Perbedaan Biodiversitas Fauna Kriptik Pada Karang Mati Pocillopora sp. Pada Kepulauan Seribu, Jakarta dan Pemuteran, Bali

PERBEDAAN BIODIVERSITAS FAUNA KRIPTIK PADA
KARANG MATI Pocillopora sp. DI KEPULAUAN SERIBU,
JAKARTA DAN PEMUTERAN, BALI

NOVIANTO HARY ADIATMAJA

ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbedaan
Biodiversitas Fauna kriptik Pada Karang Mati Pocillopora sp. di Kepulauan
Seribu, Jakarta dan Pemuteran, Bali adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Novianto Hary Adiatmaja
NIM C5408082

ABSTRAK
NOVIANTO HARY ADIATMAJA. Perbedaan Biodiversitas Fauna Kriptik
Karang Mati Pocillopora sp. Di Kepulauan Seribu, Jakarta Dan Pemuteran, Bali
Dibimbing oleh HAWIS H. MADDUPPA dan BEGINER SUBHAN.
Fauna kriptik adalah fauna samar yang biasanya memiliki kekerabatan
yang dekat dan sulit dibedakan. Fauna kriptik banyak menghuni karang mati di
ekosistem terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
komunitas dan kelimpahan biodiversitas fauna kriptik yang terdapat pada karang
mati Pocillopora sp. di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu dan Pemuteran,
Bali. Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan karang mati
Pocillopora sp. sebanyak 4 koloni pada masing-masing lokasi pengambilan
sampel. Fauna kriptik pada karang mati tersebut lalu diidentifikasi sampai taksa
yang tertinggi. Volume rata-rata 8 koloni karang mati adalah 1,57±0,23 Liter.
Jumlah individu yang ditemukan adalah 343 individu, yaitu 145±8,71 individu di
Pulau Pari, dan 198±15,09 individu di Pemuteran. Kelimpahan individu di Pulau

Pari adalah 36±8,71 individu per Liter, sedangkan di Pemuteran, sebanyak
49±15,09 individu per Liter. Jumlah famili di Pulau Pari 7±0,47 famili per karang
mati, sedangkan di Pemuteran 11±1,37 famili per karang mati. Jumlah Genus di
Pulau Pari 12±1,68 genus per karang mati, sedangkan di Pemuteran 14±1,60
genus per karang mati. Jumlah Spesies di Pulau Pari 14±2,39 spesies per karang
mati, sedangkan di Pemuteran, 16±2,12 spesies per karang mati. Indeks
komunitas pada kedua lokasi masuk kedalam kategori yang sama, yaitu
keanekaragaman sedang, dominasi rendah dan keseragaman tertekan. Nilai
individu, famili, genus dan spesies pada kedua lokasi berbeda, namun secara uji
statistika nilai tersebut tidak berbeda.

Kata kunci: Pocillopora, Pari, Pemuteran, Fauna Kriptik

ABSTRACT
NOVIANTO HARY ADIATMAJA. Biodiversity differences of cryptic fauna
from dead coral head Pocillopora sp. at Thousand Islands, Jakarta and Pemuteran,
Bali Supervised by HAWIS H. MADDUPPA and BEGINER SUBHAN.
Cryptic fauna is similiar fauna which usually have a close kinship and
difficult to distinguish. Many cryptic fauna inhabit in dead coral ecosystems. This
study aimed to determine differences in community and abundance of cryptic

biodiversity of fauna found on dead coral Pocillopora sp. in the Pari Island,
Thousand Islands and Pemuteran, Bali. The method used is taking dead coral
Pocillopora sp. by 4 colonies at each sampling site. Cryptic fauna in the dead coral
taxa were identified to the highest. Volume average of 8 dead colonies was 1.57 ±
0.23 Liter. Number of individuals found were 343 people, ie 145 ± 8.71
individuals in Pari Island, and 198 ± 15.09 individuals in Pemuteran. Abundance
of individuals in Pari Island was 36 ± 8.71 individuals per liter, while in
Pemuteran, 49 ± 15.09 individuals per liter. Number of families in Pari Island 7 ±
0.47 families per corals die, whereas in Pemuteran 11 ± 1.37 per coral dead
relatives. Number of Genus in Pari Island 12 ± 1.68 per dead coral genus, whereas
14 ± 1.60 in Pemuteran coral genera per die. Number of species in Pari Island 14
± 2.39 species per coral death, while in Pemuteran, 16 ± 2.12 species per coral
death. Community indices at both locations into the same category, moderate
diversity, low dominance and uniformity depressed. Value of individual, family,
genus and species differ in both locations, but the statistically test obtain the
different values.
Keywords: Pocillopora, Pari, Pemuteran, Cryptic Fauna

PERBEDAAN BIODIVERSITAS FAUNA KRIPTIK PADA
KARANG MATI Pocillopora sp. DI KEPULAUAN SERIBU,

JAKARTA DAN PEMUTERAN, BALI.

