Pengelolaan sagu (Metroxylon spp.) Di PT National sago Prima, selat panjang Kab. Kepulauan Meranti, Riau, dengan aspek khusus pertumbuhan bibit di lapang

PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon spp.)
DI PT NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG
KAB. KEPULAUAN MERANTI, RIAU, DENGAN ASPEK
KHUSUS PERTUMBUHAN BIBIT DI LAPANG

DESTIEKA AHYUNI
A24070030

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT. National Sago Prima, Selat
Panjang, Riau dengan Aspek Khusus Pertumbuhan Bibit di Lapang
Management of sago Palm (Metroxylon spp) in PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau
with case study sucker growth in plantation area
Destieka Ahyuni1, M.H. Bintoro2
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB, A24070030
2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB, Prof. Dr. Ir. M.Agr.
Abstract
This internship was held in Nasional Sago Prima company, Selat Panjang, Riau from
February to June 2011. The method are direct for getting primary data and indirect for
secondary data. Secondary data takes from interviewing and discussing with the company staff
and literacy study. The primary data takes from technique activity in the field and the research.
The experiment was conducted to get more information on the effect sucker weight and time after
nursery to sucker growth in plantation area. The treatment will be tested sucker growth with the
different weight and age of sucker in raft nursery system. The first treatment on sucker 2-4 kg
(B1) and 4-8 kg (B2), the second treatment on sucker is 2 weeks after nursery (P1), 4 weeks (P2),
8 weeks (P3) and 12 weeks (P4). The result shown treatment on 2-4 kg (B1) is better than
treatment 4-8 kg (B2) but didn’t show any significantly difference. Treatment on 4 weeks after
nursery was significant different in presentation survival rate but in vegetative growth haven’t
significantly difference. The sucker 12 weeks after nursery was the best sucker age to the
vegetative growth of suckers.

RINGKASAN
DESTIEKA AHYUNI. Pengelolaan Sagu (Metroxylon spp.) di PT National
Sago Prima, Selat Panjang Kab. Kepulauan Meranti, Riau, dengan Aspek
Khusus Pertumbuhan


Bibit di Lapang. (Dibimbing oleh H.M.H Bintoro

Djoefrie).
Kegiatan magang ini dilakukan selama empat bulan di PT National Sago
Prima yaitu dari bulan Februari hingga Juni 2011. Kegiatan magang
menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu meliputi aspek teknis dilapangan dan aspek khusus. Metode tidak langsung yaitu
dengan studi pustaka dan wawancara terhadap karyawan dan staf perusahaan.
Aspek khusus yang dilakukan yaitu dengan penelitian tentang pengaruh bobot
bibit dan lama waktu semai terhadap pertumbuhan bibit di lapang. Penelitian
menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dua faktor dengan tiga ulangan.
Bobot bibit sebagai petak utama dan lama waktu semai sebagai anak petak. Faktor
lama waktu semai sebanyak 4 taraf yang dicobakan, yaitu umur 2 minggu, umur
4 minggu, umur 8 minggu dan umur 12 minggu. Faktor bobot bibit dengan 2 taraf
yang dicobakan, yaitu bobot 2-4 kg dan bobot 4-8 kg. Percobaan dilakukan
dengan menanam 9 tanaman per kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga
jumlah seluruh tanaman yang ditanam dan diamati yaitu 216 tanaman.
Pelaksanaan teknis budidaya yang dilakukan PT National Sago Prima sudah
terlaksana dengan baik. Kegiatan dilakukan dari pembersihan lahan hingga
pemanenan. Fokus utama perusahaan saat ini yaitu penyiapan lahan, pembibitan

dan penyulaman. Perlakuan bobot bibit tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap variabel yang diamati. Namun, persentase hidup pada perlakuan bobot
bibit didapatkan bibit 2-4 kg memiliki persentase hidup tinggi pada awal
pengamatan. Perlakuan umur semai memberikan pengaruh yang nyata terhadap
variabel yang diamati. Perlakuan umur dengan persentase hidup paling tinggi
yaitu umur 4 minggu. Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa pertumbuhan
vegetatif paling baik yaitu bibit dengan umur 12 minggu.

PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon spp.)
DI PT NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG
KAB. KEPULAUAN MERANTI, RIAU, DENGAN ASPEK
KHUSUS PERTUMBUHAN BIBIT DI LAPANG

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DESTIEKA AHYUNI
A24070030


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENGESAHAN
Judul

: PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
PT NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG
KAB. KEPULAUAN MERANTI, RIAU, DENGAN
ASPEK KHUSUS PERTUMBUHAN
LAPANG

Nama

: DESTIEKA AHYUNI

NIM


: A24070030

Menyetujui,
Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. H.M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr)
NIP. 194801081974031001

Mengetahui.
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 196111011987031003

Tanggal Lulus:……………………………….

BIBIT DI

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, Propinsi Lampung pada tanggal
15 Desember 1989. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Drs.Sukisman,
MM dan Ibu Susi Budiastuti SPd. MPd.
Penulis lulus dari SD Negeri 1 Poncowati pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu SMP Negeri 1 Terbanggi Besar dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Terbanggi Besar dengan program percepatan pada tahun 2007. Tahun
2007 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI dan diterima sebagai salah satu
mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus
dan di berbagai organisasi mahasiswa. Tahun 2007-2008 penulis menjadi staf
administrasi Departemen Kajian Strategis National, Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB. Tahun 2008-2009 penulis menjadi staf
Kementrian Kebijakan National BEM KM IPB, dan tahun 2009-2010 penulis
menjadi sekretaris divisi Eksternal di Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON).

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayahnya sehingga skripsi magang ini dapat diselesaikan dengan
baik. Proposal magang pengelolaan budidaya sagu dengan aspek khusus
pertumbuhan bibit di lapang yang dilaksanakan mendorong keinginan untuk
mengetahui budidaya tanaman sagu yang tepat. Kegiatan ini dilaksanakan di PT

National Sago Prima, Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi
Riau.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.

Prof.Dr.Ir.H.M.H Bintoro Djoefrie, M.Agr. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.

2. Dr.Ir.Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing selama penulis menjalankan studi
3. Ir. Supijatno,MS dan Ir. Sofyan Zaman, MP selaku dosen penguji
4. Bapak, Ibu, Eni, Apri, Aris dan keluarga besar atas dukungan dan doa
yang diberikan
5. Pak Fajar, Pak Gia, Ibu Ruri, Pak Warno, Pak Willy dan Ibu Endang selaku tim Research and Development PT Sampoerna yang telah memberikan bantuan selama kegiatan penelitian dan magang
6. Pak Erwin, Pak Anas, Pak Pandu, Pak Budi, Pak Kornelis dan seluruh keluarga besar PT National Sago Prima atas bantuan selama kegiatan
magang
7. Teman-teman magang sagu, Afdhol, Yanti, Gandi dan Galvan atas bantuan dan kerjasamanya selama magang hingga penulisan laporan
8. Teman-teman AGH 44 atas dukungan dan semangatnya
9. Teman-teman Imaninairi Leni, Lilis dan Cici atas bantuan dan semangatnya
Semoga hasil kegiatan penulis nantinya dapat berguna bagi yang memerlukan.


