Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon Sago Rottb.) Di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek Khusus Pengambilan Sampel Pelepah

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon Sago
Rottb.) DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG,
RIAU DENGAN ASPEK KHUSUS PENGAMBILAN SAMPEL
PELEPAH

GALVAN YUDISTIRA
A24070040

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon Sago
Rottb.) DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG,
RIAU DENGAN ASPEK KHUSUS PENGAMBILAN SAMPEL
PELEPAH

GALVAN YUDISTIRA

A24070040

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

iii

RINGKASAN

GALVAN YUDISTIRA. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon Sago
Rottb.) Di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek
Khusus Pengambilan Sampel Pelepah (dibawah bimbingan Dr. Ir. ISKANDAR LUBIS, MS dan Prof. Dr. Ir. H.M.H. BINTORO DJOEFRIE, M.Agr.)
Kegiatan magang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan serta kemampuan aspek teknis dan manajerial budidaya sagu
(Metroxylon sago Rottb.) khususnya pengambilan sampel tanaman sagu. Metode
magang yang digunakan adalah metode langsung untuk mendapatkan data primer
dan metode tidak langsung untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder
didapatkan dengan melakukan studi pustaka, diskusi, dan wawancara dengan

karyawan perusahaan. Data primer diperoleh dari kegiatan aspek teknis yang
dilakukan di lapangan seperti penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
Kegiatan khusus yang dilakukan yaitu melakukan pengambilan sampel
tanah dan daun serta analisis hara dan daun guna mengetahui rekomendasi
pengambilan sampel daun tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) pada fase
pembentukan batang (trunk formation). Kegiatan magang dilakukan pada bulan
Februari hingga bulan Juni 2011 di PT. National Sago Prima, Selat Panjang Riau.
Jumlah tanaman contoh yang diamati setiap blok sebanyak 20 tanaman
dengan 3 kali ulangan. Ulangan 1 di blok H29 Divisi 1, Ulangan 2 di blok N25
Divisi 2, sedangkan Ulangan 3 di blok H31 Divisi 3. Ditiap ulangan ada dua parameter yaitu fase dan faktor kualitas tanaman yang diukur berdasarkan jumlah
pelepah per tanaman utama pada rumpun sagu. Fase tanaman sagu yang diamati
adalah fase pembentukan batang yang dibedakan menjadi dua yaitu : fase sebelum
pembentukan batang (SP) dan fase setelah pembentukan batang (BP). Sagu yang
mempunyai pelepah ≥ 7 diberi tanda 1 dan pelepah yang ≤ 7 diberi tanda 0.
Pada tahun 2011, fokus kerja yang dilakukan oleh PT. National Sago
Prima yaitu pembukaan lahan, pembibitan, serta penyulaman. Pembukaan lahan

iv

dilakukan pada Divisi 5 dan 7, peyulaman tanaman dilakukan pada Divisi 1, 2, 3,

dan 4, serta pembibitan menghasilkan bibit yang digunakan untuk penyulaman
pada empat divisi serta penanaman baru pada Divisi 5.
Secara umum untuk tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) fase
pembentukan batang di tanah organosol saprik di tiga blok observasi yaitu blok
H29, N25 dan H31 PT. National Sago Prima, berdasarkan nilai koefesien
determinasi R2 (R-Sq) antara panjang pelepah dengan masing-masing kadar unsur
hara makro (N, P, K, Ca, Mg) dan hara mikro (Fe, Zn, B dan Cu), diperoleh hasil
akhir bahwa pada saat pengambilan sampel bulan Maret sampai Juni untuk
tanaman sagu fase setelah pembentukan batang (SP) disarankan untuk mengambil
pelepah ke-9. Untuk tanaman sagu fase sebelum pembentukan batang (BP)
disarankan untuk mengambil pelepah ke-3.

v

Management of sago palm (Metroxylon sago Rottb.) in PT. National
Sago Prima, Selat Panjang, Riau with case study collecting leaf sample
of sago palm
Galvan Yudistira1, Iskandar Lubis2, M.H Bintoro3
1
Student at Departement of Agronomy and Horticulture, Bogor Agriculture University

2
Lecturer at Departement of Agronomy and Horticulture, Bogor Agriculture University
3
Professor at Departement of Agronomy and Horticulture, Bogor Agriculture University

Abstract
The objective of this study was investigated representative leaf sampling for
predicting the sago nutritional status. Investigation used regression method that
comparing three frond that have bigest regresion. The regresion is relationship between
leaflet length and nutrient level of each leaflet. The soil nutrient analyisis was conducted
to support best desicion for sampling recomendation. This experiment held in PT.
National Sago Prima, Selat Panjang, Riau from February to June 2011. The primary
data, was collected from sago palm leaflet, and nutrient assesment in laboratory. The
socondary data were found by interview and discussion with the company staffs and
literature study in order to get more informations. Observation was replicated three times
(Blok H29, N25 and H31). Each replication containing 20 sago palm tree. In each
replication measured two parameters : phase and plant quality. The plant quality
measure by number of

frond in each main sago plant. The phase divide in two


categories: after trunk formation (SP) and before trunk formtion (BP). Sago palm that
have frond more than or equal seven , marking as 1 and sago plam that have frond less
equal than seven mark as 0. The result showed that frond 9 to be sampled at after trunk
formation phase and frond 3 suggest to be sampled at before trunk formation phase.
Keyword : Metroxylon sagu Rottb., sago, internship, PT. National Sago Prima, nutrient,
frond, leaflet, nutrient analysis, soil, sago palm, trunk formation, sample analysis, soil
analysis, leaf sample

vi

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon Sago
Rottb.) DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG,
RIAU DENGAN ASPEK KHUSUS PENGAMBILAN SAMPEL
PELEPAH

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


GALVAN YUDISTIRA
A24070040

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

vii

Judul

: PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon
Sago Rottb.) DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT
PANJANG, RIAU DENGAN ASPEK KHUSUS
PENGAMBILAN SAMPEL PELEPAH

Nama
NIM


: Galvan Yudistira
: A24070040

Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing 1

Dosen Pembimbing 2

Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS
NIP. 19610528 198503 1 002