NOVIANTO HARY ADIATMAJA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perbedaan Biodiversitas Fauna Kriptik Pada Karang Mati
Pocillopora sp. Pada Kepulauan Seribu, Jakarta dan Pemuteran,
Bali
Nama

: Novianto Hary Adiatmaja
NIM
: C54080082
Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh

Beginer Subhan, S.Pi, M.Si.
Pembimbing II

Dr. Hawis H. Madduppa, S.Pi, M.Si.
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M. Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 31 Juli 2013


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang berjudul
“Biodiversitas Cryptofauna Kriptik Dari Karang Mati “Pocillopora sp.” Di
Kepulauan Seribu, Jakarta dan Pemuteran, Bali” diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih dengan tulus dan penghargaan setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada :
1 Kedua orang tua saya, Bapak Maryanto dan Ibu Ida serta Adik saya, Arya,
Koko dan Rangga yang selalu memberikan motivasi dan doanya;
2 Dr. Hawis H. Madduppa, S.Pi, M.Si dan Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku
pembimbing I dan II atas bimbingan, pengetahuan, dan nasehat yang telah
diberikan;
3 Indonesian Biodiversity Research Center atas kerjasama dan bimbingannya;
4 Seluruh teman-teman ITK atas dukungan, kerjasama dan perjuangannya;
5 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam memberikan
sumbangan saran, bimbingan dalam penelitian, pengolahan data, dan
penyusunan skripsi secara sukarela.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis sendiri sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Juli 2013
Novianto Hary Adiatmaja

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
METODE .........................................................................................................
Waktu dan Lokasi .....................................................................................
Alat dan Bahan ..........................................................................................
Prosedur ...................................................................................................
Pengambilan Sampel .................................................................................

Koleksi dan Sortir .....................................................................................
Pengolahan Data .......................................................................................
Volume Karang Mati ...............................................................................
Indeks Keanekaragaman ...........................................................................
Indeks Keseragaman .................................................................................
Indeks Dominasi .......................................................................................
Kerapatan Jenis .........................................................................................
Analisis Statistik .......................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Indeks Komunitas .....................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

vii
vii
vii
1
2

2
2
2
3
4
4
5
5
5
5
6
7
7
7
7
9
10
10
13
21


DAFTAR TABEL


1. Data Sheet Hasil Perolehan Data di Lapangan .....................................

DAFTAR GAMBAR
 

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Lokasi Penelitian ..................................................................................
Diagram Alir Prosedur Penelitian .........................................................

Ilustrasi Pengambilan Sampel...............................................................
Kelimpahan rata-rata Individu per karang mati (rata-rata ± SE) ..........
Kelimpahan rata-rata Famili per karang mati (rata-rata ± SE) .............
Kelimpahan rata-rata Genus per karang mati (rata-rata ± SE) .............
Kelimpahan rata-rata Spesies per karang mati (rata-rata ± sd) .............
Keanekaragaman (H’), Dominasi (C) dan Keseragaman (E) ...............








10

DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto-foto Fauna Kriptik ........................................................................
2. Foto Karang Mati ..................................................................................
3. Tabel Pengolahan Data .........................................................................