Bogor, September 2011
Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................ ....ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang .....................................................................................................1
Tujuan ...................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Botani Sagu ..........................................................................................................3
Ekologi dan Penyebaran .......................................................................................3
Budidaya Sagu ......................................................................................................4
Bibit ......................................................................................................................5
METODOLOGI ........................................................................................ 7
Waktu dan Tempat ...............................................................................................7
Metode Pelaksanaan .............................................................................................7
Analisis Data dan Informasi .................................................................................8
KEADAAN UMUM KEBUN ..................................................................... 9
Sejarah Kebun ......................................................................................................9

Letak Geografis dan Administratif Kebun ...........................................................9
Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim ...................................................................9
Kondisi Pertanaman ...........................................................................................10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ..........................................................11
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG ...................................................... 14
Persiapan Lahan .................................................................................................14
Pembibitan ..........................................................................................................16
Penanaman dan Penyulaman ..............................................................................20
Pemeliharaan ......................................................................................................22
Sensus .................................................................................................................23
Panen ..................................................................................................................24
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 26
Pengelolaan Budidaya Tanaman Sagu (Metroxylon spp.)..................................26

viii

Pengaruh Bobot Bibit dan Lama Waktu Semai terhadap Pertumbuhan Bibit
di Lapang ............................................................................................................29
KESIMPULAN DAN SARAN………..……………………………….......…….42
Kesimpulan .........................................................................................................42

Saran ...................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 43

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Data Panen ........................................................................................................ 10
2. Pengaruh perlakuan bobot bibit terhadap persentase hidup bibit...................... 29
3. Pengaruh perlakuan umur semai terhadap persentase hidup bibit .................... 30
4. Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap panjang petiol daun 1 ............ 32
5. Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap panjang petiol daun 2 ............ 33
6.Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap jumlah daun pada bibit ........... 34
7. Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap jumlah anak daun 1 ............... 35
8. Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap jumlah anak daun 2 ............... 37
9. Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap panjang anak daun 1 ............. 38
10. Pengaruh bobot bibit dan umur semai terhadap panjang anak daun 2 ............ 39

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Kegiatan perumpukan dengan menggunakan Eskavator ...................................15
2. Bibit dengan banir berbentuk L..........................................................................16
3. Kegiatan pengambilan anakan pada rumpun sagu .............................................17
4. Kegiatan Persemaian di Rakit ............................................................................18
5. Perendaman Bibit pada Larutan Fungisida ........................................................18
6. Kegiatan pemancangan menggunakan kompas .................................................20
7. Bibit sagu yang telah ditanam dan diberi sampiang...........................................21
8. (a)Kondisi rumpun sebelum penjarangan anakan, (b)Kondisi rumpun setelah
penjarangan anakan ................................................................................................23
9. Tanaman pada Fase Nyorong .............................................................................24
10. Persentase Hidup Bibit .....................................................................................30
11. Bibit Mati Mengering di Lapang .....................................................................31
12. Jumlah Daun pada Bibit ...................................................................................34
13. Pengaruh Umur Semai terhadap Jumlah Anak Daun 1 ....................................36
14. Pengaruh umur semai terhadap panjang anak daun 1 ......................................39
15. Pengaruh Umur Semai terhadap Panjang Anak Daun 2 ..................................40
16. Bibit dengan Berbagai Umur Semai ................................................................40

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Peta Kabupaten Kepulauan Meranti.................................................................. 46
2. Struktur Organisasi............................................................................................ 47
3. Layout Percobaan……………………………………………………………..48
4. Data Curah Hujan……………………………………………………………..49
5. Glossary……………………………………………………………………….50

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu tanaman penghasil
karbohidrat yang sangat potensial di Indonesia tetapi belum termanfaatkan secara
optimal. Sagu merupakan alternatif saat krisis pangan. Bila dibandingkan dengan
tanaman penghasil karbohidrat lainnya, sagu merupakan tanaman yang paling
efektif. Sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 20-40 ton pati kering/ha/tahun (Bintoro et al. 2010). Hingga saat ini pemanfaatan pati sagu masih
terbatas (Suryana, 2007). Menurut data Kementrian Pertanian (2009), jumlah
konsumsi sagu masyarakat hanya sebesar 0.41 kg/kapita/tahun.
Tanaman sagu dapat tumbuh pada suatu kawasan yang tanaman lain tidak
dapat tumbuh. Bila tanaman lain seperti padi, jagung, umbi-umbian dan palawija
hasilnya akan membusuk bila terendam air lebih dari satu meter, tetapi pati pada
batang sagu tidak akan rusak walaupun terendam lebih dari satu meter (Bintoro,
2008). Tanaman sagu memerlukan sinar matahari dalam jumlah banyak, bila
ternaungi kadar patinya akan rendah. Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki
keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami). Kondisi tersebut
memiliki keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang
menguntungkan karena menyulitkan distribusi.
Perusahaan yang mengelola tanaman sagu salah satunya adalah PT National Sago Prima yang terletak di Selat Panjang, Riau. Perusahaan tersebut memiliki luas kebun sekitar 21 620 ha dengan mengembangkan sagu yang ditanam di
areal kebun yaitu sagu jenis bemban (tidak berduri), sagu jenis rotan (berduri jarang) dan sagu jenis tuni (berduri rapat) (Junaidi, 2005).
Perbanyakan sagu dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji, sedangkan pembiakan
secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan anakan. Perbanyakan dengan
menggunakan anakan lebih efisien karena bibit yang dipilih dapat menjamin
keseragaman dari perkembangan tanaman sagu. Pengadaan bahan tanam meliputi
kegiatan persemaian. Kegiatan persemaian bertujuan untuk mempercepat per-

2

tumbuhan vegetatif tanaman dan memiliki daya tahan hidup yang baik sehingga
tidak mudah mati saat di lapang.
Kegiatan persemaian pada perkebunan sagu dilakukan dengan sistem kanal yaitu bibit sagu ditata diatas rakit. Bibit sagu telah mencapai umur siap tanam
yaitu bibit berumur tiga bulan di persemaian dengan rata-rata bobot 3-4 kg.
Namun, hingga saat ini bibit hasil persemaian ketika di pindah tanam ke lapang
belum menghasilkan persentase hidup yang baik. Sejauh ini belum didapatkannya
umur dan bobot bibit yang optimal di persemaian yang beradaptasi baik ketika
pindah tanam. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan percobaan pengaruh
bobot bibit dan lama waktu semai terhadap pertumbuhan bibit dilapang.
Tujuan
1.