Prof. Dr. Ir. H.M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr
NIP. 19480108 197403 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP 19611101 198703 1 003


Tanggal Lulus :

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 09 Februari 1989 di Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan ayah Suwito dan ibu Budi Warniati.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri Kawedanan 1 Kabupaten
Magetan, dan lulus pada tahun 2001, kemudian pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Kawedanan, Kabupaten Magetan. Setelah
itu, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Magetan pada tahun 2007. Pada tahun 2007,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor Fakultas Pertanian Departemen
Agronomi dan Hortikultura melalui jalur USMI.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa.
Tahun 2007 menjadi anggota Unit Konserfasi Fauna (UKF) divisi serangga. Tahun yang sama penulis juga aktif menjadi anggota Forum Organisation For Scientific Student (FORCES). Selanjutnya pada tahun 2008 penulis menjadi ketua
Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Pelajar Dan Alumni Magetan Di
Bogor (IMPATA). Tahun 2009 penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Pertanian (BEM-A) Institut Pertanian Bogor pada divisi Komunikasi dan

Informasi (KomInfo). Selama penyelesaian skripsi sampai sekarang penulis
bekerja magang di Green TV IPB sebagai penanggung jawab siaran dan
administrator situs Green TV IPB.
Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun
2010 di Desa Jembayat, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa
Tengah.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon Sago Rottb.) Di PT.
National Sago Prima, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek Khusus Pengambilan Sampel Pelepah”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan yang diberikan selama
persiapan, pelaksanaan, dan setelah kegiatan magang kepada Dr. Ir. Iskandar
Lubis, MS dan Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro, M.Agr selaku dosen pembimbing

pertama dan kedua. Terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada Dr. Ir.
Agus Purwito MSc, Agr selaku dosen pembimbing akdemik yang telah memberikan nasihat dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Ibu, Bapak, Adek Hagi, Mas Eko yang telah memberiku semangat dan dukungan sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ir. Erwin selaku General Manager di PT. Nasional Sago Prima, atas ijin
lokasi magang dan support fasilitas dan dana selama penulis melaksanakan magang.
3. Albertus Fajar Irawan Ph.D selaku Senior Researcher dan Manager
Research and Development yang telah mendampingi dan membimbing
jalannya penelitian serta fasilitas dan support yang telah diberikan.
4. Ir. Nasirudin, Pak Panduman Siregar, Pak Budi Setiawan, Pak Kornelis,
Pak Effendi selaku assisten divisi yang telah memberikan arahan teknis
dan masukan dalam hal kegiatan di masing-masing divisi.
5. Keluarga Wisma Tuni: Pak Citra Mulyadi B., Pak Setyo Budi, Pak Albert,
Pak Juan Maragia, Pak Willy, Pak Fian, Mbak Eggy Fitria, Mas Syahrial
Tarigan, Mbak Ruri Kurnia, Pak Tomijan, Bang Mul, Bang Ian, Pak

x

Hasyim, Atik, Mbak Ale, Pak Warno, Pak Agung, Pak Hermes, Mas

Wawan, Mas Dicky, Pak Jamhur, Pak Yanuar, Pak Henri yang pernah
memberikan bantuan dan nasehat selama penulis melaksanakan magang
6. Keluarga Camp Molat : Pak Harsono, Kak Abo (Adit), Mas Eko, Kang
Asep, Pak Budi Primakelola, Geng Napi, Fizzi, yang pernah memberikan
bantuan dan tumpangan selama penulis melaksanakan magang.
7. Keluarga Research and Development dan PT. Nasional Sago Prima yang
belum tersebut Pak Akui (Henry), Pak Tiar yang sering membantu
penelitian penulis, Pak Herman sebagai operator speed, Pak Masi, Pak
Idrus, Pak Warno, Pak Yadi.
8. “Geng Sago ” Gandhi, Yanti, Afdol, Destieka atas bantuan, kerjasama,
kekompakan, ketulusan dan kenangan selama di tanah gambut.
9. Semua rekan-rekan AGH 44, Syaharizan, Adim, Alfia, Zaenudin, Riska,
Andez, Riza, Shoni, Tatied, Sophie, Dini, Hesti, Mastika, Rizkiana, terima
kasih atas persahabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama penulis kuliah.
10. Teman-teman Green TV IPB yang selalu memberiku semangat dalam
penyelesaian skripsi. Terutama rekan setim saya di Green TV: Adit,
Aghra, dan Bang Hendra.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya.

Bogor, November 2012

Penulis

xi

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
Tanaman Sagu ................................................................................................................. 3
Morfologi Sagu ........................................................................................................... 3
Fase Pertumbuhan ....................................................................................................... 5
Gambut............................................................................................................................ 7
Analisis Tanaman............................................................................................................ 8
Analisis Tanah .............................................................................................................. 10
BAHAN DAN METODE ................................................................................................. 12
Waktu dan Tempat ........................................................................................................ 12
Metode .......................................................................................................................... 12
Magang ..................................................................................................................... 12
Penelitian................................................................................................................... 13
Analisis Data ................................................................................................................. 16
KONDISI UMUM PERUSAHAAN ................................................................................ 17
Sejarah Kebun ............................................................................................................... 17
Letak Geografis dan Administrasi ................................................................................ 18
Keadaan Tanah.............................................................................................................. 19
Topografi dan Iklim ...................................................................................................... 21
Areal Konsesi ................................................................................................................ 23
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .................................................................... 25
Aspek Teknis ................................................................................................................ 25