13
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua
samudera (Pasifik dan Hindia), sehingga membentuk habitat yang
menguntungkan bagi banyak organisme laut (Tomascik et al. 1997). Indonesia
dikenal sebagai negara kepulauan terbesar (Tomascik et al. 1997) dan sebagai
pusat keanekaragaman hayati laut (Myers et al. 2000, Roberts et al. 2000, Allen
2008, Allen dan Werner 2002). Berbagai penelitian telah mengisyaratkan bahwa
Indonesia dan wilayah sekitarnya merupakan hotspot keanekaragaman hayati
untuk terumbu karang (Hughes et al. 2002), dan ikan (Randall 1998). Jenis
terumbu karang di Indonesia sekitar 590 jenis karang (Veron 2002) dan lebih dari
2000 spesies ikan karang (Allen dan Adrim 2003), menempatkan Indonesia di
pusat keanekaragaman terumbu karang di dunia, yang sering disebut dengan
Coral Triangle. Alasan untuk keragaman yang tinggi dari Coral Triangle tetap
menjadi subyek perdebatan ilmiah (Hoeksema 2007).
Biodiversitas sering didefinisikan sebagai berbagai bentuk kehidupan, dari
gen ke spesies dengan skala luas ekosistem (Gaston 1996). Keragaman spesies
adalah ukuran dari jumlah spesies yang terjadi dalam tingkat taksonomi dalam
suatu wilayah geografis. Keragaman spesies tidak tersebar secara merata di
seluruh dunia. Biodiversitas terumbu karang masih perlu terus dikaji karena
meskipun terumbu karang hanya mewakili kurang dari 0,2% dari luas wilayah
laut, mereka adalah yang paling beragam dari semua ekosistem laut per basis area,
dan mungkin benar jika laut dalam merupakan repositori utama dari
keanekaragaman hayati laut (Sala and Knowlton 2006). Peningkatan kesadaran
dari masalah ini dalam komunitas ilmiah telah menyebabkan beberapa inisiatif
dalam skala besar untuk menginventarisasi keanekaragaman hayati terumbu
karang. Ini termasuk penyelidikan moluska di Kaledonia Baru (Bouchet et al.
2002), survei kelautan keanekaragaman hayati Guam dan Mariana (Paulay 2003),
Ekspedisi Santo di Vanuatu (http://www.santo2006.org).
Proyek Moorea Biocode (http://bscit.berkeley.edu/biocode), dan sensus
terumbu karang (http://www.creefs.org) survei Shoals Frigate Perancis (barat laut
Kepulauan Hawaii) pada tahun 2006 dan di Australia pada tahun 2008. Ekspedisi
ini telah menempatkan penekanan khusus pada organisme kecil dan belum
terpelajari, khususnya invertebrata, alga dan mikroba. Fauna kriptik adalah
invertebrata makro dan beberapa ikan yang menggunakan rongga di substrat baik
sementara atau permanen. Beberapa dapat menciptakan rongga mereka sendiri
pada terumbu karang, sedangkan yang lain merupakan penjajah oportunistik ruang
yang ada (Hutchings 1983) lebih lanjut adalah fauna samar (sulit dibedakan) yang
biasanya memiliki kekerabatan yang sangat dekat, dan dalam banyak kasus tidak
dapat dengan mudah dibedakan oleh penelitian filogenetik molekuler. Biasanya,
fauna kriptik dapat dibedakan dengan menganalisis data dari berbagai sumber,
seperti dengan membandingkan kromosom polytene, analisis urutan DNA,
bioacoustics dan studi sejarah kehidupan. Fauna Kriptik merupakan bagian
penting dari jaring makanan pada ekosistem terumbu karang. Organisme

2
cryptofauna merupakan sumber makanan penting untuk karnivora karang
tertentu, termasuk ikan (Vivien dan Peyrot- Clausade 1974), gastropoda, moluska
(Nybakken 1975) dan gurita (Ambrose 1986).
Terumbu karang di Indonesia mengalami tekanan baik dari alam maupun
dari aktivitas manusia, tekanan tersebut akan berdampak terhadap kelangsungan
ekosistem pesisir, salah satunya ekosistem terumbu karang yang termasuk ke
dalam kategori baik di wilayah itu hanya tinggal 23% dan sisanya berada dalam
kategori buruk (Burke et al. 2002). Tekanan dari alam seperti pemanasan global
merupakan fenomena yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini merupakan salah
satu faktor yang membuat banyak dari terumbu karang di dunia mengalami
pemutihan, selain itu pencemaran dari daratan, penggunaan alat penangkapan
ikan, serta eksploitasi pada terumbu karang juga akan memberikan efek kerusakan
pada ekosistem terumbu karang. Ketika sebuah koloni karang yang telah mati,
maka kerangka kapurnya penuh dengan retakan, gua-gua kecil dan terowongan,
dan akan menjadi habitat sempurna untuk spesies invertebrata (banyaknya
bagaikan serangga di permukaan), yang akan menjadi sebagian besar
keanekaragaman hayati di lautan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komunitas dan
kelimpahan biodiversitas fauna kriptik yang terdapat pada karang mati
Pocillopora spp. di perairan Pulau Pari, Kep. Seribu dan Pemuteran, Bali.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 2 sampai 6 Oktober 2012 di Pulau Pari,
Kepulauan Seribu untuk pengambilan sampel dan di Pemuteran, Bali pada 2011.
Pengambilan data 2012 di Pulau Pari dilakukan oleh Indonesian Biodiversity
Research Center (IBRC) dan Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika
Kelautan IPB dalam kegiatan “Biodiversity and Molecular Ecology Course”,
sedangkan data 2011 diambil oleh Indonesian Biodiversity Research Center. Peta
lokasi Penelitian ditampilkan pada Gambar 1 dan 2.