Memperoleh pengetahuan praktis, pengalaman dan ketrampilan kerja dalam
pengelolaan perkebunan

2.

Mempelajari teknis budidaya tanaman sagu

3.

Mengamati pertumbuhan tanaman sagu di lapang yang berasal dari pembibitan

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Sagu
Sagu (Metroxylon sp) merupakan tanaman monokotil dari keluarga
palmae. Genus Metroxylon secara garis besar digolongkan menjadi dua yaitu
tanaman yang berbunga atau berbuah dua kali (Pleonanthic) dengan kandungan
pati rendah dan tanaman sagu yang berbunga atau berbuah sekali (Hepaxanthic)
yang memiliki nilai ekonomis penting, karena kandungan patinya lebih banyak
(Bintoro et al. 2010).
Batang merupakan bagian paling penting pada tanaman sagu, sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan berupa karbohidrat. Batang sagu berbentuk
silinder dengan kulit luar keras dan bagian dalam berupa empulur yang
mengandung serat dan pati. Lapisan terluar kulit berupa lapisan sisa-sisa pelepah
daun sagu yang terlepas, sehingga yang terlihat adalah kulit tipis pembungkus
kulit dalam yang keras. Serat dan empulur pada sagu muda mengandung banyak
air, sedangkan sagu dewasa sampai umur panen empulur dan serat mulai kering
dan keras.
Sagu memiliki anak daun dengan panjang rata-rata 1.5 m bertangkai dan
berpelepah. Panjang daun tanaman sagu dewasa dapat mencapai 7 m. Daun sangat
penting karena berperan sebagai pembentuk pati melalui proses fotosintesis
(Bintoro et al, 2010). Daun sagu dimanfaatkan sebagai pembuatan rumah, atap
rumah, pembungkus kue dan aneka kerajinan tangan (Papilaya, 2009).
Tanaman sagu akan berbunga setelah mencapai usia dewasa antara 10-15
tahun tergantung dari jenis dan kondisi pertumbuhannya. Munculnya bunga pada
tanaman sagu menunjukkan bahwa sagu sudah mendekati siklus akhir pertumbuhannya. Bunga sagu merupakan bunga majemuk, sedangkan buahnya
berbentuk bulat dan berbiji menyerupai buah salak.

Ekologi dan Penyebaran
Tanaman sagu (Metroxylon spp.) merupakan tanaman asli Indonesia. Sagu
tersebar luas di dataran rendah Asia Tenggara dan Malanesia. Di Indonesia sagu

4

banyak ditemukan di daerah Aceh, Tapanuli, Sumatera Timur, Sumatera Barat,
Riau, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan terutama banyak
terdapat di Maluku dan Papua (Bintoro, 2008). Menurut para pakar sagu, dalam
Papilaya (2008) luas lahan sagu terbesar di dunia terdapat di Indonesia yaitu
sekitar 2.201.000 ha.
Lingkungan yang baik bagi pertumbuhan sagu adalah daerah yang
berlumpur, akar napas tak terendam, kaya mineral, kaya bahan organik, air tanah
berwarna coklat dan bereaksi agak masam (Bintoro, 2010). Tanaman sagu dapat
tumbuh dengan baik pada Lintang 100 LU-100 LS dengan ketinggian sampai 400
m dpl, lebih dari 400 dpl pertumbuhan lambat dan kadar pati rendah (Bintoro,
2008).

Budidaya Sagu
Penyiapan bahan tanam merupakan salah satu kegiatan budidaya yang
penting untuk mencapai keberhasilan budidaya tanaman sagu. Kegiatan penyiapan
bahan tanam terdapat kegiatan pengadaan bahan tanam, seleksi bibit dan
penyemaian (Andany, 2009). Sagu di Indonesia umumnya tumbuh dan
berkembang biak secara alamiah, belum dibudidayakan secara intensif seperti
tanaman penghasil karbohidrat lainnya. Sagu berkembang biak melalui biji
(generatif) dan dari anakan (vegetatif) yang tumbuh dalam bentuk tunas-tunas
pada pangkal batang sagu. Perbanyakan sagu dengan cara generatif belum banyak
dilakukan, tapi usaha telah dilakukan (Haryanto, 1994).
Pembibitan salah satu kegiatan penting dalam pengusahaan sagu. Pembibitan bertujuan mengadaptasikan abut agar siap ditanam di lapang maupun
sebagai tanaman sulam dengan kualitas yang baik sehingga dapat mengurangi
tingkat kematian bibit setelah penanaman. Pembibitan dilakukan dengan sistem
kanal, yaitu meletakkan susunan bibit pada rakit diatas kanal. Sistem tersebut
dapat menaikkan persentase anakan yang hidup karena dapat meminimalkan
serangan hama serta menjaga ketersediaan air bagi bibit (Andany, 2009).
Pemeliharaan tanaman sagu terutama pada tanaman yang muda, yaitu
dengan penyiangan saja. Penjarangan, pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit sagu belum dilakukan. Penyiangan dua kali setahun hingga tanaman

5

berumur empat tahun. Sesudah umur tersebut tidak dilakukan penyiangan hingga
tanaman siap panen (Haryanto, 1994).
Pengendalian gulma yaitu dengan penebasan lorong merupakan awal kegiatan pemeliharaan yang dapat berfungsi sebagai sanitasi tanaman dengan menebas semua semak (gulma) dan kayu-kayu yang ada di sekitar pertanaman atau
di lorong (Junaidi, 2005).
Pemupukan merupakan pemberian zat yang diberikan ke dalam tanah baik
organik maupun anorganik untuk mengganti kehilangan unsur hara dari tanah dan
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Areal lahan gambut yang merupakan tempat pertanaman sagu di PT National Sago Prima bersifat masam
dengan pH rendah dan kandungan Ca, Mg, P, K dan mineral rendah sehingga
perlu penambahan nutrisi melalui pemupukan (Bintoro, 2008). Kurang lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan maupun produktivitas tanaman sagu.
Penjarangan anakan dilakukan untuk memaksimalkan produksi sagu dan
pembuangan anakan sagu yang tidak diperlukan (Bintoro, 2008). Alasan dilakukannya penjarangan anakan yaitu untuk menjaga kesehatan dan vigor
pertumbuhan bagi tanaman baru, memelihara ukuran tanaman, membentuk tanaman dan mengoptimalkan hasil metabolisme bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Bintoro, 2010). Penjarangan dilakukan selama setahun
sekali (Papilaya, 2009).
Bibit
Menurut Bintoro (2008) anakan sagu yang akan digunakan sebagai bibit
diambil dari induk yang produksi patinya tinggi, bibit segar, dan dengan pelepah
yang masih hijau. Bibit yang tua dicirikan dengan bonggol (banir) yang sudah
keras, pelepah dan pucuk yang masih hidup, memiliki perakaran cukup, panjang
pelepah minimal 30 cm dan tidak terserang hama dan penyakit serta banir berbentuk L dengan rata-rata bobot bibit 3-4 kg. Bibit yang memenuhi kriteria
dengan ukuran yang besar dihitung satu bibit. Bibit yang memenuhi kriteria
namun ukurannya kecil dihitung setengah, dan bibit yang tidak memenuhi kriteria
kemudian diafkir. Umur bibit selama dalam persemaian hingga siap ditanam di
lapang yaitu 3 bulan. Menurut Maulana (2011) bibit dengan bobot 3.5-4.5 kg