xii

Pembukaan Lahan (Land Clearing) .......................................................................... 25
Bloking area .......................................................................................................... 25
Pemancangan blok dan pemancangan ajir ........................................................... 26
Pembibitan ................................................................................................................ 26
Persiapan bahan tanam ........................................................................................ 26
Persemaian bibit sagu........................................................................................... 28
Penyulaman (Replanting).......................................................................................... 29
Persiapan bahan tanam sebelum penyulaman ...................................................... 30
Persiapan blok lahan tanam ................................................................................. 31
Penanaman anakan sagu ...................................................................................... 33
Pemeliharaan ............................................................................................................. 34
Pengendalian gulma ............................................................................................. 34
Penjarangan anakan ............................................................................................. 35
Sensus Tanaman........................................................................................................ 36
Sensus hidup-mati ................................................................................................. 37
Sensus produksi ..................................................................................................... 37
Panen ......................................................................................................................... 38
Aspek Manajerial .......................................................................................................... 40
Karyawan Bulanan Tetap .......................................................................................... 40
Tenaga Kerja Kontrak Borongan .............................................................................. 42
Karyawan Harian Tetap ............................................................................................ 42
Karyawan Harian Lepas ............................................................................................ 43
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 44
Pengelolaan Budidaya Tanaman Sagu .......................................................................... 44
Analisis Regesi Unsur Hara (N,P,K,Ca,Mg,Cu, Zn, B) Tanaman Sagu (Metroxylon
Sago Rottb.) Pada Fase Pembentukan Batang untuk Mengetahui Rekomendasi
Pengambilan Sampel Pelepah ....................................................................................... 48
Analisis Hara Daun Dan Tanah .................................................................................... 48
Hasil Analisis Daun .................................................................................................. 49

xiii

Unsur hara N ........................................................................................................ 49
Unsur hara P......................................................................................................... 51
Unsur hara K ........................................................................................................ 52
Hasil Analisis Tanah ................................................................................................. 54
Kemasaman tanah (pH) ........................................................................................ 55
Kadar keasaman pH 1:1 H2O ............................................................................ 55
Kadar keasaman pH 1:1 KCl ............................................................................ 58
Kadar C organik (C-Org) ..................................................................................... 62
Kadar C/N tanah ................................................................................................... 64
Kadar KTK tanah .................................................................................................. 68
Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sagu .................................................... 73
Panjang Rakis............................................................................................................ 73
Regresi Kadar Hara ................................................................................................... 77
Regresi Kadar Hara Fase Setelah Pembentukan Batang (SP) ................................... 77
Regresi Kadar Hara Fase Sebelum Pembentukan Batang (BP) ................................ 79
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 83
Kesimpulan ................................................................................................................... 83
Saran ............................................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 85
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 91

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Perkiraan Tahapan Fenologi dari Sagu .......................................................................... 6
2. Curah hujan dan hari hujan di Stasiun Pengamatan Selat Panjang (2007 .................... 21
3. Rata-rata Suhu Udara pada Stasiun Japura - Rengat .................................................... 22
4. Rata-rata Kecepatan Angin Pada Stasiun Japura - Rengat........................................... 23
5. Kadar N (%) masing-masing pelepah Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.)
pada fase pembentukan batang .................................................................................... 50
6. Kadar P (%) masing masing pelepah Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) pada
fase pembentukan batang ............................................................................................. 52
7. Kadar K (%) masing masing pelepah Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) pada
fase pembentukan batang ............................................................................................. 53
8. Hasil analisis tanah di tiga blok observasi (H29, N25 dan H31) ................................. 60
9. Nilai R2 (R-Sq) yang menunjukkan keeratan hubungan antara kadar unsur hara
dengan panjang pelepah pada tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) pada fase
setelah pembentukan batang (SP) di tiga blok observasi (H29, N25 dan H31). .......... 78
10. Nilai R2 (R-Sq) yang menunjukkan keeratan hubungan antara kadar unsur hara
dengan panjang pelepah pada tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) pada fase
sebelum pembentukan batang (BP) di tiga blok observasi (H29, N25 dan H31). ....... 80

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Morfologi Sagu (Metroxylon sago Rottb) (Ellen, 2006) ............................................... 3
2. Model Fenologi pohon sagu (Metroxylon sago Rottb.) ................................................ 6
3. Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau ............................................................ 19
4. Bloking Area dengan menggunakan Kompas ............................................................. 25
5. Gambar Bibit Berbetuk L............................................................................................ 27
6. Persemaian bibit sagu dalam rakit .............................................................................. 29
7. Bibit sagu untuk sulam................................................................................................ 30
8. Contoh lubang tanam yang berukuran 30 cm x 30 cm x 40 cm .................................. 32
9. Bibit yang baru ditanam .............................................................................................. 33
10. Keadaan tanaman sagu setelah penjarangan anakan (Thining Out) ........................... 36
11. Kegiatan Sensus Tanaman ......................................................................................... 36
12. Pemotongan Batang Sagu dengan menggunakan chainshaw ..................................... 39
13. Rataan pH 1:1 H2O, fase SP dan BP tanah pada kedalaman 30 cm dan ..................... 56
14. Rataan pH 1:1 H2O, 30 cm dan 60 cm tanah pada fase pembentukan batang di 3
blok observasi............................................................................................................ 57
15. Rataan pH 1:1 KCl, fase SP dan BP tanah pada kedalaman 30 cm dan 60 cm di 3
blok observasi............................................................................................................ 58
16. Rataan pH 1:1 KCl, 30 cm dan 60 cm tanah pada fase pembentukan batang di 3
blok observasi............................................................................................................ 59
17. Perbandingan rataan C-Org, fase SP dan BP tanah pada kedalaman 30 dan 60 cm
di 3 blok..................................................................................................................... 62
18. Perbandingan rataan C-org, 30 cm dan 60 cm tanah pada fase pembentukan batang
di 3 blok..................................................................................................................... 63
19. Perbandingan rataan C/N, fase SP dan BP tanah pada kedalaman 30 ........................ 65

xvi

20. Grafik Perbandingan rataan P HCl 25%, 30 cm dan 60 cm tanah pada fase
pembentukan batang di tiga blok .............................................................................. 66
21. Perbandingan rataan KTK N NH4OAc pH 7, fase Setelah Pembentukan Batang
(SP) dan fase sebelum pembentukan batang ............................................................. 69
22. Perbandingan rataan KTK N NH4OAc pH 7, kedalaman 30 cm dan 60 cm tanah
pada fase pembentukan batang batang di 3 blok ....................................................... 70
23. Rata-rata Panjang Rakis Fase Pembentukan Batang di Dua Kondisi Tanaman Blok
H29 ............................................................................................................................ 73
24. Rata-rata Panjang Rakis Fase Pembentukan Batang di Dua Kondisi Tanaman Blok
N25 ............................................................................................................................ 74
25. Rata-rata Panjang Rakis Fase Pembentukan Batang di Dua Kondisi Tanaman Blok
H31 ............................................................................................................................ 75

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Struktur Organisasi National Sago Prima ................................................................... 93
2. Peta pengambilan sampel daun ulangan 1 Blok H29 .................................................. 94
3. Peta pengambilan sampel daun ulangan 2 Blok N25 .................................................. 95
4. Peta pengambilan sampel daun ulangan 2 Blok H31 .................................................. 96
5. Suhu Harian Wisma Tuni Desa Kepau Baru (7 s/d 23 Maret 2011) ........................... 97
6.