3

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Karang Mati Di Pulau Pari, Kep. Seribu
(A) dan Pemuteran, Bali (B)

Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
dasar selam, kamera dan mikroskop untuk dokumentasi, palu dan martil
untuk mengambil sampel koloni karang mati Pocillopora Sp. di alam,
minyak cengkeh untuk memingsankan biota yang kemudian akan di foto,
Ethanol 96% berguna untuk proses pengawetan sampel.
Klasifikasi
Sampel yang akan diambil dari karang mati akan terfokus pada ordo
Decapoda, yang akan meliputi famili Alpheidae, Bopyridae, Diogenidae,
Epialtidae,
Galathidae,
Gonodactylidae,
Inachidae,
Majoidae,
Ophiuroidae, Paguroidae, Palaemonidae, Pilumnidae, Porcellanidae,
Portunidae, Sphaermonidae, Trapezidae, Xantidae, dan famili dari ordo
Decapoda lainnya.

4
Prosedur Penelitian
Tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat pada skema yang disajikan
pada Gambar 2.
Persiapan Alat dan Bahan

Pengambilan Sampel
(Karang Mati Pocillopora Spp.)

Koleksi dan Sortir Biota
(Sekaligus Pemingsanan Biota)

Pengambilan Darta
(Foto)

Pengolahan Data (Identifikasi
Biota)

Perhitungan Indeks
Gambar 2. Diagram alir tahapan prosedur penelitian
Pengambilan Sampel
Alat alat yang dibutuhkan disiapkan terlebih dahulu sebelum turun
lapang untuk melakukan pengambilan sampel. Penyusunan pos-pos
dilakukan untuk mempermudah tahap demi tahap yang akan dilakukan
dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan di daerah terumbu
karang dengan menggunakan peralatan selam, pahat, martil, plastik dan
ember. Sampel karang mati Pocillopora spp. yang ditemukan di alam akan
merekat kuat pada substrat sehingga akan dibutuhkan pahat dan martil
untuk melepaskannya dari substrat. Sebelum di lepaskan, koloni karang mati
dibungkus dengan plastik agar biota yang ada di dalamnya tidak hilang.
Setelah itu tutup rapat plastik dan simpan dalam ember guna mempermudah
pengangkatan sampel.

5

Gambar 3. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel fauna
kriptik

Koleksi Dan Sortir Biota
Sampel yang telah dibawa ke darat akan diairasi guna mencegah
kematian biotanya. Pecahkan sampel secara perlahan agar biota yang
bersembunyi pada celah-celah karang bisa diambil dan di sortir kedalam
wadah plastik per individu. Kemudian setiap sampel diidentifikasi sampai
taksa tertinggi berdasarkan panduan pada buku Crustacea Guide Of The
World. Setelah itu akan dilakukan pencelupan pada minyak cengkeh supaya
biota tersebut pingsan, dan sehingga dokumentasi bisa diproses dengan baik.
Dokumentasi fauna kriptik menggunakan Kamera Nikon DSLR dengan
Lensa Camera AF micro Nikkor 60mm 1:2.8D dan Mikroskop Motic, KSeries 700L Zoom Microscope serta didukung dengan Software Camera
Control Pro. Biota yang sudah difoto kemudian disimpan kedalam botol
koleksi yang berisi ethanol 96%.
Analisis Data
Data analisis yang akan dihitung berupa volume dari karang mati,
keanekaragaman setiap taksa, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman,
indeks dominasi dan kerapatan jenis.
Volume karang mati
Volume karang mati di ukur dengan menggunakan wadah ember dan
gelas ukur, volume karang mati sama dengan volume air yang tumpah
apabila karang dicelupkan kedalam wadah ember (Liter).