6

memiliki peersentase bibit hidup terbanyak. Namun tidak berbeda nyata dengan
bobot bibit 2-3 kg, sehingga penggunaan bobot bibit 2-3 kg lebih efisien.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan sagu milik PT National Sago
Prima, Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Februari hingga Juni 2011.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan dengan menggunakan
metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu meliputi aspek teknis
di lapangan dan aspek khusus. Metode tidak langsung yaitu dengan studi pustaka
dan wawancara terhadap karyawan dan staf perusahaan. Kegiatan teknis budidaya
yang dilakukan adalah persiapan lahan (land clearing), pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan.
Persiapan lahan meliputi perintisan kanal, pemancangan blok, pengajiran
dan penanaman. Kegiatan pembibitan meliputi pembuatan rakit, pengambilan
anakan dan persemaian. Kegiatan pemeliharaan terdiri atas pengendalian gulma
secara manual maupun kimia, sensus tanaman, penjarangan anakan (thinning out)
serta pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan panen meliputi menentukan
waktu dan cara panen yang tepat. Data yang didapatkan adalah prestasi kerja
standar perusahaan, karyawan, mahasiswa serta hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut. Data primer didapatkan dari prestasi kerja dan hambatan yang
terjadi dalam kegiatan dibandingkan dengan standar kerja perusahaan.
Metode tidak langsung dilakukan yaitu dengan studi pustaka dan wawancara terhadap karyawan perusahaan sehingga diperoleh informasi tentang
perusahaan. Informasi yang didapatkan meliputi sejarah, lokasi, letak geografis
kebun, keadaan tanah, iklim, luas areal, tenaga kerja, norma kerja di lapang,
organisasi perusahaan serta manajerialnya.
Aspek khusus yang dilakukan yaitu dengan penelitian tentang pengaruh
bobot bibit dan lama waktu semai terhadap pertumbuhan bibit di lapang.
Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dua faktor dengan
tiga ulangan. Bobot bibit sebagai petak utama dan lama waktu semai sebagai anak

8

petak. Faktor lama waktu semai sebanyak 4 taraf yang dicobakan, yaitu umur 2
minggu, umur 4 minggu, umur 8 minggu dan umur 12 minggu. Faktor bobot bibit
dengan 2 taraf yang dicobakan, yaitu bobot 2-4 kg dan bobot 4-8 kg. Percobaan
dilakukan dengan menanam 9 tanaman per kombinasi perlakuan dengan 3
ulangan, sehingga jumlah seluruh tanaman yang ditanam dan diamati yaitu 216
tanaman.
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali dengan peubah yang
diamati yaitu panjang tunas, jumlah daun, jumlah, panjang, dan lebar anak daun
serta jumlah bibit yang hidup. Panjang tunas diukur mulai dari pangkal
pemangkasan sampai titik teratas bibit, baik ketika masih berupa tunas maupun
setelah berubah menjadi daun. Jumlah anak daun dihitung berdasarkan jumlah
keseluruhan anak daun yang ada pada tiap daun. Panjang anak daun diukur pada
anak daun terpanjang yaitu dari pangkal anak daun hingga ujung. Lebar anak daun
diukur bagian terlebar anak daun ketika telah mekar sempurna. Pengamatan
jumlah bibit yang hidup yaitu jumlah seluruh bibit yang digunakan dihitung
jumlah yang hidup.
Analisis Data dan Informasi
Data-data yang telah didapatkan pada kegiatan magang dianalisis dengan
metode analisis deskriptif, yaitu pemaparan data yang menggambarkan seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan
standar dan aturan kerja dari setiap kegiatan ada perusahaan.
Hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F).
Apabila hasil analisis ragam menunjukan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut
dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

KEADAAN UMUM KEBUN
Sejarah Kebun
PT National Timber and Forest Product merupakan anak perusahaan PT
Siak Raya Group yang berkedudukan di Provinsi Riau. PT National Timber and
Forest Product pada tahun 2009 namanya berganti menjadi PT National Sago
Prima setelah dibeli sebagian besar sahamnya dan disahkan sesuai dengan SK
Menteri Kehutanan No. SK 380/MENHUT-II/2009. PT National Sago Prima
merupakan bagian dari Sampoerna Biofuel yang merupakan perusahaan yang
akan mengembangkan biofuel dari berbagai komoditas salah satunya sagu.

Letak Geografis dan Administratif Kebun
PT National Sago Prima secara geografi terletak pada 00 32` – 10 08` LU dan
1010 43` – 1030 08` BT. Secara administratif terletak di Desa Kepau Baru, Desa
Teluk Buntal, Desa Sungai Tohor Desa Tanjung Gadai, Desa Tanjung Sari, Desa
Kayu Ara, dan Desa Sungai Pulau, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten
Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Lokasi PT National Sago Prima berbatasan
dengan PT Lestari Unggul Makmur di Utara, dengan Desa Tanjung Sari dan Desa
Tanjung Gadai di Timur, dengan Desa Teluk Buntal dan Kampung Baru di
Selatan dan PT Unisraya di Barat.

Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim
Perkebunan PT National Sago Prima termasuk dalam wilayah hutan hujan
dengan rata-rata curah hujan berkisar pada 1966 mm/tahun (data 2007-2008) dan
hari hujan tiap bulan antara 7-13 hari dengan intensitas berkisar 16-17 mm/hari.
Menurut Schmidt dan Fergusson (1951), areal PT National Sago Prima termasuk
type B dengan Q = 33,3 %.
Karakteristik lahan pada lokasi perkebunan adalah lahan gambut dalam (3-5
m) dengan tingkat kematangan sedang (gambut hemik). Gambut di wilayah PT
National Sago Prima termasuk dalam gambut oligotropik yaitu gambut yang
sedikit mengandung bahan mineral. Sekitar 99 % lahan perkebunan merupakan

10

tanah organosol dan sisanya tanah aluvial. Tanah aluvial banyak terdapat disekitar
sungai di perkebunan. Sungai yang ada di lokasi perkebunan antara lain Sungai
Mukun, Sungai Pulau, Sungai Buntal dan Sungai Suir Kiri. Lokasi kebun PT
National Sago Prima terletak di ketinggian antara 0-5 m dpl. Tingkat kemiringan
lahannya antara 0 – 8 %.
Kondisi Pertanaman dan Produksi
Tanaman sagu yang ada di PT National Sago Prima ditanam secara bertahap
mulai dari tahun 1996 hingga 1999. Areal Perkebunan saat ini dibagi menjadi 12
divisi, masing-masing divisi memiliki sekitar 20-24 Blok yang tiap bloknya seluas
50 ha (1000 m x 500 m). Tiap Blok satu dengan yang lain dibatasi oleh kanalkanal. Jenis sagu yang ada di PT National Sago Prima adalah jenis sagu yang
memiliki duri seperti sagu tuni (Metroxylon rumphii Mart.) dan Sagu Ihur
(Metroxylon sylvester Mart.), dan sagu tak berduri yaitu sagu Molat (Metroxylon
sagus Rotb.).
Sagu yang ditanam memiliki jarak tanam 10 m x 10 m, 9 m x 9 m atau 8 m
x 8 m. Tiap blok terdapat 100-125 baris tanaman sagu, bergantung pada jarak
tanam yang digunakan. Jalur lorongan atau jalur angkut dibuat dengan arah utaraselatan dengan panjang lorongan ± 500 m. Satu lorongan terdiri atas 2 baris
tanaman sagu. Tiap baris tanaman terdapat 50-70 rumpun atau tanaman sagu
bergantung pada jarak tanam yang digunakan.
Tabel 1. Data Panen
Realisasi Panen (Tual)
Tahun
Tanam

2010

2011

Divisi

Divisi

1

2

3

4

1

2

3

4

1996

66

533

0

0

1299

273

0

0

1997

1652

1783

190

0

759

4273

0

0

1998

0

0

361

206

0

0

2327

1404

Total

1718

2316

551

206

2058

4546

2327

1404

11

Kegiatan panen di PT National Sago Prima telah dilakukan beberapa
kali.Hasil yang didapatkan dalam bentuk tual atau potongan batang sagu pada
ukuran 42 inci (105 cm) (Tabel 1).

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pengorganisasian Kebun
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT National Sago Prima adalah
sistem organisasi lini atau garis. Sistem tersebut merupakan bentuk organisasi
dengan pimpinan sebagai pemegang wewenang tunggal. Garis komando kuat dan
hanya satu yaitu secara vertikal dari atas ke bawah, dengan demikian segala
keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan. Ciri-ciri dari
organisasi tersebut yaitu jumlah karyawan sedikit, selain menejer puncak menejer
dibawahnya hanya sebagai pelaksana, sarana dan alatnya terbatas, serta hubungan
atasan dan bawahan bersifat langsung melalui satu garis wewenang.
Pimpinan puncak di PT National Sago Prima dipegang oleh general
manager (GM). General manager memiliki wewenang tertinggi untuk memimpin,
mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja
kebun. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab langsung kepada GM untuk
kegiatan administrasi, kepala tata usaha membawahi empat bagian yaitu bagian
personalia, bagian pembukuan, bagian umum, dan bagian gudang. Tim teknis dan
koordinator bertanggung jawab secara langsung kepada GM atas pelaksanaan
pengelolaan kebun.
Pengelolaan kebun di PT National Sago Prima dilaksanakan secara
sektoral dengan membagi wilayah perkebunan menjadi beberapa bagian yang
masing–masing dipimpin oleh asisten divisi. Asisten divisi bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan teknis dan menejerial bagian yang dipimpinnya. Setiap
asisten divisi bertanggung jawab atas areal pertanaman seluas 1.000 ha, dalam
pelaksanaannya asisten divisi membawahi dan menerima pertanggungjawaban
dari mandor I dan krani, serta mandor lapangan secara langsung.

12

Tenaga Kerja
Buruh Harian Lepas (BHL)
Buruh harian lepas adalah tenaga kerja yang tidak terikat dengan perusahaan. Tenaga kerja ini digunakan hampir semua kegiatan budidaya tanaman.
Waktu kerkja selama 7 jam kerja yaitu dari pukul 07.00-14.00 WIB. Upah
diberikan Rp 45.000 perhari sesuai dengan jumlah kehadiran. Setiap 2 minggu
sekali upah diberikan oleh perusahaan kepada BHL. Jumlah buruh harian lepas
pada setiap divisi tidak lebih dari 15 orang, sedangkan pada swakelola pembibitan
kurang dari 10 orang.
Karyawan Harian Tetap (KHT)
Tenaga kerja tetap perusahaan yang merupakan bagian dalam perusahaan
dan terikat oleh perusahaan. Karyawan KHT meliputi keamanan, bagian mesin
dan bagian teknis kebun. Pelaksana teknis kebun hampir sama dengan jam kerja
buruh harian lepas. Gaji yang diperoleh karyawan harian tetap dibayarkan setiap
bulan. Gaji yang diperoleh sama dengan buruh harian lepas, namun karyawan
harian tetap mendapatkan cuti kerja selama 4 hari dalam satu bulan. Karyawan
harian tetap terdiri dari mandor, operator, security dan pembantu mess dengan
jumlah 40 orang.
Tenaga Kerja Bulanan
Tenaga kerja bulanan merupakan tenaga kerja tetap perusahaan yang terikat
oleh perusahaan. Karyawan tetap bulanan terdiri dari general manager,
koordinator, supply logistic, eksternal relations, technical support, asisten divisi,
asisten pembibitan, staf administrasi, manager dan staf R&D. Karyawan bekerja
setiap hari dengan 7 jam kerja setiap hari dengan waktu kerja sebanyak 26 hari
dalam satu bulan. Waktu cuti menjadi tiga kali setiap bulan dengan jumlah tenaga
kerja 18 orang.