Ketinggian Air Kanal dan Curah Hujan di Wisma Tuni (7 s/d 23 Maret 2011)
Desa Kepau Baru....................................................................................................... 98

7.

Ketinggian Air Kanal dan Pizo di Wisma Tuni Desa Kepau Baru 24 Maret – 10
Juni 2011 ................................................................................................................... 99

8.

Grafik Suhu Harian Wisma Tuni Desa Kepau Baru 24 Maret – 10 Juni 2011 ........ 100

9.

Hasil Pengamatan Vegetatif Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) di Blok
H29 .......................................................................................................................... 101

10. Hasil Pengamatan Vegetatif Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) di Blok
N25 .......................................................................................................................... 102
11. Hasil Pengamatan Vegetatif Tanaman Sagu (Metroxylon sago Rottb.) di Blok
H31 .......................................................................................................................... 103
12. Hasil dan Peta Pengambilan Sampel Tanah di Blok H29 ........................................ 104
13. Hasil dan Peta Pengambilan Sampel Tanah di Blok N25 ........................................ 105
14. Hasil dan Peta Pengambilan Sampel Tanah di Blok H31 ........................................ 106
15. Rentang dan rataan kadar hara per pelepah tanaman sagu pada fase pembentukan
batang, SP dan BP ................................................................................................... 107
16. Hasil analisis daun pelepah 2 sampai 4 tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.)
pada fase pembentukan batang, SP dan BP............................................................. 108
17.. Hasil analisis daun pelepah 5 sampai 7 tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.)
pada fase pembentukan batang, SP dan BP............................................................. 109

xviii

18. Hasil analisis daun pelepah 8 sampai 9 tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.)
pada fase pembentukan batang, SP dan BP............................................................. 110
19. Hasil analisis tanah Blok H29 (pH, Kadar Abu, N-total, C/N, P, Ca, Mg, K ) ......... 111
20. Hasil analisis tanah Blok H29 (Na, KTK, KB, Al-dd, Fe, Cu, Zn, Kadar Air, B) .... 112
21. Hasil analisis tanah Blok N25 (pH, Kadar Abu, N-total, C/N, P, Ca, Mg, K) .......... 113
22. Hasil analisis tanah Blok N25 (Na, KTK, KB, Al-dd, Fe, Cu, Zn, Kadar Air, B) .... 114
23. Hasil analisis tanah Blok H31 (pH, Kadar Abu, N-total, C/N, P, Ca, Mg, K) .......... 115
24. Hasil analisis tanah Blok H31 (pH, Kadar Abu, N-total, C/N, P, Ca, Mg, K) .......... 116
25. Sejarah pemupukan sagu di tiga blok observasi (H29, N25 dan H31) PT National
Sago Prima .............................................................................................................. 117
26. Ilustrasi dari pelepah sagu (Metroxylon sago Rottb.). Panjang petiol meliputi
panjang kelopak daun (leaf sheath). R1 dan L1 ...................................................... 118

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sagu (Metroxylon sago Rottb.) termasuk tumbuhan monokotil dari famili
Palmae, marga Metroxylon dan ordo Spadiciflorae (Ruddie et al. dalam Haryanto
dan Pangloli, 1992). Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua
suku kata, yaitu Metra berarti isi batang atau empulur dan xylon yang berarti
xylem. Tanaman sagu merupakan tanaman tahunan sehingga tidak memerlukan
penanaman ulang dan panen dapat dilakukan secara terus menerus dengan
mengelola jumlah anakan (sucker atau tiller) (Rostiwati et al. dalam Sumaryono
et al., 2007).
Indonesia memiliki areal sagu terluas di dunia (1.13 juta hektar atau sekitar 51.3% dari luas aral sagu dunia – 2.20 juta ha) (Santoso dan Rostiwati, 2007).
Menurut Flach dalam Sumaryono et al. (2007), dibandingkan dengan tanaman
penghasil karbohidrat lain sagu mempunyai beberapa kelebihan antara lain produktivitasnya yang lebih tinggi yakni dapat menghasilkan 15-25 ton pati kering/ha/tahun. Bahkan Bintoro et. al (2010) menyebutkan bahwa produktivitas tanaman Sagu dapat mencapai 20-40 ton/ha/tahun.
Penelitian tentang analisis dan pengambilan sampel tanaman sagu (Metroxylon spp.) masih sedikit. Penelitian Leaf Nutrient Variation in Sago Palm pernah
dilakukan Shiong dan Ahmed, 1991. Hasil penelitian yang ditampilkan dalam
Prosiding Simposium Internasional Sagu ke-4 di Kuching, Sarawak Malaysia ini
merekomendasikan bahwa pelepah ke 3, 4 dan 5 pada anak daun bagian tengah
dapat digunakan sebagai sampel untuk penilaian status hara mayor maupun minor.
Analisis daun dapat menerminkan kondisi status hara tanaman serta memberikan gambaran ketersediaan hara dalam tanah. Analisis daun mencerminkan
apa yang dapat diserap tanaman dari dalam tanah dari awal pertumbuhan tanaman
hingga saat pengambilan contoh daun (Setyorini, 2003).
Metode diagnosis yang berkaitan dengan analisis jaringan tanaman mempunyai peran kunci dalam tepatnya penentuan dan intrepretasi kondisi hara tanaman, hal ini berkaitan dengan munculnya konsistensi dari hubungan unsur hara,