6
Indeks Keanekaragaman
Perhitungan keanekaragaman jenis ini dilakukan dengan
menggunakan indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener yang didasarkan
pada logaritma basis dua (Wilhm dan Doris, 1986; Insafitri 2010) dengan
formula:

H’ = -


�−1 ��

log �� …………..(1)

Keterangan :
H’
: Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
��
: � /N
: Jumlah individu jenis ke-i

N
: Jumlah total individu seluruh jenis
S
: Jumlah jenis
Dengan kriteria :
H’ < 1
1 < H’ < 3
H’ > 3

= Keanekaragaman jenis rendah
= Keanekaragaman jenis sedang
= Keanekaragaman jenis tinggi
Indeks Keseragaman

Nilai indeks keseragaman digunakan untuk menggambarkan
komposisi individu setiap spesies yang terdapat dalam satu komunitas, yang
dihitung dengan menggunakan petunjuk Krebs (1989), sebagai berikut :
H′

E=

� ��

……………………(2)

Keterangan :
E
: Indeks keseragaman
H’
: Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
� �� : log S
S
: Jumlah jenis

Dengan kriteria :
0,00 < E ≤ 0,50
0,50 < E ≤ 0,75
0,75 < E ≤ 1,00

= Komunitas tertekan
= Komunitas labil
= Komunitas stabil

Indeks dominansi
Nilai indeks dominasi digunakan untuk menggambarkan ada
tidaknya dominansi suatu jenis dalam satu komunitas, yang dihitung dengan
menggunakan Indeks dominansi Simpson (Magurran, 1988), sebagai
berikut :

C=

2

�−1 �� ………………..(3)

Keterangan :
C
: Indeks dominansi Simpson

7

��



N
S

: � /N
: Jumlah individu jenis ke-i
: Jumlah total individu seluruh jenis
: Jumlah jenis

Dengan Kriteria :
0,00 < C ≤ 0,50
0,50 < C ≤ 0,75
0,75 < C ≤ 1,00

= Dominansi rendah
= Dominansi sedang
= Dominansi tinggi
Kerapatan Jenis

Kerapatan jenis adalah jumlah total individu dalam suatu unit area
atau volume yang dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994)
sebagai berikut:

Xi =





………………………….(4)

Keterangan :
Xi
: Kerapatan jenis ke-i ( ind/liter)
: Jumlah total individu jenis ke-i (ind)

V
: Volume (liter)
Analisis Statistik
Perbedaan nilai jumlah individu, famili, genus dan spesies dianalisis
menggunakan uji statistik mengunakan Anova (Analysis ovariance) dengan
menggunakan software MS Excell dengan penambahan toolpack.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata volume karang mati yang didapat dari 8 karang mati adalah
1,57±0,23 Liter. Fauna kriptik yang ditemukan pada karang mati
Pocillopora sp. di Pulau Pari terdiri dari 145±8,71 individu, serta
didapatkan kelimpahan sebesar 36±8,71 individu per Liter dari 4 karang
mati dan terdiri dari 10 Famili, yaitu Alpheidae, Galathidae, Hippolytidae,
Majoidae, Paguroidae, Palaemonidae, Pilumnidae, Porcellanidae,
Trapezidae dan Xantidae. Di Pemuteran, Bali ditemukan 198±15,09
individu, serta kelimpahan 49±15,09 individu per Liter yang terdiri dari 17
Famili, yaitu Alpheidae, Bopyridae, Diogenidae, Epialtidae, Galathidae,
Gonodactylidae,
Inachidae, Majoidae, Ophiuroidae, Paguroidae,
Palaemonidae, Pilumnidae, Porcellanidae, Portunidae, Sphaermonidae,
Trapezidae dan Xantidae.
Kelimpahan individu fauna kriptik yang ditemukan pada Pulau Pari
rata-rata 36±8,71 individu per Liter, sedangkan di Pemuteran, sebanyak
49±15,09 individu per karang Liter. Kelimpahan individu antara kedua
lokasi tersebut tidak berbeda nyata. (df=7 ; F=0,58 ; P=0,5)

8

Gambar 4. Kelimpahan individu fauna kriptik per koloni karang mati (rata-rata ±
SE)

Jumlah famili yang ditemukan di Pulau Pari 7±0,47 famili per
karang mati. Di Pemuteran, Bali 11±1,37 famili per karang mati. Nilai ratarata famili antara kedua lokasi tersebut berbeda nyata (df=7 ; F=7,52 ; P
=0,03).

Gambar 5. Kekayaan famili per karang mati (rata-rata ± SE)
Jumlah Genus yang ditemukan pada Pulau Pari 12±1,68 genus per
karang mati. di Pemuteran, Bali 14±1,60 genus per karang mati. Nilai ratarata jumlah genus antara kedua lokasi tersebut tidak berbeda nyata berbeda
nyata (df=7 ; F=0,93 ; P =0,37).

