya penyelesaian secara mediasi yang
disebut dengan mediasi penal, namun tidak semua kasus pidana dapat diselesaikan
dengan mediasi penal karena hanya kasus pidana tertentu saja yang dapat diselesaikan
dengan mediasi penal, salah satunya yaitu tindak pidana ringan karena akibat yang
ditimbulkan dari tindak pidana ini tergolong ringan.
Namun seperti yang kita ketahui bahwa pada dasarnya hukum di Indonesia
mempunyai suatu ketentuan bahwa kasus pidana tidak dapat diselesaikan diluar

pengadilan, akan tetapi dalam keadaan tertentu misalnya dalam suatu norma di
masyarakat atau hukum adat seringkali dilakukan suatu penyelesaian kasus pidana
ringan dengan jalan musyawarah antara pelaku dan korban dengan didampingi

3

Dwi Rezki Sri Astarini. 2013. Mediasi Pengadilan Salah Satu Bentuk Penyelesaian Sengketa
Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Biaya ringan. Bandung. P.T. Alumni. Hal 2

3

keluarga serta tokoh masyarakat dan dipimpin oleh ketua adat atau kepala desa untuk
mencapai suatu kesepakatan dalam penyelesaian suatu tindak pidana ringan yang
terjadi di dalam masyarakat tersebut. Cara penyelesaian dengan musyawarah ini
disebut dengan mediasi penal yang didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat
yaitu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individu
dan harus hidup berkelompok dalam suatu masyarakat sehingga diupayakan adanya
perdamaian diantara para pihak dengan harapan tidak ada dendam yang terjadi
diantara pelaku atau korban demi terciptanya masyarakat yang aman, tentram, damai,
dan sejahtera. Dalam pasal 18B ayat (2) UUD 1945 disebutkan yaitu:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang”.
Dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia juga disebutkan bahwa:
“Dalam rangka penegakkan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam
masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum masyarakat
dan pemerintah”.
Dari kutipan pasal tersebut diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan
secara utuh bahwa negara harus menghormati adat atau norma yang telah lama hidup
dan berkembang serta berlaku di masyarakat, termasuk upaya penyelesaian tindak
pidana ringan dengan mediasi penal sebagai upaya demi terwujudnya masyarakat
4

yang adil, damai, dan sejahtera. Dengan mediasi akan dicapai suatu kesepakatan yang
terbaik untuk kedua belah pihak tanpa ada yang merasa dirugikan sehingga tidak ada
pihak yang merasa menang atau kalah karena tujuan mediasi adalah untuk mencapai
suatu kesepakatan demi kepentingan kedua belah pihak sehingga hak-hak dan
keadilan bagi pelaku maupun korban dapat terpenuhi, selain itu prosesnya yang cepat

juga tidak akan membuat suatu masalah menjadi berlarut-larut. Namun seringkali
ketika telah terdapat suatu penyelesaian tindak pidana ringan dengan menggunakan
musyawarah mufakat berupa mediasi dan telah menghasilkan suatu kesepakatan
diantara para pihak namun kasus tersebut tetap diproses secara hukum sehingga
menurut saya sejauh ini aparatur penegak hukum di Indonesia hanya mengacu kepada
undang-undang saja tanpa mempertimbangkan faktor sosiologis.
Mediasi penal masih sering diabaikan oleh aparat penegak hukum di
Indonesia khususnya kepolisian yang dalam hal ini adalah sebagai pintu gerbang
pertama masuknya suatu kasus pidana kedalam proses peradilan, hal ini disebabkan
karena mediasi penal belum memiliki payung hukum yang kuat. Dapat diketahui
dalam pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI
bahwa pejabat POLRI dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak
menurut penilaiannya sendiri dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
dan kode etik polri. Jadi polri memiliki hak untuk melakukan penilaian terhadap
kasus yang ada, sehingga diharapkan dapat lebih baik lagi dalam memilah antara
kasus yang layak untuk dilanjutkan prosesnya dan yang tidak layak karena nantinya
hanya akan menambah penumpukan perkara di Pengadilan. Dalam Surat KAPOLRI
5