2

dibandingkan dengan masing masing unsur hara sendiri, dan juga hubungannya
dengan umur jaringan tanaman (Beaufils 1973 dalam Silva 2004).
Komposisi hara tanaman tertentu tidak tetap selamanya, komposisi ini
berubah dari bulan ke bulan, bahkan dari jam ke jam dalam satu hari, dari tanah
satu ke tanah lainnya, begitu pula bervariasi pada bagian-bagian tanaman itu sendiri (Jones, 1991 dalam Leiwakabessy 1998). Dengan demikian pengambilan
contoh untuk analisis tanaman bagian yang spesifik dan dari lokasi tanaman
tertentu serta fase pertumbuhan atau umur yang definitif harus dipilih pada saat
sampling. Pengambilan contoh tanaman didasarkan kepada umur fisiologis tanaman. Secara umum jaringan tanaman yang muda, secara fisiologis, komposisi haranya cepat berubah dan disarankan tidak diambil.
Pada tahap akhir pengambilan contoh tanah dan daun yang dilakukan
dalam kegiatan magang kali ini digunakan untuk mengetahui pelepah rekomendasi pengambilan sampel tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) pada fase pembentukan batang.

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan magang adalah :
1.

Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam kegiatan budidaya serta pengelolaan manajemen perkebunan sagu (Metroxylon sago Rottb.).

2.

Mempelajari aspek teknis dan menejerial budidaya sagu (Metroxylon sago
Rottb.) di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau.

Tujuan khusus dari penelitian yang dilakukan adalah :
1.

Menemukan pelepah yang bisa digunakan untuk

sampel pada saat

pengambilan contoh daun pada fase sebelum dan setelah pembentukan batang.
2.

Mengetahui regresi kadar hara dan keberbedanyataan masing-masing pelepah
per unsur hara pada fase pembentukan batang.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Sagu
Morfologi Sagu
Sagu tumbuh dalam bentuk rumpun. Setiap rumpun terdiri atas 1-8 batang
sagu, pada setiap pangkal tumbuh 5-7 batang anakan. Pada kondisi liar rumpun
sagu akan melebar dengan jumlah anakan yang banyak dalam berbagai tingkat
pertumbuhan (Harsanto, 1985). Lebih lanjut Flach (1983) menyatakan bahwa
sagu tumbuh berkelompok membentuk rumpun mulai dari anakan sampai tingkat
pohon. Tajuk pohon terbentuk dari pelepah yang berdaun sirip dengan tinggi
pohon dewasa berkisar antara 8-17 meter tergantung dari jenis dan tempat
tumbuhnya.

Gambar 1. Morfologi Sagu (Metroxylon sago Rottb) (Ellen, 2006)

4

a. Batang
Batang sagu merupakan bagian terpenting karena merupakan gudang penyimpanan pati atau karbohidrat yang lingkup penggunaannya dalam industri sangat
luas, seperti industri pangan, pakan, alkohol dan bermacam-macam industri lainnya (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Batang sagu berbentuk silinder yang tingginya dari permukaaan tanah sampai
pangkal bunga berkisar 10-15 meter, dengan diameter batang pada bagian bawah
dapat mencapai 35 samapi 50 cm (Harsanto,1985), bahkan dapat mencapai 80 - 90
cm (Haryanto dan Pangloli, 1992). Umumnya diameter batang bagian bawah agak
lebih besar daripada bagian atas, dan batang bagian bawah umumnya mengandung
pati lebih tinggi daripada bagian atas (Manuputty, 1954 dalam Haryanto dan
Pangloli, 1992).
Pada waktu panen bobot batang sagu dapat mencapai lebih dari 1 ton, kandungan patinya berkisar antara 15 sampai 30 persen, sehingga satu pohon sagu
mampu menghasilkan 150 sampai 300 kg pati segar (Harsanto, 1985; Haryanto
dan Pangloli,1992).
b. Daun
Daun sagu berbentuk memanjang (lanceolatus), agak lebar dan berinduk
tulang daun di tengah. Tangkai daun sagu mempunyai ruas yang mudah dipatahkan. Ruas tersebut terdapat diantara tangkai daun dengan lebar daun (Harsanto, 1985). Daun sagu mirip dengan daun kelapa, mempunyai pelepah yang
menyerupai daun pinang. Pada waktu muda, pelepah daun tersusun secara berlapis tetapi setelah dewasa terlepas dan melekat sendiri-sendiri pada ruas batang
(Harsanto, 1985; Haryanto dan Pangloli, 1992).
Menurut Flach (1983) dalam Haryanto dan Pangloli (1992) sagu yang tumbuh
pada tanah liat dengan penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18
tangkai yang panjangnya antara 60 cm sampai 180 cm dan lebarnya sekitar 5 cm.
Pada kondisi pohon sagu tersebut, setiap tangkai terdapat sekitar 50 pasang daun.
Pada waktu muda daun sagu berwarna hijau muda yang berangsur-angsur
berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi coklat kemerah-me-

5

rahan apabila sudah tua dan matang. Tangkai daun yang sudah tua akan lepas dari
batang (Harsanto, 1986).