9

Gambar 6. Kekayaan genus per karang mati (rata-rata ± SE)
Jumlah Spesies yang ditemukan di Pulau Pari 14±2,39 spesies per
karang mati. Di Pemuteran, Bali 16±12 spesies per karang mati. Nilai ratarata jumlah spesies antara kedua lokasi tersebut tidak berbeda nyata berbeda
nyata (df=7 ; F=0,49 ; P =0,50).

Gambar 7. Kekayaan spesies per karang mati (rata-rata ± SE)
Indeks Komunitas
Indeks keanekaragaman (H’) fauna kriptik pada Pulau Pari sebesar
1,29 yang termasuk kategori sedang, sedangkan nilai H’ pada Pemuteran, Bali
sebesar 1,26 yang berada pada keanekaragaman jenis sedang. Indeks dominasi
yang didapatkan dari kedua lokasi sebesar 0,07 yang berarti nilai dominasinya
rendah. Indeks Keseragaman pada Pulau Pari dan Pemuteran adalah 0,02 yang
berarti komunitas tersebut sama-sama tertekan. Nilai keseragaman pada kedua
lokasi menunjukkan komunitas tertekan, hal ini terjadi karena komunitasnya tidak
seragam. Hal ini mungkin juga diakibatkan oleh karakteristik habitat antara
karang mati itu berbeda. Nilai kerapatan jenis pada Pulau Pari memiliki nilai
92,35 individu / liter, sedangkan pada Pemuteran memiliki nilai 125,71 individu /
liter.

10

Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Dominasi (C) dan Keseragaman (E)

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Biodiversitas fauna kriptik yang ditemukan pada kedua lokasi hanya
memiliki perbedaan pada tingkat famili. Kelimpahan individu fauna kriptik yang
ditemukan pada Pulau Pari 42,35%, sedangkan di Pemuteran, sebanyak 57,65%.
Jumlah famili yang ditemukan di Pulau Pari 38,89%, sedangkan di Pemuteran,
Bali 61,11%. Jumlah Genus yang ditemukan pada Pulau 46,15%, sedangkan di
Pemuteran, Bali 53,85%.  Jumlah Spesies yang ditemukan di Pulau Pari 46,67%,
sedangkan di Pemuteran, Bali 53,33%. Indeks komunitas pada kedua lokasi
masuk kedalam kategori yang sama, yaitu keanekaragaman sedang, dominasi
rendah dan keseragaman tertekan, sehingga bisa disimpulkan bahwa indeks
komunitas pada kedua lokasi tidak berbeda. Jumlah individu, famili, genus dan
spesies pada kedua lokasi berbeda, yaitu jumlah yang didapatkan pada Pemuteran,
Bali lebih besar , namun secara uji statistika nilai tersebut tidak berbeda. 
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fauna kriptik ini, karena
banyak sampel yang hanya teridentifikasi sampai tingkatan famili dan genus
karena kerumitan morfologi fauna kriptik. Salah satunya menggunakan analisis
DNA karena akan membantu identifikasi yang lebih akurat sampai tingkatan
spesies.

11

DAFTAR PUSTAKA
Allen GR. 2008. Conservation Hotspots of Biodiversity and Endemism For IndoPasific Coral Reef Fishes. Aquatic Conservation : Marine and Freshwater
Ecosystems. 18: 541-556.
Allen GR, Adrim M. 2003. Coral Reef Fishes of Indonesia. Zoological Studies
42 : 1-72.
Allen GR, Wener TB. 2002. Coral Reef Fish Assessment in the ‘Coral Triangle’
of Southeastern Asia. Environmental Biology of Fishes 65: 209-214.
Ambrose RF. 1986. Octopus Predation and Community Structure of Subtidal
Rocky Reefs at Santa Catalina Island, California. Ph.D. Thesis, University
of California, Los Angeles, CA, USA.
Bouchet P, Lozouet P, Maestrati P, Heros V. 2002. Assessing the magnitude of
species richness in tropical marine environments: exceptionally high
numbers of molluscs at a New Caledonia site. Biol J Linn Soc 75:421–436.
Burke, L., Selig, E. and Spalding, M. 2002. Reefs at risk in Southeast Asia. World
Resources Institute, www.wri.org, Washington D.C.72 p.
Dahuri, Rokhim. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang,
Lokakarya Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.
Gaston, K. J. (ed). 1996. Biodiversity: a biology of numbers and difference,
Oxford: Blackwell.
Hoeksema, B.W. 2007. Delineation of the Indo-Malayan Centre of Maximum
Marine Biodiversity: the Coral Triangle. Chapter 5 In: Renema, W. (ed).
Biogeography, Time and Place: Distributions, Barriers and Islands., 117178. Springer Publishing.
Hughes T, Bellwood D, Connolly S. 2002. Biodiversity Hotspots, Center of
Endemecity, and the Conservation of Coral Reefs. Ecological Letters
5: 775-784.
Hutchings, P. 1983. Cryptofaunal communities of coral reefs. In ‘Perspectives on
Coral Reefs’. (Ed. D. J. Barnes.) pp. 200–208. (Australian Institute of
Marine Science: Townsville.)
Knowlton N, Brainard RE, Fisher R, Moews M, Plaisance L, Caley MJ. 2010.
Coral reef biodiversity. In: McIntyre AD (ed) Life in the world's oceans.
Diversity, distribution and abundance. Blackwell Publishing Ltd., pp 6577.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New
York: 654 h.
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and Its Measurement. Pricetown Press.
New Jersey: 185 h.
Myers N, Mittermeier RA, Mittermeier CG, da Fonseca GAB, Kent J. 2000.
Biodiversity Hotspots For Conservation Priorities. Nature 403: 853-858.
Nontji A. 1993.Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Norse, Elliot A. 1993. Global Marine Biological Diversity: A Strategy for
Building Conservation Into Decision Making. Island Press, Washington,
D.C. 384 pp.
Paulay G. 2003. Marine biodiversity of Guam and the Marianas: overview.
Micronesica 35–36:3–25.