No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS disebutkan beberapa tindak pidana yang dapat

diupayakan penyelesaiannya melalui jalur alternatif, salah satunya yaitu tindak pidana
ringan.
Mediasi penal diharapkan dapat menjadi salah satu instrument efektif untuk
mengatasi masalah penumpukan perkara di Pengadilan serta memperkuat dan
memaksimalkan fungsi lembaga peradilan dalam penyelesaian suatu perkara.4
Mengingat banyaknya keuntungan yang diperoleh dalam penyelesaian kasus dengan
menggunakan mediasi penal, maka diharapkan segera terdapat payung-payung
hukum yang kuat agar mediasi penal dapat terlaksana secara efektif demi terciptanya
rasa keadilan untuk korban dan pelaku tindak pidana ringan karena mengingat bahwa
ADR bertujuan untuk memulihkan kembali keadaan seperti semula sebelum terjadi
tindak pidana sehingga lebih ditekankan kepada pertanggungjawaban pelaku, bukan
pembalasan sehingga keadilan bagi korban juga dapat terpenuhi.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka
penulis terdorong untuk membuat suatu penulisan hukum dengan judul “Mediasi
Penal Sebagai Upaya Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Berdasarkan Surat Kapolri
No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang Penanganan Kasus Melalui ADR.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana

pengaturan


penyelesaian

tindak

pidana

ringan

dengan

menggunakan mediasi penal?

4

Ibid, Hal. 5

6

2. Bagaimana akibat hukum dari penerapan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/

2009/ SDEOPS tentang penanganan kasus melalui ADR dalam penyelesaian
tindak pidana ringan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penyelesaian tindak pidana ringan
dengan menggunakan mediasi penal.
2.Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum dari penerapan Surat Kapolri No
Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang penanganan kasus melalui ADR dalam
penyelesaian tindak pidana ringan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Berguna untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang
mediasi penal sebagai upaya penyelesaian tindak pidana ringan berdasarkan Surat
Kapolri No Pol : B/3022/XII/ 2009/ SDEOPS tentang penanganan kasus melalui
ADR.
2.Bagi Masyarakat
Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
pengetahuan kepada masyarakat khususnya masyarakat awam tentang adanya
upaya penyelesaian alternatif untuk menyelesaikan tindak pidana ringan yang
terjadi di masyarakat dengan menggunakan mediasi penal.

3.Bagi Instansi penegak hukum
7

Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi
penegak hukum khususnya kepolisian yang merupakan gerbang pertama
masuknya kasus pidana ke dalam Peradilan sehingga dapat lebih efektif dalam
menerapkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang
penanganan kasus melalui ADR.
4. Bagi Pemerintah
Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah
agar segera dibuat suatu aturan hukum yang kuat dan mengikat kepada semua
pihak baik kepolisian maupun aparat penegak hukum yang lain sehingga mediasi
penal ini bukan lagi diupayakan akan tetapi diwajibkan dalam penyelesaian kasus
tindak pidana ringan yang terjadi di masyarakat.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian menjadi hal yang penting untuk memberikan gambaran
sistematika berfikir sehingga penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah. Adapun penulisan skripsi ini menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Pendekatan
Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan

yang mempunyai maksud dan tujuan untuk mengkaji perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku dan juga kajian teoritis dari literatur yang ada yang kemudian
dihubungkan dengan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yang dibahas di
dalam penulisan skripsi ini. Penulisan hukum ini menganalisa peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan tindak pidana ringan dan konsep ADR yaitu mediasi
8

penal dan dikaitkan dengan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam
penulisan skripsi ini.
2. Jenis Bahan Hukum
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif
atau peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang digunakan antara lain
yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
8. PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
9. PERMA Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Batasan Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda Dalam KUHP

9

10. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkap) Nomor 7
Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Polisi
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri
11. Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS Tentang Penanganan Kasus
Melalui ADR (Alternatif Dispute Resolition)
b. Bahan Hukum Sekunder
Sumber bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang mendukung bahan
hukum primer yang diperoleh dengan cara studi dokumen. Yang dimaksud studi
dokumen yaitu mempelajari permasalahan melalui buku-buku, literatur jurnal hukum,
internet, media massa, makalah dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan
materi penulisan.
c. Bahan Hukum Tersier
Sumber bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
petunjuk, informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
diperoleh dari Ensiklopedia, kamus, dan lain-lain untuk mengetahui pengertian secara
baku dari suatu istilah yang terkait dengan masalah yang dibahas oleh penulis dalam
penulisan hukum.
3.Tenik Pengumpulan Bahan Hukum
Pada penulisan hukum ini teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan
oleh penulis untuk menggali dan mengumpulkan data yang dibutuhkan yaitu melalui
studi dokumen dan studi pustaka.
4. Teknik Analisa Bahan Hukum
10