Fase Pertumbuhan

Sagu tergolong tanaman yang umumnya dikembangbiakan dengan anakan
meskipun dapat diperbanyak dengan dengan biji. Anakan sagu mulai membentuk
batang sekitar 3 tahun, kemudian pada sekitar batang bagian bawah tumbuh tunastunas yang berkembang menjadi anakan (sucker). Pola pertumbuhan anakan
tersebut terus berlangsung sehingga kemudian membentuk rumpun. Pada kondisi
yang baik dalam 3 – 4 tahun, dua anakan akan berkembang menjadi pohon (Flach
1983 dalam Bintoro 2008).
Flach et. al. (1986) dalam Bintoro (2008) mengemukakan lima fase pertumbuhan sagu 1) fase awal yaitu dari perkecambahan sampai dua daun pertama;
2) fase roset yang dimulai dari dua daun pertama sampai daun dewasa pertama
(3.5 – 4.0 tahun); 3) fase pertumbuhan batang; 4) fase pembentukan buah; dan 5)
fase pemasakan buah. Pitries (1966) dan Louhenapessy (1993) dalam Bintoro
(2008) membagi enam fase pertumbuhan yaitu fase semai/anakan; fase sapihan;
fase tiang; fase pohon dan fase masak tebang dan fase lewat masak tebang, sedangkan fase masak tebang terdiri atas fase putus duri; fase daun pendek; fase
jantung dan fase sirih buah.
Sagu mempunyai pelepah paling banyak pada fase bolting stage. Bolting
stage merupakan tahap awal dari fase generatif. Ditandai dengan kemunculan
bunga, munculnya pelepah baru yang mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada pendahulunya, petiol dan rakis menjadi lebih pendek, anak daun menjadi lebih
pendek dan kecil, internode (jarak antar ruas pada batang) menjadi lebih panjang
dan menjauh (Gusmayanti, et. al., 2008).
Rata-rata panjang pelepah dan jumlah anak daun mempunyai nilai yang
tinggi pada tahap akhir pembentukan batang. Jumlah pelepah hidup bervariasi
sekitar 8 (pada tahap tunas – rosette stage) sampai 23 (bolting stage) per tanaman.

6

Planting

Early trunk formation

s=0 Rossete

Bolting

Trunk Formation

Flowering

Fruit

Die

Fruit-Ripening s=1

Gambar 2. Model Fenologi pohon sagu (Metroxylon sago Rottb.)
Sumber : (Gusmayanti, et. al., 2008)
Tabel 1. Perkiraan Tahapan Fenologi dari Sagu
Perkiraan umur dari Dekripsi pertumbuhan
awal penanaman (tahun)
3.0

Tahap Pertumbuhan
Tunas (Rosette stage)
5.0
Mulai batang terbentuk
6.0
Permulaan pertumbuhan
batang
7.0
Permulaan pertumbuhan
batang
9.0
Setengah pertumbuhan
batang terselesaikan
10.0
Pertumbuhan batang
penuh
10.5
Bolting
11.5
Berbunga, batang tidak
mempunyai pucuk
12.0
Tahap berbuah, tetapi
belum ada buah
12.5
Tahapan berbuah, batang
telah mengering, tidak
15.0
Mendekati mati, tidak
mempunyai pelepah
Sumber : (Gusmayanti, et. al., 2008)

Tahapan Fenologi

0.121
0.214
0.261
0.308
0.401
0.475
0.498
0.723
0.818
0.902
1.000

Jumlah pelepah cenderung sedikit pada fase tunas dan secara bertahap
meningkat selama pembentukan batang. Pembentukan batang terjadi setelah masa
Rossete (s=0) berakhir yaitu setelah berumur 45 bulan dan kemudian tumbuh
membesar dan memanjang dalam waktu 54 bulan (Flach dalam Barahima, 2006).

7

Ketika mencapai fase reproduktif alokasi bahan kering untuk pembentukan pelepah berhenti dan jumlah pelepah berkurang secara kuadratik (nonlinearly). Pelepah lebih muda relatif lebih pendek pada sagu berumur 10.5 tahun
atau lebih (tahapan fenologi (s) =0.498). Perbedaan antara panjang pelepah muda
dan tua relatif kecil pada sagu berumur 3 sampai 10 tahun (s =0.212 sampai
s=0.475) (Gusmayanti, et. al., 2008).

Gambut
Tanah gambut dalam Takonomi Tanah menurut Arhidani (2000) didefinisikan antara lain sebagai tanah yang mengandung C-organik lebih dari 12%
(bahan organik lebih dari 20%) bila tanah tidak mengandung liat, atau C-organik
lebih dari 18% (bahan organik lebih dari 30%) bila tanah mengandung liat 60%
atau lebih dan tebalnya lebih dari 40 cm. Menurut definisi yang disepakati Kongres Internasional Ilmu Tanah di Rusia dalam Gunawan (2007), lahan gambut didefinisikan sebagai tanah organik yang meliputi sekurang-kurangnya 1 ha dengan
kedalaman 0.5 m atau lebih dan kandungan mineral tidak lebih dari 35%.
Gambut dicirikan dengan timbunan bahan tanaman yang telah membusuk
dalam jumlah besar, rendahnya pH, tingginya air kanal, kejenuhan basa dan unsur
mikro rendah, nisbah C/N dan senyawa humat tinggi dan rendahnya unsur hara
(Johan, 2003).
Sagu (Metroxylon sago Rottb.) yang ada di tanah gambut tumbuh lebih
lambat dan memiliki produksi lebih rendah dibandingkan dengan sagu yang
tumbuh pada tanah mineral. Perbedaan tersebut berkaitan dengan pembatas kimia
dan fisika pada tanah gambut, yang meliputi : rendahnya bulk density, tingginya
kadar keasaman, dan rendahnya unsur N, P, K, Ca, Zn, dan Cu. Meskipun demikian, konsentrasi dari K, Na, dan Ca pada bagian anak daun yang sudah dewasa meningkat secara signifikan dengan meningkatnya konsentrasi unsur tersebut pada
larutan tanah. Hal ini mengindikasikan bahwa konsentrasi kation pada anak daun
sagu sangat tergantung pada konsentrasi kation pada larutan tanah (Yoshida, 1981
dalam Purwanto et. al., 2002). Pada tanah gambut dangkal, unsur hara tersedia

8

dari mineral tanah lapisan kedua (subsoil) untuk menjamin pertumbuhan yang bagus pada sagu (Jong, et. al., 2006).
Berdasarkan tingkat dekomposisinya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu gambut fibrik, hemik dan saprik. Gambut fibrik adalah bahan tanah gambut
yang masih tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya kandungan bahanbahan jaringan tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat keadaan
aslinya dengan ukuran beragam dengan diameter antara 0.15 mm hingga 2.00 cm.
Gambut hemik adalah tanah gambut yang sudah mengalami perombakan dan bersifat separuh matang. Gambut saprik adalah bahan tanah gambut yang sudah
mengalami perombakan lanjut dan bersifat matang hingga sangat matang (Noor
dalam Agrianita, 2011).