12
Plaisance L., Knowlton N, Pauley G, et al. 2009. Reef - associated crustacean
fauna: biodiversity estimates using semi - quantitative sampling and DNA
barcoding . Coral Reefs 28 , 977 – 986 .
Randall JE. 1998. Zoogeography of Shore Fishes of the Indo Pasific Region.
Zoological Studies 37: 227-268.
Roberts CM, McClean CJ, Veron JEN, Hawkins JP, Allen GR, McAllister DE,
Mittermeier CG, Schueler FW, Spalding M, Wells F, Vynee C, Werner
TB. 2002. Marine Biodiversity Hotspots and Conservation Priorities Fot
Tropical Reefs. Science 295: 1280-1284.
Sala E, Knowlton N. 2006. Global marine biodiversity trends. Annu Rev Environ
Resour 31:93–122.
Sorokin Y. 1993. Plankton in coral reef waters. In: Coral Reef Ecology:
Ecological Studies Vol. 102 (eds Lange OL, MooneyHA, Remmert H).
Springer-Verlag, New York, pp. 73–155.
Thorne-Miller, Boyce, and J. Catena. 1991. The Living Ocean: Understanding and
Protecting Marine Biodiversity. Island press, Washington D.C.180 pp.
Tomascik T, Mah A, Nontji A, Moosa M. 1997. The Ecology of Indonesian Seas.
Part II. Periplus Edition Ltd.
Vivien, M. L., and Peyrot-Clausade, M. 1974. A comparative study of the feeding
behaviour of three coral reef fishes (Holocentridae), with special reference
to the polychaetes of the reef cryptofauna as prey. In ‘Proceedings of the
2nd International Coral Reef Symposium Brisbane, Vol. 1’. Great Barrier
Reef Committee. (Eds A. M. Cameron, B. M. Cambell, A. B. Cribb, R.
Endean, J. S. Jell, O. A. Jones, P. Mather and F. H.Talbot.) pp. 179–192.
Wilhm, J. L, and T.C. Doris. 1986. Biological Parameter for Water Quality
Criteria. BioScience 18(6): 477-481.
Wyrtky K. 1961. Physical Oceanography of Southest Asian Waters.In : NAGA,
university of California , Scripps Institution of Oceanography. LaJolla,
California.