Analisis terhadap bahan-bahan hukum dilakukan dengan menggunakan
metode analisis deskriptif yaitu menemukan permasalahan yang dijumpai dalam studi
kepustakaan yang berkaitan dengan mediasi penal sebagai upaya penyelesaian tindak
pidana ringan, kemudian memahami permasalahan yang sesungguhnya serta tindakan
apa yang harus dilakukan sehubungan dengan aturan-aturan hukum yang ada dan
kemudian melakukan penarikan kesimpulan guna memberikan pemecahan masalah
yang dijumpai sehingga dapat disusun konsep dalam bentuk saran yang relevan
dengan tujuan penelitian.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang garis besar permasalahan dari keseluruhan
penulisan hukum ini yang memuat pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang
masalah, permasalahan yang mendasari pemilihan judul penelitian, tujuan dan
manfaat yang ingin dicapai, kegunaan, metode penulisan hukum, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab yang didalamnya akan dibahas dan disajikan kajian teoritis
(pustaka) sebagai sumber dalam menganalisis permasalahan yang diangkat oleh
penulis yaitu tentang mediasi penal sebagai upaya penyelesaian tindak pidana ringan
berdasarkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS, sehingga
mendapatkan analisis hukum yang benar dan tepat sesuai dengan tema penelitian.

11

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan data yang telah dikumpulkan sebagai
hasil dari penelitian untuk menjadi sumber utama dalam pembahasan skripsi ini yang
akan membahas dan menganalisa tentang permasalahan yang diangkat oleh penulis
dalam bab sebelumnya.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bagian terakhir dari hasil penelitian yang memuat
kesimpulan dan saran atas setiap permasalahan yang telah dikemukakan.

12

PENULISAN HUKUM
MEDIASI PENAL SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN TINDAK PIDANA RINGAN
BERDASARKAN SURAT KAPOLRI NO POL : B/3022/XII/2009/SDEOPS
TENTANG PENANGANAN KASUS MELALUI ADR
(ALTERNATIF DISPUTE RESOLUSION)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum
Oleh:
FEBRIANIKA MAHARANI
201010110311074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
2014

i

i

i

i

UngkapanPribadi:
The first step to getting the things you want out of life is
Decide what you want

Motto:
PantangMenyerah
AdalahKunciSebuahKesuksesan

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan
Hidayah kepada Hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
MEDIASI PENAL SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN TINDAK PIDANA RINGAN
BERDASARKAN SURAT KAPOLRI NO POL : B/3022/XII/2009/SDEOPS TENTANG
PENANGANAN KASUS MELALUI ADR (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUSION).
Terselesaikannya

skripsi

dan

studi

Penulis

di

Fakultas

Hukum

Universitas

Muhammadiyah Malang tidak lepas dari adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik
bantuan moril maupun materiil. Penulis sangat berterima kasih atas apresiasi dari semua pihak
tersebut. Akhirnya pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Sulardi, SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang, beserta para Waki lDekan.
2. Bapak Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan sekaligus arahan, saran, serta dukungannya kepada penulis
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati sehingga skripsi ini terselesaikan.
3. Bapak Haris, SH., MH selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Sofyan Arief, SH., M.Kn selaku Dosen Wali selama penulis kuliah di Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang, terima kasih banyak atas nasehat dan

waktu yang diluangkan untuk penulis.

i

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
6. Skripsi ini saya persembahkan kepada seluruh keluarga besarku Papa, Mama, KakYo,
Kak Mel, Alm.Mas Fren, Dana, Abah haji, Ibu haji, Alm. Bapak Lan, dan Ibu Sun yang
telah memberikan doa dan kasih sayingnya untuk penulis serta memberikan semangat
kepada penulis dengan tak henti-hentinya.
7. Sahabat-sahabatku di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang : Iin, Vira,
Siska dan seluruh teman-teman FH angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu serta semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna membangun dan lebih
menyempurnakan lagi skripsi ini.

Malang, ……………..

Penulis

i

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Cover / SampulDalam
LembarPengesahan

…………………………………………………….... i

……………………………………………………………………… ii

SuratPernyataanPenulisanHukumBukanHasilPlagiat ……………………………… ………iii
UngkapanPribadi / Motto

……………………………………………………………… iv

Abstraksi

……………………………………………………………………………… v

Abstract

……………………………………………………………………………… vi

Kata Pengantar
Daftar Isi

……………………………………………………………………… vii

………………………………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

………………………………………………………………. 1

B. RumusanMasalah

………………………………………………………. 6

C. TujuanPenelitian ……………………………………………………………..... 7
D. KegunaanPenelitian

………………………………………………………. 7

E. MetodePenelitian ………………………………………………………………. 8
F. SistematikaPenulisan

………………………………………………………. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeoritisTentangMediasi Penal
A.1 PengertianMediasi Penal