Analisis Tanaman

Aldrich dalam Leiwakabessy dan Sutandi (1998) mengemukakan hal yang
perlu diperhatikan dalam analisis tanaman adalah : (a) Teknik sampling dan persiapan analisis, jumlah contoh, bagian tanaman yang diambil, pembersihan contoh
dari bahan pengotor serta persiapannya perlu adanya pengaturan dan prosedur
baku. (b) Ketersediaan standar untuk mengintrepretasi hasil analisis tanaman, perlu standar untuk jenis/varietas tanaman yang spesifik, pada umur tanaman tertentu, dan bagian tanaman yang diambil. (c) Kadang-kadang analisis tanaman tidak
bisa mengidentifikasi permasalahan yang muncul. Pada kasus tertentu, analisis tanaman tidak tegas membedakan komposisi hara dibanding analisis tanah,
misalnya, tanaman tumbuh normal pada pH 6.0, dan tidak normal pada pH 8.6 namun komposisi hara keduanya tidak tegas berbeda. (d) Analisis tanaman
seringkali terlambat untuk mengoreksi masalah nutrisi tanaman pada tanaman setahun, pada musim tanam tersebut, namun dapat bermanfaat untuk musim tanam
berikutnya. (e) Intrepertasi akan terus menjadi masalah pada beberapa kasus sampai standar referensi lebih lengkap, yang dikembangkan untuk jenis tanaman,
umur dan bagian tanaman tertentu. Disamping itu komposisi hara tanaman meru-

9

pakan hasil interaksi berbagai faktor, sehingga penguasaan faktor-faktor tersebut
sangat berperan dalam intrepertasi.
Penggunaan analisis tanaman pada tanaman setahun sering terlambat
dalam menangani masalah nutrisi yang terjadi, karena hasil analisis tak bisa diterapkan langsung terhadap tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu Leiwakabessy dan Sutandi (1998) lebih menyarankan penelitian pembinaan analisis tanaman diutamakan untuk tanaman tahunan, sedangkan penelitian pembinaan uji
tanah diutamakan untuk tanaman setahun. Namun disarankan pula perlu pembinaan antara kedua metode tersebut baik untuk tanaman setahun dan tahunan mengingat uji tanah dan analisis tanaman saling menunjang satu sama lainnya (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998). Analisis tanaman biasanya dilakukan pada sampel
yang telah disiapkan di laboraturium pada keadaan terkontrol (Jones and Case
dalam Munson, 1998).
Keabsahan dan manfaat dari penentuan unsur dasar dari pengumpulan
sampel jaringan tanaman bertumpu pada pendekatan cerdas dan realistis pada
masalah bagaimana mendapatkan sampel yang terpercaya. Jika sampel yang
diambil tidak mencerminkan populasi umum, semua kehati-hatian pekerjaan yang
banyak membutuhkan biaya dalam analisis yang berlanjut akan sia-sia karena
hasilnya tidak valid. Untuk mendapatkan sampel yang representatif dari spesies
tanaman tertentu merupakan masalah yang kompleks, dan pengetahuan ahli
diperlukan sebelum ini dapat dikerjakan.
Ketika mempertimbangkan variasi pada unsur hara dari satu tanaman ke
tanaman lain, keadaannya dapat sepenuhnya berbeda. Jika terdapat variasi yang
cukup besar, pengambilan sampel secara mendalam diperlukan untuk mendapatkan jaringan tanaman yang cukup guna mewakili unsur hara dari pengambil
sampel tanaman.
Jaringan tanaman yang seharusnya tidak diambil pada saat pengambilan
sampel adalah jaringan tanaman yang tertutup oleh tanah, debu atau residu bahan
kimia, tanaman yang dirusak oleh serangga, terluka secara fisik atau penyakit,
jaringan dari tanaman mati, tanaman dibawah kondisi stres kelembapan atau suhu,

10

tanaman yang dengan jelas dipengaruhi oleh stres hara, bagian ruas atau pangkal
ruas tanaman, tanaman yang dikelilingi gulma, seluruh tanaman kecuali benih.

Analisis Tanah
Secara umum, analisis tanah menggunakan tanah padat untuk melakukan
pengujian. Karena sampel tanah biasanya terkumpul pada kondisi fisik yang beragam, maka syarat umum pada persiapan bahan diperlukan untuk mengurangi masalah tersebut dan mempercepat proses pengujian (Geldermand dan Mallarino,
1998).
Idealnya, sampel tanah di analisis tanpa mencampur atau mengubah secara
kimia atau mekanik pada saat proses penyiapan sampel. Tetapi hal ini akan menyebabkan dibutuhkannya metode analisis ditempat yang secara teknis tidak layak
digunakan sekarang. Untuk kemudahan penanganan dan menghasilkan sampel
yang homogen dan tercampur dengan baik, sampel tanah biasanya dikeringkan
atau dilumatkan. Sampel tanah yang telah dikeringkan dan dilumatkan lalu ditimbang selanjutnya dihitung volumenya. Diusahakan tidak menggunakan alat yang
bisa mengotori unsur hara yang ada dalam tanah (Geldermand dan Mallarino,
1998).
Penanganan sampel sebelum analisis dapat mempengaruhi hasil tes tanah.
Pengeringan dapat meningkatkan hilangnya kalium yang tertukar pada tanah dan
fiksasi pada pihak lain. Fiksasi dapat terjadi pada tanah yang baru dipupuk pada
tingkat tes yang paling akhir. Peningkatan suhu dapat juga meningkatkan level kalium yang dapat tertukar (Geldermand dan Mallarino, 1998).
Pengeringan dengan menggunakan metode pengeringan tertentu dapat
mempengaruhi hasil dari uji meneralisasi nitrogen, fosforus, sulfur, dan mungkin
unsur hara mikro lain, akan tetapi hubungan antara hasil tes dan pengambilan hara
oleh tanaman tidak secara signifikan dipengaruhi oleh pengeringan (Geldermand
dan Mallarino, 1998).
Karena sulitnya menganalisis sampel basah dan karena banyak penelitian
tentang kalibrasi dan korelasi telah dilakukan pada tanah kering, metode analisis