Tenaga Kerja Borongan
Sistem tenaga borongan menggunakan sistem kontrak yang dilakukan pada
tahapan budidaya tertentu, seperti persiapan lahan, pengendalian gulma secara

13

manual, pengambilan anakan dan panen. Sistem kontrak dilaksanakan dengan
kesepakatan antara perusahaan dan kontraktor yang dilegalkan dengan surat
perjanjian kerja (SPK). Kontraktor dapat mengepalai satu atau lebih rombongan
pekerja dengan jumlah tiap rombongan minimal 4 orang. Karyawan kontrak
selama masa kerjanya tinggal di dalam lokasi kebun dengan fasilitas yang
diberikan perusahaan. Jam kerja mereka tidak dapat ditetapkan oleh perusahaan
asalkan pekerjaan mereka sesuai target yang telah disepakati. Jumlah karyawan
kontrak setiap divisi yaitu 4-5 rombongan dengan setiap rombong terdiri atas 5-6
orang.

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

Pelaksanaan teknis magang yang dilakukan di PT National Sago Prima
meliputi persiapan lahan (Land clearing), pengambilan anakan, persemaian,
sensus, penanaman dan penyulaman, pemeliharaan tanaman serta panen.

Persiapan Lahan
Persiapan lahan atau land clearing merupakan kegiatan mempersiapkan
lahan untuk mempersiapkan penanaman. Persiapan lahan dilakukan dengan
mengkombi- nasikan sistem mekanis menggunakan alat eksavator dan sistem
manual dengan cara tebang habis tanpa pembakaran. Kegiatan tersebut terdiri atas
perintisan (imas) tumbang yang dilakukan dengan memotong semua vegetasi yang
berdiameter 20 cm dengan menggunakan chainsaw.
Cincang yang dilakukan memotong batang, dahan, dan ranting untuk memudahkan pembersihan dan pengumpulan hasil porongan tersebut ke dalam
rumpukan.
Pelaksanaan kegiatan LC dilakukan dengan sistem kontrak, yang berlangsung hingga target yang diharapkan perusahaan dapat tercapai. Luas areal
yang saat dilaksanakan kegiatan LC yaitu pada Divisi 4, 5 dan 7. Tahapan LC
yaitu:
1. Pembagian blok (Bloking area)
Bloking area adalah penentuan luasan yang akan dibuat, kegiatan
tersebut meliputi : pengambilan koordinat (pembuatan arah) Barat, Timur,
Utara dan Selatan dengan menentukan panjang dan lebar terlebih dahulu.
2. Pembuatan jalur (Trase)
Trase yaitu kegiatan dalam membuat jalur atau batas yang akan dibuat
sebagai jalur tanam untuk penanaman bibit sagu, kegiatan tersebut menggunakan dua alat yaitu kompas dan theodolit.

15

3. Pembuatan rumpukan (Stacking)
Kegiatan ini menggunakan eskavator dalam melaksanakan stacking.
Jam kerja eskavator yaitu 10-18 jam perhari dengan prestasi dua lorong
perhari (Gambar 1).
Tahapan dalam pelaksanaan pembuatan rumpukan
a. Perintisan (imas) tumbang, yaitu memotong semua vegetasi atau tumbuhan yang berdiameter lebih dari 20 cm dengan parang atau kapak.
b. Tebang, yaitu memotong semua tumbuhan berdiameter lebih dari 20 cm
dengan menggunakan gergaji mesin (chainsaw).
c. Cincang, yaitu memotong batang, dahan dan ranting untuk memudahkan
pembersihan dan pengumpulan hasil potongan tersebut kedalam rumpukan.
4. Pemancangan
Beberapa alat yang digunakan pada kegiatan pemancangan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan kompas, theodolit dan tali. Kegiatan
pemancangan dilakukan dengan sistem borongan selain dengan buruh harian
lepas (BHL).
5. Penanaman
Kegiatan penanaman dilakukan dengan sistem kontrak penanaman
hingga bibit selesai tertanam dan hidup pada lahan yang telah ditentukan.

Gambar 1. Kegiatan perumpukan dengan menggunakan Eskavator

16

Pembibitan
Pengambilan anakan
Anakan sagu yang berada pada suatu rumpun sagu merupakan salah satu
bahan tanam dalam perbanyakan tanaman sagu. Berdasarkan sumber diperolehnya
sumber bibit terdapat dua jenis yaitu bibit yang diperoleh dari dalam kebun
(inhouse) maupun dari luar kebun atau berasal dari masyarakat (outsource).
Kriteria anakan sagu yang sehat dan berkualitas serta akan diambil diseleksi
berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit yaitu pelepah segar dan
berwarna hijau, bonggol/banir keras dan tidak terserang hama, bibit sudah tua
yang dicirikan bonggol sudah keras, pelepah dan pucuk masih hidup dengan ciri
petiol berwarna merah muda, tidak terserang hama dan penyakit, bobot bibit
berkisar antara 2-4 kg, serta diutamakan bibit dengan bonggol berbentuk “L”
karena persentase hidupnya lebih tinggi (Bintoro,2008) (Gambar 2).

Gambar 2. Bibit dengan banir berbentuk L
Pengambilan bibit dilakukan oleh tenaga borongan yang dikontrak oleh
perusahaan dengan diberikan target oleh perusahaan. Pembayaran oleh perusahaan
oleh tenaga kontrak akan dilakukan sesuai dengan abut yang didapatkan dengan
harga Rp 1200,00. Bibit yang telah didapatkan akan diseleksi sesuai dengan
ketentuan (SOP) yang ditentukan oleh perusahaan. Proses seleksi dilakukan oleh
Divisi Pembibitan.
Prestasi kerja para pekerja borongan adalah 80-100 bibit per hari, sedangkan
mahasiswa hanya dapat mengambil bibit 50 per hari. Kecepatan pengambilan bibit

17

ditentukan oleh beberapa faktor seperti posisi banir dalam tanah, kondisi piringan,
ketersediaan bibit dalan satu rumpun dan lainya (Gambar 3).

Gambar 3. Kegiatan pengambilan anakan pada rumpun sagu
Persemaian
Sistem persemaian di PT National Sago Prima dibagi menjadi tiga bagian
yang berbeda yaitu berkerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Prima Kelola dan swakelola. Sistem swakelola dibawahi oleh
Divisi Pembibitan.
Divisi Pembibitan merupakan salah satu divisi yang baru dibentuk di PT
National Sago Prima yang berfungsi sebagai controling dalam kegiatan persemaian yaitu baik di PT Primakelola maupun BPPT Divisi Pembibitan juga
melakukan kegiatan persemaian tersendiri yang berfungsi untuk melengkapi
kebutuhan bibit pada areal yang akan ditanam yaitu dari persiapan bahan tanam
hingga bibit siap tanam. Sistem persemaian yang dilakukan yaitu dengan sistem
persemaian kanal yaitu dengan meletakkan anakan sagu yang telah diambil dari
rumpun induk dan diletakkan diatas rakit yang terbuat dari pelepah kering.