13

LAMPIRAN

14

Lampiran 1 Fauna Kriptik

15

16

17

18

19

Lampiran 2 Karang Mati

20

Lampiran 3 Tabel Pengolahan
Keterangan 
Family 
Genus / Spesies 
1  Alpheidae 
Alpheus spp. 
2  Alpheidae 
Alpheus cristulifrons 
3  Alpheidae 
Alpheus lottini 
4  Alpheidae 
Alpheus paracrinitus 
5  Alpheidae 
Alpheus rostratus 
6  Alpheidae 
Saron Sp 
7  Alpheidae 
Synalpheus spp. 
8    
Synalpheus spp. A 
9    
Synalpheus spp. B 
10    
Synalpheus spp. C 
11  Alpheidae 
sp 1 
12  Bopyridae 
sp 1 
13  Diogenidae
Calcinus 
14  Epialtidae
Hyastenus 
15  Epialtidae 
sp 1 
16  Galathidae 
sp 1 
17  Galathidae A 
sp 2 
18  Galathidae B 
sp 3 
19  Galathidae 
Galathea aegyptiaca 
20  Galathidae 
Galathea bonimensis 
21  Galathidae 
Galathea platycheles 
22  Galathidae 
Galat hea spp.
23  Gonodactylidae  sp 1 
24  Hippolythidae 
sp 1 
25  Hippolythidae A  sp 2 
26  Hippolythidae B  sp 3 
27  Inachidae 
sp 1 
28  Majoidae 
Menaethius 
29  Majoidae 
Schizophrys 
30  Majoidae 
Schyzophrys aspera 
31  Majoidae 
sp 1 
32  Ophiuroidea 
sp 1 
33  Paguroidea 
sp 1 
34  Palaemonidae 
sp 1 
35  Palaemonidae A  sp 2 
36  Palaemonidae B  sp 3 
37  Pilumnidae 
Chlorodiella 
38  Pilumnidae 
Chlorodiella laevissima 
39  Pilumnidae 
Chlorodiella nigra 
 

 


  
  
  
  
3
  
  
1
5
  
  
  
  
  
  
  
1
1
  
  
1
3
  
11
6
9
  
  
  
  
  
  
  
  
1
1
  
  
1

P.Pari 

  
  
  
  
3
  
  
2
3
1
2
`  
  
  
  
2
  
  
4
1
  
  
  
4
  
  
  
  
  
  
  
  
1
3
  
1
  
  
5

3
  
  
1
  
  
2
  
  
3
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
2
6
4
  
  
  
  
2
  
  
  
2
  
  
  
1

4
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
1
  
  
  
  
  
2
2
  
  
  
  
  
  
1
1
  
  
  
  
  

21 
11 

  


  
11 
  
  
  
  





  
  
  
  
  
  

  
  
  
  
  
  
  
  
  


  
  

  
  

Bali 
22  23 
3    
1    
  
  
3    
  
  
  
  
9  1 
  
  
  
  
  
  
  
  
1    
1    
  
  
2    
  

  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
1    
  
  
  

  
  
8    
1  1 
2    
  
  
  
  
4  3 
  
  
  
  

24
1
  
  
  
  
  
2
  
  
  
  
  
  
  
  
2
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
1
  
1
  
2
  
  
  
  
  
  
1
1

21
40 
41 
42 
43 
44 
45 
46 
47 
48 
49 
50 
51 
52 
53 
54 
55 
56 
  

Pilumnidae 
Pilumnidae 
Pilumnidae 
porcellaneidae 
porcellaneidae A 
porcellaneidae B 
porcellaneidae C 
Portunidae 
Sphaeromidae 
Trapezidae 
Trapezidae 
Trapezidae 
Xanthidae
Xanthidae
Xanthidae
Xanthidae 
Xanthidae 
  
 

 

 

Chlorodiella xishaensis 
Viaderiana 
sp 1 
sp 1 
sp 2 
sp 3 
sp 4 
Thalamitoides 
sp 1 
Trapezia 
Trapezia cymodoce 
Trapezia speciosa 
Liomera 
Lybia 
Pilodius 
Tetralia 
sp 1 
total 

1
  

  
4

  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  

1   
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  

1   
  
6 7
1 4
3   
2   
3
  
  
  
1
  
  
  
  
  
1
145   

  
  

  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  

  

  
  

15 
  
  
  
  
  
  
  


  

  

  

  
  

  
12 


  
  
  


  

  
  
  

  

198 

  
1   
9   
1 3
  
  
  
  
  
  
  
1
  
  
1 4
  
1
  
  
  
  
1   
  
1
  
1
7   
  
  

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri, 10 November 1989 dari
Bapak Maryanto dan Ibu Ida Hari Wastiningsih. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2005 –
2008 Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 2 Cibinong.
Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mendapatkan
kesempatan sebagai asisten mata kuliah Metode Observasi Bawah Air (2012). Penulis
juga aktif dalam kegiatan organisasi, seperti anggota Marine Biology Club dan
Naarboven Diving Club.
Penulis aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di dalam kampus, salah
satunya adalah Pelatihan Biodiversity and Molecular Ecology, pada 2012 yang
diselenggarakan oleh Indonesian Biodiversity Research Center.
Penulis menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan
skripsi yang berjudul “Perbedaan Biodiversitas Fauna Kriptik dari Karang Mati
Pocillopora Sp. Di Kepulauan Seribu, Jakarta dan Pemuteran, Bali”.