11

tanah basah tidak digunakan secara luas untuk metode pengujian (Geldermand
dan Mallarino, 1998).
Sebagian besar metode yang telah dikembangkan untuk penentuan unsur
total pada tanah organik meliputi dua tahap prosedur, diantaranya : a. penghancuran secara penuh dari fraksi organik dan anorganik pada pada matrik tanah dengan
cara oksidasi untuk membebaskan semua unsur pada larutan dan b. penentuan unsur hara terlarut dengan beberapa cara. Prosedur kimia meliputi penghancuran bahan organik (gambut, tanaman, endapan, tanah) dibagi secara umum menjadi dua
kelompok yaitu metode pengabuan kering dan metode pengabuan basah.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun PT. National Sago Prima, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau selama empat bulan, yaitu mulai bulan
Februari sampai Juni 2011.

Metode
Magang
Selama magang mahasiswa bekerja langsung di lapangan untuk mengikuti
kegiatan di lapangan sesuai dengan topik yang telah ditentukan oleh pihak bagian
Research and Development PT. Sampoerna Agro dibawah PT. National Sago
Prima.
Metode yang dilakukan meliputi metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung yaitu kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan teknis di lapang.
Pelaksanaan kegiatan teknis budidaya yaitu dengan mengikuti seluruh kegiatan
dan mengamati teknis di lapang seperti pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan
pemanenan. Kegiatan teknis lapang dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan instruksi dan arahan dari asisten divisi dan mandor. Seluruh teknis kegiatan
magang yang dilakukan berdasarkan prosedur kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Pelaksanaan metode langsung dengan mengikuti kegiatan teknis budidaya dan memperoleh data primer. Data primer berupa prestasi kerja dan hambatan yang terjadi selama kegiatan. Data primer dibandingkan dengan standar kerja
yang berlaku di perusahaan.
Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan melakukan studi pustaka
yang ada di perusahaan, diskusi dan wawancara kepada karyawan yang ada di
perusahaan. Kegiatan tersebut dilakukan baik saat jam kerja maupun di luar jam
kerja para karyawan. Data yang didapat dari kegiatan tersebut berupa data sekunder yakni informasi tentang perusahaan. Informasi tersebut antara lain sejarah perusahaan, lokasi, kondisi kebun, iklim, ketenagakerjaan dan informasi administrasi.

13

Penelitian
Aspek khusus yang dilakukan selama kegiatan magang yakni pengambilan
sampel daun dan tanah untuk mengetahui rekomendasi pengambilan sampel pelepah pada tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) di lahan PT. National Sago Prima.
Penelitian observasi dibagi menjadi empat tahapan yaitu: a. Survei Lapang
yaitu untuk menentukan parameter pelepah dan lokasi tepat tanaman sagu pada
baris di blok lahan yang digunakan sebagai contoh pengambilan sampel b. Penandaan sampel yaitu memberikan tanda berupa plang dari pelepah sagu tua yang
telah diberi penanda. Pemberian tanda berguna untuk acuan pengambilan sampel
pada tahapan selanjutnya c. Pengambilan sampel daun dan tanah d. Pemrosesan
sampel sampai siap untuk dianalisis.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dengan 3
ulangan dengan masing masing ulangan terdapat 20 tanaman. Ulangan 1 terdapat
di blok H29 Divisi 1, Ulangan 2 terdapat di blok N25 Divisi 2, sedangkan Ulangan 3 terdapat di blok H31 Divisi 3. Ditiap ulangan ada dua parameter yaitu fase
dan faktor kualitas tanaman yang diukur berdasarkan jumlah pelepah per tanaman
utama pada rumpun sagu. Fase tanaman sagu yang diamati adalah fase pembentukan batang yang dibedakan menjadi dua yaitu : fase sebelum pembentukan batang
(SP) dan fase setelah pembentukan batang (BP). Kualitas tanaman sagu diukur
berdasarkan jumlah pelepah yang dimiliki tanaman utama pada rumpun sagu. Sagu yang mempunyai pelepah ≥ 7 diberi tanda 1 dan pelepah yang ≤ 7 diberi tanda
0. Batas pelepah diperoleh berdasarkan r

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Meltroxylon spp) Aspek Persemaian di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu. Selat Panjang, Riau

0 14 181

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) Di PT. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek Pengaturan Jarak Tanam

1 9 112

Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.) di PT.National Timber and Forest Product, Selat Panjang, Riau

0 4 8

Pengelolaan sagu (Metroxylon spp.) Di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau dengan aspek khusus pengaruh bobot bibit dan penggunaan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan bibit sistem polibag di pembibitan

0 3 164

Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National sago prima, Selat Panjang, Riau dengan aspek khusus pemangkasan dan aplikasi

1 17 169

Pengelolaan sagu (Metroxylon spp.) Di PT National sago Prima, selat panjang Kab. Kepulauan Meranti, Riau, dengan aspek khusus pertumbuhan bibit di lapang

0 2 113

Pengelolaan sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di PT. National Sago Prima, Kab. Kepulauan Meranti, Riau, dengan studi kasus pengaruh teknik persemaian dan jenis tanaman induk terhadap pertumbuhan bibit sagu

0 7 150

Pengelolaan perkebunan sagu (Metroxylon spp) di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau: seleksi bibit sagu berdasarkan jenis, tinggi pohon induk dan bobot bibit sagu terhadap pertumbuhan bibit sagu di persemaian

2 8 127

Manajemen Pengelolaan Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di PT. National Sago Prima, Kepulauan Meranti, Riau.

3 13 135

Pengembangan Papan Komposit dari Limbah Perkebunan Sagu ( Metroxylon sago Rottb.) (Development of Composite Board made from Sago ( Metroxylon sago Rottb.) Plantation Waste)

0 0 10