18

Gambar 4. Kegiatan Persemaian di Rakit
Sistem persemaian kanal menggunakan rakit berukuran 3 m x 1 m yang
terbuat dari pelepah sagu yang telah kering, dan disusun hingga terbentuk rakit.
Bibit disemai selama 3-4 bulan atau memiliki 2-3 helai daun. Pembuatan rakit
juga menggunakan tenaga borongan dengan harga Rp 10 000 per-rakit. Bibit yang
telah diambil oleh tenaga borongan dan telah melewati proses seleksi yang
dilakukan oleh Divisi Pembibitan, langsung disusun didalam rakit dan diletakkan
ke dalam kanal (Gambar 4). Lokasi persemaian yang baik yaitu pada kondisi air
yang mengalir, yang berfungsi sirkulasi udara dan hara berjalan dengan baik.
Pemilihan tempat persemaian dilakukan pada sub kanal, selain kondisi air
mengalir juga tidak terganggu dengan aktivitas transportasi dan panen.

Gambar 5. Perendaman Bibit pada Larutan Fungisida
Bibit sebelum disemai diatas rakit terlebih dahulu direndam dalam larutan
Fungisida dan Insektisida (Dithane 45) agar terhindar dari serangan hama dan
cendawan. Bibit direndam selama ± 3 menit dalam larutan dengan konsentrasi 2

19

gram/liter air dan dikering anginkan selama ± 15 menit (Gambar 5). Bibit yang
telah direndam sebelum disemai harus dipotong bagian pelepahnya hingga tinggi
bibit dari banir 30-40 cm. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi transpirasi
bibit selama dipersemaian dan mempercepat terbentuknya tunas baru.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(BPPT) merupakan badan

pemerintahan yang bekerjasama dengan PT National Sago Prima dalam
penyediaan bibit siap tanam. Sistem persemaian yang digunakan yaitu dengan
menggunakan polibag dengan media tanam tanah gambut. Bobot bibit yang
digunakan juga cukup ringan yaitu diantara 200-500 gram/bibit. Bibit yang sudah
ditanam dalam polibag diberikan naungan dengan paranet. BPPT bekerjasama
dengan PT National Sago Prima dalam hal teknologi pembibitan. Keseluruhan
biaya kegiatan dilaksanakan oleh PT National Sago Prima.
Beberapa tahapan pelaksanaan persemaian polibag meliputi pengambilan
anakan sagu dalam rumpun sagu, seleksi dan pembersihan bibit dari lapang,
perendaman dalam larutan selama satu hari, penanaman dalam polibag, inkubator
selama 2 bulan, keluar inkubator (aklimatisasi) selama 2 bulan, dengan naungan
paranet sekitar 60 mes, nursery dengan diberikan naungan paranet sekitar 50 mes,
bibit dikeluarkan dari paranet selama 2 bulan yang diikuti proses seleksi sebelumnya dan penanaman dilapang.
PT Primakelola merupakan perusahaan milik Institut Pertanian Bogor yang
bekerjasama dengan PT Sampoerna Agro yang bertugas dalam menyediakan bibit
dan menanami areal PT National Sago Prima. Sistem pembayaran yang dilakukan
oleh PT National Sago Prima adalah jumlah bibit yang hidup dan telah ditanam
oleh PT Prima Kelola. Sistem persemaian yang dilakukan PT Primakelola adalah
sistem persemaian rakit pada kanal khusus persemaian.
Sumber bibit berasal dari inhouse dan dari masyarakat. Pengambilan bibit
inhouse dilakukan oleh tenaga borongan dengan harga Rp 1000 per bibit dengan
harga rakit Rp 10 000 per rakit. Pengambilan sumber bibit dari masyarakat dibeli
dengan harga Rp 2500-Rp 3500 per bibit dan dibawa hingga lokasi persemaian.
Bibit yang telah didapatkan dilakukan seleksi terlebih dahulu sesuai dengan
kriteria bibit yang telah ditentukan sebelumnya.

20

Rakit yang digunakan pada sistem persemaian rakit yang dilakukan oleh PT
Prima Kelola dibeli dari masyarakat setempat dengan harga Rp 10 000 per rakit.
Setiap satu rakit dapat menampung 100-150 bibit. Bibit yang telah tersusun dalam
rakit disemai selama 3-4 bulan atau hingga memiliki 2-3 helai daun. Setelah 3-4
bulan bibit yang siap tanam diseleksi dan ditanam pada lahan yang telah
ditentukan oleh PT National Sago Prima. Jumlah bibit hidup setelah 3 bulan
setelah tanam akan dilakukan proses serah terima dari PT Prima Kelola kepada PT
National Sago Prima.
Penanaman dan Penyulaman
Pemancangan
Pemancangan merupakan pemberian tanda pada tempat yang akan ditanam
sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Kegiatan pemancangan di PT
National Sago Prima dapat menggunakan beberapa alat yaitu theodolit, kompas,
tali dan meteran (Gambar 6). Tenaga kerja dalam kegiatan pemancangan yaitu
dengan tenaga borongan. Jarak tanam yang digunakan dalam pemancangan yaitu
8mx8m.

Gambar 6. Kegiatan pemancangan menggunakan kompas

Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam merupakan salah satu tahapan penanaman setelah
kegiatan pemancangan. Lubang tanam dibuat pada tempat yang telah diberi
pancang. Ukuran lubang tanam berdasarkan Standar Operating Procedure (SOP)
yaitu berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm atau dengan kedalaman hingga
menyentuh permukaan air.