……………………………………………….. 13

A.2 Bentuk-bentukMediasi Penal ……………………………….………………. 25
……………………………………….. 28

A.3 KekuatanHukumMediasi Penal
B. TinjauanUmumTentangTindakPidana
B.1 PengertianTindakPidana

……………………………………………….. 32

B.2 Unsur-unsurTindakPidana

……………………………………………….. 33

B.3 TindakPidanaRingan ……………………………………………………….. 36
……………………………………….. 38

B.4 Jenis-jenisTindakPidanaRingan

C. SuratKapolriNo Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang
PenangananKasusMelalui ADR (Alternatif Dispute Resolusion)
C.1 SuratKapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS ……………………….. 40
C.2 Pengertian ADR (Alternatif Dispute Resolusion)
i

................................... 41

C.3 Jenis-jenis ADR (Alternatif Dispute Resolusion)

……………..……........ 45

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PengaturanPenyelesaianTindakPidanaRinganDenganMenggunakan
Mediasi Penal
A.1. Mediasi Penal SebagaiAlatUntukMencapaiKeadilanMasyarakat……........ 47
A.1.1 KeadilanBagiPelakuTindakPidana

………………………………... 51

A.1.2 KeadilanBagiKorbanTindakPidana

………………………………... 52

………………………………………... 53

A.1.3.Keadilan BagiMasyarakat

A.2. FaktorKemanfaatansebagaiTujuanUtamaMediasi Penal

……….………... 54

A.2.1 ManfaatMediasi Penal BagiPelakuTindakPidana

………………... 56

A.2.2 ManfaatMediasi Penal BagiKorbanTindakPidana

………………... 57

A.2.3 ManfaatMediasi Penal BagiMasyarakat

………………………... 58

A.3. PengaturanPenyelesaianTindakPidanaRinganDenganMenggunakan
MediasiPenal
B.

………………………………………………………................ 58

AkibatHukumPenerapanSuratKapolri No Pol : B/3022/XII/ 2009/ SDEOPS
tentangPenangananKasusMelalui ADR dalamPenyelesaianTindakPidana
Ringan
B.1 LatarBelakangDikeluarkannyaSuratKapolri No Pol : B/3022/XII/2009/ SDEOPS
tentangPenangananKasusMelalui

ADR

(Alternatif

Dispute

Resolution)

…………………………………………………………………..…...... 68
B.2 KedudukanSuratKapolriDalamPeraturanPerundang-undangan di
Indonesia

……………………………………………………………….… 71

B.3 AkibatHukumPenerapanSuratKapolri No Pol : B/3022/XII/ 2009/ SDEOPS
(Alternatif

Dispute

Resolution)

tentangPenangananKasusMelalui

ADR

dalamKasusTindakPidanaRingan

……………………………………….… 74

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..…………… 85
B. Saran-Saran

………………………………………………………………..… 88

DAFTAR PUSTAKA

i

Dokumen yang terkait

PERANAN PERPOLISIAN MASYARAKAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MELALUI MEDIASI PENAL

0 21 67

PENDAHULUAN MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN RINGAN BERDASARKAN SURAT KAPOLRI No.Pol/B/3022/XXI/2009/SDEOPS.

0 3 19

PENUTUP MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN RINGAN BERDASARKAN SURAT KAPOLRI No.Pol/B/3022/XXI/2009/SDEOPS.

0 6 5

ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) PENYELESAIAN SENGKETA PENCEMARAN LINGKUNGAN Alternatif Dispute Resolution (ADR) Penyelesaian Sengketapencemaran Lingkungan (Studi Kasus Di Kelurahan Wonoyoso Kabupaten Pekalongan).

0 3 14

ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) PENYELESAIAN SENGKETAPENCEMARAN LINGKUNGAN Alternatif Dispute Resolution (ADR) Penyelesaian Sengketapencemaran Lingkungan (Studi Kasus Di Kelurahan Wonoyoso Kabupaten Pekalongan).

0 3 49

KONSEP MODEL PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN RINGAN MELALUI MEDIASI PENAL.

0 0 10

INTEGRASI MEDIASI SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI TABANAN.

0 0 13

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS INDUSTRI PARIWISATA MELALUI ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR) DI DENPASAR BALI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 81

ANALISIS PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION/ADR (STUDI KASUS DI POLSEK NATAR)

0 4 15

ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR) SEBAGAI PENYELESAIAN SENGKETA NON LITIGASI

0 0 20