21

Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan menanam kembali tanaman sagu yang
mati, terserang hama dan penyakit tanaman serta tanaman yang tidak mampu
beradaPTasi dengan baik dengan lingkungan. Pelaksanaan penyulaman dilakukan
setelah dilaksanakan sensus hidup mati. Berdasarkan hasil sensus hidup didapatkan kebutuhan bibit pada lahan yang akan disulam.
Berdasarkan hasil sensus diketahui jumlah bibit yang diperlukan pada
kegiatan penyulaman pada area tertentu. Sebelum dilaksanakan penyulaman bibit
dari persemaian dilakukan seleksi dan didistribusikan dengan menggunakan
pompong melalui kanal menuju area penyulaman. Penanaman dilakukan setelah
lubang tanam selesai dibuat oleh tenaga borongan.
Penanaman dilakukan dengan meletakkan bibit pada lubang tanam yang
telah tersedia. Sebelum bibit ditanam, lubang tanam diberikan pupuk dasar
terlebih dahulu yaitu Rock Phosphate dengan dosis 500 gram per lubang tanam.
Posisi bibit pada lubang tanam menempel pada dinding lubang tanam kemudian
bibit tersebut diberi sampiang. Sampiang merupakan dua kayu yang menjepit
banir bibit yang bertujuan supaya bibit lebih kokoh (Gambar 7). Penanaman
dilakukan oleh tenaga borongan, biasanya pada setiap lorong terdapat dua orang
yang bertugas menanam dan membawa bibit. Supaya lebih efektif dalam membawa bibit, orang yang bertugas membawa bibit menggunakan ambung. Ambung
merupakan keranjang yang terbuat dari bambu.
sampiang

Gambar 7. Bibit sagu yang telah ditanam

22

Pemeliharaan
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma yaitu salah satu kegiatan pemeliharaan dalam perkebunan sagu. Kegiatan pengendalian gulma bertujuan untuk menekan kompetisi
tanaman sagu dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air dan sinar matahari agar pertumbuhan tanaman sagu optimal. PT National Sago Prima
menerapkan dua cara dalam mengendalikan gulma yaitu secara manual atau
mekanis dan pengendalian secara kimia
Pengendalian gulma secara manual biasa dilakukan dengan menggunakan
parang. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan penebasan jalur tanam, lorong dan
piringan. Lebar tebasan yaitu 1.5 m-2.0 m pada lorong pikul, sedangkan lebar
tebasan pada piringan 1 m dari rumpun sagu. Tinggi tebasan yaitu 0-5 cm dari
permukaan tanah. Gulma hasil tebasan dan pelepah kering harus dibuang keluar
piringan. Penebasan lorong dilakukan berfungsi untuk mempermudah dalam
melakukan pekerjaan seperti sensus, penyemprotan dan pengangkutan pupuk.
Kegiatan penebasan dilakukan dengan tenaga borongan dengan prestasi kerja 6
orang dapat menyelesaikan 6 lorong/hari atau 1 lorong/HK. Adapun yang
mempengaruhi prestasi kerja yaitu kondisi lahan, kondisi penutupan gulma dan
kondisi rumpun tanaman.
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan herbisida dengan bahan
aktif paraquat yang bersifat kontak dan metil metsulfuron yang bersifat sistemik.
Dosis yang diberikan yaitu 1.5 liter paraquat dan 62.5 g metil metsulfuron/ha
dengan volume semprot 400 liter/ha, warna nozel semprot hitam. Penyemprotan
dilakukan pada lorong dan piringan tanaman. Prestasi kerja yaitu penyemprotan
dilakukan oleh 10 orang sebanyak 15 lorong/hari.

Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan merupakan kegiatan pembuangan anakan secara
selektif pada setiap rumpun sagu. Kegiatan penjarangan anakan bertujuan untuk
mengurangi jumlah anakan yang berlebihan sehingga didapatkan jumlah anakan
yang ideal pada satu rumpun yaitu 6-10 anakan (Gambar 8). Penjarangan anakan
terbagi menjadi 2 jenis yaitu Pruning dan Thining out. Pruning dilakukan dengan

23

memangkas anakan hingga ketinggian 10 cm dari permukaan tanah, Thining out
membuang anakan dengan mendongkel hingga akar ikut terbuang. Pruning dan
Thining out untuk mengurangi persaingan antara anakan sagu, mempercepat
pertumbuhan dan memudahkan alam pengaturan panen (Andany,2010). Kegiatan
penjarangan anakan dilaksanakan oleh masing-masing divisi dengan prestasi kerja
15 rumpun per HOK. Namun pada kegiatan thining out prestasi yang dihasilkan
hanya 5 rumpun per HOK.

a.

b.

Gambar 8. (a)Kondisi rumpun sebelum penjarangan anakan, (b)Kondisi rumpun
setelah penjarangan anakan
Sensus
Hidup mati
Sensus hidup mati merupakan sensus atau menghitung jumlah bibit yang
hidup atau mati. Hasil dari sensus hidup dan mati akan digunakan sebagai dasar
dalam menentukan jumlah bibit yang diperlukan untuk menyulam pada suatu blok
tertentu. Pencacatan sensus hidup mati meliputi nama blok, arah sensus, nomor
baris, nomor pancang dan jumlah tanaman yang hidup dan mati. Prestasi kerja
karyawan yaitu menyensus 4-8 lorong/HK, sedangkan prestasi kerja mahasiswa
hanya 3-6 lorong/HK. Prestasi kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan dan
kebersihan blok tersebut.

Produksi
Sensus produksi merupakan sensus yang bertujuan untuk memprediksi hasil
yang dapat dipanen, waktu panen dan inventarisasi jumlah anakan. Kegiatan

24

sensus produksi meliputi tinggi dan jumlah anakan. Prediksi hasil panen dapat
dilihat berdasarkan tinggi tanaman sedangkan waktu panen dapat dilihat dari fase
tanaman tersebut. Sensus produksi dilakukan setiap tahun, namun pada tahun ini
masih belum dilaksanakan oleh perusahaan.

Panen
Panen merupakan kegiatan pengambilan hasil dari kebun yang telah layak
panen. Bagian batang merupakan bagian yang memiliki nilai ekonomis. S

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Meltroxylon spp) Aspek Persemaian di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu. Selat Panjang, Riau

0 14 181

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selatpanjang, Riau, dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit

0 16 63

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) Di PT. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek Pengaturan Jarak Tanam

1 9 112

Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.) di PT.National Timber and Forest Product, Selat Panjang, Riau

0 4 8

Pengelolaan sagu (Metroxylon spp.) Di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau dengan aspek khusus pengaruh bobot bibit dan penggunaan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan bibit sistem polibag di pembibitan

0 3 164

Pengelolaan budidaya sagu (Metroxylon spp.) Di PT National sago prima, Selat Panjang, Riau dengan aspek khusus pemangkasan dan aplikasi

1 17 169

Pengelolaan sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di PT. National Sago Prima, Kab. Kepulauan Meranti, Riau, dengan studi kasus pengaruh teknik persemaian dan jenis tanaman induk terhadap pertumbuhan bibit sagu

0 7 150

Pengelolaan perkebunan sagu (Metroxylon spp) di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau: seleksi bibit sagu berdasarkan jenis, tinggi pohon induk dan bobot bibit sagu terhadap pertumbuhan bibit sagu di persemaian

2 8 127

Manajemen Pengelolaan Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di PT. National Sago Prima, Kepulauan Meranti, Riau.

3 13 135

Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon Sago Rottb.) Di PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau Dengan Aspek Khusus Pengambilan Sampel Pelepah

0 8 257